SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN KASUS
MULTIPLE VENTRICLE EXTRASYSTOLE
PEMBIMBING:
dr. Arinta Setyasari, Sp.JP, FIHA
OLEH:
Muhammad Afzalurrahman Putranda
I4061172010
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JANTUNG
RUMAH SAKIT TINGKAT II DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
BAB I
PENYAJIAN KASUS
1. Identitas Pasien
No. RM : 00481870
Nama : AM
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 17 Agustus 1970 (48 tahun)
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Alamat : Bandung
Masuk RS : tanggal 9 Oktober 2018 pukul 10.30 via Poli Jantung
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan
semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan saat
beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus
dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada
malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila
tidak sesak akan dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada
malam hari, kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak.
Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak
kontrol dalam 3 bulan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung sebelumnya (penyakit jantung koroner, takikardi
ventrikel, gagal jantung)
Riwayat konsumsi obat paru disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat hipertensi diakui
Riwayat kolesterol disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri dada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa.
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien memiliki riwayat merokok sejak mulai bekerja (lulus SMP) dan dapat
menghabiskan 1 bungkus rokok perhari. Pasien mengaku berhenti merokok
sejak usia 2 tahun yang lalu saat masuk rumah sakit akibat serangan jantung.
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15;E4V5M6)
Berat Badan : 80 kg
Tinggi Badan : 180 cm
Status Gizi : Normal (BMI 24,69 kg/m2
)
Tekanan Darah : 100/90 mmHg
Denyut Nadi : 100 x/menit
Frekuensi Napas : 26 x/menit
Suhu : 37,0 °C
Saturasi O2 : 96%
Mata : kongjuntiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
isokor (-) 3mm/3mm, RCL/RCTL (+/+)
Telinga : sekret (-), aurikula hiperemis (-)
Mulut : bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (-), atrofi
papil lidah (-)
Hidung : sekret (-), deformitas (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
Leher : pembesaran KGB (+), hepatojugular refluks (+),
JVP 5+3 cmH2O
Ekstremitas : hangat, pitting edema peritibial (+), CRT <2 detik
Paru
Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis, retraksi (-)
Palpasi : fremitus taktil paru kanan dan kiri sama, massa (-),
nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikular (+), rhonki (+), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis di ICS VI linea midklavikula sinistra,
thrill (-)
Perkusi : batas pinggang jantung pada ICS II linea
parasternalis sinistra, batas jantung kanan pada ICS
IV linea parasternalis dekstra, batas jantung kiri
pada ICS VI linea midklavikula sinistra
Auskultasi : S1 S2 ireguler, murmur (-), S3 gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus normal, 8 kali per menit
Palpasi : soepl, massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
4. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin (9 Oktober 2018)
Temuan
Laboratorium
Nilai Temuan
Nilai Rentang
Normal
Keterangan
Hemoglobin 15,0 g/dl 13,0 – 18,0
dalam batas normal
Eritrosit 5,5 106
/µL 4,0 – 5,5
Leukosit 5,3 103
/µL 4,0 – 10,0
Hematokrit 44,5 % 38,0 – 51,0
Trombosit 194 103
/µL 150 – 450
MCV 81,2 fl 75,0 – 100,0
MCH 27,3 pg 25,0 – 32,0
MCHC 33,7 g/dl 10,0 – 16,0
RDW 15,7 % 10,0 – 16,0
Hitung Jenis
Basofil 0,0 % 0,0 – 1,0
Eosinofil 3,4 % 1,0 – 4,0
Neutrofil segmen 51,1 % 50,0 – 80,0
Limfosit 39,1 % 25,0 – 50,0
Monosit 6,4 % 4,0 – 8,0
Kimia Klinik (9 Oktober 2018)
Temuan
Laboratorium
Nilai Temuan
Nilai Rentang
Normal
Keterangan
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
142
4,20
104
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136 – 145
3,60 – 5,20
98 – 106
dalam batas normal
Diabetes
GDS 114 mg/dl dalam batas normal
Fungsi Ginjal
Ureum 40 mg/dl 10 – 50
dalam batas normal
Kreatini 1,2 mg/dl 0,9 – 1,3
Lemak
Trigliserida 57 mg/dl 60 – 200
dalam batas normal
LDL Kolesterol 48 mg/dl <115
Penanda Jantung
Troponin I 0,28 µg/dl <0,02 Meningkat
Elektrokardiografi
Interpretasi
Irama dan frekuensi : Sinus tachycardia HR 107 bpm
Aksis : - Frontal axis : left axis deviation
- Horizontal axis : clockwise rotation
Interval P-R : 0,16 detik
Kompleks QRS : 0,16 detik
Interval QT : 0,32 detik
Kelainan yang ditemukan : QS pattern on lead V2-V3, VES on all lead
Kesimpulan : Sinus tachycardia HR 107 bpm, LAD, OMI
anterior, multiple VES, LAE
5. Resume Medis
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu,
dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan
saat beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus
dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada
malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila
tidak sesak akan dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada
malam hari, kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak.
Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak
kontrol dalam 3 bulan ini. Pasien memiliki riwayat hipertensi, merokok dan
serangan jantung 2 tahun yang lalu. Pernah dirawat 1 tahun yang lalu dengan
keluhan nyeri pada dada.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/90 mmHg, takikardi, takipneu,
peningkatan JVP (5+3 cmH2O), refluks hepatojuguler, bunyi jantung ireguler,
jantung tampak membesar, pitting edema pada kedua tungkai. Pada
pemeriksaan elektrokradiografi, didapatkan asinus takikardi dengan denyut
nadi 107 kali per menit, deviasi aksis ke kiri, adanya infark miokard lama di
anterior dan multipel ekstrasistol dari ventrikel. Pemeriksaan laboratorium
menunjukan adanya peningkatan troponin I yaitu 0,28 µg/dl (normal <0,02
µg/dl).
6. Diagnosa
Diagnosa Klinis
Gagal jantung NYHA Fc. IV, CAD NSTEMI, mVES
Diagnosa Anatomi
Kardiomegali
Diagnosa Etiologis
Atherosklerosis, hipoksia
7. Tata Laksana
- Tirah baring
- Posisi semifowler
- Diet lunak dan redah garam
- Restriksi cairan
- Foley catheter
- O2 2-4 lpm via nasal kanul
- Furosemide injeksi 3x40mg
- Ramipril 1x2,5mg
- Bisoprolol 1x2,5mg
- Atorvastatin 1x20mg
- Aspirin loading dose 300mg, dilanjutkan 1x75mg
- Clopidogrel loading dose 300mg, dilanjutkan 1x75mg
8. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
BAB II
PEMBAHASAN
3.1. Ekstrasistol Ventrikel
Ekstrasistol ventrikel (VES) berasal dari fokus ektopik ventrikel. Rekaman
EKG menunjukkan bentuk QRS lebar oleh karena rangsang di ventrikel tidak
berjalan melewati jalur yang normal (sistem His-Purkinje) tetapi melalui miokard
yang merupakan media penghantar listrik yang kurang baik dibandingkan dengan
jalur normal. Seperti annulus trikuspidalis, anulus katup mitral, muskulus papilaris,
dan selain serabut purkkinje seperti tendon palsu ventrikel kiri. Umumnya
berbentuk seperti bundle branch block, dengan segmen ST-T yang diskordan
(berlawanan arah vektor) terhadap kompleks QRS. Ekstra sistol ventrikel juga
dikenal pula dengan Premature Ventricular Complexes (PVC), ventricular
premature depolarizations atau premature ventricular beats.1
Tabel 2.1. Etiologi ekstrasistol ventrikel1
Kardiak
a. Infark miokard akut atau iskemik
b. Penyakit katup jantung, terutama prolapse katup mitral
c. Cardiomyopathy (misalnya iskemik, dilatasi, hipertrofi)
d. Kontusio jantung
e. Bradikardia
f. Takikardia
Nonkardiak
a. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, atau hiperkalsemia)
b. Obat-obatan (misalnya, digoxin, antidepresan trisiklik, aminofilin,
amitriptyline, pseudoephedrine, fluoxetine)
c. Obat lain (misalnya, kokain, amfetamin, kafein, alkohol)
d. Anestesi
e. Operasi
f. Infeksi
Kontraksi ventrikular ekstrasistol dapat mengenai pasien dengan atau tanpa
kelainan jantung organik. Ventrikular ekstrasistol muncul dengan frekuensi yang
meningkat terutama pada pasien dengan kelainan jantung organik seperti ischemik,
penyakit katup jantung, dan juga idiopatik kardiomiopati. Kontraksi ventrikular
ekstrasistol dapat juga muncul pada intoksikasi obat misalnya intoksikasi digitalis,
ataupun gangguan elektrolit seperti hipokalemia.1
Gambaran EKG venrikular ekstrasistol dapat ditemukan pada orang nomal.
Terdapat 1-4 % orang yang sehat dapat memiliki gambaran ventrikular ekstrasistol.
Hal ini merupakan suatu hal yang tidak membahayakan jika ditemukan gambaran
ekg ventrikular ekstrasistol pada orang yang tidak memiliki gangguan organik pada
jantung. Kejadian ventrikular ekstrasistol meningkat pada kasus-kasus penyakit
jantung dan hampir 90% biasanya terkait pada kasus arteri coroner dan
kardiomiopati. Jika gambaran ekg ekstrasistol sering muncul pada kasus-kasus
penyakit jantung hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian.1
Terdapat beberapa klasifikasi dari VES, yakni:2,3
a. Berdasarkan bentuk: unifokal, multifokal
b. Berdasarkan pola: bigemini, trigemini, quadrigemini, couplet, salvo
c. Berdasarkan frekuensi: infrequent (<5 kali dalam 1 menit), frequent (>5
kali dalam 1 menit)
d. Lown’s juga membagi PVC dalam beberapa derajat antara lain:
- Derajat 0 : tidak terdapat PVC
- Derajat I : unifokal dan infrequent PVC, PVC < 30x/jam
- Derajat II : unifokal dan frequent PVC, PVC ≥ 30x/jam
- Derajat III : multifocal PVC
- Derajat IVA : 2 PVC berturut-turut (couplet)
- Derajat IVB : 3 atau lebih PVC berturut-turut
- Derajat V : R-T phenomenon
Secara umum, ekstrasistol ventrikel tidak perlu diterapi, terutama pada
pasien yang tidak memiliki penyakit jantung struktural. Adapun indikasi terapi
primernya adalah untuk meredakan gejala. Terapi lini pertama yang dapat diberikan
adalah penyekat β seperti atenol 25-100 mg/hari atau metoprolol 50-200 mg/hari.
Apabila golongan penyekat β tidak efektif, maka pemberian amiodaron dapat
dipertimbangkan. Obat golongan antiaritmia kelas I atau kelas III dapat
dipertimbangkan, namun potensi untuk proaritmia dan toksisitas organ harus
menjadi pertimbangan. Alternatif pada pasien simptomatis, terutama yang tidak
memiliki penyakit janutng struktural adalah ablasi kateter radiofrekuensi (RFA).4
Ekstrasistol ventrikel yang ditemukan pada pasien dengan denyut jantung
lambat, peningkatan laju denyut jantung dapat menghilangkan kejadian VES
dengan pemberian atropin atau isoproterenol atau dengan pacu jantung. Sementara
VES pada takikardia dapat dihilangkan dengan menurunkan laju denyut jantung.4
VES frekuen, meskipun dalan keadaan infark miokard akut, tidak perlu
diterapi, kecuali memberi kontribusi hemodinamik kompromais. Pada pasien yang
rawat inap dapat diberikan lidokain. Apabila pemberian lidokain sudah mencapai
dosis maksimum namun tidak berhasil, procainamide intravena dapat diberikan.
