HEMODIALISIS PADA ANAK REVISI UTK PELATIHAN HD RSDM.pptx
1. HEMODIALISIS PADA ANAK
Oleh:
Agustina Wulandari, dr., Sp.A., M.Kes
NIM 011929049303
Divisi Nefrologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta
2021
2. Daftar singkatan:
2
HD : Hemodialisis
BB : Berat badan
kgBB : Kilogram berat badan
Qb : Blood flow
Qd : Dialysate flow
UF : Ultrafiltration
URR : Urea Reduction Rasio
TD : Tekanan darah
NO : Nitric oxide (NO)
ADMA : Asymmetric dimethylarginine
ET-1 : Endothelin-1
ACLS : Advance Cardiac Life Support
EKG : Elektrokardiogram
SVT : Supra Ventricular Tacychardia
CCB : Calcium channel blocker
3. PENDAHULUAN
• Definisi Anak: sejak
masa konsepsi sampai
usia 18 tahun.
• Pembahasan anak dalam arti
terbatas pada hemodialisis
untuk anak - anak dengan berat
badan ≥ 20 kg (karena
keterbatasan fasilitas)
3
Perbedaan
anak
dengan
dewasa
Volume
darah
Tekanan
darah
Otot - otot
jantung
Kesiapan
fisik dan
mental
5. 5
Informed consent:
orang tua & anak
Pasien:
Persiapan mental,
psikososial, fisik,
orientasi tempat &
teknik
Pemeriksaan fisis &
tanda vital
Pemeriksaan
laboratorium : darah
rutin, studi koagulasi,
ureum, kreatinin,
elektrolit, AGD,
albumin, HbsAg, anti
HCV, anti HIV
Akses vaskuler
Teknik & peresepan
hemodialisis
Persiapan
6. Posisi
kateter
Paling banyak
di v. jugularis
interna
Tip kateter sebaiknya terletak
pada sambungan superior v.
cava superior & atrium kanan/
pada atrium kanan
Sedapat mungkin tidak
menggunakan vena
subclavia (risiko tinggi
terjadi stenosis)
Kateter v.
femoralis: tip dari
kateter sebaiknya
terletak pada v.
cava inferior
bagian distal untuk
mengurangi
resirkulasi
6
Akses vaskuler
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH
Children’s Kidney Center
BB (kg) Kateter
Maks.
Qb
(ml/m
in)
< 3 5 fr 2 single
lumen
15 cm
17 cm
50 -
75
6,5 fr Double
lumen
10 cm
3 - 15 7 fr Double
lumen
10 cm
12 cm
75 -
100
16 - 30 9 fr Double
lumen
12 cm
16 cm
100 -
250
> 30 11 fr
11,5 fr
13 fr
Double
lumen
13,5 cm
16 cm
21 cm
33 cm
Up tp
350
Tipe kateter: double lumen silikon/kateter
polyurethrane
7. Peresepan hemodialisis anak
BB kering :
Luas permukaan tubuh :
Volume ekstrakorporeal :
Dialiser :
Solusi priming :
Cairan dialisat :
Blood flow (Qb) :
Dialisat flow rate (Qd) :
Durasi (lama) :
Ultrafiltration goal (UF) :
Dosis anti koagulan :
Pre-medikasi :
Transfusi :
7
8. • volume sirkuit < 8 ml/kgBB
• Volume darah ekstrakorporeal < 10% volume darah total
(volume darah neonatus = 100 ml/kg, < 10 kg = 80 ml/kg, > 10 kg = 70 ml/kg)
• Dialiser
Low flux or high flux
BB: 20-30 kg (BSA 0.7), 30-40 kg (BSA 0.9), > 40 kg (BSA 1.0)
Volume tubing neonatus = 34 ml, tubing anak = 74 ml, dewasa = 128 ml
8
Volume ekstrakorporeal
