Makalah ini membahas mengenai evaluasi kinerja dan kompensasi SDM dengan menjelaskan pengertian evaluasi kinerja, fungsi evaluasi kinerja, HR Scorecard sebagai pengukuran kinerja SDM, motivasi dan kepuasan kerja, mengelola potensi kecerdasan dan emosional SDM, membangun kapabilitas dan kompetensi SDM, serta konsep dan pelaksanaan audit kinerja.
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Makalah hani apryanti_(11151004)_7_h-msdm[1]
1. MAKALAH
EVALUASI KINERJA DAN KONPENSASI
Disusun untuk memenuhi tugas
Dosen : Ade Fauji,SE.,MM
Oleh :
HANI APRYANTI ( 11151004 )
KELAS : 7H - MSDM
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S1)
UNIVERSITAS BINA BANGSA
BANTEN
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “evaluasi kinerja
dan konpensasi”, yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mengetahui dan mempelajari materi evaluasi kinerja dan konpensasi..Melalui kata pengantar
ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini
ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat.Dengan ini saya
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Serang , November 2018
Hani Apryanti
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PENGERTIAN DAN FUNGSI EVALUASI KINERJA SDM..................................................... 2
2.1 Pengertian Evaluasi/Penilaian kinerja .........................................................................2
2.2 Fungsi penilaian kinerja .......................................................................................................2
BAB III........................................................................................................................................4
HRSCORE CARD ( PENGUKURAN KINERJA SDM).................................................................4
3.1 Implementasi Balanced Scorecard........................................................................................ 4
3.2 Analisis dan Pembahasan Aplikasi Balanced Scorecard......................................................... 5
BAB IV .......................................................................................................................................6
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA........................................................................................ 6
4.1 Pengertian Motivasi dan Kepuasan Kerja.............................................................................. 6
4.2 Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja .........................................................................9
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja............................................................. 11
BAB V....................................................................................................................................... 14
MENGELOLA POTENSI KECERDASAN DAN EMOSIONAL SDM......................................... 14
5.1 Pengertian kecerdasan Emosional....................................................................................... 14
5.2 Pentingnya kecerdasan Emosional...................................................................................... 15
5.3 Peran kecerdasan Emosional dalam perkembangan peserta didik .......................................... 15
BAB VI..................................................................................................................................... 17
MEMBANGUN KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM ...................................................... 17
6.1 Pengertian dan sumber keunggulan kompetitif..................................................................... 17
6.2 Membangun kapabilitas sumber daya manusia ................................................................... 17
6.3 Kompetensi SDM berkarier di Bidang Sumber Daya Manusia.............................................. 18
BAB VII.................................................................................................................................... 19
4. iii
KONSEP KINERJA DAN PELAKSANAAN AUDIT KINERJA AUDIT ..................................... 19
7.1.Penjelasan audit kinerja ..................................................................................................... 19
7.2 Manfaat Audit Kinerja ....................................................................................................... 20
7.3 Kesimpulan Audit Kinerja ................................................................................................. 20
7.4 Prosedur dan Pelaksanaan Audit Kinerja ............................................................................. 21
SARAN..................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 27
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu Persoalan penting dalam pengelolan sumber daya manusia (dalam tulisan
ini di sebutjuga dengan istilah pegawai) dalam organisasiadalah evaluasi
kinerjapegawai dan dan pemberian kompensasi.ketidak tepatan dalam melakukan
evaluasi kinerja akan berdampak pada pemberian kompensasiyang pada akhirnya
akan mempengaruhi perilaku dan sikap karyawanakan mencoba mencari pekerjaan
lain yang memberi kompensasi baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian fungsi evaluasi kinerja sdm ?
2. Apa yang dimaksud dengan HR Scorecard ( pengukuran kinerja SDM ) ?
3. Apa yang dimaksud dengan motivasi dan kepuasan kerja ?
4. Apa yang dimkasud dengan mengelola potensi kecerdasan dan emosional
SDM ?
5. Apa yang dimaksud dengan membangun kapabilitas dan kompetensi SDM ?
6. Apa yang dimaksud dengan konsep audit kinerja dan pelaksanaan audit kinerja
?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari pengertian fungsi evaluasi kinerja SDM
2. Untuk mengetahui maksud dari HR Scorecard ( pengukuran kinerja SDM )
3. Untuk mengetahui maksud dari motivasi dan kepuasan kerja
4. Untuk mengetahui maksud dari mengelola potensi kecerdasan dan emosional
SDM
5. Untuk mengetahui maksud dari membangun kapabilitas dan kompetensi SDM
6. Untuk mengetahui maksud dari konsep audit kinerja dan pelaksanaan audit
kinerja
6. 2
BAB II
PENGERTIAN DAN FUNGSI EVALUASI KINERJA SDM
2.1 Pengertian Evaluasi/Penilaian kinerja
Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Leon C.
Menggison (1981:310) dalam Mangkunegara (2000:69) adalah sebagai berikut: ”penilaian
prestasi kerja (Performance Appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk
menentukkan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan
tanggng jawabnya”. Selanjutnya Andrew E. Sikula (1981:2005) yang dikutip oleh
Mangkunegara (2000:69) mengemukakan bahwa ”penilaian pegawai merupakan evaluasi
yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian
dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang
ataupun sesuatu (barang)”. Selanjutnya Menurut Siswanto (2001:35) penilaian kinerja adalah:
” suatu kegiatan yang dilakukan oleh Manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja
tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian / deskripsi
pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.” Anderson dan Clancy
(1991) sendiri mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai: “Feedback from the accountant to
management that provides information about how well the actions represent the plans; it also
identifies where managers may need to make corrections or adjustments in future planning
andcontrolling activities” sedangkan Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997)
mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai: “the activity of measuring the performance of an
activity or the value chain”. Dari kedua definisi terakhir Mangkunegara (2005:47)
menyimpulkan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja adalah tindakan pengukuran yang
dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada peruisahaan. Hasil
pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang
prestasi, pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-
penyesuaian dan pengendalian.
2.2 Fungsi penilaian kinerja
Fungsi penilainKinerja ditinjau dari berbagai perspektif pengembangan
perusaahan,khusus manajemen SDM,yaitu:
Dokumentasi.Untuk memperoleh data yang pasti,sistematik,dan faktual dalam penentuan
nilai suatu perkerjaan.
1. posisi tawar.Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan
rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau langsung dengan karyawan.
2. perbaikan kinerja.Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi
karyawan,manejer,dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan untuk meningkatkan atau
memperbaiki kinerja karyawan.
3. penyesuaian kompensasi.Penilain perkerjaan membantu pengambil keputusan dalam
penyesuaian ganti-rugi ,menentukan siapa yang perlu dinaikan upahnya-bonus atau
kompensasi lainnya.Banyak perusahaan mengabulakan sebagian atau semua dari bonus
dan peningkatan upah mareka atas dasar penileian kinerja.