Propranolol dianjurkan bila obat lain tidak berhasil. Periksa faktor-faktor penyebab
yang bersifat reversibel seperti koreksi gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa dan hipoksia.4
Komplikasi dari VES diantaranya takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel
dan henti jantung. Prognosis VES tergantung dari penyebab, beratnya gela dan
respon terapi.4
Salah satu penyebab VES sebagai mana pada tabel etiologi VES adalah
adanya infark miokard akut. Pada pasien ini kadang mengeluhkan nyeri dada dan
riwayat serang jantung sebelumnya, yakni penyakit jantung koroner. Penyakit yang
diderita sebelumnya dapat mengalami kekambuhan. Pada kasus ini penyebab yang
sangat memungkinkan untuk menyebabkan kekambuhan adalah konsumsi obat yag
tidak teratur, di mana pasien sudah tiga bulan tidak kontrol untuk mengambil obat.5
Dari hasil pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) diperoleh aritmia takikardia,
deviasi aksis ke kiri, adanya pola QS pada lead V2 dan V3 menunjukkan infark
miokard lama pada bagian anterior, dan multipel ekstrasistol dari ventrikel.
Pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan troponin I yaitu 0,28
µg/dl (normal <0,02 µg/dl).
3.2. Sindroma Koroner Akut
Sebagian besar sindroma koroner akut (SKA) adalah manifestasi akut dari
plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah akibat perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi
sehingga terbentuk trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini
akan menyumbat lubang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial
atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal.
Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi
sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Suplai oksigen yang berhenti selama
kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark
miokard/IM).6
lnfark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Sumbatan subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis juga dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Selain nekrosis, iskemia juga menyebabkan gangguan kontraktilitas miokardium
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), serta distritmia
dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Pada
sebagian pasien, SKA terjadi karena sumbatan dinamis akibat spasme lokal arteri
koronaria epikardial (angina prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa
spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi pembentukan plak atau
restenosis setelah intervensi koroner perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik,
seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi
pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.6
Hasil EKG tidak menunjukan adanya elevasi segmen ST dan peningkatan
troponin I dapat diklasifikasikan sebagai SKA NEST (non elevasi segmen ST).
penatalaksanaan yang dapat diberikan sebagai anti iskemia diantaranya penyekat β
yang bekerja pada reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunya konsumsi
miokardium, nitrat yang memiliki efek dilatasi vena yang megakibatkan
berkurangnya preload dan volume akhir sistolik sehingga konsumsi oksigen
miokardium berkurang, atau penyekan kanal kalsium (calcium channnel
blocker/CCB) yang juga memiliki efek dilatasi arteri. Pemberian antiplatelet sangat
dianjurkan untuk menghambat pembentukan faktor-faktor pembekuan darah.
Pemberian golongan antiplatelet yang diberikan secara dual terapi (dual antiplatelet
therapy - DAPT) kombinasi aspirin dan penghambat P2Y12, clopidogrel, ticagrelor,
atau prasugrel.6,7
Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan
modifikasi diet, penghambat hidroksimetilglutari-koenzim A reduktease (statin)
harus diberikan kepada semua penderita APTS (angina pektoris tidak stabil)/IMA-
NEST, termasuk mereka yang telah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak
terdapat kontraindikasi. Terapi statin intensitas tinggi hendaknya dimulai sedini
mungkin.6
Berdasarkan stratifikasi risiko, dapat ditentukan kebutuhan untuk dilakukan
strategi invasif dan waktu pelaksanaan revaskularisasi. Strategi invasif melibatkan
dilakukannya angiografi, dan ditujukan pada pasien dengan tingkat risiko tinggi
hingga sangat tinggi. Waktu pelaksanaan angiografi ditentukan berdasarkan
beberapa parameter dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:6
1. Strategi invasif segera (<2 jam, urgent). Dilakukan bila pasien memenuhi salah
satu kriteria risiko sangat tinggi (very high risk), yaitu angina refrakter, gagal
jantung akut, aritmia ventrikel yang mengancam nyawa, ataukeadaan
hemodinamik tidak stabil.
2. Strategi invasif awal (early) dalam 24 jam. Dilakukan bila pasien memiliki skor
GRACE >140 atau dengan salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) primer.
Tabel 2.2. Kriteria risiko tinggi.6
Kelompok
Risiko Tinggi
Kriteria
Primer Kenaikan atau penurunan troponin yang relevan
Perubahan gelombang T atau segmen ST yang dinamis
(simptomatik maupun tanpa gejala)
Sekunder Diabetes mellitus
Insufisiensi ginjal (eGFR <60 mL/menit/1,73m2)
Penurunan fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi <40%)
Pasca infark baru
Riwayat IKP dalam 1 bulan
Riwayat CABG
Skor GRACE menengah hingga tinggi
3. Strategi invasif awal (early) dalam 72 jam. Dilakukan bila pasien memenuhi
salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) atau dengan gejala berulang
4. Strategi konservatif (tidak dilakukan angiografi) atau angiografi elektif. Dalam
strategi konservatif, evaluasi invasif awal tidak dilakukan secara rutin. Strategi
ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi dan
dianggap memiliki risiko rendah, yaitu memenuhi kriteria berikut ini:
a. Nyeri dada tidak berulang
b. Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung
c. Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada jam ke-6
hingga 9)
d. Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6 hingga
9)
e. Tidak ada iskemia yang dapat ditimbulkan (inducible ischemia)
Penentuan risiko rendah berdasarkan risk score seperti GRACE dan TIMI
juga dapat berguna dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan strategi
konservatif. Penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien-pasien ini berdasarkan
evaluasi PJK. Sebelum dipulangkan, dapat dilakukan stress test untuk menentukan
adanya iskemi yang dapat ditimbulkan (inducible) untuk perencanaan pengobatan
dan sebelum dilakukan angiografi elektif. Risk Score >3 menurut TIMI
menunjukkan pasien memerlukan revaskularisasi. Timing revaskularisasi dapat
ditentukan berdasarkan penjelasan di atas.6
3.3. Gagal Jantung
Sesak nafas secara umum dapat disebabkan oleh jantung ataupun paru.
Sesak pada pasien ini sudah dirasakan sejak lama dan semakin memberat hingga
saat ini dan disertai dengan beberapa tanda dan gejala gagal jantung yang
memenuhi kriteria Framingham. Diperlukan sedikitnya dua kriteria mayor atau satu
kriteria mayor dan dua kriteria minor untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.4
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan), tanda
retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki) dan adanya bukti
objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.8
Gagal jantung diklasifikasikan berdasarkan kelainan struktural jantung atau
berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional NYHA (New York
Heart Association). Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4.8
Tabel 2.3. Kriteria Framingham4
Kriteria mayor
Paroxysmal nocturnal dyspneu
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peningkatan tekanan vena jugular
Refluks hepatojugular
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dyspneu d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1
3⁄ dari normal
Takikardia (>120 kali/menit)
Tujuan pengobatan pada gagal jantung adalah meningkatkan status klinis,
kapasitas fungsional dan kualitas hidup, mengurangi kejaidan masuk rumah sakit
(hospital admission) dan menurunkan angka mortalitas.9
Pemberian penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACEi) dapat
mengurangi mortalitas dan morbiditas pada pasien dengan gagal jantung dan
sanagat direkomendasikan jika tidak terdapat kontraindikasi ataupun intoleransi.9
Secara farmakologis, ACEi dapat mengurangi efek negatif dari terikatnya
angiotensin-II terhadap reseptornya dengan cara menghambat konversi
angiotensin-I menjadi angiotensin-II. ACEi memiliki efek dalam mendilatasi
pembuluh darah, antiinflamasi dan antifibrosis. Selain itu, ACEi juga dapat
mengurangi degradasi bradikinin dan meningkatnkan perannya pada reseptor β2,
yang juga berkontribusi terhadap dilatasi pembuluh darah, antiproliferasi, proteksi
endotel dan efek positif lainnya.10
Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi
perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan
kelangsungan hidup. Penyekat β direkomendasikan pada pasien dengan riwayat
infark miokard dan asimtomatik disfungsi sistolik ventrikel kiri untunk mengurangi
risiko kematian. Penyekat β harus segera diberikan pada pasien yang stabil secara
klinis pada dosis terendah dan dinakian secara perlahan hingga ke dosis toleransi
maksimal. Pada pasien rawat inap akibat gagal jantung, pemberian penyekat β harus
dimulai dengan heti-hati, inisiasi pemberiannya ketika pasien dalam keadaan
stabil.9
Diuretik dirokemandasikan untuk mengurangi tanda dan gejala kongesti.
Loop diuretik menghasilkan diuresis yang lebih intens dan pendek dibandingkan
thiazid. Kombinasi keduanya dapat digunakan untuk mengobati edema resisten.9
Tabel 2.4. Klasifikasi gagal jantung.8
Kalisifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung
Stadium A
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak
terdapat gangguan struktural atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau
gejala
Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan
perkembangan gagal jantung, tidak terdapat tanda atau gejala
Stadium C
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit struktural
jantung yang mendasari
Stadium D
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat
bermakna saat istrahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal
(refrakter)
Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)
Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-
hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, namun
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas III
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
tetapi aktfitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istrahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
BAB III
KESIMPULAN
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu,
dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan saat
beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus dirasakan
walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari
karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila tidak sesak akan
dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada malam hari, kadang
berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak. Pasien menyangkal
pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak kontrol dalam 3 bulan ini.
Pasien memiliki riwayat hipertensi, merokok dan serangan jantung 2 tahun yang
lalu. Pernah dirawat 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri pada dada.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/90 mmHg, takikardi, takipneu,
peningkatan JVP (5+3 cmH2O), refluks hepatojuguler, bunyi jantung ireguler,
jantung tampak membesar, pitting edema pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan
elektrokradiografi, didapatkan asinus takikardi dengan denyut nadi 107 kali per
menit, deviasi aksis ke kiri, adanya infark miokard lama di anterior dan multipel
ekstrasistol dari ventrikel. Pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya
peningkatan troponin I yaitu 0,28 µg/dl (normal <0,02 µg/dl).
Pasien diterapi awal dengan - Tirah baring posisi semifowler, rencana diet
lunak dan redah garam, restriksi cairan, pemasangan Foley catheter, oksigenasi 2-
4 lpm via nasal kanul, Furosemide injeksi 3x40mg, Ramipril 1x2,5mg, Bisoprolol
1x2,5mg, Atorvastatin 1x20mg, Aspirin loading dose 300mg dilanjutkan 1x75mg,
dan Clopidogrel loading dose 300mg, dilanjutkan 1x75mg.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harum, S dan Yamin, M. Aritmia Ventrikel. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid VI. Jakarta: Interna Pubishing. 2014.
2. Kanwar, G. dkk. A Review: Detection of Premature Venticular Contraction
Beat of ECG. International of Advance Risearch in Electrical, Electronics and
Instrimentation Engineering. 2015.
3. www.ina-ecg.com/2015/05/premature-ventricular-contraction.html accessed
on 2018 Oct 14.
4. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J dan Tahapary DL. Penatalakasan Di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam: Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Interna
Publishing; 2015.
5. Putri RD, Nur’aeni A dan Belinda V. Kajian Kebutuhan Belajar Klien dengan
Penyakit Jantung Koronor. JNC. 2018 Feb; 1(1):60-8.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi Keempat. Jakarta: PERKI; 2018.
7. Ibanez B, James S, Agewall S, Antunes MJ, Bucciarelli-Ducci C, Bueno H et
al.. 2017 ESC Guidelines for the management of acutemyocardial infarction in
patients presenting with ST-segment elevation: The Task Force for the
management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-
segment elevation of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J.
2018; 39:119-77.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama. Jakarta: PERKI; 2015.
9. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS et al.
2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure: The Task Force for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 2016;
37(27):2129-200.
10. Tai C, Gan T, Zou L, Sun Y, Zhang Y, Chen W et al. Effect of angiotensin-
converting enzyme inhibitors and angiotensin II receptor blockers on
cardiovascular events in patients with heart failure: a meta-analysis of
randomized controlled trials. BMC Cardiovascular Disorder. 2017;15:257.
12pp.
10/17/2018
LAPORAN KASUS
denganjudulMultiple Ventricle Extrasystole(mVES)
bersamadr. ArintaSetyasari, Sp.JP, FIHA
Disusun oleh:
Muhammad Afzalurrahman Putranda
NIM I4061172010
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jantung
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura 
RST Tk II Dustira Cimahi
2018
Identitas
Pasien
 No. RM : 00481870
 Nama : AM
 Jenis kelamin : Laki‐laki
 Tanggal lahir : 17 Agustus 1970 (48 tahun)
 Agama : Islam
 Suku : Sunda
 Pekerjaan : Swasta
 Pendidikan : SMP
 Alamat : Bandung 
 Masuk RS : tanggal 9 Oktober 2018 pukul 10.30 via Poli Jantung
Anamnesis
Keluhan utama
 Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang
 Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang 
lalu, dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan
terutama dirasakan saat beraktivitas dan mereda saat
bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus dirasakan walaupun
sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada
malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam
menggunakan 3 bantal bila tidak sesak akan dirasakan. Pasien
mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada malam hari, 
kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak. 
Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku
sudah tidak kontrol dalam 3 bulan ini.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit jantung sebelumnya
 Terakhir dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri
dada
Riwayat penyakit keluarga
 ‐
Riwayat sosial dan kebiasaan
 Pasien memiliki riwayat merokok sejak mulai bekerja (lulus SMP) 
dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok perhari. Pasien
mengaku berhenti merokok sejak usia 2 tahun yang lalu saat
masuk rumah sakit akibat serangan jantung.
10/17/2018
Pemeriksaan
fisik
TD: 100/90 
mmHg
N: 100 x/m R: 26 x/m t: 37.0°C SpO2: 96%
Keadaan
umum
Tampak sakit
sedang
GCS 15 E4 V5 M6
Kepala dbn
Leher JVP 5+3 H2O, hepatojugular reflux (+)
Thorax
Cor Tampak membesar, S1 S2 ireguler
Pulmo VBS (+/+) Rh (+/+) di basal
Abdomen dbn
Extremitas Pitting edema pretibial (+/+)
Pemeriksaan
Penunjang
Temuan 
Laboratorium
Nilai Temuan
Nilai Rentang 
Normal
Keterangan
Hemoglobin 15,0 g/dl 13,0 – 18,0
dalam batas normal
Eritrosit 5,5 106/µL 4,0 – 5,5
Leukosit 5,3 103/µL 4,0 – 10,0
Hematokrit 44,5 % 38,0 – 51,0
Trombosit 194 103/µL 150 – 450
MCV 81,2 fl 75,0 – 100,0
MCH 27,3 pg 25,0 – 32,0
MCHC 33,7 g/dl 10,0 – 16,0
RDW 15,7 % 10,0 – 16,0
Hitung Jenis
Basofil 0,0 % 0,0 – 1,0
Eosinofil 3,4 % 1,0 – 4,0
Neutrofil segmen 51,1 % 50,0 – 80,0
Limfosit 39,1 % 25,0 – 50,0
Monosit 6,4 % 4,0 – 8,0
Pemeriksaan
Penunjang
Temuan
Laboratorium
NilaiTemuan
Nilai Rentang 
Normal
Keterangan
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
142
4,20
104
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136 – 145
3,60 – 5,20
98 – 106
dalam batas normal
Diabetes
GDS 114 mg/dl dalam batas normal
Fungsi Ginjal
Ureum 40 mg/dl 10 – 50
dalam batas normal
Kreatini 1,2 mg/dl 0,9 – 1,3
Lemak
Trigliserida 57 mg/dl 60 – 200
dalam batas normal
LDL Kolesterol 48 mg/dl <115
PenandaJantung
Troponin I 0,28 µg/dl <0,02 meningkat
EKG
10/17/2018
EKG
Interpretasi
Irama dan frekuensi : Sinus tachycardia with HR 107 bpm
Aksis : - Frontal axis : left axis deviation
- Horizontal axis : clockwise rotation
Interval P‐R : 0,16 detik
Kompleks QRS : 0,16 detik
Interval QT : 0,32 detik
Kelainan yang ditemukan
QS pattern on lead V2‐V3,VES on all lead
Kesimpulan
Sinus tachycardia HR 107 bpm, LAD, OMI anterior, multiple VES
Klinis
CHF Fc. IV + CAD NSTEMI + mVES
Anatomi
Kardiomegali
Etiologis
Atherosclerosis, hypoxia
Diagnosa
Tata Laksana
 Tirah baring
 Posisi semifowler
 Diet lunak dan redah garam
 Restriksi cairan
 Foley catheter
 O2 2‐4 lpm via nasal kanul
 Furosemide injeksi 3x40mg
 Ramipril 1x2,5mg
 Bisoprolol 1x1,25mg
 Atorvastatin 1x20mg
 Aspirin loading dose 320mg  1x75mg
 Clopidogrel loading dose 300mg  1x75mg
Prognosis
• Dubia ad malam
Vitam
• Dubia ad malam
Sanactionam
• Dubia ad malam
Functionam
10/17/2018
Pembahasan
VES/PVC
 Dikenal juga sebagai premature ventricular contractions (PVC)
 Suatu aritmia yang terlihat jelas pada EKG dengan lebar
(umumnya >120 milidetik) dan morfologi dan morfologiQRS unik, 
yang terjadi akibat aktivasi atrium secara indenpenden
(gelombang P).
 Rangsang di ventrikel tidak berjalan melewati jalur yang normal 
(sistem His‐Purkinje) tetapi melalui miokard yang merupakan
media penghantar listrik yang kurang baik dibandingkan dengan
jalur normal. 
Epidemiologi
 Terdapat 1‐4 % orang yang sehat dapat memiliki gambaran
ventrikular ekstrasistol, tidak bahaya pada orang yang tidak
memiliki gangguan organik pada jantung
 Kejadian ventrikular ekstrasistol meningkat pada penyakit jantung
dan hampir 90% biasanya terkait pada kasus arteri koroner dan
kardiomiopati. 
 Jika gambaran EKG ekstrasistol sering muncul pada kasus‐kasus
penyakit jantung hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian.
Etiologi
Cardiac  a. Infark miokard akut atau iskemik
b. Penyakit katup jantung, terutama prolapse katup mitral
c. Cardiomyopathy (misalnya iskemik, dilatasi, hipertrofi)
d. Kontusio jantung
e. Bradikardia
f. Takikardia
Noncardiac a. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, atau
hiperkalsemia)
b. Obat‐obatan (misalnya, digoxin, antidepresan trisiklik, aminofilin,
amitriptyline, pseudoephedrine, fluoxetine)
c. Obat lain (misalnya, kokain, amfetamin, kafein, alkohol)
d. Anestesi
e. Operasi
f. Infeksi
10/17/2018
 VES multiple univocal
 (1 jenisVES)
 VES multiple multivocal
 (≥2 jenisVES)
Klasifikasi
 VES bigemini
 (1 sinus, 1 VES)
 VES trigemini
 (2 sinus, 1 VES)
Klasifikasi
 VES quadrigemini
 (3 sinus, 1 VES)
 VES couplet
 (2 VES berdampingan)
Klasifikasi
 VES salvo 
 (≥3 VES berdampingan), episode VT
 VES R‐on‐T phenomenon
 (VES muncul sebelum gel. T selesai)
Klasifikasi
10/17/2018
KlasifikasiVES
Lown Grading System
Grade 0 Tidak ada denyut prematur
Grade 1 Occasional (<30/jam)
Grade 2 Frekuen (>30/jam)
Grade 3 Multiform
Grade 4 Repetitif (A=couplet, B=Salvo ≥3
Grade 5 R‐on‐T pattern
Tata Laksana
 Secara umum tidak perlu, terutama pada pasien yang tidak
memiliki penyakit jantung struktural
 Indikasi terapi primer adalah meredakan gejala
 Terapi lini pertama β‐blocker, tidak efektif dapat pertimbangkan
amiodaron
 Obat antiaritmia kelas I atau kelas III dapat dipertimbangkan, 
namun potensi proaritmia dan toksisitas organ harus
dipertimbangkan
Tata Laksana
 PVC dengan denyut ventrikel lambat  tingkatkan laju denyut
nadi jantung dasar dengan atropine atau isoproterenol atau pacu
jantung
 menurunkan HR pada pasien takikardia sinus dapat
menghilangkan PVC
 PVC frekuen meskipun dalam seting IMA, tidak perlu diterapi, 
kecuali memberi kontribusi hemodinamik kompromais. 
 Koreksi gangguan elektrolit, ggn keseimbangan asam basa, dan
hipoksia
Prognosis  Tergantung penyebab, beratnya dan respons terapi
10/17/2018
Kriteria Framingham
Kriteria mayor
Paroxysmal nocturnal dyspneu
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peningkatan tekanan vena jugular
Refluks hepatojugular
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dyspneu d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital ⁄ dari normal
Takikardia (>120 kali/menit)
Tata Laksana
SKA
 Tirah baring
 Oksigenasi
 Aspirin 160‐320 mg
 ADP inhibitor
 Tricagrelor 180 mg
 CGP 300 mg
 Nitrat: Nitrogliserin/ISDN
 Morfin sulfat (bila perlu)

