Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)
1. MAKALAH MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengetahuan Pencitraan
Diagnostik Mutakhir
Dosen Pengampu : Lili Julia Rahman, S.ST, M. MRS
Disusun Oleh :
Kelompok 3/TRO 12 B
ALIVIA ELENA PUTRI TRO/12/00826
DINI AMALLIA TRO/12/00834
IMAN ISMAIL JANUAR TRO/12/00843
RIZKI MAULUD TRO/12/00854
YOSSI ARFAH TRO/12/00862
PROGRAM STUDI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK &
RADIOTERAPI
POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Magnetic Resonance
Imaging (MRI)” dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan
Pencitraan Diagnostik Mutakhir semester 5 serta meningkatkan pemahaman kami
maupun pembaca mengenai Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Kami juga berharap semoga laporan yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca baik di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Tentunya, kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini belumlah
sempurna karena itu penulis mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam
penulisan dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga segala daya dan upaya, bimbingan dan pengorbanan
yang telah diberikan Bapak akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terimakasih.
Bandung, 16 November 2019
Tim Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1. Latar belakang.......................................................................................... 4
1.2. Rumusan masalah..................................................................................... 5
1.3. Tujuan....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
2.1. Pengertian MRI ........................................................................................ 6
2.2. Protokol dan Parameter pada MRI ........................................................... 7
2.3. Aplikasi klinik MRI................................................................................ 13
2.4. Keamanan dan Kenyamanan MRI.......................................................... 17
BAB II PENUTUP................................................................................................ 19
3.1. Kesimpulan............................................................................................. 19
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti
atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan
precessing. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer, yang penggunaannya
terbatas pada kimia saja. Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian
bekerja dengan alat NMRSpectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan
alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The University of
Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal
(disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya karena kekaburan
istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya NMR
diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI
(1984), NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan
diletakkan di bagian Radiologi.
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang ada pada saat ini memberi
kemudahan bagi para praktisi kesehatan untuk mendiagnosa penyakit serta
menentukan jenis pengobatan bagi pasien. Salah satu bentuk kemajuan tersebut
adalah penggunaan alat MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melakukan
pencitraan diagnosa penyakit pasien. MRI( Magnetic Resonance Imaging )
merupakan suatu alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi
tubuh anda dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang
frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif.
selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekul-molekul dalam tubuh
bergerak dan bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Sinyal ini akan
ditangkap oleh antena dan dikirimkan ke komputer untuk diproses dan
ditampilkan di layar monitor menjadi sebuah gambaran yang jelas dari struktur
rongga tubuh bagian dalam. MRI menciptakan gambar yang dapat
menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai anatomi
5. jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak,.sumsum tulang belakang, susunan
saraf dibandingkan dengan pemeriksaan x-ray biasa maupun CT scan Juga
jaringan lunak dalam susunan musculoskeletal seperti otot, ligament, tendon,
tulang rawan, ruang sendi seperti misalnya pada cedera lutut maupun cedera
sendi bahu. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi
anatomi dan kelainan dalam rongga dada, payudara, organ organ dalam perut,
payudara, pembuluh darah, dan jantung. Oleh sebab itu, kami disini akan
membuat sebuah makalah yang bertemakan tentang aplikasi klinik dan
keamanan serta kenyamanan MRI.
1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian dari MRI?
2. Bagaimana aplikasi klinik dari MRI ?
3. Bagaimana keamanan dan kenyamanan MRI?
1.3. Tujuan
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan
diagnostik MRI.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah teknik diagnostik yang
menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan
gambar rinci jaringan lunak tubuh dan tulang. MRI membuat pencitraan tulang
dengan menggunakan magnet yang terbentuk di sekitar tubuh untuk
merangsang atom hidrogen. Setelah atom kembali ke tingkat rangsang normal,
mereka memancarkan energi yang terdeteksi pada scanner. MRI
scan umumnya dianggap sebagai studi pencitraan yang terbaik. ,
Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal,
sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien Bila
pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan
tampak jelas , sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi
secara teliti. Untuk itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
tehnik MRI dan tindakan penyelamatan bila terjadi keadaan darurat.
Gambar . MRI (Magnetic Resonance Imaging)
7. Gambar . alat MRI
2.2. Protokol dan Parameter pada MRI
Pada pembahasan sebelumnya, telah disebutkan tentang empat parameter
yang dapat dijadikan pertimbangan utama yang menentukan kualitas gambar.