7. 3
4. keputusan penempatan.Membantu dalam promosi,keputusanpenampatan,perpindahan
,dan penurunan pangkat pada umumnya didasarkan pada masa lampau atau
mengantisipasi kinerja.seringpromsi adalah untuk kinerja yang lalu.
5. pelatihan dan pengembangan.kinerja buruk mengindikasikan ada nya suatu kebutuhan
untuk latihan.Demikianjuga,kinerja baik dapat mencerminkan adanya potensi yang belum
digunakan dan harus dikembangkan.
6. perencanaan dan pengembangan karier.Umpan balik penilain kinerja dapat digunakan
sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan karier karyawan,penyusunan
program pengembangan karier yang tepat,dap
atmenyelaskan antara kebutuhan karyawan dengan kepentingan perusahaan.
7. Evaluasi proses staffing.prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau
kelemahan prosedur staffingdapertemen SDM.
8. Defisiensi proses penempatan karyawan.kinerja yang baik atau jelek mengesiyaratkan
kekuatan atau kelemahan prosedur penempatan karyawan di daperteman SDM.
9. ketidakakurataninformasi.Kinerja lemah menandakan adanya kesalahan di dalam
informasih analisis perkerjaan,perencanaan SDM atau sistim informasih manajemen
SDM. pemakaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan proses
rekeutmen,pelatihan,ataupengaambilan keputusan tidak sesuai.
10. kesalahan dalam merancang pekerjaan.kinerja yang lemah mungkin merupakan suatu
gejala dari rancangan perkerjaan yang kurang tepat.Melalui penilaian kinerja dapat
membantu mendiagnosiskesalahan ini.
Artinya,jikaurain pekerjaan tidak tepat ,apalagi tidak lengkap,wewenang dan tanggung
jawab tidak seimbang,jalur pertanggung jawaban kabur dan berbagai kelemahn lainnya
berakibat pada prestasi kerja yang kurang memuaskan.
8. 4
BAB III
HRSCORE CARD ( PENGUKURAN KINERJA SDM)
3.1 Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan balanced scorecard sebagai satu
set ukuran kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur
semua bidang kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas
dikenal sebagai pengukuran kinerja. Balanced scorecard sekarang banyak digunakan sebagai
pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan
operasional.
Balanced scorecard menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke dalam
seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti (indikator), sehingga strategi dapat dipahami,
dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu,
indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan dan
Norton, 1996). Balanced scorecard telah banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik
dalam bisnis manufaktur dan jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada keempat
perspektif Balanced scorecard.
Pembahasan mengenai pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard
lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang
bertujuan mencari laba (Profit-seeking Organisations). Jarang sekali ada
pembahasan mengenai penerapan balanced scorecard pada organisasi nirlaba (not-for profit
organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi yang ditandai
relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama, serta dimana
mutual benefit anggota menjadi prioritasnya yang utama (Merchant, 1998). Pada organisasi-
organisasi semacam ini keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian
misi secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan.
Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas
yang menciptakan nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti :
1. Keterampilan, kompetensi, dan motivasi para pegawai
2. Database dan teknologi informasi
3. Proses operasi yang efisien dan responsif
4. Inovasi dalam produk dan jasa
5. Hubungan dan kesetiaan pelanggan, serta
6. Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan
dan Norton, 2000).
Dengan Balanced scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit
bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced scorecard memungkinkan untuk
mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem
9. 5
dan prosedur, demi kebaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat di nilai
pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti merk dan loyalitas pelanggan.
3.2 Analisis dan Pembahasan Aplikasi Balanced Scorecard
Dalam penelitian Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Manajemen (
Studi Kasus Pada PT Sari Husada ). Irwan Susanto, Abdullah Taman dan
Sukirno mengemukakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja
manajemen PT Sari Husada dengan metode balanced scorecard, yaitu pada empat perspektif
kinerja balanced scorecard, dan hubungan antar perspektif dalam membentuk kinerja
manajemen secara komprehensif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan metode survei dengan
teknik ex post facto, yakni hanya mencari data yang ada tanpa memberi perlakuan atau
manipulasi variabel maupun subjek yang diteliti. Analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan sasaran dari penelitian ini adalah mencari atau menggambarkan fakta secara
faktual tentang pengendalian manajemen dan efektivitas kinerja dengan menggunakan
metode balanced scorecard.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari strategi PT Sari Husada dengan dua
strategi yaitu strategi produksi dan strategi pemasaran cukup berhasil dalam meningkatkan
kinerja perusahaan dalam empat perspektif balanced scorecard. Ukuran kinerja balanced
scorecard tahun 2000 dan 2001 dari perspektif keuangan cukup baik dengan meningkatnya
nilai ROI sebesar 2,41 % (tumbuh 7,7 %) dan ROE sebesar 4,3 % (tumbuh 15 %).
Peningkatan tersebut dipicu pertumbuhan pendapatan yang lebih besar daripada
pertumbuhan biaya. Demikian pula pertumbuhan nilai kas perusahaan meningkat pada tahun
2001 daripada tahun 2000 sebagai wujud peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam
pengelolaan kas. Dari perspektif konsumen, kinerja PT Sari Husada cukup baik dengan
sedikitnya keluhan yang masuk dan banyak umpan balik serta hubungan baik dengan
konsumen terbukti adanya konsultasi dari konsumen kepada perusahaan. Loyalitas konsumen
cukup baik dengan dipertahankannya pangsa pasar 50 – 60 % dari total produsen makanan
bayi di Indonesia. Perspektif proses bisnis internal cukup baik dengan adanya inovasi produk
baru walaupun intensitas untuk tahun 2001 lebih kecil daripada tahun 2000.
Peralatan baru juga mengalami pertumbuhan dengan meningkatnya jumlah anggaran
yang dihabiskan lebih besar di banding tahun 2000. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan mengemukakan kinerja yang cukup baik tercermin dari berkurangnya jumlah
karyawan pada tahun 2001 yang diindikasikan bahwa terjadi pengoptimalan terhadap sumber
daya yang ada. Jumlah pelatihan yang diselenggarakan bertambah dari 91 buah pelatihan
menjadi 98 pelatihan walaupun jumlah peserta menurun dari tahun 2000.
Dengan Balanced scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur
bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced scorecard
memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber
daya manusia, sistem dan prosedur, demi kebaikan kinerja di masa depan.
10. 6
BAB IV
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
4.1 Pengertian Motivasi dan Kepuasan Kerja
1. Konsep Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin movereyang berarti tomove (untuk bergerak)
sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi adalah seperangkat alasan untuk melakukan
tindakan tertentu.Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian
motivasi, diantaranya
a. Sumadi Suryabrata
Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian tujuan.
b. Gates
Motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.
c. Greenberg
Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku ke
arah suatu tujuan.
d. Chung dan Megginson
Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkitan
dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat diartikan
sebagai kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas dengan cara tertentu yang terararah untuk mencapai
tujuan.
