SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
KAROMAH KH KHOTIB BIN ABDURRAHEM DALAM BERDAKWAH
MOHAMMAD HANDRI1
Email: mohhandri @yahoo.com
ABSTRACT
Wali are servants of Allah who are known as saints or people who have special abilities in preaching as
a religious expression that still exists in certain societies. Society pays respect to saints not only while
they are alive, but also continues when they die. The advice of the saints in preaching is expected to be
present for the community because for him it becomes a source of guidance in life. KH Khotib is one of
them, he is respected and known by people in the village of Cangkreng and its surroundings, as a
guardian and has special abilities (karamah), this special ability has its own influence on KH Khotib's
preaching activities in society, from that according to the first question, What are KH Khotib's karamah
in the eyes of the community? Second, how is the effectiveness of KH. Khotib bin Abdurrahem for
da'wah activities in the Cangkreng community?
The theory used in analyzing this problem uses Jan Harold Brunyand's theory which divides three types
of legends based on the subject of the story, namely: religious legends, unseen natural legends and
individual legends / places. Muslim societies have many types of religious legends. Religious legends
contain legends with the subject of the story: people in the past who were considered holy, pious or
people who struggled to preach religion. The uniqueness of the ulama legend is the theme in the story,
most of the contents of the story are about the supernatural powers of characters in the past. And using
al-Bayanuni's theory of sentimental da'wah strategies, namely da'wah that focuses on aspects of the
heart and moves the feelings and minds of da'wah partners.
The conclusion of this research is that KH Khotib is a guardian because of his piety, consistency and
character. This means that people need it when they experience difficulties, when he prays to Allah and
when he needs religious advice. Everyone tawajjuh to Allah through him as a medium.
Keywords: guardian, karamah, Sufism
Pendahuluan
Kiai adalah sosok yang memang manjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, terlepas dari hal
itu, Kiai merupakan unsur yang menempati posisi utama: sebagai pemegang kunci, pendidik,
pengayom kitab kuning, dan sekaligus sebagai pemimpin (imam) dalam segala hal kegiatan sosial
keagamaan dan pendidikan di pondok pesantren. Sedangkan cabang lainnya merupakan penyambung
dibawah pengawasan pembina. Perkembangan kegiatan sosial kiai dalam konteks pesantren secara
pembangunan pendidikan berdasarkan mutu merupakan bagian kebiasaan, budaya leluhur, dan sikap
para pembinanya untuk mempertahankan hidup kebersamaan yang diiringi dengan spirit keagamaan
yang super. peran kiai ini berperan sebagai sentral (pengasuh, pembimbing, dan pendidik) yang diikuti
oleh para santri, para guru (asatidz), pengurus (staf) dan beberapa pembantu (khadim) dalam
menyelesaikan tugas-tugas kumpulan pendidikan dikalangan pondok pesantren. sikap kiai sangatlah
bergantung kepada ketinggian ilmu (keulamaan) dan kewibawaannya (kharisma).2
Jika dicermati dari paparan di atas, betapa besarnya peran kiai dalam membentuk dan menjaga
keagamaan masyarakat. Sehingga, dengan sedemikian rupa masyarakat dirubah menjadi masyarakat
yang memiliki identitas keagamaan yang jelas dan kuat. Jelas, di sini peran kiai sangatlah sentral.
Posisinya di dalam masyarakat melekat dalam beberapa status. Salah satunya adalah kiai sebagai tokoh
agama. Dalam pengertian ini, kiai merupakan figur penting di dalam struktur masyarakat Islam di
Indonesia secara umum dan bagi masyarakat Cangkreng secara khusus. Posisi penting kiai tidak lepas
1
Tenaga edukatif SMA Tanwirul Hija, Cangkreng Lenteng Sumenep
2
Atiqullah, “Varian Kepemimpinan Kolektif Pondok Pesantren Di Jawa Timur,” Jurnal, Jurusan Tarbiyah STAIN
Pamekasan Jl. Pahlawan Km. 4 Pamekasan 69371, KARSA, Vol. 20 No. 1 (Tahun 2012). 21.
dari karakteristik pribadinya yang sarat dengan nilai lebih dan unggul, mengungguli dari masyarakat
pada umumnya. Nilai lebih dan unggul itu tercermin pada sosoknya yang ahli ibadah, karomahnya,
keilmuannya yang tinggi, kesalehan, dan kepemimpinannya (dalam masyarakat). Kondisi inilah yang
menjadikan kiai diposisikan oleh masyarakatnya sebagai uswatun hasanah, atau contoh panutan bagi
masyarakatnya sendiri. Segala sesuatu yang melekat dan berhubungan dengan kiai dijadikan rujukan
oleh masyarakat yang ada disekitarnya. Hampir dapat dipastikan, bahwa segala permasalahan dan
persoalan masyarakat selalu dikonsultasikan kepada kiai, baik yang sifatnya pribadi atau yang bukan.
Para kiai memiliki kehormatan dan kedudukan yang tinggi di tengah-tengah masyarakat.
Penghormatan masyarakat terhadap para kiai tidak hanya pada waktu mereka hidup, tetapi juga setelah
mereka wafat. Walaupun mereka telah tiada, namun kisah-kisah perjalanan hidup mereka masih tetap
hidup di masyarakat, diceritakan kembali berulang-ulang, ditulis dalam sejumlah buku, Pandangan
masyarakat terhadap kewalian dan karomah ini masih terpelihara dengan baik sampai saat ini meskipun
terdesak oleh cara berpikir rasional akibat modernitas yang memasuki hingga ke pelosok desa.
Sebagian besar masyarakat Cangkreng dan sekitarnya (Desa Poreh, Meddelan, Sendir,
Daramista dan Lenteng) mempercayai bahwa KH Khotib adalah seorang kekasih Allah. Bagi mereka
seorang wali itu adalah orang yang dekat dengan Allah dan dikasokani (Madura) dekat dengan-Nya,
dan karena kedekatannya itulah yang membikin beliau mempunyai berbagai keanehan yang ada pada
dirinya, yang biasa di anggap sebagai karomah.
KH Khotib dikenal sebagai orang yang istiqamah dalam beribadah. Dia sangat rajin pergi ke
Masjid untuk sholat berjamaah. KH Khotib juga sering bangun tengah malam untuk shalat dan
berdzikir, bahkan sering larut dengan dzikirnya. Selain itu, beliau juga senang membaca al-Qur‟an.3
Sesudah KH Khotib wafat, banyak masyarakat yang berziarah dan mengambil berkah dan berdoa
kepada Allah di makam KH Khotib yang dianggap masyarakat sebagai wali Allah. Karena banyaknya
doa dan hajat masyarakat yang terkabulkan maka hal itu menambah keyakinan masyarakat bahwa KH
Khotib adalah wali Allah (hamba yang benar dekat dengan Allah), sehingga makam beliau termasuk
makam yang dikeramatkan.
Dakwah sebagai media sarana kepada jalan Allah mulai diperkenalkan kepada sesama manusia
selama di dalamnya terdapat seorang utusan. Rasul sebagai pembawa kabar gembira kepada
pengikutnya setiap saat mengajak kapada kebaikan. Saat itulah tugas kholifah berfungsi baik, Akan
tetapi kejadian dakwah dari zaman dahulu ke zaman now sangat berbeda. Tantangan dakwah berbeda
antara pengikutnya nabi Nuh, Isa, Musa, Isa, Muhammad dan berbeda pada masa sekarang.
Nabi Allah Muhammad SAW, sebagai penerus rasul menyebarkan Islam, selama 23 tahun.
Kemudian dilanjutkan oleh para sahabat atau para 4 Kholifah dan para pendakwah yang lainnya.
kegiatan dakwah pada masa Nabi Muhammad dan Khalifaurrasyidin lebih fokus berhubungan dengan
Aqidah. Sedangkan pada masa berikutnya selain penegakan aqidah sekaligus penegakan Hukum, dan
penyebaran umat Islam secara keseluruhan. Walau demikian Dakwah selalu digunakan oleh para
pendakwah sepanjang masa dimana mereka berada dan tetap dalam kondisi bagaimanapun. Karena
dakwah merupakan kewajiban dari setiap orang Islam baik pria maupun wanita.
Dakwah sudah berawal dijalankan ketika setelah turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad
SAW. Setelah itu dakwahpun bekerja sesuai dengan masanya. Dan dakwah yang dilakukan oleh para
pendakwah seiring tradisi setempat, sebagai dakwah itu bekerja sedemikian elok. Sekarang ini dakwah
sudah berlalu 15 abad, akan tetapi dakwah tidak akan berhenti sebelum dunia ini berakhir. Dan
dakwapun harus tetap dilakukan dalam situasi apapun dan tantangan apapaun. Di dunia international
dakwah sangat erat hubungannya dengan seni-modern, teknologi informasi dan diplomasi antarbangsa.4
3
Wawancara dengan KH. Dumairi, pengasuh Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 13 Maret 2020.
4
Abdul Rani Usman, “Metode Dakwah Kotemporer,” Jurnal AL-BAYAN, Vol. 19, No. 28, (Juli – Desember 2013). 109
Biografi KH Khotib
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Terutama manusia sebagai
kholifah yang mempunyai tugas penting sebagai penghuni, perawat, pengawas, pengubah, penjaga dan
memperbaiki segala yang rusak bukan yang merusak yang telah baik. Kebaikan dan keburukan selalu
berdampingan di setiap ruang dan waktu. Dimanapun dan kapanpun jua, kebaikan diikuti oleh perintah
untuk di kerjakan dan keburukan diikuti oleh larangan untuk ditinggalkan.
Bapak Adam dan ibu Hawa di ciptakan oleh Allah di Surga yang penuh dengan kenikmatan
terselip di dalamnya buah larangan (Zaqqum). Adam dan Hawa memakan buah larangan untuk
menjadikan sebab yang berakibat keluarnya dari Surga menuju bumi yang fana ini. Apalagi manusia
yang hanya hidup di sebuah desa kecil Cangkreng yang berada di dataran rendah yang tanahnya sangat
subur, sudah barang tentu masyarakatnya beraneka ragam prilaku dalam kehidupannya sehari-hari.
Apalagi waktu itu bangsa Indonesia masih dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Sehingga sebagian masyarakat Cangkreng kadang-kadang berprilaku buruk yang melanggar tata krama
dan norma agama.
H. Abdurrahem dan Hj. Khotijah (“Buni” nama daging sebelum pergi haji) merupakan
pasangan suami istri yang hidup dengan sakinah, mawaddah wa rahmah, mereka tergolong keluarga
ekonomi menengah ke atas sebagaimana mayoritas penduduk desa saat itu yang memiliki profesi
pertani sawah, berkebun sebagian yang lain ada yang membuat anyaman dari bambu buat tempat basuh
beras.
Dari pernikah H. Abdurrahem dengan Hj Khotijah lahirlah tiga orang anak yang terdiri dari
laki-laki semua, yaitu: pertama, Abdur Razaq / H Khotib yang kemudian menikah dengan Hj. Raudlah
Binti H. Ishak. Kedua, Syamsuddin yang memiliki istri bernama Hj Qibtiyah, dari hasil perkawinannya
ia memiliki seorang anak yaitu Hj Azizah (Haurani nama sebelum pergi haji). Ketiga, Sajjad, menurut
sumber putra ketiga dari pasangan H. Abdurrahem dengan Hj Khotijah ini meninggal dunia dalam
keadaan lajang.
KH Khotib (“Abdur Razaq” nama dari kecil sebelum naik haji) Bin Abdurrahem yang dikenal
dengan panggilan “Kiai Anom” dilahirkan di desa Poreh pada tahun 1914 M, beliau lahir dari rahim
suci seorang ibu yang bernama Hj. Khatijah (“Buni” nama daging sebelum pergi haji). Pada usia
kurang lebih 15 tahun, beliau menimba ilmu di pondok pesantren Asta Tinggi Kebunagung Sumenep
yang pada waktu itu di pimpin oleh KH. Abi Sudjak. Kemudian beliau pindah ke pondok pesantren An-
Nuqayah di daerah Latee (nama blok yang waktu itu diasuh oleh KH Abdullah Sajjad Syarqowi),
Guluk-guluk Sumenep. Dari kecil Abd Razaq sudah di kenal sangat cerdas sampai dirasakan sendiri
oleh abanya juga saat menjadi santri kesanyangan di mana tempat beliau mencari ilmu oleh para
gurunya sehingga sering di jadikan badal kiai ngajar ketika pengasuhnya bepergian atau sakit. Olah
raga yang di sukai Abd Razaq adalah sepak bola, saking senangnya dan seringnya bermain terhadap
olah raga tersebut dengan teman-temannya sampai di juluki “si Gesit” (karena dalam berlari tidak ada
yang bisa menandingi kecepatannya). Setelah selesai menimba ilmu, pada tahun 1944 M beliau
menikah yang kemudian beberapa tahun setelah menikah beliau mendirikan pondok pesantren
Tanwirul Hija.
Pada hari jum‟at tanggal 24 bulan Oktober tahun 1977 M / 10 Syawal 1398 H, KH Khotib bin
Abdurrahem berpulang ke alam barzakh dan di kebumikan dimana tempat beliau lahir yaitu di desa
Poreh (tempat pemakaman keluarga besar). Beliau wafat dalam usia 63 tahun. 5
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tanwirul Hija
Pondok Pesantren Tanwirul Hija Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep,
Madura termasuk dalam catatan pesantren tertua di kabupaten Sumenep dan berada ditengah pelosok
desa, tepatnya di desa Cangkreng, berjarak sekitar 15 km dari ibu kota kabupaten. Seperti lazimnya
5
Wawancara dengan Hj Azizah, salah satu ponakan KH Khotib yang masih hidup, di Poreh, tanggal 30 Mei 2020.
pondok pesantren lainnya, pondok pesantren Tanwirul Hija juga menganut sistem pengajaran clasic
yang mengutamakan pengajaran keagamaan atau sering dikenal sistem salafiyah.
Pondok pesantren Tanwirul Hija berdiri pada tahun 1950 M, didirikan oleh KH Khotib Bin
Abdurrahem bersama istri tercintanya Nyi Hj. Raudlah Binti H. Ishak, dengan jumlah santri pertama
sekitar kurang lebih lima orang. Diantaranya adalah KH. Moh. Ikhsan Lembung, KH. Abdurrahman
Poreh, KH. Suwaid Pinggir Papas, KH. Abdul Gani Poreh dan K. Abdul Bari Poreh. Disamping beliau
mendirikan pesantren juga diberi kepercayaan oleh masyarakat mengurus sebuah masjid yang berada di
area dusun Pocang desa Cangkreng yang masjidnya bernama Raudlatul Jannah kemudian sekarang
bermetamorfosis menjadi masjid At-Taqwa Cangkreng.
Nama Tanwirul Hija diberikan sendiri oleh KH Khotib, yang diambil dari bahasa arab dan
menpunyai arti “ Pencerahan Akal “, dimana nama tersebut juga disesuaikan dengan situasi kondisi
masyarakat pada waktu itu yang masih kental dengan tradisi agama Hindu dan rasa trauma akibat
kejamnya penjajahan dan dirasa perlu adanya pencerahan akal untuk lebih memahami agama Islam
secara benar dan meninggalkan tradisi nenek moyangnya (agama Hindu) yang sangat bertentangan
dengan hukum Islam, serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan itu dalam kehidupan.
Di tahun 1955 M sejak berdirinya, melihat kian berkembangnya jumlah santri mukim yang kurang
lebih 30 orang, berasal dari pulau Madura sendiri dan sebagian berasal dari pulau Jawa. Pondok
pesantren Tanwirul Hija mulai menerapkan sistem clasic yang ditangani sendiri oleh beliau secara
menyeluruh kepada semua santri.
Semakin pesatnya kemajuan yang dicapai oleh pondok pesantren Tanwirul Hija, dan juga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat pada waktu itu akan pendidikan. Sebelum mendirikan pendidikan
formal beliau mendirikan lembaga ke-agama-an yang lazimnya masuk pada waktu sore hari sekitar jam
14.00 seperti pondok-pondok yang lain yaitu Madrasah Diniyah dan Muallimin sekitar tahun 1961, dan
Pada tahun 1962 M, di dirikanlah pula pendidikan formal pertama kali di pondok pesantren Tanwirul
Hija, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI), dengan kepala sekolah pertama KH. Zaidi Hasan yang berasal
dari desa Poreh dan merupakan santri pondok pesantren Tanwirul Hija sendiri. Dibawah kepemimpinan
KH Khotib bin Abdurrahem (Kiai Anom) yang gigih tanpa kenal lelah, pondok pesantren kian
mengalami kemajuan yang pesat. Demikian pula kebaradaan Madrasah Ibtidaiyah itu terus berjalan
sampai sekarang.
Pada tahun 1977 M, KH Khotib bin Abdurrahem wafat. Namun beberapa waktu sebelum wafat,
beliau masih sempat mengumpulkan dewan guru dan tokoh masyarakat untuk memilih dan menunjuk
pengganti beliau setelah wafat untuk meneruskan kepmimpinan lembaga pendidikan di pondok
pesanten Tanwirul Hija ke depan. Dan dalam musyawarah tersebut beliau menunjuk menantu ponakan
dari istri yang merupakan suami dari Nyi, Hj. Rumanah binti Adam yaitu KH. Asy‟ari bin Mustafa
dengan wakilnya KH. Imam Mawardi bin H. Muhtar yang juga merupakan suami dari ponakan dari
istrinya Nyi Hj. Rahmah binti Adam sebagai penerus dengan hasil kesepakatan bersama antara dewan
guru dan tokoh masyarakat pada waktu itu.
Wafatnya KH Khotib bin Abdurrahem (Kiai Anom) ternyata membuat pukulan telak pada
santri-santrinya. Lambat laun setelah wafatnya beliau, satu persatu santri pamit pulang untuk
meneruskan jejak-jejak perjuangan beliau menyiarkan agama Islam di daerahnya masing-masing,
sehingga keberadaan santri yang mukim pada waktu itu tidak ada. Namun hal tersebut tidak
mematahkan semangat para penerus yang telah ditunjuk, dalam hal ini KH. Asy‟ari dan KH. Imam
Mawardi untuk terus mengembangkan pondok pesantren Tanwirul Hija, apalagi keberadaan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) waktu sangat maju pesat dengan jumlah santri/siswa yang menimba pendidikan
lumayan banyak meski tidak bermukim seperti sebelumnya. Sehingga pada tahun 1980 M, di
dirikanlah Raudlatul Athfal (RA) untuk pendidikan formal anak-anak dibawah umur.
Demi semakin mengkukuhkan keberadaan pondok pesantren Tanwirul Hija, pada tahun 1989
M. Dibentuklah yayasan Tanwirul Hija yang langsung mendapat ijin penyelenggaraan dari pihak
notaris. Bermodal ijin resmi penyelenggaraan pendidikan yang dimiliki, tepatnya pada tahun 1990 M,
maka di dirikanlah pula jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendirian tersebut juga tak lepas dari
usulan masyarakat akan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak mereka. Karena pada waktu itu,
lembaga pendidikan yang diatas Madrasah Ibtidaiyah satu-satunya berada di Kecamatan, dimana jarak
tempuhnya sangat jauh sekitar 4 km kurang lebih dari desa Cangkreng. Sehingga akibat itu semua
banyak pemuda yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi, selain dari alasan
jauhnya jarak, alas an lain paling dominan penyebab itu semua adalah keterbatasan ekonomi nasyarakat
pada waktu itu yang mayoritas berada dibawah standar. Atas keperihatinan tersebut, demi memenuhi
kebutuhan masyarakat akan dunia pendidikan yang lebih tinggi, maka di dirikanlah Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Tanwirul Hija dengan kepala sekolah pertama kali K. Drs. Moh. Muhdar putra dari
KH. Imam Mawardi sampai sekarang, dimana waktu itu jumlah santri/siswa hanya 20 orang.
Perkembangan demi perkembangan terus dicapai ponpes Tanwirul Hija dari tahun ke tahun,
pada tahun 1997 M, berdiri pula TKA/TPA yang diprakarsai oleh putra pertama KH. Asy‟ari, K.
Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag setelah pulang dari menimba ilmu kulia di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dan pada tahun 2002 M. KH. Asy‟ari wafat, bertepatan dengan perayaan Haflatul Imtihan
dan Wisuda Purna Siswa yang rutinitas dilaksanakan setiap tahun. Sehingga kepemimpinan lembaga
pun diserahkan kepada putra beliau sampai sekarang.
K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag adalah putra pertama KH. Asy‟ari dengan Nyi Hj. Rumanah,
beliau menimba pendidikan formal dasar di Madrasah Ibtidaiyah Tanwirul Hija sendiri hingga lulus.
Setelah itu beliau menimba ilmu di pondok Pesantren An-Nuqayah Guluk-Guluk. Lalu melanjutkan
kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sampai lulus. Semenjak kepemimpinan beliau, dengan
dibantu beberapa saudara dan dewan guru yang berada di pondok pesantren Tanwirul Hija. Kemajuan
demi kemajuan pun makin pesat dirasakan. Sehingga pada tahun 2006, berdirilah Sekolah Menengah
Atas (SMA). Hal tersebut karena kepiawaian otak beliau dalam melihat situasi dan kondisi masyarakat
yang haus akan pendidikan lebih tinggi. Namun hal tersebut tidak lepas juga dari usulan bebrapa tokoh
masyarakat sekitar. Sebagai kepala sekolah Sekolah Menangah Atas (SMA), diangkatlah KH. Imam
Hendriyadi putra KH. Syarqawi Zaen, sampai sekarang.
Setelah vakum selama 33 tahun, atau setengah abad berlalu dalam hitungan dari berdirinya
pondok pesantren Tanwirul Hija, beberapa tahun ini keberadaan santri mukim mulai hidup kembali.
Kepemimpinan K. Ahmad Dumairi Asy‟ari dengan dibantu istri Nyi. Fitriyatus Sholehah (Pamekasan)
yang menikah pada tahun 2005 dan telah di karunia tiga anak. Mampu menghidupkan kembali
keberadaan santri mukim pondok pesantren Tanwirul Hija. Geliat kesadaran dan kepercayaan
masyarakat untuk memasrahkan putra-putrinya mondok datang dengan sendirinya tanpa disuruh atau
diminta. Mereka dengan antusias satu persatu mengantarkan anak-anaknya untuk di mukimkan di
pondok pesantren Tanwirul Hija. Sehingga pada tahun 2010, secara resmi pondok pesantren Tanwirul
Hija di berdirikan kembali, dimana sebagai pengasuh adalah beliau berdua dan mulai siap menerima
kehadiran santri mukim kembali untuk mondok sampai sekarang, meski dengan kondisi sarana apa
adanya, yang masih menempati kamar dalem pengasuh. Namun semua itu tidak mematahkan semangat
dan keprcayaan para orang tua santri.
Tak lepas dari visi misi pendirinya, selain pendidikan formal yang sudah tersedia, K. Ahmad
Dumairi Asy‟ari, S.Ag, juga menerapkan sitem pendidikan clasic kepada para santri mukim atau seantri
non mukim (colokan) untuk mengikuti program pondok. Guna memenuhi kebutuhan pendidikan bagi
santri mukim secara khusus, maka di dirikanlah Madrasah Diniayah Awwaliyah dan Wutsha yang
memprioritaskan pembelajaran kitab, selain pengajian-pengajian kitab khusus yang biasa
diselenggrakan pada malam hari di lingkungan pondok bagi santri mukim.
