1. PANDUAN PENGGUNAAN
MODEL SUPERVISI BERBASIS KOMPETENSI GURU
BAGI GURU MATEMATIKA SMA
A. Pendahuluan
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.,
sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru.
Rendahnya hasil prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan bahwa sebenarnya
guru dalam melaksanakan tugasnya menemukan banyak kendala dan permasalahan.
Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah masalah kompetensi,
Pada dasarnya guru memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam
hal ini peranan manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu
peningkatan setiap individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan
fungsi – fungsi manajemen, Teryy (1997:16) menyebutkan adanya 4 fungsi
manajemen yang harus dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling.
Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan, Organizing
merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu unsur – unsur
dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating) untuk mencapai
tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam fungsi Controlling.
Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu dilaksanakan untuk
diadakan tindakan dan penyempuranan rencana (Hasibuan 2003:22).
1
2. Supervisi merupakan proses membantu guru guna memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran dan kurikulum (Oliva 1984), sehingga terkandung makna
bahwa supervisor harus membantu guru, secara individual atau kelompok, untuk
memperbaiki pengajaran dan kurikulum. Oliva masih menambahkan satu bidang
supervisor, yaitu aspek pengembangan guru. Sedangkan Neagly dan Evans (1980)
lebih menekankan aspek bantuan itu pada pengajaran guru dan pembelajaran murid,
di samping perbaikan kurikulum.
Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan
dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa. Supervisi tidak hanya memperbaiki kemampuan
mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru. Sahertian (2000) juga
menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di
lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat
otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang
menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek
yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data,
fakta yang objektif.
Supervisi suatu tindakan pengawasan yang harus dilaksanakan di sekolah
untuk dapat dipergunakan oleh guru untuk memperbaiki diri dan menyempurnakan
rencana bila guru menemukan kesalahan di lapangan. Di sisi lain fungsi supervisi
menjadi suatu standar bagi guru untuk mengukur kinerjanya guna meningkatkan
kompetensinya.
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Umumnya kepala sekolah dipandang sebagai
supervisor di sekolahnya, karena ialah yang bertanggung jawab untuk
2
3. mengkoordinasikan semua program pengajaran (Lovell dan Eiles 1983). Karena itu,
para guru berharap agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk
perbaikan dan peningkatan pengajaran. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 39 dan 40 terdapat istilah
pengawas satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada pendidikan
formal dan penilik satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada
pendidikan non formal. Pada pasal 55 ditegaskan pengawasan satuan pendidikan
meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil
pengawasan. Dengan digantinya istilah supervisor menjadi pengawas atau penilik
berdampak terjadinya pergeseran makna dan pelaksanaan supervisi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pelaksanaan supervisi di Indonesia,
pengawas, penilik dan kepala satuan pendidikan (kepala sekolah) berperan sebagai
supervisor. Dalam era otonomi daerah, pengadaan pengawas, penilik dan kepala
sekolah menjadi wewenang kepala daerah. Ini artinya bisa terjadi pemilihan yang bias
karena orang terpilih yang mendapat persetujuan dari kepala daerah belum tentu
orang yang kompeten. Di sisi lain, orang yang biasanya diangkat menjadi pengawas,
penilik atau kepala sekolah adalah guru yang sudah senior, berpengalaman dan
dipandang mampu menduduki posisi tersebut. Padahal guru senior tidak memiliki
bekal yang cukup untuk menjadi supervisor mengingat kompetensi yang dimiliki
seorang guru berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang supervisor. Hal
ini menyebabkan pelaksanaan supervisi tidak sesuai dengan harapan karena
persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi
terhadap jabatan supervisor belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap
pentingnya implementasi supervisi pada akar pendidikan yaitu interaksi belajar
mengajar di kelas.
3
4. Di sisi lain, terjadi mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor
tidak tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi. Missmatch
ini jelas mengurangi keilmiahan supervisi dan menimbulkan permasalahan baru
dalam pelaksanaan supervisi.
Berdasarkan pemikiran dan fakta-fakta tersebut dibutuhkan suatu model
pengembangan supervisi yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai
permasalahan di atas. Harapannya dengan pengembangan model supervisi yang tepat
sasaran dapat memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran sehingga hasil
akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
B. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika SMA
Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika diawali
dengan pembuatan program supervisi . Program supervisi menggunakan model ini
dibuat berdasarkan analisa kebutuhan. Guru dan supervisor mengadakan pertemuan
awal untuk membahas supervisi yang akan dilakukan sehingga supervisor memahami
bantuan seperti apa yang dibutuhkan guru.
