SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1
MAKALAH
KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
Dosen Pengampu: Ismatul Izzah M.Pd.I
Disusun oleh:
Rifka Auliyatul Hidayah (0414)
Syifa Ainul Labib Wardana (0435)
Siti Halimah (0424)
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Pengampu kami yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Kraksaan, 26 Februari 2023
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. Latar belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
A. Pengertian Ilmu ..................................................................................................... 7
B. Instrumen Ilmu Pengetahuan ................................................................................. 9
C. Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 11
D. Klasifikasi Pembidangan Ilmu Pengetahuan ....................................................... 12
E. Islamisasi Ilmu Pengetahuan ................................................................................ 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu pengetahuan adalah kebutuhan mutlak manusia sebagai bekal yang diperlukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kemanusiaan. Manusia membutuhkan
ilmu pengetahuan untuk menjangkau kehidupan dunia. Pengetahuan merupakan sumber
utama peradaban bangsa, maju atau tidaknya, dan diawali dengan perhatian masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peradaban dunia yang telah
menjadikan negara ini semakin beradab, berdasarkan pemikiran-pemikiran kepribadian pada
saat itu. Oleh karena itu, pengetahuan sangat penting dan perlu mendapat perhatian untuk
menjalani kehidupan yang lebih baik.
Filsafat adalah bidang ilmu yang mempelajari cara merenungkan sesuatu. Filsafat
adalah hasil dari pikiran manusia yang mencari sesuatu yang indah dan merenungkannya.
Dengan kata lain, filsafat adalah studi tentang esensi dari segala sesuatu. Agama adalah
kepercayaan atau kepercayaan kepada Sang Pencipta dan menyangkut ketaatan, ketaatan,
dan ketaatan mutlak terhadap ketentuan hukum atau hukum yang telah ditetapkan untuk
kesejahteraan dunia ini dan umat manusia di masa depan. Filsafat dan agama adalah hal yang
berbeda, dan sering terjadi kontroversi di antara keduanya. Namun pada kenyataannya tidak
semua filsafat dan agama dapat dijawab oleh wahyu ilahi, sehingga pada kenyataannya
keduanya saling mempengaruhi. Masuk akal bagi manusia untuk memahami 100% dengan
benar digunakan dalam filsafat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Ilmu?
2. Bagaimana Instrumen meraih Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan?
4. Bagaimana Klasifikasi pembidangan Ilmu Pengetahuan?
5. Bagaimana Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Ilmu.
2. Menjelaskan Isntrumen meraih Ilmu Pengetahuan.
3. Menjelaskan Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan.
5
4. Menjelaskan Klasifikasi pembidangan Ilmu Pengetahuan.
5. Menjelaskan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ILMU
Biasanya apabila orang Islam berbicara tentang ilmu, maka yang di maksudkan
denganya adalah ilmu-ilmu agama, akan tetapi mereka juga menggolongkan ke dalamnya
ilmu-ilmu yang lain yang bukan ilmu agama. Orang Islam memandang bahwa semua ilmu
penting dan khusus terhadap ilmu agama dianggapnya ilmu yang suci. Tuhan mengatakan di
dalam Al-Qur'an1
.
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti,
dan mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipandankan dengan kata science.
Dalam Bahasa Indonesia kata science berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang
berarti tahu umumnya diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu pada makna yang sama. Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat
diartikan sebagai sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu.
Selain itu, istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang bermakna jamak
yaitu sebagai berikut:
1. Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menunjuk pada segenap pengetahuan
ilmiah, mengacu pada ilmu umum (science in general)
2. Pengertian ilmu yang menunjuk pada salah satu bidang pengetahuan ilmiah tertentu,
seperti ilmu Biologi, Antropologi, Psikologi, Sejarah dan sebagainya. Sebenarnya, ilmu
dalam pengertian yang kedua inilah yang lebih tepat digunakan khususnya di lingkungan
akademis.
Namun, istilah yang sering disebut sains dan merupakan terjemahan dari science juga
mengalami pergeseran makna. Istilah sains sering diartikan sebagai ilmu khusus yang
menunjuk kepada ilmu-ilmu kealaman atau natural science, sebagai pengetahuan sistematis
mengenai dunia fisis atau material. Terminologi inilah yang sering menyesatkan bahkan
adanya diskriminasikan yang cukup meminggirkan ilmu-ilmu sosial maupun humaniora dari
ilmu-ilmu kealaman. Oleh karena itu, tidak aneh jika ada istilah sains dan teknologi, yang
1 Asma Hasan Fahmi. SEJARAH dan PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Bulan Bintang, 106.
7
dimaksud dengan sains disini hanyalah terbatas pada ilmu-ilmu kealaman tanpa kajian ilmu-
ilmu sosial dan humaniora.
Batasan ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melakukannya umat manusia
memperoleh suatu pengetahuan pemahaman yang senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat
tentang alam di masa lampau, sekarang, dan dikemudian hari, serta suatu kemampuan yang
mengikat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-
sifatnya sendiri.
Sementara itu, ilmu dan perspektif Filsafat Ilmu Pendidikan Islam adalah menjadikan
Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Masalah yang sering dipertanyakan, apakah
Al-Qur'an tidak bertentangan dengan akal dan lebih khususnya, apakah Al-Qur'an tidak
bertentangan dengan masalah filsafat.
Hal ini, dapat dibuktikan dengan memaparkan empat pokok syarat ilmiah, antara lain:
sesuatu dikatakan ilmiah harus memiliki objek tertentu, metode bersistem, dan universal.
Dengan demikian, maka Al-Qur'an sebagai petunjuk telah memenuhi apa yang di maksud
metode Al-Qur'an memberikan arah, dan tujuan bagi manusia. Sistem artinya menjadikan
suasana beraturan , saling berkaitan, dan berurut, sehingga semua bagian merupakan kesatuan
keseluruhan. Harus bersifat universal, artinya umum, kebeneran isi Al-Qur'an tidak terbatas
oleh ruang dan waktu.2
B. MERAIH ILMU PENGETHUAN INSTRUMEN
Instrumen pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Perkembangan sains didorong oleh paham humanisme, yaitu
paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Menurut
mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada
manusia. Alat itu ialah akal, karena akal dianggap mampu, dan akal yang ada pada setiap orang
bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada akal setiap
manusia.
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang instrumen meraih ilmu pengetahuan yaitu:
1. Rasionalisme
2 Sakholid Nasution. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Citra Pustaka Medi Perintis, 78-81.
8
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat
akal lah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah.
Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang
dicontohkan dalam ilmu pasti.3
Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut
rasionalisme. Adapun pengetahuan Indra dianggap sering menyesatkan. Menurut aliran
rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir.
Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang
filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya
digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Adapun dalam bidang filsafat, aliran
rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori
pengetahuan. Hanya saja, empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan
jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme dianggap sering
menyesatkan. Adapun alat berfikir adalah kaidah-kaidah yang logis.4
2. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirisko dari kata empeiria, artinya pengalaman.
Manusia mengetahui pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman indrawi. Pengetahuan indrawi bersifat persial itu disebabkan oleh
adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat
khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Jadi,
pengetahuan indrawi berada menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas
organ-organ tertentu. Karena itu, dalam aliran empirisme sumber utama untuk
memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal
tidak berfungsi banyak kalaupun ada hanya sebatas ide-ide yang kabur.5
3 Asmoro Achmadi. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 115.
4 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, 247-248.
5 Skholid Nasution, op cit. 82.
9
3. Positivisme
Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang dicetuskan oleh dua pemikir dari
Perancis Henry Saint Simon dan salah satu muridnya Auguste Comte. Namun demikian
pemikiran soal positivisme ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama oleh
seorang filsuf Inggris Francis Bacon. Munculnya aliran positivisme tidak lain adalah
bentuk penyeimbang antara aliran empirisme dan aliran rasionalisme. Aliran
positivisme memandang kebenaran dapat didapatkan manusia melalui bukti yang logis,
empiris dan terukur. Positivisme menekankan aspek faktual pengetahuan khususnya
pengetahuan ilmiah.
Berbeda dengan aliran empirisme dan rasionalisme. Aliran empirisme yang
memandang ilmu pengetahuan manusia harus melalui panca indera atau berhubungan
dengan pengalaman. Empirisme memusatkan pengetahuan pada panca indera. Aliran
Rasionalisme memandang ilmu pengetahuan manusia berasal dari ajaran yang
berdasarkan rasio dan ide-ide yang masuk akal.
C. SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Sumber dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai asal. Sebagai contoh
sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan demikian sumberilmu
pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperolah manusia. Jika membicarakan
masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan, karena dalam sumber
pengetahuan terdapat sumber ilmu pengetahuan.
Dalam kajian filsafat di jelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
memilki sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya. Ada empat
sumber pengetahuan yang dimaksud yaitu, Rasio, Empiris, Intuisi, dan Wahyu. Keempat
sumber ini memiliki pengertian yang berbeda- beda dalam menafsirkan sumber dari
pengetahuan manusia tersebut.
Rasio, merupakan pengetahuan yang bersumber dari penalaran manusia. Pada sumber
pengetahuan ini diketahui bahwa pengetahuan adalah hasil pemikiran manusia.
Empiris, merupakan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang dialami
manusia. Sumber pengetahuan ini dirumuskan berdasarkan kegiatan manusia yang suka
mengamati gejala-gejala yang terjadi disekitarnya. Misalnya peristiwa hujan dibumi. Peristiwa
10
ini terus terulang- ulang dan dengan prosen kejadian yang sama. Hal ini menjadi daya tarik
manusia, muncul pertanyaan mengapa selalu turun hujan. Dari pengalaman itulah manusia
tergerak untuk bernalar hingga melakukan penelitian penyebab terjadinya hujan.
Intuisi, merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dan didapat secara tiba-tiba.
Terkadang kita sebagai manusia ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, otak akan
berfikir sangat keras untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Tingkat berfikir
otak berbanding lurus dengan masalah yang akan diselesaikan. Semakin sulit tingkat
permasalahan yang akan dipecahkan semakin keras juga kinerja otak dalam berfikir
menyelesaikan masalah tersebut. Dalam kondisi tertentu, terkadan semakin kita berusaha untuk
memecahkan masalah, semakin sulit menemukan solusinya. Tapi dalam kondisi berlawanan
ketika kita sedang berfikir untuk menyelesaikan masalah dan melakukan aktivitas-aktivitas,
kita seakan terpikirkan solusi untuk permasalahan. Solusi itu muncul tiba-tiba dalam benak
kita, tanpa sedikitpun kita menjadwalkan atau berusaha mencarinya. Hal yang demikian bisa
dikatakan sebagai Intuisi.
Wahyu, atau bisa dikatan dengan sumber pengetahuan yang non-analiktik karena tidak
ada prosen berfikir dari manusia tersebut. Wahyu merupakan sumber pengetahuan yang berasal
dari yang maha kuasa. Biasanya yang dapat menerima sumber pengetahuan yang seperti ini
adalah manusia-manusia pilihan. Contoh yang paling dekat adalah para nabi Allah, yang
menerima pengetahuan dari Allah.
D. KLASIFIKASI PEMBIDANGAN ILMU PENGETAHUAN
Secara umum ilmu dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang
meliputi; metafisika menempati posisi tertinggi, disusul kemudian oleh matematika, dan
terakhir ilmu-ilmu fisik. Melalui tiga kelompok ilmu tersebut, lahirlah berbagai disiplin ilmu
pengetahuan, misalnya; dalam ilmu-ilmu metafisika (ontologi, teologi, kosmologi, angelologi,
dan eskatologi), dalam ilmu-ilmu matematika (geometri, aljabar, aritmatika, musik, dan
trigonometri), dan dalam ilmu-ilmu fisik (fisika, kimia, geologi, geografi, astronomi, dan
optika).
Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu
pengetahuan, dan untuk tujuan-tujuan praktis, sejumlah ulama berupaya melakukan klasifikasi
ilmu. Al-Ghazālī membagi ilmu menjadi dua bagian; ilmu fardlu ‘ain dan ilmu fardlu kifāyah.
Ilmu fardlu ‘ain adalah ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim terkait dengan tatacara
melakukan perbuatan wajib, seperti ilmu tentang salat, berpuasa, bersuci, dan sejenisnya.
