Tata susila adalah pedoman perilaku yang baik berdasarkan ajaran agama dan moralitas. Tujuannya adalah menciptakan hubungan harmonis antara manusia dengan sesama, alam, dan Tuhan. Tata susila mendorong sikap saling menghargai, jujur, dan adil.
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Resume kb 1
1. RESUME KONSEP DAN DASAR TATA SUSILA (EKAYANA)
KEGIATAN BELAJAR 1
Nama : Ni Wayan Sriani
NUPTK : 4334749650300013
Kelas : 7
A. KONSEP DAN DASAR TATA SUSILA (EKAYANA)
1. Pengertian Tata Susila secara Etimologi
Tata Susila berasal dari kata Tata dan Susila. Tata dapat berarti hubungan, urutan,
norma, ketentuan. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia yang selaras
dengan ketentuan-ketentuan dharma dan yadnya (Jingga : 1967:47). Dharma
dalam susila yaitu hubungan yang selaras dan rukun antara sesama dengan alam
semesta Hubungan yang selaras atau harmonis ini berlandaskan pada yadnya
yaitu suatu korban suci yang didasarkan pada keiklhasan dan kasih sayang.
“Susila adalah perilaku yang benar.
Dalam hubungan dengan konsep Tata dan Susila, maka Tata Susila adalah aturan,
norma, ajaran mengenai perilaku yang benar atau dapat disebut sebagai ajaran
moralitas, yang dalam bahasa Sanskerta disebut dengan Ekayāna.
2. Konsep Dasar Tata Susila
Agama adalah dasar tata susila yang kokoh dan kekal, ibarat landasan
Bangunan, dimana suatu bangunan harus didirikan. Jika landasan itu tidak kuat,
maka mudah benar bangunan itu roboh.demikian juga hanya dengan tata susila. Bila
tidak dibangun atas dasar agama sebagai landasan yang kokoh dan kekal. Maka tata
susila itu tidak mendalam dan tidak meresap dalam diri manusia.Tata susila yang
berdasarkan ajaran-ajaran agama, atau yang berpedoman atas ajaran kerohanian
2. sebagai yang terdaat di dalam kitab suci Upanisad (Wedanta). Di dalam Upanisad
terdapat suatu dalil yang berbunyi sebagai berikut : Brahman Atman Aikyam yang
artinya Brahman dan Atman (Jiwatman) adalah tunggal. Oleh karena semua Jiwatma
semua mahluk tunggal dengan Brahman, maka jiwatman suatu mahluk tunggal juga
dengan semua jiwatma dan jiwatma kitapun tunggal dan sama dengan jiwatma (roh)
semua mahkluk. Keinsyapan akan tunggalnya jiwatma kita, maka jiwatma dan
jiwatma kitapun tunggal dan sama dengan mahkluk lainnya.
Jadi tata susila merupakan pedoman hidup manusia dalam berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya agar tercapainya keharmonisan hidup di dunia ini. Tata Susila
sebagai pedoman hidup manusia dalam rangka menghindari suatu kecendrungan
perilaku yang tidak baik.
Cri Krsna dalam Bhagawad Gita telah membagi kecendrungan budi manusia atas
dua bagian, yakni :
1. Daiwi Sampat, yaitu mutu kedewaan dan
2. Asuri Sampat, yaitu mutu keraksasaan
3. Dasar kebijakan
Dalam bagian ini membicarakan, apakah yang menjadi dasar yang kekal dari
kebajikan itu. Mengingini hubungan yang selaras satu sama lainnya. Pada bagian
yang terdahulu kita telah menerangkan bahwa tiap-tiap orang, tidak dapat hidup
menyendiri, ia tergantung satu sama lainnya, dan tiap-tiap orang dihidupkan oleh
satu jiwatma yang besar yaitu Paramatma. Jadi jika jiwatma-jiwatma seseorang yang
besar, yaitu Paramatma. Kepada Paramatma inilah tiap-tiap makhluk harus
menyesuaikan dirinya. Dan hukum hotel tunimbal dan saling berhubungan itu
disebut Yajna.
Ada lima macam makhluk yang terikat satu sama lainnya di dunia ini, yaitu
Dewa- dewa, Pitra-pitra, Rsi-Rsi, Manusia dan makhluk bawahan. Pengorbanan-
pengorbanan kepada kelima bagian ini, adalah merupakan kewajiban. Diantara
kelima kewajiban ini yang dilakukan sehari-hari, tiga diantaranya yang
menimbulkan hutang budi yang terpenting, ialah:
3. 1. Rsi Rnam, yaitu hutang budi kepada Rsi.
2. Pitra Rnam, yaitu hutang budi kepada Pitra.
3. Dewa Rnam, yaitu hutang budi kepada Dewa.
Adapun Rsi Rnam, itu dapat dikembalikan dengan adbyayanam yaitu yang
maksudnya mempelajari kitab-kitab suci, diantaranya Weda-weda dan semasih
menjadi murid-murid setia kepada guru. Pitra Rnam, yaitu hutang budi kepada
leluhur, dapat kita kembalikan dengan memelihara keluarga dengan jalan baik dan
melakukan kewajiban sebagai anggota keluarga, termasuk disini dana punya. Dan
akhirnya Dewa Rnam, yaitu kewajiban kepada Dewa-dewa yang dilakukan dengan
yajna, (pengorbanan).