Menurut Arnold, Robertson, dan Cooper, motivasi terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Direction(arah), yaitu apa yang seseorang coba lakukan.
b. Effort(usaha), yaitu seberapa keras seseorang mencoba.
c. Persistence (ketekunan), yaitu seberapa lama seseorang terus berusaha.
Menurut Luthans, proses motivasi kerja sendiri terdiri dari tiga elemen penting, yakni
kebutuhan (needs), dorongan (drives) dan rangsangan (incentives) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
11. 7
1. Kebutuhan adalah tekanan yang ditimbulkan oleh adanya kekurangan untuk menyebabkan
seseorang berperilaku untuk mencapai tujuan. Kekurangan tersebut dapat bersifat psikologis,
fisiologis, atau sosial.
2. Dorongan adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang menjadi aktif untuk
melakukan suatu tindakan atau perilaku demi tercapainya kebutuhan atas tujuan.
3. Rangsangan adalah sesuatu yang memiliki kecenderungan merangsang minat seseorang
untuk bekerja mencapai tujuan.
2. Konsep Kepuasan Kerja
Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang memiliki peranan yang sangat
penting dalam menentukan pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
oleh pihak manajemen perusahaan. Dengan mengetahui kepuasan kerja karyawan, melalui
bagaimana karyawan tersebut merespon terhadap berbagai program atau rencana yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, hal ini dapat menjadi umpan balik yang sangat berharga bagi
perusahaan tersebut. Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang terhadap
pekerjaannyaPada dasarnya kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet atau banyak
dimensi, dan bersifat subyektif dari masing-masing individu yang bersangkutan.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dimana pegawai memandang perkerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminnkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dari sikap positif
pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
kerjanya.Sedangkan menurut As’ad kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan
hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan
hubungan individu di luar kerja.
Kepuasan kerja juga memiliki hubungan yang erat dengan sikap karyawan atas pekerjaan
mereka, situasi kerja setiap harinya, kerjasama antar karyawan baik dengan atasan maupun
dengan rekan kerja. Kepuasan kerja secara lebih jauh, juga menunjukkan kesesuaian antara
sebuah harapan terhadap pekerjaan yang ada dan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan
tersebut.Dari beberapa definisi dan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepuasan kerja merupakan refleksi dari seorang karyawan terhadap pekerjaannya yang timbul
bukan hanya sebagai hasil interaksi antara karyawan dengan pekerjaannya, tetapi juga dengan
lingkungan kerja, situasi dan kondisi kerja serta rekan kerja karyawan.
Adapun yang menentukan kepuasan kerja adalah
12. 8
a. Kerja yang secara mental menantang, bagi pegawai yang cenderung menyukai pekerjaan
yang memberikan kesempatan menggunakan keterampilan dan kemampuan dalam bekerja.
b. Gagasan yang pantas, pegawai menginginkan sistem upah atau gaji dan kebijakan promosi
yang adil, tidak meragukan dan sesuai dengan pengharapan mereka.
c. Kondisi kerja mendukung, bagi pegawai yang peduli lingkungan kerja baik untuk
kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik.
d. Rekan sekerja yang mendukung adanya interaksi sosial antara sesama pegawai yang saling
mendukung meningkatkan kepuasan kerja.
e. Jangan melupakan kesesuaian antara kepribadian pekerjaan, kecocokan yang tinggi antara
kepribadian seorang pegawai dan pengharapan akan menghasilkan individual yang lebih
terpuaskan.
f. Ada dalam gen bahwa 30% dari kepuasan individual dapat dijelaskan oleh keturunan.
Dalam mengelola kepegawaian harus senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu
mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhan dan masalah
personalia vital lainnya. Oleh karena itu fungsi personalia mempunyai pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung, selain itu berbagai kebijakan dalam kegiatan personalia
berdampak pada iklim organisasi memberikan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan bagi anggota organisasi yang akhirnya memenuhi kepuasan
kerja anggota organisasi.
4.2 Tujuan Motivasi
Beberapa tujuan motivasi
Meningkatkan moral dan kepuasaan kerja karyawan
Meningkatkan produktifitas kerja karyawan
Mempertahankan kesetabilan karyawan
Meningkatkan kedesiplinan
Mengefektifkan pengadaan karyawan
Menciptakan hubungan dan suasana kerja yang baik
Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi
Meningkatkan kesehjahteraankaryawan
13. 9
Asas-asas Motivasi
Asas Mengikutsertakan
Memberikan kesempatan bahwa untuk berpartisipasi
mengajukan ide/saran dalam pengambil keputusan
Asas Komunikasi
Menginformasikan tentang tujuan yang ingin
dicapai, cara mengerjakannya dan kendala yang
dihadapi
4.2 Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja
1. Teori Motivasi dan Kepuasan Kerja.
Terdapat beberapa teori yang mengkaitkan antara motivasi dan kepuasan kerja:
a. Teori Keadilan dan Kepuasan Kerja
Teori keadilan ini membantu untuk memahami bagaimana seorang pegawai mencapai
kesimpulan bahwa ia diperlakukan dengan adil atau tidak. Perasaan ini mmerupakan perasaan
subjektif yang dapat mempengaruhi motivasi kerja. Untuk itu seorang pimpinan harus
mengetahui bahwa pegawainya membandingkan imbalan, hukuman, tugas, serta dimensi
lainnya antarpegawai.
Beberapa cara untuk mengetahui adanya perasaan perlakuan tidak adil ini dapat dilakukan
dengan:
1) Manajer harus mengenal kesimpulan dari tindakan seseorang yang mengindikasikan
bahwa ia telah mendapat perlakuan tidak adil.
2) Manajer harus mampu memberikan resolusi sederhana terkait isu ketidak-adilan yang
dapat mengganggu distorsi input atau output.
3) Manajer harus mampu mengenal klaim-klaim ketidakadilan.
4) Manajer harus mampu mencegah klaim-klaim ketidakadilan dengan cara memperjelas
apa yang sebenarnya mereka rasakan.
b. Teori Kebutuhan
Menurut teori ini manusia mempunyai beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu
teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow menyebutkan bahwa manusia memiliki
tingkat kebutuhan dari tingkat bawah sampai yangpaling tinggi, yaitu: kebutuhan fisiologis
dasar, keselamatan dan keamanan, sosial dan kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri.
c. Teori Harapan dan Motivasi
14. 10
Teori harapan atau expectancysecara logis mencoba untuk menyusun kembali proses mental
yang mengakibatkan seorang pegawai mencurahkan usaha dalam tugas tertentu. Diasumsikan
bahwa usaha para pegawai diakibatkan oleh tiga hal, yaitu: kemungkinan subyektif pegawai
yang berkaitan dengan kemampuan kerja, kemungkinan subjektif terhadap reward atau
punishment yang terjadi sebagai hasil dari perilaku pimpinan, dan nilai pegawai yang
menempatkan penghargaan dan hukuman.
d. Job Desain dan Motivasi
Motivasi dan kepuasan kerja juga dapat dilihat dari bagaimana pekerjaan didesain. Terdapat
beberapa prinsip dasar dalam metode untuk mengklasifikasikan dan merancang pekerjaan,
yakni:
1) Pekerjaan yang disimplifikasi dapat dilakukan oleh setiap orang dengan pelaatihan yang
sedikit.