11
Sedangkan ilmu fardlu kifāyah adalah ilmu yang harus dikuasai demi tegaknya urusan dunia,
seperti; ilmu kedokteran, astronomi, pertanian, dan sejenisnya. Dalam ilmu fardlu kifāyah tidak
setiap muslim dituntut menguasainya. Yang penting setiap kawasan ada yang mewakili, maka
kewajiban bagi yang lain menjadi gugur. Di samping pembagian di atas, al-Ghazālī masih
membagi ilmu menjadi dua kelompok, yaitu; ilmu syarī’ah dan ilmu ghair syarī’ah. 24 Semua
ilmu syarī’ah adalah terpuji dan terbagi empat macam; pokok (ushūl), cabang (furū’),
pengantar (muqaddimāt), dan pelengkap (mutammimāt). Sedangkan ilmu ghair syarī’ah oleh
al-Ghazālī dibagi tiga; ilmu-ilmu yang terpuji (al-‘ulūm al-mahmūdah), ilmu-ilmu yang
diperbolehkan (al-‘ulūm al-mubāhah), dan ilmu-ilmu yang tercela (al-‘ulūm al-madzmūmah).
Ibn Khaldūn membagi ilmu pengetahuan menjadi dua kelompok, yaitu; ilmu-ilmu naqlīyah
yang bersumber dari syarā’ dan ilmu-ilmu ‘aqlīyah/ilmu falsafah yang bersumber dari
pemikiran. Al-Farābī mengelompokkan ilmu pengetahuan ke dalam lima bagian, yaitu;
pertama, ilmu bahasa yang mencakup sastra, nahw, sharf, dan lain-lain. Kedua, ilmu logika
yang mencakup pengertian, manfaat, silogisme, dan sejenisnya. Ketiga, ilmu propadetis, yang
meliputi ilmu hitung, geometri, optika, astronomi, astrologi, musik, dan lain-lain. Keempat,
ilmu fisika dan matematika. Kelima, ilmu sosial, ilmu hukum, dan ilmu kalam.
Klasifikasi ilmu-ilmu keislaman yang dilakukan para ilmuwan muslim di atas mempertegas
bahwa cakupan ilmu dalam Islam sangat luas, meliputi urusan duniawi dan ukhrāwi. Yang
menjadi batasan ilmu dalam Islam adalah; bahwa pengembangan ilmu harus dalam bingkai
tauhid dalam kerangka pengabdian kepada Allah, dan untuk kemaslahan umat manusia.
Dengan demikian, ilmu bukan sekedar ilmu, tapi ilmu untuk diamalkan. Dan ilmu bukan
tujuan, melainkan sekedar sarana untuk mengabdi kepada Allah dan kemaslahatan umat.
E. ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
1. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuian
Pada sekitar abad ke-8 Masehi, pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah, proses
islamisasi ilmu ini berlanjut secara besar-besaran, yaitu dengan dilakukannya penterjemahan
terhadap karya-karya dari Persia dan Yunani yang kemudian diberikan pemaknaan ulang
disesuaikan dengan konsep agama Islam dan konsep aqidah Islam. Pada era modern ini ide
Islamisasi ilmu pengetahuan di munculkan kembali oleh Syed Hossein Nasr, pemikir muslim
Amerika kelahiran Iran. Beliau menyadari akan adanya bahaya sekularisme dan modernisme
12
yang mengancam dunia islam, maka itu lah beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam
dalam aspek teori dan praktikal. Gagasan tersebiut kemudian di kembangkan oleh Syed M,
Naquib Al-Attas sebagai proyek Islamisasi yang mulai diperkenalkannya pada konferensi
dunia mengenai tentang perlunya Islamisasi Pendidikan, Islamisasi sains dan Islamisasi ilmu.
Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Attas, yaitu pembebasan manusia dari
tradisi magis, mitilogis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan islam) dan dari
belengu paham sekuler terhadap pemikiran (Daud, 1998:336). Untuk melakukan islamiasi ilmu
pengetahuan tersebut, menurut Al-Attas, perlu melibatkan dua proses yang saling
berhubungan. Pertama, ialah melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep
kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban barat, dan kedua, memasukkan elemen-
elemen islam dan konsep-konsep kunci kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa islamisasi bukan hanya konsep teoritis, namun
juga praktis. Dalam prosesnya, islamisasi ilmu pengetahuan memiliki empat kepentingan yang
saling berkaitan : kepentingan akidah, kepentingan kemanusiaan, kepentingan peradaban, dan
kepentingan ilmiah (Yusanto, 2002:1). Sehingga akidahlah yang menjadi kepentingan utama
dalam proyek islamisasi ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar kepentingan ilmiah.
Islamisasi ilmu merujuk kepada proses membina suatu metodologi untuk berurusan dengan
ilmu dan sumbernya (sains sosial, dan sains alam dengan suntikan dasar baru yang konsisten
dengan islam. (Omar, 2005:19).
2. Kontroversi Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Semenjak dicanangkannya sekitar 30 tahun yang lalu, berbagai sikap yang baik yang pro
maupun yang kontra terus bermunculan. Rosnani Hashim membagi kelompok ini menjadi
empat golongan, yaitu :
1. Golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dan konsepnya dan berusaha
untuk merealisasikan dan menghasilkan karya yang sejalan dengan maksud islamisasi
dalam disiplin ilmu mereka.
2. Golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dan konsep terapi tidak
mengusahakannya secara praktis.
13
3. Golongan yang tidak sependapat dan sebaliknya mencemooh, mengejek dan
mempermainkan gagasan ini.
4. Golongan yang tidak mempunyai pendirian terhadap isu ini. Mereka lebih suka mengikuti
perkembangannyang dirintis oleh sarjana lainnya ataupun mereka tidak memperdulikannya
(Hasyim, 2005:40).
a) Golongan Pro Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Aktivitas golongan pertama mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
mengokohkan dan memurnikan kembali konsep Islamisasi ilmu ini walaupun mereka saling
mengkritik ide satu sama lain, tetapi itu dimaksudkan untuk merekonstruksinya bukan
mendekontruksi. Diantaranya adalah S.A. Ashraf yang melakukan kritik terhadap al-Faruqi
yang “ingin penyelidikan dilakukan terhadap konsep Barat dan Timur, membandingkannya
melalui subjek yang terlibat dan tiba kepada satu kompromi kalau memungkinkan.” Pada
fikirannya, kompromi merupakan sesuatu yang mustahil terhadap dua pandangan yang sama
sekali berbeda. Tidak seharusnya bagi sarjana muslim memulai dengan konsep Barat tetapi
dengan konsep Islam yang dirumuskan berdasarkan prinsip yang dinukil dari al-Quran dan al-
Sunnah.
Namun dalam pandangan Syed Hossein Nasr, integrasi yang diinginkan al-Faruqi
bukan saja sesuatu yang mungkin tetapi juga perlu untuk dilakukan. Menurutnya, para pemikir
muslim seharusnya memadukan berbagai bentuk ilmu dalam kerangka pemikiran mereka.
Bukan hanya menerima, tetapi juga melakukan kritik dan menolak struktur dan premis ilmu
sains yang tidak sesuai dengan pandangan Islam dan kemudian menuliskannya kedalam sebuah
buku sebagaimana yang pernah dilakukan Ibnu Sina atau Ibnu Khaldun di masa lalu (Hasyim,
2005: 41).
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan ini, maka jawaban-jawaban terhadapnya bisa lebih
sistematis dibandingkan penulis-penulis lainnya, termasuk Ismail Raji al-Faruqi. Dan dalam