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
9. UKURAN DIALISER UNTUK ANAK
Ukuran dialiser F3 F4 F5 F6
Area permukaan efektif, m2 0,4 0,7 0,9-1,0 1,3
Koefisien UF ml/jam/mmHg tekanan
transmembran
1,7 2,8 4,0-4,2 5,5
Volume darah priming,ml 28 - 30 42 - 44 60 - 63 82 - 84
Maksimum UF ml/jam 800 1600 2450 3300
Koefisien area transfer masa urea (KoA)
ml/menit
290 440 557 670
Klirens urea pada Qb 25 ml/menit, mL/menit 25 25 25 25
Klirens urea pada Qb 200 mL/menit, mL/menit 125 155 175 183
9
Volume Ekstrakorporeal = volume pengisian tubing + volume priming dialiser
Solusi priming (albumin 5% atau PRC)
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
10. 10
Blood flow (Qb)/ Kecepatan aliran darah
Anak: 150 - 200 ml/m2/min atau 5 - 7 ml/kgBB/min (min. 3 -5 ml/kgBB/min)
Qb untuk HD pertama: 2 - 3 ml/kgBB/min
• BB < 10 kg : 100 ml/min
• BB 10 - 40 kg : 2.5 x BB + 100 ml/min
• BB > 40 kg : > 250 ml/min
Tujuan: utk klirens urea 2 - 3 ml/min/kgBB
Qb < maks. volume ekstrakorporeal per menit (< BB x 8 ml/min)
Dialisat flow (Qd)
Rata-rata kecepatan dialisat 300 - 500 ml/min (biasanya 1,5 - 2 x Qb)
Cairan pencuci/dialisat
Komposisi:
Potassium 2 mmol/L
Bicarbonate 30-40 mEq/L
Calcium 1,25 mmol/L; 1,5 mmol/L; 1,75 mmol/L
Glukosa 0 atau 2 mmol/L
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
11. Ultrafiltrasi (UF)
UF rate 10 - 12 ml/kgBB/jam atau 0,2 ml/kg/menit
UF goal jangan > 5% BB dalam satu sesi dialisis utk mencegah
hipotensi.
Pada pasien dengan volume overload, bisa dinaikkan sampai 15
ml/kgBB/jam dan/atau pertimbangkan UF sekuensial.
UF rate yang terlalu tinggi dapat mengurangi renal residual function
dan meningkatkan komorbiditas cardiovaskuler.
11
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
12. 12
Heparin Loading dose Maintenance dose
Free heparin 5000 U/L NaCl 0,9% NaCl0,9% tiap 15-30 menit
Neonatus 50 ml
Anak 60 ml
Reguler 50 U/kgBB
(maks. dewasa: 1500 U)
10 - 50 U/kgBB/jam
(maks. dewasa: 750 U/jam)
Dosis rendah > 15 kg: 10 - 20 U/kgBB
≤ 15 kg: 5 - 10 U/kgBB
(maks. dewasa: 1000 U)
5 – 10 U/kgBB/jam
(maks dewasa: 500 U/jam)
Stop heparin minimal 1 jam sebelum sesi HD selesai
Anti koagulan
Low molecular weight heparin (LMWH)
Dosis enoxaparin inisial bolus 0,5 mg/kgBB
Pasien dgn risiko trombosis 0,8 - 1 mg/kgBB (0,4 mg/kgBB saat awal dan 0,4 mg/kgBB pada jam ke-3)
Pasien dgn risiko perdarahan 0,5 mg/kgBB
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
13. 13
Jenis obat Dosis Cara pemberian
Phenobarbital
Fenitoin
3 - 5 mg/kgBB/kali IV, pre dan/ post dialisis
Manitol 0,5 - 1 g/kgBB/kali
Maksimal 12,5 g/jam
IV, 30 menit awal dialisis
Pre-medikasi
Digunakan untuk mencegah sindrom Disekuilibrium.