2) Pekerjaan yang distandarisasikan menggunakan cara terbaik untuk
melaksanakannya. Ketentuan ini dapat ditetapkan melalui pengamatan tujuan dan analisis
metode kerja.
3) Pekerjaan yang sudah dispesialisasikan membuat seseorang dapat dengan cepat
mengembangkan keterampilan tanpa buang-buang waktu.
2. Hubungan Antara Motivasi dengan Kepuasan Kerja
Terdapat hubungan antara motivasi dan kepuasan dari seorang pekerja. Hubungan tersebut
dapat dikategorikan dalam empat bagian, yaitu:
a. Pegawai yang motivasi dan kepuasannya tinggi, ini merupakan keadaan ideal, baik bagi
organisasi maupun bagi pegawai itu sendiri. Keadaan ini timbul bila sumbangsih yang
diberikan oleh pegawai bernilai bagi organisasi, dimana pada gilirannya organisasi
memberikan hasil yang diinginkan atau pantas bagi pegawai.
b. Karyawan termotivasi untuk bekerja dengan baik, tetapi tidak merasa puas dengan kerja
mereka. Beberapa alasan yang memungkinkan adalah karyawan membutuhkan pekerjaan dan
uang. Uang dan pekerjaan tergantung pada kinerja yang baik, di satu sisi karyawan merasa
bahwa mereka berhak mendapatkan gaji yang lebih atas kinerja yang diberikan kepada
perusahaan, namun tidak mendapatkannya.
c. Kinerja yang rendah dari karyawan namun mereka merasa puas dengan pekerjaannya.
Perusahaan telah memberikan segala sesuatu sesuai dengan harapan karyawan sehingga
karyawan tidak mengeluh, namun tidak ada timbal balik yang berarti bagi perusahaan
sehingga kerugian dapat dirasakan dari sisi perusahaan.
15. 11
d. Karyawan tidak bekerja dengan baik dan tidak memperoleh rangsangan yang memuaskan
dari perusahaan. Situasi seperti inilah yang akan mendorong keinginan pegawai untuk
berhenti dari pekerjaan atau keputusan perusahaan untuk memberhentikan karyawan karena
tidak ada manfaat yang dapat diperoleh baik oleh pegawai maupun perusahaan.
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor kepuasan kerja yang diambil berdasarkan pada JobDescriptive Index,
dimana terdapat pengukuran yang standar terhadap kepuasan kerja, yang meliputi beberapa
faktor yaitu pekerjaan itu sendiri, mutu dan pengawasan supervisi, gaji atau upah,
kesempatan promosi, dan rekan kerja. JobDescription Index adalah pengukuran terhadap
kepuasan kerja yang dipergunakan secara luas. Riset menunjukkan bahwa JobDescription
Index dapat menyediakan skala kepuasan kerja yang valid dalam skala yang dapat dipercaya.
Seperti yang dikemukakan oleh Dipboye, Smith, dan Houkakawell, faktor-faktor tersebut
meliputi:
1. Pekerjaan itu sendiri
Setiap karyawan lebih menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk
menggunakan ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki, yang mampu menawarkan satu
varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya mereka dalam
melakukan hal tersebut. Karakteristik tersebut membuat pekerjaan menjadi lebih menantang
secara mental. Studi-studi mengenai karakteristik pekerjaan, diketahui bahwa sifat dari
pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja. Lima dimensi inti dari
materi pekerjaan yang meliputi ragam ketrampilan (skillvariety), identitas pekerjaan
(taskidentity), keberartian pekerjaan (tasksignificance), otonomi (autonomy) dan umpan balik
(feedback). Dari setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup sejumlah aspek materi
pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Adapun kaitan masing-
masing dimensi tersebut dengan semakin besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang
dilakukan, seseorang akan merasa pekerjaanya semakin berarti.
2. Mutu Pengawasan Supervisi
Kegiatan pengawasan merupakan suatu proses dimana seorang manajer dapat memastikan
bahwa kegiatan yang dilakukan oleh karyawannya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Proses pengawasan mencatat perkembangan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh karyawan sehingga memungkinkan manajer untuk dapat mendeteksi adanya
penyimpangan dari apa yang telah direncanakan dengan hasil saat ini, dan kemudian dapat
16. 12
dilakukan tindakan pembetulan untuk mengatasinya. Perilaku pengawas merupakan hal
penting yang menentukan selain dari kepuasan kerja itu sendiri. Sebagian besar dari studi
yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa karyawan akan lebih puas dengan pemimpin
yang lebih bijaksana, memperhatikan kemajuan, perkembangan dan prestasi kerja dari
karyawannya.
3. Gaji atau Upah
Karyawan selalu menginginkan sistem penggajian yang sesuai dengan harapan mereka.
Apabila pembayaran tersebut tampak adil berdasarkan pada permintaan pekerjaan, tingkat
ketrampilan individu, dan standar pembayaran masyarakat pada umumnya, maka kepuasan
yang dihasilkan akan juga tinggi. Upah sebagai jumlah keseluruhan pengganti jasa yang telah
dilakukan oleh tenaga kerja yang meliputi upah pokok dan tunjangan sosial lainnya. Gaji
merupakan salah satu karakteristik pekerjaan yang menjadi ukuran ada tidaknya kepuasan
kerja, dalam artian ada atau tidaknya keadilan dalam pemberian gaji tersebut. Gaji atau upah
yang diberikan kepada karyawan merupakan suatu indikator terhadap keyakinan seseorang
pada besarnya upah yang harus diterima.
4. Kesempatan Promosi
Promosi merupakan perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain dimana jabatan
tersebut memiliki status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini memberikan nilai
tersendiri bagi karyawan, karena merupakan bukti pengakuan terhadap prestasi kerja yang
telah dicapai oleh karyawan. Promosi juga memberikan kesempatan untuk pertumbuhan
pribadi, untuk lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status sosial. Oleh karena itu salah
satu kepuasan terhadap pekerjaan dapat dirasakan melalui ketetapan dan kesempatan promosi
yang diberikan oleh perusahaan.
