SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I
PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
Tanggal : 11 SEPTEMBER 2015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANTANG MUNDUR
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri
sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut
juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan
dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan
sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor
yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam,
dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural.
Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal
suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan
sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-
bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya
mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam
pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.(waluyo, 2010).
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya.
Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna
mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat
ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan
bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat (Entjang, 2003).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
B. Tujuan praktikum
1. Melakukan beberapa teknik pewarnaan untuk identifikasi dan pengelompokan mikroorganisme.
2. Mengamati dan menganalisis hasil reaksi reaksi pewarnaan di bawah mikroskop.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dasar Teori
A. Pewarnaan Kapsul
Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya yang melapisi
dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak maka disebut dengan kapsula.
Pada beberapa bakteri adanya kapsula menunjukkan sifat yang virulen. Kapsula bakteri
tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula bakteri perlu dilakukan
pewarnaan khusus (Hastuti, 2008). Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
nigrosin, merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan pewarna yang tidak menembus
kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya. Ini merupakan
penampilan negatif kapsul yang terlihat jernih dengan latar belakang gelap (Schlegel, 1994).
Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika lapisan
polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi
jika polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini
disebut lendir (Darkuni: 2001). Baik kapsula maupun lendir terdiri dari polisakarida dan
polipeptin (komplek polisakarida dengan protein). Kapsula bukan organ yang penting untuk
kehidupan sel bakteri. Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk
kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam medium. Kapsula berfungsi dalam
penyesuaian diri dengan lingkungannya. Misalnya berperan dalam mencegah terhadap
kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat
antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga berfungsi
untuk alat mencantelkan diri pada permukaan seperti yang dilakukan oleh Streptococcus
muans (Darkuni, 2008).
Hal yang serupa juga dijelaskan dalam Dwidjoseputro (2005) bahwa lapisan lendir
terdiri atas karbohidrat dan pada beberapa spesies tertentu, lendir itu juga mengandung
unsur N atau P. Lendir bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil
pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seakan-akan
merupakan suatu ”benteng” untuk bertahan. Kapsula merupakan gudang cadangan makanan
(Pelczar: 2007). Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen) berfungsi untuk
menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi. Selain itu, bakteri berkapsula juga
menyebabkan adanya gangguan lendir dalam proses industri. (Pelczar:2007). Ukuran
kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya bakteri tersebut. Pada
beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya satu per sekian diameter selnya, namun dalam
kasus-kasus lainya ukuran kapsula jauh lebih besar daripada diameter selnya.
Lapisan kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu diperlukan suatu
pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger yaitu dengan
menggunakan pewarna larutan formol-gentian violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi
cara untuk perwarnaan kapsula bakteri adalah dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak
langsung ). Pada pewarnaan negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna negatif sedangkan
bakterinya diwarnai dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat
lapisan terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna (Waluyo, Lud: 2007).
Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa. Beberapa
kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul
dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat
diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama. Beberapa cara pewarnaan telah
dikemukakan dalam usaha memperlihatkan adanya kapsul, cara tersebut antara lain adalah
cara pewarnaan negatif dan cara pewarnaan kapsul (Irianto, 2006). Hasil pewarnaan dengan
menggunakan cara pewarnaan negatif menunjukkan bakteri berwarna merah, sedangkan
kapsul tampak sebagai daerah yang kosong di sekitar tubuh bakteri, dan latar belakang
berwarna gelap. Cara pewarnaan negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins (Irianto, 2006).
Menurut Tarigan (1988), pengecatan negatif bertujuan untuk mewarnai latar belakang atau
bidang pandang di bawah mikroskop dan bukan untuk mewarnai sel-sel mikroba yang
diperiksa. Pengecatan negatif dapat digunakan untuk melihat kapsul yang menyelubungi
tubuh bakteri dengan hanya menggunakan satu macam cat saja. Sedangkan pewarnaan
kapsul (pewarnaan positif) pertama dikemukakan oleh Tyler. Dalam pewarnaan positif ini
digunakan senyawa kristal violet 0,18 gram. Hasil dari pewarnaan kapsula ini adalah kapsul
tampak berwarna biru-ungu yang terletak disekitar tubuh bakteri. Sedangkan bakterinya
sendiri berwarna biru kelam (Irianto, 2006).
B. Pewarnaan Spora
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam
tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (central), ujung (terminal)
ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang
secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel
bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan
fisik maupun kimiawi.
Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang dapat membentuk
endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di
dalam tubuh vegetative bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora)
yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami
penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan.Dengan adanya kemampuan untuk
membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim.Menurut
Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami
tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui
sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan
pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang
dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau
malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan
larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada
atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga
dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam
proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan
dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke
dalam dinding pelindung spora bakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri,
tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri.Semua spora bakteri mengandung
asam dupikolinat.Yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau
dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam proses pewarnaan, sifat
senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di warnai menggunakan pewarna
tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut pelczar (1986), selain
subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat kompleks Ca2+dan asam dipikolinan
peptidoglikan.
Proses pembentukan spora disebut sprorulasi, pada umumnya proses ini mudah
terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan kenyataan
bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan bakteri yang dibuat
beberapa minggu yang lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di dalam medium telah hampir
habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses sporulasi ini. Haapan ini terbukti
