SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
STUDI PANTAI
PENDAHULUAN
• Memiliki gradien lingkungan dan sederetan spesies yang
dapat dijelaskan dengan baik dan mudah diidentifikasi.
• Menyediakan laboratorium outdoor yang ideal untuk
mempelajari sistematika dan taksonomi, ekofisiologi,
serta ekologi populasi dan komunitas.
• Dapat diakses dan lebih mudah diteliti daripada sistem
laut lepas pantai
• Monitoring biologi yang bertujuan mendeteksi dampak
potensial akibat perubahan aktivitas dan pencemaran
pesisir.
Pantai Berbatu
- Tersusun dari bahan yang keras
- Memiliki keragaman terbesar (hewan dan tumbuhan)
- Populasi yang padat dengan ciri-ciri:
- Bersifat Sessil
- Berumur pendek
- Kelimpahan dapat mudah diperkirakan dengan persentase tutupan atau
kepadatan tanpa harus merusak habitat
- Mudah dipelajari dengan pendekatan eksperimen
3 tipe Pantai
-Pantai Berbatu
-Pantai Pasir
-Pantai Lumpur
Pantai Berpasir dan Berlumpur
- Sulit untuk dipelajari, karena harus menggunakan alat saringan
- Sulit melakukan percobaan, tanpa harus merusak habitat
SURVEY SKALA LUAS
Pantai dapat dikaji dengan berbagai skala:
• Survey bio-geografi
• Survey regional
• Perbandingan antarpantai dari beberapa tempat
• Survey yang detail dari bagian khusus suatu pantai.
Sebelum anda memulai survey deskriptif apapun, tujuan dari
pembelajaran tersebut haruslah jelas. Pastikan bahwa Anda tahu
pertanyaan apa yang menarik untuk Anda jawab!
Metode Survey Skala Luas
Deskripsi Kualitatif Pendekatan semi-kuantitatif: Skala
Kelimpahan
• Membutuhkan pendekatan non-
kuantitatif saja
• Berlaku khusus untuk pantai
berbatu, dimana pola besarnya
dapat dilihat dengan mudah.
• Penggunaan fotografi dan video
juga menjadi hal mendasar bagi
survey skala luas.
• Sulit dilakukan pada pantai berpasir
dan berlumpur, dimana sampling
destruktif terbatas dan klasifikasi
tipe sedimen menjadi dibutuhkan.
• Dengan mengestimasi kelimpahan
spesies utama yang ditemukan di
pantai.
• Menggunakan skala kelimpahan
semi-kuantitatif
• Biasanya mendasarkan pada
progresi logaritmik atau semi-
logaritmik (1-10, 10-100, 100-1000,
dan lain-lain).
• Kesulitan utama yang terkait skala
kelimpahan adalah perbedaan
diantara operator dan permasalahan
analisis stastistik, karena tidak ada
pengukuran variabilitas
Deskripsi Kualitatif
Ketika menkaji skala luas terlebih melihat karakteristik utama dan habitatnya:
• Apakah pantai tersebut berbatu, sedimen, atau campuran?
• Apakah pantai tersebut terekspos atau terlindung?
• Jika berbatu, apakah termasuk batuan dasar atau batuan besar?
• Berapa ukuran batuan besarnya; perbandingan kurang lebihnya
dengan sedimen?
• Apakah pantai tersebut rata, miring, atau tinggi?
• Bagaimana tipe bebatuannya?
Bersedimen?
Berbatu? ATAU
Pendekatan semi-kuantitatif: Skala kelimpahan
• mengestimasi kelimpahan spesies utama yang
ditemukan di pantai
• Untuk melakukan studi bio-geografi skala-luas dari
sederetan spesies pantai yang penting secara ekologi,
Crisp dan Southward (1958) menemukan skala
kelimpahan semi-kuantitatif.
• Kelimpahan organisme pada lokasi khusus dapat
dianggap berasal dari salah satu kategori, seperti
berlimpah, biasa, sering, kadang – kadang, jarang, tidak
ditemukan
Survey dalam Skala Luas
 Pendekatan Semi-kuantitaif: Skala Kelimpahan
- Merupakan pendekatan inisial skala luas melalui perkiraan
kelimpahan spesies-spesies major (utama).
- Kelimpahan organisme pada skala lokal dapat dibedakan
atas :
1. melimpah (abundant)
2. sering dijumpai (frequent)
3. Kadang-kadang ada (occasional)
4. Jarang (rare)
5. Tidak ditemukan (not found)
 Deskripsi Kualitatif
- Deskripsi skala luas yang hanya membutuhkan
suatu pendekatan non-kuantitatif.
- Cocok untuk pantai berbatu, karena mudah
dilihat/diamati.
Survey dalam Skala Luas
Penggunaan Skala Kelimpahan untuk Studi Skala Luas untuk pengamatan spesies-
spesies pantai berbatu di English Channel
1.2. PENDEKATAN KUANTITATIF
Sampling menggunakan transek kuadrat
Pada pantai berbatu;
•Dapat meminimalisir variasi habitat mikro, misalnya, dengan hanya
mempertimbangkan arah hadapan menuju laut dan terbuka, dan bebas hamparan
batu.
Pantai bersedimen
•Terlihat lebih homogen, namun merupakan area yang berbeda, dan seharusnya
diambil sampel secara terpisah
• Memiliki luasan yang sesuai dengan daerah penelitian
• Bila terlalu sempit, nilai kelimpahan dan kisaran zonasi vertikal tidak
akurat
• Bila terlalu lebar, nilainya bervariasi berdasarkan ekspos gelombang
• Kekurangan “belt ransek”; sulit diberi perlakuan statistik dan tidak
indenpenden satu sama lain (pada pantai yang sama maupun
berbeda)
Belt transects (Sabuk Transek) yang perlu diperhatikan:
Menentukan jumlah dan ukuran sampel
• Organisme pantai terdistribusi secara merata, maka satuan sampling akan
sama kurannya dengan jarak sampel sama.
• Kenyataannya beberapa organisme umumnya jarang, dan kebanyakan
memiliki pola distribusi tidak merata. (Acak, tetapi lebih sering
mengelompok)
lokasi Berbatu atau bersedimen
• Sampel yang diambil harus memadai untuk menjelaskan distribusi
spasial dan perbandingan statistik tempat lokasi sampling
• Menentukan ukuran
transek
Ukuran transek
• > 100 individu = transek kuadrat tunggal
• < 100 individu = trannsek kudrat yang lebih kecil
Misalnya
• Transek 5x5 cm baik untuk ukuran sampel spesies tritip
• Transek 25x25 cm atau 50 x50 cm cocok untuk spesie limpet