5. Rekan Kerja
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, begitu
juga dengan karyawan di dalam melakukan pekerjaannya membutuhkan interaksi dengan
orang lain baik rekan kerja maupun atasan mereka. Pekerjaan seringkali juga memberikan
kepuasan kebutuhan sosial, dimana tidak hanya dalam arti persahabatan saja tetapi dari sisi
lain seperti kebutuhan untuk dihormati, berprestasi, dan berafiliasi. Rekan kerja juga
merupakan bagian dari perwujudan salah satu teori motivasi menurut Alderfer yaitu
kebutuhan akan hubungan (RelatednessNeeds), dimana penekanan ada pada pentingnya
hubungan antar-individu (interpersonalrelationship) dan bermasyarakat (socialrelationship).
Pada dasarnya seorang karyawan juga menginginkan adanya perhatian dari rekan kerjanya,
17. 13
sehingga pekerjaan juga mengisi kebutuhan karyawan akan interaksi sosial, sehingga pada
saat seorang karyawan memiliki rekan kerja yang saling mendukung dan bersahabat, maka
akan meningkatkan kepuasan kerja mereka.
18. 14
BAB V
MENGELOLA POTENSI KECERDASAN DAN EMOSIONAL SDM
5.1 Pengertian kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris:
emotionalquotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya.Dalam hal ini, emosi mengacu pada
perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu
pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan
emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual
(IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting
daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan
seseorang(Maliki.2009:15).
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan
emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki
kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain
secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Kecerdasan emosional dapat dikatakan sebagai kemampuan psikologis yang telah dimiliki
oleh tiap individu sejak lahir, namun tingkatan kecerdasan emosional tiap individu berbeda,
ada yang menonjol da nada pula yang tingkat kecerdasan emosional mereka rendah.Istilah
“kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog,
yakni Peter Salovey dan John Mayer.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosinal (EQ) adalah “Himpunan
bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”. (Shapiro, 1998: 8).
Menurut psikolog lainnya, yaitu Bar-On (Goleman:2000: 180), mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.SedangkanGoleman (2002:512), memandang kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi
(tomanageouremotionallifewithintellegence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (theappropriatenessofemotionanditsexpression) melalui keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Jadi dapat diartikan bahwa Kecerdasan Emosi atau EmotionalQuotation (EQ) meliputi
kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan
sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-
perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-
perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan tetapi
juga mampu memahami apa makna dari rasa tersebut. Dapat melihat diri sendiri seperti orang
lain melihat,serta mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan oleh orang
lain dapat kita rasakan juga.
19. 15
5.2 Pentingnya kecerdasan Emosional
Menurut Alan Mortiboys Peter Salovey dan Jack Mayer (1990) Kecerdasan emosional (EQ)
meliputi:
1. Kemampuan untuk merasakan secara akurat, menilai dan mengekspresikan emosi;
2. Kemampuan untuk mengakses dan/atau menghasilkan perasaan ketika ia bersedia
berpikir;
3. Kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional;
4. Memampuan untuk mengatur emosi untuk mempromosikan pertumbuhan emosi dan
intelektual. Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan vital manusia yang sudah
semestinya terus dilatih, dikelola dan dikembangkan secara intens. Karena kecerdasan
emosi memiliki kesinambungan yang cukup erat dengan kualitashidup manusia,
dimana kecerdasan emosi berkait erat dengan adanya jiwa yang sehat. Sehingga dari
jiwa yang sehat tersebut manusia sebagai spesies yang rentan mengalami
ketidakbahagiaan akan memiliki peluang jauh lebih besar di dalam memperoleh hidup
bahagia.Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosional yang dimilikinya
akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses dan dipastikan lebih tenang
dalam menyelesaikan permasalahan yang tergolong rumit.
5.3 Peran kecerdasan Emosional dalam perkembangan peserta didik
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara
masa anak ke masa dewasa.Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat
mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi.Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang
sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan
psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightenedemotionality, yaitu suatu
keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan
dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk
tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak
bergairah, pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri.Emosi yang tinggi ini tidak
berlangsung terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi
yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.Kecerdasan emosional juga
berkaitan dengan arah yang positif jika remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan
proses agar seseorang dapat mencapai tingkat kecerdasan emosional yang mantap.
dengan Hubungan serta Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta didik
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.Faktor tersebut
antara lain Kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan pendidikan.pendidikan,
merupakan variabel yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu. Perbedaan
individu juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan individu yang
bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut orang yang memiliki kecerdasan emosional yang
baik diharapkan dapat menampilkan sikap berpikir yang tercermin dari cara berpikir yang
logis, cepat, mempunyai kemampuan abstraksi yang baik, mampu mendeteksi, menafsirkan,
menyimpulkan, mengevaluasi, dan mengingat, menyelesaikan masalah dengan baik,
bertindak terarah sesui dengan tujuan,Serta tingkat kematangan yang baik ketenangan. Hal
tersebut berkaitan juga dengan kemampuan inteljensia yang baik (IQ).
Apabila dikaitkan dengan prestasi belajar,maka kecerdasan emosional merupakan salah satu
20. 16
faktor yang juga turut menentukan prestasi. Individu yang memiliki IQ yang tinggi
diharapkan akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, karena IQ seringkali
dianggap modal potensial yang memudahkan seseorang dalam belajar. Maka seringkali
muncul anggapan bahwa IQ merupakan faktor yang menunjang prestasi belajar yang
baik.Bahkan ada sebagian masyarakat yang menempatkan IQ melebihi porsi yang
seharusnya. Mereka menganggap hasil tes IQ yang tinggi merupakan jaminian kesuksesan
belajar seseorang sebaliknya IQ yang rendah merupakan vonis akhir bagi individu bahwa
dirinya tidak mungkin mencapai prestasi belajar yang baik anggapan semacam ini tidaklah
tepat, karena masih banyak faktor yang ikut menentukan prestasi,terutama EQ serta SQ
(Spiritual quotient) Anggapan yang tidak tepat tersebut bisa berdampak tidak baik bagi
individu karena dapat melemahkan motivasi siswa dalam belajar yang justru dapat menjadi
awal dari kegagalan yang seharusnya tidak perlu terjadi.Untuk itu, perlu ditanamkan dalam
benak siswa bahwa kesuksesan belajar tidak hanya ditentukan dengan kecerdasan yang
dimiliki, tetapi juga bagaimana mengendalikan diri sendiri.
Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta didik dalam penting
untuk dilakukan.Dimana peserta didik diarahkan secara perlahan untuk mengembangkan,
mengasah serta mengendalikan emosi yang di miliki, sehingga berdampak baik bagi
kehidupan siswa tersebut, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dalam
bidang akademis maupun non akademis.
