SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk
tujuan komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya
mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan
mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang
fonologi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi
ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis
merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan
kajian fonologi, beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian
fonemik, gejala fonologi Bahasa Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kajian fonetik dan fonemik?
2. Apa yang dimaksud dengan pembentukan vokal, klauser dan konsonan?
3. Apa yang dimaksud dengan gejala fonologi?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Dapat mengetahui dan memahami tentang kajian fonetik dan fonemik.
2. Dapat mengetahui dan memahami tentang pembentukan vokal, konsonan
dan klauser.
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang gejala fonologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BATASAN DAN KAJIAN FONOLOGI
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos
= ‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi.
Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi.
Objek kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata
bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen
(fonemik).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang
ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara
umum dan fungsional.
B. BEBERAPA PENGETIAN MENGENAI TATA BUNYI
1. Fonem
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil
yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk
membedakan makna.
Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macaam lafal yang
bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/
jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata
/topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem
/t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat
mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/.
2. Alofon
Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama
pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem
3
yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan
diantara dua kurung siku […]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan
[p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita
dapat berkata bahwa dalam Bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua
alofon, yakni [p] dan [p>].
C. KAJIAN FONEMIK
1. Klasifikasi Bunyi
a. Klasifikasi bunyi berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus
udara dalam saluran suara.
1) Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami
rintangan, pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.
2) Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat
arus udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.
3) Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk
konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum
membentuk konsonan murni.
b. Klasifikasi bunyi berdasarkan jalan keluarnya arus udara.
1) Bunyi nasal yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus
udara ke luar melalui ronga mulut dan membuka jalan agar arus
udara keluar melalui rongga hidung. Contoh: /m/, /n/, ny (/ń/) , ng
(/ŋ/).
2) Bunyi oral yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat
ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi
rongga hidung, sehingga arus udara keluar melalui mulut.
c. Klasifikasi bunyi berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat
bunyi diartikulasikan.
1) Bunyi keras (fortis) yaitu bunyi bahasa yang pada waktu
diartikulasikan desertai ketegangan kuatarus.
2) Bunyi lunak (lenis) yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan
tidak disertai ketegangan kuatarus.
4
d. Klasifikasi bunyi berdasarkan lama bunyi pada waktu diucapkan atau
diartikan.
1) Bunyi Pendek
2) Bunyi Panjang
e. Klasifikasi bunyi berdasarkan derajat kenyaringannya.
Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring.
Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonasi
pada waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonasi saluran bicara
waktu membentuk bunti, maka makin tinggi derajat kenyaringannya.
Begitu pula sebaliknya.
f. Klasifikasi bunyi berdasarkan perwujudannya dalam suku kata.
1) Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam suku kata
(semua bunyi vocal atau monoftong dan konsonan).
2) Bunyi Rangkap, yaitu dua bunyi atau lebh yang terdapat dalam
suku kata. Bunyi rangkap terdiri dari : Diftong (vocal rangkap) :
[ai], [au], dan [oi]. Klaser (gugusan konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan
[bl].
g. Klasifikasi bunyi berdasarkan arus udara.
1) Bunyi agresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara
mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru. Bunyi agresif
dibedakan menjadi:
a) Bunyi agresif pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang
paru-paru, otot perut dan rongga dada.
b) Bunyi agresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita
suara sehingga dalam keadaan tertutup.
2) Bunyi Ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara merapatkan
udara dalam paru-paru.
a) Ingresif glotalik : pembentukan sma dengan egresif glotalik
tetapi berbeda pada arus udara.
5
b) Ingresif velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah di
tempatkan pada langit-langit lunak. Kebanyakan bunyi bahasa
Indonesia merupakan bunyi egresif.
2. Pembentukan Vokal, Konsonan, Diftong dan Klauser
a. Pembentukan Vokal
Vokal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian
lidah yang bergerak bentuk bibir dan stikturnya. Berikut ini jenis-jenis
vokal berdasakan cara pembentukan, yakni :
1) Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral dan vokal tak
bulat.
2) Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya
(sedang) dan vokal rendah.
3) Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal
tengah dan vokal belakang.
4) Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal
semi-terbuka dan vokal terbuka.
b. Pembentukan Konsonan
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat factor, yakni
daerah sirkulasi, cara sirkulasi, kedaan pita suara dan jalan keluarnya
udara. Berikut ini klasifikasi konsonan tersebut:
1) Berdasarkan daerah artikulasi ; konsonan bilabial, labio dental,
apikodental, apikoalveolar, palatal, glottal dan laringal.
2) Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar,
lateral, nasal, dan semi-vokal.
3) Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan
tak bersuara.
4) Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan
nasal.
6
c. Pembentukan Diftong
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada
saat diucapkan berubah kualitasnya. Perubahan vokal dengan diftong
adalah terletak pada cara hembusan nafasnya.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut:
1) Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya:
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
2) Diftong /ai/, pengucapannya [ai]. Contohnya:
[santay] /santai/
[sungai] / sungai/
3) Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya:
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
d. Pembentukan Kluster
Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat
bersama pada satu suku kata.
1) Gugus konsonan pertama : /p/, /b/, /t/, /k/, /g/, /s/ dan /d/.
2) Gugus konsonan kedua : /l/, /r/ dan /w/.
3) Gugus konsonan ketiga : /s/, /m/, /n/ dan /k/.
4) Gugus konsonan keduanya adalah konsonan /l/, misalnya:
a) /pl/ [pleno] /pleno/
b) /bl/ [blaŋko] /blangko/
c) Dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.
Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/,
yang kedua /t/, /p/ dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/.
Contohnya:
a) /spr/ [sprey] /sprei/
b) /skr/ [skripsi] / skripsi/
c) /skl/ [sklerosis] /sklerosis/
7
3. Kajian Fonetik dan Fonemik
Makna bunyi hanya ada dalam fonemik (fonologi) dengan demikian
berdasarkan ada tidaknya makna bunyi (fon) maka fonologi dibagi atas
fonetik dan fonemik. Fonetik mengkaji bunyi (fon) tanpa menghiraukan
apakah bunyi itu bermakna atau tidak. Sedang fonemik mengkaji bunyi yang
bermakna saja (fonem). Contoh fonem adalah /a/, /b/, /c/, /d/, ... /x/, /y/, /z/.
Selain itu ada pula alofon misalnya alofon /k/ adalah /?/ (glotal stop), dan
seterusnya. Jadi ada perbedaan antara fonetik dan fonemik. Fonetik
menyelediki perbedaan tanpa memperhatikan fungsi/makna bunyi tersebut.
Fonemik menyelidiki bunyi bahasa menurut fungsinya/maknanya.
Fonemik mengkaji bunyi bahasa yang membedakan makna yang
dipunyai oleh morfem tertentu perbedaan makna kata yang disebabkan oleh
fonem yang berbeda itu bisa dijelaskan dengan menggunakan pasangan
minimial (minimal paira). Contoh pasangan minimal terdapat pada contoh
berikut ini:
/baku/ /paku/ Fonem /b/ dan /p/ membedakan makna kata
baku dan paku
/aci/ /aji/ Makna kata /aci/ berbeda dengan kata /aji/
karena fonem /c/ dan /j/ berbeda
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagi satuan bahasa terkecil
yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk
membedakan makna.
Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditunjukan untuk
menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna
tersebut. Dengan demikian fomemisasi itu bertujuan: (1) menentukan
sturuktur fonemis sebuah bahasa dan (2) membuat ortografi yang praktis
atau ejaan sebuah bahasa.
Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat
fungsional atau fonem, biasa dilakukan melalui “ kontras pasangan
8
minimal”. Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk
bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa
kata tunggal) yang secara ideal sma, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang-
kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem, yakni (1)
bunyi bahasa dipengaruhi lingkungan, (2) bunyi bahsa itu simetris, (3)
bunyi bahsa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan kedalam kelas
fonem yang berbeda, dan (4) bunyi bahsa yang bersifat komplementer
harus dimasukan ke dalam kelas fonem yang sama.
a. Realisasi Fonem
Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari
aatu satuan fonologi, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi
fonem erat kaitannya dengan variasi fonem. Variasi fonem
merupakan salah satu wujud pengungkapan dari relisasi fonem.
Secara segmental fonem bahasa Indonesia dibedakan atas vocal dan
konsonan.
b. Variasi Fonem
Variasi fonem adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat
maupun tak bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang
ditentukan oleh lingkungannya dalam distribusi yang komplementer
disebut varian alofonis atau aloof.
4. Gejala Fonologi Bahasa Indonesia
a. Penambahan Fonem
Penambahan fonem pada suatu kata pada umumnya berupa
penambahan bunyi vokal. Penambahan ini dilakukan untuk kelancaran
ucapan.
b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada
awal, tengah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna.
Penghilangan ini biasanya berupa pemendekan kata.
9
c. Perubahan Fonem
Perubahan fonem adalah berubahnya bunyi atau fonem pada kata
agar kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.
5. Kontraksi
Kontraksi adalah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih
fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian
fonem.
6. Analogi
Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu
contoh yang sudah ada (Keraf, 1987:133).
7. Fonem Suprasegmental
Fonem vokal adan konsonan merupakan fonem segmental dapat
diruas-ruas. Fonem tersebut biasanya terwujud bersama-sama dengan cirri
suprasegmental seperti takanan, jangka dan nada. Disamping ketiga cirri
itu, pada untaian terdengar pula cirri suprasegmental lain, yakni intonasi
dan ritme.
a) Jangka yaitu panjang pendeknya bunyi yang di ucapkan. Tanda [.].
b) Tekanan yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang
pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intesitas tenaga
dalam pengucapan suku kata tersebut.
c) Jeda atau sendi yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi.
d) Intonasi adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik
turunnya nada dalam pelafalan kalimat.
e) Ritme adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan pola
pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.
Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia
tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang
dalam hal tekanan dan nada akan terasa janggal.
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Fonologi adalah suatu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji
bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi
mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan
makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama
pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang
tidak membedakan arti dinamakan alofon.
Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi
bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan
vokal, konsonan, diftong, dan kluster.
Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk
menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna
tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk (1) menentukan
struktur fonemis sebuah bahasa, dan (2) membuat ortografi yang praktis atau
ejaan sebuah bahasa.
Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu
penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi,
analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada
dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata
yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
11
menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke
depannya. Amiinn.
12
DAFTAR PUSTAKA