• Transek 1 m x 1 m cocok untuk rumput laut
Pantai berbatu
Pantai bersedimen
• Mensaring volume pasir 25x15x25 dengan saringan 1 mm atau lebih kecil
• Volume lebih besar 50x50x25 menggunakan saringan 2mm
Menurut Elliot (1977), bahwa jumlah transek yang dibutuhkan tergantung
pada pola dispersi spasial organisme yang diteliti, densitas rata-rata, dan
ketelitian yang diinginkan
• Pendekatan sederhana dan pragmatis untuk menghitung berapa
banyak sampel yang dibutuhkan adalah dengan mengacak susunan
transek atau corer dari penelitian pendahuluan
• lihat berapa nilai tengahnya,
• batas kepercayaan pada nilai tengah
• perubahan dengan dua, lalu tiga, lalu empat sampel, dan seterusnya.
• Dengan pemeriksaan, seharusnya Anda dapat melihat ketika
perhitugannnya kabur (GAmbar Grafik dibawah)
• Menurut Hawkins dan Hartnoll (1980), bahwa kenytaannya kurva
jarang sekali yang berbentuk lurus karena spesies yang jarang.
• Oleh karena itu, sebagian besar spesies tidak tersebar merata di
alam, maka sangat tidak mungkin bahwa perhitungan dari transek
Permasalahan dan kendala
Perubahan pada perhitungan nilai tengah dan batas kepercayaan 95% dengan
peningkatan ukuran sampel untuk dua invertebrata estuari. (a) siput lumpur Hydrobia
ulva dan (b) cacing Nereis diversicolor.
Pendekatan Kuantitatif
 Sampling menggunakan Kuadrat dan Corer
- Terutama sangat baik untuk menggambarkan pola zonasi.
- Pada pantai berbatu merupakan metoda terbaik untuk meminimalisasi variasi
mikrohabitat .
- Transek sabuk (belt transect) kuadrat yang berdekatan (contiguaous)
bermanfaat untuk mendeteksi tinggi absolut pantai terhadap spesies khusus,
khususnya pada pantai dengan kisaran pasang kecil atau cenderung
horizontal.
- Metoda yang terbaik dan biasa dipakai adalah : STRATIFIED RANDOM
SAMPLING.
- Metoda ini menggunakan pengetahuan sebelumnya, yang diperkirakan dari
observasi kualitatif atau survey semi-kuantitatif, untuk men-sampling secara
acak dengan tingkatan bervariasi.
- Pendekatan kuantitaif melakukan estimasi terhadap
kelimpahan secara lebih mendetail
- Biasanya dilakukan dengan menggunakan metoda
kuadrat dan corer.
Penentuan ukuran dan jumlah sampel
- Ada dua hal yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum menentukan
teknik sampling dan jumlah spesies, yakni :
1. Apakah ukuran yang tepat untuk unit sampling?
2. Berapa unit sampling yang dibutuhkan?
- Jika semua organisme pantai tersebar dengan merata maka tidak terlalu
menjadi masalah. Hanya sedikit sampel yang diperlukan, karena jumlah
pada masing-masing sampel cenderung sama.
- Permasalahannya, umumnya spesies memiliki pola sebaran yang tidak
merata. Kadang acak (random), tapi kadang sering juga bergerombol
(clumped) atau setengah-setengah (patchy).
- Ukuran kuadrat atau corer seringkali menentukan kepraktisan dan
pragmatis di lapangan. Ukuran ini seharusnya sama besar atau lebih
besar dari organisme terbesar yang ada (ukuran kuadrat dan corer tidak
boleh lebih kecil).
METODA UMUM UNTUK PANTAI BERBATU DAN PANTAI BERPASIR
I. Survey Profil Pantai
- Metode untuk mensurvey profil bermacam-macam, mulai dari yang
simpel tapi tidak akurat, hingga dengan menggunakan peralatan
dengan level yang lebih canggih/lebih baik (sophisticated level)
- Level split-prism keakuratannya sampai mendekati sentimeter (cm),
cara ini sangat direkomendasikan untuk digunakan.
- Level yang lebih murah dengan menggunakan 2 tiang vertikal yang
masing-masing dihubungkan dengan sepasang tali yang ditegangkan
untuk menentukan jarak dalam skala dekat.
II. Estimasi Tingkat Exposure (terpapar) terhadap Aksi Gelombang
- Dilakukan dengan mengukur gaya yang umumnya dihasilkan
gelombang.
- Aksi gelombang maksimum terutama secara lokal dapat diukur
langsung dengan peralatan yang sederhana, seperti drogues.
- Yang lebih akurat lagi dengan menggunakan tranducer yang
dihubungkan dengan mikrokomputer.
Metoda yang Sesuai untuk Pantai Berbatu
II. Topografi Permukaan
- Tingkat kekasaran/kehalusan (roughness) permukaan akan mempengaruhi
tempat berlindung (refuge) dan pola drainase pada permukaan batuan.
- Cara mengukurnya dengan meletakkan suatu line yang tegang (taut) di
sepanjang permukaan dan ditarik sepanjang kontur batuan.
- Panjang aktual sepanjang permukaan dibagi dengan panjang tegang (taut
length) menghasilkan nilai indeks kekasaran/index of roughness (rugosity).
I. Estimasi Persentase Penutupan
- Pada pantai berbatu terdapat beberapa jenis penutupan:
1. Penutupan kanopi oleh rumput laut besar.
2. Penutupan understorey oleh turf algae dan fauna sessile.
3. penutupan karang oleh karang itu sendiri.
- Penutupan dapat diestimasi dengan menggunakan subdivisi kuadrat.
- Estimasi penutupan yang baik adalah dengan memperbanyak titik-titik
sampling kuadrat.
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
• Karakter sedimen dapat dicirikan melalui pengelompokkan dengan
menyaringnya pada ayakan bertingkat (sieve shaker) yang memiliki ukuran
saringan (mesh size) berbeda-beda pada tiap level ayakan untuk menentukan
persentase dari masing-masing kelas (grade).
• Skala Wentworth untuk mengelompokkan sedimen memiliki unit-unit ukuran
berbeda yang dapat dikonversi ke dalam unit phi dari interval yang sama
Metode grafik untuk menentukan sifat granulometrik sedimen
(Rafaelli dan Hawkins, 1996 )
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
2. Menurut The International Society