Di tahun 2012, dengan melihat kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan sigap dan tanggap K.
Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag mendirikan pula Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sehingga
menambah torehan baru bagi perkembangan pondok pesantren Tanwirul Hija, selain dari beberapa hal
yang telah beliau programkan seperti perkuliahan Strata 1, yang bekerja sama dengan UNIRA
Pamekesan pada tahun 2010 – 2011 lalu.
Dari sejarah berdirinya hingga perkembangan dari generasi ke genarasi sampai sekarang.
Pondok pesantren Tanwirul Hija mengalami kamajuan yang pesat. Sampai saat ini, sekitar 7 jenjang
pendidikan telah di kelolanya. Kepemimpinan K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag membawa nuansa
baru bagi pondok pesantren Tanwirul Hija. Bukan hanya dalam bidang pendidikan formal non formal
saja yang mengalami perkembangan pesat. Dari sektor sarana prasarana juga tidak kalah mengalami
perkembangan serupa. Seperti yang terlihat sekarang ini, fasilititas pembangunan yang sudah memadai
dan tidak kalah megah menterengnya dari beberapa pondok pesantren lainnya, dimana hal tersebut juga
dibarengi dengan ketersedian sarana prasarana guna menunjang keberadaan pendidikan yang dikelola.
Sampai saat ini, jumlah santri/siswa yang belajar di ponpes Tanwirul Hija, kurang lebih 600
orang, terhitung dari sluruh jumlah jenjang pendidikan yang dikelola dari tingkat PAUD, RA, MI, MTs
dan SMA. Perekmbangan ini tak lepas dari semakin percayanya masyarakat sekitar untuk
menempatkan anaknnya untuk menempuh pendidikan di pondok pesantren Tanwirul Hija.6
Karomah KH Khotib
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden dalam hal ini adalah pengasuh pondok
pesantren tanwirul hija di desa Cangkreng, mengenai Karomah-karomah KH Khotib pendiri pondok
pesantren tanwirul hija adalah sebagai berikut:
Hasil wawancara dengan KH Dumairi pengasuh pondok pesantren tanwirul hija beliau
mengatakan:
“Saya tidak tahu persis karomah KH Khotib karena waktu beliau masih hidup umur saya waktu
itu masih kecil dan belum bisa memahami dalam kehidupan sehari-hari beliau baik dalam
menyampaikan kegiatan pengajian di dalam pondok pesantren ataupun yang sedang berada di tengah-
tengah masyarakat dengan sempurna, namun saya ingat sebagian saja seperti pengajian rutin al Qur‟an
setelah subuh dan pengajian kitab kuning setelah sholat isya‟, dalam hal karomah beliau yang saya tahu
orangnya selalu istiqomah dalam menjalankan syariat Islam dan tidak pernah meninggalkan
laranganNya dengan istiqomahnya kemudian muncul khawariqul „adah dalam dirinya.
Karomah KH Khotib sangat banyak namun hanya beberapa saja yang bisa diketahui karena
para saksinya banyak yang sudah meninggal dunia, walaupun saya tidak tahu persis karomah KH
Khotib tapi saya yakin masih ada santrinya dan masyarakat yang masih hidup tahu persis dan bisa
dipercaya menjadi saksi kejadian karomah tersebut yang kemudian menjadi terkenal di Cangkreng dan
sekitarnya bahkan sampai ke luar kecamatan Lenteng.” 7
Dari pernyataan KH Dumairi di atas di benarkan juga oleh sopir pribadinya KH Khotib yaitu
Abul Choir bahwa karomah beliau sangat banyak namun karena para saksi sudah banyak yang
meninggal jadi hanya sebagian saja yang bisa diketahi, dan ditegaskan pula oleh santri dekatnya KH
Khotib yaitu H.Ahmad mengatakan juga bahwa karomah beliau sangat banyak tak terbatas karena
keterbatasan para saksi hanya saja bisa diketahui sebagian saja.
Karomah-karomah KH Khotib yang di saksikan langsung oleh para santri dan masyarakat
adalah diantaranya sebagai berikut :
1. Membaca suasana yang akan terjadi
Suatu hari akan ada tamu dari pulau jawa, sebelum tamu itu datang beliau tiba-tiba menyuruh
santrinya (yang bernama Abd Syakur) untuk menyembelih ayam, santri yang di beri tugas
menyembelih ayam bertanya-tanya di dalam hatinya “ada acara apa ini kok tiba-tiba di suruh
menyembelih ayam ???,” lalu dengan memberanikan diri santri tersebut bertanya kepada sang kiai,
beliau menjawab sambil tersenyum, sebentar lagi saya akan kedatangan tamu dari jauh cong dan
6
Wawancara dengan KH. Dumairi, pengasuh Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 14 April 2020.
7
Wawancara dengan KH. Dumairi, tanggal 14 April 2020.
pastinya lapar setelah menempuh perjalanan jauh. Santrinya makin bingung benarkah akan ada tamu
dari jauh dan siapa yang ngasih tahu bahwa akan ada tamu dari jauh padahal waktu itu sang kiai tidak
kemana-mana dan tidak ada siapa-siapa di rumahnya, karena rasa takdzimnya seorang santri kepada
kiai, si santri menyembelih ayam dan memasaknya sesuai dawuh kiai. Selang tak lama kemudian, ada
dua tamu yang datang sowan kepada beliau dan di suguhi masakan ayam tersebut yang di suruh
sembelih tadi. Santri merasa heran tak percaya kenapa bisa tahu bahwa kiai akan kedatangan tamu
tanpa pemberitahuan lebih dulu (zaman dahulu tidak ada handphone/telepon), dan itu terjadi bukan
hanya sekali tapi berkali-kali dengan di saksikan santri yang lain.8
2. Jembatan Roboh
Suatu sore jembatan yang tidak jauh dari pondok pesantren Tanwirul Hija, tiba-tiba roboh
seketika, akibat debit air yang besar sehabis turun hujan sehingga naik ke atas jembatan sederhana yang
terbuat dari bambu bertepatan waktu itu para petani pulang dari habis memanen padi di sawah, ada
sekitar 15 orang meniti dan 7 orang pas berada di tengah jembatan ketika jembatan itu jatuh maka
otomatis 7 orang itu terjun jatuh juga ke sungai bersama jembatan yang terhanyut mengikuti arus
sungai. “ya Allah ayo tolong yang bisa berenang“ ucap warga tapi sebagian warga ada berteriak histeris
melihat kejadian itu. Sudah tidak ada harapan selamat bagi 7 orang itu, air sungai yang besar dan
arusnya sangat deras tidak akan mungkin tertolong lagi secara logika, dan siapa yang mau menolong
kalau mau cari mati sendiri. Namun secara tiba-tiba ada kejadian aneh yang di lihat warga, ada
seseorang yang berjalan di atas air dan menolong dengan meraih tangan yang 7 orang tadi terseret arus
sungai dan membawanya ke pinggir sungai, orang-orang menghampiri 7 orang yang selamat dari maut
tadi, alangkah terkejutnya masyarakat melihat sosok yang menolong ternyata adalah kiai Khotib.
Mereka bingung dan heran melihat sosok kiai yang kelihatan sederhana tidak memiliki ilmu
kedigdayaan apa-apa ternyata bisa berjalan di atas air. Masyarakat hanya bilang Subhanallah melihat
keajaiban yang baru saja terjadi dan itu yang dinamakan karomah.9
3. Selamat dari lumpur
Salah satu kegiatan KH Khotib dalam sehari-hari adalah selain molang ngaji bandongan para
santri, beliau juga sangat aktif menghadiri undangan di masyarakat sekitar bahkan luar daerah dan
kebetulan waktu itu sedang ada acara diluar daerah yang sangat jauh dari jalan raya bahkan jalannya
penuh dengan lumpur dan becek, waktu acara tersebut di iringi hujan rintik-rintik dengan angin sedikit
sehingga masyarakat dan shohebul hajah sudah khawatir bahwa KH Khotib tidak akan datang
menghadiri acara tersebut, Allah sangat kuasa terhadap hambanya yang di kehendakinya pasti akan ada
keajaiban tuk sampi ke tempat tujuan. KH Khotib dengan santri yang biasa nyopir ketika ada acara ke
luar Cangkreng, tetap berangkat ke tempat undangan tersebut untuk menghadiri permintaan shohebul
hajah walaupun hujan rinti-rintik, ketika ditengah dalam perjalanan benar terjadi hukum kausalitas
yaitu sepeda motor tersebut terendam lumpur sampai sopirnya takut dan minta tuk putar balik, tapi
dawuh KH Khotib “terus cong jangan balik kasihan yang ngundang”. Secara tiba-tiba setelah dawuh
tersebut sepeda motor yang di kendarai berdua jadi enteng seakan berjalan di atasnya lumpur.
Subhanallah.... kata-kata itulah yang sering di ucapkan oleh sang sopir karena sudah terjadi diluar nalar
manusia biasa yang seharusnya terendam lumpur tapi bisa terus sampai ke undangan, masyarakatpun
kaget bercampur heran karena KH Khotib bisa nyampek tujuan tanpa lumpur sedikitpun di
sepedanya.10
8
Wawancara dengan H. Abd Syakur, Santri sepuh Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 12 Desember
2019.
9
Wawancara dengan H Ahmad, Santri Khodam Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 28 Mei 2020.
10
Wawancara dengan H Ahmad, Santri Khodam Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 31 Mei 2020.
4. Pencuri pohon kelapa
Pemandangan pesantren sangat indah karena dikelilingi oleh pohon kelapa, para santri punya
tempat berteduh ketika suasana siang hari cuaca panas dan kadang sangat bermanfaat ketika buah
kelapa yang sangat tua buat pelengkap masakan keluarga dhalem juga buat para tamu bahkan kelapa
yang masih muda bisa membantu santri yang kehausan ketika sedang bekerja membantu keluarga
pengasuh, para santri tidak semuanya patuh dan tunduk pada aturan pesantren ada sebagian santri yang
nakal kurang memperhatikan titah kiai, namanya saja romantika kehidupan dipesantren bermacam-
macam ada yang nunut sama kiai ada juga yang sebaliknya, terbukti suatu malam sekitar jam 01.00 ada
segerombolan santri yang sengaja ingin mencuri buah kelapa milik kiai di sekitar pesantren tanpa
sepengetahuan santri yang lain ketika waktunya tidur namun dengan karomah yang dimiliki KH Khotib
selalu ketahuan santri yang ingin mencuri buah kelapa tersebut, setiap santri yang nakal atau pencuri
dari luar ketika mau mengambil buah kelapa tersebut secara mendadak dan tiba-tiba KH Khotib pasti
berdiri di samping pohon kelapa tersebut, sambil bilang “awas hati-hati ntar jatuh, silahkan ambil kalau
sudah selesai silahkan kembali ke pondok”. Kejadian ini bukan hanya terjadi sekali tapi berkali-kali
dengan kejadian yang sama dari santri atau pencuri yang lain.11
5. Kedatangan Nabi Khidir AS
Suasana santri pondok pesantren Tanwirul Hija zaman dahulu setelah acara kegiatan pesantren
bermacam-macam, ada yang bermain suduran (permainan khas anak madura zaman dulu), bermain
bantingan, santri putri bermain Backlend, ada yang belajar juga ada yang langsung tidur tapi rata-rata
para santri pasti bermain sampai malam apalagi ketika malam bulan purnama maklum zaman dulu
masih belum ada PLN. Di saat bermainnya para santri sang kiai sedang mutholaah kitab kadang pergi
ke pengajian bahkan kadang kiai sendiri yang melihat santrinya menukmati waktu bermain, tapi kadang
tiba-tiba sang kiai memberhentikan para santri yang sedang lagi asyik-asyiknya bermain langsung di
suruh masuk ke pondok dan langsung tidur, hal tidak tiap malam tapi hanya terjadi kadang-kadang
namun secara tiba-tiba, para santri penasaran dan pingin mencari tahu ada apa gerangan kok secara
tiba-tiba sering langsung suruh masuk pondok, ada salah satu santri yang sengaja memberanikan diri
mengintip apa yang dilakukan sang kiai ketika para santri masuk pondok, al hasil ternyata kiai
berdialog dengan seseorang yang tidak diketahui para santri yang hal ini terjadi beberapa kali ketika
santri di suruh masuk pondok, akhirnya para santri sepakat tuk menanyakan dengan siapa kiai
berdialog di waktu tengah malam melalui panglakoh dhalem, kiai menjawab kepada santri dhalem
“kenapa para santri langsung saya suruh masuk pondok karena saya kedatangan tamu agung yakni Nabi
Khidir AS”. Sejak waktu itu para santri paham ketika kiai menyuruh masuk pondok secara tiba-tiba
berarti akan ada yang datang.12
6. Selamat dari Maut
KH Khotib kegiatan sehari-harinya selain sebagai pengasuh pondok pesantren juga sebagai
tokoh masyarakat yang tugasnya adalah mengayomi setiap apa yang di butuhkan oleh masyarakat,
dalam hal ini tentunya setiap yang berinteraksi langsung dengan masyarakat pasti akan berhadapan
dengan yang namanya gesekan-gesekan yang negatif karena di dalam setiap kelompok pasti ada yang
tidak suka terhadap kepemimpinannya, beliau dapat cobaan dengan di uji keimanannya ketika sedang
berusaha untuk mengabdi kepada masyarakat dengan menyebar misi nubuwwah, KH Khotib difitnah
sebagai penyebar berita hoax dengan dalih bahwa bantuan BIMAS tidak tepat sasaran, padahal menurut
saksi beliau tidak pernah bilang apa-apa, namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur maksudnya
berita sudah menyebar kemana-mana akhirnya prangkat Desa geram dan bersepakat untuk membunuh
KH Khotib, dalam rencana itu sudah matang sehingga para perangkat desa menunggu disuatu tempat
yang biasa beliau lewati pulang dari pengajian, ketika waktunya KH Khotib pulang dari pengajian ada
11
Wawancara dengan Ahmad Waris, Santri KH Khotib di Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 21 April
2020.
12
Wawancara dengan Abd Rasek, Santri KH Khotib Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 31 Maret
2020.
suatu keajaiban terjadi beliau berjalan biasa sampai ke rumahnya tanpa ada hambatan apapun padahal
sudah ada beberapa segerombolan orang yang ingin membunuhnya, Allah menyelamatkan beliau
dengan memberi karomah bahwa para musuhnya tidak bisa melihat ketika dalam perjalanan pulang
dari berdakwah, hal ini tidak selesai sampek di situ menurut informasi bahkan sampai setiap malam
orang yang berniat jahat ingin membunuhnya selalu menunggu ditempat yang biasa beliau lewati
namun selalu gagal tidak bisa melihat ketika beliau lewat.13
7. Pencuri Ayam
Suasana pondok pesantren tanwirul hija di waktu malam berjalan sebagai mana biasa setelah
pengajian para santri bermain di halaman pondok juga ada yang belajar di mosholla, langit bagitu cerah
sangat bersahabat malam itu walaupun di temani rembulan separuh tapi seakan-akan langit dan
bintang-bintang
menikmati kegiatan para santri yang lagi asyik bermain, ketika suasana menjadi agak malam dan
menjadi gelap sedangkan para santri sudah mulai capek bermain dan rembulan sudah bersembunyi
akhirnya para santri mulai istirahat masuk ke kamar pondok masing-masing untuk persiapan sholat
subuh berjamaah biar tidak kesiangan, dalam keheningan malam suasana dipondok sudah sunyi
mencekam tidak ada santri sama sekali karena sudah terlelap tidur namun di kegelapan malam ada
tamu yang tak di undang masuk ke lokasi rumah pengasuh dengan maksud mau mencuri ayam, ada
salah satu santri yang ingin kencing ke jeding sekitar jam dua malam melihat kejadian tersebut dan
akhirnya berteriak maling.... maling... secara sepontan para santri bangun sambil bawa bambu, sapu lidi
dan lain-lain untuk menangkap pencuri tersebut, di tengah kepanikan pencuri tersebut yang lari sambil
bawa ayam tiba-tiba KH Khotib muncul di dekatnya maling tersebut dan menunjukkan jalan keluar dari
lokasi pondok. Lebet ka‟dinto insyaAllah salamet mpean, ucap kiai. Dengan perasaan malu si maling
mo mengembalikan ayamnya tapi di tolak oleh kiai bahkan dikasihkan ke pencuri tersebut sambil
bilang “diggel bekta pon genika rajekena mpean”. Si pencuri tersebut pulang dengan selamat dengan
membawa ayam yang bukan hasil curian karena pemiliknya sudah rela, setelah kejadian tersebut
menurut para saksi pencuri insyaf dan kumpulan pengajian kiai anom.14
8. Mukasyafah
Di pagi yang cerah situasi di pondok pesantren sebagai mana biasa kegiatan para santri setelah
menghatamkan al Qur‟an dari ba‟dah subuh ada yang antri di jeding juga ada yang langsung sholat
dhuha tapi hal ini tidak biasa di lakukan oleh santri kalong yang bernama Abul Choir yang sekaligus
keponakan pengasuh, dia lebih banyak mengerjakan sarana dan pra sarana pesantren dari pada mengaji
kitab seperti memperbaiki tembok pesantren yang rusak, mengisi jeding KH Khotib ketika mandi dan
berwudhu dan lain-lain, seperti biasa setelah bekerja Abul Choir istirahat di sekitar rumah pengasuh
namun dengan tanpa sengaja dia melihat tumpukan pisang di ruang tamu karena dia sungkan yang mau
minta akhirnya hanya bisa berkata dalam hati “cek nyamana keddeng roa mon ekakan” sambil
bersandaran di tembok rumah pengasauh. Namun tiba-tiba KH Khotib datang dan langsung menyapa
“been cong ? kala‟ keddeng e ruang tamu rowa sakejeng ajenga been jet,” Abul Choir menjawab
dengan sangat tersipu “Enggi”. Dengan kejadian yang sama santri kalong tersebut yang biasa
mengawal kiai ketika pengajian ketika pulang dari pengajian melihat beberapa bungkus rokok kiai
yang berserakan di meja tamu dengan spontan dia bilang dalam hati “cek sampornana mon rokok rea
ebeghi ka engkok”, tiba-tiba KH Khotib keluar ke pondok dengan mencari santrix yang paling dekat
tersebut sambil mengasikan sebungkus rokok, dawuh KH Khotib “area cong rokok sebungkus din been
jet”, sambil malu-malu santri tersebut mengambilnya.15
13
Wawancara dengan KH Rofi‟ie Rasyid, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Poreh, tanggal 2 Juni 2020.
14
Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 5 Juni 2020.
15
Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 9 Juni 2020.
9. Tasbih Hilang
Sebagaimana kegiatan para kiai yang lain biasanya selain mungajar para santri juga sering pergi
ke Baitullah, KH Khotib pergi ke baitullah dalam rangka menyempurnakan rukun iman yang ke lima
yaitu pergi Haji jika mampu, ketika dalam proses kegiatan hajinya setelah dari Makkah pindah ke
Madinah, di masjid nabawi para jamaah biasa menunggu datangnya waktu sholat berjamaah dengan
berdzikir kepada Allah SWT, KH Khotib ketika sedang berdzikir tiba-tiba ada suara yang sempat
terdengar kata “Qobul,,, Qobul,,, Qobul,,,,” dan tasbihnya langsung seperti ada yang menarik keras dan
hilang, setelah pulang dari Makkah pesantren semakin berkembang pesat dan semakin banyak
masyarakat yang percaya atas kealiman dan kekaromahannya.16
10. Menyembuhkan Orang Gila
Di desa Cangkreng ada seseorang yang bernama Saodah kehidupan sehari-harinya adalah
membuka toko di depan rumahnya, kian hari semakin pesat perkembangan usahanya hingga akhirnya
kewalahan otaknya kemungkinan saking diporsis terus kenerja otak sehingga mengalami gangguan
kejiwaan atau lebih dikenal dengan gila, ditengah gangguan kejiwaan si Saodah seluruh keluargannya
panik dan akhirnya sepakat akan di bawa berobat ke dokter, hari berganti hari setelah periksa ke dokter
tidak menunnjukkan hasil akhirnya keluarga sepakat lagi bahwa akan dicarikan obat sampingan yaitu
ke orang pintar yang bisa mengobati penyakit, setelah diobati kemana-mana namun hasilnya tetap nihil,
namun ditengah kebingungan keluarganya ada yang menyarankan coba sowan ke KH Khotib mungkin
beliau punya jalan keluar, ditengah kepasrahanya keluarga beserta si sakit Saodah sowan ke KH
Khotib, setelah berbincang-bincang santai akhirnya beliau menyapa yang sakit, Kiai: been Saodah jelen
ngalak wudhu‟ ka jeding pas deennak marena ye, diantarlah ke jeding mengambil wudhu‟ beserta
keluarganya, setelah ngambil wudhu‟ dan menghadap lagi ke kiai, kiai: noro‟ bunte‟ engkok ye ? maca
bismilla tello kale. Setelah selesai mengikuti kata-kata kiai ada keajaiban yang luar biasa atas kuasa
Allah dengan spontan si gila Saodah langsung sembuh total dan bisa pulang berjalan biasa layaknya
orang sehat. Dari kejadian ini dapat di ambil hikmahnya oleh keluarga pasien bahwa semua orang
pintar yang bisa mengobati segala penyakit tidaklah berhasil kalo tidak punya kelebihan yang luar biasa
yang tentunya tergantung kedekatannya dengan sang Kholik yang lebih dikenal dengan karomah.17
11. Membuat Orang Kuat Menjadi Tidak Berdaya
Di suatu kampung serseran desa Meddelan kecamatan Lenteng kampung terpencil namun
kehidupannya sangat sejuk dan damai, kehidupannya sama dengan kehidupan kampung lain
kesehariannya rata-rata masyarakat petani yang hasilnya bisa dirasakan orang banyak, namun disuatu
saat ada kejadian yang tidak mengenakkan masyarakat karena di kampung tersebut ada seorang mertua
(namanya dirahasiakan permintaan responden) yang ingin membunuh menantunya dengan membawa
sebuah celurit alasannya tidak jelas namun endingnya marah besar, sehingga masyarakat ketakutan tuk
menghadang karena membawa senjata tajam sampek di datangi tokoh agama dan aparat desa tuk
menenangkan tapi semuanya tidak berhasil, tiba-tiba ada yang menyarankan tuk minta bantuan KH
Khotib dalam mengatasi masalah ini, singkat cerita KH Khotib bersedia membantu datang ke serseran
dengan jalan kaki dan langsung menemui si mertua yang geram ingin membunuh menantunya dengan
mengucap “Assalamu alaikum....” dan dengan secara tiba-tiba lemes seketika si mertua yang tadinya
geram megang celurit langsung menangis dan mencium tangan KH Khotib sambil berkata “saporana
abdina kiai....” keanehan terjadi yang membuat masyarakat kagum tentang karomahnya yang
disaksikan, akhirnya si mertua dengan menantu damai kembali.18
16
Ibid. tanggal 9 Juni 2020.
17
Wawancara dengan Ahmad Waris, Santri KH Khotib di Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 17 Juni
2020.
18
Ibid. tanggal 17 Juni 2020.
Kegiatan Dakwah KH Khotib
Sebagai seorang tokoh pemuka agama sebagian tugasnya adalah menyeru amar ma‟ruf dan nahi
mungkar kepada segenap umat yang ada muka bumi ini tentunya dengan harapan ada perubahan yang
signifikan ke arah yang lebih baik atau paling tidak saling mengingatkan dalam hal kebenaran