Diberikan pada saat 2 - 3 HD awal terutama jika ureum ≥ 60 mmol/L
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
14. Perhitungan waktu berdasarkan klirens urea
• K = kliren urea dialiser pada Qb spesifik (ml/min)
• T = waktu (menit)
• V = Volume total cairan tubuh (ml)
• C1 = kadar urea post dialisis
• C0 = kadar urea pre dialisis
14
Kt/V= -ln C1/C0
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
15. Perhitungan:
1. Hitung volume cairan tubuh
Persamaan Morgenstern
• Laki - laki : V (Liter)= 20,88 x BSA – 4,29
• Perempuan : V (Liter)= 16,92 x BSA – 1,81
2. Tentukan rata-rata reduksi urea (URR) yang diharapkan
untuk HD akut: harus bertahap 3-4 sesi untuk mencegah sindrom disequilibrium
Sesi 1: 30%
Sesi 2: 50%
Sesi 3: 70%
Sesi 4: 90%
2. Kalkulasi ln (C1/C0)
3. Hitung waktu lamanya HD berdasarkan rumus Kt/V= -ln C1/C0
15
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
17. Contoh :
17
Anak perempuan BB 20 kg, TB 120 cm, BSA : 0,82
BB kering : 20 kg
Luas permukaan tubuh : 0,82
Volume darah : 70 ml x 20 = 1400 ml (10 % volume darah = 140 ml)
Dialiser : FB 70 = 44 ml
Volume ekstrakorporeal = tubing + dialiser = 120 ml + 44 ml = 164 ml
Solusi priming : 24 ml dengan albumin atau PRC
Cairan dialisat : bikarbonat
Blood flow (Qb) : inisiasi 2 - 3 ml/kgBB/menit = 40 - 60 ml/menit
5 - 7 ml/kgBB/menit = 100 - 140 ml/menit
BB 10 - 40 kg = 2.5 x BB + 100 ml/min = 150 ml/menit
Catatan : Qb < maks. volume ekstrakorporeal/menit = 140 ml/menit
Dialisat flow rate (Qd) : 300 ml/menit (1,5 - 2 x Qb)
18. Durasi :
1. Volume total air tubuh menurut
Morgensten: 12.064 ml
2. Sesi I target URR 30%
ln C1/C0= -0,357
K= 96
t = (0,357 x 12.067 mL)/96 =
45 menit ~ 1 jam
Waktu yang diperlukan untuk sesi I
= 1 jam
• Sesi II target URR 50%
t = 0,693 x 12.067/96 = 87 menit ~
1,5 jam
• Sesi III target URR 70%
t = 1,204 x 12.067/96 = 151 menit ~
2,5 jam
• Sesi IV target URR 90%
t = 2,302 x 12.067/96 = 289,5
menit ~ 5 jam
18
Kt/V= -ln C1/C0
19. 19
Durasi (lama) : sesi 1 = 1 jam, sesi 2 = 1,5 jam, sesi 3 = 2,5 jam, sesi 4 = 5 jam
Ultrafiltration goal (UF) : 0,2 ml/kgBB/menit = 4 ml/menit = 240 ml/jam, max. 5% BB = 1000 ml
Dosis anti koagulan : loading 50 U/kgBB = 1000 U
maintenance 10 - 50 U/kgBB/jam = 200 - 1000 U/jam
Pre-medikasi : Fenobarbital 3 - 5 mg/kgBB/kali = 60 - 100 mg
Manitol 0,5 - 1 g/kgBB/kali = 10 g (max. 12,5 g)
Transfusi : -
21. Hemodialisis
memperbaiki
kondisi
tersebut.
Di sisi lain prosedur HD dapat
juga memperburuk kondisi.
