SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
METODE PEMBUATAN SEDIAAN
KELOMPOK 3:
DIAH
GIFSON
MIKYU
SISCHA
SEDIAAN
PENGERTIAN SEDIAAN
Pembuatan sediaan adalah tindakan atau
proses pembuatan maupun penyiapan suatu
menjadi media, spesimen patologi maupun
anatomi yang siap dan diawetkan untuk
penelitian dan pemeriksaan
Menurut Shofyatul Yumna Triyana pengertian
sediaan adalah sampel spesimen yang
diletakkan atau dioleskan dipermukaan gelas
objek (object glass) atau slides, dengan atau
tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat
diamati di bawah mikroskop.
METODE PEMBUATAN SEDIAAN
1. Metode Oles (Smear Methods)
Adalah suatu pembuatan sediaan dengan
jalan mengoles / membuat selaput (film) dari
substansi yang berupa cairan atau bukan cairan
diatas gelas benda yg bersih dan bebas lemak,
untuk selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan
ditutup dengan gelas penutup.
Bahan yang sering dibuat sediaan oles :
darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara
ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi
darah, sumsum tulang merah, eksudat dari
bermacam-macam jaringan yg meradang.
LANJUTAN
2. Metode Rentang (Spread)
Adalah suatu metode pembuatan sediaan
dengan cara merentangkan suatu jaringan pada
permukaan gelas benda sehingga dapat diamati
dengan mikroskop.
Bahan yang dibuat jaringan yang tipis,
misal : pleura, mesenterium, peritoneum,
pericardium, dsb. Dapat diamati tanpa
pewarnaan / dengan pewarnaan Mallory-Acid
Fuchsin : Hematoksilin ; Azure II-Eosin.
LANJUTAN
3. Metode Pencet (Squash)
Adalah metode untuk mendapatkan suatu
sediaan dengan cara memencet suatu potongan
jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan
sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang
dapat diamati dengan mikroskop. Digunakan untuk
jaringan yang sel-selnya mudah lepas, misal : lien,
sumsum tulang, tumor seluler dll. Diambil ± 1 mm.
Pewarnaan yang digunakan : Larutan
Carmine.
LANJUTAN
4. Metode Supravital
Adalah metode untuk mendapatkan sediaan
dari sel / jaringan yang hidup. Zat warna : Janus
Green, Neutral Red, Methylen Blue dengan
konsentrasi tertentu. Bahan : darah, epithelium
mukosa mulut.
5. Metode Irisan
Suatu metode pembuatan sediaan dengan
jalan membuat suatu irisan dengan tebal tertentu
sehingga dapat diamati dengan mikroskop.
Ada 2 macam metode irisan :
- Metode irisan dengan tangan
- Metode irisan dengan mikrotom
SEDIAAN UTUH
WHOLEMOUNT
PENGERTIAN
Wholemounth merupakan metode pembuatan
preparat yang nantinya akan diamati dengan
mikroskop tanpa didahului adanya proses
pemotongan.
Pada metode ini, preparat yang diamati adalah
preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan,
organ maupun individu.
Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole
mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti
ketika organisme tersebut masih hidup sehingga
pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas
terhadap morfologi secara umum saja.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
METODE WHOLEMOUNT
Kelebihan metode Wholemount
Dapat mengamati seluruh bagian tanaman
dengan jelas tiap bagian-bagiannya
Kelemahan metode Wholemount
Metode ini hanya bisa dilakukan pada
tanaman dengan ukuran yang kecil saja
tidak bisa tanaman yang besar sehingga
metode ini perlu terus dikembangkan
dengan melakukan bebagai percobaan
SEDIAAN UTUH (WHOLEMOUNT)
SEMUT
Tujuan
Membuat sediaan organisme atau bagian
dari organism hewan secara utuh.
Klasifikasi Semut
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamil : Vespoidea
Famili : Formicidae
Genus : Formica
Spesies : Formica yessensis
ALAT DAN BAHAN
 Alat
1. Pinset
2. Kuas
3. objek gelas
4. bak pewarna
5. Pipet
6. mikroskop
 Bahan
1. Semut
2. etanol 70%
3. alkohol 30%, 50%, 70%,
80%, 95%, 100%
4. minyak cengkeh,
5. xilol 1, xilol 2
6. Eosin
7. formalin 4%
8. Laktofenoldan
9. entellan
CARA KERJA
Fiksasi dengan etanol 70% 2x24 jam
Dehidrasi dengan alkohol 80%, 95%, 100%. Masing-
masing 10 menit
Clearing: rendam di dalam minyak cengkeh 5 menit
Direndam dalam xilol 1 dan xilol 2. maasing-masing 5
menit
Diberi entellan
Ditutup dengan kaca penutup, amati dibawah
miksroskop
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
METODE SMEAR
(APUSAN DARAH)
DEFINISI
Adalah suatu pembuatan sediaan dengan jalan
mengoles / membuat selaput (film) dari substansi
yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas
benda yg bersih dan bebas lemak, untuk
selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan ditutup
dengan gelas penutup.
Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah,
nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat
baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum
tulang merah, eksudat dari bermacam-macam
jaringan yg meradang.
PENGERTIAAN
Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang
digunakan untuk menilai berbagai unsur sel
darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Selain itu dapat pula digunakan
untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti
malaria, mikrofilaria, dan lain-lain.
Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan
baik merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang terbaik