sebagaimana yang telah dilakukan para kiai sebelumnya.
Kegiatan KH Khotib dalam berdakwah baik di lingkungan pesantren atau masyarakat umum
adalah sebagai berikut : 19
1. Pengajian rutin para kiai se kecamatan Lenteng setiap hari Jum‟at pagi dengan materi
kitab tafsir Jalalaini dan Nashoihul „ibad, tempat pengajian digilir ke rumah-rumah
sesuai urutan kiai yang akan menjadi shohibul hajah.
2. Pengajian rutin di desa Banaresep timur setiap minggu pagi dengan materi kitab tafsir
Jalalain bertempat di rumah kepala desa H. Suhki.
3. Pengajian umum setiap malam Sabtu dengan materi kitab Sullamut Taufiq bertempat di
Masjid Al – Ikhlas Lenteng
4. Pengajian umum peringatan hari besar Islam (PHBI) Isro‟ Mi‟roj dengan berkeliling ke
seluruh penjuru sesuai dengan permintaan masyarakat yang mengundang.
5. Pengajian umum dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW setiap
bulan Rabiul Awal bahkan sampai bulan Rabiul akhir masih full acara setiap tahun
dengan berkeliling kampung se kabupaten bahkan sampai ke jawa.
6. Pengajian umum walimatul „urs menurut keterangan dari sumber bahwa acara ini cuma
berputar di kecamatan Lenteng tidak sampai keliling sampai ke jawa.
7. Kebersamaaan dengan masyarakat dalam acara beliau ketika ada yang cawis ke
dalemnya pasti selalu berpesan ketika mau pulang jangan lupa baca Basmalah tiga kali
setiap selesai sholat lalu sebutlah hajatnya maka InsyaAllah akan terkabul semua hajat.
Karomah KH Khotib dalam Dakwahnya
Islam disampaikan melalui cara-cara yang lebih damai melalui prinsip maw‟idzatul hasanah wa
mujadalah billati hiya ahsan, dengan metode penyampaian ajaran Islam melalui bahasa yang
dimengerti oleh suatu kaum. Ajaran Islam dikemas sebagai ajaran yang sederhana dan dikaitkan
dengan pemahaman masyarakat setempat atau bisa dikatakan dibumikan sesuai dengan budaya
setempat, itulah sebabnya istilah yang sering digunakan dalam Islam berasal dari bahasa setempat
seperti kata Sembahyang diganti Sholat, Langgar diganti menjadi Mosholla, pasa/upawasa diganti
Shaum, swarga diganti Jannah, Samadhi (mengheningkan cipta) di ganti Sholat wajib, Sesaji diganti
Shadaqoh dan lain sebagainya.20
Dalam hal ini para pendakwah zaman dahulu termasuk KH Khotib tidak semudah membalikkan
telapak tangan untuk upaya penyesuaian antara syari‟at dengan tradisi setempat akan tetapi
membutuhkan metode yang maksimal termasuk membutuhkan karomah, para pewaris nabi SAW sudah
banyak terbukti kesuksesannya dalam berdakwah dari masa Wali Songo sampai generasi berikutnya
dibantu dengan karomah.
Karomah KH Khotib dalam berdakwah dari mengisi kegiatan rutin pengajian sampai
berkeliling dalam menyampaikan misi nubuwwah bahkan ketika mengajar para santri hampir sama
dengan karomah yang dimiliki Sayyid Alwi Almaliki Makkah yaitu penjelasan dakwahnya singkat dan
padat tapi bisa memberi pemahaman jelas kepada para objek dakwah (mad‟u) padahal suaranya tidak
bagitu lantang atau nyaring, dan juga karomah beliau dalam berdakwah tampil sebagai seorang kiai
19
Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 10 Juni 2020.
20
E. Zarkasi, Unsur-unsur Islam dalam pewayangan, (Bandung: Al Ma‟arif, 1977). 63-64
yang kharismatik (berwibawa) dalam usahanya mencapai sasaran perjuangan Islam setiap apa yang
dikatakan pasti akan selalu dikenang dan pasti akan diikuti sehingga bisa dengan mudah
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Diantara dawuhnya yang sering diingat masyarakat
ketika beliau sedang berdakwah, pertama, “Tojuk pateppak, jek aghulien manabi bektona ajer/ngaji,
manbi ampon lastare pas kaloar patarteb, sareh barokanah guru lebet pak depakna tanang”, artinya;
duduk yang benar, jangan banyak bergerak saat belajar, kalau sudah selesai keluarlah dengan tertib,
carilah barokah melalui telapak tangan gurunya. Kedua, “Maos bismilla tello kale, Insyallah barokah
sadejenah elmo, hajet tor sadejeh se ekaneat bedi maqbul”, artinya; baca basmalah tiga kali, insyAllah
semua ilmu akan manfaat dan semua keinginan akan tercapai.21
Karomah KH khotib dalam berdakwah: Suatu Analisis
Suatu hari, ada seorang laki-laki pergi ke pasar dengan menaiki seekor sapi. Tiba-tiba sapi
tersebut menoleh ke arahnya dan berkata, Aku tidak diciptakan untuk pekerjaan ini, tetapi aku
diciptakan untuk membajak sawah. Mendengar hal itu, orang-orang angkat bicara, Subhanallah, sapi ini
bisa bicara. Rasulullah lalu bersabda, Aku, Abu Bakar dan Umar mengimaninya.22
Dari uraian di atas menunjukkan salah satu dalil tentang pembuktian bahwa karomah memang
benar adanya, kisah tersebut menjelaskan tentang kisah sapi yang bisa bicara pada masa nabi saw.
Kejadian aneh ini diluar logika nalar manusia biasa karena menurut hukum alam semua binatang hanya
berbicara menurut bahasa mereka sendiri dengan artian cukup berbunyi bukan berbicara bahasa
layaknya manusia, hal inilah yang dimaksud khawariqul adah.
Pengertian karomah menurut Abul Qasim al-Qusyairi yaitu karomah merupakan suatu kegiatan
yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu
dapat juga dianggap sebagai realitas sifat wali-wali Allah tentang sebuah makna kebenaran dalam
situasi yang dianggap kurang baik. Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa
yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-kekasih pilihanNya.23
Karomah ada dua macam, yaitu: (1) karomah Hissiyah (seperti, terbang di udara, berjalan di
atas air, menghilang dari pandangan musuh dll), (2) karomah Ma‟nawiyah (seperti, terbukanya hijab
kelalaian, sucinya hati/kasyaf, nyatanya „irfan dan naik pada maqom ihsan). 24
Berdasarkan teori macam-macam karomah dan hasil dari wawancara dilapangan bahwa temuan
di tengah-tengah masyarakat selama ini menganggap sebagai karomah KH Khotib hanyalah karomah
al-hisiyyah atau karomah yang bersifat fisik-indrawi, sesuatu yang tidak lazim atau bertentangan
dengan kebiasaan dan hukum alam secara fisik atau indrawi, dari sekian karomah yang di miliki KH
Khotib tidak ada yang bisa membuktikan dengan adanya karomah Ma‟nawiyah.
KH Khotib dalam berdakwah menggunakan teorinya al Bayanuni yaitu memakai strategi
sentimentil yaitu dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra
dakwah. Memberi mitra dakwah nasehat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan atau
mmberikan pelayanan yang memuaskan, strategi sentimentil ini sering di gunakan oleh Nabi SAW
dalam menghadapai kaum Quraisy di Makkah ketika masih belum hijrah, dengan demikian istilah
karomah dalam dakwah kejadian yang luar biasa yang merupakan anugerah langsung dari Allah SWT
karena ketakwaannya. Karomah yang dianugerahkan kepada hambanya yang sholeh adalah bermacam-
macam bentuk kejadiannya dari yang bersifat digdaya (bisa terbang) sampai ke hal yang bersifat
tersirat (mengetahui isi hati seseorang).
21
Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 13 Juni 2020.
22
An Nabhani, Jami‟ Karamat al Auliya, Juz 1 (India: Markaz Ahl Sunnah Barakat, 2001). 18
23
Abul Qasim Al Qusyairi. Risalah Qusyairiyah. (Jakarta: Pustaka Amani, 1988). 525
24
Abdul Wadud Kasyful Humam. 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah, (Jakarta, PT Elex Media Kompotindo, 2016).
xv-xx
Di antara ciri-ciri karomah adalah tidak diawali dengan mantra-mantra atau bacaan khusus,
terjadi pada diri orang yang ketakwaannya sangat tinggi tingkat ubudiyahnya baik dia mengetahui akan
terjadinya karomah ataupun tidak dan tanpa pengakuan dari pemiliknya,
Sedangkan fungsi dari karomah yaitu:
a. Untuk menguatkan keimanan pemiliknya dalam berdakwah
b. Untuk memenuhi hajat penyampaikan misi nabi
c. Meneguhkan kebenaran apa diyakininya
Kiai adalah pewaris para Nabi yang selalu mensenandungkan kebenaran yang hakiki dan
menuntunnya ke arah yang lebih sempurna dalam keberlangsungan hidup baik di dunia maupun
kehidupan akhirat. Demikian juga KH Khotib adalah satu satu ulama pejuang yang mewarisi
leluhurnya dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar melalui keahlianannya yang didapat di
pesantren dimana beliau menimba ilmu pengetahuan agama yang kemudian mengkader para santri
untuk bisa menegakkan kalimah Allah SWT. Untuk memperlancar profesi dakwahnya maka sangatlah
dibutuhkan karomah sebagai proses mediasi kepada masyarakat seperti Kharismatik dan lain-lain.
Dalam keseharian KH Khotib di pesantren dalam mengajar para santri melalui metode strategi
sentimentil gabungan klasikal antara praktek hafalan dan metode sorogan semua santri bisa dengan
mudah menguasai materi karena keterbatasannya alat tulis belajar di zaman dulu, Karomah yang di
miliki KH Khotib sangat unik tidak sama dengan para kiai yang lain, beliau selalu bikin terkenang bagi
para santri-santri dan masyarakat, setiap beliau mengajar para santri yang bodoh tidak bisa baca tulis
ketika KH Khotib mengajar pasti paham dan ngerti selalu ingat apa yang di katakan beliau waktu
nyantri. Metode sorogan berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah menyodorkan, metode ini adalah
merupakan teori yang sifatnya perorangan semua santri menghadap ke kiai yang sedang mengajar kitab
kuning atau sedang memberi pengetahuan agama dalam kemasan dakwah di pesantren, walaupun
rangkaian dakwah zaman dahulu sangatlah sederhana hal inilah bisa membuktikan bahwa sang kiai
dapat menunjukkan karomahnya dalam mengajar para santri bisa dengan mudah mengerti kitab kuning
dan bisa membaca kitab gundul yang tidak ada harkatnya.
Sebagian besar masyarakat Cangkreng dan sekitarnya mengatakan bahwa KH Khotib adalah
seorang wali Allah (hamba yang memiliki hubungan husus dengan Allah) sehingga beliau mempunyai
beberapa kelebihan dan keanehan yang selanjutnya dikatakan karomah. Asumsi masyarakat tersebut
hampir sama dengan pengertian wali pada umumnya yang didefinisikan oleh para ahli yaitu kedekatan
seorang hamba kepada Tuhannya, para kekasih Allah adalah rata-rata terpelihara dari perbuatan dosa
kecil maupun dosa besar sehingga hatinya bersinar dan menyatu dengan dzat Tuhannya.25
Dari pandangan tersebut bahwa KH Khotib adalah termasuk salah satu hamba Allah yang
terpelihara dari perbuatan dosa hal ini bisa di buktikan dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa
beliau tidak pernah mengganggu berbuat jahat kepada sesama makhluk juga terpelihara dari perkataan
yang menyinggung perasaan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan imam Al Qusyairi bahwa syarat
mutlak seorang wali adalah terpelihara dari perbuatan salah, dia hanya terus menerus beribadah tanpa
mengharap imbalan apapun.26
Pendapat masyarakat tentang kewalian KH Khotib bisa dilihat dari asumsi para kiai yang
menyaksikan lansung tentang kehidupannya di masa lampau, ketika para kiai membenarkan tentang
kewalian KH Khotib maka secara otomatis seluruh masyarakat membenarkan hal tersebut bahwa
seorang wali memiliki karomah.
25
Carl W. Ernts, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, (Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2003). 77-78
26
Abul Qosim Al Qusyairi, Risalah Qushairiyah: Sumber kajian ilmu tasawuf, (Jakarta: Pustaka Amini, 2007). 383
Adapun kiai tersebut yang menjadi sumber wawancara di antaranya :
1. KH Abul Khoir (pengasuh pp Sabilul Muttaqin) mengatakan bahwa KH Khotib adalah
hamba yang taat beribadah dan istiqomah, semua keganjilan yang terjadi pada dirinya
dapat dikatakan karomah itu jadi bukti bahwa masuk katagori wali, yang memiliki
keistimewaan dari Allah.
2. KH Rofi‟ie Rasyid (Tokoh Masyarakat) berdasarkan bukti dari sehariannya yang selalu
menemani KH Khotib baik dalam memenuhi undangan Walimah ataupun dalam
mengantar pengajian ke masyarakat. KH Rofi‟i mengatakan bahwa KH Khotib adalah
termasuk seorang hamba yang wali dan tidak pernah menolak komentar-komentar
masyarakat tentang kewalian dan karomah KH Khotib. Seluruh para santri terdekatnya
yang dipilih menjadi sopir pribadinya termasuk H Ahmad (sopir motor pribadi KH
Khotib setelah KH Rofi‟ie) sepakat bahwa KH Khotib termasuk wali Allah.
Sebagian masyarakat ada yang tidak mengerti tentang difinisi wali tapi mereka yakin karena
kepercayaan masyarakat setempat yang tertanam sejak dulu hingga sekarang mereka menerima dengan
tanpa meneliti lebih dalam apa itu pengertian Wali dan Karomah. Akan tetapi bagi masyarakat yang
bertemu langsung dengan KH Khotib mereka dengan sangat kokoh menyakini bahwa beliau adalah
wali bahkan sebagian masyarakat ada yang menyaksikan langsung proses terjadinya karomah yang
dimiliki beliau.
Berdasarkan data dilapangan, peneliti menemukan rumusan yang ada pada masyarakat bahwa
wali adalah pangkat dari Allah SWT dan juga ada yang mengatakan bahwa KH Khotib termasuk wali
Abrar (Saleh). Wali Abrar menurut Abu Nashr Bisyr ibn al Harits al Hafi mengatakan wali yang ada
dalam dirinya terdapat segala sesuatu yang bertalian dengan kewalian dan tingkatan. Menurut para sufi,
wali inilah yang menjadi pendamping para wali lainnya, jumlahnya hanya tujuh dalam satu masa ketika
meninggal baru di ganti dengan wali yang lainnya.27
Urutan tingkatan para wali yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata yang ada di dunia dan
saling bergantung kepada wali lainnya, sedangkan pimpinan para wali di sebut dengan wali Qutub, ia
senantiasa memimpin para wali lainnya yang anggotanya datang dari berbagai penjuru dunia dan
anggotanya para wali adalah tiga ratus wali Akhyar (baik), empat puluh wali Abdal (pengganti), tujuh
wali Abror (saleh), empat wali Autad (penopang), dan tiga wali nuqoba‟ (amat rahasia).28
bahwa wali
Abrar adalah pendamping para wali yang diangkat kewaliannya berdasarkan kesalehan dan
ketakwaannya, juga dihormati dan diagungkan, seorang yang pemurah, masyarakat membutuhkannya
apabila bertemu dengan masalah yang sulit, doanya diijabah sehingga banyak yang membutuhkan
pertolongan Allah melalui perantaranya, wali memiliki karakter berkehendak sesuai kemauannya dan
punya sifat memberi bantuan kepada yang membutuhkan baik yang masih hidup ataupun yang sudah
meninggal.
Semua keanehan yang terjadi pada diri KH Khotib membuat disegani dan dihormati
masyarakat, akan tetapi tidak sedikitpun membuatnya congkak, bahkan menurut salah satu tokoh yang
diwawancara mengatakan beliau tidak menyadari akan apa yang terjadi pada dirinya, sehingga
karomah yang terjadi pada diri KH Khotib menjadi prisai dirinya dalam berdakwah.
Menurut penelitian yang didapat dilapangan bahwa KH Khotib adalah orang yang takwa
(menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya) kepada Allah dan dianggap mempunyai kedekatan
khusus kepadaNya, maka apa yang keluar dari diri KH Khotib yaitu sesuatu terjadi diluar kebiasaan
manusia biasa atau bahkan bertentangan dengan sunnatullah dianggap sebagai karomah oleh
masyarakat bisa jadi merupakan suatu hal yang benar selama tidak bertentangan dengan syariat agama
Islam.
27
Fuad Said, Keramat Wali-wali (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993). 17
28
Agus Himawan Utomo, Wali dalam Mistik Islam, Jurnal Filsafat, Vol. 22 Nomor 2, (Agustus 2012): 179
KH Khotib dalam menyampaikan dakwahnya melalui tradisi setempat yang masih kental
meliputi segala kegiatan yang ada di masyarakat. Akan tetapi, batasan ini memiliki ruang lingkup yang
bebas, sehingga perlu penulis membatasinya demi lancarnya penelitian ini. Batasan tradisi masyarakat
yang penulis lakukan ini berwujud bentuk – bentuk tradisi msyarakat, di mana apa yang dibawa KH
Khotib dalam setiap haluannya mewarnai tradisi – tradisi yang terdapat di masyarakat Cangkreng dan
sekitarnya. Adapun bentuk – bentuk tradisi masyarakat adalah sebagai berikut; istighasah, sarwa dan
barzanji.
Kesimpulan
1. Karomah KH Khotib sangat banyak namun hanya beberapa saja yang bisa diketahui
karena para saksinya banyak yang sudah meninggal dunia, walaupun banyak yang
meninggal para saksi masih ada sebagian santri dan masyarakat yang masih hidup tahu
persis dan bisa dipercaya menjadi saksi kejadian karomah tersebut.
2. Karomah KH Khotib termasuk karomah al-hisiyyah atau karomah yang bersifat fisik-
indrawi, sesuatu yang tidak lazim atau bertentangan dengan kebiasaan dan hukum alam
secara fisik atau indrawi, dari sekian karomah yang di miliki KH Khotib tidak ada yang
bisa membuktikan dengan adanya karomah Ma‟nawiyah.
3. Efektifitas karomah KH Khotib dibuktikan dari seorang bajingan insyaf yang
kegiatannya selalu mencuri ayam namun suatu saat tiba-tiba bertemu dengan KH Khotib
sang maling itu berputar arah menjadi santri dan selalu mengikuti kegiatan pengajian
yang diasuh oleh KH Khotib.
4. Karomah memiliki peran yang sangat central bagi masyarakat Cangkreng dan
sekitarnya. Peran central KH Khotib masuk ke berbagai relung kehidupan masyarakat
Cangkreng, misalnya dalam ranah budaya-tradisi, ubudiyah, dan muamalah. Dalam
ranah budaya-tradisi, peran KH Khotib (kiai yang memiliki karomah), dalam artian,
mewarnai budaya-tradisi masyarakat Cangkreng dengan tradisi – tradisi Islam. Dalam
ranah ubudiyah, peran karomah sangat aktif masuk ke keyakinan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung, serta kontribusi KH Khotib dalam
mengarahkan arah pesan moral agama Islam. Sedangkan dalam ranah muamalah,
karomah sebagai penggerak dalam menggerakkan ritual barokah masyarakat dalam hal
ekonomi umat.
5. Fungsi Karomah ada tiga yaitu:
a. Untuk menguatkan keimanan pemiliknya dalam berdakwah
b. Untuk memenuhi hajat penyampaikan misi nabi SAW
c. Meneguhkan kebenaran apa yang diyakininya
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasan, Syamsul. Kharisma Kiai As‟ad Di Mata Umat. Yogyakarta: LKis Yogyakarta. Juli
2003
Abdullah, M Qadaruddin. Pengantar Ilmu Dakwah. Pasuruan. CV Qiara Media. 2019.
Ajhari, Abdul Azis. Jalan Menggapai Ridho Ilahi, Cet ke 1 Juli, Bandung: BSA UIN Sunan
Gunung Djati, 2019.
Al- Kalabadzi, Abu bakar, Al-Taaruf li Mazhabi Ahli al-Tasawuf. Cairo: Maktabah al-Tsaqofah
al-Diniyah. .2004.
Al-Bayanuni, Muhammad Abu al-Fath, al-Madkhal ila „ilm al-Dakwah, Beirut: Muassah al-
Risalah. 1993.
Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai, cet. Ke-1 September, Yogyakarta: LKiS, 2008.
Anggito, Albi. Metodologi Pelitian Kualitatif, Cet ke 1 Oktober, Sukabumi, CV Jejak, 2018.
Atiqullah. “Varian Kepemimpinan Kolektif Pondok Pesantren Di Jawa Timur,” Jurnal, Jurusan
Tarbiyah STAIN Pamekasan Jl. Pahlawan Km. 4 Pamekasan 69371, KARSA, Vol. 20 No. 1 (Tahun
2012).
Azis, Moh Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: PT Fajar Interpratama. 2009.
Canard, M. Da‟wa, The Encyclopaedia of Islam, vol, II. Leiden: E.J. Brill, 1991.
Dept, P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta:
LP3ES, 1985.
Dulai, Hamdan, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, Yogyakarta, LESFI. 2001,
Ernts, Carl W. Ajaran dan Amaliah Tasawuf, Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2003.
Fattah, Munawir Abdul, Tradisi Orang – orang NU, cet. Ke-IX, Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2012.
Hawwa, Said. Jalan Ruhani. Bandung: Mizan. 1995.
Horikhosi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M. 1987.
Humam, Abdul Wadud Kasyful. 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah, Jakarta, PT Elex
Media Kompotindo, 2016.
Mahfudh, Syekh Ali, al-Ibda‟ fi Madlar al-Ibtida‟. Cairo: Dar al-I‟tisham, 1978.
Mahmud. Model-Model Kegiatan Di Pesantren, cet. Ke I, Tangerang: Media Nusantara, 2006.
Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, cet. Ke-2, Malang:
Aditya Media Publishing, 2013.
Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir Kamus Arab - Indonesia, Surabaya; Pustaka
Progesif, 1997.
Muryanto, Sri. Ajaran Manunggaling Kawula-Gusti. Yogyakarta: Kreasi Wacana 2004.
Nabhani, An. Jami‟ Karamat al Auliya, Juz 1 (India: Markaz Ahl Sunnah Barakat, 2001.
Narbuko, Cholid. Metodologi penelitian, Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2008.
Patoni, H. Achmad, Peran Kia Pesantren dalam partai politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2007.
Qusyairi, Abul Qasim. Al-. Risalah Qusyairiyah. Jakarta: Pustaka Amani, 1988.
Rival, Zaky Ahmad, Jangan Berdakwah! nanti masuk sorga, Depok: Gema Insani. 2014.
Robandi, Maghfiroh, Dofi Oktian. Konsep Karomah Abu Nasr Al-Siraj Al-Thusi Dalam Kitab
Al – Luma Fi Al-Tasawwuf. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2013/2014.
Said, Fuad. Keramat Wali-wali. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993
Tajuddin Naufal, Taman Para kekasih Allah. Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002.
Usman, Abdul Rani. “Metode Dakwah Kotemporer” Jurnal AL-BAYAN Vol. 19, No. 28, (Juli
– Desember 2013)
Utomo, Agus Himmawan, Wali dalam Mistik Islam, jurnal Filsafat vol 22, nomer 2, (Agustus
2012)
Versi online/daring, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http//kbbi.web.id.
Zarkasi, E. Unsur-unsur Islam dalam pewayangan, Bandung: Al Ma‟arif, 1977.

