SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Download to read offline
Penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati pada suatu bentang alam adalah kegiatan konversi hutan ke
sistem pertanian yang intensif dan cenderung monokultur. Keanekaragaman hayati memiliki peran yang penting
untuk menjaga keberlangsungan suatu ekosistem, hanya saja tekanan ekonomi seringkali mengurangi tingkat
penghargaan manusia terhadap peran keanekaragaman hayati. Untuk mengimbangi tersebut, skema pembayaran
jasa lingkungan (Rewards/Payments for environmental services) dikembangkan untuk menghargai orang-orang
yang melalui praktek kesehariannya telah berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Penilaian
Cepat terhadap Agro-biodiversitas (Rapid Agro-Biodiversity Appraisal - RABA) adalah metode yang dirancang untuk
mengidentifikasi informasi-informasi yang diperlukan untuk mengetahui pihak-pihak yang diuntungkan dari
keanekaragaman hayati, dan perspektif dari penyedia jasa lingkungan (penjual), pemanfaat jasa lingkungan
(pembeli) dan pihak yang memfasilitasi penjual dan pembeli dalam pengembangan mekanisme penghargaan atau
pembayaran jasa lingkungan. Terkadang ketidak tersediaan data inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada
di lokasi menjadi kendala utama. Ketiadaan data umumnya disebabkan oleh lamanya waktu yang diperlukan
untuk melakukan inventarisasi detail dengan metode ekologi yang baku. Oleh karena itu, Quick Biodiversity
Survey (QBS) dikembangkan dengan fokus hanya untuk menginventarisasi jenis-jenis bioindikator dari taxa
tertentu yang cukup mudah ditemukan dan memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap tingkat perubahan lahan.
Dasar dan Pendekatan
Kontak:
TUL-SEA Project
WORLD AGROFORESTRY CENTRE
Southeast Asia Regional Office
Jl CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16115
PO Box 161 Bogor 16001, Indonesia
Tel: +62 251 8625415; Fax: +62 251 8625416
E-mail: icraf-indonesia@cgiar.org
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea
Kontributor:
Penulis: Nurhariyanto, Pandam Nugroho, Jihad,
Laxman Joshi dan Endri Martini
Foto: Nurhariyanto, Pandam Nugroho, Jihad
Desain & Layout: Vidya Fitrian dan Diah Wulandari
Dalam Penilaian Cepat terhadap Agrobiodiversitas (RABA)
4
PEDOMANLAPANGANSURVEYCEPATKEANEKARAGAMANHAYATI
(QUICKBIODIVERSITYSURVEY-QBS)
PEDOMANLAPANGANSURVEYCEPATKEANEKARAGAMANHAYATI
(QUICKBIODIVERSITYSURVEY-QBS)
Trees in Multi-Use Landscape in Southeast Asia (TUL-SEA)
Seperangkat metode pendukung proses negosiasi dalam pengelolaan sumberdaya alam
Quick Biodiversity Survey (QBS)
Komposisi team
Alat dan bahan:
Metode
: 1 orang yang sudah terbiasa dengan identifikasi burung dan 3 orang asisten.
Binokuler Reiner 10 X 50 mm, GPS, handcounter, kompas orientasi, meteran gulung, tali rafia,
golok, tabel pengamatan, papan jalan, alat tulis dan buku panduan lapangan. Kamera dengan spesifikasi
perbesaran optikal yang setara dengan lensa tele 600 mm.
Pengamatan dilakukan pada pagi hingga sore hari yaitu pukul 05.30 sampai dengan pukul 17.00, selama 3 hari
tiap 1 km transek, jika waktu memungkinkan. Lima hari tiap transek akan lebih efektif jika cuaca mendukung.
Pengamatan dilakukan dengan berjalan cepat tapi tidak bersuara (untuk identifikasi burung terrestrial yang
sensitive dengan keberadaan manusia), berjalan perlahan-lahan (untuk identifikasi burung yang beraktivitas di
tajuk), menunggu dengan tenang (di tempat yang paling sering dikunjungi burung, misalnya pohon Ficus yang
berbuah, atau sungai kecil di musim kemarau).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan teknik pengambilan data
menggunakan Daftar 20 Mackinnon (Mackinnon dan Phillips, 1993 dalam Bibby, 1999). Dalam 1
daftar berisi maksimum 20 species. Setelah 20 spesies terdaftar, jika ditemukan perlu dibuat
daftar baru yang dapat berisi spesies yang sudah ada dalam daftar
sebelumnya. Jika suatu spesies ditemukan kembali dalam 1
daftar yang belum mencapai 20 spesies, maka spesies tersebut
hanya dihitung sebagai tambahan populasi pada spesies yang
sama (bukan spesies baru).
Pohon dan sapling
Komposisi team
Alat dan bahan
Metode
: 1 orang yang terbiasa dengan identifikasi pohon dan 1 orang asisten untuk mengukur
diameter pohon.
: plastik transparan, label spesimen, gunting stek, meteran dan alat tulis.
Inventarisasi jenis vegetasi dilakukan dengan membuat plot berbentuk lingkaran per
100 meter pada 1 km transek. Vegetasi jenis pohon disampling pada 2 tingkat:
(i) Pohon (ukuran diameter plot = 8 meter)
Semua tumbuhan (keliling > 31 cm) yang berada di dalam plot beradius 8m
diinventarisasi nama lokal, lingkar pohon (cm), status phenology (berbuah,
berbunga), juga informasi tentang apakah jenis pohon tersebut berbuah atau
tidak.
(ii) Tiang (Sapling) (ukuran diameter plot = 4 meter)
Semua tumbuhan (lingkar pohon < 31 cm dan tinggi > 2m) yang berada di
dalam plot beradius 4m diinventarisasi nama lokal dan jumlah individu per
jenisnya.