More Related Content

What's hot

peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Aulia Amani
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
eka yunita
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
ADam Raeyoo
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
Phil Adit R
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
fikri asyura
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismeKANDA IZUL
 
BST CATARACT FK UNPAD 2013
BST CATARACT FK UNPAD 2013BST CATARACT FK UNPAD 2013
BST CATARACT FK UNPAD 2013
syarif hidayatullah
 
Selulitis
Selulitis Selulitis
Selulitis
Furqan Hidayat
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
Brenda Panjaitan
 
Ventricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCC
Ventricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCCVentricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCC
Ventricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCC
Imelda Wijaya
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
fikri asyura
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
fikri asyura
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebriCornelius Liza
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
fikri asyura
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
Kharima SD
 
Acute Coronary Syndome
Acute Coronary SyndomeAcute Coronary Syndome
Acute Coronary Syndome
Ira Rahmawati
 

What's hot (20)

peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidisme
 
BST CATARACT FK UNPAD 2013
BST CATARACT FK UNPAD 2013BST CATARACT FK UNPAD 2013
BST CATARACT FK UNPAD 2013
 
Selulitis
Selulitis Selulitis
Selulitis
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
 
Ventricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCC
Ventricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCCVentricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCC
Ventricular aritmia (VT) Afdhalun Hakim, MD, FIHA, FAsCC
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Acute Coronary Syndome
Acute Coronary SyndomeAcute Coronary Syndome
Acute Coronary Syndome
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemiaAcute limb ischemia
Acute limb ischemia
 

Similar to Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)

PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxPPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
WildaKurniawati2
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
rezky ilhamsyah
 
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptxLaporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
DenaneerRahmadatu2
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
Briliant Nissa
 
Diskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdf
Diskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdfDiskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdf
Diskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdf
KhadijahTufaillahAj
 
morning report EKG 1.pptx
morning report EKG 1.pptxmorning report EKG 1.pptx
morning report EKG 1.pptx
AlrahmanJoneri1
 
Hocm kasus
Hocm kasusHocm kasus
Hocm kasus
MediPutra
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
FadhilAulia7
 
bab 1 abdi ppt.pptx
bab 1 abdi ppt.pptxbab 1 abdi ppt.pptx
bab 1 abdi ppt.pptx
amandafairuz1
 
CHF WK 3 2023.pptx
 CHF WK 3 2023.pptx CHF WK 3 2023.pptx
CHF WK 3 2023.pptx
MANDALAHEC
 