Gagal ginjal terkait
dengan berbagai
kondisi yang
mengancam jiwa
Komplikasi intradialitik
Gagal ginjal vs. Hemodialisis
21
27. 27
Definisi:
Usia Tekanan darah sistolik (mmHg)
Neonatus < 60
Bayi < 70
Anak 1-10 tahun < 70 + (usia dalam tahun x 2)
Anak > 10 tahun < 90
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
Hipotensi intradialitik
28. a. Faktor dialisis
b. LVH, infark miokard, emboli udara,
disfungsi diastolik, aritmia, tamponade
c. Sepsis
d. Perdarahan: perdarahan gastrointestinal,
diskoneksi blood line
e. Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis
f. Neuropati autonom: gangguan pengaturan
reseptor adrenergik yang dpt mengurangi
respon hemodinamin thd katekolamin
endogen selama UF
g. Anafilaksis
Etiologi
28
29. Faktor dialisis
29
Pasien
Kenaikan BB interdialitik yg berlebihan (> 3% of BB)
Perhitungan BB kering yang tidak tepat
Obat antihipertensi
Makan saat HD
Dialiser
Volume ekstrakorporeal yang besar (>10%)
UF rate yang terlalu cepat
Qb yang terlalau cepat
Antikoagulan sitrat
Dialisat
Dialisat asetat
Dialisat rendah sodium
Suhu dialisat yang tinggi
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
30. Tatalaksana akut
30
• Posisi trendelenburg
P
• UF ↓ / Stop
U
• Qb↓
B
• Give oxygen, NaCl 0.9%/albumin 5% (10ml/kgBB)
G
• Consider dopamine infussion
C
• Stop HD
S
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
32. This should not replace the fundamental issue of
avoiding salt and water excess
32
33. 33
Langkah 1
• Hindari obat antihipertensi
sebelum dialisis
• Hindari makan selama dialisis
• Nilai ulang target BB kering
• Cegah kenaikan BB interdialitik
yang berlebihan
• Koreksi anemia
• Menggunakan stocking untuk
kompresi kaki
Pencegahan hipotensi intradialitik berulang
Langkah 2
• Evaluasi ulang peresepan
dialisis
~ Turunkan Qb dan UF rate
~ Tanpa UF atau sekuensial
UF
~ Sesi dialisis tambahan
• Evaluasi ulang komposisi cairan
dialisat
• Monitor volume darah
intradialitik non invasif
• Pertimbangkan UF profiling
atau kombinasi sodium dan UF
profiling
• Pertimbangkan target BB kering
yang berbeda tiap HD.
• Pindahkan 50% dari
total target UF goal
pada 1 jam pertama
maks. perubahan
volume darah 8 - 12%
• Pindahkan 50%
sisanya di sisa waktu
HD dengan maks
perubahan volume
darah 5% per jam
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
34. Definisi:
Peningkatan tekanan darah
sistolik > 10 mmHg pada saat
atau post HD dibandingkan
tekanan darah pre HD
34
• Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik dan/atau
diastolik ≥ persentil 95
berdasarkan usia, tinggi badan, &
jenis kelamin.
• Hipertensi terjadi pada 70-84%
anak-anak dengan HD dan 68-
81% dengan dialisis peritoneal.
• Tekanan darah sulit dikendalikan
pada 55-80% pasien ESRD.
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
Hipertensi intradialitik paradoksikal
35. Etiologi
1. Kelebihan volume cairan tubuh
2. Aktivasi berlebihan sistem renin-angiotensin (RAS) dan sistem saraf simpatis (SNS)
sebagai respons terhadap ultrafiltrasi cepat
3. Peningkatan curah jantung pada pasien dengan peningkatan BB interdialitik yang
berlebihan atau pada pasien dengan dilatasi jantung
4. Aktivitas bahan vasoaktif yang meningkat dan berperan dalam aktivitas simpatis,
vasokonstriksi perifer, dan kontrol TD intradialitik: Nitric oxide (NO), Asymmetric
dimethylarginine (ADMA) inhibitor endogen NO synthase, Endothelin-1 (ET-1)
peptide vasokonstriktor diproduksi oleh sel endotel
5. Hypernatremic dialysate
6. Penggunaan Eritropoietin peningkatan hematokrit dikaitkan dengan peningkatan
viskositas darah meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan memperparah
hipertensi
7. Tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi atau penghilangan obat anti hipertensi saat
prosedur dialisis.