Spesimen tumbuhan dikumpulkan dengan metode standar, jika tidak diketahui nama
latinnya.
QBS adalah survey keanekaragaman hayati pada tingkat bentang alam di suatu desa dengan menggunakan
indikator taxa. Taxa yang direkomendasikan antara lain: pohon, kelelawar, diurnal primata, burung, mamalia
kecil dan kumbang tinja yang diamati dalam satu transek (sepanjang 1 km) dengan metode yang berbeda per tipe
taxa-nya. Minimal dilakukan 2 transek per tipe penggunaan lahan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan QBS
di satu desa adalah 2-3 minggu pengamatan di lapangan dan 1 bulan untuk verifikasi hasil identifikasi jenis,
analisa dan interpretasi data ke dalam bentuk laporan. Identifikasi jenis dilakukan dengan metode standar yang
biasa dilakukan per masing-masing taxa. Selama pengambilan data, juga dicatat langsung di lapangan atau
dikoleksi informasi data sekunder mengenai parameter fisik (suhu, curah hujan, tipe tanah, ketinggian dan
kelembaban).
Flyer ini diproduksi oleh
TUL-SEA
yang didanai oleh Federal Ministry for Economic
Cooperation and Development, Jerman
proyek
TUL
SEA
Seperangkat
metode
pendukung
proses
negosiasi
dalam
pengelolaan
sumberdaya
alam
-
:
bait
100 m 100 m
250 m
20 – 40 m
Jebakan Kumbang Tinja
Plot vegetasi
Jebakan mamalia kecil
1 km
Jumlah dan lokasi mist net
tergantung pada struktur vegetasi
Mist net untuk sampling
kelelawar
bait
100 m 100 m
250 m
20 – 40 m
Jebakan Kumbang Tinja
Plot vegetasi
Jebakan mamalia kecil
1 km
Jumlah dan lokasi mist net
tergantung pada struktur vegetasi
Mist net untuk sampling
kelelawar
Burung
Bagaimana melakukan QBS?
Sampling area
Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan
sampel (sampling area) harus mewakili
tipe-tipe penutupan lahan berbasis pohon
yang ada di areal desa yang akan disurvey,
diklasifikasikan dengan habitat hutan dan
non hutan. Habitat hutan adalah area yang
belum pernah ditanami secara intensif
oleh manusia, bisa berupa hutan primer,
hutan bekas penebangan. Habitat non
hutan adalah area yang sudah pernah
ditanami secara intensif oleh manusia, bisa
berupa kebun karet campur, kebun
agroforest durian, pekarangan rumah,
belukar, sesap, kebun yang cenderung
monokultur. Sampling area minimal
berjarak 100 m dengan tipe landuse
lainnya.
Daftar pustaka
Kuncoro SA, van Noordwijk M, Martini E, Saipothong P, Areskoug V, Ekadinata A, dan O’Connor T. 2006. Rapid
Agrobiodiversity Appraisal (RABA) in the contex of Environmental Service Rewards. Bogor, Indonesia. World
Agroforestry Centre- ICRAF, SEA Regional Office. 106p.
Mackinnon, J dan Phillips, K. 1993. Field Guide to the Birds of Sumatera, Borneo, Java and Bali (The Greater Sunda
Islands). Oxford University Press. Oxford.
Kumbang tinja ( )
Coleoptera; Scarabaeidae
2 3
Jebakan tinja
Sepasang kumbang tinja
menggelindingkan kotoran
hewan ke dalam
sarangnya
Kelelawar ( )
Chiroptera
Komposisi team
Alat dan bahan
Metode
: minimal 1 orang terbiasa
dengan identifikasi kelelawar dan 2 orang
yang tahu kondisi lapangan dan bisa
memanjat pohon.
: mistnet dengan lebar
mesh 30-32 mm terbuat dari sejenis
benang nilon halus ikatan rangkap.
:
Pemasangan mistnet kelelawar dilakukan
selama 3-4 hari per transek, pada sore
hari pukul 17.00. Pengecekan mistnet
dilakukan pukul 06.00 setiap hari.
Pengecekan mistnet pada malam hari
(sekitar jam 19.00-22.00) hanya dilakukan
jika pada malam sebelumnya ditemukan
mistnet yang rusak. Mistnet dipasang di
tempat lalu lintas kelelawar seperti:
sungai, perbukitan, pintu hutan dan
daerah bukaan sekitar tepi atau tengah
hutan. Mistnet dipasang sebanyak 4-5 jaring per transek dengan ketinggian
antara 0.5 meter sampai 10 meter dari atas tanah, tergantung pada tipe
kerapatan pohon:
tipe kerapatan yang cukup rapat (contohnya: hutan), mistnet dipasang
mulai dari 0.5 m (selama 2 hari) dan kemudian dinaikkan posisinya
maksimum setinggi lebar mistnet. Panjang mistnet yang digunakan 6
meter dengan lebar 2.5 meter, 1 mistnet per titik subplot.
tipe kerapatan sedang (contohnya kebun karet campur), mistnet dipasang
mulai dari 3-5 meter (selama 2 hari). Panjang mistnet yang digunakan 6-10
meter dengan lebar 2.5 meter.
tipe kerapatan terbuka, mistnet dipasang 3-10 meter (2 hari) tergantung pada tipe kerapatan pohon di
daerah sekelilingnya. Panjang mistnet yang digunakan 10 meter dengan lebar 2.5 meter. Jika
memungkinkan, dengan kondisi tutupan lahan yang terbuka, panjang mistnet yang digunakan bisa lebih
dari 10 meter (maksimal panjang mistnet = 18 meter).
Mistnet kurang efektif untuk kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) karena mereka bisa melihat net
dengan kemampuan echolokasinya. Oleh karena itu, cacah sarang (eksplorasi sarang) juga dilakukan di gua,
lipatan daun pisang, lipatan pohon kelapa, di lubang bambu dan sekitar atap rumah.
Sampel kelelawar yang terjerat, diidentifikasi, dihitung dan dilepaskan kembali. Jika sampel sulit
diidentifikasi, sampel dibunuh dengan disuntik kloroform, kemudian diukur panjang tubuhnya, berat, telinga,