Empat parameter tersebut antara lain SNR (Signal to Noise Ratio), CNR
(Contrast to Noise Ratio), Spatial Resolution, dan Scan Time.
2.2.1 SNR (Signal to Noise Ratio)
Signal to noise ratio adalah perbandingan antara besarnya
amplitudo sinyal yang diterima dengan besarnya amplitudo noise rata-
rata dalam gambar MRI.
Sinyal adalah tegangan induksi yang diterima oleh coil dari
proses NMV dari plane transversal. Noise mempresentasikan
frekuensi dari ruang dan waktu yang ada secara acak. Hal ini sama
dengan gelombang yang ada dalam radio. Ketika tidak diatur dengan
baik, beberapa energi yang tertinggal dibawah “Big Bang”. Dalam
MR, noise diolah dari keadaan pasien di dalam magnet dan
background dari noise yang berasal dari peralatan listrik. Nilai noise
juga bergantung pada daerah yang sedang dilakukan pemeriksaan dan
sama dengan nilai noise dari sistem itu sendiri. Noise juga berasal dari
frekuensi yang acak dari ruang dan waktu. Sehingga, sinyalnya akan
bersifat kumulatif dan bergantung kepada waktu TE. Selain itu, juga
8. bergantung pada beberapa faktor lain. Signal tersebut juga bisa
meningkatkan atau justru dapat menurunkan signal noise itu sendiri.
Dengan meningkatkan signal akan berdampak pada peningkatan
SNR. Sedangkan menurunkan signal juga bisa menurunkan SNR.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi sinyal
amplitudo yang berdampak pada SNR. Diantaranya:
2..1.1.1 Kekuatan magnet dari sistem tersebut
Kekuatan medan magnet memainkan peran penting dalam
menentukan SNR. Kekuatan medan magnet akan mempengaruhi
gap diantara tinggi rendahnya kekuatan inti atom. Dengan
peningkatan gap energi, maka akan semakin banyak inti atom
yang berpindah ke B0. Jumlah dari spin-up inti atom akan
meningkat dan jumlahnya akanmenjadi sama dengan spin-down.
Sehingga, peningkatan NMV juga akan meningkatkan medan
magnet dan dengan makin banyaknya magnetisasi untuk citra
pada pasien
2..1.1.2 Proton density dari daerah yang sedang diperiksa
Jumlah proton yang ada pada daerah yang diperiksa
menunjukkan amplitudo dari signal yang diterima. Daerah yang
mempunyai jumlah proton density yang rendah (seperti daerah
paru), maka mempunyai signal yang rendah, begitu pula dengan
SNR yang rendah, sedangkan area dengan jumlah proton density
yang tinggi (seperti daerah pelvis), mempunyai signal yang kuat
dan SNR yang tinggi.
2..1.1.3 Voxel volume
Satu unit bangunan dari gambaran digital dinamakan pixel.
Terangnya sebuah pixel menunjukkan kuatnya signal MRI yang
dihasilkan dari satu unit volume pada organ pasien atau disebut
dengan voxel. Voxel ini menunjukkan volume jaringan lunak
atau organ dari pasien, dan hal ini ditentukan oleh pixel area dan
ketebalan slice (Gambar 1). Pixel area ini ditentukan oleh
besarnya ukuran FOV dan jumlah pixel pada FOV atau disebut
juga dengan matrix.
9. Pixel Area = Dimensi FOV ÷ Ukuran Matrix
Voxel besar memiliki SNR lebih tinggi dari voxel kecil.
Oleh karena itu SNR sebanding dengan volume voxel, dan setiap
parameter yang mengubah ukuran voxel akan mengubah nilai
SNR. Ketika operator menurunkan ukuran voxel, maka SNR
juga akan berkurang dan sebaliknya.
2..1.1.4 TR, TE, dan flip angle
TR, TE dan flip angle adalah parameter yang sering
digunakan untuk mengubah kontras gambar, mereka juga dapat
mempengaruhi SNR dan kualitas gambar secara keseluruhan.