merupaka syarat mutlak untuk mendapatkan
hasil pemeriksaan yang baik.
TUJUAN
Mengamati dan menilai berbagai unsur sel
darah pada manusia seperti sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit)
Sediaan apus darah juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti
malaria, microfilaria, dan lain-lain
Untuk mengetahui deskripsi bentuk dari
berbagai sel darah dan menilai persentase sel
darah yang teramati
ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Objek glass
2. Lanset
3. Alkohol swab
Bahan
1. Darah
2. Pulasan giemsa
3. Alkohol
CARA KERJA
1. Pengambilan darah probandus
• Tangan probandus diayunkan terlebih dahulu sebelum
jarinya ditusuk
• Ujung jari dibersihkan dengan kapas yang telah
dibasahi alcohol 70%
• Pegang dan tekan sedikit jari tersebut
• Jarum frankee disetel 3-4 mm
• Jari ditusuk dengan jarum dengan arah tusukan tegak
lurus garis-garis sidik jari dan setelah darah keluar, jari
tidak boleh ditekan-tekan dan diperas. Apabila
menggunakan daun telinga, bagian yang ditusuk bukan
bagian sisi tetapi cukup bagian pinggirnya saja.
• Tetesan darah yang pertama diisap atau dihapus
dengan kapas (tidak digunakan). Tetesan darah
berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.
LANJUTAN
2. Pembuatan sediaan apus darah
• Menyiapkan dua object glass
• Setetes darah yang berasal dari ujung jari
probandus diletakkan pada ujung object glass
yang pertama.
• Object glass yang kedua diambil dan disentuhkan
salah satu ujungnya pada object glass pertama di
sebelah kiri tetesan darah sehingga kedua ujung
object glass tersebut membentuk sudut 45o ke
kanan.
• Object glass kedua digerakkan ke kanan sehingga
tetesan darah berada disudut antara kedua object
glass dan membentuk garis yang tipis.
• Preparat dikeringkn dan siap diwarnai.
LANJUTAN
3. Pewarnaan preparat apus
• Preparat apus yang telah kering difiksir dengan
methanol selama 3-5 menit
• Preparat apus ditetesi dengan larutan Giemsa (9-
10 tetes)dan dibiarkan selama 20-30 menit
• Preparat apus dicuci dalam air mengalir lalu
dikeringkan dalam suhu ruang
4. Pengamatan
• Preparat apus diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran kuat.
GAMBAR
GAMBAR
FIKSASI
PENGERTIAN FIKSASI
Fiksasi merupakan suatu proses yang
dilakukan untuk mempertahankan kondisi
jaringan
Fiksasi adalah usaha yang dapat
mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap berada pada tempatnya
dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran.
TUJUAN FIKSASI
Menghentikan proses metabolisme secara
cepat
Mencegah kerusakan jaringan
Mengawetkan komponen-komponen sitologis
dan histologis
Mengeraskan materi-materi yang lembek
sehingga terjadi koagulasi protoplasma
maupun elemen-elemen di dalm protoplasma
Jaringan dpat diwarnai sehingga bagian-
bagian dari jaringan dapat mudah dikenali.
BAHAN-BAHAN FIKSASI YANG
DIGUNAKAN
1. Alkohol
2. Asam kromat
3. Asam pikrat
4. Mercuri khlorida
5. Formalin
6. Larutan canoi
7. Larutan zenker
8. Larutan helly
9. Larutan bouin
10.Larutan susa
PENGARUH FIKSASI TERHADAP
PEWARNAAN
Cairan fiksasi dapat mempengaruhi reaksi
histokimia karena mengikat bagian reaktif jaringan. Ada
sejumlah faktor yang akan mempengaruhi proses
pengawetan:
1. Dapar
Pengawetan sebaiknya dikerjakan pada pH yang
mendekati netral, 6 – 8. Jaringan hipoksia menurunkan
pH, sehingga harus terdapat kapasitas dapar pada
pengawet untuk mencegah keasaman yang berlebihan.
Keasaman memudahkan terbentuknya pigmen heme-
formalin yang akan muncul sebagai deposit hitam yang
dapat terpolarisasi di jaringan. Dapar umum terdiri atas
fosfat, bikarbonat, kakodilat, dan veronal.
LANJUTAN
2. Penetrasi
Penetrasi jaringan bergantung pada kemampuan
difusi masing-masing fiksatif. Formalin dan alkohol
adalah yang terbaik sementara glutaraldehida adalah
terjelek. Merkuri dan yang lainnya berada di antaranya.
Untuk mengatasi ini, jaringan diiris dengan ketipisan 3–
5 mm.
Jaringan yang tipis akan lebih mudah dipenetrasi
daripada jaringan tebal. Untuk pekerjaan rutin, jaringan
dapat dibuat dengan ketebalan hingga 1 cm. Dengan
ketebalan ini, diharapkan cairan fiksasi dapat dengan
cepat memfiksasi seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu
tebal, maka permukaan luarnya saja yang berhasil
difiksasi sedangkan bagian tengahnya dapat membusuk
sebelum cairan fiksasi sempat merembes/menginfiltrasi
ke sana. Untuk mikroskopi elektron, ketebalan irisan
jaringan adalah 1 mm.
LANJUTAN
3. Volume Pengawet
Volume pengawet adalah penting.
Sebaiknya, volume pengawet adalah 10 x
volume jaringan yang difiksasi. Besarnya volume
jaringan menentukan volume fiksasi yang
diperlukan sedangkan tebalnya jaringan
menentukan lamanya fiksasi. Panjang dan lebar
jaringan umumnya ditentukan oleh jenis
mikrotom yang digunakan.
LANJUTAN
4. Konsentrasi
Konsentrasi pengawet sebaiknya diatur ke
kadar terendah yang mungkin, karena
pertimbangan ekonomis. Konsentrasi formalin
terbaik adalah 10%, sedangkan glutaraldehida
pada 0,25% - 4%. Konsentrasi yang terlalu tinggi
dapat menimbulkan artefak yang sama dengan
panas yang berlebihan.
LANJUTAN
5. Interval Waktu
Jaringan yang didapat harus segera
diawetkan. Artefak akan timbul bila jaringan