21. 17
BAB VI
MEMBANGUN KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM
6.1 Pengertian dan sumber keunggulan kompetitif
Barney (1991) mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber
daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan sebagai berikut:
merupakan sumber daya organisasional yang sangat berharga (valuable), terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk mengeksploitasi kesempatan dan atau
menetralisasi ancaman dari lingkungan perusahaan.
relative sulit untuk dikembangkan, sehingga menjadi langka di lingkungan kompetitif.
sangat sulit untuk ditiru atau diimitasi.
tidak dapat dengan muddah digantikan substitute yang secara strategis signifikan.
masalahnya adalah bagaimana “menterjemahkan” berbagai strategi, kebijakan dan
praktik MSDM menjadi keunggulan kompetitif berkelanjutan.
6.2 Membangun kapabilitas sumber daya manusia
Modal manusia dalam organisasi sangat berharga karena kemampuan yang dimiliki dari
manusia Sebagai bagian dari peran strategis, manajer SDM sering dipandang bertanggung
jawab untuk memperluas kemampuan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi.
Dewasa ini penekanan tersebut difokuskan pada kompetensi karyawan dalam organisasi demi
kebutuhan organisasi untuk tumbuh dimasa depan. manajemen SDM harus memimpin dalam
mengembangkan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam beberapa cara.
Pertama, kemampuan yang diperlukan harus diidentifikasi dan dikaitkan dengan kerja dalam
organisasi. identifikasi ini sering memerlukan kerjasama aktif antara profesional HR dan
manajer operasional.
Selanjutnya, penilaian terhadap kemampuan setiap karyawan. Pendekatan ini mensyaratkan
bahwa perlunya identifikasi pemahaman kompetensi secara mendalam. Misalnya, dalam
perusahaan dengan 100 karyawan, direktur HR mengembangkan rencana karir dan grafik
suksesi untuk menentukan apakah perusahaan memiliki sumber daya manusia yang cukup
untuk mengoperasikan dan mengelola pertumbuhan serta mengharapkan peningkatan sebesar
70% selama empat tahun mendatang.
Setelah perbandingan kesenjangan "antara kemampuan yang diperlukan dalam organisasi dan
kompentensi i karyawan diidentifikasi, kemudian langkah selanjutnya adalah membangun
dan merancang pelatihan dan kegiatan . Fokus dalam memberikan bimbingan kepada seluruh
karyawan dan menciptakan kesadaran tentang kemungkinan pertumbuhan karir dalam
organisasi. Kepada seluruh pegawai diharapkan, terus meningkatkan kemampuan mereka dan
22. 18
mengetahui bahwa ada peluang pertumbuhan dalam organisasi yang dapat mengakibatkan
kepuasan kerja yang lebih besar dan lebih lama kerja dengan organisasi tersebut.
6.3 Kompetensi SDM berkarier di Bidang Sumber Daya Manusia
Menurut Covey, Roger dan Rebecca Merrill (1994), kompetensi tersebut mencakup:
a. Kompetensi teknis : pengetahuan dan keahlian untuk mencapai hasil- hasil yang telah
disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan dan mencari alternatif- alternatif
baru
b. Kompetensi Konseptual: kemampuan untuk melihat gambar besar, untuk menguji
berbagai pengandaian dan pengubah prespektif
c. Kompetensi untuk hidup : dan saling ketergantungan kemampuan secara efektif
dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk mendengar, berkomunikasi, mendapat
alternatif ketiga.
23. 19
BAB VII
KONSEP KINERJA DAN PELAKSANAAN AUDIT KINERJA AUDIT
7.1.Penjelasan audit kinerja
Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh external auditor maupun internal auditor.
Sesuai amanat UU No. 15 Tahun 2004 dan PP No. 60 Tahun 2008. UU No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara memberikan
mandat dan kewenangan kepada BPK – sebagai lembaga pemeriksa eksternal – untuk
melaksanakan audit kinerja. Di sisi lain, PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah juga memberikan kewenangan pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah
untuk melaksanakan audit kinerja, sebagai suatu bentuk pengawasan. Dengan demikian,
auditor eksternal dan auditor internal perlu berkoordinasi dalam melaksanakan audit kinerja.
Jangan sampai terjadi overlapping. Keduanya harus menjaga hubungan dan komunikasi yang
harmonis agar tercipta konfigurasi audit kinerja yang baik.
Audit kinerja. Audit kinerja saat ini merupakan genderang perang bagi Kementerian
dan lembaga setelah keluan Keterbukaan Informasi Publik (KIP), Kementerian dan Lembaga
Pemerintah sangat komitmennya untuk meningkatkan praktik dan kapasitasnya di bidang
audit kinerja. Bagaimana perkembangan audit sektor publik? Apa manfaat yang bisa
diperoleh? Bagaimana Pendekatan digunakan? Setelah pemerintah mengeluarkan UU KIP
No 14 Tahun 2008 serta memuat dalalembaran negara Republik Indonesia. Masyarakat
berkeingan mengetahui sejauman uang negara yang berasl dari sektor pajak yang dibayar
warga negara Republik Indonesia yang taat pajak apakah dikelola dengan baik Dalam arti,
apakah uang negara digunakan untuk memperoleh sumber daya dengan hemat (spend less),
digunakan secara efisien (spend well), serta dapat memberikan hasil optimal yang membawa
manfaat bagi masyarakat (spend wisely).
Audit kinerja merupakan metamorfosis dari audit intern (internal audit) yang
kemudian berkembang menjadi audit operasional (operational audit) dan selanjutnya menjadi
audit manajemen (management audit). Audit manajemen berfokus pada penilaian aspek
ekonomi dan efisiensi. Audit manajemen kemudian dilengkapi dengan audit program
(program audit) yang bertujuan untuk menilai efektivitas. Koalisi antara audit manajemen
dan audit program inilah yang disebut sebagai audit kinerja (performance audit).
Audit kinerja merupakan salah satu jenis audit yang dilakukan sebagai pengembangan
diri audit keuangan. Audit kinerja untuk menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu
Kementerian/Lembaga Pemerintah, untuk memastikan sesuai atau tidaknya sasaran yang
kegiatan yang menggunakan anggaran. Oleh karena audit kinerja (performence audit
merupakan perluasan dari audit keuangan yang meliputi : ekonomi, efisien dan efektifitas,
maka auditor yang akan melaksanakan kegiatan harus memperoleh informasi tentan
24. 20
organisasi, meliputi struktur organisasi, prosedur kerja dan sistem informasi dan pelaporan
keuangan dan kegiatan kepada manajemen.
7.2 Manfaat Audit Kinerja
Audit kinerja dalam pelaksanaannya dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang
menuntut adanya pemeriksaan lebih rinci antara lain :
1. Pengukuran standar atu penetapan penjabaran tujuan oleh manajemen dalam
pengukuran hasil kerja, produktifitas, efisiensi, atau penggunaan barang/jasa yang
kurang tepat
2. Tiadanya kejelasan prosedur tertulis atau prosedur berbelitbelit, sehingga bisa
ditafsirkan salah atau tidak konsiten dan menambah pelayanan menjadi lama.
