2. Pengertian MBS
MBS merupakan paradigma baru pendidikan,
yang memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional.
3. Pengertian MBS menurut para ahli
• Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto
MBS merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan
kreatifitas sekolah.
4. lanjutan
• Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis
sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif
sekolah sebagai hasil dari desentralisasi
pendidikan.
5. Latar Belakang MBS
Pendidikan yang berMUTU tidak hanya diukur dari produk
(output), tetapi terkait dengan input dan proses
penyelenggaraan pendidikan.
Hasil penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa
implementasi MBS secara benar dan consisten dapat
meningkatkan mutu pendidikan anak secara signifikan
karena keterlibatan masyarakat dan orang tua sesuai
dengan peranannya masing-masing.
6. lanjutan
MBS merupakan inovasi pelibatan masyarakat
dan orang tua peserta didik untuk
peningkatan mutu pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan di era otonomi
daerah.
7. Tujuan Implementasi MBS
1. Pemberian otonomi yang lebih luas kepada sekolah
dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan
layanan pendidikan.
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan
orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan
pendidikan bermutu.
3. Mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah yang
demokratis dan profesional
8. Alasan MBS
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan sendiri.
3. Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan
4. Secara ekonomis, manajemen lokal dirasakan
lebih efisien/efektif.
9. Konsep dasar MBS
Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan salah satu model sistem
pengelolaan sekolah yang memberikan
kewenangan lebih luas dan kekuasaan lebih
banyak kepada institusi sekolah untuk
mengurus kegiatan sekolah sesuai dengan
potensi, tuntutan, dan kebutuhan sekolah
yang bersangkutan tanpa bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku.
10. Jika ditinjau dari fungsi manajemen,
kegiatan kurikulum mencakup tiga hal,
yaitu :
1. perencanaan,
2. pelaksanaan dan
3. pengawasan atau penilaian.
11. 1. Perencanaan kurikulum
Dalam hal ini, kita hanya akan focus pada
perencanaan yang dilakukan oleh sekolah.
Berdasarkan perencanaan tingkat pusat,
sekolah menyusun kegiatan sekolah terkait
dengan proses belajar mengajar di kelas dan
diluar kelas.
12. Kegiatan tersebut antara lain: merencanakan
program kegiatan tahunan, rencana program
kegiatan catur wulan (semester), rencana persiapan
mengajar atau RPP, penyusunan jadwal pelajaran
sekolah, dan sebagainya.
13. 2. Pelaksanaan kurikulum
Pada intinya, pelaksanaan kurikulum
merupakan proses interaksi belajar mengajar
antara guru dan siswa yang dapat terbagi
dalam tida tahap:
1) Tahap persiapan pelajaran,
2) Tahap pelaksanaan pelajaran
3) Tahap penutupan,
14. 1) Tahap persiapan pelajaran,
adalah kegiatan yang dilakukan guru sebelum mulai
mengajar, antara lain: memeriksa ruang kelas, mengabsen
siswa, cek kesiapan alat dan media, serta kesiapan siswa.
2) Tahap pelaksanaan pelajaran,
adalah kegiatan mengajar sesungguhnya yang dilakukan oleh
guru dan sudah ada interaksi langsung dengan siswa
mengenai pokok bahasan yang diajarkan. Tahap ini terbagi lagi
ke dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, pelajaran inti,
penutup dan evaluasi.
3) Tahap penutupan,
yaitu kegiatan yang terjadi di kelas sesudah guru selesai
melaksanakan tugas mengajar.
15. 3. Pengawasan atau penilaian
kurikulum
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
adalah dilaksanakannya evaluasi baik submatif
atau formatif. Kedua jenis evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan
guru dalam mengajar dilihat dari prestasi atau
hasil yang telah dikuasai siswa, yang pada
akhirnya diarahkan untuk mengkaji seberapa
jauh kurikulum telah dilaksanakan.
16. Evaluasi formatif adalah evaluasi atau
penilaian yang dilakukan oleh guru setelah
salah satu pokok bahasan selesai dipelajari
oleh siswa. Evaluasi formatif dimaksudkan
untuk memberikan feed back kepada guru
mengenai keberhasilan program yang telah
disusun dalam proses belajar mengajar.
17. Evaluasi submatif atau lebih dikenal dengan
tes sumatif adalah tes yang diselenggarakan
oleh guru setelah sampai pada jangka waktu
tertentu (semester atau catur wulan). Dalam
pelaksanaannya, Tes sumatif ini biasanya
disebut dengan ulangan umum atau ujian
bersama karena biasanya diselenggarakan
secara serentak di seluruh sekolah.
18. Syarat Penerapan MBS
1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk
menerapkan MBS secara berhasil.
3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan
penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar
menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang
baru.
4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan
penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
5. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan
wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah
selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang
tua murid.
20. Manfaat MBS
MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya :
a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan
kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi
pada tugasnya;
b. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam
menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi,
mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
c. Guru didorong untuk berinovasi;
d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat
meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai
dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.