Dokumen tersebut membahas mengenai biota asosiasi yang hidup di sekitar lamun di Pulau Pramuka. Jenis biota yang paling banyak ditemukan adalah Meiacanthus ditrema dan moluska. Biota paling banyak ditemukan pada interval 40 meter dari garis pantai. Perbedaan substrat antara Pulau Karya dan Pulau Pramuka menyebabkan perbedaan jumlah kelimpahan biota di sekitar lamun.
Toko perikanan adalah tempat menjual berbagai bibit ikan budidaya, pakan dan peralatan - peralatan budidaya perikanan lainya dengan kualitas terbaik dengan harga relatif lebih murah
Workshop Teknik Identifikasi Larva Ikan: Studi Kasus Perairan Teluk SemarangMustain Adinugroho
Iktioplankton merupakan cabang ilmu yang membahas tentang larva ikan yang hidup planktonik. Merupakan cabang Iktiologi yang membahas tentang stadia larva yang sifatnya sangat ditentukan oleh lingkungannya terutama dalam pergerakan dan migrasinya. Daur hidup ikan meliputi: Stadia telur dan Stadia perkembangan/lanjut (stadia larva dan juwana/juvenil). Ikan-ikan pada stadia telur dan larva digolongkan sebagai meroplankton karena hidupnya merupakan plankton sementara
Larva kemudian menjadi dewasa sebagai perenang aktif masuk dalam kategori nekton (Odum, 1993).
Teknik pengambilan sample larva dan juvenil ikan mengacu pada Backiel dan Welcomme (FAO, 1980). Pada pengambilan sample digunakan dua cara yaitu: Drift net sampler (bongo net yang dimodifikasi) untuk pengambilan sample di laut dan Seine net untuk pengambilan sample di pantai (kedalaman +1 meter)
Pada dasarnya echosounder berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical
Buku ini menerangkan dan menggambarkan tentang terumbu karang, yang meliputi biologi, ekologi, simbion karang zooxanthellae, reproduksi karang secara sederhana, manfaat dan perusak terumbu karang secara umum. Sebagai hewan tingkat rendah yang memiliki ketergantungan sangat besar dengan simbionnya zooxanthellae, pada bagian akhir digambar dan diuraikan hubungan antara karang dan zooxanthellae.
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunmuhammad halim
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).
McKenzie, 2008; Wulandari, 2013, hampir 54 % padang lamun di seluruh dunia telah hilang. Hilangnya padang lamun secara global terjadi sejak tahun 1980, atau bisa dikatakan setiap jamnya lamun seluas 2 lapangan bola hilang.
Padang lamun di Indonesia yang diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2 (Nontji, Trismades). Namun di Indonesia ekosistem lamun sudah banyak terancam baik oleh aktivitas alami maupun oleh aktivitas manusia. Penyebab utama hilangnya padang lamun adalah kegiatan manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), pengendapan, dan pengaruh pembangunan konstruksi daerah pesisir. Hilangnya padang lamun diduga akan terus bertambah akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Koswara, 2009; Wulandari, dkk, 2013).
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena aktivitas alami maupun karena aktvitas manusia, maka perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun. Transplantasi lamun belum banyak berkembang di Indonesia, namun telah berkembang di luar negeri dengan metode dan jenis yang berbeda.
Toko perikanan adalah tempat menjual berbagai bibit ikan budidaya, pakan dan peralatan - peralatan budidaya perikanan lainya dengan kualitas terbaik dengan harga relatif lebih murah
Workshop Teknik Identifikasi Larva Ikan: Studi Kasus Perairan Teluk SemarangMustain Adinugroho
Iktioplankton merupakan cabang ilmu yang membahas tentang larva ikan yang hidup planktonik. Merupakan cabang Iktiologi yang membahas tentang stadia larva yang sifatnya sangat ditentukan oleh lingkungannya terutama dalam pergerakan dan migrasinya. Daur hidup ikan meliputi: Stadia telur dan Stadia perkembangan/lanjut (stadia larva dan juwana/juvenil). Ikan-ikan pada stadia telur dan larva digolongkan sebagai meroplankton karena hidupnya merupakan plankton sementara
Larva kemudian menjadi dewasa sebagai perenang aktif masuk dalam kategori nekton (Odum, 1993).