3. Personil yang kurang cakap, sehingga menimbulkan kelambatan dan kekurangan
lainnya, termasuk kegagalan menerima tanggung jawab yang besar
4. Beberapa pekerjaan duplikasi atau tumpang tindih, sehingga terjadi pemborosan dan
saling lempar tanggung jawab.
5. Anggaran yang dipakai tidak tepat sasaran
6. Pola pembiyaan yang terlalu mewah kurang bermanfaat tidak efisien.
7. Penggunaan pekerjaan tertangguh, menumpuk dan penyelesaian terlambat.
8. Banyak pekerja terlalu besar, koordinasi buruk dan personil banyak tidak punya tugas
9. Pengorganisasian terlau besar, koordinasi buruk dan personil banyak tidak punya
tugas
10. Pengadaan barang terlalu banyak dengan harga mahal persedian menumpuk. Dengan
adanya audit kinerja seperti diatas segera dapat dihindari. Masalah diatas dapat diuji
dan dianalisis serta dicari solosi agar kedepan kondisi lebih baik, maka audit kinerja
sangat bermanfaat bagi Kementerian/Lembaga
11. Kehati-hati/kewaspadaan dan kebijakan yang tepat dalam penggunaan sumber daya
dengan selalu membandingkan berbagai alternatif biaya dengan manfaatnya
12. Kesadaran biaya para pejabat eksekutif yang cukup tinggi dalam pengunaan
dana/anggaran
13. Kesadaran biaya para pejabat dalam melakasanakan berbagai pekerjaan/prosedur
14. Perencanaan akan semakin baik dengan terarah dan terpadu
15. Para pengawai akan semakinkompeten, rajin dan disiplin
16. Prsedur menjadi sederhana dan efisien, tepi aman, sehingga pelaksanaan yang lancer
17. Supervisi kinerja para pejabat akan semakinefektif
18. Ketidakkompetenan, ketikberean, pemborosan, ketikefesienan dan kecurangan akan
mudah terdeteksi.
7.3 Kesimpulan Audit Kinerja
Pemeriksaan manajemen pada dasarnya sama dengan pemeriksaan keuangan
Prosedur/teknik pemeriksaan yang diterapkan pada umumnya sama hanya persepsi, kerangka
berpikir, pendekatan dan ruang lingkupnya saja yang berlainan. Audit kinerja bermanfaat
untuk membantu pimpinan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, serta
25. 21
memberikan informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam
rangka pencapaian tujuan yaitu efesiensi dan efektif
7.4 Prosedur dan Pelaksanaan Audit Kinerja
Secara umum, prosedur pelaksanaan audit adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Audit Kinerja
2. Pengujian Pengendalian Manajemen
3. Pengukuran dan Pengujian Key Performance Indicator (KPI) atau yang disebut
Indikator Kinerja Kunci (IKK).
4. Review Operasional
5. Pembuatan Kertas Kerja Audit (KKA)
6. Pelaporan
7. Pemantauan Tindak Lanjut
Deskripsi Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja BUMN/BUMD
1. Perencanaan Audit Kinerja
Dalam Pedoman Pelaksanaan Audit Kinerja, Perencanaan audit merupakan langkah
penting yang dilakukan untuk memenuhi standar audit. Dalam perencanaan audit
perlu memperhatikan perkiraan waktu dan petugas audit, selain itu juga
mempertimbangkan perencanaan lainnya yang meliputi:
a. Sumber dan cara memperoleh informasi yang cukup mengenai auditan
b. Hasil audit yang diperoleh pada tahap sebelumnya.
2. Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja
Pengertian Prosedur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 703) adalah
tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
Menurut Setyawan (1988: 35), prosedur adalah langkah-langkah yang harus
dilaksanakan guna mencapai tujuan pemeriksaan. Pelaksanaan Audit Kinerja oleh
kantor akan berdasarkan prosedur yang terdiri dari tahapan Audit Kinerja yang
menguraikan tentang bagaimana langkah kerja Audit Kinerja itu dilakukan.
A. Persiapan Audit Kinerja
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan tahap awal dari
rangkaian Audit Kinerja sebagai dasar penyusunan Program Kerja Audit Tahap
berikutnya. Tahap ini meliputi:
a. Pembicaraan pendahuluan dengan auditan
b. Pengumpulan informasi umum dalam pengenalan terhadap kegiatan yang diaudit
c. Pengidentifikasian aspek manajemen atau bidang masalah yang menunjukkan
kelemahan dan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.
d. Pembuatan ikhtisar hasil persiapan Audit Kinerja.
26. 22
Dalam pengumpulan informasi kegiatan persiapan Audit Kinerja mencakup:
1. Organisasi
2. Peraturan perundangan yang berlaku
3. Tujuan, Visi, Misi, sasaran, strategi dan kegiatan usaha
4. Sistem dan prosedur
5. Data keuangan
6. Informasi lainnya yang relevan
Simpulan Hasil Persiapan Audit Kinerja yang disusun setelah kegiatan persiapan
Audit Kinerja selesai. Simpulan hasil Audit Kinerja ini antara lain meliputi mengenai
kelemahan-kelemahan yang harus dikembangkan lebih lanjut dalam tahap audit
berikutnya. Dari simpulan tersebut dibuat program audit tahap pengujian
pengendalian manajemen. (Deputi Bidang Akuntan Negara, 2001: 8-15).
B. Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahap ini harus dilakukan pengujian atas:
1. Sistem pengendalian manajemen
2. Penerapan good cooperate governance (GCG) oleh manajemen auditan dan
jajarannya
Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personil lain dalam perusahaan yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga kelompok tujuan utama yaitu:
a) Efektivitas dan efisiensi operasi
b) Keandalan pelaporan keuangan
c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Dalam Pengujian penerapan Good Cooperate Governance (GCG) oleh manajemen,
Auditor wajib melakukan pengujian penerapan prinsip-prinsip GCG oleh manajemen
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Prinsip dasar GCG yang harus diterapkan oleh manajemen auditan sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus
2002 adalah sebagai berikut:
1.Transparansi dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan
2. Kemandirian
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban
5. Kewajaran
b. Dalam melakukan pengujian penerapan GCG oleh manajemen, auditor minimal
perlu memanfaatkan dan mengembangkan indikator/parameter yang relevan. Dan dari
hasil pengujian tersebut kemudian dibuat simpulan mengenai penerapan GCG.
c. Jika ditemukan kelemahan yang signifikan segera dibuat manajemen letter (ML).