35
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
36. Kelas Obat Banyak hilang saat HD Tidak banyak hilang saat HD
Simpatolitik Metildopa Clonidin, guanabenz
Antagonis Alpha,
Alpha/Beta
Prazosin, labetalol, terazosin
Antagonis Reseptor
Beta
Atenolol, metoprolol, nadolol Propanolol, pindolol, esmolol,
bisoprolol, carvedilol, asebutalol
ACE Inhibitor Captopril, enalapril, lisinopril,
perindopril, ramipril
Fosinopril
Antagonis Reseptor
Angiotensin II
- Losartan, candesartan
CCB - Amlodipin, diltiazem, felodipin,
isradipin, nifedipin, verapamil
Vasodilator Minoxidil, diazoksid,
nitroprussid
Hidralazin
36
37. Nyeri dada
• Etiologi :
Hipotensi, angina, sindrom disequilibrium, gangguan
musculoskeletal, efusi pericardium, pericarditis dialisis, reaksi
dialiser, hemolisis, emboli udara.
• Evaluasi klinis:
1. Evaluasi karakter dari nyeri dada
2. Tanda vital
3. Nilai masalah jantung : EKG
• Tata laksana : sesuai etiologi
37
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
38. Aritmia
Patofisiologi :
1. Gangguan ritme jantung: ektopik ventrikuler dan atrial, gangguan
konduksi, block and bundle branch block, SVT
2. Prosedur HD: Perubahan volume ekstraseluler dan komposisi elektrolit
secara cepat atau besar
3. Penyakit jantung pada pasien dialysis: hipertrofi ventrikel kiri, iskemia
miokard, disfungsi miokard
4. Disfungsi autonom
38
39. Evaluasi:
1. Identifikasi tipe aritmia dengan EKG
2. Cek stabilitas hemodinamik
3. Cari faktor pencetus aritmia:
• UF rate yang tinggi
• komposisi dialisat tinggi kalsium (hypercalemic dialysate)
• cek posisi HD cath dengan foto rontgen dada karena dapat menyebabkan
gangguan pada sistem konduksi atrioventikuler
• toksisitas digoksin
• abnormalitas elektrolit (hipokalemia dan hipomagnesemia)
• iskemia miokard (EKG dan enzim penanda iskemia)
39
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
40. Tata laksana akut
1. Stop HD (kecuali penyebab block jantung adalah hiperkalemia yang dengan HD
dapat diperbaiki)
2. Tata laksana sesuai panduan ACLS
40
Pencegahan
1. Kontrol ketat konsumsi cairan dan kalium interdialitik sehingga menurunkan
kebutuhan penarikan UF yang agresif dan penggunaan komposisi dialisat
rendah kalium
2. Penggunaan komposisi dialisat normal kalsium
3. Hindari penggunaan obat antiaritmia jangka lama (kecuali obat golongan beta
blocker dan Calcium channel blocker)
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
41. 41
Sebelum
HD
Kelebihan cairan
Gagal jantung
Asma
Pneumonia
Saat
HD
Emboli udara
5-30’ : type A
dialyzer reaction
30-60’ : type B
dialyzer reaction
60’ : Hemolisis
Akhir HD: sindrom
disekuilibrium
Obat : heparin,
preparat besi iv
Setelah
decloting
akses
Emboli pulmonal
Sesak napas
Tata laksana : sesuai etiologi
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
44. 44
Cytotoxic brain
oedema
• Terjadi pada saat dan segera setelah
prosedur HD selesai
• Gejala : nyeri kepala, mual, kelelahan,
bingung, kejang, dan koma
• Disebabkan karena perubahan osmotik
transien dan elektrolit secara cepat atau
besar.
• Edema serebri dan peningkatan tekanan
intrakranial merupakan faktor primer
terjadinya sindrom disequilibrium
target terapi
45. ↑water transport vs ↓urea transport
45
• Pembersihan urea yang cepat saat
HD menyebabkan tekanan osmotik
bergerak mendorong air
berpindah ke otak
• Idiogenic osmoles : kehadiran zat
ormotik aktif di otak
• Asidosis intraserebral paradoksikal:
koreksi asidosis metabolik yang
cepat hipoventilasi dan
meningkatkan CO2 dalam darah
difus ke dalam cairan serebrospinal
lebih cepat daripada serum
bikarbonat edema serebri.
