2. Fat Emboli : Droplet lemak yang
masuk ke dalam aliran darah
Biasanya terjadi pada pasien
trauma dan pasien yg menjalani
prosedur orthopaedi
3. Fat Embolism Syndrome : Fat
emboli dengan respon inflamasi
sistemik yang ditandai dengan
hipoksia, infiltrat paru bilateral,
dan perubahan status mental
umumnya dikaitkan dengan
trauma tulang panjang
4. Fraktur tulang panjang (femur)
Transfusi darah
Luka bakar
Cardiopulmonary bypass
Diabetes mellitus
Hemoglobinopathy
Infections
Medullary reaming
Multiple trauma
Neoplasma
Osteomyelitis
Transplantasi ginjal
Suction lipectomy
5. Prevalensi di AS 0.25%-1.25% dari
semua pasien dengan fraktur
Pasien dengan fraktur multipel
prevalensi mencapai 5-10%
7. Peningkatan sementara tekanan di dalam cavum yang
berisi lemak yang berkaitan dengan robeknya
pembuluh darah, memungkinkan sumsum tulang atau
sel lemak lepas ke dalam sirkulasi darah
8. Droplet lemak yang telah ada di dalam sirkulasi
dipecah menjadi asam lemak bebas pada daerah distal
dan menyebabkan efek toksik lokal pada jaringan
Teori ini menjelaskan timbulnya petechiae
9. Teori yang mejelaskan tentang obstruksi yang
menyebabkan FES adalah asam lemak bebas
dimobilisasi oleh katekolamin, droplet lemak akan
menyatu dengan unsur dan zat lain dalam darah dan
akhirnya menyebabkan efek destruktif
10. Sevitt membagi tiga gejala klinis Sindroma fat emboli:
Tipe subklinis: mungkin terjadi pada semua jenis
fraktur tulang panjang extremitas bawah, penurunan
Pa CO2, trombositopenia dan anemia ringan.
Tipe non fulminan: gangguan pernafasan dan system
saraf pusat, ptekie, abnormalitas rontgen dan
laboratorium.
Tipe fulminan: dalam beberapa jam paska trauma
terjadi gangguan nafas.
11. Terdapat trias fat emboli:
Perubahan pulmoner (takipnea, dispnea, ronki(+)).
Disfungsi serebri (nyeri kepala, latergi, stupor, koma).
Ptekie (timbul 2-3 hari paska trauma, hilang setelah 7
hari dan khas timbul pada: dada bagian atas, dasar
leher dan konjungtiva palpebra).
12. 1. Blood Gas Analysis (BGA)
Menunjukkan PaO2 yang rendah biasanya di bawah
60 mmHg dengan respiratori alkalosis.
2. Pemeriksaan urine dan sputum
Bisa didapatkan globulus lemak pada sediaan
3. Pemeriksaan darah
Pada fase akut dapat terjadi trombositopeni,
danabnormalitas koagulasi.
13. 4. Foto polos dada
Perubahan radiografis secara klasik
menunjukkan bayangan flokulen
multipel(snow storm appearance)
namun terkadang difus
groundglass appearance dapat
terlihat.
14. Menurut kriteria Gurd, diagnosis membutuhkan
setidaknya 1 tanda dari kriteriamayor dan setidaknya 4
tanda dari criteria minor.
Kriteria mayor :
1. Petekhie axiler atau subkonjungtival
2. Terjadi sebentar saja ( 4 – 6 jam) pada 50-60% dari
kasus
3. Hipoksemia PaO2 di bawah 60 mmHg
4. Depresi saraf pusat yang tidak sesuai dengan
hipokseminya, dan edemam pulmonal
15. Kriteria minor:
1. Takikardi lebih dari 110 bpm
2. Demam lebih dari 38,5oC
3. Emboli tampak pada retina pada pemeriksaan
fundoskopi
4. Lemak terdeteksi pada urine
5. Penurunan hematokrit atau jumlah platelet yang
mendadak dan tidak diketahui penyebabnya
6. Peningkatan LED atau viskositas plasma
7. Gumpalan lemak tampak pada sputum
17. 1. Oksigen dengan masker
PaO2 harus diperiksa setiap hari selama 5 hari pada
pasien dengan risiko tinggi FES, dan pasien-pasien
tersebut harus diberi oksigen tambahan sesuai
keperluan dan bila perlu berikan continous positive
aeropressure melalui masker.
18. 2. Suportif ventilator mekanik
Ini digunakan jika PaO2 tidak dapat dipertahankan
di atas 60 mmHg atau jikaterjadi distress
respiratorik, hiperkarbia, dan kelelahan.
3. Volume sirkulasi yang adekuat
Volume sirkulasi yang adekuat harus dijamin selama
fase akut dari FES yang mengikuti trauma karena
shock yang tidak tertangani menyebabkan
prognosisyang buruk pada FES.
19. 4. Aspirin, Mini-dose heparin, dan Dextran
Obat-obat ini mungkin perlu dibatasi
penggunaannya pada penurunan adhesi platelet
namun tidak digunakan secara rutin karena dapat
menyebabkan perdarahan ulang dari lokasi trauma.
5. Steroid
20. Prognosisnya, kecuali untuk kasus yang
fulminan,adalah sangat baik.
Pada pasien dengan koma dan ganguan nafas
mortalitasnya adalah20%.