4. Kolektivisme
Kolektivisme mengacu
pada seperangkat nilai
yang mendukung
kelompok. Tujuan pribadi
digunakan untuk menjaga
integritas kelompok, saling
ketergantungan dari
anggota kelompok dan
hubungan yang harmonis.
5.
6. Mendidik Anak dari Latar Belakang
Status Sosioekonomi Rendah
Anak-anak dalam kemiskinan sering menghadapi masalah
di rumah maupun di sekolah sehingga mengganggu proses
belajar mereka. Dibandingkan dengan anak-anak yang
beruntung secara ekonomi, anak-anak miskin mengalami
kesengsaraan ini. Di rumah, orang tua mereka mungkin
tidak menetapkan standar pendidikan yang tinggi untuk
anak, tidak mampu membaca, tidak punya cukup uang
untuk biaya pendidikan, dan materi penunjang seperti
buku. Mereka mungkin kurang gizi dan tinggal di area
yang penuh kejahatan dan kekerasan
8. PRASANGKA,DISKRIMINASI,DANBIAS
Antropolog Amerika John Ogbu percaya bahwa murid kulit
berwarna, terutama Afrika-Amerika dan Latino hanya
sedikit mendapat kesempatan memperoleh pendidikan
yang baik, guru pengajar yang kurang bermutu dan
menghadapi stereotip negatif yang dikenakan pada
kelompok etnis minoritas. Mereka tidak diajak untuk
berprestasi, sehingga tidak mengutamakan standar
akademik yang tinggi bagi mereka.
9. Keanekaragaman dan
Perbedaan
Pengalaman sejarah, ekonomi dan sosial yang
menghasilakn perbedaan prasangka dan legal antara
kelompok etnis yang beragam .
Individu yang tinggal di sebuah kelompok etnis atau
budaya tertentu beradaptasi dengan nilai-nilai budaya,
sikap dan stres. Perilaku mereka mungkin berbeda dari
orang lain, tetapi berguna bagi mereka.
10.
11. Pendidikan bilingual bertujuan untuk mengajar mata
pelajaran kepada anak imigran dengan menggunakan bahasa
asal mereka (kebanyakan spanyol), bersama secara bertahap
dengan pengajaran dengan bahasa Inggris. Pendukung
pendidikan bilingual berargumen bahwa mengajar imigran
dengan bahasa asal mereka akan menunjukkan penghargaan
pada keluarga dan kultur komunitas, dan meningkatkan rasa
harga diri murid serta membuat peluang mereka untuk
sukses.
12.
13. Pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang menghargai keragaman dan mencakup
perspektif dari berbagai kelompok budaya
secara teratur. Pendidikan multikultural
mencakup masalah-masalah yang berkaitan
dengan status sosioekonomi, etnis dan gender.
15. Klasifikasi Gender
Pada tahun 1970-an mengungkap konsep
androgini, gagasan bahwa individu-
individu yang paling kompeten memiliki
karakteristik positif baik maskulin dan
feminin.
17. Gender dalam Pendidikan di
Indonesia
Kesetaraan gender adalah kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi
dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan dan
keamanan nasional serta kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan.
18. Ciri-Ciri Kesetaraan Gender
Perlakuan dan
kesempatan yang
sama dalam
pendidikan
Tidak mengalami
bias gender
Memberikan mata
pelajaran sesuai
bakat minat
Sesuai kebutuhan
dan relevan
dengan tuntutan
zaman
Diarahkan dalam
pendidikan
21. Hubungan dengan
Ayat Al-Qur’an
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-
laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka
mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya
walau sedikit pun.” (QS. an-Nisâ’: 124)
22. SKOR
JUMLAHKAN SKOR UNTUK ITEM 1, 3, 5, 7, 8, 10, 12,
14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34, 39. BAGI
JUMLAHNYA DENGAN 20. ITULAH SKOR MASKULIN
ANDA !!
JUMLAHKAN SKOR UNTUK ITEM 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15,
17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 36, 37, 38. BAGI
JUMLAHNYA DENGAN 20. ITULAH SKOR FEMININ
ANDA !!