2. PENDAHULUAN
• Memiliki gradien lingkungan dan sederetan spesies yang
dapat dijelaskan dengan baik dan mudah diidentifikasi.
• Menyediakan laboratorium outdoor yang ideal untuk
mempelajari sistematika dan taksonomi, ekofisiologi,
serta ekologi populasi dan komunitas.
• Dapat diakses dan lebih mudah diteliti daripada sistem
laut lepas pantai
• Monitoring biologi yang bertujuan mendeteksi dampak
potensial akibat perubahan aktivitas dan pencemaran
pesisir.
3. Pantai Berbatu
- Tersusun dari bahan yang keras
- Memiliki keragaman terbesar (hewan dan tumbuhan)
- Populasi yang padat dengan ciri-ciri:
- Bersifat Sessil
- Berumur pendek
- Kelimpahan dapat mudah diperkirakan dengan persentase tutupan atau
kepadatan tanpa harus merusak habitat
- Mudah dipelajari dengan pendekatan eksperimen
3 tipe Pantai
-Pantai Berbatu
-Pantai Pasir
-Pantai Lumpur
Pantai Berpasir dan Berlumpur
- Sulit untuk dipelajari, karena harus menggunakan alat saringan
- Sulit melakukan percobaan, tanpa harus merusak habitat
4. SURVEY SKALA LUAS
Pantai dapat dikaji dengan berbagai skala:
• Survey bio-geografi
• Survey regional
• Perbandingan antarpantai dari beberapa tempat
• Survey yang detail dari bagian khusus suatu pantai.
Sebelum anda memulai survey deskriptif apapun, tujuan dari
pembelajaran tersebut haruslah jelas. Pastikan bahwa Anda tahu
pertanyaan apa yang menarik untuk Anda jawab!
5. Metode Survey Skala Luas
Deskripsi Kualitatif Pendekatan semi-kuantitatif: Skala
Kelimpahan
• Membutuhkan pendekatan non-
kuantitatif saja
• Berlaku khusus untuk pantai
berbatu, dimana pola besarnya
dapat dilihat dengan mudah.
• Penggunaan fotografi dan video
juga menjadi hal mendasar bagi
survey skala luas.
• Sulit dilakukan pada pantai berpasir
dan berlumpur, dimana sampling
destruktif terbatas dan klasifikasi
tipe sedimen menjadi dibutuhkan.
• Dengan mengestimasi kelimpahan
spesies utama yang ditemukan di
pantai.
• Menggunakan skala kelimpahan
semi-kuantitatif
• Biasanya mendasarkan pada
progresi logaritmik atau semi-
logaritmik (1-10, 10-100, 100-1000,
dan lain-lain).
• Kesulitan utama yang terkait skala
kelimpahan adalah perbedaan
diantara operator dan permasalahan
analisis stastistik, karena tidak ada
pengukuran variabilitas
6. Deskripsi Kualitatif
Ketika menkaji skala luas terlebih melihat karakteristik utama dan habitatnya:
• Apakah pantai tersebut berbatu, sedimen, atau campuran?
• Apakah pantai tersebut terekspos atau terlindung?
• Jika berbatu, apakah termasuk batuan dasar atau batuan besar?
• Berapa ukuran batuan besarnya; perbandingan kurang lebihnya
dengan sedimen?
• Apakah pantai tersebut rata, miring, atau tinggi?
• Bagaimana tipe bebatuannya?
Bersedimen?
Berbatu? ATAU
7. Pendekatan semi-kuantitatif: Skala kelimpahan
• mengestimasi kelimpahan spesies utama yang
ditemukan di pantai
• Untuk melakukan studi bio-geografi skala-luas dari
sederetan spesies pantai yang penting secara ekologi,
Crisp dan Southward (1958) menemukan skala
kelimpahan semi-kuantitatif.
• Kelimpahan organisme pada lokasi khusus dapat
dianggap berasal dari salah satu kategori, seperti
berlimpah, biasa, sering, kadang – kadang, jarang, tidak
ditemukan
8. Survey dalam Skala Luas
Pendekatan Semi-kuantitaif: Skala Kelimpahan
- Merupakan pendekatan inisial skala luas melalui perkiraan
kelimpahan spesies-spesies major (utama).
- Kelimpahan organisme pada skala lokal dapat dibedakan
atas :
1. melimpah (abundant)
2. sering dijumpai (frequent)
3. Kadang-kadang ada (occasional)
4. Jarang (rare)
5. Tidak ditemukan (not found)
Deskripsi Kualitatif
- Deskripsi skala luas yang hanya membutuhkan
suatu pendekatan non-kuantitatif.
- Cocok untuk pantai berbatu, karena mudah
dilihat/diamati.