ekor, tarsus, tibia serta sayapnya, dan dimasukkan dalam kotak plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya
spesimen tersebut dibawa ke ahli kelelawar untuk diidentifikasi spesies dan fungsi ekologinya.
—
—
—
Mamalia kecil (kebanyakan hewan pengerat - rodentia)
Geotrupidae
Coprinae
( )
Tuneller
Coprinae ( )
Tuneller
Scarabaeinae
( )
Roller
Aphodiidae
(Dweller)
Morphological characters
—
—
—
—
—
Hexapod dan memiliki tiga bagian
tubuh utama - kepala, thorax dan
abdomen
Biasanya berwarna hitam, dengan
beberapa warna metalik dan
Kepala kumbang Scarabaeidae seperti
sekop dengan satu buah atau sepasang
tanduk
Perpanjangan protibia seperti gigi luar
yang tajam
Antenna dengan 3-4 pemanjangan
segmen di ujungnya (Flabellate)
bold
chromatic form
Coprinae ( )
Tuneller
Trogidae ( )
Tuneller
Taxonomy
Sebagian besar kumbang tinja merupakan anggota
famili terutama sub-family
and . Sebagian lainnya dari family ,
dan .
Scarabaeidae Scarabaeinae
Coprinae Aphodiidae
Trogidae Geotrupidae
Microchiroptera
—
—
kelelawar pemakan serangga
menggunakan sistem ekolokasi untuk
mengenali lokasi.
Chiroptera
Megachiroptera
—
—
—
kelelawar penyerbuk
kelelawar penyebar
biji
menggunakan mata
untuk melihat dan
mendeteksi.
Jebakan mistnet
TUL
SEA
Seperangkat
metode
pendukung
proses
negosiasi
dalam
pengelolaan
sumberdaya
alam
-
:
TUL
SEA
-
:
Seperangkat
metode
pendukung
proses
negosiasi
dalam
pengelolaan
sumberdaya
alam
Komposisi team
Alat dan bahan
Metode:
: minimal 1 orang yang terbiasa dengan identifikasi mamalia kecil dan 2 orang yang tahu
kondisi di lapangan.
: perangkap Kasmin, umpan (ikan asin, kelapa sawit, kelapa bakar)
Data mamalia kecil diperoleh dengan memasang perangkap Kasmin yang terbuat dari besi dengan spesifikasi
ukuran panjang 26 cm, lebar 13 cm dan tinggi 13 cm. Perangkap kasmin teruji cukup efektif dibandingkan tipe
perangkap tikus lainnya seperti perangkap jepit, perangkap rumahan. Pemasangan perangkap dilakukan
selama 24 jam untuk 3-5 hari. Umpan yang digunakan adalah ikan asin kelapa sawit (yang sudah matang dan
berwarna orange) dan kelapa bakar. Sistem pemasangan perangkap secara berseling antara jenis umpan yang
satu dengan yang lain, misalnya pada plot 1 dipasang umpan kelapa sawit+kelapa bakar, maka di plot 2
dipasang kelapa sawit+ikan asin, di plot 3 kembali dipasang umpan kelapa sawit+kelapa bakar.
Dalam 1 transek (1 km), dipasang 25-30 trap dengan jarak antar trap 10-40 m (berdasarkan luas daerah jelajah
mamalia kecil pada umumnya). Trap dipasang sekitar 5-10 meter dari transek, atau di area yang diduga
merupakan daerah lalu lintas mamalia kecil, seperti dekat pohon tumbang yang sudah berlubang. Sampel
mamalia yang tertangkap, diidentifikasi, dihitung dan dilepaskan kembali.
Jika sampel sulit diidentifikasi, sampel dibunuh dengan menyuntikkan kloroform, kemudian diukur panjang
tubuhnya, berat, telinga, ekor, tarsus, serta tibia, dan
dimasukkan dalam kotak plastik berisi alkohol 70%.
Selanjutnya spesimen tersebut dibawa ke ahli mamalia
untuk diidentifikasi spesies dan fungsi ekologinya.
Kasmin Trap
Komposisi team: efektif 2 orang (1 orang
yang terbiasa dengan identifikasi
serangga dan 1 orang asisten yang
terbiasa dengan pengambilan data detail).
Alat dan bahan
Metode
: mangkok kuning ukuran
750 ml dan umpan tinja manusia.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
umpan tinja manusia yang teruji paling
banyak mengundang jenis kumbang tinja.
Umpan tinja dipasang pada sumuran (pit
fall) yang sudah diberi larutan pembunuh
(larutan detergen+garam), dengan
jumlah umpan 10 per 1 km transek.
Perangkap tinja dipasang tiap 100 meter
(ini berdasarkan kapasitas maksimum
kumbang tinja untuk mencium bau
umpan) dengan lama pemasangan ± 24
jam. Perangkap dipasang di lokasi yang
cukup aman dari gangguan hewan
ataupun hujan. Jika cukup banyak hujan,
maka dapat digunakan penutup dari
logam/plastik 20-30 cm di atas perangkap.
Umpan sumuran dibuat dengan mangkok
kuning ukuran 750 ml.
Sampel kumbang dikumpulkan dan
dimasukkan dalam botol plastik berisi
alkohol 70%. Selanjutnya spesimen
dibawa ke laboratorium dan
dikonsultasikan ke ahli kumbang untuk
diidentifikasi.
Komposisi team
Alat dan bahan
Metode
: 1 orang yang sudah terbiasa dengan identifikasi primata dan 2 asisten yang mengerti kondisi
lapangan.
: Binokular dan
Primata disampling dengan menginventarisasi jenis dan populasi yang
ditemukan pada transek 1 km di tiap tipe penutupan lahan. Populasi jenis per
transek dihitung secara total yang ditemukan per satu kali ulangan/ observasi.
Untuk 1 transek minimal dilakukan 3 kali pengulangan. Pengamatan dilakukan
selama 3-4 hari tiap transek. Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari.
Hujan terkadang menjadi kendala dalam pengamatan karena primata
cenderung berlindung pada saat hujan sehingga sukar untuk terlihat.
Penemuan sarang juga didokumentasikan, misalnya untuk pengamatan orang
utan (Pongo sp.).
handcounter
Primata
Hylobates agilis (Gibbon)