pandangannya juga, ilmu pengetahuan masa kini adalah “ilmu pengetahuan yang berada dalam
kerangka filsafat ateis materialis yang berlaku di Barat”, yang memungkinkan bagi umat Islam
untuk mengislamkannya. Untuk itu Syeikh Idris mengusulkan agar mengislamkan ilmu
pengetahuan dengan meletakkan-nya di atas fondasi Islam yang kuat, dan mempertahankan
nilai-nilai Islam dalam pencarian ilmu pengetahuan. (Daud, 1998:415-416). Di Indonesia
sendiri ada beberapa tokoh yang mendukung Islamisasi ilmu pengetahuan, seperti AM.
14
Saifuddin. Menurutnya, Islamisasi adalah suatu keharusan bagi kebangkitan Islam, karena
sentral kemunduran umat dewasa ini adalah kering-nya ilmu pengetahuan dan tersingkirnya
pada posisi yang rendah.
b. Golongan Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Maraknya perkembangan pemikiran seiring dengan lahirnya gagasan Islamisasi ilmu
pengetahuan ini, bukan berarti semua umat Islam sepakat terhadap ide tersebut. Mereka
percaya bahwa semua ilmu itu sudah Islami, sebab yang menjadi sumber utamanya adalah
Allah SWT sendiri. Sehingga mereka sangsi dengan pelabelan Islam atau bukan Islam pada
segala ilmu.
Sedangkan kontroversi yang terjadi dikalangan ilmuwan muslim merupakan tantangan
tersendiri bagi realisasi islamisasi ini. Pendapat yang diberikan para ilmuwan berkisar tentang
metodologi dalam islamisasi. Dalam pertentangan tersebut terdapat psimisme dan juga
optimisme terhadap islamisasi. Namun semua pernyataan tersebut perlu dilihat siapa yang
berpendapat dan bagaimana corak pemikirannya. Sehingga tidak menerimanya begitu saja.
Dengan melihat kondisi tersebut, ranah epistemolog memang tidak bisa dipisahkan. Dalam
kaitan ini, epistemologi merupakan unsur budaya yang berhubungan langsung dengan sistem
nilai sebagai sesuatu yang mengkonstruk pola pikir (mind set) karena epistemologi memang
terbukti mendasari rangka pikir dan perilaku manusia. Epistemologi adalah bingkai konseptual
yang menjadi cara atau sudut pandang manusia dalam mengalami, memahami, dan bersikap
terhadap realitas. (Arif, 2008:14-15).
3. Kedudukan Epistemologi dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pihak yang mendukung islamisasi memiliki semangat dan harapan besar terhadap
kembalinya hegemoni ilmu pengetahuan islam. Bahkan Sebagian dari mereka telah
menawarkan konsep epistemologis berupa langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
mencapai islamisasi ilmu pengetahuan. Di lain sisi, pihak yang menolak menilai bahwa
islamisasi merupakan hal yang sulit bahkan mustahil direalisasikan, karena “lawan” yang
dihadapi terlalu besar dan sulit ditaklukkan, dan menilai bahwa ilmu pengetahuan adalah
universal (tidak ada kaitannya dengan Islam-tidak Islam), sehingga usaha untuk
mewujudkannya adalah hal yang sia-sia.
4. Pengertian dan ruang lingkup epistemologi
Pengertian epistemologi menurut Dagobert D. Runes adalah cabang filsafat yang
membahas sumber, struktur, metode-metode, dan validitas pengetahuan. Sedangkan
15
Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang
keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan (Qomar, 2005:4).
Sementara ruang lingkup epistemologi seperti yang dirinci M. Arifin meliputi hakikat, sumber
dan validitas pengetahuan. Pada intinya, ruang lingkup epistemologi, menurut A.M Saefuddin
dapat dirungkas menjadi 2 masaah pokok; sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. (Qomar,
2005:4).
Di samping itu, landasan epistemologi juga memiliki arti yang sangat penting bagi
bangunan ilmu pengetahuan. Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah;
yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Jadi, ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. (Qomar,
2005:11).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, dan
mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipandankan dengan kata science. Dalam
Bahasa Indonesia kata science berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang berarti tahu
umumnya diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada
makna yang sama. Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai
sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu.
Instrumen pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Perkembangan sains didorong oleh paham humanisme, yaitu
paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Menurut
mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada
manusia. Alat itu ialah akal, karena akal dianggap mampu, dan akal yang ada pada setiap orang
bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada akal setiap
manusia.
Dalam kajian filsafat di jelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
memilki sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya. Ada empat
sumber pengetahuan yang dimaksud yaitu, Rasio, Empiris, Intuisi, dan Wahyu. Keempat
sumber ini memiliki pengertian yang berbeda- beda dalam menafsirkan sumber dari
pengetahuan manusia tersebut.
Secara umum ilmu dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang
meliputi; metafisika menempati posisi tertinggi, disusul kemudian oleh matematika, dan
terakhir ilmu-ilmu fisik. Melalui tiga kelompok ilmu tersebut, lahirlah berbagai disiplin ilmu
pengetahuan, misalnya; dalam ilmu-ilmu metafisika (ontologi, teologi, kosmologi, angelologi,
dan eskatologi), dalam ilmu-ilmu matematika (geometri, aljabar, aritmatika, musik, dan
trigonometri), dan dalam ilmu-ilmu fisik (fisika, kimia, geologi, geografi, astronomi, dan
optika).
Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Attas, yaitu pembebasan manusia dari
tradisi magis, mitilogis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan islam) dan dari
belengu paham sekuler terhadap pemikiran (Daud, 1998:336). Untuk melakukan islamiasi ilmu
17
pengetahuan tersebut, menurut Al-Attas, perlu melibatkan dua proses yang saling
berhubungan. Pertama, ialah melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep
kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban barat, dan kedua, memasukkan elemen-
elemen islam dan konsep-konsep kunci kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami tulis, namun dalam pengerjaannya tidak selamanya
apa yang telah kita kerjakan itu adalah benar, kami sadar masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
dari pembaca agar makalah ini bisa lebih baik kedepannya. Terimakasih.
18
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Asma Hasan. SEJARAH dan PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Sakholid. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Citra Pustaka Media Perintis,
2012.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/232
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. FILSAFAT UMUM DARI Mitologi Sampai
Teofilosofi. Bandun
http://repository.uinsu.ac.id/118/