More Related Content

What's hot

Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Hildadp
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisMuhammad Idris
 
Presentasi Diksi
Presentasi DiksiPresentasi Diksi
Presentasi DiksiAry Hidayat
 
3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapanSimon Patabang
 
Beda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeBeda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeMuqtaf Hasan
 
KAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMATKAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMATsyoretta
 
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa IndonesiaMorfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa IndonesiaRia Widia
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeYuliana Aminulloh
 
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Fakhri Cool
 
Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional iwan setiawan
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacanafebrino
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA Lita Tania
 
Kelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasKelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasroobybill
 

What's hot (20)

Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatis
 
Presentasi Diksi
Presentasi DiksiPresentasi Diksi
Presentasi Diksi
 
Ppt sintaksis
Ppt sintaksisPpt sintaksis
Ppt sintaksis
 
3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan
 
Beda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeBeda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kode
 
KAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMATKAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMAT
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa IndonesiaMorfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
 
Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
 
Fonemik
FonemikFonemik
Fonemik
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA
 
Makalah retorika
Makalah retorika Makalah retorika
Makalah retorika
 
Kelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasKelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebas
 

Viewers also liked

Bahasa sebagai kajian_linguistik
Bahasa sebagai kajian_linguistikBahasa sebagai kajian_linguistik
Bahasa sebagai kajian_linguistikkhotimatul
 
Motiasi bicara hakikat berbicara
Motiasi bicara hakikat berbicaraMotiasi bicara hakikat berbicara
Motiasi bicara hakikat berbicaraAndri Adma Wijaya
 
Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi dalam Dawai dan Tabung Resonansi”
Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi  dalam Dawai dan Tabung Resonansi”Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi  dalam Dawai dan Tabung Resonansi”
Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi dalam Dawai dan Tabung Resonansi”Revika Nurul Fadillah
 
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINTTATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINTGhian Velina
 
Materi manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyiMateri manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyiInten Aja Deh
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Erliana Amalia Diandra
 