More Related Content

Similar to pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf

TUGAS KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
TUGAS  KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptxTUGAS  KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
TUGAS KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptxJuan13Host19
 
7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama
7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama
7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagamaSofyan Dwi Nugroho
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"AzkiyaBanata
 
Habitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & FaunaHabitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & FaunaGPFLR
 
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaEkosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaMardiah Ahmad
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 
Potensi pnbp hutan indonesia
Potensi pnbp hutan indonesiaPotensi pnbp hutan indonesia
Potensi pnbp hutan indonesiaUst. Eno Riau
 
FINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdf
FINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdfFINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdf
FINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdfAndesson1
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxsilvita14
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakRumbi Oztecilopasunexiss
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariGilang Putra
 
Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi
Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman BiologiKriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi
Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman BiologiNurul Mukhlisa
 

Similar to pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf (20)

TUGAS KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
TUGAS  KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptxTUGAS  KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
TUGAS KELOMPOK Ekologi Mangrove.pptx
 
7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama
7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama
7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
 
document.pdf
document.pdfdocument.pdf
document.pdf
 
Habitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & FaunaHabitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & Fauna
 
KPPBI 3 Bali_Prosiding_RKP
KPPBI 3 Bali_Prosiding_RKPKPPBI 3 Bali_Prosiding_RKP
KPPBI 3 Bali_Prosiding_RKP
 
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaEkosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
1408.pptx
1408.pptx1408.pptx
1408.pptx
 
D010202
D010202D010202
D010202
 
Potensi pnbp hutan indonesia
Potensi pnbp hutan indonesiaPotensi pnbp hutan indonesia
Potensi pnbp hutan indonesia
 
FINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdf
FINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdfFINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdf
FINAL Proposal_Farhan Reza P_E3501211016-fixx banget ya 15 sept.pdf
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptx
 
6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
 
Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi
Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman BiologiKriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi
Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi
 

More from HeriHermawan66

006. Prosedur Stakeholders Engagement.doc
006. Prosedur  Stakeholders Engagement.doc006. Prosedur  Stakeholders Engagement.doc
006. Prosedur Stakeholders Engagement.docHeriHermawan66
 
001. Prosedur Monev Program CSR.docx
001. Prosedur Monev Program CSR.docx001. Prosedur Monev Program CSR.docx
001. Prosedur Monev Program CSR.docxHeriHermawan66
 
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptx
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptxProgram Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptx
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptxHeriHermawan66
 
Isu - isu terkini.pptx
Isu - isu terkini.pptxIsu - isu terkini.pptx
Isu - isu terkini.pptxHeriHermawan66
 