More Related Content

Similar to Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx

TUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptx
TUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptxTUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptx
TUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptxmahfudhalim
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfhspanggalih
 
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)Abdul Khaliq
 
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islamTema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islamMunaa
 
Scientisme dan kultus keilmuan
Scientisme dan kultus keilmuanScientisme dan kultus keilmuan
Scientisme dan kultus keilmuanyoggivani zhansen
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanAnnisa Fauzia
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
MAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdf
MAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdfMAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdf
MAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdfjumawan1109
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfDhindaVadyaizmi
 
makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu fadhalamany
 

Similar to Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx (20)

Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
 
TUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptx
TUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptxTUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptx
TUGAS_FILSAFAT_HARINI_LESTARI_hakikat_il.pptx
 
Tema 1
Tema 1Tema 1
Tema 1
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdf
 
Tema 1
Tema 1Tema 1
Tema 1
 
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
 
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islamTema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
 
Scientisme dan kultus keilmuan
Scientisme dan kultus keilmuanScientisme dan kultus keilmuan
Scientisme dan kultus keilmuan
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
Unity of science
Unity of science Unity of science
Unity of science
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Unity of science
Unity of science Unity of science
Unity of science
 
MAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdf
MAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdfMAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdf
MAKALAH FILSAFAT KEL 01 2.pdf
 
Kata pengantardd
Kata pengantarddKata pengantardd
Kata pengantardd
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
 
Tugas Artikel FKI.docx
Tugas Artikel FKI.docxTugas Artikel FKI.docx
Tugas Artikel FKI.docx
 
makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Recently uploaded

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaNikmah Suryandari
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 

Recently uploaded (10)

