1. LAPORAN
ANALISIS STABILITAS LERENG DI KAWASAN LOGUNG
DENGAN MENGGUNAKAN PERMEN NO.22/PRT/M/2007
DAN METODE SLICES SLOPE ANALYSIS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Stabilitas Lereng
Dosen Pengampu :
Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc.
Disusun Oleh :
NAMA : ANDANG ARI SADEWO
NIM : 5113415044
PRODI : TEKNIK SIPIL S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
nikmatNya saya mampu menyelesaikan Laporan Analisis Stabilitas Lereng Di
Kawasan Logung Dengan Menggunakan Permen No.22/Prt/M/2007 Dan Metode
Slices Slope Analysis. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Analisis Stabilitas Lereng. Terima kasih juga saya haturkan kepada Ibu Rini
Kusumawardani selaku dosen pembimbing mata kuliah Analisis Stabilitas Lereng.
Saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan
Laporan Perencanaan Perkerasan Kaku ini untuk itu saya mohon kritik dan saran
yang membangun guna membuat saya jauh lebih baik lagi dalam menyusun
laporan ke depan. Harapannya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Semarang, Desember 2017
Penulis,
Andang Ari Sadewo
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................. 1
Rumusan Masalah .......................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................. 1
Manfaat ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2
Peta Kontur Logung ....................................................................... 2
Detail Kontur yang Dipilih ............................................................. 3
Hasil Berdasar Permen PU ............................................................. 4
Hasil Berdasar Slope Analysis ....................................................... 10
Hasil Berdasar Plaxis ...................................................................... 11
Kesimpulan Hasil ........................................................................... 15
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................... 16
Penutup .................................................................................................. 16
Lampiran ................................................................................................ 17
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keadaan topografi daerah rencana Bendungan Logung berupa perbukitan
dengan batas lembah berbentuk V dengan lebar dasar sekitar 50 m dan
kemiringan tebing kiri sekitar 45 - 70° bagian kanan 30 - 50°. Pada rencana
lokasi bendungan elevasi dasar sungainya adalah +43,00 dan ekevasi punggung
bukit kiri +115,00 dan punggung bukit kanan +110,00. Bentuk topografi
rencana daerah genangan berupa tampungan yang memanjang dan menyempit
ke hulu, tidak memiliki daerah kantong yang melebar.
Telah disediakan peta kontur kawasan Logung yang sudah dibagi menjadi
beberapa bagian. Setiap mahasiswa ditugaskan untuk melakukan analisis
kestabilan lereng dengan meninjau dari data yang ada berdasarkan pedoman
Permen No.22/PRT/M/2007 dan Metode Slices Slope Analysis yang kemudian
dimodelkan menggunakan program plaxis untuk mengetahui tingkat Faktor
Keamanan (Safety Factor). Hal ini untuk meninjau apakah kondisi tanah pada
bagian tersebut memungkinkan terjadinya kelongsoran atau tidak.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam laporan ini, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi kelongsoran berdasarkan pedoman Permen
No.22/PRT/M/2007?
2. Bagaimana potensi kelongsoran berdasarkan Metode Slices Slope Analysis?
3. Bagaimana tingkat Faktor Keamanan lereng tersebut?
1.3. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui potensi kelongsoran dengan pedoman Permen
No.22/PRT/M/2007.
2. Mengetahui potensi kelongsoran berdasarkan Metode Slices Slope Analysis.
3. Mendapatkan angka tingkat Faktor Keamanan lereng.
6. 3
2.2. Detail kontur yang dipilih
Diketahui :
Sudut lereng =13,27°
Kemiringan lereng : 13,27/90 x 100% = 14,75 %
Sehingga kontur tersebut termasuk
kedalam tipe zona C dengan kemiringan
lereng 0% -
20%.
Gambar 1.a. Method of Slices
Gambar 1. Gambar Kontur Lereng
7. 4
2.3. Hasil berdasarkan Permen No.22/PRT/M/2007
Diketahui persen kemiringan lereng sebesar 14,75% maka dipakai tabel 4 sebagai kriteria dan indikator tigkat kerawanan untuk zona berpotensi
longsor tipe C (dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai, lembah sungai; kemiringan lereng 0% sampai dengan 20%.)