benanr dengan kenyataan bahwa dari kedua sampel yaitu koloni 1 dan koloni 2, keduanya
sama-sama menghasilkan spora.
Namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora
meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini
dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan
perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi. Masih menurut Dwijoseputro
(1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri
selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam
membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan
sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus
menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya
dalam membentuk spora.
Proses pembentukan spora di dalam sel vegetatif bakteri, terjadi dalam beberapa
tahapan, secara singkat bagan proses pembentukan spora bakteri di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Terjadi kondensasi DNA pada bakteri yang akan membentuk spora
2. Terjadi pembalikan membran sitoplasma, sehingga, lapisan luar membran kini menjadi
lapisan dalam membran (calon) spora.
3. Pembentukan korteks primordial (calon korteks)
4. Pembentukan korteks
5. Spora terlepas dan menjadi spora yang bebas, pada tahap 5 ini,jika spora mendapatkan
lingkungan yang kondusif, maka ia bisa tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru.
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun-tahun bahkan
berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif
akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan
dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak
menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap
menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak
secara normal (Volk & Wheeler, 1988).
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan bahan
Alat
1. Kaca benda (object glass)
2. Sengkelit / jarum ose
3. Pembakar Bunsen
4. Pipet tetes
5. Penjepit kaca benda
6. Mikroskop cahaya
7. Kertas saring
8. Corong
9. Kertas lensa
Bahan
1. Kultur / biakan bakteri Bacillus subtilis dan bakteri Klebsiella pneumonia
2. Minyak imesi
3. NaCl fisiologis
4. Karbol fuchin
5. Tinta cina
6. Metilen biru
7. H2SO4 1 %
C. Cara kerja
1. Pewarnaan Kapsul
Prosedur Pewarnaan menurut Burri –Gins
• Diteteskan Nacl 0,85 % diatas alas kaca, kemudian tanamkan 1 mata sengkelit atau
secukupnya biakan bakteri, campurkan.
• Diletakkan di sebelah campuran tadi 3 tetes tinta cina.
• Campurkan tinta cina dengan bakteri, hapuskan dengan menggunakan alas kaca lain
sampai tercampur merata.
• Keringkan , fikasasi / rekatkan diatas api
• Tuangi karbol Fuschin yang telah ditipiskan 1 :10, panaskan selama 1 – 2 deti atau
dengan karbol thionin , diamkan selama 5 – 10 menit.
• Zat warna dibuang, bilas dengan air kran.
• Keringan diantara kertas saring atau udara
• Amati hasil pewarnaan
• Badan bakteri akan berwarna merah, selubung tidak berwarna dan dasar pewarnaan
berwarna hitam kemerah- merahan
2. Pewarnaan Spora
Prosedur pewarnaan menurut Klein adalah
• Dibuat suspense pekat bakteri dalam 0,5 ml air garam 0,85 % dalam tabung.
• Ditambahkan karbol Fuschin (perwarna primer) sama banyaknya dengan Nacl tadi
(0,5 ml)
• Panaskan diatas api kecil selama 6 menit atau didalam water bath 80 ºC selama 10
menit.
• Buat preparat dari suspense tadi dan dikeringkan, rekatkan.
• Teteskan asam Sulfat 1% sambil dimiringkan untuk membuang zat warna yang
berlebihan selama 1 – 3 detik.
• Bilas dengan air kran
• Tuangi air metilen biru, diamkan selama 2 -4 menit.
• Zat warna dibuang, bilas dengan air kran, keringkan diatas kertas saring atau di
udara.
• Amati hasil pewarnaan di mikroskop.
• Badan bakteri berwarna biru, spora berwarna merah.
BAB IV
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh :
No Jenis Pewarnaan Gambar Keterangan
1 Pewarnaan Spora Nama Bakteri : Bacillus subtilis
Bentuk : Oval
Warna sel bakteri :biru
Warna /bentuk spora : merah, Oval
Letak spora : terminal
2 Pewarnaan Kapsul Nama Bakteri : Klebsiella
pneumonia
Zat warna : tinta cina & karbol
Fuchin
Warna / bentuk sel: merah / oval,
lonjong
Warna latar belakang : hitam
kemerahan
Bentuk & warna selubung : bening,
oval
B. PEMBAHASAN
Nindi Ayu Astuti Ningtyas (2016210169 )
1. Pewarnaan Kapsul
a) Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan kapsul kali ini, digunakan suspensi dari
bakteri Klebsiella pneumonia . Hasil yang didapat pada percobaan ini bakteri Klebsiella
pneumonia mempunyai kapsul yang berbentuk lonjong oval yang berwarna bening.
Badan dari sel didalam kapsul berwarna merah berbentuk oval lonjong juga. Warna dari
latar belakang atau dasar dari pewarnaan tersebut adalah hitam kemerah merahan.
b) Klebsiella pneumonia merupakan salah satu bakteri yang menghasilkan kapsul.
Klebsiella mempunyai kapsul yang sangat tebal. Kebanyakan kapsul terdiri dari
polisakarida, tapi ada pula yang terdiri dari polipeptida. kapsul ini berbeda dari lapisan
lendir yang menghasilkan sel-sel yang paling bakteri dalam bahwa ini adalah, tebal
terdeteksi, diskrit lapisan luar dinding sel. Beberapa kapsul memiliki batas-batas yang
jelas, dan beberapa fuzzy, trailing tepi. Kapsul melindungi bakteri dari tindakan fagositik
leukosit dan memungkinkan patogen untuk menyerang tubuh. Jika patogen kehilangan
kemampuannya untuk membentuk kapsul, dapat menjadi avirulent (Anonim 2010).
c) Pada percobaan pewarnaan kapsul ini perlu diperhatikan ketelitian dalam pembuatan
preparatnya terutama dalam penghapusan menggunakan tinta cina. Karena jika terjadi
kesalahan pada proses penghapusannya maka bakteri yang akan dilihat tidak
menampakan hasil yang maksimal.
2. Pewarnaan Spora
a) Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Spora kali ini, digunakan suspensi dari
bakteri Bacillus subtilis. Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada
pewarnaan tahan asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri yang tahan asam.
Sedangkan pewarnaan spora bertujuan untuk mewarnai spora pada bakteri yang dapat
membentuk spora.
b) Spora bakteri mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-pori
membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali mengecil
menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan asam
alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru
dari methylen blue.
c) Berdasarkan pengamatan, yang terlihat ialah bakteri Bacillus subtilis dengan spora yang
terminal, yaitu letak spora ada diujung sel. Sebenarnya jenis letak spora ada 3 buah: sentral,
yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel; terminal, yaitu letak spora ada diujung sel;
sub terminal, yaitu letak spora diantara ujung dan di tengah-tengah sel. Akan tetapi pada
pengamatan ini hanya ada spora terminalis.Warna sporanya merah sedangkan dan warna
badan vegetatif adalah biru. Bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri dengan famili
Bacillaceae. Bakteri yang dapat menghasilkan spora diantaranya ialah bakteri berasal dari
famili Bacillaceae, genus Bacillus, Clostridium, dan Sporosarcina.
Mouliza Mustafa (2016210152)
1) Pewarnaan Spora
a) Pada praktikum Pewarnaan Spora ini digunakan suspensi dari bakteri Bacillus subtilis.
Spora bakteri merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Setelah keadaan luar membaik bagi mereka, maka
pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah
karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh
luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi
dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
b) Pewarnaan spora ini bertujuan untuk membedakan antara spora bakteri dengan sel
vegetative bakteri, serta untuk mengetahui letak spora di dalam sel bakteri.
c) Berdasarkan pengamatan dari bakteri Bacillus subtilis diperoleh spora dengan letak
spora yang terminal, dimana letak sporanya ada diujung sel. Sebenarnya struktur dan
rangkaian endospora bakteri ada 7 jenis :oval, terminal yaitu bentuk spora oval dan
berada di ujung, rectangular, terminal; rectangular, subterminal; rectangular, central;
sikular, terminal; sirkular, central; terminal bentuk klub (club-shaped). Akan tetapi pada
pengamatan ini diperoleh spora bentuk bacil, warna sel bakteri biru sedangkan warna
dan bentuk spora adalah merah ; rectangular, zat warna yang digunakan adalah karbol
fuchsin ( primer metylen blue) dan letak sporanya adalah terminal.
2) Pewarnaan Kapsul
a) Pada pengamatan praktikum Pewarnaan kapsul ini, digunakan suspensi dari bakteri
Klebsiella pneumonia .Hasil yang didapat pada percobaan ini bakteri Klebsiella