Materi-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdf
Materi-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdfMateri-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdf
Materi-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdfHeriHermawan66
 
Kajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docx
Kajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docxKajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docx
Kajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docxHeriHermawan66
 
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdfPP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdfHeriHermawan66
 
PermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdf
PermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdfPermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdf
PermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdfHeriHermawan66
 
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfOSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfHeriHermawan66
 
tanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdf
tanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdftanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdf
tanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdfHeriHermawan66
 
Business Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docx
Business Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docxBusiness Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docx
Business Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docxHeriHermawan66
 
Panduan Baseline Survey_SEP.docx
Panduan Baseline Survey_SEP.docxPanduan Baseline Survey_SEP.docx
Panduan Baseline Survey_SEP.docxHeriHermawan66
 
Proposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docx
Proposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docxProposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docx
Proposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docxHeriHermawan66
 
BIODIVERSITY ACTION PLAN.docx
BIODIVERSITY ACTION PLAN.docxBIODIVERSITY ACTION PLAN.docx
BIODIVERSITY ACTION PLAN.docxHeriHermawan66
 

More from HeriHermawan66 (17)

006. Prosedur Stakeholders Engagement.doc
006. Prosedur  Stakeholders Engagement.doc006. Prosedur  Stakeholders Engagement.doc
006. Prosedur Stakeholders Engagement.doc
 
001. Prosedur Monev Program CSR.docx
001. Prosedur Monev Program CSR.docx001. Prosedur Monev Program CSR.docx
001. Prosedur Monev Program CSR.docx
 
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptx
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptxProgram Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptx
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN (.pptx
 
Isu - isu terkini.pptx
Isu - isu terkini.pptxIsu - isu terkini.pptx
Isu - isu terkini.pptx
 
Materi-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdf
Materi-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdfMateri-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdf
Materi-SIRD30_CSR-CSV-SDGs-dan-ESG-Berbagai-Istilah-dan-Best-Practice-nya.pdf
 
Kajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docx
Kajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docxKajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docx
Kajian Konektivitas Kawasan Konservasi Darat dan Laut 2023.docx
 
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdfPP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
 
PermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdf
PermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdfPermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdf
PermenLH No. 17 Tahun 2012 - Keterlibatan Masyarakat.pdf
 
P.25-2018 UKL-UPL.pdf
P.25-2018 UKL-UPL.pdfP.25-2018 UKL-UPL.pdf
P.25-2018 UKL-UPL.pdf
 
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfOSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
 
tanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdf
tanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdftanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdf
tanya-jawab-umum-tentang-amdal-analisis-mengenai-dampak-lingkungan.pdf
 
Business Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docx
Business Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docxBusiness Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docx
Business Plan - Desa Wisata Hanjeli-hh.docx
 
ToR SOSMAP KIJING.doc
ToR SOSMAP KIJING.docToR SOSMAP KIJING.doc
ToR SOSMAP KIJING.doc
 
Panduan Baseline Survey_SEP.docx
Panduan Baseline Survey_SEP.docxPanduan Baseline Survey_SEP.docx
Panduan Baseline Survey_SEP.docx
 
Proposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docx
Proposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docxProposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docx
Proposal Pengembangan BUM Desa BersamaGeoDipa.docx
 
