Berdasarkan survei yang dilakukan, populasi dan sebaran bambu laut di perairan Konawe sudah sangat terbatas akibat eksploitasi berlebihan. Pola pemanfaatannya juga terbatas karena stoknya berkurang. Diperlukan regulasi pengambilan bambu laut dan pengawasan yang lebih ketat untuk menjaga keberlanjutannya.
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Hasil Survei Status Populasi dan Pemanfaatan Biota Bambu Laut di Perairan Konawe-Sulawesi Tenggara
1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129 Maros
bpsplmakassar@yahoo.co.id
TAHUN 2012
2. - Maraknya aksi eksploitasi bambu laut di
wilayah Konawe dilakukan oleh nelayan
untuk dijual dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
- Kekhawatiran yang paling besar dari aksi
eksploitasi bambu laut adalah kerusakan
ekosistem yang akan mempengaruhi
kehidupan biota laut lainnya.
- Eksploitasi ini dapat terjadi karena tidak
ada regulasi yang mengatur pemanfaatan
jenis biota ini.
3. Habitat pada daerah terumbu karang (rataan
– lereng – dasar terumbu karang), substrat
keras, ada pula tumbuh di substrat pasir.
Kelompok Octocoralia
Warna : kuning, coklat
Ukuran : 10 cm – 200 cm
Lapisan luar berupa jaringan hidup
membungkus batang yang berbuku-buku.
Jika karang mengalami bleaching /kematian akibat
pemutihan, maka tidak diikuti oleh Isis hippuri
(biota yang tahan terhadap perubahan iklim).
4. Distribusi vertikal Isis hippuris
Lereng landai
Lereng terjal
Habitat
- Perairan dangkal yang tenang hingga berarus, substrat keras dan berpasir. - Habitat
terumbu karang (semua zona terumbu karang dan gobah).
- Terumbu karang (rusak, sedang dan bagus) keculi bekas dibom.
Rataan terumbu
Gobah
Dasar terumbu
5. TUJUAN PELAKSANAAN SURVEY
STATUS POPULASI DAN
PEMANFAATAN BIOTA BAMBU LAUT
Mengetahui Kelimpahan populasi Isis hippuris di
perairan Konawe
Mengetahui sebaran Isis hippuris di perairan Konawe
Waktu pelaksanaan mulai bulan September –
November 2012, melalui tahapan perencanaan
sampai pelaksanaan serta ekspose hasil.
Lokasi Perairan Konawe, Sulawesi Tenggara
7. METODOLOGI PELAKSANAAN
Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder (pihak terkait)
Metode survei secara langsung dengan mengamati potensi dan spesies Isis hippuris di
lokasi penelitian
Sampling populasi Isis hippuris berdasarkan : (i) zona kawasan, (ii) stratifikasi
kedalaman, jenis habitat, ekonomi, (iii) status wilayah tereksploitasi.
Metode sampling yang digunakan adalah Belt Transect Jenis data primer Perairan yang
diambil adalah :
- Populasi dengan satuan ukuran jumlah individu/luas
- Kondisi habitat/terumbu karang
- Distribusi vertikal, yakni kedalaman perairan substrat tumbuhnya Isis hippuris
- Parameter lainnya : Eksploitasi (volume panen, jumlah kapal dan frekuensi panen),
Sosek (harga, rantai perdagangan, buruh dan gaji), dan Tata kelola (Perda, aturan
lokal, penyuluh/penjagaan, kasus penangkapan).
- Wawancara langsung dengan nelayan pemanfaat dan keluarga nelayan yang
membantu dalam mengolah/mempersiapkan perdagangannya di lokasi penelitian.
Target responden adalah nelayan, pedagang pengumpul/pengusaha lokal, dan buruh
kerja (jika ada)
8. Metode Transect Belt
Survei pengambilan data bambu
laut menggunakan metode swept
area dalam transek sabuk (belt
transect). Transek sabuk
sepanjang 100 m, lebar
pengamatan kiri dan kanan
masing-masing 2,5 m, sehingga
luas total areal pengamatan 500
m2. Meteran ditarik sepanjang 100
m oleh seorang penyelam
kemudian diikuti oleh penyelam
berikutnya untuk mengamati,
menghitung jumlah dan
mengukur tinggi lebar bambu laut
yang ditemukan dalam transek
sabuk.