of Soil Science (Michael, 1984).
Nama dan Ukuran Partikel sedimen
1. Menurut Skala Wentworth
(Buchanan & Kain, 1971).
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
Perbandingan antara kelompok tanah berukuran kasar dengan
berukuran halus atau umumnya perbandingan pasir (sand), lumpur
(silt) dan liat (clay) membentuk “tekstur”. Cara penggolongan ini tidak
ada hubungannya dengan susunan kimiawi dan didasarkan semata-
mata pada ukuran partikel.
Tekstur substrat diperikan dengan ringan dan berat.
Istilah-istilah ini tidak berkaitan dengan bobot namun
berturut-turut dengan kekasaran atau kehalusan.
Substrat-substrat ringan mengandung lebih dari 80%
pasir sedangkan substrat-substrat berat mengandung
sejumlah besar lumpur dan liat.
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
Golongan Substrat Utama berdasarkan fraksi penyusunnya
(Michael, 2005)
Umumnya tidak ada substrat yang mengandung hanya satu jenis fraksi
mineral, namun semua substrat terbentuk dari ketiga fraksi dalam
perbandingan yang berbeda-beda
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution)
Piramida kelas substrat
(direproduksi dari Soil Survey Manual U.S. Dept. of Agriculture Handbook No 18 dalam
Michael, 1984).
Bahan Organik (Organic Matter)
 Ada hubungan antara kandungan bahan organik dan ukuran
partikel sedimen. Pada sedimen yang halus, persentase bahan
organik biasanya lebih tinggi daripada yang kasar.
 Jumlah bahan organik di dalam sedimen akan mempengaruhi:
1. Komposisi dan Densitas hewan-hewan deposit-feeding.
2. Sifat kimia dari sedimen.
 Jumlah bahan organik di dalam sedimen dapat ditentukan dengan
mengoksidasi karbon (dengan menggunakan asam kuat) di dalam
sampel sedimen yang telah ditimbang dan dicatat besarnya karbon
yang hilang setelah oksidasi.
 Alternatif lain dengan membakar karbon di dalam suatu tungku
pemanas pada suhu 450 °C.
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Dengan mengukur nilai Eh pada kedalaman
berbeda, lokasi dari lapisan Redox Potensial
Discontinuity (RPD) dapat ditentukan.
Kemampuan (ability) sedimen untuk mereduksi
atau mengoksidasi senyawa dikenal sebagai
POTENSIAL REDOKS (sering disingkat Eh).
Eh tinggi (> + 200 mv)
Eh rendah (< 0 mv)
Eh sedang (0 – 200 mv)
Potensial Redoks (Redox potential)
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
RPD menggambarkan suatu perubahan dari
kondisi oksidasi ke reduksi, hal ini berhubungan
secara luas dengan lingkungan aerobik dan
anaerobik
Zona oksidasi
Zona Reduksi
Zona Transisi (Discontinuity Redox)
Pensortiran Fauna (Sorting animals)
Wooden Sorting Box
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Wire-mesh Sieves
Meiofauna
 Kelompok Meiofauna yang paling utama adalah Nematoda
 Berukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm (Mann, 1980; Hutabarat
dan Evans, 1985; Kennish, 1990) atau antara 62 mm - 0,5 mm
(McLusky, 1990)
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
 Alat pengambil sampel meiofauna yang umum : Corer
Meiofauna
Metode Elutriasi (Pembasuhan)
Pensortiran Meiofauna
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
Metode Elutriasi Boisseau
Meiofauna
 Untuk mempermudah perhitungan dan pengidentifikasian setelah
pensortiran dan diawetkan, maka sampel sedimen diberikan zat
pewarna Rose Bengal 0,025% dan zat pewarna lainnya.
S
E
D
I
M
E
N
P
A
N
T
A
I
 Sampel diawetkan dengan formalin 5 %
Pengawetan dan Pewarnaan sampel Meiofauna
 Penting untuk mendapatkan informasi whole community
 Membutuhkan waktu lama dan sumber daya yang besar
 Pendekatan “lokasi tetapan dengan spesies kunci” (The
fixed site - key species)
 Pada studi jangka panjang perlu adanya suatu Fixed Area
 Studi dibatasi kepada beberapa spesies penting saja.
 Sangat dianjurkan adanya gambaran foto (photograps)
 Frekwensi sampling tergantung pada tujuan studi
 Referensi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
merancang program monitoring jangka panjang :
- Morrisey et al. (1992)
- Underwood (1992).
STUDI JANGKA PANJANG
F
I
E
L
D
E
X
P
E
R
I
M
E
N
T
S
• Sulit untuk mengontrol variabel yang diamati (berbeda
dengan eksperimen laboratorium).
• Untuk eksperimen lapangan, diasumsikan bahwa semua
faktor akan bervariasi, tetapi dengan cara yang sama di dalam
perlakuan (treatment) dan kontrol, kecuali untuk faktor di
bawah investigasi.
• Untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih akurat, perlu
adanya ulangan.
• Dua lingkup masalah utama telah diidentifikasi pada
eksperimen Lapangan:
1. Tidak adanya replikasi yang benar dan kecenderungan
untuk pseudoreplication (replikasi palsu).
2. Tiadanya indepedensi
Eksperimen Lapangan
OVERVIEW (Gambaran Umum)
Ketika mempelajari daerah pantai, cobalah untuk mengamati pola atas
beberapa pantai dan waktu
Monitoring akan menyajikan informasikan berguna tentang perubahan temporal
di dalam populasi dan bisa berperan penting (lead) memformulasi hipotesis
untuk testing dengan suatu rancangan eksperimen yang lebih baik
Dapatkan informasi apa saja yang ada di pantai. Cari tahu tentang flora dan
fauna serta nilai sejarah alami (natural history) mereka.
Masih lebih baik jika mengerjakan eksperimen dengan suatu elemen yang
belum jelas (anda tidak suka meng-cover semua peristiwa) dibandingkan tidak
pernah mencoba satu eksperimen pun.
Apapun yang anda kerjakan, lakukanlah dengan senang
Replikasi pada eksperimen lapangan
Back