Bab 1 getaran, gelombang, dan bunyi
Bab 1   getaran, gelombang, dan bunyiBab 1   getaran, gelombang, dan bunyi
Bab 1 getaran, gelombang, dan bunyieli priyatna laidan
 
Makalah bahasa inggris
Makalah bahasa inggrisMakalah bahasa inggris
Makalah bahasa inggrisQueen Anaqi
 
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)murni mohamat
 

Viewers also liked (10)

TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
 
Bahasa sebagai kajian_linguistik
Bahasa sebagai kajian_linguistikBahasa sebagai kajian_linguistik
Bahasa sebagai kajian_linguistik
 
Motiasi bicara hakikat berbicara
Motiasi bicara hakikat berbicaraMotiasi bicara hakikat berbicara
Motiasi bicara hakikat berbicara
 
Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi dalam Dawai dan Tabung Resonansi”
Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi  dalam Dawai dan Tabung Resonansi”Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi  dalam Dawai dan Tabung Resonansi”
Laporan Praktikum Fisika “Cepat Rambat Bunyi dalam Dawai dan Tabung Resonansi”
 
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINTTATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
 
Materi manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyiMateri manfaat gelombang bunyi
Materi manfaat gelombang bunyi
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
 
Bab 1 getaran, gelombang, dan bunyi
Bab 1   getaran, gelombang, dan bunyiBab 1   getaran, gelombang, dan bunyi
Bab 1 getaran, gelombang, dan bunyi
 
Makalah bahasa inggris
Makalah bahasa inggrisMakalah bahasa inggris
Makalah bahasa inggris
 
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
 

Similar to Fonologi Bahasa Indonesia

Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia illaaaaaa
 
makalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemmakalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemsuraijmunir
 
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaMakalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaDewi Puspitasari
 
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]hashimazlina
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumImam Suwandi
 
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxKELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxNiPutuPramiyogi
 
Tugasan individu
Tugasan individuTugasan individu
Tugasan individutinie eva
 
Struktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptxStruktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptxSariEkowati
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
 

Similar to Fonologi Bahasa Indonesia (20)

Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
 
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
 
makalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemmakalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonem
 
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
 
Dila
DilaDila
Dila
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaMakalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
 
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxKELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
 
Tugasan individu
Tugasan individuTugasan individu
Tugasan individu
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
sesi 2.pptx
sesi 2.pptxsesi 2.pptx
sesi 2.pptx
 
Struktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptxStruktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptx
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
 

More from Ghian Velina

TEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYI
TEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYITEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYI
TEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYIGhian Velina
 
Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)
Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)
Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)Ghian Velina
 
Cara Mengambar dan Berkreasi
Cara Mengambar dan BerkreasiCara Mengambar dan Berkreasi
Cara Mengambar dan BerkreasiGhian Velina
 
Profil SD Negeri Karangampel Kidul IV
Profil SD Negeri Karangampel Kidul IVProfil SD Negeri Karangampel Kidul IV
Profil SD Negeri Karangampel Kidul IVGhian Velina
 
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...Ghian Velina
 
Lampiran IV-INDIVIDU
Lampiran IV-INDIVIDULampiran IV-INDIVIDU
Lampiran IV-INDIVIDUGhian Velina
 
COVER LAPORAN-BAB I INDIVIDU
COVER LAPORAN-BAB I INDIVIDUCOVER LAPORAN-BAB I INDIVIDU
COVER LAPORAN-BAB I INDIVIDUGhian Velina
 
BAB II-LAMPIRAN III INDIVIDU
BAB II-LAMPIRAN III INDIVIDUBAB II-LAMPIRAN III INDIVIDU
BAB II-LAMPIRAN III INDIVIDUGhian Velina
 
Lampiran V INDIVIDU
Lampiran V INDIVIDULampiran V INDIVIDU
Lampiran V INDIVIDUGhian Velina
 
I. lampiran ii yuyun
I. lampiran ii   yuyunI. lampiran ii   yuyun
I. lampiran ii yuyunGhian Velina
 
I. lampiran ii widiyastuti
I. lampiran ii   widiyastutiI. lampiran ii   widiyastuti
I. lampiran ii widiyastutiGhian Velina
 