Tabel C1. Kriteria Aspek Fisik Alami
C1 : Kriteria Aspek Fisik Alami
No Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Diketahui
Sensitivitas
Tingkat
Kerawanan
Verifer
Bobot
Penilaian
Nilai Bobot
Tertimbang
Tingkat
Kerawanan
Longsor
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.
Kemiringan
Lereng
30% 12,3%
Tinggi - Kemiringan lereng 16% - 20% 3 0,90
Sedang - Kemiringan lereng 9% - 15% 2 0,60
Rendah - Kemiringan lereng 0% - 8% 1 0,30
2. Kondisi Tanah 15%
Struktur geologi
yang dominan
adalah perlapisan
dan kekar
Tinggi
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan terlihat banyak
struktur retakan, lapisan batuan miring kearah luar lereng
- Tebing sungai tersusun oleh batuan yang mudah tererosi
aliran sungai dan terdapat retakan atau kekar pada batuan.
3 0,45
Sedang
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan terlihat ada struktur
retakan tetapi lapisan batuan tidak miring ke arah luar
lereng.
- Tebing sungai tersusun oleh batuan yang mudah tererosi
aliran sungai, namun tidak terdapat retakan/ kekar pada
batuan.
2 0,30
Rendah
- Lereng tersusun oleh batuan dan tanah, namun tidak ada
struktur retakan / kekar pada batuan. 1 0,15
8. 5
C1 : Kriteria Aspek Fisik Alami
No Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Diketahui
Sensitivitas
Tingkat
Kerawanan
Verifer
Bobot
Penilaian
Nilai Bobot
Tertimbang
Tingkat
Kerawanan
Longsor
3.
Batuan
Penyusun
Lereng
Kondisi batuan
yang sebagian
telah mengalami
pelapukan
Sedang
- Lereng tersusun oleh batuan dan terlihat ada struktur
retakan, tetapi lapisan batuan tidak miring ke arah luar
lereng.
2 0,40
Rendah
- Lereng tersusun oleh batuan dan tanah, namun tidak ada
struktur retakan / kekar pada batuan. 1 0,20
4. Curah Hujan 15% 2260 mm/tahun
Tinggi
- Curah hujan mencapai 70 mm/jam atau 100 mm/hari. Curah
hujan tahunan mencapai lebih dari 2500 mm, sehingga debit
sungai dapat meningkat dan mengerosi kaki tebing sungai.
3 0,60
Sedang
- Curah hujan sedang (berkisar 30 – 70 mm/jam), berlangsung
tidak lebih dari 2 jam dan hujan tidak setiap hari (100 – 2500
mm).
2 0,40
Rendah
- Curah hujan rendah (kurang dari 30 mm/jam), berlangsung
tidak lebih dari 1 jam dan hujan tidak setiap hari ( <1000
mm).
1 0,20
5.
Tata Air
Lereng
7%
Didapatkan
material ini kedap
air,
Tinggi
- Sering muncul rembesan-rembesan air atau mata air pada
lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan kedap
dengan lapisan tanah yang lebih permeable.
3 0,21
Sedang
- Jarang muncul rembesan-rembesan air atau mata air pada
lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan kedap
dengan lapisan tanah yang lebih permeable.
2 0,14
Rendah
- Tidak terdapat rembesan air atau mata air pada lereng atau
pada bidang kontak antara batuan kedap dengan lapisan
tanah yang lebih permeable.