MR 25 april 2022.pptx
MR 25 april 2022.pptxMR 25 april 2022.pptx
MR 25 april 2022.pptx
FarahDhaifina2015
 
EXPERTISE IMUN ULLI .pptx
EXPERTISE IMUN ULLI .pptxEXPERTISE IMUN ULLI .pptx
EXPERTISE IMUN ULLI .pptx
ssuser4360bd
 
BAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docx
BAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docxBAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docx
BAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docx
abdulrazak928000
 
Neuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptx
Neuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptxNeuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptx
Neuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptx
RashmeetaThadhani1
 
Total AV Block .pptx
Total AV Block .pptxTotal AV Block .pptx
Total AV Block .pptx
ssuser40ff1a
 
Aritmia Kelompok 2.pptx
Aritmia Kelompok 2.pptxAritmia Kelompok 2.pptx
Aritmia Kelompok 2.pptx
RahmaDenada2
 

Similar to Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES) (20)

PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxPPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
 
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptxLaporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
 
sh
shsh
sh
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
I. teori hipertensi
I. teori hipertensiI. teori hipertensi
I. teori hipertensi
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
Diskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdf
Diskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdfDiskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdf
Diskusi Kasus_Candra Pamungkas_G992202107.pdf
 
morning report EKG 1.pptx
morning report EKG 1.pptxmorning report EKG 1.pptx
morning report EKG 1.pptx
 
Hocm kasus
Hocm kasusHocm kasus
Hocm kasus
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
 
bab 1 abdi ppt.pptx
bab 1 abdi ppt.pptxbab 1 abdi ppt.pptx
bab 1 abdi ppt.pptx
 
CHF WK 3 2023.pptx
 CHF WK 3 2023.pptx CHF WK 3 2023.pptx
CHF WK 3 2023.pptx
 
MR 25 april 2022.pptx
MR 25 april 2022.pptxMR 25 april 2022.pptx
MR 25 april 2022.pptx
 
EXPERTISE IMUN ULLI .pptx
EXPERTISE IMUN ULLI .pptxEXPERTISE IMUN ULLI .pptx
EXPERTISE IMUN ULLI .pptx
 
BAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docx
BAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docxBAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docx
BAB II CH 2 Jongga print (AutoRecovered).docx
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
Neuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptx
Neuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptxNeuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptx
Neuro 2023 Kasus Stroke Lansia FR HT.pptx
 
Total AV Block .pptx
Total AV Block .pptxTotal AV Block .pptx
Total AV Block .pptx
 
Aritmia Kelompok 2.pptx
Aritmia Kelompok 2.pptxAritmia Kelompok 2.pptx
Aritmia Kelompok 2.pptx
 

Recently uploaded

audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 

Recently uploaded (20)

audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 

Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)