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 

Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx

  • 1. 1 MAKALAH KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Dosen Pengampu: Ismatul Izzah M.Pd.I Disusun oleh: Rifka Auliyatul Hidayah (0414) Syifa Ainul Labib Wardana (0435) Siti Halimah (0424) FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
  • 2. 2 2023 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Pengampu kami yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Kraksaan, 26 Februari 2023 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2 DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4 A. Latar belakang ....................................................................................................... 4 B. Rumusan masalah ................................................................................................. 4 C. Tujuan .................................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6 A. Pengertian Ilmu ..................................................................................................... 7 B. Instrumen Ilmu Pengetahuan ................................................................................. 9 C. Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 11 D. Klasifikasi Pembidangan Ilmu Pengetahuan ....................................................... 12 E. Islamisasi Ilmu Pengetahuan ................................................................................ 14 BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16 B. Saran .................................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18 BAB I
  • 4. 4 PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu pengetahuan adalah kebutuhan mutlak manusia sebagai bekal yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kemanusiaan. Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjangkau kehidupan dunia. Pengetahuan merupakan sumber utama peradaban bangsa, maju atau tidaknya, dan diawali dengan perhatian masyarakat terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peradaban dunia yang telah menjadikan negara ini semakin beradab, berdasarkan pemikiran-pemikiran kepribadian pada saat itu. Oleh karena itu, pengetahuan sangat penting dan perlu mendapat perhatian untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Filsafat adalah bidang ilmu yang mempelajari cara merenungkan sesuatu. Filsafat adalah hasil dari pikiran manusia yang mencari sesuatu yang indah dan merenungkannya. Dengan kata lain, filsafat adalah studi tentang esensi dari segala sesuatu. Agama adalah kepercayaan atau kepercayaan kepada Sang Pencipta dan menyangkut ketaatan, ketaatan, dan ketaatan mutlak terhadap ketentuan hukum atau hukum yang telah ditetapkan untuk kesejahteraan dunia ini dan umat manusia di masa depan. Filsafat dan agama adalah hal yang berbeda, dan sering terjadi kontroversi di antara keduanya. Namun pada kenyataannya tidak semua filsafat dan agama dapat dijawab oleh wahyu ilahi, sehingga pada kenyataannya keduanya saling mempengaruhi. Masuk akal bagi manusia untuk memahami 100% dengan benar digunakan dalam filsafat. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian Ilmu? 2. Bagaimana Instrumen meraih Ilmu Pengetahuan? 3. Bagaimana Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan? 4. Bagaimana Klasifikasi pembidangan Ilmu Pengetahuan? 5. Bagaimana Islamisasi Ilmu Pengetahuan? C. Tujuan 1. Menjelaskan pengertian Ilmu. 2. Menjelaskan Isntrumen meraih Ilmu Pengetahuan. 3. Menjelaskan Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan.
  • 5. 5 4. Menjelaskan Klasifikasi pembidangan Ilmu Pengetahuan. 5. Menjelaskan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ILMU Biasanya apabila orang Islam berbicara tentang ilmu, maka yang di maksudkan denganya adalah ilmu-ilmu agama, akan tetapi mereka juga menggolongkan ke dalamnya ilmu-ilmu yang lain yang bukan ilmu agama. Orang Islam memandang bahwa semua ilmu penting dan khusus terhadap ilmu agama dianggapnya ilmu yang suci. Tuhan mengatakan di dalam Al-Qur'an1 . Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, dan mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipandankan dengan kata science. Dalam Bahasa Indonesia kata science berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang berarti tahu umumnya diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Selain itu, istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang bermakna jamak yaitu sebagai berikut: 1. Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menunjuk pada segenap pengetahuan ilmiah, mengacu pada ilmu umum (science in general) 2. Pengertian ilmu yang menunjuk pada salah satu bidang pengetahuan ilmiah tertentu, seperti ilmu Biologi, Antropologi, Psikologi, Sejarah dan sebagainya. Sebenarnya, ilmu dalam pengertian yang kedua inilah yang lebih tepat digunakan khususnya di lingkungan akademis. Namun, istilah yang sering disebut sains dan merupakan terjemahan dari science juga mengalami pergeseran makna. Istilah sains sering diartikan sebagai ilmu khusus yang menunjuk kepada ilmu-ilmu kealaman atau natural science, sebagai pengetahuan sistematis mengenai dunia fisis atau material. Terminologi inilah yang sering menyesatkan bahkan adanya diskriminasikan yang cukup meminggirkan ilmu-ilmu sosial maupun humaniora dari ilmu-ilmu kealaman. Oleh karena itu, tidak aneh jika ada istilah sains dan teknologi, yang 1 Asma Hasan Fahmi. SEJARAH dan PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Bulan Bintang, 106.
  • 7. 7 dimaksud dengan sains disini hanyalah terbatas pada ilmu-ilmu kealaman tanpa kajian ilmu- ilmu sosial dan humaniora. Batasan ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan pemahaman yang senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang, dan dikemudian hari, serta suatu kemampuan yang mengikat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat- sifatnya sendiri. Sementara itu, ilmu dan perspektif Filsafat Ilmu Pendidikan Islam adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Masalah yang sering dipertanyakan, apakah Al-Qur'an tidak bertentangan dengan akal dan lebih khususnya, apakah Al-Qur'an tidak bertentangan dengan masalah filsafat. Hal ini, dapat dibuktikan dengan memaparkan empat pokok syarat ilmiah, antara lain: sesuatu dikatakan ilmiah harus memiliki objek tertentu, metode bersistem, dan universal. Dengan demikian, maka Al-Qur'an sebagai petunjuk telah memenuhi apa yang di maksud metode Al-Qur'an memberikan arah, dan tujuan bagi manusia. Sistem artinya menjadikan suasana beraturan , saling berkaitan, dan berurut, sehingga semua bagian merupakan kesatuan keseluruhan. Harus bersifat universal, artinya umum, kebeneran isi Al-Qur'an tidak terbatas oleh ruang dan waktu.2 B. MERAIH ILMU PENGETHUAN INSTRUMEN Instrumen pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Perkembangan sains didorong oleh paham humanisme, yaitu paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal, karena akal dianggap mampu, dan akal yang ada pada setiap orang bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada akal setiap manusia. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang instrumen meraih ilmu pengetahuan yaitu: 1. Rasionalisme 2 Sakholid Nasution. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Citra Pustaka Medi Perintis, 78-81.
  • 8. 8 Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akal lah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.3 Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme. Adapun pengetahuan Indra dianggap sering menyesatkan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Adapun dalam bidang filsafat, aliran rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Hanya saja, empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme dianggap sering menyesatkan. Adapun alat berfikir adalah kaidah-kaidah yang logis.4 2. Empirisme Kata ini berasal dari kata Yunani empeirisko dari kata empeiria, artinya pengalaman. Manusia mengetahui pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman indrawi. Pengetahuan indrawi bersifat persial itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Jadi, pengetahuan indrawi berada menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu. Karena itu, dalam aliran empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak berfungsi banyak kalaupun ada hanya sebatas ide-ide yang kabur.5 3 Asmoro Achmadi. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 115. 4 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, 247-248. 5 Skholid Nasution, op cit. 82.