Teknik pengambilan sample larva dan juvenil ikan mengacu pada Backiel dan Welcomme (FAO, 1980). Pada pengambilan sample digunakan dua cara yaitu: Drift net sampler (bongo net yang dimodifikasi) untuk pengambilan sample di laut dan Seine net untuk pengambilan sample di pantai (kedalaman +1 meter)
Pada dasarnya echosounder berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical
Buku ini menerangkan dan menggambarkan tentang terumbu karang, yang meliputi biologi, ekologi, simbion karang zooxanthellae, reproduksi karang secara sederhana, manfaat dan perusak terumbu karang secara umum. Sebagai hewan tingkat rendah yang memiliki ketergantungan sangat besar dengan simbionnya zooxanthellae, pada bagian akhir digambar dan diuraikan hubungan antara karang dan zooxanthellae.
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunmuhammad halim
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).
McKenzie, 2008; Wulandari, 2013, hampir 54 % padang lamun di seluruh dunia telah hilang. Hilangnya padang lamun secara global terjadi sejak tahun 1980, atau bisa dikatakan setiap jamnya lamun seluas 2 lapangan bola hilang.
Padang lamun di Indonesia yang diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2 (Nontji, Trismades). Namun di Indonesia ekosistem lamun sudah banyak terancam baik oleh aktivitas alami maupun oleh aktivitas manusia. Penyebab utama hilangnya padang lamun adalah kegiatan manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), pengendapan, dan pengaruh pembangunan konstruksi daerah pesisir. Hilangnya padang lamun diduga akan terus bertambah akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Koswara, 2009; Wulandari, dkk, 2013).
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena aktivitas alami maupun karena aktvitas manusia, maka perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun. Transplantasi lamun belum banyak berkembang di Indonesia, namun telah berkembang di luar negeri dengan metode dan jenis yang berbeda.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
1. Biota Asosiasi Lamun Pulau
Pramuka
Agung Rahmanda
Azkiya Banata
Dara Mutiara Fiesca
Ismail Syakurrachman
Medina Deanti Sari
Pangestuti Utami
Sinta Ramadhania Putri Maresi
Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Abstrak
Pulau Pramuka memiliki ekosistem padang lamun dengan
ekosistem cukup tinggi produktifitas organiknya dengan
keanekaragaman biota asosiasi di dalamnya sehingga perlu
diadakan pengamatan lebih lanjut. Tujuan dari pengamatan ini
yaitu mengetahui jenis biota asosiasi yang hidup di sekitar lamun
di Pulau Pramuka, mengetahui kelimpahan biota asosiasi yang
hidup di sekitar lamun di Pulau Pramuka, dan mengetahui
hubungan faktor fisik dengan kelimpahan biota asosiasi yang
hidup di sekitar lamun di Pulau Pramuka. Biota yang paling banyak
ditemui yaitu Meiacanthus ditrema dan Molluska dan biota yang
paling banyak ditemui yaitu pada interval 40 meter dari garis
pantai. Perbedaan substrat di Pulau Karya dan Pulau Pramuka
menyebabkan perbedaan jumlah kelimpahan biota yang hidup di
sekitar lamun.
Kata kunci : Pulau Pramuka, Ekosistem Padang Lamun, Biota
Asosiasi, Meiacanthus ditrema, Molluska, dan Substrat.
3. Latar Belakang
Padang lamun merupakan
ekosistem di daerah
pesisir yang memiliki
kaitan dengan ekosistem
mangrove serta terumbu
karang.
Fungsi ekologis lamun
sebagai habitat biota
asosiasinya, penangkap
substrat dan penstabil
sedimen, dan sebagai
produsen primer paling
produktif.
Perlu dilakukan penelitian
untuk mengenal
ekosistem lamun dan
karakteristiknya.
4. Tujuan
1. Mengetahui jenis biota asosiasi yang hidup di
sekitar lamun di Pulau Pramuka.
2. Mengetahui kelimpahan biota asosiasi yang
hidup di sekitar lamun di Pulau Pramuka.
3. Mengetahui hubungan faktor fisik dengan
kelimpahan biota asosiasi yang hidup di sekitar
lamun di Pulau Pramuka.
4. Mengetahui perbandingan kelimpahan biota
asosiasi yang hidup di sekitar lamun di Pulau
Karya dan Pulau Pramuka.
5. Metode Penelitian
Waktu danTempat
Pengambilan data:
Rabu, 8 Mei 2013 di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu
Provinsi DKI Jakarta
Analisis data: Pusat LabTerpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pulau Pramuka
(www.tnlkepulauan
seribu.net)
6. Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Tali rafia 100m, alat tulis, kuadrat 1x1 m, alat pengukuran faktor
fisik, kamera, meteran, dan plastik sampel.
Alkohol 70% dan lamun sebagai objek penelitian.