  • 1. LAPORAN KASUS MULTIPLE VENTRICLE EXTRASYSTOLE PEMBIMBING: dr. Arinta Setyasari, Sp.JP, FIHA OLEH: Muhammad Afzalurrahman Putranda I4061172010 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JANTUNG RUMAH SAKIT TINGKAT II DUSTIRA CIMAHI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2018
  • 2. BAB I PENYAJIAN KASUS 1. Identitas Pasien No. RM : 00481870 Nama : AM Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal lahir : 17 Agustus 1970 (48 tahun) Agama : Islam Suku : Sunda Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMP Alamat : Bandung Masuk RS : tanggal 9 Oktober 2018 pukul 10.30 via Poli Jantung 2. Anamnesis Keluhan Utama Sesak napas Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan saat beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila tidak sesak akan dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada malam hari, kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak. Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak kontrol dalam 3 bulan ini. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit jantung sebelumnya (penyakit jantung koroner, takikardi ventrikel, gagal jantung)
  • 3. Riwayat konsumsi obat paru disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat alergi disangkal Riwayat hipertensi diakui Riwayat kolesterol disangkal Riwayat diabetes mellitus disangkal Pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri dada Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung. Riwayat Sosial dan Kebiasaan Pasien memiliki riwayat merokok sejak mulai bekerja (lulus SMP) dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok perhari. Pasien mengaku berhenti merokok sejak usia 2 tahun yang lalu saat masuk rumah sakit akibat serangan jantung. 3. Pemeriksaan Fisik Status Generalisata Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis (GCS 15;E4V5M6) Berat Badan : 80 kg Tinggi Badan : 180 cm Status Gizi : Normal (BMI 24,69 kg/m2 ) Tekanan Darah : 100/90 mmHg Denyut Nadi : 100 x/menit Frekuensi Napas : 26 x/menit Suhu : 37,0 °C Saturasi O2 : 96% Mata : kongjuntiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor (-) 3mm/3mm, RCL/RCTL (+/+) Telinga : sekret (-), aurikula hiperemis (-) Mulut : bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (-), atrofi papil lidah (-) Hidung : sekret (-), deformitas (-) Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
  • 4. Leher : pembesaran KGB (+), hepatojugular refluks (+), JVP 5+3 cmH2O Ekstremitas : hangat, pitting edema peritibial (+), CRT <2 detik Paru Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis, retraksi (-) Palpasi : fremitus taktil paru kanan dan kiri sama, massa (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru Auskultasi : suara napas vesikular (+), rhonki (+), wheezing (-) Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis di ICS VI linea midklavikula sinistra, thrill (-) Perkusi : batas pinggang jantung pada ICS II linea parasternalis sinistra, batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis dekstra, batas jantung kiri pada ICS VI linea midklavikula sinistra Auskultasi : S1 S2 ireguler, murmur (-), S3 gallop (-) Abdomen Inspeksi : datar, sikatrik (-) Auskultasi : bising usus normal, 8 kali per menit Palpasi : soepl, massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani
  • 5. 4. Pemeriksaan Penunjang Hematologi Rutin (9 Oktober 2018) Temuan Laboratorium Nilai Temuan Nilai Rentang Normal Keterangan Hemoglobin 15,0 g/dl 13,0 – 18,0 dalam batas normal Eritrosit 5,5 106 /µL 4,0 – 5,5 Leukosit 5,3 103 /µL 4,0 – 10,0 Hematokrit 44,5 % 38,0 – 51,0 Trombosit 194 103 /µL 150 – 450 MCV 81,2 fl 75,0 – 100,0 MCH 27,3 pg 25,0 – 32,0 MCHC 33,7 g/dl 10,0 – 16,0 RDW 15,7 % 10,0 – 16,0 Hitung Jenis Basofil 0,0 % 0,0 – 1,0 Eosinofil 3,4 % 1,0 – 4,0 Neutrofil segmen 51,1 % 50,0 – 80,0 Limfosit 39,1 % 25,0 – 50,0 Monosit 6,4 % 4,0 – 8,0 Kimia Klinik (9 Oktober 2018) Temuan Laboratorium Nilai Temuan Nilai Rentang Normal Keterangan Elektrolit Natrium Kalium Klorida 142 4,20 104 mmol/L mmol/L mmol/L 136 – 145 3,60 – 5,20 98 – 106 dalam batas normal Diabetes GDS 114 mg/dl dalam batas normal Fungsi Ginjal Ureum 40 mg/dl 10 – 50 dalam batas normal Kreatini 1,2 mg/dl 0,9 – 1,3 Lemak Trigliserida 57 mg/dl 60 – 200 dalam batas normal LDL Kolesterol 48 mg/dl <115 Penanda Jantung Troponin I 0,28 µg/dl <0,02 Meningkat
  • 6. Elektrokardiografi Interpretasi Irama dan frekuensi : Sinus tachycardia HR 107 bpm Aksis : - Frontal axis : left axis deviation - Horizontal axis : clockwise rotation Interval P-R : 0,16 detik Kompleks QRS : 0,16 detik Interval QT : 0,32 detik Kelainan yang ditemukan : QS pattern on lead V2-V3, VES on all lead Kesimpulan : Sinus tachycardia HR 107 bpm, LAD, OMI anterior, multiple VES, LAE 5. Resume Medis Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan saat beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus
  • 7. dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila tidak sesak akan dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada malam hari, kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak. Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak kontrol dalam 3 bulan ini. Pasien memiliki riwayat hipertensi, merokok dan serangan jantung 2 tahun yang lalu. Pernah dirawat 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri pada dada. Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/90 mmHg, takikardi, takipneu, peningkatan JVP (5+3 cmH2O), refluks hepatojuguler, bunyi jantung ireguler, jantung tampak membesar, pitting edema pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan elektrokradiografi, didapatkan asinus takikardi dengan denyut nadi 107 kali per menit, deviasi aksis ke kiri, adanya infark miokard lama di anterior dan multipel ekstrasistol dari ventrikel. Pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan troponin I yaitu 0,28 µg/dl (normal <0,02 µg/dl). 6. Diagnosa Diagnosa Klinis Gagal jantung NYHA Fc. IV, CAD NSTEMI, mVES Diagnosa Anatomi Kardiomegali Diagnosa Etiologis Atherosklerosis, hipoksia 7. Tata Laksana - Tirah baring - Posisi semifowler - Diet lunak dan redah garam - Restriksi cairan - Foley catheter
  • 8. - O2 2-4 lpm via nasal kanul - Furosemide injeksi 3x40mg - Ramipril 1x2,5mg - Bisoprolol 1x2,5mg - Atorvastatin 1x20mg - Aspirin loading dose 300mg, dilanjutkan 1x75mg - Clopidogrel loading dose 300mg, dilanjutkan 1x75mg 8. Prognosis Quo ad vitam : dubia ad malam Quo ad sanactionam : dubia ad malam Quo ad functionam : dubia ad malam
  • 9. BAB II PEMBAHASAN 3.1. Ekstrasistol Ventrikel Ekstrasistol ventrikel (VES) berasal dari fokus ektopik ventrikel. Rekaman EKG menunjukkan bentuk QRS lebar oleh karena rangsang di ventrikel tidak berjalan melewati jalur yang normal (sistem His-Purkinje) tetapi melalui miokard yang merupakan media penghantar listrik yang kurang baik dibandingkan dengan jalur normal. Seperti annulus trikuspidalis, anulus katup mitral, muskulus papilaris, dan selain serabut purkkinje seperti tendon palsu ventrikel kiri. Umumnya berbentuk seperti bundle branch block, dengan segmen ST-T yang diskordan (berlawanan arah vektor) terhadap kompleks QRS. Ekstra sistol ventrikel juga dikenal pula dengan Premature Ventricular Complexes (PVC), ventricular premature depolarizations atau premature ventricular beats.1 Tabel 2.1. Etiologi ekstrasistol ventrikel1 Kardiak a. Infark miokard akut atau iskemik b. Penyakit katup jantung, terutama prolapse katup mitral c. Cardiomyopathy (misalnya iskemik, dilatasi, hipertrofi) d. Kontusio jantung e. Bradikardia f. Takikardia Nonkardiak a. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, atau hiperkalsemia) b. Obat-obatan (misalnya, digoxin, antidepresan trisiklik, aminofilin, amitriptyline, pseudoephedrine, fluoxetine) c. Obat lain (misalnya, kokain, amfetamin, kafein, alkohol) d. Anestesi e. Operasi f. Infeksi
  • 10. Kontraksi ventrikular ekstrasistol dapat mengenai pasien dengan atau tanpa kelainan jantung organik. Ventrikular ekstrasistol muncul dengan frekuensi yang meningkat terutama pada pasien dengan kelainan jantung organik seperti ischemik, penyakit katup jantung, dan juga idiopatik kardiomiopati. Kontraksi ventrikular ekstrasistol dapat juga muncul pada intoksikasi obat misalnya intoksikasi digitalis, ataupun gangguan elektrolit seperti hipokalemia.1 Gambaran EKG venrikular ekstrasistol dapat ditemukan pada orang nomal. Terdapat 1-4 % orang yang sehat dapat memiliki gambaran ventrikular ekstrasistol. Hal ini merupakan suatu hal yang tidak membahayakan jika ditemukan gambaran ekg ventrikular ekstrasistol pada orang yang tidak memiliki gangguan organik pada jantung. Kejadian ventrikular ekstrasistol meningkat pada kasus-kasus penyakit jantung dan hampir 90% biasanya terkait pada kasus arteri coroner dan kardiomiopati. Jika gambaran ekg ekstrasistol sering muncul pada kasus-kasus penyakit jantung hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian.1 Terdapat beberapa klasifikasi dari VES, yakni:2,3 a. Berdasarkan bentuk: unifokal, multifokal b. Berdasarkan pola: bigemini, trigemini, quadrigemini, couplet, salvo
  • 11. c. Berdasarkan frekuensi: infrequent (<5 kali dalam 1 menit), frequent (>5 kali dalam 1 menit) d. Lown’s juga membagi PVC dalam beberapa derajat antara lain: - Derajat 0 : tidak terdapat PVC - Derajat I : unifokal dan infrequent PVC, PVC < 30x/jam - Derajat II : unifokal dan frequent PVC, PVC ≥ 30x/jam - Derajat III : multifocal PVC - Derajat IVA : 2 PVC berturut-turut (couplet) - Derajat IVB : 3 atau lebih PVC berturut-turut - Derajat V : R-T phenomenon Secara umum, ekstrasistol ventrikel tidak perlu diterapi, terutama pada pasien yang tidak memiliki penyakit jantung struktural. Adapun indikasi terapi primernya adalah untuk meredakan gejala. Terapi lini pertama yang dapat diberikan adalah penyekat β seperti atenol 25-100 mg/hari atau metoprolol 50-200 mg/hari. Apabila golongan penyekat β tidak efektif, maka pemberian amiodaron dapat dipertimbangkan. Obat golongan antiaritmia kelas I atau kelas III dapat dipertimbangkan, namun potensi untuk proaritmia dan toksisitas organ harus menjadi pertimbangan. Alternatif pada pasien simptomatis, terutama yang tidak memiliki penyakit janutng struktural adalah ablasi kateter radiofrekuensi (RFA).4 Ekstrasistol ventrikel yang ditemukan pada pasien dengan denyut jantung lambat, peningkatan laju denyut jantung dapat menghilangkan kejadian VES dengan pemberian atropin atau isoproterenol atau dengan pacu jantung. Sementara VES pada takikardia dapat dihilangkan dengan menurunkan laju denyut jantung.4 VES frekuen, meskipun dalan keadaan infark miokard akut, tidak perlu diterapi, kecuali memberi kontribusi hemodinamik kompromais. Pada pasien yang