9. Survey dalam Skala Luas
Penggunaan Skala Kelimpahan untuk Studi Skala Luas untuk pengamatan spesies-
spesies pantai berbatu di English Channel
10. 1.2. PENDEKATAN KUANTITATIF
Sampling menggunakan transek kuadrat
Pada pantai berbatu;
•Dapat meminimalisir variasi habitat mikro, misalnya, dengan hanya
mempertimbangkan arah hadapan menuju laut dan terbuka, dan bebas hamparan
batu.
Pantai bersedimen
•Terlihat lebih homogen, namun merupakan area yang berbeda, dan seharusnya
diambil sampel secara terpisah
• Memiliki luasan yang sesuai dengan daerah penelitian
• Bila terlalu sempit, nilai kelimpahan dan kisaran zonasi vertikal tidak
akurat
• Bila terlalu lebar, nilainya bervariasi berdasarkan ekspos gelombang
• Kekurangan “belt ransek”; sulit diberi perlakuan statistik dan tidak
indenpenden satu sama lain (pada pantai yang sama maupun
berbeda)
Belt transects (Sabuk Transek) yang perlu diperhatikan:
11. Menentukan jumlah dan ukuran sampel
• Organisme pantai terdistribusi secara merata, maka satuan sampling akan
sama kurannya dengan jarak sampel sama.
• Kenyataannya beberapa organisme umumnya jarang, dan kebanyakan
memiliki pola distribusi tidak merata. (Acak, tetapi lebih sering
mengelompok)
lokasi Berbatu atau bersedimen
• Sampel yang diambil harus memadai untuk menjelaskan distribusi
spasial dan perbandingan statistik tempat lokasi sampling
• Menentukan ukuran
transek
12. Ukuran transek
• > 100 individu = transek kuadrat tunggal
• < 100 individu = trannsek kudrat yang lebih kecil
Misalnya
• Transek 5x5 cm baik untuk ukuran sampel spesies tritip
• Transek 25x25 cm atau 50 x50 cm cocok untuk spesie limpet
• Transek 1 m x 1 m cocok untuk rumput laut
Pantai berbatu
Pantai bersedimen
• Mensaring volume pasir 25x15x25 dengan saringan 1 mm atau lebih kecil
• Volume lebih besar 50x50x25 menggunakan saringan 2mm
Menurut Elliot (1977), bahwa jumlah transek yang dibutuhkan tergantung
pada pola dispersi spasial organisme yang diteliti, densitas rata-rata, dan
ketelitian yang diinginkan
13. • Pendekatan sederhana dan pragmatis untuk menghitung berapa
banyak sampel yang dibutuhkan adalah dengan mengacak susunan
transek atau corer dari penelitian pendahuluan
• lihat berapa nilai tengahnya,
• batas kepercayaan pada nilai tengah
• perubahan dengan dua, lalu tiga, lalu empat sampel, dan seterusnya.
• Dengan pemeriksaan, seharusnya Anda dapat melihat ketika
perhitugannnya kabur (GAmbar Grafik dibawah)
• Menurut Hawkins dan Hartnoll (1980), bahwa kenytaannya kurva
jarang sekali yang berbentuk lurus karena spesies yang jarang.
• Oleh karena itu, sebagian besar spesies tidak tersebar merata di
alam, maka sangat tidak mungkin bahwa perhitungan dari transek
Permasalahan dan kendala
14. Perubahan pada perhitungan nilai tengah dan batas kepercayaan 95% dengan
peningkatan ukuran sampel untuk dua invertebrata estuari. (a) siput lumpur Hydrobia
ulva dan (b) cacing Nereis diversicolor.
15. Pendekatan Kuantitatif
Sampling menggunakan Kuadrat dan Corer
- Terutama sangat baik untuk menggambarkan pola zonasi.
- Pada pantai berbatu merupakan metoda terbaik untuk meminimalisasi variasi
mikrohabitat .
- Transek sabuk (belt transect) kuadrat yang berdekatan (contiguaous)
bermanfaat untuk mendeteksi tinggi absolut pantai terhadap spesies khusus,
khususnya pada pantai dengan kisaran pasang kecil atau cenderung
horizontal.
- Metoda yang terbaik dan biasa dipakai adalah : STRATIFIED RANDOM
SAMPLING.
- Metoda ini menggunakan pengetahuan sebelumnya, yang diperkirakan dari
observasi kualitatif atau survey semi-kuantitatif, untuk men-sampling secara
acak dengan tingkatan bervariasi.
- Pendekatan kuantitaif melakukan estimasi terhadap
kelimpahan secara lebih mendetail
- Biasanya dilakukan dengan menggunakan metoda
kuadrat dan corer.