I. lampiran ii tuti
I. lampiran ii   tutiI. lampiran ii   tuti
I. lampiran ii tutiGhian Velina
 
I. lampiran ii tuti susilawati
I. lampiran ii   tuti susilawatiI. lampiran ii   tuti susilawati
I. lampiran ii tuti susilawatiGhian Velina
 
I. lampiran ii sri n
I. lampiran ii   sri nI. lampiran ii   sri n
I. lampiran ii sri nGhian Velina
 
I. lampiran ii puspita
I. lampiran ii   puspitaI. lampiran ii   puspita
I. lampiran ii puspitaGhian Velina
 
I. lampiran ii nurajijah
I. lampiran ii   nurajijahI. lampiran ii   nurajijah
I. lampiran ii nurajijahGhian Velina
 

More from Ghian Velina (20)

TEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYI
TEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYITEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYI
TEMUKAN GAMBAR YANG TERSEMBUNYI
 
Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)
Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)
Permainan Teka-teki (ICE BREAKING)
 
Cara Mengambar dan Berkreasi
Cara Mengambar dan BerkreasiCara Mengambar dan Berkreasi
Cara Mengambar dan Berkreasi
 
Profil SD Negeri Karangampel Kidul IV
Profil SD Negeri Karangampel Kidul IVProfil SD Negeri Karangampel Kidul IV
Profil SD Negeri Karangampel Kidul IV
 
Cinta Dalam Diam
Cinta Dalam DiamCinta Dalam Diam
Cinta Dalam Diam
 
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
 
Lampiran IV-INDIVIDU
Lampiran IV-INDIVIDULampiran IV-INDIVIDU
Lampiran IV-INDIVIDU
 
COVER LAPORAN-BAB I INDIVIDU
COVER LAPORAN-BAB I INDIVIDUCOVER LAPORAN-BAB I INDIVIDU
COVER LAPORAN-BAB I INDIVIDU
 
BAB II-LAMPIRAN III INDIVIDU
BAB II-LAMPIRAN III INDIVIDUBAB II-LAMPIRAN III INDIVIDU
BAB II-LAMPIRAN III INDIVIDU
 
Lampiran V INDIVIDU
Lampiran V INDIVIDULampiran V INDIVIDU
Lampiran V INDIVIDU
 
F. BAB III
F. BAB IIIF. BAB III
F. BAB III
 
K. LAMPIRAN IV
K. LAMPIRAN IVK. LAMPIRAN IV
K. LAMPIRAN IV
 
J. LAMPIRAN III
J. LAMPIRAN IIIJ. LAMPIRAN III
J. LAMPIRAN III
 
I. lampiran ii yuyun
I. lampiran ii   yuyunI. lampiran ii   yuyun
I. lampiran ii yuyun
 
I. lampiran ii widiyastuti
I. lampiran ii   widiyastutiI. lampiran ii   widiyastuti
I. lampiran ii widiyastuti
 
I. lampiran ii tuti
I. lampiran ii   tutiI. lampiran ii   tuti
I. lampiran ii tuti
 
I. lampiran ii tuti susilawati
I. lampiran ii   tuti susilawatiI. lampiran ii   tuti susilawati
I. lampiran ii tuti susilawati
 
I. lampiran ii sri n
I. lampiran ii   sri nI. lampiran ii   sri n
I. lampiran ii sri n
 
I. lampiran ii puspita
I. lampiran ii   puspitaI. lampiran ii   puspita
I. lampiran ii puspita
 
I. lampiran ii nurajijah
I. lampiran ii   nurajijahI. lampiran ii   nurajijah
I. lampiran ii nurajijah
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