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 15-18)
27. 23
C. Pengukuran dan Pengujian Indikator Kinerja Kunci
Dalam tahap ini dilakukan penilaian atas proses penetapan indikator kinerja, juga
membandingan antara pencapaiaan indicator kinerja dengan target. Kesenjangan yang ada
harus dianalisis sehingga diperoleh penyebab sebenarnya. Indikator Kinerja adalah diskripsi
kuantitatif dan kualitatif dari kinerja yang dapat digunakan oleh manajemen sebagai salah
satu alat untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai selama ini atau dalam jangka
waktu tertentu.
Tujuan pengujian atas pengukuran capaian indikator kinerja kunci yaitu untuk menilai
efisiensi dan efektifitas beberapa aktivitas utama, guna menyarankan dan mendorong
pengembangan rencana aksi untuk peningkatan kinerja. Rencana aksi dikembangkan oleh
manajemen auditan (Focus Group), dan kemajuan yang dibuat dalam implementasi rencana
akan direview secara periodik.
Diharapkan manajemen auditan mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan
akhir tersebut akan dicapai melalui berbagai tujuan setiap kegiatan review yaitu:
1. Menentukan kekuatan dan kelemahan utama yang dimiliki
perusahaan
2. Menentukan implikasi operasional dan strategis dari kekuatan dan kelemahan tersebut
diatas
3. Mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan
4. Mengembangkan rencana aksi perbaikan atas area-area tersebut diatas.
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 20-23)
C. REVIEW OPERASIONAL
Pada tahap ini dilakukan review yang sistematis atas prosedur metode, organisasi,
program atau kegiatan-kegiatan dengan tujuan untuk mengevaluasi sejauh mana pencapaiaan
suatu tujuan/sasaran secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Informasi mengenai praktek terbaik (best practice) pada perusahaan sejenis perlu
diperoleh sebagai pembanding (benchmark). Selain itu perlu perlu dilakukannya pula
penilaian tingkat kesehatan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan evaluasi
perkembangan usaha perusahaan.
Tujuan dari fase ini adalah untuk mendapatkan informasi detail/rinci untuk menguji
kinerja dari aktivitas yang direview dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Review operasional dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran berikut:
1. kehematan, efisiensi dan/atau efektivitas
2. keandalan dan integritas sistem dan prosedur
3. Pengendalian manajemen dan akuntabilitas
4. Perlindungan terhadap aktiva
28. 24
5. Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur, dan/atau
6. Aspek-aspek lingkungan
(Brigita Lahutung, 07301541, Manajemen Keuangan)
Terdapat dua pendekatan review pokok:
a. Review hasil secara langsung Pendekatan ini berfokus pada outcome dan output
(berfokus pada penilaian hasil yang ingin dicapai). Pendekatan ini secara khusus layak
dimana terdapat data yang tersedia untuk menghitung indikator kinerja kunci bagi
aktivitas. Jika hasil memuaskan, resiko karena kesalahan yang serius dalam dan
mengimplementasikan aktivitas menjadi minimal.
b. b.Review sistem pengendalian pendekatan ini berfokus pada sistem dan pengendalian.
Pendekatan ini dirancang untuk menentukan apakah organisasi telah memiliki sistem
pengendalian yang cukup untuk menyediakan jaminan yang layak atas pencapaian
hasil yang diinginkan. Review dirancang untuk melakukan analisis, review dan
pengujian atas komponen kunci dari sistem pengendalian untuk meyakinkan bahwa
hal itu telah dirancang dan diterapkan secaralayak.Hasil akhir dari review operasional
adalah merekomendasikan peningkatan dan solusipraktis yang dapat
dimplementasikan manajemen.(Deputi Bidang Akuntan Negara: 30-35)
c. Kertas Kerja Audit
Kertas Kerja Audit adalah catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan pemeriksa
secara sistematis pada saat melaksanakan tugas pemeriksaan. Kertas kerja audit
memuat informasi yang memadai dan bukti yang mendukung kesimpulan dan
pertimbanganauditor.
Manfaat Kertas kerja audit adalah:
1. Memberikan dukungan utama terhadap Laporan Audit Kinerja.
2. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para
pelaksana audit.
3. Merupakan alat pembuktian yang mendukung kesimpulan dan rekomendasi
signifikan dari auditor.
4. Menyajikan data untuk keperluan referensi.
Syarat pembuatan Kertas kerja audit:
a. Lengkap
b.Bebas dari kesalahan, baik kesalahan hitung/kalimat maupun kesalahan penyajian
informasi.
c. Didasarkan pada fakta dan argumentasi yang rasional.
d. Sistematis, bersih, mudah diikuti, dan rapi.
e. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit.
f. Dalam kertas kerja audit harus mencantumkan kesimpulan hasil audit dan komentar
atau catatan dari reviewer.
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 41-43)
d. Pelaporan Hasil Audit
Laporan hasil Audit Kinerja merupakan laporan hasil analisis dan interprestasi atas
29. 25
keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya yang
dilaporkan oleh auditor.
Pelaporan Audit Kinerja meliputi:
1. Hasil penilaian atas kewajaran IKK
2. Hasil Review Operasional beserta kelemahan yang ditemukan
3. Rekomendasi yang telah disepakati
4. Hasil pengujian atas laporan (hasil) pengujian tingkat kesehatan perusahaan
5. Analisis perkembangan usaha
Tujuan pelaporan Audit Kinerja:
a. Memberikan informasi yang relevan dan objektif mengenai kinerja auditan kepada
pihak terkait
b. Menyajikan analisis dan interprestasi atas kondisi kinerja auditan serta memberikan
c. Menyediakan informasi untuk penetapan kebijakan dalam rangka penugasan
berikutnya.
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 52-55)
e. .Pemantauan tindak lanjut hasil audit kinerja tindak lanjut adalah pelaksanaan atas
rekomendasi hasil Audit Kinerja yang telah disampaikan dan disetujui oleh
manajemen auditan. Suatu hasil Audit Kinerja baru dikatakan berhasil apabila
rekomendasi praktis yang dikembangkan bersama dilaksanakan oleh manajemen.
Pelaksanaan tindak lanjut itu sendiri merupakan tanggung jawab manajemen, akan
tetapi auditor berkewajiban memantau pelaksanaan rekomendasi yang telah
dikembangkan bersama tersebut, guna mendorong percepatan pelaksanaan tindak
lanjut sesuai dengan yang telah rekomendasikan. (Deputi Bidang Akuntan Negara.
30. 26
SARAN
Di dalam suatu perusahaan atau organisasi sangat perlu diadakan evaluasi kinerja
yang optimal agar tidak jadi kesalahan dalam pemberian kompensasi kepada pegawai
atau karyawan, karena apabila terjadi kesalahan dalam penilaian kinerja yang secara
langsung berdampak pada pemberian kompensasi akan membuat karyawan merasa
tidak betah yang berujung pada penurunan kinerja pegawai, pada akhirnya perusahaan
atau organisasi, termasuk di dalamnya adalah evaluasi kinerja dan pemberian
kompensasi.