16. Penentuan ukuran dan jumlah sampel
- Ada dua hal yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum menentukan
teknik sampling dan jumlah spesies, yakni :
1. Apakah ukuran yang tepat untuk unit sampling?
2. Berapa unit sampling yang dibutuhkan?
- Jika semua organisme pantai tersebar dengan merata maka tidak terlalu
menjadi masalah. Hanya sedikit sampel yang diperlukan, karena jumlah
pada masing-masing sampel cenderung sama.
- Permasalahannya, umumnya spesies memiliki pola sebaran yang tidak
merata. Kadang acak (random), tapi kadang sering juga bergerombol
(clumped) atau setengah-setengah (patchy).
- Ukuran kuadrat atau corer seringkali menentukan kepraktisan dan
pragmatis di lapangan. Ukuran ini seharusnya sama besar atau lebih
besar dari organisme terbesar yang ada (ukuran kuadrat dan corer tidak
boleh lebih kecil).
17. METODA UMUM UNTUK PANTAI BERBATU DAN PANTAI BERPASIR
I. Survey Profil Pantai
- Metode untuk mensurvey profil bermacam-macam, mulai dari yang
simpel tapi tidak akurat, hingga dengan menggunakan peralatan
dengan level yang lebih canggih/lebih baik (sophisticated level)
- Level split-prism keakuratannya sampai mendekati sentimeter (cm),
cara ini sangat direkomendasikan untuk digunakan.
- Level yang lebih murah dengan menggunakan 2 tiang vertikal yang
masing-masing dihubungkan dengan sepasang tali yang ditegangkan
untuk menentukan jarak dalam skala dekat.
II. Estimasi Tingkat Exposure (terpapar) terhadap Aksi Gelombang
- Dilakukan dengan mengukur gaya yang umumnya dihasilkan
gelombang.
- Aksi gelombang maksimum terutama secara lokal dapat diukur
langsung dengan peralatan yang sederhana, seperti drogues.
- Yang lebih akurat lagi dengan menggunakan tranducer yang
dihubungkan dengan mikrokomputer.
18. Metoda yang Sesuai untuk Pantai Berbatu
II. Topografi Permukaan
- Tingkat kekasaran/kehalusan (roughness) permukaan akan mempengaruhi
tempat berlindung (refuge) dan pola drainase pada permukaan batuan.
- Cara mengukurnya dengan meletakkan suatu line yang tegang (taut) di
sepanjang permukaan dan ditarik sepanjang kontur batuan.
- Panjang aktual sepanjang permukaan dibagi dengan panjang tegang (taut
length) menghasilkan nilai indeks kekasaran/index of roughness (rugosity).
I. Estimasi Persentase Penutupan
- Pada pantai berbatu terdapat beberapa jenis penutupan:
1. Penutupan kanopi oleh rumput laut besar.
2. Penutupan understorey oleh turf algae dan fauna sessile.
3. penutupan karang oleh karang itu sendiri.
- Penutupan dapat diestimasi dengan menggunakan subdivisi kuadrat.
- Estimasi penutupan yang baik adalah dengan memperbanyak titik-titik
sampling kuadrat.
19. S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
• Karakter sedimen dapat dicirikan melalui pengelompokkan dengan
menyaringnya pada ayakan bertingkat (sieve shaker) yang memiliki ukuran
saringan (mesh size) berbeda-beda pada tiap level ayakan untuk menentukan
persentase dari masing-masing kelas (grade).
• Skala Wentworth untuk mengelompokkan sedimen memiliki unit-unit ukuran
berbeda yang dapat dikonversi ke dalam unit phi dari interval yang sama
Metode grafik untuk menentukan sifat granulometrik sedimen
(Rafaelli dan Hawkins, 1996 )
20. S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
2. Menurut The International Society
of Soil Science (Michael, 1984).
Nama dan Ukuran Partikel sedimen
1. Menurut Skala Wentworth
(Buchanan & Kain, 1971).
21. S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
Perbandingan antara kelompok tanah berukuran kasar dengan
berukuran halus atau umumnya perbandingan pasir (sand), lumpur
(silt) dan liat (clay) membentuk “tekstur”. Cara penggolongan ini tidak
ada hubungannya dengan susunan kimiawi dan didasarkan semata-
mata pada ukuran partikel.
Tekstur substrat diperikan dengan ringan dan berat.
Istilah-istilah ini tidak berkaitan dengan bobot namun
berturut-turut dengan kekasaran atau kehalusan.
Substrat-substrat ringan mengandung lebih dari 80%
pasir sedangkan substrat-substrat berat mengandung
sejumlah besar lumpur dan liat.