More Related Content

Similar to Pertemuan 2 studi pantai

DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANDISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
Repository Ipb
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
kusyanto Anto
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
AzkiyaBanata
 
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasPemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Yayasan TERANGI
 
kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...
kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...
kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...
MelkiIsmail
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm
morila mei
 
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdfpdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
HeriHermawan66
 
Analisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsat
Analisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsatAnalisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsat
Analisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsat
mataraga nay
 

Similar to Pertemuan 2 studi pantai (20)

DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANDISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
 
Presentasi KP Embung Leubok.pptx
Presentasi KP Embung Leubok.pptxPresentasi KP Embung Leubok.pptx
Presentasi KP Embung Leubok.pptx
 
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasPemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan Hias
 
kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...
kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...
kOMUNITAS IKAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI KARANG DI PERAIRAN DESA BITUTON...
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm
 
pendadaran_S2
pendadaran_S2pendadaran_S2
pendadaran_S2
 
03. oseanografi
03. oseanografi03. oseanografi
03. oseanografi
 
Inling 2018
Inling 2018Inling 2018
Inling 2018
 
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdfpdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
 
LE0150-09.pdf
LE0150-09.pdfLE0150-09.pdf
LE0150-09.pdf
 
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
 
Analisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsat
Analisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsatAnalisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsat
Analisis persebaran hutan mangrove di bali dengan memanfaatkan citra landsat
 
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNAKOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
 
Ppt geografi manfaat penginderaan jauh
Ppt geografi manfaat penginderaan jauhPpt geografi manfaat penginderaan jauh
Ppt geografi manfaat penginderaan jauh
 
Laporan lereng andang plaxis
Laporan lereng andang plaxisLaporan lereng andang plaxis
Laporan lereng andang plaxis
 
Keberadaan Ekosistem Mangrove terhadap Stuktur Komunitas Ikan di Pesisir Kabu...
Keberadaan Ekosistem Mangrove terhadap Stuktur Komunitas Ikan di Pesisir Kabu...Keberadaan Ekosistem Mangrove terhadap Stuktur Komunitas Ikan di Pesisir Kabu...
Keberadaan Ekosistem Mangrove terhadap Stuktur Komunitas Ikan di Pesisir Kabu...
 
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
 
Laporan I Dinamika populasi
Laporan I Dinamika populasiLaporan I Dinamika populasi
Laporan I Dinamika populasi
 

Recently uploaded

prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
aji guru
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 

Recently uploaded (20)

Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Pertemuan 2 studi pantai

  • 1. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor STUDI PANTAI
  • 2. PENDAHULUAN • Memiliki gradien lingkungan dan sederetan spesies yang dapat dijelaskan dengan baik dan mudah diidentifikasi. • Menyediakan laboratorium outdoor yang ideal untuk mempelajari sistematika dan taksonomi, ekofisiologi, serta ekologi populasi dan komunitas. • Dapat diakses dan lebih mudah diteliti daripada sistem laut lepas pantai • Monitoring biologi yang bertujuan mendeteksi dampak potensial akibat perubahan aktivitas dan pencemaran pesisir.
  • 3. Pantai Berbatu - Tersusun dari bahan yang keras - Memiliki keragaman terbesar (hewan dan tumbuhan) - Populasi yang padat dengan ciri-ciri: - Bersifat Sessil - Berumur pendek - Kelimpahan dapat mudah diperkirakan dengan persentase tutupan atau kepadatan tanpa harus merusak habitat - Mudah dipelajari dengan pendekatan eksperimen 3 tipe Pantai -Pantai Berbatu -Pantai Pasir -Pantai Lumpur Pantai Berpasir dan Berlumpur - Sulit untuk dipelajari, karena harus menggunakan alat saringan - Sulit melakukan percobaan, tanpa harus merusak habitat
  • 4. SURVEY SKALA LUAS Pantai dapat dikaji dengan berbagai skala: • Survey bio-geografi • Survey regional • Perbandingan antarpantai dari beberapa tempat • Survey yang detail dari bagian khusus suatu pantai. Sebelum anda memulai survey deskriptif apapun, tujuan dari pembelajaran tersebut haruslah jelas. Pastikan bahwa Anda tahu pertanyaan apa yang menarik untuk Anda jawab!
  • 5. Metode Survey Skala Luas Deskripsi Kualitatif Pendekatan semi-kuantitatif: Skala Kelimpahan • Membutuhkan pendekatan non- kuantitatif saja • Berlaku khusus untuk pantai berbatu, dimana pola besarnya dapat dilihat dengan mudah. • Penggunaan fotografi dan video juga menjadi hal mendasar bagi survey skala luas. • Sulit dilakukan pada pantai berpasir dan berlumpur, dimana sampling destruktif terbatas dan klasifikasi tipe sedimen menjadi dibutuhkan. • Dengan mengestimasi kelimpahan spesies utama yang ditemukan di pantai. • Menggunakan skala kelimpahan semi-kuantitatif • Biasanya mendasarkan pada progresi logaritmik atau semi- logaritmik (1-10, 10-100, 100-1000, dan lain-lain). • Kesulitan utama yang terkait skala kelimpahan adalah perbedaan diantara operator dan permasalahan analisis stastistik, karena tidak ada pengukuran variabilitas
  • 6. Deskripsi Kualitatif Ketika menkaji skala luas terlebih melihat karakteristik utama dan habitatnya: • Apakah pantai tersebut berbatu, sedimen, atau campuran? • Apakah pantai tersebut terekspos atau terlindung? • Jika berbatu, apakah termasuk batuan dasar atau batuan besar? • Berapa ukuran batuan besarnya; perbandingan kurang lebihnya dengan sedimen? • Apakah pantai tersebut rata, miring, atau tinggi? • Bagaimana tipe bebatuannya? Bersedimen? Berbatu? ATAU
  • 7. Pendekatan semi-kuantitatif: Skala kelimpahan • mengestimasi kelimpahan spesies utama yang ditemukan di pantai • Untuk melakukan studi bio-geografi skala-luas dari sederetan spesies pantai yang penting secara ekologi, Crisp dan Southward (1958) menemukan skala kelimpahan semi-kuantitatif. • Kelimpahan organisme pada lokasi khusus dapat dianggap berasal dari salah satu kategori, seperti berlimpah, biasa, sering, kadang – kadang, jarang, tidak ditemukan
  • 8. Survey dalam Skala Luas  Pendekatan Semi-kuantitaif: Skala Kelimpahan - Merupakan pendekatan inisial skala luas melalui perkiraan kelimpahan spesies-spesies major (utama). - Kelimpahan organisme pada skala lokal dapat dibedakan atas : 1. melimpah (abundant) 2. sering dijumpai (frequent) 3. Kadang-kadang ada (occasional) 4. Jarang (rare) 5. Tidak ditemukan (not found)  Deskripsi Kualitatif - Deskripsi skala luas yang hanya membutuhkan suatu pendekatan non-kuantitatif. - Cocok untuk pantai berbatu, karena mudah dilihat/diamati.
  • 9. Survey dalam Skala Luas Penggunaan Skala Kelimpahan untuk Studi Skala Luas untuk pengamatan spesies- spesies pantai berbatu di English Channel