mengering, sehingga bila belum mendapat
pengawet, rendamlah dalam larutan garam
fisiologis. Semakin lama jaringan menunggu
untuk diawetkan, semakin banyak kehilangan
organel sel dan pengerutan nukleus sehingga
banyak artefak terbentuk.
LANJUTAN
6. Suhu
Peningkatan suhu, seperti reaksi kimia
lainnya, akan meningkatkan laju pengawetan. Ini
tidak berarti bahwa anda dibenarkan untuk
merebus jaringan dalam bahan pengawet. Formalin
yang panas akan mengawetkan lebih cepat.
7. Jenis Larutan Pengawet
Jenis larutan fiksasi yang akan digunakan
bergantung pada jenis unsur jaringan yang ingin
didemonstrasikan dan pewarnaan yang akan
dilakukan.
MACAM – MACAM LARUTAN FIKSATIF
Larutan fiksatif sederhana
Hanya mengandung satu macam zat saja.
Misal : etanol 70-100% , Formaldehyde 4-10% ,
Asam asetat 0,3-5% , Asam pikrat , asam
Chromiat 0,5-1 % dll.
Larutan Fiksatif Majemuk / campuran
Mengandung lebih dari satu macam zat.
Misal : larutan Bouin (asam pikrat, formalin
dan asam asetat glasial) , Larutan Zenker (merkuri
chlorida, potassium dichromate, aquadest) dll.
Larutan Zenker : Nuklei dan jaringan pengikat
sangat terpulas baik terutama jaringan tumor.
DEHIDRASI
PENGERTIAN
Dehidrasi adalah proses penarikan air dari
dalam jaringan dengan menggunakan bahan-
bahan kimia tertentu
Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan air
dari dalam jaringan yang telah difiksasi
Proses dehidrasi merupakan serangkaian
proses dengan cara memasukan sample ke
dalam larutan dehidrasi secara berseri dari
konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi
dengan mengurai konsentrasi air.
CARA DEHIDRASI
Dehidrasi dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu :
1. Penguapan air
Berdasarkan penguapan air, proses
dehidrasi dapat dilakukan dengan pengeringan
dan penganginan
2. perbedaan tekanan osmosis
Berdasarkan tekanan osmotisnya, proses
dehidrasi dapat dilakukan dengan penggulaan
dan penggaraman.
LANJUTAN
3. Tekanan
Berdasarkan tekanan osmotisnya, proses dehidrasi
dapat dilakukan dengan penggulaan dan penggaraman.
Tekanan adalah pengurangan kadar air
berdasarkan perbedaan tekanan di dalam bahan pangan
dengan lingkungannya. Berdasarkan tekanan, proses
dehidrasi dapat dilakukan dengan hiperbarik dan
hipobarik.
4. Pengeringan Beku
Pengeringan beku adalah pengurangan kadar air
dengan mengendalikan suhu dan tekanan. Pengeringan
beku menggunakan diagram titik triple yang menjelaskan
hubungan antara tekanan dan suhu lingkungan.
Berdasarkan pengendalian tekanan dan suhu lingkungan,
suatu zat pada titik tripel berada dalam wajud antara
padat, cair dan gas
BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK
DEHIDRASI
• Etanol,
• Alkohol,
• Etil alkohol (secara bertingkat),
• Aseton dengan panas.
Bila menggunakan dioxan maka bisa digunakan
dalam;
• Dioxan 50 % selama 3 jam
• Dioxan murni selama 3 jam
Volume dehidran yang digunakan adalah 10 x
volume jaringan.
CLEARING
PENGERTIAN
Clearing merupakan proses membuat
potongan jaringan supaya jernih atau
transparan (bila perlu dilakukan
dealkoholisasi).
Proses ini dilakukan setelah dehidrasi selesai.
Senyawa kimia yang digunakan harus dapat
bercampur dengan dehidran, parafin (apabila
akan diproses dengan metode parafin)
MACAM-MACAM SENYAWA CLEARING
• Xylol/ xylene: proses cepat, sulit untuk transparan
betul, dan apabila terlalu lama disimpan akan rapuh.
• Toluol/ toluene: proses cepat, hasilnya jernih
menyakinkan, tidak menyebabkan kerasnya jaringan
(kecuali disimpan terlalu lama), dan hanya untuk
potongan jaringan dengan dehidran alkohol absolut.
• Minyak cedar: sedikit mengkerutkan jaringan, dapat
menjernihkan jaringan dengan dehidran alkohol 95 %,
bagus untuk jaringan SNC dan kelenjar limfa, proses
lambat, dan sebelum dimasukkan kedalam parafin
harus dimasukkan dulu ke benzen atau xylol selam ½-1
jam.
LANJUTAN
• Chloroform: sedikit mengkerutkan jaringan, dapat
digunakan untuk jaringan-jaringan yang besar,
mahal, dan sulit dipindahkan keparafin (perlu
pengantian parafin murni 3-4 x).
• Minyak cengkeh idem dengan nomer 4.
• Anilin oil (minyak anilin): proses cepat, sedikit
mengkerutkan jaringan, dapat dipindahkan
langsung ke alkohol 70 % dan sukar dipindahkan
ke parafin.
• N-butyl alkohol: baik untuk objek yang keras dan
padat dan prosesnya lama.
MOUNTING
PENGERTIAN
Mounting merupakan proses penutupan sediaan
mikroskopis
Mounting merupakan perekatan jaringan pada
kaca penutup dengan mempergunakan bahan
perekat (adhesive).
Proses mounting ini menggunakan mounting
media. Mounting media merupakan zat yang
mengisi antara sediaan dengan kaca penutup.
Zat yang dapat digunakan sebagai mounting
diantaranya gliserol dan balsam kanada, tetapi
untuk preparat permanen digunakan balsam
kanad
SYARAT UNTUK MOUNTING
Syarat-syarat media untuk mounting
(mountan) harus
Dapat merekatkan irisan jaringan dengan jaringan
dan atau gelas benda dengan gelas penutup.
Mempunyai index refraksi tertentu
Tidak berwarna
Bersifat netral.
Bersifat aquosa dan non aquosa:
• Aquosa : untuk sediaan lemak, eg. medium
farrant, medium glychrogel
• Non aquosa: eg. clearmount, crystalite, DPX,
emexel, flourmount, mountan michrome, SQD.
Balsam, entelan, canada balsam