Pada Mahabharata jiwa kebenaran ini kita dapati pada Yudhistira, dimana ia
sendiri tidak mau merebut kerajaan sebelum waktunya, karena ia berjanji untuk
tetap didalam pengasingan. Jadi dengan ini dapat disingkatkan, bahwa tidak ada
sifat yang dapat dikatakan bersifat kebajikan yang tidak mempunyai kebenaran
sebagai dasarnya. Kebenaran adalah dasar dari semua kepahlawanan yang besar,
mahkota dan kebajikan, pemelihara dari keluarga, pelindung dari negara. Dan
sebaliknya, kebohongan atau dursila adalah racun dari semua kebajikan, yang
menghancurkan negara dan mengotori susila. Untuk membangun suatu sifat yang
luhur, kebenaranlah yang merupakan dasarnya.
4. Tujuan Tata Susila
Tujuan tata susila ialah untuk membina hubungan yang selaras atau perhubungan
yang rukun antara seseorang (jiwatma) dengan mahluk yang hidup disekitarnya,
perhubungan yang selaras antara keluarga yang membentuk masyarakat dengan
masyarakat itu sendiri, antara satu bangsa dengan bangsa yang lain dan antara
manusia dengan alam sekitarnya. Telah menjadi kenyataan bahwa perhubungan
yang selaras atau rukun antara seseorang dengan mahluk sesamanya, antara
anggota-anggota sesuatu masyarakat, suatu bangsa, manusia dan sebagainya,
menyebabkan hidup yang aman dan sentosa. Suatu keluarga masyarakat bangsa
4. atau manusia, yang anggota-anggotanya hidup tidak rukun dan selaras berarti
kebahagiaan dan perhubungan yang kacau, atau tidak rukun berarti malapetaka.
Tata susila membina watak manusia untuk menjadi anggota keluarga, anggota
masyarakat yang baik, menjadi putra bangsa dan menjadi manusia yang selain dari
pada itu, tata susila juga menuntut seseorang untuk mempersatukan dirinya dengan
mahluk sesamanya dan akhirnya menuntun mereka untuk mencapai kesatuan
Jiwatmanya (rohnya) dengan Paramatma (Hyang Widhi Wasa atau Brahman).
Jadi tata susila menuntut kita pada kita pada agama yang tertinggi, menyadari
kebenaran yang tertinggi dan mencapai tujuan yang tertinggi. Oleh karena itu
tidaklah ada batas lagi antara tata susila dan agama. Tujuan agama dan tata susila,
ialah Içwara dan kehidupan Icwara. Oleh karena itu, tata susila Hindu adalah cabang
dari agama Hindu, yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
Selain dari menyelaraskan badan kasar (sthula carira), tata susila memusatkan
penyelarsannya kepada badan halus (suksma carira), tata susila smemusatkan
penyelarasannya kepada badan halus (suksma carira), bagian-bagian yang termasuk
suksma carira, ialah pikiran dan indra. Pikiran hendaknya mengemudikan indra,
oleh karena itu pikiran harus bersih dan murni. Pikiran harus dilatih untuk mencapai
kebajikan, seperti diajarkan didalam kitab-kitab suci. Kewajiban ini pada umumnya
ialah :
1. Cinta kepada kebenaran.
2. Cinta kepada kejujuran.
3. Cinta kepada keihlasan.
4. Cinta kepada keadilan.
5. Kesusilaan dan Kedrusilaan
Hubungan kesusilaan dan kedursilaan berdasarkan atas rasa kasih dan dengki. Kasih
mendorong rasa berkorban, rasa berkorban, rasa mengekang diri, rasa ngabdi untuk
kebahagiaan sesamanya. Kasih munncul dari dalam kalbu yang merupakan alam
Paramatma, yaitu alam Ananda (Kebahagiaan).
5. Kasih adalah dasar semua kebajikan (dharma), dan dengki adalah dasar kedursilaan
(adharma). Persatuan sesuai dengan hukum kebenaran dan pemecahan bertentangan
dengan hukum kebenaran itu. Kerukunan menunjukkan kemajuan dan percekcokan
menunjukkan kemunduran.
Hubungan manusia dengan dewa-dewa, pitra-pitra dan manusia didunia ini dapat
kita bagi menjadi tiga bagian.
1.Perhubungan antara yang lebih tinggi
2.Perhubungan antara yang setara
3.Perhubungan antara yang lebih rendah Kesusilaan dan kedursilaan antara yang
lebih tinggi.
Yang dimaksudkan dengan perhubungan antara yang lebih tinggi, ialah
perhubungan manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa, dengan guru Wicesa
(negara), dengan guru Reka (orang tua), dengan guru Pengajian (yang mengajar),
dengan yang lebih final umurnya dan dengan orang yang berpengetahuan serta
mempunyai tata susila yang tinggi (Niticara. Udyoga).