  • 9. 9 3. Positivisme Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang dicetuskan oleh dua pemikir dari Perancis Henry Saint Simon dan salah satu muridnya Auguste Comte. Namun demikian pemikiran soal positivisme ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama oleh seorang filsuf Inggris Francis Bacon. Munculnya aliran positivisme tidak lain adalah bentuk penyeimbang antara aliran empirisme dan aliran rasionalisme. Aliran positivisme memandang kebenaran dapat didapatkan manusia melalui bukti yang logis, empiris dan terukur. Positivisme menekankan aspek faktual pengetahuan khususnya pengetahuan ilmiah. Berbeda dengan aliran empirisme dan rasionalisme. Aliran empirisme yang memandang ilmu pengetahuan manusia harus melalui panca indera atau berhubungan dengan pengalaman. Empirisme memusatkan pengetahuan pada panca indera. Aliran Rasionalisme memandang ilmu pengetahuan manusia berasal dari ajaran yang berdasarkan rasio dan ide-ide yang masuk akal. C. SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN Sumber dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai asal. Sebagai contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan demikian sumberilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperolah manusia. Jika membicarakan masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan, karena dalam sumber pengetahuan terdapat sumber ilmu pengetahuan. Dalam kajian filsafat di jelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia memilki sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya. Ada empat sumber pengetahuan yang dimaksud yaitu, Rasio, Empiris, Intuisi, dan Wahyu. Keempat sumber ini memiliki pengertian yang berbeda- beda dalam menafsirkan sumber dari pengetahuan manusia tersebut. Rasio, merupakan pengetahuan yang bersumber dari penalaran manusia. Pada sumber pengetahuan ini diketahui bahwa pengetahuan adalah hasil pemikiran manusia. Empiris, merupakan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang dialami manusia. Sumber pengetahuan ini dirumuskan berdasarkan kegiatan manusia yang suka mengamati gejala-gejala yang terjadi disekitarnya. Misalnya peristiwa hujan dibumi. Peristiwa
  • 10. 10 ini terus terulang- ulang dan dengan prosen kejadian yang sama. Hal ini menjadi daya tarik manusia, muncul pertanyaan mengapa selalu turun hujan. Dari pengalaman itulah manusia tergerak untuk bernalar hingga melakukan penelitian penyebab terjadinya hujan. Intuisi, merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dan didapat secara tiba-tiba. Terkadang kita sebagai manusia ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, otak akan berfikir sangat keras untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Tingkat berfikir otak berbanding lurus dengan masalah yang akan diselesaikan. Semakin sulit tingkat permasalahan yang akan dipecahkan semakin keras juga kinerja otak dalam berfikir menyelesaikan masalah tersebut. Dalam kondisi tertentu, terkadan semakin kita berusaha untuk memecahkan masalah, semakin sulit menemukan solusinya. Tapi dalam kondisi berlawanan ketika kita sedang berfikir untuk menyelesaikan masalah dan melakukan aktivitas-aktivitas, kita seakan terpikirkan solusi untuk permasalahan. Solusi itu muncul tiba-tiba dalam benak kita, tanpa sedikitpun kita menjadwalkan atau berusaha mencarinya. Hal yang demikian bisa dikatakan sebagai Intuisi. Wahyu, atau bisa dikatan dengan sumber pengetahuan yang non-analiktik karena tidak ada prosen berfikir dari manusia tersebut. Wahyu merupakan sumber pengetahuan yang berasal dari yang maha kuasa. Biasanya yang dapat menerima sumber pengetahuan yang seperti ini adalah manusia-manusia pilihan. Contoh yang paling dekat adalah para nabi Allah, yang menerima pengetahuan dari Allah. D. KLASIFIKASI PEMBIDANGAN ILMU PENGETAHUAN Secara umum ilmu dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang meliputi; metafisika menempati posisi tertinggi, disusul kemudian oleh matematika, dan terakhir ilmu-ilmu fisik. Melalui tiga kelompok ilmu tersebut, lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan, misalnya; dalam ilmu-ilmu metafisika (ontologi, teologi, kosmologi, angelologi, dan eskatologi), dalam ilmu-ilmu matematika (geometri, aljabar, aritmatika, musik, dan trigonometri), dan dalam ilmu-ilmu fisik (fisika, kimia, geologi, geografi, astronomi, dan optika). Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan, dan untuk tujuan-tujuan praktis, sejumlah ulama berupaya melakukan klasifikasi ilmu. Al-Ghazālī membagi ilmu menjadi dua bagian; ilmu fardlu ‘ain dan ilmu fardlu kifāyah. Ilmu fardlu ‘ain adalah ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim terkait dengan tatacara melakukan perbuatan wajib, seperti ilmu tentang salat, berpuasa, bersuci, dan sejenisnya.
  • 11. 11 Sedangkan ilmu fardlu kifāyah adalah ilmu yang harus dikuasai demi tegaknya urusan dunia, seperti; ilmu kedokteran, astronomi, pertanian, dan sejenisnya. Dalam ilmu fardlu kifāyah tidak setiap muslim dituntut menguasainya. Yang penting setiap kawasan ada yang mewakili, maka kewajiban bagi yang lain menjadi gugur. Di samping pembagian di atas, al-Ghazālī masih membagi ilmu menjadi dua kelompok, yaitu; ilmu syarī’ah dan ilmu ghair syarī’ah. 24 Semua ilmu syarī’ah adalah terpuji dan terbagi empat macam; pokok (ushūl), cabang (furū’), pengantar (muqaddimāt), dan pelengkap (mutammimāt). Sedangkan ilmu ghair syarī’ah oleh al-Ghazālī dibagi tiga; ilmu-ilmu yang terpuji (al-‘ulūm al-mahmūdah), ilmu-ilmu yang diperbolehkan (al-‘ulūm al-mubāhah), dan ilmu-ilmu yang tercela (al-‘ulūm al-madzmūmah). Ibn Khaldūn membagi ilmu pengetahuan menjadi dua kelompok, yaitu; ilmu-ilmu naqlīyah yang bersumber dari syarā’ dan ilmu-ilmu ‘aqlīyah/ilmu falsafah yang bersumber dari pemikiran. Al-Farābī mengelompokkan ilmu pengetahuan ke dalam lima bagian, yaitu; pertama, ilmu bahasa yang mencakup sastra, nahw, sharf, dan lain-lain. Kedua, ilmu logika yang mencakup pengertian, manfaat, silogisme, dan sejenisnya. Ketiga, ilmu propadetis, yang meliputi ilmu hitung, geometri, optika, astronomi, astrologi, musik, dan lain-lain. Keempat, ilmu fisika dan matematika. Kelima, ilmu sosial, ilmu hukum, dan ilmu kalam. Klasifikasi ilmu-ilmu keislaman yang dilakukan para ilmuwan muslim di atas mempertegas bahwa cakupan ilmu dalam Islam sangat luas, meliputi urusan duniawi dan ukhrāwi. Yang menjadi batasan ilmu dalam Islam adalah; bahwa pengembangan ilmu harus dalam bingkai tauhid dalam kerangka pengabdian kepada Allah, dan untuk kemaslahan umat manusia. Dengan demikian, ilmu bukan sekedar ilmu, tapi ilmu untuk diamalkan. Dan ilmu bukan tujuan, melainkan sekedar sarana untuk mengabdi kepada Allah dan kemaslahatan umat. E. ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN 1. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuian Pada sekitar abad ke-8 Masehi, pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah, proses islamisasi ilmu ini berlanjut secara besar-besaran, yaitu dengan dilakukannya penterjemahan terhadap karya-karya dari Persia dan Yunani yang kemudian diberikan pemaknaan ulang disesuaikan dengan konsep agama Islam dan konsep aqidah Islam. Pada era modern ini ide Islamisasi ilmu pengetahuan di munculkan kembali oleh Syed Hossein Nasr, pemikir muslim Amerika kelahiran Iran. Beliau menyadari akan adanya bahaya sekularisme dan modernisme
  • 12. 12 yang mengancam dunia islam, maka itu lah beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan praktikal. Gagasan tersebiut kemudian di kembangkan oleh Syed M, Naquib Al-Attas sebagai proyek Islamisasi yang mulai diperkenalkannya pada konferensi dunia mengenai tentang perlunya Islamisasi Pendidikan, Islamisasi sains dan Islamisasi ilmu. Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Attas, yaitu pembebasan manusia dari tradisi magis, mitilogis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran (Daud, 1998:336). Untuk melakukan islamiasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut Al-Attas, perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama, ialah melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban barat, dan kedua, memasukkan elemen- elemen islam dan konsep-konsep kunci kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa islamisasi bukan hanya konsep teoritis, namun juga praktis. Dalam prosesnya, islamisasi ilmu pengetahuan memiliki empat kepentingan yang saling berkaitan : kepentingan akidah, kepentingan kemanusiaan, kepentingan peradaban, dan kepentingan ilmiah (Yusanto, 2002:1). Sehingga akidahlah yang menjadi kepentingan utama dalam proyek islamisasi ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar kepentingan ilmiah. Islamisasi ilmu merujuk kepada proses membina suatu metodologi untuk berurusan dengan ilmu dan sumbernya (sains sosial, dan sains alam dengan suntikan dasar baru yang konsisten dengan islam. (Omar, 2005:19). 2. Kontroversi Islamisasi Ilmu Pengetahuan Semenjak dicanangkannya sekitar 30 tahun yang lalu, berbagai sikap yang baik yang pro maupun yang kontra terus bermunculan. Rosnani Hashim membagi kelompok ini menjadi empat golongan, yaitu : 1. Golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dan konsepnya dan berusaha untuk merealisasikan dan menghasilkan karya yang sejalan dengan maksud islamisasi dalam disiplin ilmu mereka. 2. Golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dan konsep terapi tidak mengusahakannya secara praktis.