  • 12. rawat inap dapat diberikan lidokain. Apabila pemberian lidokain sudah mencapai dosis maksimum namun tidak berhasil, procainamide intravena dapat diberikan. Propranolol dianjurkan bila obat lain tidak berhasil. Periksa faktor-faktor penyebab yang bersifat reversibel seperti koreksi gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan hipoksia.4 Komplikasi dari VES diantaranya takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel dan henti jantung. Prognosis VES tergantung dari penyebab, beratnya gela dan respon terapi.4 Salah satu penyebab VES sebagai mana pada tabel etiologi VES adalah adanya infark miokard akut. Pada pasien ini kadang mengeluhkan nyeri dada dan riwayat serang jantung sebelumnya, yakni penyakit jantung koroner. Penyakit yang diderita sebelumnya dapat mengalami kekambuhan. Pada kasus ini penyebab yang sangat memungkinkan untuk menyebabkan kekambuhan adalah konsumsi obat yag tidak teratur, di mana pasien sudah tiga bulan tidak kontrol untuk mengambil obat.5 Dari hasil pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) diperoleh aritmia takikardia, deviasi aksis ke kiri, adanya pola QS pada lead V2 dan V3 menunjukkan infark miokard lama pada bagian anterior, dan multipel ekstrasistol dari ventrikel. Pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan troponin I yaitu 0,28 µg/dl (normal <0,02 µg/dl). 3.2. Sindroma Koroner Akut Sebagian besar sindroma koroner akut (SKA) adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah akibat perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi sehingga terbentuk trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat lubang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Suplai oksigen yang berhenti selama
  • 13. kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard/IM).6 lnfark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner. Sumbatan subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis juga dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Selain nekrosis, iskemia juga menyebabkan gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), serta distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Pada sebagian pasien, SKA terjadi karena sumbatan dinamis akibat spasme lokal arteri koronaria epikardial (angina prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi pembentukan plak atau restenosis setelah intervensi koroner perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.6 Hasil EKG tidak menunjukan adanya elevasi segmen ST dan peningkatan troponin I dapat diklasifikasikan sebagai SKA NEST (non elevasi segmen ST). penatalaksanaan yang dapat diberikan sebagai anti iskemia diantaranya penyekat β yang bekerja pada reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunya konsumsi miokardium, nitrat yang memiliki efek dilatasi vena yang megakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir sistolik sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang, atau penyekan kanal kalsium (calcium channnel blocker/CCB) yang juga memiliki efek dilatasi arteri. Pemberian antiplatelet sangat dianjurkan untuk menghambat pembentukan faktor-faktor pembekuan darah. Pemberian golongan antiplatelet yang diberikan secara dual terapi (dual antiplatelet therapy - DAPT) kombinasi aspirin dan penghambat P2Y12, clopidogrel, ticagrelor, atau prasugrel.6,7 Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan modifikasi diet, penghambat hidroksimetilglutari-koenzim A reduktease (statin) harus diberikan kepada semua penderita APTS (angina pektoris tidak stabil)/IMA- NEST, termasuk mereka yang telah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak
  • 14. terdapat kontraindikasi. Terapi statin intensitas tinggi hendaknya dimulai sedini mungkin.6 Berdasarkan stratifikasi risiko, dapat ditentukan kebutuhan untuk dilakukan strategi invasif dan waktu pelaksanaan revaskularisasi. Strategi invasif melibatkan dilakukannya angiografi, dan ditujukan pada pasien dengan tingkat risiko tinggi hingga sangat tinggi. Waktu pelaksanaan angiografi ditentukan berdasarkan beberapa parameter dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:6 1. Strategi invasif segera (<2 jam, urgent). Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko sangat tinggi (very high risk), yaitu angina refrakter, gagal jantung akut, aritmia ventrikel yang mengancam nyawa, ataukeadaan hemodinamik tidak stabil. 2. Strategi invasif awal (early) dalam 24 jam. Dilakukan bila pasien memiliki skor GRACE >140 atau dengan salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) primer. Tabel 2.2. Kriteria risiko tinggi.6 Kelompok Risiko Tinggi Kriteria Primer Kenaikan atau penurunan troponin yang relevan Perubahan gelombang T atau segmen ST yang dinamis (simptomatik maupun tanpa gejala) Sekunder Diabetes mellitus Insufisiensi ginjal (eGFR <60 mL/menit/1,73m2) Penurunan fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi <40%) Pasca infark baru Riwayat IKP dalam 1 bulan Riwayat CABG Skor GRACE menengah hingga tinggi 3. Strategi invasif awal (early) dalam 72 jam. Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) atau dengan gejala berulang 4. Strategi konservatif (tidak dilakukan angiografi) atau angiografi elektif. Dalam strategi konservatif, evaluasi invasif awal tidak dilakukan secara rutin. Strategi ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi dan dianggap memiliki risiko rendah, yaitu memenuhi kriteria berikut ini: a. Nyeri dada tidak berulang
  • 15. b. Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung c. Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada jam ke-6 hingga 9) d. Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6 hingga 9) e. Tidak ada iskemia yang dapat ditimbulkan (inducible ischemia) Penentuan risiko rendah berdasarkan risk score seperti GRACE dan TIMI juga dapat berguna dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan strategi konservatif. Penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien-pasien ini berdasarkan evaluasi PJK. Sebelum dipulangkan, dapat dilakukan stress test untuk menentukan adanya iskemi yang dapat ditimbulkan (inducible) untuk perencanaan pengobatan dan sebelum dilakukan angiografi elektif. Risk Score >3 menurut TIMI menunjukkan pasien memerlukan revaskularisasi. Timing revaskularisasi dapat ditentukan berdasarkan penjelasan di atas.6 3.3. Gagal Jantung Sesak nafas secara umum dapat disebabkan oleh jantung ataupun paru. Sesak pada pasien ini sudah dirasakan sejak lama dan semakin memberat hingga saat ini dan disertai dengan beberapa tanda dan gejala gagal jantung yang memenuhi kriteria Framingham. Diperlukan sedikitnya dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.4 Gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan), tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki) dan adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.8 Gagal jantung diklasifikasikan berdasarkan kelainan struktural jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional NYHA (New York Heart Association). Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4.8
  • 16. Tabel 2.3. Kriteria Framingham4 Kriteria mayor Paroxysmal nocturnal dyspneu Distensi vena leher Ronki paru Kardiomegali Edema paru akut Gallop S3 Peningkatan tekanan vena jugular Refluks hepatojugular Kriteria minor Edema ekstremitas Batuk malam hari Dyspneu d’effort Hepatomegali Efusi pleura Penurunan kapasitas vital 1 3⁄ dari normal Takikardia (>120 kali/menit) Tujuan pengobatan pada gagal jantung adalah meningkatkan status klinis, kapasitas fungsional dan kualitas hidup, mengurangi kejaidan masuk rumah sakit (hospital admission) dan menurunkan angka mortalitas.9 Pemberian penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACEi) dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas pada pasien dengan gagal jantung dan sanagat direkomendasikan jika tidak terdapat kontraindikasi ataupun intoleransi.9 Secara farmakologis, ACEi dapat mengurangi efek negatif dari terikatnya angiotensin-II terhadap reseptornya dengan cara menghambat konversi angiotensin-I menjadi angiotensin-II. ACEi memiliki efek dalam mendilatasi pembuluh darah, antiinflamasi dan antifibrosis. Selain itu, ACEi juga dapat mengurangi degradasi bradikinin dan meningkatnkan perannya pada reseptor β2, yang juga berkontribusi terhadap dilatasi pembuluh darah, antiproliferasi, proteksi endotel dan efek positif lainnya.10 Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup. Penyekat β direkomendasikan pada pasien dengan riwayat infark miokard dan asimtomatik disfungsi sistolik ventrikel kiri untunk mengurangi
  • 17. risiko kematian. Penyekat β harus segera diberikan pada pasien yang stabil secara klinis pada dosis terendah dan dinakian secara perlahan hingga ke dosis toleransi maksimal. Pada pasien rawat inap akibat gagal jantung, pemberian penyekat β harus dimulai dengan heti-hati, inisiasi pemberiannya ketika pasien dalam keadaan stabil.9 Diuretik dirokemandasikan untuk mengurangi tanda dan gejala kongesti. Loop diuretik menghasilkan diuresis yang lebih intens dan pendek dibandingkan thiazid. Kombinasi keduanya dapat digunakan untuk mengobati edema resisten.9 Tabel 2.4. Klasifikasi gagal jantung.8 Kalisifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung Stadium A Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat gangguan struktural atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala Stadium B Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, tidak terdapat tanda atau gejala Stadium C Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit struktural jantung yang mendasari Stadium D Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna saat istrahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal (refrakter) Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA) Kelas I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari- hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas Kelas II Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas Kelas III Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, tetapi aktfitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak Kelas IV Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istrahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