Spin echo pulse sequence secara umum mempunyai signal yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan gradient echo sequence,
selama menggunakan flip angel 900 pada magnetisasi
longitudinal terhadap magnetisasi transversal. Gradient echo
pulse sequence hanya mengkonversi suatu proporsi magnetisasi
longitudinal ke dalam magnetisasi transversal, seperti saat
mereka menggunakan flip angle selain dari 900. Sebagai
tambahan, rephasing pulsa 1800 akan lebih efisien pada saat
rephrasing, dibandingkan dengan rephasing gradient pada
gradient echo sequence, sehingga echo yang terakhir akan
mempunyai amplitudo signal yang lebih besar.
Flip angle mengontrol besar magnetisasi transversal yang
diinduksikan oleh signal yang berada pada coil. Titik maksimum
signal amplitudo dapat dicapai pada flip angle 900. Maka,dapat
disimpulkan, semakin kecil flip angle, maka SNR semakin
lemah.
TR mengontrol besar magnetisasi longitudinal yang
diizinkan untuk mengembalikan (recover)eksitasi pulsa sebelum
eksitasi pulsa selanjutnya diberikan. TR yang panjang dapat
memberikan pengembalian yang penuh terhadap magnetisasi
longitudinal sehingga siap untuk diberikan pada repetisi
berikutnya. TR yang singkat tidak dapat memberikan
pengembalian yang penuh terhadap magnetisasi longitudinal,
sehingga kurang siap untuk diberikan pada repetisi berikutnya.
10. TR yang panjang meningkatkan SNR dan TR yang singkat
menurunkan SNR.
TE dapat mengontrol besar magnetisasi transversal
sehingga dapat decay sebelum echo disatukan. TE yang panjang
dapat menghasilkan decay pada magnetisasi transversalsebelum
echo tersebut disatukan, sedangkan bila TE singkat maka tidak
akan terjadi, TE yang panjang mengurangi SNR dan TE yang
singkat meningkatkan SNR.
2..1.1.5 NEX atau NSA
NEX menunjukkan berapa kali data tersebut diperoleh atau
dicatat selama scanning. NEX mengontrol jumlah data yang
disimpan pada masing-masing K space. Double NEX berarti
jumlah data yang tersimpan pada K-space juga double. Namun
karena noise-nya random dimana saja data tersebut dicatat,
sedangkan sinyalnya tetap; maka double NEX akan
meningkatkan SNR hanya sebesar√2 = 1,4. Meningkatkan NEX
bukan pilihan terbaik untuk meningkatkan SNR. Meningkatkan
NEX juga akan mengurangi motion artefact.
2..1.1.6 Receive Bandwitch
Receive bandwidth adalah rentang frekuensi yang terjadi
pada sampling data pada obyek yang di scan. Mengurangi nilai
receive bandwidth maka akan menurunkan noise yang akan
disampling pada signal. Sesuai dengan rendahnya noise yang
diberikan maka akan sesuai dengan signal, SNR akan meningkat
sesuai dengan berkurangnya nilai receive bandwidth. Semakin
kecil bandwidth maka noise akan semakin mengecil, tapi akan
berpengaruh terhadap TE minimal yang bisa dipilih.
2..1.1.7 Jenis Coil
Tipe pada coil berguna dalam mempengaruhi jumlah dari
sinyal yang diterima dan begitu juga SNR. Coil dengan jenis
quadrature dengan dua receiver coil dan surface coil sehingga
akan menempel dekat dengan organ dan akhirnya akan
meningkatkan SNR.
11. 2.2.2 CNR (Contrast to Noise Ratio)
CNR didefinisikan sebagai perbedaan SNR antara dua area
yang berdekatan, Itu dikendalikan dari faktor yang sama yang
mempengaruhi SNR. CNRkemungkinan merupakan faktor terpenting
yang dapat mempengaruhi kualitas gambar secara langsung
menentukan kemampuan mata untuk membedakan area dari sinyal
tertinggi dengan area sinyal rendah. Image kontras tergantung pada
dua instrinsik dan ekstrinsik parameter, oleh karena itu, semua faktor
mempengaruhi CNR.
2.2.3 Spatial Resolution
Resolusi spasial adalah kemampuan untuk membedakan antara
dua nilai yang terpisah dan berbeda, dan dikontrol dengan ukuran
voxel. Ukuran voxel dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan slice
2. FOV
3. Jumlah pixel atau matriks
Voxel yang kecil menghasilkan resolusi spasial yang bagus
sehingga struktur yang kecil dapat dengan mudah dibedakan. Voxel
yang besar, kebalikannya menghasilkan resolusi spasial yang rendah,
sehingga struktur yang kecil tidak terpecahkan dengan baik. Pada
voxel yang besar, intensitas sinyal individual diratakan bersama dan
tidak mewakili hal yang berbeda pada voxel. Hal ini menghasilkan
volume parsial. Semakin tipis slice, semakin besar pula kemampuan
untuk memecahkan struktur yang kecil pada bidang slice yang dipilih.