More Related Content

What's hot

Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesishamditutor
 
Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesishamditutor
 
Rpp akidah-no-1-1
Rpp akidah-no-1-1Rpp akidah-no-1-1
Rpp akidah-no-1-1umar fauzi
 
1 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-2014
1 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-20141 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-2014
1 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-2014Aang Sholeh
 
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiIslam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiCiMeng Entop
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama Hinduwk_aiman
 
Buku alquran hadis_ma_10_siswa
Buku alquran hadis_ma_10_siswaBuku alquran hadis_ma_10_siswa
Buku alquran hadis_ma_10_siswanutamania
 
Presentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawuf
Presentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawufPresentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawuf
Presentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawufRatih Kisdiani Riadi
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafiMakalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafiAsep Anwar Musadad
 
Tugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyah
Tugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyahTugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyah
Tugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyahrosesani1
 
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu TasawufPengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu TasawufRia Widia
 
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)RoyNal Rois Al-Khalim
 
makalah pengertian ilmu tasawuf
makalah pengertian ilmu tasawufmakalah pengertian ilmu tasawuf
makalah pengertian ilmu tasawufMuhammad Husein
 
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAkhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAsma'ul Khusna
 
1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawufMas Enjoying
 

What's hot (20)

Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesis
 
Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesis
 
Rpp akidah-no-1-1
Rpp akidah-no-1-1Rpp akidah-no-1-1
Rpp akidah-no-1-1
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama Hindu
 
1 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-2014
1 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-20141 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-2014
1 silabus-akidah-akhlak-kelas-vii-mts-agustus-2014
 
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiIslam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama Hindu
 
Buku alquran hadis_ma_10_siswa
Buku alquran hadis_ma_10_siswaBuku alquran hadis_ma_10_siswa
Buku alquran hadis_ma_10_siswa
 
Agama di malaysia
Agama di malaysiaAgama di malaysia
Agama di malaysia
 
Presentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawuf
Presentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawufPresentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawuf
Presentasi pendidikan agama islam akhlak dan tasawuf
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafiMakalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
 
Tugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyah
Tugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyahTugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyah
Tugas resensi artikel_jurnal_sobari_nofiansyah
 
Makalah irwan
Makalah irwanMakalah irwan
Makalah irwan
 
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu TasawufPengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
 
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad 19 di Indonesia (Makalah)
 
makalah pengertian ilmu tasawuf
makalah pengertian ilmu tasawufmakalah pengertian ilmu tasawuf
makalah pengertian ilmu tasawuf
 
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAkhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
 
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAMAHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf
 

Similar to KH Khotib Dakwah

Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiBahRum Subagia
 
Fiqh dakwah dalam_al-quran
Fiqh dakwah dalam_al-quranFiqh dakwah dalam_al-quran
Fiqh dakwah dalam_al-quranSrz Basha
 
Mempertahankan nilai nilai keislaman
Mempertahankan nilai nilai keislamanMempertahankan nilai nilai keislaman
Mempertahankan nilai nilai keislamanSaha Andy
 
Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...
Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...
Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...InternationalJournal Ihya' 'Ulum al-Din
 
Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma AlquranNevandraFp1
 
Pesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan MoralPesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan MoralAlvin Lazuardy
 
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docx
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docxPeran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docx
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docxZukét Printing
 
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdf
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdfPeran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdf
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdfZukét Printing
 
Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Zukét Printing
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Zukét Printing
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawah
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawahRPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawah
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawahyasirmaster web.id
 
Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...
Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...
Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...Linda Rosita
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANPotpotya Fitri
 
SEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptx
SEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptxSEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptx
SEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptxRiaRianti5
 
Tugas individu kkn linggoasri
Tugas individu  kkn linggoasriTugas individu  kkn linggoasri
Tugas individu kkn linggoasrisaidani ahmad
 
Dakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkal
Dakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkalDakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkal
Dakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkalnur habibullah norman kardi
 

Similar to KH Khotib Dakwah (20)

Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Buku pesantren
Buku pesantrenBuku pesantren
Buku pesantren
 
Fiqh dakwah dalam_al-quran
Fiqh dakwah dalam_al-quranFiqh dakwah dalam_al-quran
Fiqh dakwah dalam_al-quran
 
Mempertahankan nilai nilai keislaman
Mempertahankan nilai nilai keislamanMempertahankan nilai nilai keislaman
Mempertahankan nilai nilai keislaman
 
Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...
Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...
Hegemoni dan Counter Hegemony Otoritas Tradisional: Studi Pemikiran Gender Ul...
 
Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma Alquran
 
Makalah aik
Makalah  aikMakalah  aik
Makalah aik
 
Pesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan MoralPesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan Moral
 
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docx
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docxPeran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docx
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.docx
 
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdf
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdfPeran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdf
Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa dan Bernegara.pdf
 
Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Ambon-1Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawah
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawahRPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawah
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.10 fiqh dawah
 
Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...
Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...
Penyimpangan keimanan umat islam berupa tradisi pemberian sesajen dan solusi ...
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
 
SEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptx
SEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptxSEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptx
SEJARAH_MUHAMMADIYAH.pptx
 
Tugas individu kkn linggoasri
Tugas individu  kkn linggoasriTugas individu  kkn linggoasri
Tugas individu kkn linggoasri
 
Dakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkal
Dakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkalDakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkal
Dakwah, nur habibullah norman kardi, stai an nadwah kuala tungkal
 

More from Ketua LBM MWC NU Lenteng dan Wakil Ketua Ansor lenteng bagian MDS RA

More from Ketua LBM MWC NU Lenteng dan Wakil Ketua Ansor lenteng bagian MDS RA (20)

WISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diri
WISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diriWISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diri
WISE WORDS-Kata-Kata Hikmah untuk perbaikan diri
 
PAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docx
PAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docxPAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docx
PAT Bahasa Arab Kls 5 MI Soal dan Kunci Jawaban.docx
 
PANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdf
PANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdfPANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdf
PANDUAN MENULIS LENGKAP DENGAN CONTOHNYA.pdf
 
TATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docx
TATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docxTATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docx
TATIB Pengawas, proktor dan teknisi AM TAHUN 2024.docx
 
6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx
6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx
6. BERITA ACARA Pendampingan pengawas.docx
 
Panduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdf
Panduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdfPanduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdf
Panduan Shalat lengkap- bagi pemula .pdf
 
PIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdf
PIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdfPIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdf
PIAGAM PENGHARGAAN - Haikal Alek Reza.pdf
 
Kumpulan Opini Kompas. artikel berita pdf
Kumpulan Opini Kompas. artikel berita pdfKumpulan Opini Kompas. artikel berita pdf
Kumpulan Opini Kompas. artikel berita pdf
 
KOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TARBIYATUL BANAT.docx
KOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH  TARBIYATUL BANAT.docxKOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH  TARBIYATUL BANAT.docx
KOP MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TARBIYATUL BANAT.docx
 
SK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docx
SK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docxSK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docx
SK- MADRASAH DINIYAH- TARBIYATUL BANAT - GURU-.docx
 
panduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdf
panduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdfpanduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdf
panduan menulis karya ilmiah bagi pemulapdf
 
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docxTugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
 
SOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJIL
SOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJILSOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJIL
SOAL PAS PENDIDIKAN JASMANI KELAS ENAM SEMESTER GANJIL
 
HASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL LENTENG 2023.pdf
HASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL  LENTENG 2023.pdfHASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL  LENTENG 2023.pdf
HASIL KEPUTUSAN BAHSUL MASAIL LENTENG 2023.pdf
 
Praktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docx
Praktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docxPraktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docx
Praktis Pantuan Materi Bahasa Indonesia.docx
 
Mengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docx
Mengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docxMengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docx
Mengenal Tokoh tasawuf indonesia dari masa kemasa.docx
 
KUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docx
KUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docxKUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docx
KUMPULAN Qaidah nahwu (imriti dan alfiyah).docx
 
SOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docx
SOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docxSOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docx
SOAL NAHWU MTS TARBIYATUL BANAT SIP.docx
 
SOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docx
SOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docxSOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docx
SOAL NAHWU UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH .docx
 
04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx
04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx
04. Kisi-kisi PAS Fikih Kelas VII -MTS TARBIYATUL BANAT.docx
 

Recently uploaded

Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 

Recently uploaded (12)

Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 

KH Khotib Dakwah

  • 1. KAROMAH KH KHOTIB BIN ABDURRAHEM DALAM BERDAKWAH MOHAMMAD HANDRI1 Email: mohhandri @yahoo.com ABSTRACT Wali are servants of Allah who are known as saints or people who have special abilities in preaching as a religious expression that still exists in certain societies. Society pays respect to saints not only while they are alive, but also continues when they die. The advice of the saints in preaching is expected to be present for the community because for him it becomes a source of guidance in life. KH Khotib is one of them, he is respected and known by people in the village of Cangkreng and its surroundings, as a guardian and has special abilities (karamah), this special ability has its own influence on KH Khotib's preaching activities in society, from that according to the first question, What are KH Khotib's karamah in the eyes of the community? Second, how is the effectiveness of KH. Khotib bin Abdurrahem for da'wah activities in the Cangkreng community? The theory used in analyzing this problem uses Jan Harold Brunyand's theory which divides three types of legends based on the subject of the story, namely: religious legends, unseen natural legends and individual legends / places. Muslim societies have many types of religious legends. Religious legends contain legends with the subject of the story: people in the past who were considered holy, pious or people who struggled to preach religion. The uniqueness of the ulama legend is the theme in the story, most of the contents of the story are about the supernatural powers of characters in the past. And using al-Bayanuni's theory of sentimental da'wah strategies, namely da'wah that focuses on aspects of the heart and moves the feelings and minds of da'wah partners. The conclusion of this research is that KH Khotib is a guardian because of his piety, consistency and character. This means that people need it when they experience difficulties, when he prays to Allah and when he needs religious advice. Everyone tawajjuh to Allah through him as a medium. Keywords: guardian, karamah, Sufism Pendahuluan Kiai adalah sosok yang memang manjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, terlepas dari hal itu, Kiai merupakan unsur yang menempati posisi utama: sebagai pemegang kunci, pendidik, pengayom kitab kuning, dan sekaligus sebagai pemimpin (imam) dalam segala hal kegiatan sosial keagamaan dan pendidikan di pondok pesantren. Sedangkan cabang lainnya merupakan penyambung dibawah pengawasan pembina. Perkembangan kegiatan sosial kiai dalam konteks pesantren secara pembangunan pendidikan berdasarkan mutu merupakan bagian kebiasaan, budaya leluhur, dan sikap para pembinanya untuk mempertahankan hidup kebersamaan yang diiringi dengan spirit keagamaan yang super. peran kiai ini berperan sebagai sentral (pengasuh, pembimbing, dan pendidik) yang diikuti oleh para santri, para guru (asatidz), pengurus (staf) dan beberapa pembantu (khadim) dalam menyelesaikan tugas-tugas kumpulan pendidikan dikalangan pondok pesantren. sikap kiai sangatlah bergantung kepada ketinggian ilmu (keulamaan) dan kewibawaannya (kharisma).2 Jika dicermati dari paparan di atas, betapa besarnya peran kiai dalam membentuk dan menjaga keagamaan masyarakat. Sehingga, dengan sedemikian rupa masyarakat dirubah menjadi masyarakat yang memiliki identitas keagamaan yang jelas dan kuat. Jelas, di sini peran kiai sangatlah sentral. Posisinya di dalam masyarakat melekat dalam beberapa status. Salah satunya adalah kiai sebagai tokoh agama. Dalam pengertian ini, kiai merupakan figur penting di dalam struktur masyarakat Islam di Indonesia secara umum dan bagi masyarakat Cangkreng secara khusus. Posisi penting kiai tidak lepas 1 Tenaga edukatif SMA Tanwirul Hija, Cangkreng Lenteng Sumenep 2 Atiqullah, “Varian Kepemimpinan Kolektif Pondok Pesantren Di Jawa Timur,” Jurnal, Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan Jl. Pahlawan Km. 4 Pamekasan 69371, KARSA, Vol. 20 No. 1 (Tahun 2012). 21.
  • 2. dari karakteristik pribadinya yang sarat dengan nilai lebih dan unggul, mengungguli dari masyarakat pada umumnya. Nilai lebih dan unggul itu tercermin pada sosoknya yang ahli ibadah, karomahnya, keilmuannya yang tinggi, kesalehan, dan kepemimpinannya (dalam masyarakat). Kondisi inilah yang menjadikan kiai diposisikan oleh masyarakatnya sebagai uswatun hasanah, atau contoh panutan bagi masyarakatnya sendiri. Segala sesuatu yang melekat dan berhubungan dengan kiai dijadikan rujukan oleh masyarakat yang ada disekitarnya. Hampir dapat dipastikan, bahwa segala permasalahan dan persoalan masyarakat selalu dikonsultasikan kepada kiai, baik yang sifatnya pribadi atau yang bukan. Para kiai memiliki kehormatan dan kedudukan yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Penghormatan masyarakat terhadap para kiai tidak hanya pada waktu mereka hidup, tetapi juga setelah mereka wafat. Walaupun mereka telah tiada, namun kisah-kisah perjalanan hidup mereka masih tetap hidup di masyarakat, diceritakan kembali berulang-ulang, ditulis dalam sejumlah buku, Pandangan masyarakat terhadap kewalian dan karomah ini masih terpelihara dengan baik sampai saat ini meskipun terdesak oleh cara berpikir rasional akibat modernitas yang memasuki hingga ke pelosok desa. Sebagian besar masyarakat Cangkreng dan sekitarnya (Desa Poreh, Meddelan, Sendir, Daramista dan Lenteng) mempercayai bahwa KH Khotib adalah seorang kekasih Allah. Bagi mereka seorang wali itu adalah orang yang dekat dengan Allah dan dikasokani (Madura) dekat dengan-Nya, dan karena kedekatannya itulah yang membikin beliau mempunyai berbagai keanehan yang ada pada dirinya, yang biasa di anggap sebagai karomah. KH Khotib dikenal sebagai orang yang istiqamah dalam beribadah. Dia sangat rajin pergi ke Masjid untuk sholat berjamaah. KH Khotib juga sering bangun tengah malam untuk shalat dan berdzikir, bahkan sering larut dengan dzikirnya. Selain itu, beliau juga senang membaca al-Qur‟an.3 Sesudah KH Khotib wafat, banyak masyarakat yang berziarah dan mengambil berkah dan berdoa kepada Allah di makam KH Khotib yang dianggap masyarakat sebagai wali Allah. Karena banyaknya doa dan hajat masyarakat yang terkabulkan maka hal itu menambah keyakinan masyarakat bahwa KH Khotib adalah wali Allah (hamba yang benar dekat dengan Allah), sehingga makam beliau termasuk makam yang dikeramatkan. Dakwah sebagai media sarana kepada jalan Allah mulai diperkenalkan kepada sesama manusia selama di dalamnya terdapat seorang utusan. Rasul sebagai pembawa kabar gembira kepada pengikutnya setiap saat mengajak kapada kebaikan. Saat itulah tugas kholifah berfungsi baik, Akan tetapi kejadian dakwah dari zaman dahulu ke zaman now sangat berbeda. Tantangan dakwah berbeda antara pengikutnya nabi Nuh, Isa, Musa, Isa, Muhammad dan berbeda pada masa sekarang. Nabi Allah Muhammad SAW, sebagai penerus rasul menyebarkan Islam, selama 23 tahun. Kemudian dilanjutkan oleh para sahabat atau para 4 Kholifah dan para pendakwah yang lainnya. kegiatan dakwah pada masa Nabi Muhammad dan Khalifaurrasyidin lebih fokus berhubungan dengan Aqidah. Sedangkan pada masa berikutnya selain penegakan aqidah sekaligus penegakan Hukum, dan penyebaran umat Islam secara keseluruhan. Walau demikian Dakwah selalu digunakan oleh para pendakwah sepanjang masa dimana mereka berada dan tetap dalam kondisi bagaimanapun. Karena dakwah merupakan kewajiban dari setiap orang Islam baik pria maupun wanita. Dakwah sudah berawal dijalankan ketika setelah turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu dakwahpun bekerja sesuai dengan masanya. Dan dakwah yang dilakukan oleh para pendakwah seiring tradisi setempat, sebagai dakwah itu bekerja sedemikian elok. Sekarang ini dakwah sudah berlalu 15 abad, akan tetapi dakwah tidak akan berhenti sebelum dunia ini berakhir. Dan dakwapun harus tetap dilakukan dalam situasi apapun dan tantangan apapaun. Di dunia international dakwah sangat erat hubungannya dengan seni-modern, teknologi informasi dan diplomasi antarbangsa.4 3 Wawancara dengan KH. Dumairi, pengasuh Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 13 Maret 2020. 4 Abdul Rani Usman, “Metode Dakwah Kotemporer,” Jurnal AL-BAYAN, Vol. 19, No. 28, (Juli – Desember 2013). 109
  • 3. Biografi KH Khotib Allah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Terutama manusia sebagai kholifah yang mempunyai tugas penting sebagai penghuni, perawat, pengawas, pengubah, penjaga dan memperbaiki segala yang rusak bukan yang merusak yang telah baik. Kebaikan dan keburukan selalu berdampingan di setiap ruang dan waktu. Dimanapun dan kapanpun jua, kebaikan diikuti oleh perintah untuk di kerjakan dan keburukan diikuti oleh larangan untuk ditinggalkan. Bapak Adam dan ibu Hawa di ciptakan oleh Allah di Surga yang penuh dengan kenikmatan terselip di dalamnya buah larangan (Zaqqum). Adam dan Hawa memakan buah larangan untuk menjadikan sebab yang berakibat keluarnya dari Surga menuju bumi yang fana ini. Apalagi manusia yang hanya hidup di sebuah desa kecil Cangkreng yang berada di dataran rendah yang tanahnya sangat subur, sudah barang tentu masyarakatnya beraneka ragam prilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Apalagi waktu itu bangsa Indonesia masih dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Sehingga sebagian masyarakat Cangkreng kadang-kadang berprilaku buruk yang melanggar tata krama dan norma agama. H. Abdurrahem dan Hj. Khotijah (“Buni” nama daging sebelum pergi haji) merupakan pasangan suami istri yang hidup dengan sakinah, mawaddah wa rahmah, mereka tergolong keluarga ekonomi menengah ke atas sebagaimana mayoritas penduduk desa saat itu yang memiliki profesi pertani sawah, berkebun sebagian yang lain ada yang membuat anyaman dari bambu buat tempat basuh beras. Dari pernikah H. Abdurrahem dengan Hj Khotijah lahirlah tiga orang anak yang terdiri dari laki-laki semua, yaitu: pertama, Abdur Razaq / H Khotib yang kemudian menikah dengan Hj. Raudlah Binti H. Ishak. Kedua, Syamsuddin yang memiliki istri bernama Hj Qibtiyah, dari hasil perkawinannya ia memiliki seorang anak yaitu Hj Azizah (Haurani nama sebelum pergi haji). Ketiga, Sajjad, menurut sumber putra ketiga dari pasangan H. Abdurrahem dengan Hj Khotijah ini meninggal dunia dalam keadaan lajang. KH Khotib (“Abdur Razaq” nama dari kecil sebelum naik haji) Bin Abdurrahem yang dikenal dengan panggilan “Kiai Anom” dilahirkan di desa Poreh pada tahun 1914 M, beliau lahir dari rahim suci seorang ibu yang bernama Hj. Khatijah (“Buni” nama daging sebelum pergi haji). Pada usia kurang lebih 15 tahun, beliau menimba ilmu di pondok pesantren Asta Tinggi Kebunagung Sumenep yang pada waktu itu di pimpin oleh KH. Abi Sudjak. Kemudian beliau pindah ke pondok pesantren An- Nuqayah di daerah Latee (nama blok yang waktu itu diasuh oleh KH Abdullah Sajjad Syarqowi), Guluk-guluk Sumenep. Dari kecil Abd Razaq sudah di kenal sangat cerdas sampai dirasakan sendiri oleh abanya juga saat menjadi santri kesanyangan di mana tempat beliau mencari ilmu oleh para gurunya sehingga sering di jadikan badal kiai ngajar ketika pengasuhnya bepergian atau sakit. Olah raga yang di sukai Abd Razaq adalah sepak bola, saking senangnya dan seringnya bermain terhadap olah raga tersebut dengan teman-temannya sampai di juluki “si Gesit” (karena dalam berlari tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya). Setelah selesai menimba ilmu, pada tahun 1944 M beliau menikah yang kemudian beberapa tahun setelah menikah beliau mendirikan pondok pesantren Tanwirul Hija. Pada hari jum‟at tanggal 24 bulan Oktober tahun 1977 M / 10 Syawal 1398 H, KH Khotib bin Abdurrahem berpulang ke alam barzakh dan di kebumikan dimana tempat beliau lahir yaitu di desa Poreh (tempat pemakaman keluarga besar). Beliau wafat dalam usia 63 tahun. 5 Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tanwirul Hija Pondok Pesantren Tanwirul Hija Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, Madura termasuk dalam catatan pesantren tertua di kabupaten Sumenep dan berada ditengah pelosok desa, tepatnya di desa Cangkreng, berjarak sekitar 15 km dari ibu kota kabupaten. Seperti lazimnya 5 Wawancara dengan Hj Azizah, salah satu ponakan KH Khotib yang masih hidup, di Poreh, tanggal 30 Mei 2020.
  • 4. pondok pesantren lainnya, pondok pesantren Tanwirul Hija juga menganut sistem pengajaran clasic yang mengutamakan pengajaran keagamaan atau sering dikenal sistem salafiyah. Pondok pesantren Tanwirul Hija berdiri pada tahun 1950 M, didirikan oleh KH Khotib Bin Abdurrahem bersama istri tercintanya Nyi Hj. Raudlah Binti H. Ishak, dengan jumlah santri pertama sekitar kurang lebih lima orang. Diantaranya adalah KH. Moh. Ikhsan Lembung, KH. Abdurrahman Poreh, KH. Suwaid Pinggir Papas, KH. Abdul Gani Poreh dan K. Abdul Bari Poreh. Disamping beliau mendirikan pesantren juga diberi kepercayaan oleh masyarakat mengurus sebuah masjid yang berada di area dusun Pocang desa Cangkreng yang masjidnya bernama Raudlatul Jannah kemudian sekarang bermetamorfosis menjadi masjid At-Taqwa Cangkreng. Nama Tanwirul Hija diberikan sendiri oleh KH Khotib, yang diambil dari bahasa arab dan menpunyai arti “ Pencerahan Akal “, dimana nama tersebut juga disesuaikan dengan situasi kondisi masyarakat pada waktu itu yang masih kental dengan tradisi agama Hindu dan rasa trauma akibat kejamnya penjajahan dan dirasa perlu adanya pencerahan akal untuk lebih memahami agama Islam secara benar dan meninggalkan tradisi nenek moyangnya (agama Hindu) yang sangat bertentangan dengan hukum Islam, serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan itu dalam kehidupan. Di tahun 1955 M sejak berdirinya, melihat kian berkembangnya jumlah santri mukim yang kurang lebih 30 orang, berasal dari pulau Madura sendiri dan sebagian berasal dari pulau Jawa. Pondok pesantren Tanwirul Hija mulai menerapkan sistem clasic yang ditangani sendiri oleh beliau secara menyeluruh kepada semua santri. Semakin pesatnya kemajuan yang dicapai oleh pondok pesantren Tanwirul Hija, dan juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada waktu itu akan pendidikan. Sebelum mendirikan pendidikan formal beliau mendirikan lembaga ke-agama-an yang lazimnya masuk pada waktu sore hari sekitar jam 14.00 seperti pondok-pondok yang lain yaitu Madrasah Diniyah dan Muallimin sekitar tahun 1961, dan Pada tahun 1962 M, di dirikanlah pula pendidikan formal pertama kali di pondok pesantren Tanwirul Hija, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI), dengan kepala sekolah pertama KH. Zaidi Hasan yang berasal dari desa Poreh dan merupakan santri pondok pesantren Tanwirul Hija sendiri. Dibawah kepemimpinan KH Khotib bin Abdurrahem (Kiai Anom) yang gigih tanpa kenal lelah, pondok pesantren kian mengalami kemajuan yang pesat. Demikian pula kebaradaan Madrasah Ibtidaiyah itu terus berjalan sampai sekarang. Pada tahun 1977 M, KH Khotib bin Abdurrahem wafat. Namun beberapa waktu sebelum wafat, beliau masih sempat mengumpulkan dewan guru dan tokoh masyarakat untuk memilih dan menunjuk pengganti beliau setelah wafat untuk meneruskan kepmimpinan lembaga pendidikan di pondok pesanten Tanwirul Hija ke depan. Dan dalam musyawarah tersebut beliau menunjuk menantu ponakan dari istri yang merupakan suami dari Nyi, Hj. Rumanah binti Adam yaitu KH. Asy‟ari bin Mustafa dengan wakilnya KH. Imam Mawardi bin H. Muhtar yang juga merupakan suami dari ponakan dari istrinya Nyi Hj. Rahmah binti Adam sebagai penerus dengan hasil kesepakatan bersama antara dewan guru dan tokoh masyarakat pada waktu itu. Wafatnya KH Khotib bin Abdurrahem (Kiai Anom) ternyata membuat pukulan telak pada santri-santrinya. Lambat laun setelah wafatnya beliau, satu persatu santri pamit pulang untuk meneruskan jejak-jejak perjuangan beliau menyiarkan agama Islam di daerahnya masing-masing, sehingga keberadaan santri yang mukim pada waktu itu tidak ada. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat para penerus yang telah ditunjuk, dalam hal ini KH. Asy‟ari dan KH. Imam Mawardi untuk terus mengembangkan pondok pesantren Tanwirul Hija, apalagi keberadaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) waktu sangat maju pesat dengan jumlah santri/siswa yang menimba pendidikan lumayan banyak meski tidak bermukim seperti sebelumnya. Sehingga pada tahun 1980 M, di dirikanlah Raudlatul Athfal (RA) untuk pendidikan formal anak-anak dibawah umur. Demi semakin mengkukuhkan keberadaan pondok pesantren Tanwirul Hija, pada tahun 1989 M. Dibentuklah yayasan Tanwirul Hija yang langsung mendapat ijin penyelenggaraan dari pihak
  • 5. notaris. Bermodal ijin resmi penyelenggaraan pendidikan yang dimiliki, tepatnya pada tahun 1990 M, maka di dirikanlah pula jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendirian tersebut juga tak lepas dari usulan masyarakat akan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak mereka. Karena pada waktu itu, lembaga pendidikan yang diatas Madrasah Ibtidaiyah satu-satunya berada di Kecamatan, dimana jarak tempuhnya sangat jauh sekitar 4 km kurang lebih dari desa Cangkreng. Sehingga akibat itu semua banyak pemuda yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi, selain dari alasan jauhnya jarak, alas an lain paling dominan penyebab itu semua adalah keterbatasan ekonomi nasyarakat pada waktu itu yang mayoritas berada dibawah standar. Atas keperihatinan tersebut, demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan dunia pendidikan yang lebih tinggi, maka di dirikanlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tanwirul Hija dengan kepala sekolah pertama kali K. Drs. Moh. Muhdar putra dari KH. Imam Mawardi sampai sekarang, dimana waktu itu jumlah santri/siswa hanya 20 orang. Perkembangan demi perkembangan terus dicapai ponpes Tanwirul Hija dari tahun ke tahun, pada tahun 1997 M, berdiri pula TKA/TPA yang diprakarsai oleh putra pertama KH. Asy‟ari, K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag setelah pulang dari menimba ilmu kulia di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dan pada tahun 2002 M. KH. Asy‟ari wafat, bertepatan dengan perayaan Haflatul Imtihan dan Wisuda Purna Siswa yang rutinitas dilaksanakan setiap tahun. Sehingga kepemimpinan lembaga pun diserahkan kepada putra beliau sampai sekarang. K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag adalah putra pertama KH. Asy‟ari dengan Nyi Hj. Rumanah, beliau menimba pendidikan formal dasar di Madrasah Ibtidaiyah Tanwirul Hija sendiri hingga lulus. Setelah itu beliau menimba ilmu di pondok Pesantren An-Nuqayah Guluk-Guluk. Lalu melanjutkan kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sampai lulus. Semenjak kepemimpinan beliau, dengan dibantu beberapa saudara dan dewan guru yang berada di pondok pesantren Tanwirul Hija. Kemajuan demi kemajuan pun makin pesat dirasakan. Sehingga pada tahun 2006, berdirilah Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut karena kepiawaian otak beliau dalam melihat situasi dan kondisi masyarakat yang haus akan pendidikan lebih tinggi. Namun hal tersebut tidak lepas juga dari usulan bebrapa tokoh masyarakat sekitar. Sebagai kepala sekolah Sekolah Menangah Atas (SMA), diangkatlah KH. Imam Hendriyadi putra KH. Syarqawi Zaen, sampai sekarang. Setelah vakum selama 33 tahun, atau setengah abad berlalu dalam hitungan dari berdirinya pondok pesantren Tanwirul Hija, beberapa tahun ini keberadaan santri mukim mulai hidup kembali. Kepemimpinan K. Ahmad Dumairi Asy‟ari dengan dibantu istri Nyi. Fitriyatus Sholehah (Pamekasan) yang menikah pada tahun 2005 dan telah di karunia tiga anak. Mampu menghidupkan kembali keberadaan santri mukim pondok pesantren Tanwirul Hija. Geliat kesadaran dan kepercayaan masyarakat untuk memasrahkan putra-putrinya mondok datang dengan sendirinya tanpa disuruh atau diminta. Mereka dengan antusias satu persatu mengantarkan anak-anaknya untuk di mukimkan di pondok pesantren Tanwirul Hija. Sehingga pada tahun 2010, secara resmi pondok pesantren Tanwirul Hija di berdirikan kembali, dimana sebagai pengasuh adalah beliau berdua dan mulai siap menerima kehadiran santri mukim kembali untuk mondok sampai sekarang, meski dengan kondisi sarana apa adanya, yang masih menempati kamar dalem pengasuh. Namun semua itu tidak mematahkan semangat dan keprcayaan para orang tua santri. Tak lepas dari visi misi pendirinya, selain pendidikan formal yang sudah tersedia, K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag, juga menerapkan sitem pendidikan clasic kepada para santri mukim atau seantri non mukim (colokan) untuk mengikuti program pondok. Guna memenuhi kebutuhan pendidikan bagi santri mukim secara khusus, maka di dirikanlah Madrasah Diniayah Awwaliyah dan Wutsha yang memprioritaskan pembelajaran kitab, selain pengajian-pengajian kitab khusus yang biasa diselenggrakan pada malam hari di lingkungan pondok bagi santri mukim. Di tahun 2012, dengan melihat kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan sigap dan tanggap K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag mendirikan pula Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sehingga menambah torehan baru bagi perkembangan pondok pesantren Tanwirul Hija, selain dari beberapa hal