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum estimasi populasi hewan
Laporan praktikum estimasi populasi hewanLaporan praktikum estimasi populasi hewan
Laporan praktikum estimasi populasi hewanGoogle
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrinAstri Maulida
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifTidar University
 
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESLaporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESdewisetiyana52
 
Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6Nor Hidayati
 
Anatomi bunga dan kelenjar
Anatomi bunga dan kelenjarAnatomi bunga dan kelenjar
Anatomi bunga dan kelenjarNisrina tama
 
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora Dhanti Utari
 
Jaringan sklerenkim
Jaringan sklerenkimJaringan sklerenkim
Jaringan sklerenkimGumi Ra
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyanadewisetiyana52
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi FungiRukmana Suharta
 
Pewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode KleinPewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode KleinAuliabcd
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Kelompok 5 metode irisan
Kelompok 5   metode irisanKelompok 5   metode irisan
Kelompok 5 metode irisanNova Wardany
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...Feri Chandra
 
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...Lana Karyatna
 

What's hot (20)

Laporan praktikum estimasi populasi hewan
Laporan praktikum estimasi populasi hewanLaporan praktikum estimasi populasi hewan
Laporan praktikum estimasi populasi hewan
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Morfologi fungi
Morfologi fungiMorfologi fungi
Morfologi fungi
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatif
 
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan NegatifLaporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
 
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESLaporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
 
Organogenesis 2
Organogenesis 2Organogenesis 2
Organogenesis 2
 
Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6
 
Anatomi bunga dan kelenjar
Anatomi bunga dan kelenjarAnatomi bunga dan kelenjar
Anatomi bunga dan kelenjar
 
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
 
Kompleks golgi
Kompleks golgiKompleks golgi
Kompleks golgi
 
Jaringan sklerenkim
Jaringan sklerenkimJaringan sklerenkim
Jaringan sklerenkim
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
Pewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode KleinPewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode Klein
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
Makalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasiMakalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasi
 