  • 10. 1.2. PENDEKATAN KUANTITATIF Sampling menggunakan transek kuadrat Pada pantai berbatu; •Dapat meminimalisir variasi habitat mikro, misalnya, dengan hanya mempertimbangkan arah hadapan menuju laut dan terbuka, dan bebas hamparan batu. Pantai bersedimen •Terlihat lebih homogen, namun merupakan area yang berbeda, dan seharusnya diambil sampel secara terpisah • Memiliki luasan yang sesuai dengan daerah penelitian • Bila terlalu sempit, nilai kelimpahan dan kisaran zonasi vertikal tidak akurat • Bila terlalu lebar, nilainya bervariasi berdasarkan ekspos gelombang • Kekurangan “belt ransek”; sulit diberi perlakuan statistik dan tidak indenpenden satu sama lain (pada pantai yang sama maupun berbeda) Belt transects (Sabuk Transek) yang perlu diperhatikan:
  • 11. Menentukan jumlah dan ukuran sampel • Organisme pantai terdistribusi secara merata, maka satuan sampling akan sama kurannya dengan jarak sampel sama. • Kenyataannya beberapa organisme umumnya jarang, dan kebanyakan memiliki pola distribusi tidak merata. (Acak, tetapi lebih sering mengelompok) lokasi Berbatu atau bersedimen • Sampel yang diambil harus memadai untuk menjelaskan distribusi spasial dan perbandingan statistik tempat lokasi sampling • Menentukan ukuran transek
  • 12. Ukuran transek • > 100 individu = transek kuadrat tunggal • < 100 individu = trannsek kudrat yang lebih kecil Misalnya • Transek 5x5 cm baik untuk ukuran sampel spesies tritip • Transek 25x25 cm atau 50 x50 cm cocok untuk spesie limpet • Transek 1 m x 1 m cocok untuk rumput laut Pantai berbatu Pantai bersedimen • Mensaring volume pasir 25x15x25 dengan saringan 1 mm atau lebih kecil • Volume lebih besar 50x50x25 menggunakan saringan 2mm Menurut Elliot (1977), bahwa jumlah transek yang dibutuhkan tergantung pada pola dispersi spasial organisme yang diteliti, densitas rata-rata, dan ketelitian yang diinginkan
  • 13. • Pendekatan sederhana dan pragmatis untuk menghitung berapa banyak sampel yang dibutuhkan adalah dengan mengacak susunan transek atau corer dari penelitian pendahuluan • lihat berapa nilai tengahnya, • batas kepercayaan pada nilai tengah • perubahan dengan dua, lalu tiga, lalu empat sampel, dan seterusnya. • Dengan pemeriksaan, seharusnya Anda dapat melihat ketika perhitugannnya kabur (GAmbar Grafik dibawah) • Menurut Hawkins dan Hartnoll (1980), bahwa kenytaannya kurva jarang sekali yang berbentuk lurus karena spesies yang jarang. • Oleh karena itu, sebagian besar spesies tidak tersebar merata di alam, maka sangat tidak mungkin bahwa perhitungan dari transek Permasalahan dan kendala
  • 14. Perubahan pada perhitungan nilai tengah dan batas kepercayaan 95% dengan peningkatan ukuran sampel untuk dua invertebrata estuari. (a) siput lumpur Hydrobia ulva dan (b) cacing Nereis diversicolor.
  • 15. Pendekatan Kuantitatif  Sampling menggunakan Kuadrat dan Corer - Terutama sangat baik untuk menggambarkan pola zonasi. - Pada pantai berbatu merupakan metoda terbaik untuk meminimalisasi variasi mikrohabitat . - Transek sabuk (belt transect) kuadrat yang berdekatan (contiguaous) bermanfaat untuk mendeteksi tinggi absolut pantai terhadap spesies khusus, khususnya pada pantai dengan kisaran pasang kecil atau cenderung horizontal. - Metoda yang terbaik dan biasa dipakai adalah : STRATIFIED RANDOM SAMPLING. - Metoda ini menggunakan pengetahuan sebelumnya, yang diperkirakan dari observasi kualitatif atau survey semi-kuantitatif, untuk men-sampling secara acak dengan tingkatan bervariasi. - Pendekatan kuantitaif melakukan estimasi terhadap kelimpahan secara lebih mendetail - Biasanya dilakukan dengan menggunakan metoda kuadrat dan corer.
  • 16. Penentuan ukuran dan jumlah sampel - Ada dua hal yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum menentukan teknik sampling dan jumlah spesies, yakni : 1. Apakah ukuran yang tepat untuk unit sampling? 2. Berapa unit sampling yang dibutuhkan? - Jika semua organisme pantai tersebar dengan merata maka tidak terlalu menjadi masalah. Hanya sedikit sampel yang diperlukan, karena jumlah pada masing-masing sampel cenderung sama. - Permasalahannya, umumnya spesies memiliki pola sebaran yang tidak merata. Kadang acak (random), tapi kadang sering juga bergerombol (clumped) atau setengah-setengah (patchy). - Ukuran kuadrat atau corer seringkali menentukan kepraktisan dan pragmatis di lapangan. Ukuran ini seharusnya sama besar atau lebih besar dari organisme terbesar yang ada (ukuran kuadrat dan corer tidak boleh lebih kecil).