Setelah program supervsi dibuat, supervisor melakukan kunjungan kelas.
Supervisor mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Supervisor sekaligus
dapat meminta masukan dari siswa.Masukan siswa kepada supervisor merupakan
umpan balik terutama pada penilaian kompetensi guru secara keseluruhan bukan saat
dilakukan supervisi saja. Guru senior pada mata pelajaran yang sama membantu
pelaksanaan supervisi untuk mengatasi permasalahan yang timbul karena adanya
mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor tidak tepat dengan mata
pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi.
4
5. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika dapat
digambarkan dalam bagan berikut.
5
6. 6
Peningkatan Kompetensi Guru
Matematika
Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Matematika
KEGIATAN :
Pertemuan pribadi awal
Kunjungan Kelas
Pertemuan pribadi
Rapat guru
Kunjungan antar kelas
SUPERVISOR :
· Pengawas
· Kepala Sekolah
Model Supervisi
Berbasis
Kompetensi Guru
bagi Guru
Matematika
SUPERVISI
Guru Matematika
PROGRAM
SUPERVISI
Analisa
Kebutuhan
Siswa
Sasaran :
Meningkatkan kompetensi guru
matematika
Menilai proses dan hasil
pembelajaran Matematika
Memberikan umpan balik kepada
guru
Memberikan umpan balik kepada
siswa
MGMP
MATEMATIKA
SMA
Guru
Senior
7. Bagan 1. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika SMA
7
Peningkatan Proses dan Hasil
Pembelajaran Matematika
Umpan Balik
8. C. Tujuan Model
Tujuan dikembangkannya model ini adalah :
1. Sebagai model supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru matematika.
2. Sebagai acuan dalam melaksanakan pembinaan peningkatkan profesionalisme guru
matematika.
3. Sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dalam pembuatan program supervisi
D. Spesifikasi Model
Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika memiliki pesifikasi
kegiatan umum yang terdiri dari :
1. Analisa kebutuhan
2. Penyusunan program supervisi
3. Implementasi supervisi
E. Komponen Model
Berdasarkan spesifikasi model di atas, maka komponen Model Supervisi Berbasis
Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika terdiri dari
F. Personal dan Institusi yang Terlibat
1. Guru matematika
8
9. 2. Supervisor
3. Dinas Pendidikan
4. MGMP Matematika
G. Operasionalisasi Model
H. Asumsi dan Keterbatasan Model
I. Efektivitas Model
Setelah dilaksanakan supervisi menggunakan model ini, maka guru akan meningkat
kompetensinya dan menjadi guru matematika yang profesional. Guru matematika yang
profesional saling berinteraksi dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Matematika. MGMP merupakan wadah kegiatan guru untuk sharing hal-hal yang
berkaitan dengan pembelajaran matematika. Setiap guru memiliki kelebihan dan
keunikan. Dengan berinteraksi, berkomunikasi dan berdiskusi di dalam MGMP maka
para guru akan mendapatkan hal-hal baru yang dapat dipakai memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika.
9
10. Meningkatnya kompetensi guru matematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika. Ini artinya terjadi pula peningkatan kualitas proses belajar mengajar di dalam
kelas dan hasil pembelajaran matematika.
Hasil pembelajaran merupakan umpan balik bagi guru sehingga guru dapat membuat
perbaikan dari prencanaan dan menyusun analisa kebutuhan. Berdasarkan analisa
kebutuhan tersebut, guru dapat kembali merencanakan supervisi bersama dengan
supervisor. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan sehingga hasilnya secara
langsung meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
J. Hambatan dan Pendukung Pelaksanaan Model
Hambatan dalam pelaksanaan model yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut .
1. Rendahnya motivasi guru terutama guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan
guru yang sudah mendekati pensiun untuk meminta supervise kepada,kepala selolah
ataupun supervi=siro
2. Kejujuran guru dalam melakukan evaluasi diri saat guru mengisi instrument untuk
membuat analisa kebutuhan
3. Pelaksanaan tidak berjalan lancar karena terbatasnya supervisor dan kesibukan
supervisor
Pendukung terlaksananya model :
1.
K. Penutup
10
11. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru ini berdasarkan penelitian dan hasil
studi yang telah divalidasi oleh pakar dan paraktisi. Mengingat urgensinya model ini
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka setelah dilakukan uji coba model ini
dapat disebarluaskan penggunaannya.
11