1 0,07
9. 6
C1 : Kriteria Aspek Fisik Alami
No Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Diketahui
Sensitivitas
Tingkat
Kerawanan
Verifer
Bobot
Penilaian
Nilai Bobot
Tertimbang
Tingkat
Kerawanan
Longsor
6. Kegempaan 3%
Angka kegempaan
sangat kecil
Tinggi
- Lereng pada daerah rawan gempa sering pula rawan
terhadap gerakan tanah. 3 0,09
Sedang - Frekuensi gempa jarang terjadi (1-2 kali per tahun). 2 0,06
Rendah - Lereng tidak termasuk daerah rawan gempa. 1 0,03
7. Vegetasi 10%
Vegetasi penutup
berupa rumput-
rumputan, alang-
alang
Tinggi - Alang-alang, rumput-rumputan, tumbuhan semak, perdu. 3 0,03
Sedang - Tumbuhan berdaun jarum, seperti cemara dan pinus. 2 0,02
Rendah
- Tumbuhan berakar tunjang dengan perakaran menyebar
seperti kemiri, laban, dlingsem, mindi, johar, bungur,
banyan, mahoni, renghas, jati, kosambi, sonokeling,
trengguli, tayuman, asem jawa dan pilang
1 0,01
Jumlah Bobot 100% Jumlah nilai bobot tertimbang 1,83
Kriteria tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor Tipe C berdasarkan aspek fisik alami melalui penjelasan bobot tertimbang
1. Zona Berpotensi Longsor Tipe C dengan tingkat kerawanan Tinggi : total nilai bobot tertimbang 2,40 – 3,00
2. Zona Berpotensi Longsor Tipe C dengan tingkat kerawanan Sedang : total nilai bobot tertimbang 1,70 – 2,39
3. Zona Berpotensi Longsor Tipe C dengan tingkat kerawanan Rendah : total nilai bobot tertimbang 1,00 – 1,69
Didapat jumlah total nilai bobot tertimbang sebesar 2,13. Maka Zona Berpotensi Longsor Tipe C berdasarkan aspek fisik alami termasuk kedalam
tingkat kerawanan Sedang.
10. 7
Tabel C2. Kriteria Aspek Aktifitas Manusia
C2 : Kriteria Aspek Aktifitas Manusia
No Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Diketahui
Sensitivitas
Tingkat
Kerawanan
Verifer
Bobot
Penilaian
Nilai Bobot
Tertimbang
Tingkat
Kerawanan
Longsor
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pola Tanam 10%
Lahan di daerah
logung
dimanfaatkan
sebagai lahan
pertanian, ditinjau
dari banyaknya
mata pencaharian
sebagai petani.
Tinggi
- Lereng ditanami dengan pola tanam yang tidak tepat dan
sangat sensitive, misalnya ditanami tanaman berakar
serabut, dimanfaatkan sebagai sawah/lading dan hutan
pinus
3 0,30
Sedang
- Lereng ditanami dengan pola tanam yang tepat dan sangat
intensif, misalnya ditanami tanaman berakar serabut,
dimanfaatkan sebagai sawah dan/atau lading.
2 0,20
Rendah
- Lereng ditanami dengan pola tanam yang tepat dan tidak
intensif, misalnya ditanami pohon kayu berakar tunggang. 1 0,10
2.
Penggalian dan
Pemotongan
Lereng
20%
Pembangunan
waduk logung
sangat
memperhatikan
penggalian dan
pemotongan
dikarenakan
banyak batuan
yang telah
mengalami
pelapukan berat
Tinggi
- Intensitas penggalian/pemotongan lereng tinggi, missal
untuk jalan atau bangunan dan penambangan, tanpa
memperhatikan struktur perlapisan tanah /batuan pada
lereng dan tanpa perhitungan analisis kestabilan lereng.
3 0,60
Sedang
- Intensitas penggalian/pemotongan lereng rendah (jalan,
bangunan, penambangan) dan memperhatikan struktur
perlapisan tanah /batuan pada lereng dan perhitungan
analisis kestabilan lereng.
2 0,40
Rendah - Tidak melakukan penggalian/pemotongan lereng.
3.