Kelompok 5 metode irisan
Kelompok 5   metode irisanKelompok 5   metode irisan
Kelompok 5 metode irisan
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Mikroteknik ppt
Mikroteknik pptMikroteknik ppt
Mikroteknik ppt
 
metode mikriteknik
metode mikriteknikmetode mikriteknik
metode mikriteknik
 
Pembuatan preparat segar
Pembuatan preparat segarPembuatan preparat segar
Pembuatan preparat segar
 
Makalah mata kuliah mikroteknik
Makalah mata kuliah mikroteknikMakalah mata kuliah mikroteknik
Makalah mata kuliah mikroteknik
 
Tugas hematologi
Tugas hematologiTugas hematologi
Tugas hematologi
 
Lapjag reny ruptur dg corpal
Lapjag reny ruptur dg corpalLapjag reny ruptur dg corpal
Lapjag reny ruptur dg corpal
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
3. jaringan hewan
3. jaringan hewan3. jaringan hewan
3. jaringan hewan
 
desain dan fasilitas lab sekolah
desain dan fasilitas lab sekolahdesain dan fasilitas lab sekolah
desain dan fasilitas lab sekolah
 
Histoteknik Dasar
Histoteknik DasarHistoteknik Dasar
Histoteknik Dasar
 
Th5
Th5Th5
Th5
 
10
1010
10
 
Apus darah sudah diedit
Apus darah sudah dieditApus darah sudah diedit
Apus darah sudah diedit
 
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
 
Pedoman biomedis
Pedoman biomedisPedoman biomedis
Pedoman biomedis
 
PROSES OSIFIKASI (PRESENTATION 2)
PROSES OSIFIKASI (PRESENTATION 2)PROSES OSIFIKASI (PRESENTATION 2)
PROSES OSIFIKASI (PRESENTATION 2)
 
Bab 3-sistem-gerak-1287110382-phpapp02
Bab 3-sistem-gerak-1287110382-phpapp02Bab 3-sistem-gerak-1287110382-phpapp02
Bab 3-sistem-gerak-1287110382-phpapp02
 
Desain laboratorium
Desain laboratoriumDesain laboratorium
Desain laboratorium
 
Desain Laboratorium
Desain LaboratoriumDesain Laboratorium
Desain Laboratorium
 
Pewarnaan
PewarnaanPewarnaan
Pewarnaan
 

Similar to SEDIAAN METODE

Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa  Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa pjj_kemenkes
 
Metode pengamatan kelompok a
Metode pengamatan kelompok aMetode pengamatan kelompok a
Metode pengamatan kelompok atitinseptyani
 
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfPEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfAgathaHaselvin
 
247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx
247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx
247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docxAgathaHaselvin
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaFransiska Puteri
 
Metode Pengamatan
Metode PengamatanMetode Pengamatan
Metode PengamatanRfr Egha
 
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015titinseptyani
 
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015titinseptyani
 
Mikrobiologi metode pengamatan
Mikrobiologi metode pengamatanMikrobiologi metode pengamatan
Mikrobiologi metode pengamatanEfa farmasi
 
Percobaan 6 (total plate count)
Percobaan 6 (total plate count)Percobaan 6 (total plate count)
Percobaan 6 (total plate count)itatriewahyuni
 
Sistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMP
Sistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMPSistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMP
Sistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMPBrian Fernanda
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen pptSalimah Aj
 

Similar to SEDIAAN METODE (20)

Apusan darah
Apusan darahApusan darah
Apusan darah
 
Sitohistoteknologi
SitohistoteknologiSitohistoteknologi
Sitohistoteknologi
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa  Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
 
Metode pengamatan kelompok a
Metode pengamatan kelompok aMetode pengamatan kelompok a
Metode pengamatan kelompok a
 
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfPEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx
247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx
247379244-LAPORAN-PRAKTIKUM-MIKROTEKNIK-HEWAN-docx.docx
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
 
Metode Pengamatan
Metode PengamatanMetode Pengamatan
Metode Pengamatan
 
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
 
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
 
Mikrobiologi metode pengamatan
Mikrobiologi metode pengamatanMikrobiologi metode pengamatan
Mikrobiologi metode pengamatan
 
Percobaan 6 (total plate count)
Percobaan 6 (total plate count)Percobaan 6 (total plate count)
Percobaan 6 (total plate count)
 
Sistem ekresi manusia
Sistem ekresi manusiaSistem ekresi manusia
Sistem ekresi manusia
 
Sistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMP
Sistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMPSistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMP
Sistem Ekskresi Pada Manusia IPA kelas IX SMP
 
HISTOLOGY
HISTOLOGYHISTOLOGY
HISTOLOGY
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen ppt
 

Recently uploaded

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 

Recently uploaded (11)