Fonologi Bahasa Indonesia

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi, beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik, gejala fonologi Bahasa Indonesia. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan kajian fonetik dan fonemik? 2. Apa yang dimaksud dengan pembentukan vokal, klauser dan konsonan? 3. Apa yang dimaksud dengan gejala fonologi? C. TUJUAN MAKALAH 1. Dapat mengetahui dan memahami tentang kajian fonetik dan fonemik. 2. Dapat mengetahui dan memahami tentang pembentukan vokal, konsonan dan klauser. 3. Dapat mengetahui dan memahami tentang gejala fonologi.
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN A. BATASAN DAN KAJIAN FONOLOGI Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos = ‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen (fonemik). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional. B. BEBERAPA PENGETIAN MENGENAI TATA BUNYI 1. Fonem Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macaam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/. 2. Alofon Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem
  • 3. 3 yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan diantara dua kurung siku […]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita dapat berkata bahwa dalam Bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>]. C. KAJIAN FONEMIK 1. Klasifikasi Bunyi a. Klasifikasi bunyi berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara. 1) Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan, pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi. 2) Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi. 3) Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. b. Klasifikasi bunyi berdasarkan jalan keluarnya arus udara. 1) Bunyi nasal yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui ronga mulut dan membuka jalan agar arus udara keluar melalui rongga hidung. Contoh: /m/, /n/, ny (/ń/) , ng (/ŋ/). 2) Bunyi oral yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung, sehingga arus udara keluar melalui mulut. c. Klasifikasi bunyi berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi diartikulasikan. 1) Bunyi keras (fortis) yaitu bunyi bahasa yang pada waktu diartikulasikan desertai ketegangan kuatarus. 2) Bunyi lunak (lenis) yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan kuatarus.
  • 4. 4 d. Klasifikasi bunyi berdasarkan lama bunyi pada waktu diucapkan atau diartikan. 1) Bunyi Pendek 2) Bunyi Panjang e. Klasifikasi bunyi berdasarkan derajat kenyaringannya. Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring. Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonasi pada waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonasi saluran bicara waktu membentuk bunti, maka makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya. f. Klasifikasi bunyi berdasarkan perwujudannya dalam suku kata. 1) Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam suku kata (semua bunyi vocal atau monoftong dan konsonan). 2) Bunyi Rangkap, yaitu dua bunyi atau lebh yang terdapat dalam suku kata. Bunyi rangkap terdiri dari : Diftong (vocal rangkap) : [ai], [au], dan [oi]. Klaser (gugusan konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl]. g. Klasifikasi bunyi berdasarkan arus udara. 1) Bunyi agresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru. Bunyi agresif dibedakan menjadi: a) Bunyi agresif pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang paru-paru, otot perut dan rongga dada. b) Bunyi agresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga dalam keadaan tertutup. 2) Bunyi Ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara merapatkan udara dalam paru-paru. a) Ingresif glotalik : pembentukan sma dengan egresif glotalik tetapi berbeda pada arus udara.
  • 5. 5 b) Ingresif velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah di tempatkan pada langit-langit lunak. Kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif. 2. Pembentukan Vokal, Konsonan, Diftong dan Klauser a. Pembentukan Vokal Vokal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak bentuk bibir dan stikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal berdasakan cara pembentukan, yakni : 1) Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral dan vokal tak bulat. 2) Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang) dan vokal rendah. 3) Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah dan vokal belakang. 4) Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-terbuka dan vokal terbuka. b. Pembentukan Konsonan Pembentukan konsonan didasarkan pada empat factor, yakni daerah sirkulasi, cara sirkulasi, kedaan pita suara dan jalan keluarnya udara. Berikut ini klasifikasi konsonan tersebut: 1) Berdasarkan daerah artikulasi ; konsonan bilabial, labio dental, apikodental, apikoalveolar, palatal, glottal dan laringal. 2) Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral, nasal, dan semi-vokal. 3) Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. 4) Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.