Pencetakan
Kolam
10%
Pembuatan waduk
logung untuk
Tinggi
- Dilakukan pencetakan kolam yang dapat mengakibatkan
merembasnya air kolam kedalam lereng. 3 0,30
11. 8
C2 : Kriteria Aspek Aktifitas Manusia
No Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Diketahui
Sensitivitas
Tingkat
Kerawanan
Verifer
Bobot
Penilaian
Nilai Bobot
Tertimbang
Tingkat
Kerawanan
Longsor
menampung dan
mendistribusikan
air
Sedang
- Dilakukan pencetakan kolam tetapi terdapat perembasan
air, air kolam kedalam lereng. 2 0,20
Rendah - Tidak melakukan pencetakan kolam 1 0,10
4. Drainase 10%
Sedang dilakukan
perbaikan
drainase
Tinggi - Sistem drainase tidak memadai 3 0,30
Sedang
- Sistem drainasea agak memadai dan terdapat usaha-usaha
untuk memperbaiki drainase. 2 0,20
Rendah
- Sistem drainase agak memadai dan terdapat usaha-usaha
untuk memelihara saluran drainase. 1 0,10
5.
Pembangunan
Konstruksi
20%
Sedang dilakukan
pembangunan
bagunan bedung
Tinggi
- Dilakukan pembangunan konstruksi dengan beban yang
terlalu besar. 3 0,60
Sedang
- Dilakukan pembangunan konstruksi dan beban yang terlalu
besar, tetapi belum melampaui daya dukung tanah. 2 0,40
Rendah
- Dilakukan pembangunan konstruksi dan beban yang tidak
masih sedikit, dan belum melampaui daya dukung tanah,
atau tidak ada pembangunan konstruksi.
1 0,20
6.
Kepadatan
Penduduk
20% 11 jiwa /ha
Tinggi - Kepadatan penduduk tinggi (> 50 jiwa/ha). 3 0,60
Sedang - Kepadatan penduduk sedang ( 20-50 jiwa/ha). 2 0,40
Rendah - Kepadatan penduduk rendah (<20 jiwa/ha). 1 0,20
7. Usaha Mitigasi 3%
Usaha mitigasi
dengan membuat
Tinggi
- Tidak terdapat usaha mitigasi bencana oleh pemerintah
maupun masyarakat. 3 0,30
12. 9
C2 : Kriteria Aspek Aktifitas Manusia
No Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Diketahui
Sensitivitas
Tingkat
Kerawanan
Verifer
Bobot
Penilaian
Nilai Bobot
Tertimbang
Tingkat
Kerawanan
Longsor
waduk logung
untuk mengatasi
masalah
kebanjiran
maupun
kekeringan
Sedang
- Terdapat usaha mitigasi bencana alam oleh pemerintah
atau masyarakat, namun belum terkoordinasi dan
melembaga dengan baik.
2 0,20
Rendah
- Terdapat usaha mitigasi bencana alam oleh pemerintah
atau masyarakat, yang sudah terorganisasi dan
terkoordinasi dengan baik.
1 0,10
Jumlah Bobot 100% Jumlah nilai bobot tertimbang 1,6
Kriteria tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor Tipe C berdasarkan aspek aktifitas manusia melalui penjelasan bobot tertimbang
1. Zona Berpotensi Longsor Tipe C dengan tingkat kerawanan Tinggi : total nilai bobot tertimbang 2,40 – 3,00
2. Zona Berpotensi Longsor Tipe C dengan tingkat kerawanan Sedang : total nilai bobot tertimbang 1,70 – 2,39
3. Zona Berpotensi Longsor Tipe C dengan tingkat kerawanan Rendah : total nilai bobot tertimbang 1,00 – 1,69
Didapat jumlah total nilai bobot tertimbang sebesar 1,6. Maka Zona Berpotensi Longsor Tipe C berdasarkan aspek aktifitas manusia termasuk
kedalam tingkat kerawanan Rendah.
Setelah didapat jumlah total nilai bobot tertimbang pada masing-masing aspek, selanjutnya nilai terseut dijumlahkan kemudian dibagi 2. Apabila
hasil = 2,40 – 3,00 “Tingkat kerawanan Tinggi”, hasil = 1,70 – 2,39 “Tingkat kerawanan Sedang”, hasil = 1,00 – 1,69 “Tingkat kerawanan Rendah”
Zona Berpotensi Longsor Tipe C =
1,83+1,6
2
= 1,715 , sehingga termasuk kedalam tingkat kerawanan Sedang.
