Model pembelajaran moving class melibatkan peserta didik yang berpindah kelas sesuai mata pelajaran yang diikutinya. Hal ini bertujuan membiasakan peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran dan tidak bosan dengan selalu belajar di kelas yang sama. Pelaksanaan moving class memerlukan perencanaan yang matang secara pedagogis dan administratif, seperti penggunaan sistem kredit semester dan penyediaan fasilitas kelas yang memadai.
1. Model Pembelajaran Moving Class di Sekolah
Moving class, merupakan sistem pendidikan telah lama diimplementasikan
diberbagai sekolah di luar negeri. Lewat sistem ini, para peserta didik dapat
menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas yang ada.
Kegiatan pembelajaran sistem moving class peserta didik berpindah sesuai
pelajaran yang diikutinya. Saat peserta didik memasuki ruang kelas peserta didik
akan dapat langsung memfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Para
peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai
jadwal mereka. Sehingga para peserta didik terlatih untuk berpikir dewasa dengan
memberikan pilihan-pilihan. Moving class ini bertujuan untuk membiasakan
anak-anak agar merasa hidup nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka tidak
jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari. Model pembelajaran
ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas
yang sama setiap harinya. Moving class berarti peserta didik mempunyai
kesadaran untuk mendapatkan ilmu. Artinya jika mereka mau mendapatkan ilmu,
maka mereka harus bergerak ke kelas tertentu yang disediakan untuk dipilih.
Misalkan mereka mau belajar Bahasa Indonesia maka mereka harus manuju
ke kelas Bahasa Indonesia dan ini berlaku juga bagi pelajaran-pelajaran lain. Jadi,
peserta didik tiap pergantian mata pelajaran harus pindah kelas. Keunggulan
sistem ini, para peserta didik lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu
segar untuk menerima pelajaran. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi
pelajaran, alat dan bahan pendukung kegiatan belajar lebih baik.
A. Aspek Pedagogis dalam pembelajaran Moving Class
Pedagogi merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip
dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran. Jadi, dari segi
pedagogis, moving class membutuhkan rekam jejak kemajuan proses
pembelajaran peserta didik (portofolio), sesuatu hal yang diabaikan dalam kelas
konvensional, yang misalnya tercermin dalam kesalahpahaman guru konvensional
2. tentang program remedial. Dalam moving class penilaian tidak boleh hanya
menyangkut aspek kognitif, sebab Rancangan penilaian dan Penilaian berbasis
Kelas mempunyai tolak ukur yang menyentuh seluruh aspek kemampuan dan
kepribadian peserta didik.
Agar pelaksanaan dengan sistem kelas berpindah dapat terlaksana dengan
baik dan memberi peningkatan yang signifikan terhadap mutu pembelajaran dan
lulusan peserta didik. Maka pendidik perlu menyusun strategi pelaksanaan dengan
memperhatikan aspek pedagogi, diperkuat oleh perangkat peraturan dan
administrasi yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. Pengajaran yang
dilaksanakan oleh guru telah diatur bobotnya dalam bentuk satuan kredit
semester, pengaturannya terdiri atas target pencapaian maupun waktu yang
disediakan. Bila satu hari sekolah terdiri dari 8 jam pembelajaran, maka dalam
satu hari hanya dimungkinkan 4 kali pergantian peserta didik per ruang.
B. Sistem Satuan Kredit Semester (SKS) dalam menerapkan Moving class
Proses belajar mengajar menggunakan kelas berpindah (moving class) tentu
didasarkan penggunaan sistem Satuan Kredit Semester (SKS) dalam
pembelajarannya. SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan pendiikan yang
beban studi peserta didik, beban tugas mengajar tenaga pengajar, dan beban
penyelenggaraan program pendidikan lembaga dinyatakan dalam Satuan Kredit
Semester (SKS). Satuan Kredit Semester merupakan bobot yang menunjukkan
jumlah waktu dalam menit dan semester itu sendiri merupakan ukuran waktu atau
satuan waktu yang terkecil dalam program lengkap satu jenjang pendidikan.
Sistem kredit semester menyadari adanya perbedaan minat, bakat dan
kemampuan antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Cara dan waktu
untuk menyelesaikan beban studi yang diwajibkan, tidak harus sama bagi setiap
peserta didik meskipun mereka duduk dalam jenjang pendidikan yang sama.
Beban pendidikan menyangkut beban studi peserta didik dan beban tugas
mengajar guru. Beban-beban tersebut diperhitungkan setara dengan 16-22 minggu
3. kegiatan akademik, termasuk kegiatan ujian setengah semester, minggu tenang,
dan ujian semester (akhir semester) serta tagihan lainnya dalam bentuk formatif.
Kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga komponen:
1) Kegiatan tatap muka terjadwal, yaitu pertemuan tatap muka antara peserta
didik dan guru menurut jadwal yang telah ditentukan
2) Kegiatan akademik terstruktur dan kegiatan akademik mandiri, yaitu
kegiatan akademik peserta didik yang tidak terjadwal tetapi telah
direncanakan guru misalnya pekerjaan rumah dan membaca literatur yang
akan dipelajari pada pertemuan berikut
3) Kegiatan akademik mandiri, yaitu kegiatan belajar yang dilakukan atas
inisiatif peserta didik sendiri tanpa diatur atau direncanakan gurunya. Mata
pelajaran yang berbobot 2 SKS berarti dalam satu minggu harus
diselenggarakan berupa belajar tatap muka 2X40 menit dilakukan diluar jam
pelajaran seperti di rumah. Sedangkan kegiatan guru, kegiatan tatap muka
terjadwal dengan peserta didik selama 40 menit/1 jam pelajaran, kegiatan
akademik terstruktur diluar jam pelajaran yaitu berupa perencanaan kegiatan
mengajar dan memeriksa tugas-tugas peserta didik, dan kegiatan-kegiatan
mandiri yaitu mendalami dan memperkaya bahan yang akan dipelajari.
Kegiatan Pratikum di laboratorium juga terdiri atas tiga komponen kegiatan.
Hanya saja, perhitungan waktu per satuan SKS-nya berbeda dengan
kegiatan pembelajaran di kelas.
C. Strategi Pelaksanaan Moving Class dalam SKM
Pelaksanaan Pembelajaran dalam Sekolah Kategori Mandiri berdasarkan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan telah menetapkan kebijakan tentang pengkategorian sekolah
berdasarkan tingkat keterlaksanaan standar nasional pendidikan ke dalam kategori
standar mandiri dan bertaraf internasional.
Strategi pembelajaran dengan sistem moving class merupakan salah satu
syarat pelaksanaan SKM dilaksanakan dengan pendekatan kelas mata pelajaran.
4. Pendekatan ini mensyaratkan agar sekolah menyediakan kelas-kelas untuk
kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu atau untuk rumpun tertentu.
Strategi ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
1) Guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk
melakukan penataan sesuai karakteristik mata pelajaran
2) Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan
media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak terikat oleh
keterbatasan sirkulasi dan troubeling
3) Guru berperan secara aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik dalam
belajar
4) Pembelajaran dengan Team Teaching mudah dilakukan karena guru-guru
dalam mata pelajaran yang sama terkumpul dalam satu tempat sehingga
memudahkan koordinasi
5) Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan optimal
karena penilaiannya dilakukan secara TIM sehinggan dapat mengurangi
inkonsistensi penilaian terhadap mata pelajaran tertentu
D. Hal yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Moving Class
Hambatan yang utama dan sangat mendominasi dalam melaksanakan
pembelajaran model moving class adalah dukungan pemerintah kabupaten/kota
bagi sekolah negeri dan dukungan yayasan pendidikan bagi sekolah swasta soal
pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaannya. Oleh karena
itu, sekolah yang ingin melaksanakan model moving class harus berusaha
mendapatkan dukungan pemerintah daerah kabupaten/kota, yayasan, dan
masyarakat setempat, kemudian sekolah melakukan berbagai persiapan. Salah
satunya adalah mempersiapkan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan
keperluan lainnya dilengkapi dengan perlengkapannya. Untuk mengatasi
hambatan itu diperlukan dana yang tidak mungkin dapat segera direalisasikan
secara cepat. Sekolah memerlukan bantuan dan partisipasi dari semua pihak,
5. karena dengan dukungan yang kuat segala hambatan yang ada dapat diatasi
dengan mudah.
Di sekolah yang melaksanakan moving class awalnya disambut hangat
peserta didik. Namun dalam perjalanannya banyak peserta didik yang mengeluh
karena moving class ternyata rumit dan melelahkan. Banyak peserta didik merasa
lelah naik turun tangga, khususnya pada sekolah yang tiga lantai. Kalau sudah
siang peserta didik merasa malas pindah-pindah kelas. Tujuan awal agar peserta
didik lebih fresh dalam belajar karena berganti suasana setiap pelajaran dan
terbiasa dengan suasana kuliah. Tapi yang ada menurut sebagian peserta didik
malah membuat kesal moving class itu, akhirnya movingclass bisa menjadi
disfungsional. Waktu belajar berkurang karena perpindahan ruang kelas,
walaupun itu masalah individu. Di lain sisi, murid yang sudah berhasil menerobos
lautan orang di tangga dan di sepanjang jalan untuk tiba lebih awal melihat
keadaan kekosongan pengajar di kelas. Alasan guru macam-macam, ada yang
ingin minum, ada juga yang mengatakan sudah terlalu lama menunggu di kelas
tetapi murid tak kunjung datang. Solusinya tergantung komitmen dan strategi
manajemen yang diterapkan di sekolah.
Sumber:
Ihsan, Fuad. (2010). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Bandung : Alfabeta
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0151_0601245_chapter2.pdf