  • 6. yang telah beliau programkan seperti perkuliahan Strata 1, yang bekerja sama dengan UNIRA Pamekesan pada tahun 2010 – 2011 lalu. Dari sejarah berdirinya hingga perkembangan dari generasi ke genarasi sampai sekarang. Pondok pesantren Tanwirul Hija mengalami kamajuan yang pesat. Sampai saat ini, sekitar 7 jenjang pendidikan telah di kelolanya. Kepemimpinan K. Ahmad Dumairi Asy‟ari, S.Ag membawa nuansa baru bagi pondok pesantren Tanwirul Hija. Bukan hanya dalam bidang pendidikan formal non formal saja yang mengalami perkembangan pesat. Dari sektor sarana prasarana juga tidak kalah mengalami perkembangan serupa. Seperti yang terlihat sekarang ini, fasilititas pembangunan yang sudah memadai dan tidak kalah megah menterengnya dari beberapa pondok pesantren lainnya, dimana hal tersebut juga dibarengi dengan ketersedian sarana prasarana guna menunjang keberadaan pendidikan yang dikelola. Sampai saat ini, jumlah santri/siswa yang belajar di ponpes Tanwirul Hija, kurang lebih 600 orang, terhitung dari sluruh jumlah jenjang pendidikan yang dikelola dari tingkat PAUD, RA, MI, MTs dan SMA. Perekmbangan ini tak lepas dari semakin percayanya masyarakat sekitar untuk menempatkan anaknnya untuk menempuh pendidikan di pondok pesantren Tanwirul Hija.6 Karomah KH Khotib Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden dalam hal ini adalah pengasuh pondok pesantren tanwirul hija di desa Cangkreng, mengenai Karomah-karomah KH Khotib pendiri pondok pesantren tanwirul hija adalah sebagai berikut: Hasil wawancara dengan KH Dumairi pengasuh pondok pesantren tanwirul hija beliau mengatakan: “Saya tidak tahu persis karomah KH Khotib karena waktu beliau masih hidup umur saya waktu itu masih kecil dan belum bisa memahami dalam kehidupan sehari-hari beliau baik dalam menyampaikan kegiatan pengajian di dalam pondok pesantren ataupun yang sedang berada di tengah- tengah masyarakat dengan sempurna, namun saya ingat sebagian saja seperti pengajian rutin al Qur‟an setelah subuh dan pengajian kitab kuning setelah sholat isya‟, dalam hal karomah beliau yang saya tahu orangnya selalu istiqomah dalam menjalankan syariat Islam dan tidak pernah meninggalkan laranganNya dengan istiqomahnya kemudian muncul khawariqul „adah dalam dirinya. Karomah KH Khotib sangat banyak namun hanya beberapa saja yang bisa diketahui karena para saksinya banyak yang sudah meninggal dunia, walaupun saya tidak tahu persis karomah KH Khotib tapi saya yakin masih ada santrinya dan masyarakat yang masih hidup tahu persis dan bisa dipercaya menjadi saksi kejadian karomah tersebut yang kemudian menjadi terkenal di Cangkreng dan sekitarnya bahkan sampai ke luar kecamatan Lenteng.” 7 Dari pernyataan KH Dumairi di atas di benarkan juga oleh sopir pribadinya KH Khotib yaitu Abul Choir bahwa karomah beliau sangat banyak namun karena para saksi sudah banyak yang meninggal jadi hanya sebagian saja yang bisa diketahi, dan ditegaskan pula oleh santri dekatnya KH Khotib yaitu H.Ahmad mengatakan juga bahwa karomah beliau sangat banyak tak terbatas karena keterbatasan para saksi hanya saja bisa diketahui sebagian saja. Karomah-karomah KH Khotib yang di saksikan langsung oleh para santri dan masyarakat adalah diantaranya sebagai berikut : 1. Membaca suasana yang akan terjadi Suatu hari akan ada tamu dari pulau jawa, sebelum tamu itu datang beliau tiba-tiba menyuruh santrinya (yang bernama Abd Syakur) untuk menyembelih ayam, santri yang di beri tugas menyembelih ayam bertanya-tanya di dalam hatinya “ada acara apa ini kok tiba-tiba di suruh menyembelih ayam ???,” lalu dengan memberanikan diri santri tersebut bertanya kepada sang kiai, beliau menjawab sambil tersenyum, sebentar lagi saya akan kedatangan tamu dari jauh cong dan 6 Wawancara dengan KH. Dumairi, pengasuh Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 14 April 2020. 7 Wawancara dengan KH. Dumairi, tanggal 14 April 2020.
  • 7. pastinya lapar setelah menempuh perjalanan jauh. Santrinya makin bingung benarkah akan ada tamu dari jauh dan siapa yang ngasih tahu bahwa akan ada tamu dari jauh padahal waktu itu sang kiai tidak kemana-mana dan tidak ada siapa-siapa di rumahnya, karena rasa takdzimnya seorang santri kepada kiai, si santri menyembelih ayam dan memasaknya sesuai dawuh kiai. Selang tak lama kemudian, ada dua tamu yang datang sowan kepada beliau dan di suguhi masakan ayam tersebut yang di suruh sembelih tadi. Santri merasa heran tak percaya kenapa bisa tahu bahwa kiai akan kedatangan tamu tanpa pemberitahuan lebih dulu (zaman dahulu tidak ada handphone/telepon), dan itu terjadi bukan hanya sekali tapi berkali-kali dengan di saksikan santri yang lain.8 2. Jembatan Roboh Suatu sore jembatan yang tidak jauh dari pondok pesantren Tanwirul Hija, tiba-tiba roboh seketika, akibat debit air yang besar sehabis turun hujan sehingga naik ke atas jembatan sederhana yang terbuat dari bambu bertepatan waktu itu para petani pulang dari habis memanen padi di sawah, ada sekitar 15 orang meniti dan 7 orang pas berada di tengah jembatan ketika jembatan itu jatuh maka otomatis 7 orang itu terjun jatuh juga ke sungai bersama jembatan yang terhanyut mengikuti arus sungai. “ya Allah ayo tolong yang bisa berenang“ ucap warga tapi sebagian warga ada berteriak histeris melihat kejadian itu. Sudah tidak ada harapan selamat bagi 7 orang itu, air sungai yang besar dan arusnya sangat deras tidak akan mungkin tertolong lagi secara logika, dan siapa yang mau menolong kalau mau cari mati sendiri. Namun secara tiba-tiba ada kejadian aneh yang di lihat warga, ada seseorang yang berjalan di atas air dan menolong dengan meraih tangan yang 7 orang tadi terseret arus sungai dan membawanya ke pinggir sungai, orang-orang menghampiri 7 orang yang selamat dari maut tadi, alangkah terkejutnya masyarakat melihat sosok yang menolong ternyata adalah kiai Khotib. Mereka bingung dan heran melihat sosok kiai yang kelihatan sederhana tidak memiliki ilmu kedigdayaan apa-apa ternyata bisa berjalan di atas air. Masyarakat hanya bilang Subhanallah melihat keajaiban yang baru saja terjadi dan itu yang dinamakan karomah.9 3. Selamat dari lumpur Salah satu kegiatan KH Khotib dalam sehari-hari adalah selain molang ngaji bandongan para santri, beliau juga sangat aktif menghadiri undangan di masyarakat sekitar bahkan luar daerah dan kebetulan waktu itu sedang ada acara diluar daerah yang sangat jauh dari jalan raya bahkan jalannya penuh dengan lumpur dan becek, waktu acara tersebut di iringi hujan rintik-rintik dengan angin sedikit sehingga masyarakat dan shohebul hajah sudah khawatir bahwa KH Khotib tidak akan datang menghadiri acara tersebut, Allah sangat kuasa terhadap hambanya yang di kehendakinya pasti akan ada keajaiban tuk sampi ke tempat tujuan. KH Khotib dengan santri yang biasa nyopir ketika ada acara ke luar Cangkreng, tetap berangkat ke tempat undangan tersebut untuk menghadiri permintaan shohebul hajah walaupun hujan rinti-rintik, ketika ditengah dalam perjalanan benar terjadi hukum kausalitas yaitu sepeda motor tersebut terendam lumpur sampai sopirnya takut dan minta tuk putar balik, tapi dawuh KH Khotib “terus cong jangan balik kasihan yang ngundang”. Secara tiba-tiba setelah dawuh tersebut sepeda motor yang di kendarai berdua jadi enteng seakan berjalan di atasnya lumpur. Subhanallah.... kata-kata itulah yang sering di ucapkan oleh sang sopir karena sudah terjadi diluar nalar manusia biasa yang seharusnya terendam lumpur tapi bisa terus sampai ke undangan, masyarakatpun kaget bercampur heran karena KH Khotib bisa nyampek tujuan tanpa lumpur sedikitpun di sepedanya.10 8 Wawancara dengan H. Abd Syakur, Santri sepuh Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 12 Desember 2019. 9 Wawancara dengan H Ahmad, Santri Khodam Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 28 Mei 2020. 10 Wawancara dengan H Ahmad, Santri Khodam Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 31 Mei 2020.
  • 8. 4. Pencuri pohon kelapa Pemandangan pesantren sangat indah karena dikelilingi oleh pohon kelapa, para santri punya tempat berteduh ketika suasana siang hari cuaca panas dan kadang sangat bermanfaat ketika buah kelapa yang sangat tua buat pelengkap masakan keluarga dhalem juga buat para tamu bahkan kelapa yang masih muda bisa membantu santri yang kehausan ketika sedang bekerja membantu keluarga pengasuh, para santri tidak semuanya patuh dan tunduk pada aturan pesantren ada sebagian santri yang nakal kurang memperhatikan titah kiai, namanya saja romantika kehidupan dipesantren bermacam- macam ada yang nunut sama kiai ada juga yang sebaliknya, terbukti suatu malam sekitar jam 01.00 ada segerombolan santri yang sengaja ingin mencuri buah kelapa milik kiai di sekitar pesantren tanpa sepengetahuan santri yang lain ketika waktunya tidur namun dengan karomah yang dimiliki KH Khotib selalu ketahuan santri yang ingin mencuri buah kelapa tersebut, setiap santri yang nakal atau pencuri dari luar ketika mau mengambil buah kelapa tersebut secara mendadak dan tiba-tiba KH Khotib pasti berdiri di samping pohon kelapa tersebut, sambil bilang “awas hati-hati ntar jatuh, silahkan ambil kalau sudah selesai silahkan kembali ke pondok”. Kejadian ini bukan hanya terjadi sekali tapi berkali-kali dengan kejadian yang sama dari santri atau pencuri yang lain.11 5. Kedatangan Nabi Khidir AS Suasana santri pondok pesantren Tanwirul Hija zaman dahulu setelah acara kegiatan pesantren bermacam-macam, ada yang bermain suduran (permainan khas anak madura zaman dulu), bermain bantingan, santri putri bermain Backlend, ada yang belajar juga ada yang langsung tidur tapi rata-rata para santri pasti bermain sampai malam apalagi ketika malam bulan purnama maklum zaman dulu masih belum ada PLN. Di saat bermainnya para santri sang kiai sedang mutholaah kitab kadang pergi ke pengajian bahkan kadang kiai sendiri yang melihat santrinya menukmati waktu bermain, tapi kadang tiba-tiba sang kiai memberhentikan para santri yang sedang lagi asyik-asyiknya bermain langsung di suruh masuk ke pondok dan langsung tidur, hal tidak tiap malam tapi hanya terjadi kadang-kadang namun secara tiba-tiba, para santri penasaran dan pingin mencari tahu ada apa gerangan kok secara tiba-tiba sering langsung suruh masuk pondok, ada salah satu santri yang sengaja memberanikan diri mengintip apa yang dilakukan sang kiai ketika para santri masuk pondok, al hasil ternyata kiai berdialog dengan seseorang yang tidak diketahui para santri yang hal ini terjadi beberapa kali ketika santri di suruh masuk pondok, akhirnya para santri sepakat tuk menanyakan dengan siapa kiai berdialog di waktu tengah malam melalui panglakoh dhalem, kiai menjawab kepada santri dhalem “kenapa para santri langsung saya suruh masuk pondok karena saya kedatangan tamu agung yakni Nabi Khidir AS”. Sejak waktu itu para santri paham ketika kiai menyuruh masuk pondok secara tiba-tiba berarti akan ada yang datang.12 6. Selamat dari Maut KH Khotib kegiatan sehari-harinya selain sebagai pengasuh pondok pesantren juga sebagai tokoh masyarakat yang tugasnya adalah mengayomi setiap apa yang di butuhkan oleh masyarakat, dalam hal ini tentunya setiap yang berinteraksi langsung dengan masyarakat pasti akan berhadapan dengan yang namanya gesekan-gesekan yang negatif karena di dalam setiap kelompok pasti ada yang tidak suka terhadap kepemimpinannya, beliau dapat cobaan dengan di uji keimanannya ketika sedang berusaha untuk mengabdi kepada masyarakat dengan menyebar misi nubuwwah, KH Khotib difitnah sebagai penyebar berita hoax dengan dalih bahwa bantuan BIMAS tidak tepat sasaran, padahal menurut saksi beliau tidak pernah bilang apa-apa, namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur maksudnya berita sudah menyebar kemana-mana akhirnya prangkat Desa geram dan bersepakat untuk membunuh KH Khotib, dalam rencana itu sudah matang sehingga para perangkat desa menunggu disuatu tempat yang biasa beliau lewati pulang dari pengajian, ketika waktunya KH Khotib pulang dari pengajian ada 11 Wawancara dengan Ahmad Waris, Santri KH Khotib di Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 21 April 2020. 12 Wawancara dengan Abd Rasek, Santri KH Khotib Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 31 Maret 2020.
  • 9. suatu keajaiban terjadi beliau berjalan biasa sampai ke rumahnya tanpa ada hambatan apapun padahal sudah ada beberapa segerombolan orang yang ingin membunuhnya, Allah menyelamatkan beliau dengan memberi karomah bahwa para musuhnya tidak bisa melihat ketika dalam perjalanan pulang dari berdakwah, hal ini tidak selesai sampek di situ menurut informasi bahkan sampai setiap malam orang yang berniat jahat ingin membunuhnya selalu menunggu ditempat yang biasa beliau lewati namun selalu gagal tidak bisa melihat ketika beliau lewat.13 7. Pencuri Ayam Suasana pondok pesantren tanwirul hija di waktu malam berjalan sebagai mana biasa setelah pengajian para santri bermain di halaman pondok juga ada yang belajar di mosholla, langit bagitu cerah sangat bersahabat malam itu walaupun di temani rembulan separuh tapi seakan-akan langit dan bintang-bintang menikmati kegiatan para santri yang lagi asyik bermain, ketika suasana menjadi agak malam dan menjadi gelap sedangkan para santri sudah mulai capek bermain dan rembulan sudah bersembunyi akhirnya para santri mulai istirahat masuk ke kamar pondok masing-masing untuk persiapan sholat subuh berjamaah biar tidak kesiangan, dalam keheningan malam suasana dipondok sudah sunyi mencekam tidak ada santri sama sekali karena sudah terlelap tidur namun di kegelapan malam ada tamu yang tak di undang masuk ke lokasi rumah pengasuh dengan maksud mau mencuri ayam, ada salah satu santri yang ingin kencing ke jeding sekitar jam dua malam melihat kejadian tersebut dan akhirnya berteriak maling.... maling... secara sepontan para santri bangun sambil bawa bambu, sapu lidi dan lain-lain untuk menangkap pencuri tersebut, di tengah kepanikan pencuri tersebut yang lari sambil bawa ayam tiba-tiba KH Khotib muncul di dekatnya maling tersebut dan menunjukkan jalan keluar dari lokasi pondok. Lebet ka‟dinto insyaAllah salamet mpean, ucap kiai. Dengan perasaan malu si maling mo mengembalikan ayamnya tapi di tolak oleh kiai bahkan dikasihkan ke pencuri tersebut sambil bilang “diggel bekta pon genika rajekena mpean”. Si pencuri tersebut pulang dengan selamat dengan membawa ayam yang bukan hasil curian karena pemiliknya sudah rela, setelah kejadian tersebut menurut para saksi pencuri insyaf dan kumpulan pengajian kiai anom.14 8. Mukasyafah Di pagi yang cerah situasi di pondok pesantren sebagai mana biasa kegiatan para santri setelah menghatamkan al Qur‟an dari ba‟dah subuh ada yang antri di jeding juga ada yang langsung sholat dhuha tapi hal ini tidak biasa di lakukan oleh santri kalong yang bernama Abul Choir yang sekaligus keponakan pengasuh, dia lebih banyak mengerjakan sarana dan pra sarana pesantren dari pada mengaji kitab seperti memperbaiki tembok pesantren yang rusak, mengisi jeding KH Khotib ketika mandi dan berwudhu dan lain-lain, seperti biasa setelah bekerja Abul Choir istirahat di sekitar rumah pengasuh namun dengan tanpa sengaja dia melihat tumpukan pisang di ruang tamu karena dia sungkan yang mau minta akhirnya hanya bisa berkata dalam hati “cek nyamana keddeng roa mon ekakan” sambil bersandaran di tembok rumah pengasauh. Namun tiba-tiba KH Khotib datang dan langsung menyapa “been cong ? kala‟ keddeng e ruang tamu rowa sakejeng ajenga been jet,” Abul Choir menjawab dengan sangat tersipu “Enggi”. Dengan kejadian yang sama santri kalong tersebut yang biasa mengawal kiai ketika pengajian ketika pulang dari pengajian melihat beberapa bungkus rokok kiai yang berserakan di meja tamu dengan spontan dia bilang dalam hati “cek sampornana mon rokok rea ebeghi ka engkok”, tiba-tiba KH Khotib keluar ke pondok dengan mencari santrix yang paling dekat tersebut sambil mengasikan sebungkus rokok, dawuh KH Khotib “area cong rokok sebungkus din been jet”, sambil malu-malu santri tersebut mengambilnya.15 13 Wawancara dengan KH Rofi‟ie Rasyid, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Poreh, tanggal 2 Juni 2020. 14 Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 5 Juni 2020. 15 Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 9 Juni 2020.
  • 10. 9. Tasbih Hilang Sebagaimana kegiatan para kiai yang lain biasanya selain mungajar para santri juga sering pergi ke Baitullah, KH Khotib pergi ke baitullah dalam rangka menyempurnakan rukun iman yang ke lima yaitu pergi Haji jika mampu, ketika dalam proses kegiatan hajinya setelah dari Makkah pindah ke Madinah, di masjid nabawi para jamaah biasa menunggu datangnya waktu sholat berjamaah dengan berdzikir kepada Allah SWT, KH Khotib ketika sedang berdzikir tiba-tiba ada suara yang sempat terdengar kata “Qobul,,, Qobul,,, Qobul,,,,” dan tasbihnya langsung seperti ada yang menarik keras dan hilang, setelah pulang dari Makkah pesantren semakin berkembang pesat dan semakin banyak masyarakat yang percaya atas kealiman dan kekaromahannya.16 10. Menyembuhkan Orang Gila Di desa Cangkreng ada seseorang yang bernama Saodah kehidupan sehari-harinya adalah membuka toko di depan rumahnya, kian hari semakin pesat perkembangan usahanya hingga akhirnya kewalahan otaknya kemungkinan saking diporsis terus kenerja otak sehingga mengalami gangguan kejiwaan atau lebih dikenal dengan gila, ditengah gangguan kejiwaan si Saodah seluruh keluargannya panik dan akhirnya sepakat akan di bawa berobat ke dokter, hari berganti hari setelah periksa ke dokter tidak menunnjukkan hasil akhirnya keluarga sepakat lagi bahwa akan dicarikan obat sampingan yaitu ke orang pintar yang bisa mengobati penyakit, setelah diobati kemana-mana namun hasilnya tetap nihil, namun ditengah kebingungan keluarganya ada yang menyarankan coba sowan ke KH Khotib mungkin beliau punya jalan keluar, ditengah kepasrahanya keluarga beserta si sakit Saodah sowan ke KH Khotib, setelah berbincang-bincang santai akhirnya beliau menyapa yang sakit, Kiai: been Saodah jelen ngalak wudhu‟ ka jeding pas deennak marena ye, diantarlah ke jeding mengambil wudhu‟ beserta keluarganya, setelah ngambil wudhu‟ dan menghadap lagi ke kiai, kiai: noro‟ bunte‟ engkok ye ? maca bismilla tello kale. Setelah selesai mengikuti kata-kata kiai ada keajaiban yang luar biasa atas kuasa Allah dengan spontan si gila Saodah langsung sembuh total dan bisa pulang berjalan biasa layaknya orang sehat. Dari kejadian ini dapat di ambil hikmahnya oleh keluarga pasien bahwa semua orang pintar yang bisa mengobati segala penyakit tidaklah berhasil kalo tidak punya kelebihan yang luar biasa yang tentunya tergantung kedekatannya dengan sang Kholik yang lebih dikenal dengan karomah.17 11. Membuat Orang Kuat Menjadi Tidak Berdaya Di suatu kampung serseran desa Meddelan kecamatan Lenteng kampung terpencil namun kehidupannya sangat sejuk dan damai, kehidupannya sama dengan kehidupan kampung lain kesehariannya rata-rata masyarakat petani yang hasilnya bisa dirasakan orang banyak, namun disuatu saat ada kejadian yang tidak mengenakkan masyarakat karena di kampung tersebut ada seorang mertua (namanya dirahasiakan permintaan responden) yang ingin membunuh menantunya dengan membawa sebuah celurit alasannya tidak jelas namun endingnya marah besar, sehingga masyarakat ketakutan tuk menghadang karena membawa senjata tajam sampek di datangi tokoh agama dan aparat desa tuk menenangkan tapi semuanya tidak berhasil, tiba-tiba ada yang menyarankan tuk minta bantuan KH Khotib dalam mengatasi masalah ini, singkat cerita KH Khotib bersedia membantu datang ke serseran dengan jalan kaki dan langsung menemui si mertua yang geram ingin membunuh menantunya dengan mengucap “Assalamu alaikum....” dan dengan secara tiba-tiba lemes seketika si mertua yang tadinya geram megang celurit langsung menangis dan mencium tangan KH Khotib sambil berkata “saporana abdina kiai....” keanehan terjadi yang membuat masyarakat kagum tentang karomahnya yang disaksikan, akhirnya si mertua dengan menantu damai kembali.18 16 Ibid. tanggal 9 Juni 2020. 17 Wawancara dengan Ahmad Waris, Santri KH Khotib di Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Cangkreng, tanggal 17 Juni 2020. 18 Ibid. tanggal 17 Juni 2020.