46. 46
Manitol 20% 0.5 - 1.0 g/kgBB (max 12.5 g),
hentikan 30 menit sebelum sesi HD selesai
dan jangan diberikan > 2 kali per minggu
Gunakan dialisat
bikarbonat
Pencegahan:
• Gunakan dializer ukuran < BSA
• Kurangi durasi dialisis
• Kurangi Qb rate to 2-3 ml/kg/min
• Kurangi Qd rate
• Gunakan dialisat tinggi sodium (>140
mmol/l)
BUN tinggi ≥ 60 mmol/L
47. 47
Definisi:
Kejadian 3 kali serangan nyeri kepala akut dengan 2 kriteria berikut:
a. Nyeri kepala terjadi saat prosedur HD
b. Nyeri kepala menghilang 72 jam setelah HD
c. Nyeri kepala menghilang saat pasien sudah mendapatkan
transplantasi dan tidak lagi HD
Nyeri kepala
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
48. Etiologi :
Hipertensi, hipotensi, hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, sindrom disequilibrium,
ensefalopati uremikum, kafein atau obat - obatan tertentu, peningkatanan tekanan
intraokular.
Tata laksana akut:
₋ Analgesia
₋ Kontrol hipertensi intradialitik : Nifedipin 0.25-0.5 mg/kg/dosis (maks. 10 mg)
Pencegahan nyeri kepala berulang:
⁻ Koreksi factor pencetus
⁻ Pencegahan hipotensi dan hipertensi intradialitik
48
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
49. Kejang
Definisi:
Kejang yang berlangsung selama prosedur HD atau 12 - 24 jam setelah prosedur
HD selesai
Etiologi :
• Ensefalopati uremikum
• Sindrom disequilibrium
• Kelainan elektrolit dan metabolik
• Hipoksia akibat kelebihan cairan
• Hemodinamik tidak stabil
• Transfusi yang terlalu cepat
• Obat - obatan: EPO, imipenem, ertapenem, penisilin, sefalosporin,
ciprofloksasin, etanol, teofilin, siklosporin, asiklovir, antasid, obat kontras
• Heparinisasi
49
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
50. 50
Evaluasi:
• Gali riwayat kejang sebelumnya
• Gali riwayat obat – obatan yang didapatkan sebelumnya
• Cek tekanan darah saat HD berlangsung
• Cek urea reduction rate, dll
Tata laksana akut kejang:
• Turunkan Qb dan cegah penurunan tekanan darah yang terlalu cepat
• ABC
• Pertimbangkan untuk menghentikan HD
• Berikan manitol 20% atau D50% jika dicurigai sindrom disequilibrium
• Pemberian obat potong kejang: Diazepam atau lorazepam (0,005 - 1 mg/kgBB/kali)
Pencegahan kejang berulang :
• Ensefalopati uremikum: mulai HD lebih awal, antikejang profilaksis
• Asidosis metabolik: koreksi hipokalsemia sebelum koreksi asidosis metabolik
• Hipoksia: pastikan saturasi oksigen baik, tata laksana aritmia
• Rendah heparin atau tanpa heparin
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
51. 51
Kram otot
Definisi:
Kontraksi otot involunter dalam waktu lama, sering terjadi pada ekstremitas bawah
Etiologi :
• Hipotensi
• Perubahan osmolalitas plasma
• Hiponatremia
• Hipoksia jaringan
• Hipomagnesium
• Hipokalsemia
• Defisiensi karnitin
• Peningkatan kadar leptin
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
52. 52
Evaluasi:
• Cek tekanan darah saat HD berlangsung
• Cek UF rate (> 13 ml/kgBB/jam)
• Cek kadar kalsium, natrium, dan magnesium
Tata laksana akut kejang:
• Tata laksana hipotensi
• Naikkan osmolalitas plasma: Dextrose 50% 1 ml/kgBB (maks. 50 ml) atau manitol 20%
0,2 0,5 g/kgBB infusion (maks. 12.5-37.5 g)
• Terapi lokal dengan pijat atau kompres hangat
Pencegahan kram berulang :
• Meminimalkan kenaikan berat badan interdialitik
• Suplemen karnitin
• Hindari faktor pencetus
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
55. Kebocoran darah
55
Definisi:
Kerusakan integritas serabut pada dialiser yang menyebabkan darah mengalir ke