9. Analisa data
Analisis kuantitatif, untuk mengetahui kepadatan dan potensi
bambu laut diperairan laut Kabupaten Konawe.
Analisis kualitatif, untuk menggali informasi yang mendalam
mengenai sistem pemasaran, jaringan dan luasan pemasaran
yang dilakukan masyarakat, serta ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung pemasaran formal maupun informal
Analisis deskriptif, untuk menggambarkan potensi dan
sebaran bambu laut, praktek pengerjaan atau pembersihan,
jalur-jalur pemasaran produksi bambu laut sampai ke pedagang
besar.
10. STASIUN DESA KEDALAMAN
SIZE
(Cm)
ISIS SUHU SALINITAS KECERAHAN SUBSTRAT
I SOROPIA 5 m 0 0 280C 310/00 100% -
II WAWORAHA
3.2 m 10 30
290C 310/00 100%
CM/CSM
3.8 m 10 40 CM/CSM
5.5 m 10 20 CM/CSM
III
WAWOBUNGI
1
4,5 m 10 30
290C 310/00 100%
SD
4,5 m 30 21
4,5 m 40 4
4,5 m 50 15
4,5 m 60 15
8 m 40 25
SI-SD8 m 50 30
8 m 75 41
IV
WAWOBUNGI
2
5 m 0 0 290C 310/00 100% -
I. Pengamatan Kelimpahan Isis hipuris dan Kondisi
Oseanografi Perairan
14. beberapa faktor yang menyebabkan maraknya pengambilan Bambu Laut di
alam antara lain adalah :
a. Permintaan pasar : Berdasarkan informasi yang dihimpun dari nelayan,
untuk menjual bambu laut tidaklah sulit, karena terdapat pedagang
pengumpul yang setiap harinya membeli bambu laut dari nelayan
b. Teknologi sederhana : Sangat berbeda dengan menangkap ikan yang
membutuhkan alat tangkap ditambah dengan sifat ikan yang cenderung
berpindah-pindah,untuk pengambilan bambu laut dialam hanya
membutuhkan alat selam sederhana , dan parang untuk memotong koloni
Bambu Laut.
c. Sebaran yang Luas : Penyebaran Bambu sangat luas termasuk di perairan
laut kab.Konawe dan untuk mengambilnya pun tidak dibutuhkan waktu yang
lama, karena dapat diambil disekitar pulau, sehingga biaya operasionalnya
relatif murah.
15. Keterlibatan ibu-ibu, anak-
anak, nenek untuk
membersihkan bambu laut.
Kemampuan membersihkan
- anak-anak 7-10 kg/hari
- ibu-ibu 7-8 kg/hari
- nenek 5-7 kg/hari
16. Nelayan pemanfaat
Pengumpul/peda
gang perantara di
kabupaten
Eksportir
Harga bambu laut di tingkat nelayan
sangat murah yaitu rata-rata Rp 500,-
per kilogram bambu laut kering
harga ditingkat eksportir
Rp 5.000 perkilogram.
harga pengumpul ke Makassar =
Rp.2.500/kg
Pengumpul/peda
gang perantara di
propinsi Sultra
Pengumpul/pedagang
perantara di
Makassar/Surabaya
17. Kesimpulan
Populasi dan sebaran bambu laut sudah sangat terbatas akibat
ekploitasi berlebihan yang dilakukan di perairan Konawe.
Pola pemanfaatan untuk saat ini relatif terbatas
akibat berkurangnya stok di alam
Saran
Diperlukan kajian-kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai
status populasidan sebaran serta pemanfaatan bambu laut
Diperlukan regulasi-regulasi yang jelas mengenai pengambilan
bambu laut oleh pemerintah setempat .
Masih Dibutuhkan pengawasan dan sosialisasi yang lebih intensif
agar pemanfaatan bambu laut dapat lebih terkontrol.
18. BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR
DAN LAUT (BPSPL) MAKASSAR
DIREKTORAT JENDRAL KELAUTAN, PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
SEKIAN
&