pneumonia mempunyai warna dan bentuk sel merah; oval , warna latar belakang hitam
sedangkan bentuk dan warna selubung bakteri oval; putih.
b) Pewarnaan kapsul digunakan untuk membedakan kapsul dari sel bakteri. Pewarnaan
kapsul juga disebut pewarnaan negative, karena materi yang akan dilihat (kapsul) tidak
diwarnai, yang diwarnai adalah daerah latar belakang dan badan sel bakteri saja.
c) Kapsul merupakan lapisan polimer yang terdapat diluar dinding sel. Kapsul pada bakteri
dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. (Hadioetomo,1990).
d) Pada kegiatan praktikum ini pewarnaan secara tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan tinta cina. Pewarnaan secara tidak langsung ini dimaksudkan untuk
mewarnai latar belakangnya. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam
pengamatan sel bakteri akan tampak transparan dan diselubungi oleh kapsul yang
berwarna hitam.
e) Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna
yang bermuatan negatif (memiliki anion), sedangkan muatan yang ada di sekeliling
bakteri juga bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya tolak menolak
antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna transparan dan
nampak hanya warna latar belakangnnya yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini
dikarenakan sel bakteri tidak mampu menyerap warna.
Mutia Putri Nurmahmuda (2016210160)
1. Pewarnaan Kapsul
a) Saat melakukan praktikum pewarnaan kapsul, sebaikanya bakteri ditaruh di tengah-
tengah preparat agar ketika dicampur lalu dihapus dengan tinta cina dapat tersebar secara
merata.
b) Ketika proses penghapusan dengan tinta cina perlu diperhatikan dengan seksama agar
bakteri tidak hilang.
c) Diteteskannya tinta cina pada preparat dimaksudkan untuk mewarnai latar belakangnya.
Apabila bakteri memiliki kapsul,maka dalam pengamatan sel bakeri akan tampak
transparan dan dihubungi oleh kapsul. Tinta cina merpakan larutan yang mepunyai
kromophore atau butir pembaa warna yang bermuatan negative (memiliki anion) dan
muatan yang berada disekeliling bakeri juga negative. Sehingga terjadi tolak menolak
antar kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna transparan dan
yang tamak hanya warna latar belakangnya yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan
ini dikarenakan sel bakteri tidak mampu mnyerap warna.
d) Pada praktikum pewarnaan kapsul, digunakan suspense bakteri Klebsiella pneumonia,
dan hasil pengamatan yang diperoleh yaitu bakteri ini memiliki selubung berbentuk
lonjong oval dan berwarna bening , warna dari latar belakang pewarnaan tersebut adalah
hitam, sedangkan warna sel nya merah berbentuk lonjong.
e) Tanpa pewarnan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa
karena tidak berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah.
2 . Pewarnaan Spora
a) Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna
spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan
zat warna sel vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora
biasanya diwarnai dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.
b) Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora
di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis
tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan
pembengkakan sel kuman.
c) Pada hasil pengamatan praktikum pewarnaan spora menggunakan suspensi dari bakteri
Bacillus subtilis.
d) Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada pewarnaan tahan
asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri yang tahan asam. Sedangkan
pewarnaan spora bertujuan untuk mewarnai spora pada bakteri yang dapat membentuk
spora.
e) Berdasarkan hasil praktikum, bakteri Bacillus subtilis memiliki spora yang terminal,
yaitu letak spora berada diujung sel. Warna sporanya merah sedangkan warna badan
vegetatif adalah biru. Bakteri Bacillus subtilis(famili Bacillaceae).
M.Aldi Saputro (2016210142)
1. Pewarnaan Kapsul
a) Kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat di luar dinding sel. kapsul pada bakteri
dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b) Pada kegiatan praktikum ini, pewarnaan secara tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan tinta cina. Pewarnaan secara tidak langsung ini dimaksudkan untuk
mewarnai latar belakangnya. Aapabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam
pengamatan badan bakteri akan tampak berwarna merah dan selubung tidak berwarna,
dengan dasar pewarnaan berwarna hitam kemerah-merahan.
c) Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna
yang bermuatan negatif (pewarna asam) sedangkan kapsul tidak dapat diwarnai dengan
pewarna asam maupun basa, karena kapsul adalah materi yang tidak memiliki muatan.
Hal inilah yang menyebabkan kapsul bakteri berwarna transparan dan yang nampak
hanya latar belakangnya saja yaitu hitam kemerah-merahan, dan badan sel bakterinya
yang berwarna merah.
d) karbol fuchsin merupakan campuran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam
prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan
mikrobacteria karena memiliki ketertarikan untuk asam yang ditemukan di dinding sel
mikroba.
e) Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan kapsul kali ini, digunakan suspensi dari bakteri
Klebsiella pneumonia. Hasil yang didapat pada percobaan ini bakteri Klebsiella pneumonia
mempunyai Badan sel didalam kapsul berwarna merah dan berbentuk oval lonjong . Warna
dari latar belakang atau dasar dari pewarnaan tersebut adalah hitam kemerah merahan serta
memiliki bentuk kapsul oval dengan warna kapsul putih.
2. Pewarnaan Spora
a) Spora adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat pada induk sel, merupakan suatu
stadium dorman dari sel vegetatif.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora yaitu fiksasi, waktu pengecatan tidak
tepat,smear terlalu tebal,konsentrasi reagen,umur bakteri, dan nutrisi
c) Waktu yang ditentukan untuk penetesan zat warna dan H2SO4 sebaiknya tidak lebih ataupun
kurang dari waktu yang telah ditentukan, karena hal tersebut akan dapat mempengaruhi hasil
preparat saat dilihat dibawah mikroskop.
d) Pada hasil pengamatan praktikum pewarnaan spora kali ini, digunakan suspensi dari bakteri
Bacillus subtilis. Berdasarkan pengamatan, yang terlihat ialah bakteri Bacillus subtilis
dengan spora yang terminal, yaitu letak spora berada di ujung sel. Sebenarnya jenis letak
spora ada 3 buah ; sentral, yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel ; terminal, yaitu
letak spora berada di ujung sel ; subterminal, yaitu letak spora diantara ujung dan di
tengah-tengah sel. Akan tetapi pada pengamatan ini hanya ada spora terminalis. Warna
sporanya merah dengan bentuk rectangular sedangkan warna sel bakterinya biru dengan
bentuk bakteri, bacil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada pewarnaan spora digunakan bakteri jenis Bacillus subtilis dan
didapatkan hasil dengan spora yang terminal, yaitu letak spora ada diujung sel. Warna sporanya
merah sedangkan dan warna badan vegetatif adalah biru.
2. Pada pewarnaan kapsul digunakan bakteri Klebsiella pneumonia dan
didapatkan hasil bahwa kapsul dari bakteri ini berbentuk oval lonjong dengan warna bening
dan bentuk sel oval lonjong berwarna merah. Dasar pewarnaan nya berwarna hitam kemerah
merahan.
3. Keberhasilan percobaan ini sangat bergantung pada cara kita melakukan
pembuatan preparat yang benar dan sesuai prosedur agar mendapatkan hasil yang maksimal.
B. Saran
1. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut pada bakteri lainnya agar dapat membandingkan bentuk
dan letak spora maupun kapsul dari masing masing bakteri uji tersebut.
2. Agar dapat mempelajari berulang ulang hingga betul- betul memahami semua tentang
pembuatan preparat yang benar, hendaklah membuat media dilakukan dengan benar, telaten,
berhati hati jangan tergesa gesa dan selalu ikuti prosedur yang ada agar mendapatan hasil yang
diinginkan.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan
Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses pada
tanggal 14 April 2009, Makassar.
Fauziah., 2008, http://www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf.
diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar.
Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta.
Lampiran
Pewarnaan spora pada Bacillus subtilis
Pewarnaan kapsul pada Klebsiella pneumoniae
Lampiran Percobaan P-nitroanilin dari p-nitroasetanilida
Lampiran percobaan pembuatan etil asetat
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI

More Related Content

What's hot

Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Okta Yosiana Dewi
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteriAfifi Rahmadetiassani
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinariindrawati2
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Laporan mikrobiologi morfologi mikroba
Laporan mikrobiologi   morfologi mikrobaLaporan mikrobiologi   morfologi mikroba
Laporan mikrobiologi morfologi mikrobaMifta Rahmat
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)aufia w
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik SterilisasiRukmana Suharta
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusJosua Sitorus
 

What's hot (20)

Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
 
Laporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteriLaporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteri
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan mikrobiologi morfologi mikroba
Laporan mikrobiologi   morfologi mikrobaLaporan mikrobiologi   morfologi mikroba
Laporan mikrobiologi morfologi mikroba
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 
Soal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban BakteriologiSoal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban Bakteriologi
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
 

Similar to LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI

Percobaan 5 (pewarnaan)
Percobaan 5 (pewarnaan)Percobaan 5 (pewarnaan)
Percobaan 5 (pewarnaan)itatriewahyuni
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismeKalisthiana Yi Ku
 
Amali 1 bakteria
Amali 1 bakteriaAmali 1 bakteria
Amali 1 bakteriairna zuzy
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfWan Na
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfWan Na
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliahhari budin
 
Kingdom monera icew presentation
Kingdom monera icew presentationKingdom monera icew presentation
Kingdom monera icew presentationIseu Pranyoto
 
Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)
Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)
Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)Muhammad Lyan Pratama
 
Isolasi bakteri
Isolasi bakteriIsolasi bakteri
Isolasi bakterif' yagami
 
Contoh proposal penlitian
Contoh proposal penlitianContoh proposal penlitian
Contoh proposal penlitianKaniaRismayanti
 

Similar to LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI (20)

Percobaan 5 (pewarnaan)
Percobaan 5 (pewarnaan)Percobaan 5 (pewarnaan)
Percobaan 5 (pewarnaan)
 
Identifikasi bakteri
Identifikasi bakteriIdentifikasi bakteri
Identifikasi bakteri
 
Bakteriologi
 Bakteriologi Bakteriologi
Bakteriologi
 
Bakteriologi
 Bakteriologi Bakteriologi
Bakteriologi
 
Cyanobacteria
CyanobacteriaCyanobacteria
Cyanobacteria
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
Monera cyanobacteria
Monera cyanobacteriaMonera cyanobacteria
Monera cyanobacteria
 
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1BMIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
 
Amali 1 bakteria
Amali 1 bakteriaAmali 1 bakteria
Amali 1 bakteria
 
BAKTERI.ppt
BAKTERI.pptBAKTERI.ppt
BAKTERI.ppt
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliah
 
Kingdom monera icew presentation
Kingdom monera icew presentationKingdom monera icew presentation
Kingdom monera icew presentation
 
Milrobiologi bakteri
Milrobiologi bakteriMilrobiologi bakteri
Milrobiologi bakteri
 
Makalah_65 Laporan akhir praktikum mikrobiologi.
Makalah_65 Laporan akhir praktikum mikrobiologi.Makalah_65 Laporan akhir praktikum mikrobiologi.
Makalah_65 Laporan akhir praktikum mikrobiologi.
 
Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)
Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)
Biologi pertanian 14 sept 2017 (pendahuluan, sel, sel & jaringan daun)
 
Isolasi bakteri
Isolasi bakteriIsolasi bakteri
Isolasi bakteri
 
BAKTERI
BAKTERIBAKTERI
BAKTERI
 
Contoh proposal penlitian
Contoh proposal penlitianContoh proposal penlitian
Contoh proposal penlitian
 

More from Amphie Yuurisman

180 Soal & Pembahasan Keperawatan
180 Soal & Pembahasan Keperawatan180 Soal & Pembahasan Keperawatan
180 Soal & Pembahasan KeperawatanAmphie Yuurisman
 
Mendidik anak laki laki dan perempuan
Mendidik anak laki laki dan perempuanMendidik anak laki laki dan perempuan
Mendidik anak laki laki dan perempuanAmphie Yuurisman
 
EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2
EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2
EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2Amphie Yuurisman
 
Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2
Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2
Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2Amphie Yuurisman
 
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) Amphie Yuurisman
 
Soal soal Ujian Kelas 6 SD
Soal soal Ujian Kelas 6 SDSoal soal Ujian Kelas 6 SD
Soal soal Ujian Kelas 6 SDAmphie Yuurisman
 
LATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docx
LATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docxLATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docx
LATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docxAmphie Yuurisman
 
Materi kelas 2 (Senam Lantai).docx
Materi kelas 2 (Senam Lantai).docxMateri kelas 2 (Senam Lantai).docx
Materi kelas 2 (Senam Lantai).docxAmphie Yuurisman
 
Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6
Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6
Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6Amphie Yuurisman
 
PR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docx
PR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docxPR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docx
PR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docxAmphie Yuurisman
 
Makalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docx
Makalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docxMakalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docx
Makalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docxAmphie Yuurisman
 
SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...
SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...
SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...Amphie Yuurisman
 
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.doc
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.docSURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.doc
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.docAmphie Yuurisman
 
FORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdf
FORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdfFORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdf
FORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdfAmphie Yuurisman
 

More from Amphie Yuurisman (20)

180 Soal & Pembahasan Keperawatan
180 Soal & Pembahasan Keperawatan180 Soal & Pembahasan Keperawatan
180 Soal & Pembahasan Keperawatan
 
Mendidik anak laki laki dan perempuan
Mendidik anak laki laki dan perempuanMendidik anak laki laki dan perempuan
Mendidik anak laki laki dan perempuan
 
EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2
EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2
EBOOK MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi #2
 
Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2
Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2
Modul Lengkap Tugas Perkembangan Anak 2
 
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
 
Resep Bisnis Es Teh
Resep Bisnis Es TehResep Bisnis Es Teh
Resep Bisnis Es Teh
 
Soal soal Ujian Kelas 6 SD
Soal soal Ujian Kelas 6 SDSoal soal Ujian Kelas 6 SD
Soal soal Ujian Kelas 6 SD
 
LATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docx
LATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docxLATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docx
LATIHAN SOAL - PKN KLS 8 SEM 2.docx
 
Materi kelas 2 (Senam Lantai).docx
Materi kelas 2 (Senam Lantai).docxMateri kelas 2 (Senam Lantai).docx
Materi kelas 2 (Senam Lantai).docx
 
Materi Olah Raga Kelas 4
Materi Olah Raga Kelas 4Materi Olah Raga Kelas 4
Materi Olah Raga Kelas 4
 
Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6
Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6
Materi Pendidikan Olah Raga Kelas 6
 
SOAL US IPA 2020-2021
SOAL US IPA 2020-2021SOAL US IPA 2020-2021
SOAL US IPA 2020-2021
 
Soal US PAI Kelas 3 SMA
Soal US PAI Kelas 3 SMASoal US PAI Kelas 3 SMA
Soal US PAI Kelas 3 SMA
 
PR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docx
PR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docxPR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docx
PR Pangkat 3, Volume dan jaring-jaring kubus balok.docx
 
KUMPULAN SOAL BOARD
KUMPULAN SOAL BOARDKUMPULAN SOAL BOARD
KUMPULAN SOAL BOARD
 
MAKALAH LICHENES
MAKALAH LICHENESMAKALAH LICHENES
MAKALAH LICHENES
 
Makalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docx
Makalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docxMakalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docx
Makalah Distribusi Probabilitas Diskrit.docx
 
SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...
SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...
SURAT PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI IST...
 
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.doc
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.docSURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.doc
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK.doc
 
FORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdf
FORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdfFORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdf
FORM CLAIM MOTOR VEHICLE - ASURANSI MALACCA.pdf
 