22. S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
Golongan Substrat Utama berdasarkan fraksi penyusunnya
(Michael, 2005)
Umumnya tidak ada substrat yang mengandung hanya satu jenis fraksi
mineral, namun semua substrat terbentuk dari ketiga fraksi dalam
perbandingan yang berbeda-beda
24. Bahan Organik (Organic Matter)
Ada hubungan antara kandungan bahan organik dan ukuran
partikel sedimen. Pada sedimen yang halus, persentase bahan
organik biasanya lebih tinggi daripada yang kasar.
Jumlah bahan organik di dalam sedimen akan mempengaruhi:
1. Komposisi dan Densitas hewan-hewan deposit-feeding.
2. Sifat kimia dari sedimen.
Jumlah bahan organik di dalam sedimen dapat ditentukan dengan
mengoksidasi karbon (dengan menggunakan asam kuat) di dalam
sampel sedimen yang telah ditimbang dan dicatat besarnya karbon
yang hilang setelah oksidasi.
Alternatif lain dengan membakar karbon di dalam suatu tungku
pemanas pada suhu 450 °C.
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
25. Dengan mengukur nilai Eh pada kedalaman
berbeda, lokasi dari lapisan Redox Potensial
Discontinuity (RPD) dapat ditentukan.
Kemampuan (ability) sedimen untuk mereduksi
atau mengoksidasi senyawa dikenal sebagai
POTENSIAL REDOKS (sering disingkat Eh).
Eh tinggi (> + 200 mv)
Eh rendah (< 0 mv)
Eh sedang (0 – 200 mv)
Potensial Redoks (Redox potential)
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
RPD menggambarkan suatu perubahan dari
kondisi oksidasi ke reduksi, hal ini berhubungan
secara luas dengan lingkungan aerobik dan
anaerobik
Zona oksidasi
Zona Reduksi
Zona Transisi (Discontinuity Redox)
27. Meiofauna
Kelompok Meiofauna yang paling utama adalah Nematoda
Berukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm (Mann, 1980; Hutabarat
dan Evans, 1985; Kennish, 1990) atau antara 62 mm - 0,5 mm
(McLusky, 1990)
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Alat pengambil sampel meiofauna yang umum : Corer
29. Meiofauna
Untuk mempermudah perhitungan dan pengidentifikasian setelah
pensortiran dan diawetkan, maka sampel sedimen diberikan zat
pewarna Rose Bengal 0,025% dan zat pewarna lainnya.
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Sampel diawetkan dengan formalin 5 %
Pengawetan dan Pewarnaan sampel Meiofauna
30. Penting untuk mendapatkan informasi whole community
Membutuhkan waktu lama dan sumber daya yang besar
Pendekatan “lokasi tetapan dengan spesies kunci” (The
fixed site - key species)
Pada studi jangka panjang perlu adanya suatu Fixed Area
Studi dibatasi kepada beberapa spesies penting saja.
Sangat dianjurkan adanya gambaran foto (photograps)
Frekwensi sampling tergantung pada tujuan studi
Referensi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
merancang program monitoring jangka panjang :
- Morrisey et al. (1992)
- Underwood (1992).
STUDI JANGKA PANJANG
31. F
I
E
L
D
E
X
P
E
R
I
M
E
N
T
S
• Sulit untuk mengontrol variabel yang diamati (berbeda
dengan eksperimen laboratorium).
• Untuk eksperimen lapangan, diasumsikan bahwa semua
faktor akan bervariasi, tetapi dengan cara yang sama di dalam
perlakuan (treatment) dan kontrol, kecuali untuk faktor di
bawah investigasi.
• Untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih akurat, perlu
adanya ulangan.
• Dua lingkup masalah utama telah diidentifikasi pada
eksperimen Lapangan:
1. Tidak adanya replikasi yang benar dan kecenderungan
untuk pseudoreplication (replikasi palsu).
2. Tiadanya indepedensi
Eksperimen Lapangan
32. OVERVIEW (Gambaran Umum)
Ketika mempelajari daerah pantai, cobalah untuk mengamati pola atas
beberapa pantai dan waktu
Monitoring akan menyajikan informasikan berguna tentang perubahan temporal
di dalam populasi dan bisa berperan penting (lead) memformulasi hipotesis
untuk testing dengan suatu rancangan eksperimen yang lebih baik
Dapatkan informasi apa saja yang ada di pantai. Cari tahu tentang flora dan
fauna serta nilai sejarah alami (natural history) mereka.
Masih lebih baik jika mengerjakan eksperimen dengan suatu elemen yang
belum jelas (anda tidak suka meng-cover semua peristiwa) dibandingkan tidak
pernah mencoba satu eksperimen pun.
Apapun yang anda kerjakan, lakukanlah dengan senang