  • 18. BAB III KESIMPULAN Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan saat beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila tidak sesak akan dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada malam hari, kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak. Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak kontrol dalam 3 bulan ini. Pasien memiliki riwayat hipertensi, merokok dan serangan jantung 2 tahun yang lalu. Pernah dirawat 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri pada dada. Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/90 mmHg, takikardi, takipneu, peningkatan JVP (5+3 cmH2O), refluks hepatojuguler, bunyi jantung ireguler, jantung tampak membesar, pitting edema pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan elektrokradiografi, didapatkan asinus takikardi dengan denyut nadi 107 kali per menit, deviasi aksis ke kiri, adanya infark miokard lama di anterior dan multipel ekstrasistol dari ventrikel. Pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan troponin I yaitu 0,28 µg/dl (normal <0,02 µg/dl). Pasien diterapi awal dengan - Tirah baring posisi semifowler, rencana diet lunak dan redah garam, restriksi cairan, pemasangan Foley catheter, oksigenasi 2- 4 lpm via nasal kanul, Furosemide injeksi 3x40mg, Ramipril 1x2,5mg, Bisoprolol 1x2,5mg, Atorvastatin 1x20mg, Aspirin loading dose 300mg dilanjutkan 1x75mg, dan Clopidogrel loading dose 300mg, dilanjutkan 1x75mg.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA 1. Harum, S dan Yamin, M. Aritmia Ventrikel. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid VI. Jakarta: Interna Pubishing. 2014. 2. Kanwar, G. dkk. A Review: Detection of Premature Venticular Contraction Beat of ECG. International of Advance Risearch in Electrical, Electronics and Instrimentation Engineering. 2015. 3. www.ina-ecg.com/2015/05/premature-ventricular-contraction.html accessed on 2018 Oct 14. 4. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J dan Tahapary DL. Penatalakasan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam: Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Interna Publishing; 2015. 5. Putri RD, Nur’aeni A dan Belinda V. Kajian Kebutuhan Belajar Klien dengan Penyakit Jantung Koronor. JNC. 2018 Feb; 1(1):60-8. 6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi Keempat. Jakarta: PERKI; 2018. 7. Ibanez B, James S, Agewall S, Antunes MJ, Bucciarelli-Ducci C, Bueno H et al.. 2017 ESC Guidelines for the management of acutemyocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation: The Task Force for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST- segment elevation of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 2018; 39:119-77. 8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama. Jakarta: PERKI; 2015. 9. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS et al. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure: The Task Force for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 2016; 37(27):2129-200. 10. Tai C, Gan T, Zou L, Sun Y, Zhang Y, Chen W et al. Effect of angiotensin- converting enzyme inhibitors and angiotensin II receptor blockers on
  • 20. cardiovascular events in patients with heart failure: a meta-analysis of randomized controlled trials. BMC Cardiovascular Disorder. 2017;15:257. 12pp.
  • 21. 10/17/2018 LAPORAN KASUS denganjudulMultiple Ventricle Extrasystole(mVES) bersamadr. ArintaSetyasari, Sp.JP, FIHA Disusun oleh: Muhammad Afzalurrahman Putranda NIM I4061172010 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jantung Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura  RST Tk II Dustira Cimahi 2018 Identitas Pasien  No. RM : 00481870  Nama : AM  Jenis kelamin : Laki‐laki  Tanggal lahir : 17 Agustus 1970 (48 tahun)  Agama : Islam  Suku : Sunda  Pekerjaan : Swasta  Pendidikan : SMP  Alamat : Bandung   Masuk RS : tanggal 9 Oktober 2018 pukul 10.30 via Poli Jantung Anamnesis Keluhan utama  Sesak napas Riwayat penyakit sekarang  Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang  lalu, dirasakan semakin memberat 1 minggu terakhir. Keluhan terutama dirasakan saat beraktivitas dan mereda saat bersitirahat. Namun saat ini keluhan terus dirasakan walaupun sudah beristirahat. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur setiap malam menggunakan 3 bantal bila tidak sesak akan dirasakan. Pasien mengeluhkan batuk, terutama dirasakan pada malam hari,  kadang berdebar, pusing, nyeri pada dada, dan kaki membengkak.  Pasien menyangkal pernah pingsan sebelumnya. Pasien mengaku sudah tidak kontrol dalam 3 bulan ini. Anamnesis Riwayat penyakit dahulu  Riwayat penyakit jantung sebelumnya  Terakhir dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan nyeri dada Riwayat penyakit keluarga  ‐ Riwayat sosial dan kebiasaan  Pasien memiliki riwayat merokok sejak mulai bekerja (lulus SMP)  dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok perhari. Pasien mengaku berhenti merokok sejak usia 2 tahun yang lalu saat masuk rumah sakit akibat serangan jantung.
  • 22. 10/17/2018 Pemeriksaan fisik TD: 100/90  mmHg N: 100 x/m R: 26 x/m t: 37.0°C SpO2: 96% Keadaan umum Tampak sakit sedang GCS 15 E4 V5 M6 Kepala dbn Leher JVP 5+3 H2O, hepatojugular reflux (+) Thorax Cor Tampak membesar, S1 S2 ireguler Pulmo VBS (+/+) Rh (+/+) di basal Abdomen dbn Extremitas Pitting edema pretibial (+/+) Pemeriksaan Penunjang Temuan  Laboratorium Nilai Temuan Nilai Rentang  Normal Keterangan Hemoglobin 15,0 g/dl 13,0 – 18,0 dalam batas normal Eritrosit 5,5 106/µL 4,0 – 5,5 Leukosit 5,3 103/µL 4,0 – 10,0 Hematokrit 44,5 % 38,0 – 51,0 Trombosit 194 103/µL 150 – 450 MCV 81,2 fl 75,0 – 100,0 MCH 27,3 pg 25,0 – 32,0 MCHC 33,7 g/dl 10,0 – 16,0 RDW 15,7 % 10,0 – 16,0 Hitung Jenis Basofil 0,0 % 0,0 – 1,0 Eosinofil 3,4 % 1,0 – 4,0 Neutrofil segmen 51,1 % 50,0 – 80,0 Limfosit 39,1 % 25,0 – 50,0 Monosit 6,4 % 4,0 – 8,0 Pemeriksaan Penunjang Temuan Laboratorium NilaiTemuan Nilai Rentang  Normal Keterangan Elektrolit Natrium Kalium Klorida 142 4,20 104 mmol/L mmol/L mmol/L 136 – 145 3,60 – 5,20 98 – 106 dalam batas normal Diabetes GDS 114 mg/dl dalam batas normal Fungsi Ginjal Ureum 40 mg/dl 10 – 50 dalam batas normal Kreatini 1,2 mg/dl 0,9 – 1,3 Lemak Trigliserida 57 mg/dl 60 – 200 dalam batas normal LDL Kolesterol 48 mg/dl <115 PenandaJantung Troponin I 0,28 µg/dl <0,02 meningkat EKG
  • 23. 10/17/2018 EKG Interpretasi Irama dan frekuensi : Sinus tachycardia with HR 107 bpm Aksis : - Frontal axis : left axis deviation - Horizontal axis : clockwise rotation Interval P‐R : 0,16 detik Kompleks QRS : 0,16 detik Interval QT : 0,32 detik Kelainan yang ditemukan QS pattern on lead V2‐V3,VES on all lead Kesimpulan Sinus tachycardia HR 107 bpm, LAD, OMI anterior, multiple VES Klinis CHF Fc. IV + CAD NSTEMI + mVES Anatomi Kardiomegali Etiologis Atherosclerosis, hypoxia Diagnosa Tata Laksana  Tirah baring  Posisi semifowler  Diet lunak dan redah garam  Restriksi cairan  Foley catheter  O2 2‐4 lpm via nasal kanul  Furosemide injeksi 3x40mg  Ramipril 1x2,5mg  Bisoprolol 1x1,25mg  Atorvastatin 1x20mg  Aspirin loading dose 320mg  1x75mg  Clopidogrel loading dose 300mg  1x75mg Prognosis • Dubia ad malam Vitam • Dubia ad malam Sanactionam • Dubia ad malam Functionam
  • 24. 10/17/2018 Pembahasan VES/PVC  Dikenal juga sebagai premature ventricular contractions (PVC)  Suatu aritmia yang terlihat jelas pada EKG dengan lebar (umumnya >120 milidetik) dan morfologi dan morfologiQRS unik,  yang terjadi akibat aktivasi atrium secara indenpenden (gelombang P).  Rangsang di ventrikel tidak berjalan melewati jalur yang normal  (sistem His‐Purkinje) tetapi melalui miokard yang merupakan media penghantar listrik yang kurang baik dibandingkan dengan jalur normal.  Epidemiologi  Terdapat 1‐4 % orang yang sehat dapat memiliki gambaran ventrikular ekstrasistol, tidak bahaya pada orang yang tidak memiliki gangguan organik pada jantung  Kejadian ventrikular ekstrasistol meningkat pada penyakit jantung dan hampir 90% biasanya terkait pada kasus arteri koroner dan kardiomiopati.   Jika gambaran EKG ekstrasistol sering muncul pada kasus‐kasus penyakit jantung hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian. Etiologi Cardiac  a. Infark miokard akut atau iskemik b. Penyakit katup jantung, terutama prolapse katup mitral c. Cardiomyopathy (misalnya iskemik, dilatasi, hipertrofi) d. Kontusio jantung e. Bradikardia f. Takikardia Noncardiac a. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, atau hiperkalsemia) b. Obat‐obatan (misalnya, digoxin, antidepresan trisiklik, aminofilin, amitriptyline, pseudoephedrine, fluoxetine) c. Obat lain (misalnya, kokain, amfetamin, kafein, alkohol) d. Anestesi e. Operasi f. Infeksi
  • 25. 10/17/2018  VES multiple univocal  (1 jenisVES)  VES multiple multivocal  (≥2 jenisVES) Klasifikasi  VES bigemini  (1 sinus, 1 VES)  VES trigemini  (2 sinus, 1 VES) Klasifikasi  VES quadrigemini  (3 sinus, 1 VES)  VES couplet  (2 VES berdampingan) Klasifikasi  VES salvo   (≥3 VES berdampingan), episode VT  VES R‐on‐T phenomenon  (VES muncul sebelum gel. T selesai) Klasifikasi
  • 26. 10/17/2018 KlasifikasiVES Lown Grading System Grade 0 Tidak ada denyut prematur Grade 1 Occasional (<30/jam) Grade 2 Frekuen (>30/jam) Grade 3 Multiform Grade 4 Repetitif (A=couplet, B=Salvo ≥3 Grade 5 R‐on‐T pattern Tata Laksana  Secara umum tidak perlu, terutama pada pasien yang tidak memiliki penyakit jantung struktural  Indikasi terapi primer adalah meredakan gejala  Terapi lini pertama β‐blocker, tidak efektif dapat pertimbangkan amiodaron  Obat antiaritmia kelas I atau kelas III dapat dipertimbangkan,  namun potensi proaritmia dan toksisitas organ harus dipertimbangkan Tata Laksana  PVC dengan denyut ventrikel lambat  tingkatkan laju denyut nadi jantung dasar dengan atropine atau isoproterenol atau pacu jantung  menurunkan HR pada pasien takikardia sinus dapat menghilangkan PVC  PVC frekuen meskipun dalam seting IMA, tidak perlu diterapi,  kecuali memberi kontribusi hemodinamik kompromais.   Koreksi gangguan elektrolit, ggn keseimbangan asam basa, dan hipoksia Prognosis  Tergantung penyebab, beratnya dan respons terapi
  • 27. 10/17/2018 Kriteria Framingham Kriteria mayor Paroxysmal nocturnal dyspneu Distensi vena leher Ronki paru Kardiomegali Edema paru akut Gallop S3 Peningkatan tekanan vena jugular Refluks hepatojugular Kriteria minor Edema ekstremitas Batuk malam hari Dyspneu d’effort Hepatomegali Efusi pleura Penurunan kapasitas vital ⁄ dari normal Takikardia (>120 kali/menit) Tata Laksana SKA  Tirah baring  Oksigenasi  Aspirin 160‐320 mg  ADP inhibitor  Tricagrelor 180 mg  CGP 300 mg  Nitrat: Nitrogliserin/ISDN  Morfin sulfat (bila perlu)