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI

  • 1. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI Tanggal : 11 SEPTEMBER 2015 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANTANG MUNDUR JAKARTA
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008). Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994). Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian- bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.(waluyo, 2010). Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat (Entjang, 2003). Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian- penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008). B. Tujuan praktikum 1. Melakukan beberapa teknik pewarnaan untuk identifikasi dan pengelompokan mikroorganisme. 2. Mengamati dan menganalisis hasil reaksi reaksi pewarnaan di bawah mikroskop.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Dasar Teori A. Pewarnaan Kapsul Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya yang melapisi dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak maka disebut dengan kapsula. Pada beberapa bakteri adanya kapsula menunjukkan sifat yang virulen. Kapsula bakteri tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula bakteri perlu dilakukan pewarnaan khusus (Hastuti, 2008). Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan nigrosin, merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan pewarna yang tidak menembus kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya. Ini merupakan penampilan negatif kapsul yang terlihat jernih dengan latar belakang gelap (Schlegel, 1994). Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika lapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut lendir (Darkuni: 2001). Baik kapsula maupun lendir terdiri dari polisakarida dan polipeptin (komplek polisakarida dengan protein). Kapsula bukan organ yang penting untuk kehidupan sel bakteri. Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam medium. Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Misalnya berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaan seperti yang dilakukan oleh Streptococcus muans (Darkuni, 2008). Hal yang serupa juga dijelaskan dalam Dwidjoseputro (2005) bahwa lapisan lendir terdiri atas karbohidrat dan pada beberapa spesies tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P. Lendir bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seakan-akan merupakan suatu ”benteng” untuk bertahan. Kapsula merupakan gudang cadangan makanan (Pelczar: 2007). Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen) berfungsi untuk menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi. Selain itu, bakteri berkapsula juga menyebabkan adanya gangguan lendir dalam proses industri. (Pelczar:2007). Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya bakteri tersebut. Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya satu per sekian diameter selnya, namun dalam kasus-kasus lainya ukuran kapsula jauh lebih besar daripada diameter selnya. Lapisan kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu diperlukan suatu pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger yaitu dengan menggunakan pewarna larutan formol-gentian violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi cara untuk perwarnaan kapsula bakteri adalah dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak
  • 4. langsung ). Pada pewarnaan negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna negatif sedangkan bakterinya diwarnai dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna (Waluyo, Lud: 2007). Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa. Beberapa kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama. Beberapa cara pewarnaan telah dikemukakan dalam usaha memperlihatkan adanya kapsul, cara tersebut antara lain adalah cara pewarnaan negatif dan cara pewarnaan kapsul (Irianto, 2006). Hasil pewarnaan dengan menggunakan cara pewarnaan negatif menunjukkan bakteri berwarna merah, sedangkan kapsul tampak sebagai daerah yang kosong di sekitar tubuh bakteri, dan latar belakang berwarna gelap. Cara pewarnaan negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins (Irianto, 2006). Menurut Tarigan (1988), pengecatan negatif bertujuan untuk mewarnai latar belakang atau bidang pandang di bawah mikroskop dan bukan untuk mewarnai sel-sel mikroba yang diperiksa. Pengecatan negatif dapat digunakan untuk melihat kapsul yang menyelubungi tubuh bakteri dengan hanya menggunakan satu macam cat saja. Sedangkan pewarnaan kapsul (pewarnaan positif) pertama dikemukakan oleh Tyler. Dalam pewarnaan positif ini digunakan senyawa kristal violet 0,18 gram. Hasil dari pewarnaan kapsula ini adalah kapsul tampak berwarna biru-ungu yang terletak disekitar tubuh bakteri. Sedangkan bakterinya sendiri berwarna biru kelam (Irianto, 2006). B. Pewarnaan Spora Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi. Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di dalam tubuh vegetative bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan.Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya. Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan
  • 5. dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri.Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat.Yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di warnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat kompleks Ca2+dan asam dipikolinan peptidoglikan. Proses pembentukan spora disebut sprorulasi, pada umumnya proses ini mudah terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan bakteri yang dibuat beberapa minggu yang lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di dalam medium telah hampir habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses sporulasi ini. Haapan ini terbukti benanr dengan kenyataan bahwa dari kedua sampel yaitu koloni 1 dan koloni 2, keduanya sama-sama menghasilkan spora. Namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi. Masih menurut Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Proses pembentukan spora di dalam sel vegetatif bakteri, terjadi dalam beberapa tahapan, secara singkat bagan proses pembentukan spora bakteri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Terjadi kondensasi DNA pada bakteri yang akan membentuk spora 2. Terjadi pembalikan membran sitoplasma, sehingga, lapisan luar membran kini menjadi lapisan dalam membran (calon) spora. 3. Pembentukan korteks primordial (calon korteks) 4. Pembentukan korteks 5. Spora terlepas dan menjadi spora yang bebas, pada tahap 5 ini,jika spora mendapatkan lingkungan yang kondusif, maka ia bisa tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru. Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988).
  • 6. BAB III METODOLOGI A. Alat dan bahan Alat 1. Kaca benda (object glass) 2. Sengkelit / jarum ose 3. Pembakar Bunsen 4. Pipet tetes 5. Penjepit kaca benda 6. Mikroskop cahaya 7. Kertas saring 8. Corong 9. Kertas lensa Bahan 1. Kultur / biakan bakteri Bacillus subtilis dan bakteri Klebsiella pneumonia 2. Minyak imesi 3. NaCl fisiologis 4. Karbol fuchin 5. Tinta cina 6. Metilen biru 7. H2SO4 1 % C. Cara kerja