  • 17. METODA UMUM UNTUK PANTAI BERBATU DAN PANTAI BERPASIR I. Survey Profil Pantai - Metode untuk mensurvey profil bermacam-macam, mulai dari yang simpel tapi tidak akurat, hingga dengan menggunakan peralatan dengan level yang lebih canggih/lebih baik (sophisticated level) - Level split-prism keakuratannya sampai mendekati sentimeter (cm), cara ini sangat direkomendasikan untuk digunakan. - Level yang lebih murah dengan menggunakan 2 tiang vertikal yang masing-masing dihubungkan dengan sepasang tali yang ditegangkan untuk menentukan jarak dalam skala dekat. II. Estimasi Tingkat Exposure (terpapar) terhadap Aksi Gelombang - Dilakukan dengan mengukur gaya yang umumnya dihasilkan gelombang. - Aksi gelombang maksimum terutama secara lokal dapat diukur langsung dengan peralatan yang sederhana, seperti drogues. - Yang lebih akurat lagi dengan menggunakan tranducer yang dihubungkan dengan mikrokomputer.
  • 18. Metoda yang Sesuai untuk Pantai Berbatu II. Topografi Permukaan - Tingkat kekasaran/kehalusan (roughness) permukaan akan mempengaruhi tempat berlindung (refuge) dan pola drainase pada permukaan batuan. - Cara mengukurnya dengan meletakkan suatu line yang tegang (taut) di sepanjang permukaan dan ditarik sepanjang kontur batuan. - Panjang aktual sepanjang permukaan dibagi dengan panjang tegang (taut length) menghasilkan nilai indeks kekasaran/index of roughness (rugosity). I. Estimasi Persentase Penutupan - Pada pantai berbatu terdapat beberapa jenis penutupan: 1. Penutupan kanopi oleh rumput laut besar. 2. Penutupan understorey oleh turf algae dan fauna sessile. 3. penutupan karang oleh karang itu sendiri. - Penutupan dapat diestimasi dengan menggunakan subdivisi kuadrat. - Estimasi penutupan yang baik adalah dengan memperbanyak titik-titik sampling kuadrat.
  • 19. S E D I M E N P A N T A I Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution) • Karakter sedimen dapat dicirikan melalui pengelompokkan dengan menyaringnya pada ayakan bertingkat (sieve shaker) yang memiliki ukuran saringan (mesh size) berbeda-beda pada tiap level ayakan untuk menentukan persentase dari masing-masing kelas (grade). • Skala Wentworth untuk mengelompokkan sedimen memiliki unit-unit ukuran berbeda yang dapat dikonversi ke dalam unit phi dari interval yang sama Metode grafik untuk menentukan sifat granulometrik sedimen (Rafaelli dan Hawkins, 1996 )
  • 20. S E D I M E N P A N T A I Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution) 2. Menurut The International Society of Soil Science (Michael, 1984). Nama dan Ukuran Partikel sedimen 1. Menurut Skala Wentworth (Buchanan & Kain, 1971).
  • 21. S E D I M E N P A N T A I Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution) Perbandingan antara kelompok tanah berukuran kasar dengan berukuran halus atau umumnya perbandingan pasir (sand), lumpur (silt) dan liat (clay) membentuk “tekstur”. Cara penggolongan ini tidak ada hubungannya dengan susunan kimiawi dan didasarkan semata- mata pada ukuran partikel. Tekstur substrat diperikan dengan ringan dan berat. Istilah-istilah ini tidak berkaitan dengan bobot namun berturut-turut dengan kekasaran atau kehalusan. Substrat-substrat ringan mengandung lebih dari 80% pasir sedangkan substrat-substrat berat mengandung sejumlah besar lumpur dan liat.
  • 22. S E D I M E N P A N T A I Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution) Golongan Substrat Utama berdasarkan fraksi penyusunnya (Michael, 2005) Umumnya tidak ada substrat yang mengandung hanya satu jenis fraksi mineral, namun semua substrat terbentuk dari ketiga fraksi dalam perbandingan yang berbeda-beda
  • 23. S E D I M E N P A N T A I Distribusi Ukuran Partikel (Particle size distribution) Piramida kelas substrat (direproduksi dari Soil Survey Manual U.S. Dept. of Agriculture Handbook No 18 dalam Michael, 1984).