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 

SEDIAAN METODE

  • 1. METODE PEMBUATAN SEDIAAN KELOMPOK 3: DIAH GIFSON MIKYU SISCHA
  • 3. PENGERTIAN SEDIAAN Pembuatan sediaan adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan suatu menjadi media, spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan Menurut Shofyatul Yumna Triyana pengertian sediaan adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan dipermukaan gelas objek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop.
  • 4. METODE PEMBUATAN SEDIAAN 1. Metode Oles (Smear Methods) Adalah suatu pembuatan sediaan dengan jalan mengoles / membuat selaput (film) dari substansi yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yg bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup. Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum tulang merah, eksudat dari bermacam-macam jaringan yg meradang.
  • 5. LANJUTAN 2. Metode Rentang (Spread) Adalah suatu metode pembuatan sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada permukaan gelas benda sehingga dapat diamati dengan mikroskop. Bahan yang dibuat jaringan yang tipis, misal : pleura, mesenterium, peritoneum, pericardium, dsb. Dapat diamati tanpa pewarnaan / dengan pewarnaan Mallory-Acid Fuchsin : Hematoksilin ; Azure II-Eosin.
  • 6. LANJUTAN 3. Metode Pencet (Squash) Adalah metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati dengan mikroskop. Digunakan untuk jaringan yang sel-selnya mudah lepas, misal : lien, sumsum tulang, tumor seluler dll. Diambil ± 1 mm. Pewarnaan yang digunakan : Larutan Carmine.
  • 7. LANJUTAN 4. Metode Supravital Adalah metode untuk mendapatkan sediaan dari sel / jaringan yang hidup. Zat warna : Janus Green, Neutral Red, Methylen Blue dengan konsentrasi tertentu. Bahan : darah, epithelium mukosa mulut. 5. Metode Irisan Suatu metode pembuatan sediaan dengan jalan membuat suatu irisan dengan tebal tertentu sehingga dapat diamati dengan mikroskop. Ada 2 macam metode irisan : - Metode irisan dengan tangan - Metode irisan dengan mikrotom
  • 9. PENGERTIAN Wholemounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja.
  • 10. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE WHOLEMOUNT Kelebihan metode Wholemount Dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya Kelemahan metode Wholemount Metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan
  • 11. SEDIAAN UTUH (WHOLEMOUNT) SEMUT Tujuan Membuat sediaan organisme atau bagian dari organism hewan secara utuh. Klasifikasi Semut Kingdom : Animalia Pillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Subordo : Apokrita Superfamil : Vespoidea Famili : Formicidae Genus : Formica Spesies : Formica yessensis
  • 12. ALAT DAN BAHAN  Alat 1. Pinset 2. Kuas 3. objek gelas 4. bak pewarna 5. Pipet 6. mikroskop  Bahan 1. Semut 2. etanol 70% 3. alkohol 30%, 50%, 70%, 80%, 95%, 100% 4. minyak cengkeh, 5. xilol 1, xilol 2 6. Eosin 7. formalin 4% 8. Laktofenoldan 9. entellan
  • 13. CARA KERJA Fiksasi dengan etanol 70% 2x24 jam Dehidrasi dengan alkohol 80%, 95%, 100%. Masing- masing 10 menit Clearing: rendam di dalam minyak cengkeh 5 menit Direndam dalam xilol 1 dan xilol 2. maasing-masing 5 menit Diberi entellan Ditutup dengan kaca penutup, amati dibawah miksroskop
  • 18. DEFINISI Adalah suatu pembuatan sediaan dengan jalan mengoles / membuat selaput (film) dari substansi yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yg bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup. Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum tulang merah, eksudat dari bermacam-macam jaringan yg meradang.
  • 19. PENGERTIAAN Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang terbaik merupaka syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.
  • 20. TUJUAN Mengamati dan menilai berbagai unsur sel darah pada manusia seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) Sediaan apus darah juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, microfilaria, dan lain-lain Untuk mengetahui deskripsi bentuk dari berbagai sel darah dan menilai persentase sel darah yang teramati
  • 21. ALAT DAN BAHAN Alat 1. Objek glass 2. Lanset 3. Alkohol swab Bahan 1. Darah 2. Pulasan giemsa 3. Alkohol
  • 22. CARA KERJA 1. Pengambilan darah probandus • Tangan probandus diayunkan terlebih dahulu sebelum jarinya ditusuk • Ujung jari dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alcohol 70% • Pegang dan tekan sedikit jari tersebut • Jarum frankee disetel 3-4 mm • Jari ditusuk dengan jarum dengan arah tusukan tegak lurus garis-garis sidik jari dan setelah darah keluar, jari tidak boleh ditekan-tekan dan diperas. Apabila menggunakan daun telinga, bagian yang ditusuk bukan bagian sisi tetapi cukup bagian pinggirnya saja. • Tetesan darah yang pertama diisap atau dihapus dengan kapas (tidak digunakan). Tetesan darah berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.