  • 7. 1. Pewarnaan Kapsul Prosedur Pewarnaan menurut Burri –Gins • Diteteskan Nacl 0,85 % diatas alas kaca, kemudian tanamkan 1 mata sengkelit atau secukupnya biakan bakteri, campurkan. • Diletakkan di sebelah campuran tadi 3 tetes tinta cina. • Campurkan tinta cina dengan bakteri, hapuskan dengan menggunakan alas kaca lain sampai tercampur merata. • Keringkan , fikasasi / rekatkan diatas api • Tuangi karbol Fuschin yang telah ditipiskan 1 :10, panaskan selama 1 – 2 deti atau dengan karbol thionin , diamkan selama 5 – 10 menit. • Zat warna dibuang, bilas dengan air kran. • Keringan diantara kertas saring atau udara • Amati hasil pewarnaan • Badan bakteri akan berwarna merah, selubung tidak berwarna dan dasar pewarnaan berwarna hitam kemerah- merahan 2. Pewarnaan Spora Prosedur pewarnaan menurut Klein adalah • Dibuat suspense pekat bakteri dalam 0,5 ml air garam 0,85 % dalam tabung. • Ditambahkan karbol Fuschin (perwarna primer) sama banyaknya dengan Nacl tadi (0,5 ml) • Panaskan diatas api kecil selama 6 menit atau didalam water bath 80 ºC selama 10 menit. • Buat preparat dari suspense tadi dan dikeringkan, rekatkan. • Teteskan asam Sulfat 1% sambil dimiringkan untuk membuang zat warna yang berlebihan selama 1 – 3 detik. • Bilas dengan air kran • Tuangi air metilen biru, diamkan selama 2 -4 menit. • Zat warna dibuang, bilas dengan air kran, keringkan diatas kertas saring atau di udara. • Amati hasil pewarnaan di mikroskop. • Badan bakteri berwarna biru, spora berwarna merah.
  • 8. BAB IV PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh : No Jenis Pewarnaan Gambar Keterangan 1 Pewarnaan Spora Nama Bakteri : Bacillus subtilis Bentuk : Oval Warna sel bakteri :biru Warna /bentuk spora : merah, Oval Letak spora : terminal 2 Pewarnaan Kapsul Nama Bakteri : Klebsiella pneumonia Zat warna : tinta cina & karbol Fuchin Warna / bentuk sel: merah / oval, lonjong Warna latar belakang : hitam kemerahan Bentuk & warna selubung : bening, oval B. PEMBAHASAN Nindi Ayu Astuti Ningtyas (2016210169 ) 1. Pewarnaan Kapsul a) Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan kapsul kali ini, digunakan suspensi dari bakteri Klebsiella pneumonia . Hasil yang didapat pada percobaan ini bakteri Klebsiella pneumonia mempunyai kapsul yang berbentuk lonjong oval yang berwarna bening. Badan dari sel didalam kapsul berwarna merah berbentuk oval lonjong juga. Warna dari latar belakang atau dasar dari pewarnaan tersebut adalah hitam kemerah merahan. b) Klebsiella pneumonia merupakan salah satu bakteri yang menghasilkan kapsul. Klebsiella mempunyai kapsul yang sangat tebal. Kebanyakan kapsul terdiri dari polisakarida, tapi ada pula yang terdiri dari polipeptida. kapsul ini berbeda dari lapisan lendir yang menghasilkan sel-sel yang paling bakteri dalam bahwa ini adalah, tebal terdeteksi, diskrit lapisan luar dinding sel. Beberapa kapsul memiliki batas-batas yang jelas, dan beberapa fuzzy, trailing tepi. Kapsul melindungi bakteri dari tindakan fagositik
  • 9. leukosit dan memungkinkan patogen untuk menyerang tubuh. Jika patogen kehilangan kemampuannya untuk membentuk kapsul, dapat menjadi avirulent (Anonim 2010). c) Pada percobaan pewarnaan kapsul ini perlu diperhatikan ketelitian dalam pembuatan preparatnya terutama dalam penghapusan menggunakan tinta cina. Karena jika terjadi kesalahan pada proses penghapusannya maka bakteri yang akan dilihat tidak menampakan hasil yang maksimal. 2. Pewarnaan Spora a) Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Spora kali ini, digunakan suspensi dari bakteri Bacillus subtilis. Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada pewarnaan tahan asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri yang tahan asam. Sedangkan pewarnaan spora bertujuan untuk mewarnai spora pada bakteri yang dapat membentuk spora. b) Spora bakteri mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue. c) Berdasarkan pengamatan, yang terlihat ialah bakteri Bacillus subtilis dengan spora yang terminal, yaitu letak spora ada diujung sel. Sebenarnya jenis letak spora ada 3 buah: sentral, yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel; terminal, yaitu letak spora ada diujung sel; sub terminal, yaitu letak spora diantara ujung dan di tengah-tengah sel. Akan tetapi pada pengamatan ini hanya ada spora terminalis.Warna sporanya merah sedangkan dan warna badan vegetatif adalah biru. Bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri dengan famili Bacillaceae. Bakteri yang dapat menghasilkan spora diantaranya ialah bakteri berasal dari famili Bacillaceae, genus Bacillus, Clostridium, dan Sporosarcina. Mouliza Mustafa (2016210152) 1) Pewarnaan Spora a) Pada praktikum Pewarnaan Spora ini digunakan suspensi dari bakteri Bacillus subtilis. Spora bakteri merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Setelah keadaan luar membaik bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru. b) Pewarnaan spora ini bertujuan untuk membedakan antara spora bakteri dengan sel vegetative bakteri, serta untuk mengetahui letak spora di dalam sel bakteri. c) Berdasarkan pengamatan dari bakteri Bacillus subtilis diperoleh spora dengan letak spora yang terminal, dimana letak sporanya ada diujung sel. Sebenarnya struktur dan rangkaian endospora bakteri ada 7 jenis :oval, terminal yaitu bentuk spora oval dan berada di ujung, rectangular, terminal; rectangular, subterminal; rectangular, central;
  • 10. sikular, terminal; sirkular, central; terminal bentuk klub (club-shaped). Akan tetapi pada pengamatan ini diperoleh spora bentuk bacil, warna sel bakteri biru sedangkan warna dan bentuk spora adalah merah ; rectangular, zat warna yang digunakan adalah karbol fuchsin ( primer metylen blue) dan letak sporanya adalah terminal. 2) Pewarnaan Kapsul a) Pada pengamatan praktikum Pewarnaan kapsul ini, digunakan suspensi dari bakteri Klebsiella pneumonia .Hasil yang didapat pada percobaan ini bakteri Klebsiella pneumonia mempunyai warna dan bentuk sel merah; oval , warna latar belakang hitam sedangkan bentuk dan warna selubung bakteri oval; putih. b) Pewarnaan kapsul digunakan untuk membedakan kapsul dari sel bakteri. Pewarnaan kapsul juga disebut pewarnaan negative, karena materi yang akan dilihat (kapsul) tidak diwarnai, yang diwarnai adalah daerah latar belakang dan badan sel bakteri saja. c) Kapsul merupakan lapisan polimer yang terdapat diluar dinding sel. Kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Hadioetomo,1990). d) Pada kegiatan praktikum ini pewarnaan secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan tinta cina. Pewarnaan secara tidak langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai latar belakangnya. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan sel bakteri akan tampak transparan dan diselubungi oleh kapsul yang berwarna hitam. e) Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki anion), sedangkan muatan yang ada di sekeliling bakteri juga bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya tolak menolak antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna transparan dan nampak hanya warna latar belakangnnya yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel bakteri tidak mampu menyerap warna. Mutia Putri Nurmahmuda (2016210160) 1. Pewarnaan Kapsul a) Saat melakukan praktikum pewarnaan kapsul, sebaikanya bakteri ditaruh di tengah- tengah preparat agar ketika dicampur lalu dihapus dengan tinta cina dapat tersebar secara merata. b) Ketika proses penghapusan dengan tinta cina perlu diperhatikan dengan seksama agar bakteri tidak hilang. c) Diteteskannya tinta cina pada preparat dimaksudkan untuk mewarnai latar belakangnya. Apabila bakteri memiliki kapsul,maka dalam pengamatan sel bakeri akan tampak transparan dan dihubungi oleh kapsul. Tinta cina merpakan larutan yang mepunyai kromophore atau butir pembaa warna yang bermuatan negative (memiliki anion) dan muatan yang berada disekeliling bakeri juga negative. Sehingga terjadi tolak menolak antar kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna transparan dan
  • 11. yang tamak hanya warna latar belakangnya yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel bakteri tidak mampu mnyerap warna. d) Pada praktikum pewarnaan kapsul, digunakan suspense bakteri Klebsiella pneumonia, dan hasil pengamatan yang diperoleh yaitu bakteri ini memiliki selubung berbentuk lonjong oval dan berwarna bening , warna dari latar belakang pewarnaan tersebut adalah hitam, sedangkan warna sel nya merah berbentuk lonjong. e) Tanpa pewarnan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa karena tidak berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah. 2 . Pewarnaan Spora a) Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai dengan hijau malachit atau carbol fuchsin. b) Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. c) Pada hasil pengamatan praktikum pewarnaan spora menggunakan suspensi dari bakteri Bacillus subtilis. d) Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada pewarnaan tahan asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri yang tahan asam. Sedangkan pewarnaan spora bertujuan untuk mewarnai spora pada bakteri yang dapat membentuk spora. e) Berdasarkan hasil praktikum, bakteri Bacillus subtilis memiliki spora yang terminal, yaitu letak spora berada diujung sel. Warna sporanya merah sedangkan warna badan vegetatif adalah biru. Bakteri Bacillus subtilis(famili Bacillaceae). M.Aldi Saputro (2016210142) 1. Pewarnaan Kapsul a) Kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat di luar dinding sel. kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. b) Pada kegiatan praktikum ini, pewarnaan secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan tinta cina. Pewarnaan secara tidak langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai latar belakangnya. Aapabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan badan bakteri akan tampak berwarna merah dan selubung tidak berwarna, dengan dasar pewarnaan berwarna hitam kemerah-merahan. c) Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna yang bermuatan negatif (pewarna asam) sedangkan kapsul tidak dapat diwarnai dengan
  • 12. pewarna asam maupun basa, karena kapsul adalah materi yang tidak memiliki muatan. Hal inilah yang menyebabkan kapsul bakteri berwarna transparan dan yang nampak hanya latar belakangnya saja yaitu hitam kemerah-merahan, dan badan sel bakterinya yang berwarna merah. d) karbol fuchsin merupakan campuran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobacteria karena memiliki ketertarikan untuk asam yang ditemukan di dinding sel mikroba. e) Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan kapsul kali ini, digunakan suspensi dari bakteri Klebsiella pneumonia. Hasil yang didapat pada percobaan ini bakteri Klebsiella pneumonia mempunyai Badan sel didalam kapsul berwarna merah dan berbentuk oval lonjong . Warna dari latar belakang atau dasar dari pewarnaan tersebut adalah hitam kemerah merahan serta memiliki bentuk kapsul oval dengan warna kapsul putih. 2. Pewarnaan Spora a) Spora adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat pada induk sel, merupakan suatu stadium dorman dari sel vegetatif. b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora yaitu fiksasi, waktu pengecatan tidak tepat,smear terlalu tebal,konsentrasi reagen,umur bakteri, dan nutrisi c) Waktu yang ditentukan untuk penetesan zat warna dan H2SO4 sebaiknya tidak lebih ataupun kurang dari waktu yang telah ditentukan, karena hal tersebut akan dapat mempengaruhi hasil preparat saat dilihat dibawah mikroskop. d) Pada hasil pengamatan praktikum pewarnaan spora kali ini, digunakan suspensi dari bakteri Bacillus subtilis. Berdasarkan pengamatan, yang terlihat ialah bakteri Bacillus subtilis dengan spora yang terminal, yaitu letak spora berada di ujung sel. Sebenarnya jenis letak spora ada 3 buah ; sentral, yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel ; terminal, yaitu letak spora berada di ujung sel ; subterminal, yaitu letak spora diantara ujung dan di tengah-tengah sel. Akan tetapi pada pengamatan ini hanya ada spora terminalis. Warna sporanya merah dengan bentuk rectangular sedangkan warna sel bakterinya biru dengan bentuk bakteri, bacil.
  • 13. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pada pewarnaan spora digunakan bakteri jenis Bacillus subtilis dan didapatkan hasil dengan spora yang terminal, yaitu letak spora ada diujung sel. Warna sporanya merah sedangkan dan warna badan vegetatif adalah biru. 2. Pada pewarnaan kapsul digunakan bakteri Klebsiella pneumonia dan didapatkan hasil bahwa kapsul dari bakteri ini berbentuk oval lonjong dengan warna bening dan bentuk sel oval lonjong berwarna merah. Dasar pewarnaan nya berwarna hitam kemerah merahan. 3. Keberhasilan percobaan ini sangat bergantung pada cara kita melakukan pembuatan preparat yang benar dan sesuai prosedur agar mendapatkan hasil yang maksimal. B. Saran 1. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut pada bakteri lainnya agar dapat membandingkan bentuk dan letak spora maupun kapsul dari masing masing bakteri uji tersebut. 2. Agar dapat mempelajari berulang ulang hingga betul- betul memahami semua tentang pembuatan preparat yang benar, hendaklah membuat media dilakukan dengan benar, telaten, berhati hati jangan tergesa gesa dan selalu ikuti prosedur yang ada agar mendapatan hasil yang diinginkan.
  • 14. BAB VI DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses pada tanggal 14 April 2009, Makassar. Fauziah., 2008, http://www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf. diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar. Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta.
  • 15. Lampiran Pewarnaan spora pada Bacillus subtilis
  • 16. Pewarnaan kapsul pada Klebsiella pneumoniae Lampiran Percobaan P-nitroanilin dari p-nitroasetanilida