ESIA.docx
ESIA.docxESIA.docx
ESIA.docx
 
BIODIVERSITY ACTION PLAN.docx
BIODIVERSITY ACTION PLAN.docxBIODIVERSITY ACTION PLAN.docx
BIODIVERSITY ACTION PLAN.docx
 

pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf

  • 1. Penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati pada suatu bentang alam adalah kegiatan konversi hutan ke sistem pertanian yang intensif dan cenderung monokultur. Keanekaragaman hayati memiliki peran yang penting untuk menjaga keberlangsungan suatu ekosistem, hanya saja tekanan ekonomi seringkali mengurangi tingkat penghargaan manusia terhadap peran keanekaragaman hayati. Untuk mengimbangi tersebut, skema pembayaran jasa lingkungan (Rewards/Payments for environmental services) dikembangkan untuk menghargai orang-orang yang melalui praktek kesehariannya telah berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Penilaian Cepat terhadap Agro-biodiversitas (Rapid Agro-Biodiversity Appraisal - RABA) adalah metode yang dirancang untuk mengidentifikasi informasi-informasi yang diperlukan untuk mengetahui pihak-pihak yang diuntungkan dari keanekaragaman hayati, dan perspektif dari penyedia jasa lingkungan (penjual), pemanfaat jasa lingkungan (pembeli) dan pihak yang memfasilitasi penjual dan pembeli dalam pengembangan mekanisme penghargaan atau pembayaran jasa lingkungan. Terkadang ketidak tersediaan data inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di lokasi menjadi kendala utama. Ketiadaan data umumnya disebabkan oleh lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan inventarisasi detail dengan metode ekologi yang baku. Oleh karena itu, Quick Biodiversity Survey (QBS) dikembangkan dengan fokus hanya untuk menginventarisasi jenis-jenis bioindikator dari taxa tertentu yang cukup mudah ditemukan dan memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap tingkat perubahan lahan. Dasar dan Pendekatan Kontak: TUL-SEA Project WORLD AGROFORESTRY CENTRE Southeast Asia Regional Office Jl CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16115 PO Box 161 Bogor 16001, Indonesia Tel: +62 251 8625415; Fax: +62 251 8625416 E-mail: icraf-indonesia@cgiar.org http://www.worldagroforestrycentre.org/sea Kontributor: Penulis: Nurhariyanto, Pandam Nugroho, Jihad, Laxman Joshi dan Endri Martini Foto: Nurhariyanto, Pandam Nugroho, Jihad Desain & Layout: Vidya Fitrian dan Diah Wulandari Dalam Penilaian Cepat terhadap Agrobiodiversitas (RABA) 4 PEDOMANLAPANGANSURVEYCEPATKEANEKARAGAMANHAYATI (QUICKBIODIVERSITYSURVEY-QBS) PEDOMANLAPANGANSURVEYCEPATKEANEKARAGAMANHAYATI (QUICKBIODIVERSITYSURVEY-QBS) Trees in Multi-Use Landscape in Southeast Asia (TUL-SEA) Seperangkat metode pendukung proses negosiasi dalam pengelolaan sumberdaya alam Quick Biodiversity Survey (QBS) Komposisi team Alat dan bahan: Metode : 1 orang yang sudah terbiasa dengan identifikasi burung dan 3 orang asisten. Binokuler Reiner 10 X 50 mm, GPS, handcounter, kompas orientasi, meteran gulung, tali rafia, golok, tabel pengamatan, papan jalan, alat tulis dan buku panduan lapangan. Kamera dengan spesifikasi perbesaran optikal yang setara dengan lensa tele 600 mm. Pengamatan dilakukan pada pagi hingga sore hari yaitu pukul 05.30 sampai dengan pukul 17.00, selama 3 hari tiap 1 km transek, jika waktu memungkinkan. Lima hari tiap transek akan lebih efektif jika cuaca mendukung. Pengamatan dilakukan dengan berjalan cepat tapi tidak bersuara (untuk identifikasi burung terrestrial yang sensitive dengan keberadaan manusia), berjalan perlahan-lahan (untuk identifikasi burung yang beraktivitas di tajuk), menunggu dengan tenang (di tempat yang paling sering dikunjungi burung, misalnya pohon Ficus yang berbuah, atau sungai kecil di musim kemarau). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan teknik pengambilan data menggunakan Daftar 20 Mackinnon (Mackinnon dan Phillips, 1993 dalam Bibby, 1999). Dalam 1 daftar berisi maksimum 20 species. Setelah 20 spesies terdaftar, jika ditemukan perlu dibuat daftar baru yang dapat berisi spesies yang sudah ada dalam daftar sebelumnya. Jika suatu spesies ditemukan kembali dalam 1 daftar yang belum mencapai 20 spesies, maka spesies tersebut hanya dihitung sebagai tambahan populasi pada spesies yang sama (bukan spesies baru). Pohon dan sapling Komposisi team Alat dan bahan Metode : 1 orang yang terbiasa dengan identifikasi pohon dan 1 orang asisten untuk mengukur diameter pohon. : plastik transparan, label spesimen, gunting stek, meteran dan alat tulis. Inventarisasi jenis vegetasi dilakukan dengan membuat plot berbentuk lingkaran per 100 meter pada 1 km transek. Vegetasi jenis pohon disampling pada 2 tingkat: (i) Pohon (ukuran diameter plot = 8 meter) Semua tumbuhan (keliling > 31 cm) yang berada di dalam plot beradius 8m diinventarisasi nama lokal, lingkar pohon (cm), status phenology (berbuah, berbunga), juga informasi tentang apakah jenis pohon tersebut berbuah atau tidak. (ii) Tiang (Sapling) (ukuran diameter plot = 4 meter) Semua tumbuhan (lingkar pohon < 31 cm dan tinggi > 2m) yang berada di