  • 23. LANJUTAN 2. Pembuatan sediaan apus darah • Menyiapkan dua object glass • Setetes darah yang berasal dari ujung jari probandus diletakkan pada ujung object glass yang pertama. • Object glass yang kedua diambil dan disentuhkan salah satu ujungnya pada object glass pertama di sebelah kiri tetesan darah sehingga kedua ujung object glass tersebut membentuk sudut 45o ke kanan. • Object glass kedua digerakkan ke kanan sehingga tetesan darah berada disudut antara kedua object glass dan membentuk garis yang tipis. • Preparat dikeringkn dan siap diwarnai.
  • 24. LANJUTAN 3. Pewarnaan preparat apus • Preparat apus yang telah kering difiksir dengan methanol selama 3-5 menit • Preparat apus ditetesi dengan larutan Giemsa (9- 10 tetes)dan dibiarkan selama 20-30 menit • Preparat apus dicuci dalam air mengalir lalu dikeringkan dalam suhu ruang 4. Pengamatan • Preparat apus diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat.
  • 28. PENGERTIAN FIKSASI Fiksasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi jaringan Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.
  • 29. TUJUAN FIKSASI Menghentikan proses metabolisme secara cepat Mencegah kerusakan jaringan Mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis Mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalm protoplasma Jaringan dpat diwarnai sehingga bagian- bagian dari jaringan dapat mudah dikenali.
  • 30. BAHAN-BAHAN FIKSASI YANG DIGUNAKAN 1. Alkohol 2. Asam kromat 3. Asam pikrat 4. Mercuri khlorida 5. Formalin 6. Larutan canoi 7. Larutan zenker 8. Larutan helly 9. Larutan bouin 10.Larutan susa
  • 31. PENGARUH FIKSASI TERHADAP PEWARNAAN Cairan fiksasi dapat mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif jaringan. Ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi proses pengawetan: 1. Dapar Pengawetan sebaiknya dikerjakan pada pH yang mendekati netral, 6 – 8. Jaringan hipoksia menurunkan pH, sehingga harus terdapat kapasitas dapar pada pengawet untuk mencegah keasaman yang berlebihan. Keasaman memudahkan terbentuknya pigmen heme- formalin yang akan muncul sebagai deposit hitam yang dapat terpolarisasi di jaringan. Dapar umum terdiri atas fosfat, bikarbonat, kakodilat, dan veronal.
  • 32. LANJUTAN 2. Penetrasi Penetrasi jaringan bergantung pada kemampuan difusi masing-masing fiksatif. Formalin dan alkohol adalah yang terbaik sementara glutaraldehida adalah terjelek. Merkuri dan yang lainnya berada di antaranya. Untuk mengatasi ini, jaringan diiris dengan ketipisan 3– 5 mm. Jaringan yang tipis akan lebih mudah dipenetrasi daripada jaringan tebal. Untuk pekerjaan rutin, jaringan dapat dibuat dengan ketebalan hingga 1 cm. Dengan ketebalan ini, diharapkan cairan fiksasi dapat dengan cepat memfiksasi seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal, maka permukaan luarnya saja yang berhasil difiksasi sedangkan bagian tengahnya dapat membusuk sebelum cairan fiksasi sempat merembes/menginfiltrasi ke sana. Untuk mikroskopi elektron, ketebalan irisan jaringan adalah 1 mm.
  • 33. LANJUTAN 3. Volume Pengawet Volume pengawet adalah penting. Sebaiknya, volume pengawet adalah 10 x volume jaringan yang difiksasi. Besarnya volume jaringan menentukan volume fiksasi yang diperlukan sedangkan tebalnya jaringan menentukan lamanya fiksasi. Panjang dan lebar jaringan umumnya ditentukan oleh jenis mikrotom yang digunakan.
  • 34. LANJUTAN 4. Konsentrasi Konsentrasi pengawet sebaiknya diatur ke kadar terendah yang mungkin, karena pertimbangan ekonomis. Konsentrasi formalin terbaik adalah 10%, sedangkan glutaraldehida pada 0,25% - 4%. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan artefak yang sama dengan panas yang berlebihan.
  • 35. LANJUTAN 5. Interval Waktu Jaringan yang didapat harus segera diawetkan. Artefak akan timbul bila jaringan mengering, sehingga bila belum mendapat pengawet, rendamlah dalam larutan garam fisiologis. Semakin lama jaringan menunggu untuk diawetkan, semakin banyak kehilangan organel sel dan pengerutan nukleus sehingga banyak artefak terbentuk.
  • 36. LANJUTAN 6. Suhu Peningkatan suhu, seperti reaksi kimia lainnya, akan meningkatkan laju pengawetan. Ini tidak berarti bahwa anda dibenarkan untuk merebus jaringan dalam bahan pengawet. Formalin yang panas akan mengawetkan lebih cepat. 7. Jenis Larutan Pengawet Jenis larutan fiksasi yang akan digunakan bergantung pada jenis unsur jaringan yang ingin didemonstrasikan dan pewarnaan yang akan dilakukan.