Mengurangi ketebalan slice bagaimanapun juga meningkatkan
resolusi spasial, sementara meningkatkan slice thickness akan
mengurangi resolusi spasial dan meningkatkan volume parsial.
Namun, slice tipis menghasilkan voxel lebih kecil dan mengurangi
SNR.
Matriks menentukan jumlah piksel dalam FOV. Pixel kecil
meningkatkan resolusi spasial karena pixel kecil meningkatkan
12. kemampuan untuk membedakan antara dua struktur berdekatan dalam
pasien. Meningkatkan matriks meningkatkan resolusi spasial. Namun,
matriks yang baik akan menghasilkan voxels lebih kecil dan karena
itu akan mengurangi SNR.
Ukuran FOV juga menentukan dimensi pixel. Untuk matriks
diberi hasil FOV yang besar dalam pixel besar, sementara FOV kecil
menghasilkan piksel kecil. Meningkatkan ukuran FOV karena itu
menurunkan spatial resolution. Namun, hasil FOV kecil di voxels
lebih kecil dan karena itu mengurangi SNR.
2.2.4 Scan Time
Scan time atau waktu scan adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan akuisisi data atau waktu untuk mengisi K space.
Waktu scan akan mempengaruhi kualitas gambar, waktu scan yang
panjang akan mengakibatkan ketidaknyamanan pasien, sehingga
pasien kemungkinan besar akan bergerak selama pemeriksaan.
Walaupun sedikit, pergerakan pasien mungkin akan menurunkan
kualitas gambar. Sebagai multiple slice yang dipilih selama akuisisi
volumetric 2D dan 3D, pergerakan selama proses akuisisi berbagai
macam data akan memengaruhi semua slice. Selama akuisisi
sequential, pergerakan pasien hanya memengaruhi beberapa slice
yang dibutuhkan dimana pasien bergerak. Faktor yang memengaruhi
waktu scan antara lain:
2..2.4.1 TR, waktu dari masing-masing pengulangan atau MR
experiment atau waktu diantara pengisian drawer secara
berurutan. Menggandakan TR akan menggandakan waktu
scan dan sebaliknya.
2..2.4.2 Fase matriks, jumlah fase encoding yang menentukan
jumlah baris pada K space atau jumlah drawer yang diisi
dengan data untuk menyelesaikan scan. Jika jumlah fase
13. encoding digandakan, maka waktu scan menjadi dua kali
lipat.
2..2.4.3 NEX, berapa kali data yang dikumpulkan dengan
kemiringan sama pada fase encoding gradient atau berapa
kali drawer terisi oleh data. Dengan menggandakan NEX
maka waktu scan menjadi dua kali lipat dan sebaliknya.
2.3. Aplikasi klinik MRI
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi,
ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut
dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang
tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan
kemungkinan patologinya. Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan
organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang
telinga dalam , rongga mata , sinus ;
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah
seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi;
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP),
tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan
tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan,
tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain ;
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran
empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli 6.
Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung
2.3.1 Pemeriksaan MRI otak dasar (rutin)
a. Klinis: Selfagia, Migraine, Vertigo
b. Persiapan pasien :
Pasien dengan kondisi normal, dipersilahkan untuk ke toilet
sebelum diperiksa
14. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
Meminta pasien menggunakan pelindung telingan (ear
plugs)
Asesoris pasien berupa logam, dilepas seperti anting-
anting, penjepit rambut, dan lain sebagainya.
Memastikan bahwa pasien telah memahami prosedur
pemeriksaan.
c. Teknik pemeriksaan
Posisi pasien:
Tidur terlentang, kepala dahulu yang masuk Gantry.
Kepala diatur didalam Coil sehingga garis
Interpupilary parallel dengan meja pemeriksaan
dengan kepala diatur lurus.
Pasien diposisikan sehingga longitudinal alignment
light berada di mid line dan horizontal alignment
light melalui nasion.
Titik bidik pada glabella atau nasion.