  • 11. Kegiatan Dakwah KH Khotib Sebagai seorang tokoh pemuka agama sebagian tugasnya adalah menyeru amar ma‟ruf dan nahi mungkar kepada segenap umat yang ada muka bumi ini tentunya dengan harapan ada perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik atau paling tidak saling mengingatkan dalam hal kebenaran sebagaimana yang telah dilakukan para kiai sebelumnya. Kegiatan KH Khotib dalam berdakwah baik di lingkungan pesantren atau masyarakat umum adalah sebagai berikut : 19 1. Pengajian rutin para kiai se kecamatan Lenteng setiap hari Jum‟at pagi dengan materi kitab tafsir Jalalaini dan Nashoihul „ibad, tempat pengajian digilir ke rumah-rumah sesuai urutan kiai yang akan menjadi shohibul hajah. 2. Pengajian rutin di desa Banaresep timur setiap minggu pagi dengan materi kitab tafsir Jalalain bertempat di rumah kepala desa H. Suhki. 3. Pengajian umum setiap malam Sabtu dengan materi kitab Sullamut Taufiq bertempat di Masjid Al – Ikhlas Lenteng 4. Pengajian umum peringatan hari besar Islam (PHBI) Isro‟ Mi‟roj dengan berkeliling ke seluruh penjuru sesuai dengan permintaan masyarakat yang mengundang. 5. Pengajian umum dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW setiap bulan Rabiul Awal bahkan sampai bulan Rabiul akhir masih full acara setiap tahun dengan berkeliling kampung se kabupaten bahkan sampai ke jawa. 6. Pengajian umum walimatul „urs menurut keterangan dari sumber bahwa acara ini cuma berputar di kecamatan Lenteng tidak sampai keliling sampai ke jawa. 7. Kebersamaaan dengan masyarakat dalam acara beliau ketika ada yang cawis ke dalemnya pasti selalu berpesan ketika mau pulang jangan lupa baca Basmalah tiga kali setiap selesai sholat lalu sebutlah hajatnya maka InsyaAllah akan terkabul semua hajat. Karomah KH Khotib dalam Dakwahnya Islam disampaikan melalui cara-cara yang lebih damai melalui prinsip maw‟idzatul hasanah wa mujadalah billati hiya ahsan, dengan metode penyampaian ajaran Islam melalui bahasa yang dimengerti oleh suatu kaum. Ajaran Islam dikemas sebagai ajaran yang sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman masyarakat setempat atau bisa dikatakan dibumikan sesuai dengan budaya setempat, itulah sebabnya istilah yang sering digunakan dalam Islam berasal dari bahasa setempat seperti kata Sembahyang diganti Sholat, Langgar diganti menjadi Mosholla, pasa/upawasa diganti Shaum, swarga diganti Jannah, Samadhi (mengheningkan cipta) di ganti Sholat wajib, Sesaji diganti Shadaqoh dan lain sebagainya.20 Dalam hal ini para pendakwah zaman dahulu termasuk KH Khotib tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk upaya penyesuaian antara syari‟at dengan tradisi setempat akan tetapi membutuhkan metode yang maksimal termasuk membutuhkan karomah, para pewaris nabi SAW sudah banyak terbukti kesuksesannya dalam berdakwah dari masa Wali Songo sampai generasi berikutnya dibantu dengan karomah. Karomah KH Khotib dalam berdakwah dari mengisi kegiatan rutin pengajian sampai berkeliling dalam menyampaikan misi nubuwwah bahkan ketika mengajar para santri hampir sama dengan karomah yang dimiliki Sayyid Alwi Almaliki Makkah yaitu penjelasan dakwahnya singkat dan padat tapi bisa memberi pemahaman jelas kepada para objek dakwah (mad‟u) padahal suaranya tidak bagitu lantang atau nyaring, dan juga karomah beliau dalam berdakwah tampil sebagai seorang kiai 19 Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 10 Juni 2020. 20 E. Zarkasi, Unsur-unsur Islam dalam pewayangan, (Bandung: Al Ma‟arif, 1977). 63-64
  • 12. yang kharismatik (berwibawa) dalam usahanya mencapai sasaran perjuangan Islam setiap apa yang dikatakan pasti akan selalu dikenang dan pasti akan diikuti sehingga bisa dengan mudah dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Diantara dawuhnya yang sering diingat masyarakat ketika beliau sedang berdakwah, pertama, “Tojuk pateppak, jek aghulien manabi bektona ajer/ngaji, manbi ampon lastare pas kaloar patarteb, sareh barokanah guru lebet pak depakna tanang”, artinya; duduk yang benar, jangan banyak bergerak saat belajar, kalau sudah selesai keluarlah dengan tertib, carilah barokah melalui telapak tangan gurunya. Kedua, “Maos bismilla tello kale, Insyallah barokah sadejenah elmo, hajet tor sadejeh se ekaneat bedi maqbul”, artinya; baca basmalah tiga kali, insyAllah semua ilmu akan manfaat dan semua keinginan akan tercapai.21 Karomah KH khotib dalam berdakwah: Suatu Analisis Suatu hari, ada seorang laki-laki pergi ke pasar dengan menaiki seekor sapi. Tiba-tiba sapi tersebut menoleh ke arahnya dan berkata, Aku tidak diciptakan untuk pekerjaan ini, tetapi aku diciptakan untuk membajak sawah. Mendengar hal itu, orang-orang angkat bicara, Subhanallah, sapi ini bisa bicara. Rasulullah lalu bersabda, Aku, Abu Bakar dan Umar mengimaninya.22 Dari uraian di atas menunjukkan salah satu dalil tentang pembuktian bahwa karomah memang benar adanya, kisah tersebut menjelaskan tentang kisah sapi yang bisa bicara pada masa nabi saw. Kejadian aneh ini diluar logika nalar manusia biasa karena menurut hukum alam semua binatang hanya berbicara menurut bahasa mereka sendiri dengan artian cukup berbunyi bukan berbicara bahasa layaknya manusia, hal inilah yang dimaksud khawariqul adah. Pengertian karomah menurut Abul Qasim al-Qusyairi yaitu karomah merupakan suatu kegiatan yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu dapat juga dianggap sebagai realitas sifat wali-wali Allah tentang sebuah makna kebenaran dalam situasi yang dianggap kurang baik. Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-kekasih pilihanNya.23 Karomah ada dua macam, yaitu: (1) karomah Hissiyah (seperti, terbang di udara, berjalan di atas air, menghilang dari pandangan musuh dll), (2) karomah Ma‟nawiyah (seperti, terbukanya hijab kelalaian, sucinya hati/kasyaf, nyatanya „irfan dan naik pada maqom ihsan). 24 Berdasarkan teori macam-macam karomah dan hasil dari wawancara dilapangan bahwa temuan di tengah-tengah masyarakat selama ini menganggap sebagai karomah KH Khotib hanyalah karomah al-hisiyyah atau karomah yang bersifat fisik-indrawi, sesuatu yang tidak lazim atau bertentangan dengan kebiasaan dan hukum alam secara fisik atau indrawi, dari sekian karomah yang di miliki KH Khotib tidak ada yang bisa membuktikan dengan adanya karomah Ma‟nawiyah. KH Khotib dalam berdakwah menggunakan teorinya al Bayanuni yaitu memakai strategi sentimentil yaitu dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasehat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan atau mmberikan pelayanan yang memuaskan, strategi sentimentil ini sering di gunakan oleh Nabi SAW dalam menghadapai kaum Quraisy di Makkah ketika masih belum hijrah, dengan demikian istilah karomah dalam dakwah kejadian yang luar biasa yang merupakan anugerah langsung dari Allah SWT karena ketakwaannya. Karomah yang dianugerahkan kepada hambanya yang sholeh adalah bermacam- macam bentuk kejadiannya dari yang bersifat digdaya (bisa terbang) sampai ke hal yang bersifat tersirat (mengetahui isi hati seseorang). 21 Wawancara dengan KH. Abul Khoir, Santri senior Pondok Pesantren Tanwirul Hija, di Daramista, tanggal 13 Juni 2020. 22 An Nabhani, Jami‟ Karamat al Auliya, Juz 1 (India: Markaz Ahl Sunnah Barakat, 2001). 18 23 Abul Qasim Al Qusyairi. Risalah Qusyairiyah. (Jakarta: Pustaka Amani, 1988). 525 24 Abdul Wadud Kasyful Humam. 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah, (Jakarta, PT Elex Media Kompotindo, 2016). xv-xx
  • 13. Di antara ciri-ciri karomah adalah tidak diawali dengan mantra-mantra atau bacaan khusus, terjadi pada diri orang yang ketakwaannya sangat tinggi tingkat ubudiyahnya baik dia mengetahui akan terjadinya karomah ataupun tidak dan tanpa pengakuan dari pemiliknya, Sedangkan fungsi dari karomah yaitu: a. Untuk menguatkan keimanan pemiliknya dalam berdakwah b. Untuk memenuhi hajat penyampaikan misi nabi c. Meneguhkan kebenaran apa diyakininya Kiai adalah pewaris para Nabi yang selalu mensenandungkan kebenaran yang hakiki dan menuntunnya ke arah yang lebih sempurna dalam keberlangsungan hidup baik di dunia maupun kehidupan akhirat. Demikian juga KH Khotib adalah satu satu ulama pejuang yang mewarisi leluhurnya dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar melalui keahlianannya yang didapat di pesantren dimana beliau menimba ilmu pengetahuan agama yang kemudian mengkader para santri untuk bisa menegakkan kalimah Allah SWT. Untuk memperlancar profesi dakwahnya maka sangatlah dibutuhkan karomah sebagai proses mediasi kepada masyarakat seperti Kharismatik dan lain-lain. Dalam keseharian KH Khotib di pesantren dalam mengajar para santri melalui metode strategi sentimentil gabungan klasikal antara praktek hafalan dan metode sorogan semua santri bisa dengan mudah menguasai materi karena keterbatasannya alat tulis belajar di zaman dulu, Karomah yang di miliki KH Khotib sangat unik tidak sama dengan para kiai yang lain, beliau selalu bikin terkenang bagi para santri-santri dan masyarakat, setiap beliau mengajar para santri yang bodoh tidak bisa baca tulis ketika KH Khotib mengajar pasti paham dan ngerti selalu ingat apa yang di katakan beliau waktu nyantri. Metode sorogan berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah menyodorkan, metode ini adalah merupakan teori yang sifatnya perorangan semua santri menghadap ke kiai yang sedang mengajar kitab kuning atau sedang memberi pengetahuan agama dalam kemasan dakwah di pesantren, walaupun rangkaian dakwah zaman dahulu sangatlah sederhana hal inilah bisa membuktikan bahwa sang kiai dapat menunjukkan karomahnya dalam mengajar para santri bisa dengan mudah mengerti kitab kuning dan bisa membaca kitab gundul yang tidak ada harkatnya. Sebagian besar masyarakat Cangkreng dan sekitarnya mengatakan bahwa KH Khotib adalah seorang wali Allah (hamba yang memiliki hubungan husus dengan Allah) sehingga beliau mempunyai beberapa kelebihan dan keanehan yang selanjutnya dikatakan karomah. Asumsi masyarakat tersebut hampir sama dengan pengertian wali pada umumnya yang didefinisikan oleh para ahli yaitu kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya, para kekasih Allah adalah rata-rata terpelihara dari perbuatan dosa kecil maupun dosa besar sehingga hatinya bersinar dan menyatu dengan dzat Tuhannya.25 Dari pandangan tersebut bahwa KH Khotib adalah termasuk salah satu hamba Allah yang terpelihara dari perbuatan dosa hal ini bisa di buktikan dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa beliau tidak pernah mengganggu berbuat jahat kepada sesama makhluk juga terpelihara dari perkataan yang menyinggung perasaan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan imam Al Qusyairi bahwa syarat mutlak seorang wali adalah terpelihara dari perbuatan salah, dia hanya terus menerus beribadah tanpa mengharap imbalan apapun.26 Pendapat masyarakat tentang kewalian KH Khotib bisa dilihat dari asumsi para kiai yang menyaksikan lansung tentang kehidupannya di masa lampau, ketika para kiai membenarkan tentang kewalian KH Khotib maka secara otomatis seluruh masyarakat membenarkan hal tersebut bahwa seorang wali memiliki karomah. 25 Carl W. Ernts, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, (Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2003). 77-78 26 Abul Qosim Al Qusyairi, Risalah Qushairiyah: Sumber kajian ilmu tasawuf, (Jakarta: Pustaka Amini, 2007). 383
  • 14. Adapun kiai tersebut yang menjadi sumber wawancara di antaranya : 1. KH Abul Khoir (pengasuh pp Sabilul Muttaqin) mengatakan bahwa KH Khotib adalah hamba yang taat beribadah dan istiqomah, semua keganjilan yang terjadi pada dirinya dapat dikatakan karomah itu jadi bukti bahwa masuk katagori wali, yang memiliki keistimewaan dari Allah. 2. KH Rofi‟ie Rasyid (Tokoh Masyarakat) berdasarkan bukti dari sehariannya yang selalu menemani KH Khotib baik dalam memenuhi undangan Walimah ataupun dalam mengantar pengajian ke masyarakat. KH Rofi‟i mengatakan bahwa KH Khotib adalah termasuk seorang hamba yang wali dan tidak pernah menolak komentar-komentar masyarakat tentang kewalian dan karomah KH Khotib. Seluruh para santri terdekatnya yang dipilih menjadi sopir pribadinya termasuk H Ahmad (sopir motor pribadi KH Khotib setelah KH Rofi‟ie) sepakat bahwa KH Khotib termasuk wali Allah. Sebagian masyarakat ada yang tidak mengerti tentang difinisi wali tapi mereka yakin karena kepercayaan masyarakat setempat yang tertanam sejak dulu hingga sekarang mereka menerima dengan tanpa meneliti lebih dalam apa itu pengertian Wali dan Karomah. Akan tetapi bagi masyarakat yang bertemu langsung dengan KH Khotib mereka dengan sangat kokoh menyakini bahwa beliau adalah wali bahkan sebagian masyarakat ada yang menyaksikan langsung proses terjadinya karomah yang dimiliki beliau. Berdasarkan data dilapangan, peneliti menemukan rumusan yang ada pada masyarakat bahwa wali adalah pangkat dari Allah SWT dan juga ada yang mengatakan bahwa KH Khotib termasuk wali Abrar (Saleh). Wali Abrar menurut Abu Nashr Bisyr ibn al Harits al Hafi mengatakan wali yang ada dalam dirinya terdapat segala sesuatu yang bertalian dengan kewalian dan tingkatan. Menurut para sufi, wali inilah yang menjadi pendamping para wali lainnya, jumlahnya hanya tujuh dalam satu masa ketika meninggal baru di ganti dengan wali yang lainnya.27 Urutan tingkatan para wali yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata yang ada di dunia dan saling bergantung kepada wali lainnya, sedangkan pimpinan para wali di sebut dengan wali Qutub, ia senantiasa memimpin para wali lainnya yang anggotanya datang dari berbagai penjuru dunia dan anggotanya para wali adalah tiga ratus wali Akhyar (baik), empat puluh wali Abdal (pengganti), tujuh wali Abror (saleh), empat wali Autad (penopang), dan tiga wali nuqoba‟ (amat rahasia).28 bahwa wali Abrar adalah pendamping para wali yang diangkat kewaliannya berdasarkan kesalehan dan ketakwaannya, juga dihormati dan diagungkan, seorang yang pemurah, masyarakat membutuhkannya apabila bertemu dengan masalah yang sulit, doanya diijabah sehingga banyak yang membutuhkan pertolongan Allah melalui perantaranya, wali memiliki karakter berkehendak sesuai kemauannya dan punya sifat memberi bantuan kepada yang membutuhkan baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Semua keanehan yang terjadi pada diri KH Khotib membuat disegani dan dihormati masyarakat, akan tetapi tidak sedikitpun membuatnya congkak, bahkan menurut salah satu tokoh yang diwawancara mengatakan beliau tidak menyadari akan apa yang terjadi pada dirinya, sehingga karomah yang terjadi pada diri KH Khotib menjadi prisai dirinya dalam berdakwah. Menurut penelitian yang didapat dilapangan bahwa KH Khotib adalah orang yang takwa (menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya) kepada Allah dan dianggap mempunyai kedekatan khusus kepadaNya, maka apa yang keluar dari diri KH Khotib yaitu sesuatu terjadi diluar kebiasaan manusia biasa atau bahkan bertentangan dengan sunnatullah dianggap sebagai karomah oleh masyarakat bisa jadi merupakan suatu hal yang benar selama tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. 27 Fuad Said, Keramat Wali-wali (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993). 17 28 Agus Himawan Utomo, Wali dalam Mistik Islam, Jurnal Filsafat, Vol. 22 Nomor 2, (Agustus 2012): 179
  • 15. KH Khotib dalam menyampaikan dakwahnya melalui tradisi setempat yang masih kental meliputi segala kegiatan yang ada di masyarakat. Akan tetapi, batasan ini memiliki ruang lingkup yang bebas, sehingga perlu penulis membatasinya demi lancarnya penelitian ini. Batasan tradisi masyarakat yang penulis lakukan ini berwujud bentuk – bentuk tradisi msyarakat, di mana apa yang dibawa KH Khotib dalam setiap haluannya mewarnai tradisi – tradisi yang terdapat di masyarakat Cangkreng dan sekitarnya. Adapun bentuk – bentuk tradisi masyarakat adalah sebagai berikut; istighasah, sarwa dan barzanji. Kesimpulan 1. Karomah KH Khotib sangat banyak namun hanya beberapa saja yang bisa diketahui karena para saksinya banyak yang sudah meninggal dunia, walaupun banyak yang meninggal para saksi masih ada sebagian santri dan masyarakat yang masih hidup tahu persis dan bisa dipercaya menjadi saksi kejadian karomah tersebut. 2. Karomah KH Khotib termasuk karomah al-hisiyyah atau karomah yang bersifat fisik- indrawi, sesuatu yang tidak lazim atau bertentangan dengan kebiasaan dan hukum alam secara fisik atau indrawi, dari sekian karomah yang di miliki KH Khotib tidak ada yang bisa membuktikan dengan adanya karomah Ma‟nawiyah. 3. Efektifitas karomah KH Khotib dibuktikan dari seorang bajingan insyaf yang kegiatannya selalu mencuri ayam namun suatu saat tiba-tiba bertemu dengan KH Khotib sang maling itu berputar arah menjadi santri dan selalu mengikuti kegiatan pengajian yang diasuh oleh KH Khotib. 4. Karomah memiliki peran yang sangat central bagi masyarakat Cangkreng dan sekitarnya. Peran central KH Khotib masuk ke berbagai relung kehidupan masyarakat Cangkreng, misalnya dalam ranah budaya-tradisi, ubudiyah, dan muamalah. Dalam ranah budaya-tradisi, peran KH Khotib (kiai yang memiliki karomah), dalam artian, mewarnai budaya-tradisi masyarakat Cangkreng dengan tradisi – tradisi Islam. Dalam ranah ubudiyah, peran karomah sangat aktif masuk ke keyakinan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta kontribusi KH Khotib dalam mengarahkan arah pesan moral agama Islam. Sedangkan dalam ranah muamalah, karomah sebagai penggerak dalam menggerakkan ritual barokah masyarakat dalam hal ekonomi umat. 5. Fungsi Karomah ada tiga yaitu: a. Untuk menguatkan keimanan pemiliknya dalam berdakwah b. Untuk memenuhi hajat penyampaikan misi nabi SAW c. Meneguhkan kebenaran apa yang diyakininya
  • 16. DAFTAR PUSTAKA A. Hasan, Syamsul. Kharisma Kiai As‟ad Di Mata Umat. Yogyakarta: LKis Yogyakarta. Juli 2003 Abdullah, M Qadaruddin. Pengantar Ilmu Dakwah. Pasuruan. CV Qiara Media. 2019. Ajhari, Abdul Azis. Jalan Menggapai Ridho Ilahi, Cet ke 1 Juli, Bandung: BSA UIN Sunan Gunung Djati, 2019. Al- Kalabadzi, Abu bakar, Al-Taaruf li Mazhabi Ahli al-Tasawuf. Cairo: Maktabah al-Tsaqofah al-Diniyah. .2004. Al-Bayanuni, Muhammad Abu al-Fath, al-Madkhal ila „ilm al-Dakwah, Beirut: Muassah al- Risalah. 1993. Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai, cet. Ke-1 September, Yogyakarta: LKiS, 2008. Anggito, Albi. Metodologi Pelitian Kualitatif, Cet ke 1 Oktober, Sukabumi, CV Jejak, 2018. Atiqullah. “Varian Kepemimpinan Kolektif Pondok Pesantren Di Jawa Timur,” Jurnal, Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan Jl. Pahlawan Km. 4 Pamekasan 69371, KARSA, Vol. 20 No. 1 (Tahun 2012). Azis, Moh Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: PT Fajar Interpratama. 2009. Canard, M. Da‟wa, The Encyclopaedia of Islam, vol, II. Leiden: E.J. Brill, 1991. Dept, P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1995. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, 1985. Dulai, Hamdan, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, Yogyakarta, LESFI. 2001, Ernts, Carl W. Ajaran dan Amaliah Tasawuf, Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2003. Fattah, Munawir Abdul, Tradisi Orang – orang NU, cet. Ke-IX, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012. Hawwa, Said. Jalan Ruhani. Bandung: Mizan. 1995. Horikhosi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M. 1987. Humam, Abdul Wadud Kasyful. 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah, Jakarta, PT Elex Media Kompotindo, 2016. Mahfudh, Syekh Ali, al-Ibda‟ fi Madlar al-Ibtida‟. Cairo: Dar al-I‟tisham, 1978. Mahmud. Model-Model Kegiatan Di Pesantren, cet. Ke I, Tangerang: Media Nusantara, 2006. Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, cet. Ke-2, Malang: Aditya Media Publishing, 2013. Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir Kamus Arab - Indonesia, Surabaya; Pustaka Progesif, 1997. Muryanto, Sri. Ajaran Manunggaling Kawula-Gusti. Yogyakarta: Kreasi Wacana 2004. Nabhani, An. Jami‟ Karamat al Auliya, Juz 1 (India: Markaz Ahl Sunnah Barakat, 2001. Narbuko, Cholid. Metodologi penelitian, Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2008.
  • 17. Patoni, H. Achmad, Peran Kia Pesantren dalam partai politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Qusyairi, Abul Qasim. Al-. Risalah Qusyairiyah. Jakarta: Pustaka Amani, 1988. Rival, Zaky Ahmad, Jangan Berdakwah! nanti masuk sorga, Depok: Gema Insani. 2014. Robandi, Maghfiroh, Dofi Oktian. Konsep Karomah Abu Nasr Al-Siraj Al-Thusi Dalam Kitab Al – Luma Fi Al-Tasawwuf. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2013/2014. Said, Fuad. Keramat Wali-wali. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993 Tajuddin Naufal, Taman Para kekasih Allah. Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002. Usman, Abdul Rani. “Metode Dakwah Kotemporer” Jurnal AL-BAYAN Vol. 19, No. 28, (Juli – Desember 2013) Utomo, Agus Himmawan, Wali dalam Mistik Islam, jurnal Filsafat vol 22, nomer 2, (Agustus 2012) Versi online/daring, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http//kbbi.web.id. Zarkasi, E. Unsur-unsur Islam dalam pewayangan, Bandung: Al Ma‟arif, 1977.