  • 6. 6 c. Pembentukan Diftong Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya. Perubahan vokal dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan nafasnya. Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut: 1) Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya: [harimaw] /harimau/ [kerbaw] /kerbau/ 2) Diftong /ai/, pengucapannya [ai]. Contohnya: [santay] /santai/ [sungai] / sungai/ 3) Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya: [amboy] /amboi/ [asoy] /asoi/ d. Pembentukan Kluster Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata. 1) Gugus konsonan pertama : /p/, /b/, /t/, /k/, /g/, /s/ dan /d/. 2) Gugus konsonan kedua : /l/, /r/ dan /w/. 3) Gugus konsonan ketiga : /s/, /m/, /n/ dan /k/. 4) Gugus konsonan keduanya adalah konsonan /l/, misalnya: a) /pl/ [pleno] /pleno/ b) /bl/ [blaŋko] /blangko/ c) Dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/. Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/, /p/ dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya: a) /spr/ [sprey] /sprei/ b) /skr/ [skripsi] / skripsi/ c) /skl/ [sklerosis] /sklerosis/
  • 7. 7 3. Kajian Fonetik dan Fonemik Makna bunyi hanya ada dalam fonemik (fonologi) dengan demikian berdasarkan ada tidaknya makna bunyi (fon) maka fonologi dibagi atas fonetik dan fonemik. Fonetik mengkaji bunyi (fon) tanpa menghiraukan apakah bunyi itu bermakna atau tidak. Sedang fonemik mengkaji bunyi yang bermakna saja (fonem). Contoh fonem adalah /a/, /b/, /c/, /d/, ... /x/, /y/, /z/. Selain itu ada pula alofon misalnya alofon /k/ adalah /?/ (glotal stop), dan seterusnya. Jadi ada perbedaan antara fonetik dan fonemik. Fonetik menyelediki perbedaan tanpa memperhatikan fungsi/makna bunyi tersebut. Fonemik menyelidiki bunyi bahasa menurut fungsinya/maknanya. Fonemik mengkaji bunyi bahasa yang membedakan makna yang dipunyai oleh morfem tertentu perbedaan makna kata yang disebabkan oleh fonem yang berbeda itu bisa dijelaskan dengan menggunakan pasangan minimial (minimal paira). Contoh pasangan minimal terdapat pada contoh berikut ini: /baku/ /paku/ Fonem /b/ dan /p/ membedakan makna kata baku dan paku /aci/ /aji/ Makna kata /aci/ berbeda dengan kata /aji/ karena fonem /c/ dan /j/ berbeda Istilah fonem dapat didefinisikan sebagi satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditunjukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fomemisasi itu bertujuan: (1) menentukan sturuktur fonemis sebuah bahasa dan (2) membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa. Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional atau fonem, biasa dilakukan melalui “ kontras pasangan
  • 8. 8 minimal”. Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara ideal sma, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang- kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem, yakni (1) bunyi bahasa dipengaruhi lingkungan, (2) bunyi bahsa itu simetris, (3) bunyi bahsa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan kedalam kelas fonem yang berbeda, dan (4) bunyi bahsa yang bersifat komplementer harus dimasukan ke dalam kelas fonem yang sama. a. Realisasi Fonem Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari aatu satuan fonologi, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat kaitannya dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud pengungkapan dari relisasi fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia dibedakan atas vocal dan konsonan. b. Variasi Fonem Variasi fonem adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat maupun tak bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang ditentukan oleh lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut varian alofonis atau aloof. 4. Gejala Fonologi Bahasa Indonesia a. Penambahan Fonem Penambahan fonem pada suatu kata pada umumnya berupa penambahan bunyi vokal. Penambahan ini dilakukan untuk kelancaran ucapan. b. Penghilangan Fonem Penghilangan fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada awal, tengah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Penghilangan ini biasanya berupa pemendekan kata.
  • 9. 9 c. Perubahan Fonem Perubahan fonem adalah berubahnya bunyi atau fonem pada kata agar kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu. 5. Kontraksi Kontraksi adalah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem. 6. Analogi Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada (Keraf, 1987:133). 7. Fonem Suprasegmental Fonem vokal adan konsonan merupakan fonem segmental dapat diruas-ruas. Fonem tersebut biasanya terwujud bersama-sama dengan cirri suprasegmental seperti takanan, jangka dan nada. Disamping ketiga cirri itu, pada untaian terdengar pula cirri suprasegmental lain, yakni intonasi dan ritme. a) Jangka yaitu panjang pendeknya bunyi yang di ucapkan. Tanda [.]. b) Tekanan yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intesitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut. c) Jeda atau sendi yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi. d) Intonasi adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat. e) Ritme adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan dan nada akan terasa janggal.
  • 10. 10 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Fonologi adalah suatu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional. Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan kluster. Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk (1) menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan (2) membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa. Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal. B. SARAN Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
  • 11. 11 menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amiinn.