13. 10
2.4. Hasil berdasarkan Metode Slices Slope Analysis
Sumber : SNI Penyusunan Peta Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
Effective Stress Analysis (ESA)
FS =
∑{c′l+[(
W
b
)cosα−ul]tan∅}
∑[(
W
b
)sinα
Total Stress Analysis (TSA)
FS =
∑(Su 𝑙)
∑[(
W
b
)sinα]
1. Digunakan data Bore Hole No. 17
Parameter tanah pada bore hole No. 17 :
c' = 0,439 kg/cm2
Ø' = 14o
ɣ = 17,05 kN/m3
2. Hasil Perhitungan
Tabel 2. Perhitungan Metode Slices Slope Analysis
14. 11
Dari hasil perhitungan didapat FS sebesar 1,48. Jika dilihat berdasarkan sumber SNI
Penyusunan Peta Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah pada tabel 1. Kisaran Faktor
Keamanan (FS) (ward 1978) maka dapat disimpulkan bahwa kerentanan gerakan tanah
menengah artinya gerakan tanah dapat terjadi.
2.5. Hasil berdasarkan Plaxis
Langkah permodelan plaxis :
1. Penggambaran model plane strain 2D
2. Masukan input parameter tanah dengan model tanah Mohr-Coulomb dan material type
drained karena karakteristik tanah lanau kepasiran.
3. Menyusun elemen mesh segitiga
4. Mengisi isian menu calculation type.
5. Perhitungan analisis stabilitas lereng dengan metode phi/c reduction.
Parameter tanah diambil dari data boring no.17 :
c ref = 0,439 kg/cm2
= 43,05119 kN/m2
Ø' = 14o
= 14o
ɣ sat = 1,805 gr/cm3
= 18,05 kN/m3
ɣ unsat = 1,705 gr/cm3
= 17,05 kN/m3
E ref = 6,82 x 104
kN/m2
= 6,82 x 104
kN/m2
v = 0,155 = 0,155
kx = 0,0000159 cm/detik = 0,013738 m/hari
ky = 0,0000159 cm/detik = 0,013738 m/hari
15. 12
Hasil running dengan menggunakan PLAXIS diperoleh bidang longsor seperti gambar
berikut :
Gambar Deformed Shape
Gambar total displacement
18. 15
Angka faktor keamanan (safety factor) nya didapatkan SF = 1,43. Hal ini mengindikasikan
bahwa kondisi tanah yang ada dapat terjadi gerakan tanah.
Dengan Utotal dari Total Displacement = 9,4 x 103
m.
Dengan pergerakan penurunan / kelongsoran pertitik sebesar : 3 m.
2.6. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah :
1. Berdasarkan Permen No.22/PRT/M/2007 ,Zona Berpotensi Longsor Tipe C =
1,83+1,6
2
= 1,715 , sehingga termasuk kedalam tingkat kerawanan Sedang.
2. Berdasarkan perhitungan Metode Slices Slope Analysis didapat FS sebesar 1,48
Kerentanan Gerakan Tanah Menengah.
3. Faktor keamanan (safety factor) yang didapat dari hasil perhitungan menggunakan
plaxis adalah SF = 1,43.
Kerentanan Tanah Menengah.
19. 16
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah :
Sudut lereng =13,27°
Kemiringan lereng : 13,27/90 x 100% = 14,75
Sehingga kontur tersebut termasuk kedalam tipe zona C dengan kemiringan
lereng 0%-20%
Hasil Analisi dan hitungan :
1. Berdasarkan Permen No.22/PRT/M/2007 ,Zona Berpotensi Longsor Tipe C =
1,83+1,6
2
= 1,715 , sehingga termasuk kedalam tingkat kerawanan Sedang.
2. Berdasarkan perhitungan Metode Slices Slope Analysis didapat FS sebesar 1,48
Kerentanan Gerakan Tanah Menengah.
3. Faktor keamanan (safety factor) yang didapat dari hasil perhitungan menggunakan
plaxis adalah SF = 1,43.
Kerentanan Tanah Menengah.