  • 37. MACAM – MACAM LARUTAN FIKSATIF Larutan fiksatif sederhana Hanya mengandung satu macam zat saja. Misal : etanol 70-100% , Formaldehyde 4-10% , Asam asetat 0,3-5% , Asam pikrat , asam Chromiat 0,5-1 % dll. Larutan Fiksatif Majemuk / campuran Mengandung lebih dari satu macam zat. Misal : larutan Bouin (asam pikrat, formalin dan asam asetat glasial) , Larutan Zenker (merkuri chlorida, potassium dichromate, aquadest) dll. Larutan Zenker : Nuklei dan jaringan pengikat sangat terpulas baik terutama jaringan tumor.
  • 39. PENGERTIAN Dehidrasi adalah proses penarikan air dari dalam jaringan dengan menggunakan bahan- bahan kimia tertentu Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi Proses dehidrasi merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam larutan dehidrasi secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi dengan mengurai konsentrasi air.
  • 40. CARA DEHIDRASI Dehidrasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu : 1. Penguapan air Berdasarkan penguapan air, proses dehidrasi dapat dilakukan dengan pengeringan dan penganginan 2. perbedaan tekanan osmosis Berdasarkan tekanan osmotisnya, proses dehidrasi dapat dilakukan dengan penggulaan dan penggaraman.
  • 41. LANJUTAN 3. Tekanan Berdasarkan tekanan osmotisnya, proses dehidrasi dapat dilakukan dengan penggulaan dan penggaraman. Tekanan adalah pengurangan kadar air berdasarkan perbedaan tekanan di dalam bahan pangan dengan lingkungannya. Berdasarkan tekanan, proses dehidrasi dapat dilakukan dengan hiperbarik dan hipobarik. 4. Pengeringan Beku Pengeringan beku adalah pengurangan kadar air dengan mengendalikan suhu dan tekanan. Pengeringan beku menggunakan diagram titik triple yang menjelaskan hubungan antara tekanan dan suhu lingkungan. Berdasarkan pengendalian tekanan dan suhu lingkungan, suatu zat pada titik tripel berada dalam wajud antara padat, cair dan gas
  • 42. BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK DEHIDRASI • Etanol, • Alkohol, • Etil alkohol (secara bertingkat), • Aseton dengan panas. Bila menggunakan dioxan maka bisa digunakan dalam; • Dioxan 50 % selama 3 jam • Dioxan murni selama 3 jam Volume dehidran yang digunakan adalah 10 x volume jaringan.
  • 44. PENGERTIAN Clearing merupakan proses membuat potongan jaringan supaya jernih atau transparan (bila perlu dilakukan dealkoholisasi). Proses ini dilakukan setelah dehidrasi selesai. Senyawa kimia yang digunakan harus dapat bercampur dengan dehidran, parafin (apabila akan diproses dengan metode parafin)
  • 45. MACAM-MACAM SENYAWA CLEARING • Xylol/ xylene: proses cepat, sulit untuk transparan betul, dan apabila terlalu lama disimpan akan rapuh. • Toluol/ toluene: proses cepat, hasilnya jernih menyakinkan, tidak menyebabkan kerasnya jaringan (kecuali disimpan terlalu lama), dan hanya untuk potongan jaringan dengan dehidran alkohol absolut. • Minyak cedar: sedikit mengkerutkan jaringan, dapat menjernihkan jaringan dengan dehidran alkohol 95 %, bagus untuk jaringan SNC dan kelenjar limfa, proses lambat, dan sebelum dimasukkan kedalam parafin harus dimasukkan dulu ke benzen atau xylol selam ½-1 jam.
  • 46. LANJUTAN • Chloroform: sedikit mengkerutkan jaringan, dapat digunakan untuk jaringan-jaringan yang besar, mahal, dan sulit dipindahkan keparafin (perlu pengantian parafin murni 3-4 x). • Minyak cengkeh idem dengan nomer 4. • Anilin oil (minyak anilin): proses cepat, sedikit mengkerutkan jaringan, dapat dipindahkan langsung ke alkohol 70 % dan sukar dipindahkan ke parafin. • N-butyl alkohol: baik untuk objek yang keras dan padat dan prosesnya lama.
  • 48. PENGERTIAN Mounting merupakan proses penutupan sediaan mikroskopis Mounting merupakan perekatan jaringan pada kaca penutup dengan mempergunakan bahan perekat (adhesive). Proses mounting ini menggunakan mounting media. Mounting media merupakan zat yang mengisi antara sediaan dengan kaca penutup. Zat yang dapat digunakan sebagai mounting diantaranya gliserol dan balsam kanada, tetapi untuk preparat permanen digunakan balsam kanad
  • 49. SYARAT UNTUK MOUNTING Syarat-syarat media untuk mounting (mountan) harus Dapat merekatkan irisan jaringan dengan jaringan dan atau gelas benda dengan gelas penutup. Mempunyai index refraksi tertentu Tidak berwarna Bersifat netral. Bersifat aquosa dan non aquosa: • Aquosa : untuk sediaan lemak, eg. medium farrant, medium glychrogel • Non aquosa: eg. clearmount, crystalite, DPX, emexel, flourmount, mountan michrome, SQD. Balsam, entelan, canada balsam