dalam plot beradius 4m diinventarisasi nama lokal dan jumlah individu per jenisnya. Spesimen tumbuhan dikumpulkan dengan metode standar, jika tidak diketahui nama latinnya. QBS adalah survey keanekaragaman hayati pada tingkat bentang alam di suatu desa dengan menggunakan indikator taxa. Taxa yang direkomendasikan antara lain: pohon, kelelawar, diurnal primata, burung, mamalia kecil dan kumbang tinja yang diamati dalam satu transek (sepanjang 1 km) dengan metode yang berbeda per tipe taxa-nya. Minimal dilakukan 2 transek per tipe penggunaan lahan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan QBS di satu desa adalah 2-3 minggu pengamatan di lapangan dan 1 bulan untuk verifikasi hasil identifikasi jenis, analisa dan interpretasi data ke dalam bentuk laporan. Identifikasi jenis dilakukan dengan metode standar yang biasa dilakukan per masing-masing taxa. Selama pengambilan data, juga dicatat langsung di lapangan atau dikoleksi informasi data sekunder mengenai parameter fisik (suhu, curah hujan, tipe tanah, ketinggian dan kelembaban). Flyer ini diproduksi oleh TUL-SEA yang didanai oleh Federal Ministry for Economic Cooperation and Development, Jerman proyek TUL SEA Seperangkat metode pendukung proses negosiasi dalam pengelolaan sumberdaya alam - : bait 100 m 100 m 250 m 20 – 40 m Jebakan Kumbang Tinja Plot vegetasi Jebakan mamalia kecil 1 km Jumlah dan lokasi mist net tergantung pada struktur vegetasi Mist net untuk sampling kelelawar bait 100 m 100 m 250 m 20 – 40 m Jebakan Kumbang Tinja Plot vegetasi Jebakan mamalia kecil 1 km Jumlah dan lokasi mist net tergantung pada struktur vegetasi Mist net untuk sampling kelelawar Burung Bagaimana melakukan QBS? Sampling area Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel (sampling area) harus mewakili tipe-tipe penutupan lahan berbasis pohon yang ada di areal desa yang akan disurvey, diklasifikasikan dengan habitat hutan dan non hutan. Habitat hutan adalah area yang belum pernah ditanami secara intensif oleh manusia, bisa berupa hutan primer, hutan bekas penebangan. Habitat non hutan adalah area yang sudah pernah ditanami secara intensif oleh manusia, bisa berupa kebun karet campur, kebun agroforest durian, pekarangan rumah, belukar, sesap, kebun yang cenderung monokultur. Sampling area minimal berjarak 100 m dengan tipe landuse lainnya. Daftar pustaka Kuncoro SA, van Noordwijk M, Martini E, Saipothong P, Areskoug V, Ekadinata A, dan O’Connor T. 2006. Rapid Agrobiodiversity Appraisal (RABA) in the contex of Environmental Service Rewards. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre- ICRAF, SEA Regional Office. 106p. Mackinnon, J dan Phillips, K. 1993. Field Guide to the Birds of Sumatera, Borneo, Java and Bali (The Greater Sunda Islands). Oxford University Press. Oxford.
  • 2. Kumbang tinja ( ) Coleoptera; Scarabaeidae 2 3 Jebakan tinja Sepasang kumbang tinja menggelindingkan kotoran hewan ke dalam sarangnya Kelelawar ( ) Chiroptera Komposisi team Alat dan bahan Metode : minimal 1 orang terbiasa dengan identifikasi kelelawar dan 2 orang yang tahu kondisi lapangan dan bisa memanjat pohon. : mistnet dengan lebar mesh 30-32 mm terbuat dari sejenis benang nilon halus ikatan rangkap. : Pemasangan mistnet kelelawar dilakukan selama 3-4 hari per transek, pada sore hari pukul 17.00. Pengecekan mistnet dilakukan pukul 06.00 setiap hari. Pengecekan mistnet pada malam hari (sekitar jam 19.00-22.00) hanya dilakukan jika pada malam sebelumnya ditemukan mistnet yang rusak. Mistnet dipasang di tempat lalu lintas kelelawar seperti: sungai, perbukitan, pintu hutan dan daerah bukaan sekitar tepi atau tengah hutan. Mistnet dipasang sebanyak 4-5 jaring per transek dengan ketinggian antara 0.5 meter sampai 10 meter dari atas tanah, tergantung pada tipe kerapatan pohon: tipe kerapatan yang cukup rapat (contohnya: hutan), mistnet dipasang mulai dari 0.5 m (selama 2 hari) dan kemudian dinaikkan posisinya maksimum setinggi lebar mistnet. Panjang mistnet yang digunakan 6 meter dengan lebar 2.5 meter, 1 mistnet per titik subplot. tipe kerapatan sedang (contohnya kebun karet campur), mistnet dipasang mulai dari 3-5 meter (selama 2 hari). Panjang mistnet yang digunakan 6-10 meter dengan lebar 2.5 meter. tipe kerapatan terbuka, mistnet dipasang 3-10 meter (2 hari) tergantung pada tipe kerapatan pohon di daerah sekelilingnya. Panjang mistnet yang digunakan 10 meter dengan lebar 2.5 meter. Jika memungkinkan, dengan kondisi tutupan lahan yang terbuka, panjang mistnet yang digunakan bisa lebih dari 10 meter (maksimal panjang mistnet = 18 meter). Mistnet kurang efektif untuk kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) karena mereka bisa melihat net dengan kemampuan echolokasinya. Oleh karena itu, cacah sarang (eksplorasi sarang) juga dilakukan di gua, lipatan daun pisang, lipatan pohon kelapa, di lubang bambu dan sekitar atap rumah. Sampel kelelawar yang terjerat, diidentifikasi, dihitung dan dilepaskan kembali. Jika sampel sulit diidentifikasi, sampel dibunuh dengan disuntik