Pasien di imobilisasi dengan strap dan bantalan
yang tersedia
Gambar protocol pemeriksaan MRI kepala
15. Hasil Gambaran Pemeriksaan MRI Kepala
2.3.2 Protokol MRI vertebra lumbosacral
a. Persiapan pasien
Pasien dengan kondisi normal, dipersilahkan untk=uk
ke toilet sebelum diperiksa
Menjelaskan prosedur pemeriksaan ke pasien
Meminta pasien mengenakan pelinsung telinga (ear
plugs)
Asesoris pasien berupa logam dilepas seoerti anting-
anting, penjepit rambut dan lain sebagainya.
Jika perlu telah terpasang jalur invus intravena
(misalnya untuk observasi pada kasus tumor, multiple
sclerosis, spondylodiskitis, abses)
Memastikan bahwa pasien telah memahami prosedur
pemeriksaan
b. Teknik pemeriksaan
Posisi pasien:
16. Tidur terlentang, kepala dahulu yang masuk Gantry
dan lengan berada disamping tubuh.
Bagian Lumbosacral diatur tercover masuk ke
phase array coil spine
Pasien diposisiskan sehingga longitudinal
alignment light berada di MSP lumbosacral dan
Horizontal alignment light melalui daerah
lumbosacral
Titik bidik pada umbilicus atau sekitas 2-3 inci (5-8
cm) di atas superior krista iliaka.
Pasien di imobilisasi dengan strap dan bantalan
yang tersedia
Gambar Protokol Pemeriksaan MRI Vetebra Lumbalis
17. Hasil Gambaran Pemeriksaan MRI Vetebra Lumbalis
Contoh – contoh gambar hasil MRI:
2.4. Keamanan dan Kenyamanan MRI
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
kecelakaan selama pemeriksaan MRI. Bila terjadi keadaan gawat pada pasien,
segera menghentikan pemeriksaan dengan menekan tombol ABORT, pasien
segera dikeluarkan dari pesawat MRI dengan menarik meja pemeriksaan dan
segera berikan perto-longan dan apabila tindakan selanjutnya memer-lukan alat
18. medis yang bersifat ferromagnetik harus dilakukan di luar ruang pemeriksaan
.Seandainya terjadi kebocoran Helium, yang ditandai dengan bunyi alarm dari
sensor oxigen, tekanlah EMERGENCY SWITCH dan segera membawa pasien
ke luar ruang pemeriksaan serta buka pintu ruang pemeriksaan agar terjadi
pertukaran udara, karena pada saat itu ruang pemeriksaan kekurangan oksigen.
Apabila terjadi pemadaman (Quenching), yaitu hilangnya sifat medan magnet
yang kuat pada gentry (bagian dari pesawat MRI) secara tiba-tiba, tindakan
yang perlu dilakukan buka pintu ruangan lebar- lebar agar terjadi pertukaran
udara dan pasien segera di bawa keluar ruangan pemeriksaan.Hal perlu
dilakukan karena Quenching menyebabkan terjadinya penguapan helium,
sehingga ruang pemeriksaan MRI tercemar gas Helium. Selama pemeriksaan
MRI untuk anak kecil atau bayi, sebaiknya ada keluarganya yang menunggu di
dalam ruang pemeriksaan.
1. Pasien dengan alat pacu jantung di badannya tidak boleh diperiksa (sangat
berbahaya)
2. Pasien pada kehamilan trimester pertama tak boleh diperiksa
3. Pasien dengan penyakit jantung atau epilepsy boleh diperiksa tetapi harus
diawasi dokter selama pemeriksaan
4. Pasien tidak boleh memakai alat yang mengandung zat besi seperti jam,
kalung, atau tabung oksigen dan lain-lain.
5. Di pintu masuk kamar pemeriksaan seharrusnya ada detector metal
6. Pasien dengan klostrofobia (takut ruang sempit) sebaiknya diperiksa dengan
anestesi umum.
7. Sebaiknya sediakan alat-alat dan obat-obat untuk darurat/emergency.
19. BAB II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Magnetic Resonance Imaging atau yang biasa disebut MRI adalah suatu alat
kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostic radiologiyang mempunyai teknik
penggambaran penampang tuuh berdasarkan prinsip resonansi magnetic inti
atom hydrogen. Teknik Penggambaran MRI relative komplek karena
gambaran yang dihasilkan tergantung banyak parameter. Alat tersebut
mempunyai kemampuan membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial,
dan obliktanpa banyak memanipulasi tubuh pasien.