bagian dialisat
Etiologi:
• Kerusakan dialiser saat proses transport
• Kerusakan produksi
• Tekanan transmembrane yang terlalu tinggi
Manifestasi klinis:
• Alarm pendeteksi kebocoran darah teraktivasi
• Tampak darah pada cairan dialisat
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
56. Tata laksana:
a. Ketika alarm deteksi kebocoran darah berbunyi:
Blood pump akan berhenti secara otomatis
Cek adanya darah pada cairan dialisat
Jika tidak tampak, cek menggunakan dipstick
a. Hentikan HD apabila terdapat darah pada dialisat dan jangan kembalikan sisa
darah pada tubing ke pasien
b.Pertimbangkan HD denga sirkuit baru jika diperlukan
c. Periksa kultur darah dan berikan antibiotic profilaksis untuk pasien
56
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
57. 57
Reaksi dialiser
Tipe A (Anafilaksis) Tipe B (Non spesifik)
Angka kejadian 5/100.000 dialiser 3 - 5 /100 dialiser
Patogenesis Reaksi hipersensitifitas terhadap komponen dalam
sirkuit dialisis yang menimbulkan tanda dan gejala
anafilaksis
Aktivasi complement oleh grup hidroksil terhadap
membran bioincompatible dengan gejala sekuastrasi
pulmonal
Etiologi Leachable substances, bacterial peptides, AN69
membrane, heparin, formaldehyde
Syntetic membrane, reused
Onset 5 - 30 menit sesaat setelah darah Kembali ke dalam
tubuh pasien
Reaksi lambat, biasanya 30 - 60 menit setelah
prosedur HD dimulai
Derajat keparahan Sedang sampai berat Ringan
Gejala Gatal, urtikaria, batuk, bersin, pilek, mata berair,
wheezing, sesak napas, hipotensi, hipoksia
Nyeri dada, nyeri punggung, sesak napas, mual,
muntah, hipotensi, neutropenia, trombositopenia
Tata laksana Hentikan HD segera tanpa mengembalikan darah
ke pasien
Difenhidramin iv 2 mg/kgBB
Adrenalin 1 : 10.000 iv 0,1 ml/kgBB
Hidrokortison iv 4 mg/kgBB
Lanjutkan dialisis
Pencegahan Cuci dengan bersih, ganti membran dialiser Reuse tanpa bleech
Yap HK, Liu ID,Ng KH (eds.). 2018. Pediatric nephrology on the go, 3rd edition. Shaw-NKF-NUH Children’s Kidney Center
Salah satu teori yang lebih umum diterima untuk hipertensi intradialitik adalah ultrafiltrasi yang mengakibatkan overshoot dari aktivasi counterregulatory RAS, mengakibatkan stimulasi produksi renin dan angiotensin II yang berlebihan. Pada sebagian besar, pasien dengan gagal ginjal mempertahankan integritas fungsional RAS, yang ditunjukkan dengan peningkatan renin sebagai respons terhadap penurunan volume. Peningkatan renin mungkin terjadi pada mereka yang memiliki tingkat dasar renin yang tinggi (12). Respon renin terhadap ultrafiltrasi, bagaimanapun, tumpul dan tidak konsisten di antara semua pasien dialisis (5). Fellner (2) mengamati bahwa pasien dengan gangguan tubulointerstitial atau yang telah menjalani nefrektomi bilateral lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan hipertensi intradialitik dan berhipotesis bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan aktivitas RAS pada pasien ini. Satu studi intervensi mengevaluasi apakah pengobatan dengan penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE) menurunkan hipertensi intradialitik (13). Para penulis mengevaluasi enam pasien dengan peningkatan tekanan darah selama hemodialisis, dengan
peningkatan terkait aktivitas renin plasma pada empat dari enam pasien. Pemberian 50 mg kaptopril pada awal sesi hemodialisis meningkatkan kontrol tekanan darah pada mereka dengan dan tanpa peningkatan aktivitas renin plasma.