kloroform, kemudian diukur panjang tubuhnya, berat, telinga, ekor, tarsus, tibia serta sayapnya, dan dimasukkan dalam kotak plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya spesimen tersebut dibawa ke ahli kelelawar untuk diidentifikasi spesies dan fungsi ekologinya. — — — Mamalia kecil (kebanyakan hewan pengerat - rodentia) Geotrupidae Coprinae ( ) Tuneller Coprinae ( ) Tuneller Scarabaeinae ( ) Roller Aphodiidae (Dweller) Morphological characters — — — — — Hexapod dan memiliki tiga bagian tubuh utama - kepala, thorax dan abdomen Biasanya berwarna hitam, dengan beberapa warna metalik dan Kepala kumbang Scarabaeidae seperti sekop dengan satu buah atau sepasang tanduk Perpanjangan protibia seperti gigi luar yang tajam Antenna dengan 3-4 pemanjangan segmen di ujungnya (Flabellate) bold chromatic form Coprinae ( ) Tuneller Trogidae ( ) Tuneller Taxonomy Sebagian besar kumbang tinja merupakan anggota famili terutama sub-family and . Sebagian lainnya dari family , dan . Scarabaeidae Scarabaeinae Coprinae Aphodiidae Trogidae Geotrupidae Microchiroptera — — kelelawar pemakan serangga menggunakan sistem ekolokasi untuk mengenali lokasi. Chiroptera Megachiroptera — — — kelelawar penyerbuk kelelawar penyebar biji menggunakan mata untuk melihat dan mendeteksi. Jebakan mistnet TUL SEA Seperangkat metode pendukung proses negosiasi dalam pengelolaan sumberdaya alam - : TUL SEA - : Seperangkat metode pendukung proses negosiasi dalam pengelolaan sumberdaya alam Komposisi team Alat dan bahan Metode: : minimal 1 orang yang terbiasa dengan identifikasi mamalia kecil dan 2 orang yang tahu kondisi di lapangan. : perangkap Kasmin, umpan (ikan asin, kelapa sawit, kelapa bakar) Data mamalia kecil diperoleh dengan memasang perangkap Kasmin yang terbuat dari besi dengan spesifikasi ukuran panjang 26 cm, lebar 13 cm dan tinggi 13 cm. Perangkap kasmin teruji cukup efektif dibandingkan tipe perangkap tikus lainnya seperti perangkap jepit, perangkap rumahan. Pemasangan perangkap dilakukan selama 24 jam untuk 3-5 hari. Umpan yang digunakan adalah ikan asin kelapa sawit (yang sudah matang dan berwarna orange) dan kelapa bakar. Sistem pemasangan perangkap secara berseling antara jenis umpan yang satu dengan yang lain, misalnya pada plot 1 dipasang umpan kelapa sawit+kelapa bakar, maka di plot 2 dipasang kelapa sawit+ikan asin, di plot 3 kembali dipasang umpan kelapa sawit+kelapa bakar. Dalam 1 transek (1 km), dipasang 25-30 trap dengan jarak antar trap 10-40 m (berdasarkan luas daerah jelajah mamalia kecil pada umumnya). Trap dipasang sekitar 5-10 meter dari transek, atau di area yang diduga merupakan daerah lalu lintas mamalia kecil, seperti dekat pohon tumbang yang sudah berlubang. Sampel mamalia yang tertangkap, diidentifikasi, dihitung dan dilepaskan kembali. Jika sampel sulit diidentifikasi, sampel dibunuh dengan menyuntikkan kloroform, kemudian diukur panjang tubuhnya, berat, telinga, ekor, tarsus, serta tibia, dan dimasukkan dalam kotak plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya spesimen tersebut dibawa ke ahli mamalia untuk diidentifikasi spesies dan fungsi ekologinya. Kasmin Trap Komposisi team: efektif 2 orang (1 orang yang terbiasa dengan identifikasi serangga dan 1 orang asisten yang terbiasa dengan pengambilan data detail). Alat dan bahan Metode : mangkok kuning ukuran 750 ml dan umpan tinja manusia. Pengambilan sampel dilakukan dengan umpan tinja manusia yang teruji paling banyak mengundang jenis kumbang tinja. Umpan tinja dipasang pada sumuran (pit fall) yang sudah diberi larutan pembunuh (larutan detergen+garam), dengan jumlah umpan 10 per 1 km transek. Perangkap tinja dipasang tiap 100 meter (ini berdasarkan kapasitas maksimum kumbang tinja untuk mencium bau umpan) dengan lama pemasangan ± 24 jam. Perangkap dipasang di lokasi yang cukup aman dari gangguan hewan ataupun hujan. Jika cukup banyak hujan, maka dapat digunakan penutup dari logam/plastik 20-30 cm di atas perangkap. Umpan sumuran dibuat dengan mangkok kuning ukuran 750 ml. Sampel kumbang dikumpulkan dan dimasukkan dalam botol plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya spesimen dibawa ke laboratorium dan dikonsultasikan ke ahli kumbang untuk diidentifikasi. Komposisi team Alat dan bahan Metode : 1 orang yang sudah terbiasa dengan identifikasi primata dan 2 asisten yang mengerti kondisi lapangan. : Binokular dan Primata disampling dengan menginventarisasi jenis dan populasi yang ditemukan pada transek 1 km di tiap tipe penutupan lahan. Populasi jenis per transek dihitung secara total yang ditemukan per satu kali ulangan/ observasi. Untuk 1 transek minimal dilakukan 3 kali pengulangan. Pengamatan dilakukan selama 3-4 hari tiap transek. Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari. Hujan terkadang menjadi kendala dalam pengamatan karena primata cenderung berlindung pada saat hujan sehingga sukar untuk terlihat. Penemuan sarang juga didokumentasikan, misalnya untuk pengamatan orang utan (Pongo sp.). handcounter Primata Hylobates agilis (Gibbon)