Cara Kerja
1. Pemasangan transek 100 m
2. Pengukuran faktor fisik
3. Pengambilan data
a. Jumlah dan jenis lamun
b. Presentasi cover lamun
c. Jumlah dan jenis biota asosiasi
d. Kedalaman
3. Pengambilan sampel
- Setiap 10 m
- Dengan kuadrat 50 x 50 cm
- Pengulangan 3 kali
11. Pembahasan
1. Asosiasi Kelimpahan Biota dengan Jenis Lamun di Pulau
Pramuka
- Termasuk padang lamun vegetasi campuran.
- Menurut Tomascik (1997), umumnya terdiri dari spesies-
spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata,
Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis dan
Halophila ovalis.
- Hanya spesies Syringodium isoetifolium yang tidak
ditemukan kemampuan hidup terbatas: hanya
ditemukan pada daerah subtidal dangkal, dan jarang
ditemukan di daerah intertidal karena memiliki
kemampuan toleransi yang kecil terhadap paparan
matahari.
12. Pembahasan
Enhalus acoroides Dischitodus fasciatus, Crustacea
dan hewan-hewan Molluska produksi lamun dapat
masuk ke rantai makanan melalui dekomposer.
Molluska: Bivalvia biomassa dan aliran energi serta
bioindikator perairan (Klumpp et al., 1992).
Ikan: Meicanthus
ditrema dan
Neopomacentrus
numurus
Lamun sebagai
penyedia naungan
dan makanan serta
daerah asuhan
(Azkab, 1991).
13. Pembahasan
Cymodoceae serrulata, paling didominasi oleh
Perifiton. Bagaimana Perifiton dapat bertahan di
padang lamun?
- Tipe daun lamun yang besar, maka akan memiliki
substrat yang kuat dan stabil.
- Umur lamun yang lebih tua, karena proses penempelan
koloni memakan waktu yang lama.
- Substrat bukan benda hidup sehingga tidak akan terjadi
perubahan akibat pertumbuhan dan kematian yang
akan mempengaruhi komunitas Perifiton.
14. Pembahasan
Fungsi ekologis lamun?
- Gerakan daun lamun dapat merangkap larva
invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air.
- Batang lamun dapat menghalangi pemangsaan
fauna bentos sehingga kerapatan dan
keanekaragaman fauna bentos tinggi (Romimohtarto
dan Juwana, 1999).
15. Pembahasan
Mengapa ekosistem padang lamun memiliki diversitas
fauna yang tinggi?
Sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi
biota perairan dan melindungi mereka dari serangan
predator.
Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting
dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung
pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi.
17. Pembahasan
2. Biota berdasarkan Interval di Pulau Pramuka
- Tertinggi Interval 40 m
- Terendah Interval 10 m
- Kedalaman rata-rata 55,22 cm litoral (masih dapat
ditembus cahaya matahari) Masih terdapat
fotosintesis bagi produsen biota laut (lamun dan
fitoplankton).
19. Pembahasan
3. Perbandingan Biota Asosiasi di Pulau Karya dan Pulau
Pramuka
- Pulau Pramuka lebih tinggi dari Pulau Karya
- Pulau pramuka memiliki kelimpahan tertinggi pada
lamun jenis Enhalus acoroides dengan kelimpahan
senilai 50, sedangkan pada pulau karya kelimpahan
tertinggi ditemukan pada lamun jenis Cymodocea
rotundata sebesar 30.
- Pulau Pramuka : Demospongia
Pulau Karya: Meiacanthus ditrema
25. Kesimpulan
• Jenis lamun yang paling banyak di dominansi oleh biota
laut yaitu Enhalus acoroides, dengan jenis biota yaitu
Dischitodus fasciatus, Crustacea dan hewan-hewan
Molluska.
• Biota yang paling banyak ditemukan pada pengamatan di
Pulau Pramuka adalah Meiacanthus ditrema dan Molluska.
• Interval 40 meter dengan kedalaman air sedalam 63,11 cm
dimungkinkan tempat yang paling memadai bagi para
biota laut untuk hidup, yaitu dalam faktor makanan.
• Perbedaan substrat di Pulau Karya dan Pulau Pramuka
menyebabkan perbedaan jumlah kelimpahan biota yang
hidup di sekitar lamun.
26. Referensi
• Azkab, M. H. 1991. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana,
24(1): 1-16.
• Klumpp DW, Howard RK, Pollard DW. 1989. Trophodynamics
and nutritional ecology of seagrass communities. In: Larkum
AWD, McComb AJ, Shepherd SA (eds) Biology of seagrasses. A
treatise on the biology of seagrasses with special reference to
the Australian region. Elsevier, Amsterdam, p 394-457.
• Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu
PengetahuanTentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
• Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji and M. K. Moosa. 1997. The
Ecology of the Indonesian Seas.The Ecology of Indonesian Series.
VolVIII. Periplus Edition (Hk) Ltd., Singapore. 1388 p.