  • 24. Bahan Organik (Organic Matter)  Ada hubungan antara kandungan bahan organik dan ukuran partikel sedimen. Pada sedimen yang halus, persentase bahan organik biasanya lebih tinggi daripada yang kasar.  Jumlah bahan organik di dalam sedimen akan mempengaruhi: 1. Komposisi dan Densitas hewan-hewan deposit-feeding. 2. Sifat kimia dari sedimen.  Jumlah bahan organik di dalam sedimen dapat ditentukan dengan mengoksidasi karbon (dengan menggunakan asam kuat) di dalam sampel sedimen yang telah ditimbang dan dicatat besarnya karbon yang hilang setelah oksidasi.  Alternatif lain dengan membakar karbon di dalam suatu tungku pemanas pada suhu 450 °C. S E D I M E N P A N T A I
  • 25. Dengan mengukur nilai Eh pada kedalaman berbeda, lokasi dari lapisan Redox Potensial Discontinuity (RPD) dapat ditentukan. Kemampuan (ability) sedimen untuk mereduksi atau mengoksidasi senyawa dikenal sebagai POTENSIAL REDOKS (sering disingkat Eh). Eh tinggi (> + 200 mv) Eh rendah (< 0 mv) Eh sedang (0 – 200 mv) Potensial Redoks (Redox potential) S E D I M E N P A N T A I RPD menggambarkan suatu perubahan dari kondisi oksidasi ke reduksi, hal ini berhubungan secara luas dengan lingkungan aerobik dan anaerobik Zona oksidasi Zona Reduksi Zona Transisi (Discontinuity Redox)
  • 26. Pensortiran Fauna (Sorting animals) Wooden Sorting Box S E D I M E N P A N T A I Wire-mesh Sieves
  • 27. Meiofauna  Kelompok Meiofauna yang paling utama adalah Nematoda  Berukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm (Mann, 1980; Hutabarat dan Evans, 1985; Kennish, 1990) atau antara 62 mm - 0,5 mm (McLusky, 1990) S E D I M E N P A N T A I  Alat pengambil sampel meiofauna yang umum : Corer
  • 28. Meiofauna Metode Elutriasi (Pembasuhan) Pensortiran Meiofauna S E D I M E N P A N T A I Metode Elutriasi Boisseau
  • 29. Meiofauna  Untuk mempermudah perhitungan dan pengidentifikasian setelah pensortiran dan diawetkan, maka sampel sedimen diberikan zat pewarna Rose Bengal 0,025% dan zat pewarna lainnya. S E D I M E N P A N T A I  Sampel diawetkan dengan formalin 5 % Pengawetan dan Pewarnaan sampel Meiofauna
  • 30.  Penting untuk mendapatkan informasi whole community  Membutuhkan waktu lama dan sumber daya yang besar  Pendekatan “lokasi tetapan dengan spesies kunci” (The fixed site - key species)  Pada studi jangka panjang perlu adanya suatu Fixed Area  Studi dibatasi kepada beberapa spesies penting saja.  Sangat dianjurkan adanya gambaran foto (photograps)  Frekwensi sampling tergantung pada tujuan studi  Referensi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang program monitoring jangka panjang : - Morrisey et al. (1992) - Underwood (1992). STUDI JANGKA PANJANG
  • 31. F I E L D E X P E R I M E N T S • Sulit untuk mengontrol variabel yang diamati (berbeda dengan eksperimen laboratorium). • Untuk eksperimen lapangan, diasumsikan bahwa semua faktor akan bervariasi, tetapi dengan cara yang sama di dalam perlakuan (treatment) dan kontrol, kecuali untuk faktor di bawah investigasi. • Untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih akurat, perlu adanya ulangan. • Dua lingkup masalah utama telah diidentifikasi pada eksperimen Lapangan: 1. Tidak adanya replikasi yang benar dan kecenderungan untuk pseudoreplication (replikasi palsu). 2. Tiadanya indepedensi Eksperimen Lapangan
  • 32. OVERVIEW (Gambaran Umum) Ketika mempelajari daerah pantai, cobalah untuk mengamati pola atas beberapa pantai dan waktu Monitoring akan menyajikan informasikan berguna tentang perubahan temporal di dalam populasi dan bisa berperan penting (lead) memformulasi hipotesis untuk testing dengan suatu rancangan eksperimen yang lebih baik Dapatkan informasi apa saja yang ada di pantai. Cari tahu tentang flora dan fauna serta nilai sejarah alami (natural history) mereka. Masih lebih baik jika mengerjakan eksperimen dengan suatu elemen yang belum jelas (anda tidak suka meng-cover semua peristiwa) dibandingkan tidak pernah mencoba satu eksperimen pun. Apapun yang anda kerjakan, lakukanlah dengan senang
  • 33.
  • 34. Replikasi pada eksperimen lapangan Back