  • 13. 13 3. Golongan yang tidak sependapat dan sebaliknya mencemooh, mengejek dan mempermainkan gagasan ini. 4. Golongan yang tidak mempunyai pendirian terhadap isu ini. Mereka lebih suka mengikuti perkembangannyang dirintis oleh sarjana lainnya ataupun mereka tidak memperdulikannya (Hasyim, 2005:40). a) Golongan Pro Islamisasi Ilmu Pengetahuan Aktivitas golongan pertama mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka mengokohkan dan memurnikan kembali konsep Islamisasi ilmu ini walaupun mereka saling mengkritik ide satu sama lain, tetapi itu dimaksudkan untuk merekonstruksinya bukan mendekontruksi. Diantaranya adalah S.A. Ashraf yang melakukan kritik terhadap al-Faruqi yang “ingin penyelidikan dilakukan terhadap konsep Barat dan Timur, membandingkannya melalui subjek yang terlibat dan tiba kepada satu kompromi kalau memungkinkan.” Pada fikirannya, kompromi merupakan sesuatu yang mustahil terhadap dua pandangan yang sama sekali berbeda. Tidak seharusnya bagi sarjana muslim memulai dengan konsep Barat tetapi dengan konsep Islam yang dirumuskan berdasarkan prinsip yang dinukil dari al-Quran dan al- Sunnah. Namun dalam pandangan Syed Hossein Nasr, integrasi yang diinginkan al-Faruqi bukan saja sesuatu yang mungkin tetapi juga perlu untuk dilakukan. Menurutnya, para pemikir muslim seharusnya memadukan berbagai bentuk ilmu dalam kerangka pemikiran mereka. Bukan hanya menerima, tetapi juga melakukan kritik dan menolak struktur dan premis ilmu sains yang tidak sesuai dengan pandangan Islam dan kemudian menuliskannya kedalam sebuah buku sebagaimana yang pernah dilakukan Ibnu Sina atau Ibnu Khaldun di masa lalu (Hasyim, 2005: 41). Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan ini, maka jawaban-jawaban terhadapnya bisa lebih sistematis dibandingkan penulis-penulis lainnya, termasuk Ismail Raji al-Faruqi. Dan dalam pandangannya juga, ilmu pengetahuan masa kini adalah “ilmu pengetahuan yang berada dalam kerangka filsafat ateis materialis yang berlaku di Barat”, yang memungkinkan bagi umat Islam untuk mengislamkannya. Untuk itu Syeikh Idris mengusulkan agar mengislamkan ilmu pengetahuan dengan meletakkan-nya di atas fondasi Islam yang kuat, dan mempertahankan nilai-nilai Islam dalam pencarian ilmu pengetahuan. (Daud, 1998:415-416). Di Indonesia sendiri ada beberapa tokoh yang mendukung Islamisasi ilmu pengetahuan, seperti AM.
  • 14. 14 Saifuddin. Menurutnya, Islamisasi adalah suatu keharusan bagi kebangkitan Islam, karena sentral kemunduran umat dewasa ini adalah kering-nya ilmu pengetahuan dan tersingkirnya pada posisi yang rendah. b. Golongan Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan Maraknya perkembangan pemikiran seiring dengan lahirnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini, bukan berarti semua umat Islam sepakat terhadap ide tersebut. Mereka percaya bahwa semua ilmu itu sudah Islami, sebab yang menjadi sumber utamanya adalah Allah SWT sendiri. Sehingga mereka sangsi dengan pelabelan Islam atau bukan Islam pada segala ilmu. Sedangkan kontroversi yang terjadi dikalangan ilmuwan muslim merupakan tantangan tersendiri bagi realisasi islamisasi ini. Pendapat yang diberikan para ilmuwan berkisar tentang metodologi dalam islamisasi. Dalam pertentangan tersebut terdapat psimisme dan juga optimisme terhadap islamisasi. Namun semua pernyataan tersebut perlu dilihat siapa yang berpendapat dan bagaimana corak pemikirannya. Sehingga tidak menerimanya begitu saja. Dengan melihat kondisi tersebut, ranah epistemolog memang tidak bisa dipisahkan. Dalam kaitan ini, epistemologi merupakan unsur budaya yang berhubungan langsung dengan sistem nilai sebagai sesuatu yang mengkonstruk pola pikir (mind set) karena epistemologi memang terbukti mendasari rangka pikir dan perilaku manusia. Epistemologi adalah bingkai konseptual yang menjadi cara atau sudut pandang manusia dalam mengalami, memahami, dan bersikap terhadap realitas. (Arif, 2008:14-15). 3. Kedudukan Epistemologi dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan Pihak yang mendukung islamisasi memiliki semangat dan harapan besar terhadap kembalinya hegemoni ilmu pengetahuan islam. Bahkan Sebagian dari mereka telah menawarkan konsep epistemologis berupa langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai islamisasi ilmu pengetahuan. Di lain sisi, pihak yang menolak menilai bahwa islamisasi merupakan hal yang sulit bahkan mustahil direalisasikan, karena “lawan” yang dihadapi terlalu besar dan sulit ditaklukkan, dan menilai bahwa ilmu pengetahuan adalah universal (tidak ada kaitannya dengan Islam-tidak Islam), sehingga usaha untuk mewujudkannya adalah hal yang sia-sia. 4. Pengertian dan ruang lingkup epistemologi Pengertian epistemologi menurut Dagobert D. Runes adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode, dan validitas pengetahuan. Sedangkan
  • 15. 15 Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan (Qomar, 2005:4). Sementara ruang lingkup epistemologi seperti yang dirinci M. Arifin meliputi hakikat, sumber dan validitas pengetahuan. Pada intinya, ruang lingkup epistemologi, menurut A.M Saefuddin dapat dirungkas menjadi 2 masaah pokok; sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. (Qomar, 2005:4). Di samping itu, landasan epistemologi juga memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan ilmu pengetahuan. Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. (Qomar, 2005:11).
  • 16. 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, dan mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipandankan dengan kata science. Dalam Bahasa Indonesia kata science berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang berarti tahu umumnya diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Instrumen pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Perkembangan sains didorong oleh paham humanisme, yaitu paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal, karena akal dianggap mampu, dan akal yang ada pada setiap orang bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada akal setiap manusia. Dalam kajian filsafat di jelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia memilki sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya. Ada empat sumber pengetahuan yang dimaksud yaitu, Rasio, Empiris, Intuisi, dan Wahyu. Keempat sumber ini memiliki pengertian yang berbeda- beda dalam menafsirkan sumber dari pengetahuan manusia tersebut. Secara umum ilmu dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang meliputi; metafisika menempati posisi tertinggi, disusul kemudian oleh matematika, dan terakhir ilmu-ilmu fisik. Melalui tiga kelompok ilmu tersebut, lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan, misalnya; dalam ilmu-ilmu metafisika (ontologi, teologi, kosmologi, angelologi, dan eskatologi), dalam ilmu-ilmu matematika (geometri, aljabar, aritmatika, musik, dan trigonometri), dan dalam ilmu-ilmu fisik (fisika, kimia, geologi, geografi, astronomi, dan optika). Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Attas, yaitu pembebasan manusia dari tradisi magis, mitilogis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran (Daud, 1998:336). Untuk melakukan islamiasi ilmu
  • 17. 17 pengetahuan tersebut, menurut Al-Attas, perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama, ialah melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban barat, dan kedua, memasukkan elemen- elemen islam dan konsep-konsep kunci kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan. B. Saran Demikian makalah yang dapat kami tulis, namun dalam pengerjaannya tidak selamanya apa yang telah kita kerjakan itu adalah benar, kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca agar makalah ini bisa lebih baik kedepannya. Terimakasih.
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Fahmi, Asma Hasan. SEJARAH dan PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution, Sakholid. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Citra Pustaka Media Perintis, 2012. Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 2013. http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/232 Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. FILSAFAT UMUM DARI Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandun http://repository.uinsu.ac.id/118/