SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
PANDUAN PENGGUNAAN 
MODEL SUPERVISI BERBASIS KOMPETENSI GURU 
BAGI GURU MATEMATIKA SMA 
A. Pendahuluan 
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru., 
sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru. 
Rendahnya hasil prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan bahwa sebenarnya 
guru dalam melaksanakan tugasnya menemukan banyak kendala dan permasalahan. 
Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah masalah kompetensi, 
Pada dasarnya guru memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam 
hal ini peranan manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu 
peningkatan setiap individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan 
fungsi – fungsi manajemen, Teryy (1997:16) menyebutkan adanya 4 fungsi 
manajemen yang harus dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan 
Controlling. 
Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan, Organizing 
merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu unsur – unsur 
dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating) untuk mencapai 
tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam fungsi Controlling. 
Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu dilaksanakan untuk 
diadakan tindakan dan penyempuranan rencana (Hasibuan 2003:22). 
1
Supervisi merupakan proses membantu guru guna memperbaiki dan 
meningkatkan pembelajaran dan kurikulum (Oliva 1984), sehingga terkandung makna 
bahwa supervisor harus membantu guru, secara individual atau kelompok, untuk 
memperbaiki pengajaran dan kurikulum. Oliva masih menambahkan satu bidang 
supervisor, yaitu aspek pengembangan guru. Sedangkan Neagly dan Evans (1980) 
lebih menekankan aspek bantuan itu pada pengajaran guru dan pembelajaran murid, 
di samping perbaikan kurikulum. 
Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan 
dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk 
meningkatkan kualitas belajar siswa. Supervisi tidak hanya memperbaiki kemampuan 
mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru. Sahertian (2000) juga 
menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di 
lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat 
otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang 
menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek 
yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, 
fakta yang objektif. 
Supervisi suatu tindakan pengawasan yang harus dilaksanakan di sekolah 
untuk dapat dipergunakan oleh guru untuk memperbaiki diri dan menyempurnakan 
rencana bila guru menemukan kesalahan di lapangan. Di sisi lain fungsi supervisi 
menjadi suatu standar bagi guru untuk mengukur kinerjanya guna meningkatkan 
kompetensinya. 
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan 
dalam penyelenggaraan pendidikan. Umumnya kepala sekolah dipandang sebagai 
supervisor di sekolahnya, karena ialah yang bertanggung jawab untuk 
2
mengkoordinasikan semua program pengajaran (Lovell dan Eiles 1983). Karena itu, 
para guru berharap agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk 
perbaikan dan peningkatan pengajaran. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 39 dan 40 terdapat istilah 
pengawas satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada pendidikan 
formal dan penilik satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada 
pendidikan non formal. Pada pasal 55 ditegaskan pengawasan satuan pendidikan 
meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil 
pengawasan. Dengan digantinya istilah supervisor menjadi pengawas atau penilik 
berdampak terjadinya pergeseran makna dan pelaksanaan supervisi. 
Berdasarkan uraian di atas, dalam pelaksanaan supervisi di Indonesia, 
pengawas, penilik dan kepala satuan pendidikan (kepala sekolah) berperan sebagai 
supervisor. Dalam era otonomi daerah, pengadaan pengawas, penilik dan kepala 
sekolah menjadi wewenang kepala daerah. Ini artinya bisa terjadi pemilihan yang bias 
karena orang terpilih yang mendapat persetujuan dari kepala daerah belum tentu 
orang yang kompeten. Di sisi lain, orang yang biasanya diangkat menjadi pengawas, 
penilik atau kepala sekolah adalah guru yang sudah senior, berpengalaman dan 
dipandang mampu menduduki posisi tersebut. Padahal guru senior tidak memiliki 
bekal yang cukup untuk menjadi supervisor mengingat kompetensi yang dimiliki 
seorang guru berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang supervisor. Hal 
ini menyebabkan pelaksanaan supervisi tidak sesuai dengan harapan karena 
persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi 
terhadap jabatan supervisor belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap 
pentingnya implementasi supervisi pada akar pendidikan yaitu interaksi belajar 
mengajar di kelas. 
3
Di sisi lain, terjadi mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor 
tidak tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi. Missmatch 
ini jelas mengurangi keilmiahan supervisi dan menimbulkan permasalahan baru 
dalam pelaksanaan supervisi. 
Berdasarkan pemikiran dan fakta-fakta tersebut dibutuhkan suatu model 
pengembangan supervisi yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai 
permasalahan di atas. Harapannya dengan pengembangan model supervisi yang tepat 
sasaran dapat memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran sehingga hasil 
akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 
B. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika SMA 
Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika diawali 
dengan pembuatan program supervisi . Program supervisi menggunakan model ini 
dibuat berdasarkan analisa kebutuhan. Guru dan supervisor mengadakan pertemuan 
awal untuk membahas supervisi yang akan dilakukan sehingga supervisor memahami 
bantuan seperti apa yang dibutuhkan guru. 
Setelah program supervsi dibuat, supervisor melakukan kunjungan kelas. 
Supervisor mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Supervisor sekaligus 
dapat meminta masukan dari siswa.Masukan siswa kepada supervisor merupakan 
umpan balik terutama pada penilaian kompetensi guru secara keseluruhan bukan saat 
dilakukan supervisi saja. Guru senior pada mata pelajaran yang sama membantu 
pelaksanaan supervisi untuk mengatasi permasalahan yang timbul karena adanya 
mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor tidak tepat dengan mata 
pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi. 
4
Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika dapat 
digambarkan dalam bagan berikut. 
5
6 
Peningkatan Kompetensi Guru 
Matematika 
Peningkatan Kualitas Pembelajaran 
Matematika 
KEGIATAN : 
Pertemuan pribadi awal 
Kunjungan Kelas 
Pertemuan pribadi 
Rapat guru 
Kunjungan antar kelas 
SUPERVISOR : 
· Pengawas 
· Kepala Sekolah 
Model Supervisi 
Berbasis 
Kompetensi Guru 
bagi Guru 
Matematika 
SUPERVISI 
Guru Matematika 
PROGRAM 
SUPERVISI 
Analisa 
Kebutuhan 
Siswa 
Sasaran : 
Meningkatkan kompetensi guru 
matematika 
Menilai proses dan hasil 
pembelajaran Matematika 
Memberikan umpan balik kepada 
guru 
Memberikan umpan balik kepada 
siswa 
MGMP 
MATEMATIKA 
SMA 
Guru 
Senior
Bagan 1. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika SMA 
7 
Peningkatan Proses dan Hasil 
Pembelajaran Matematika 
Umpan Balik
C. Tujuan Model 
Tujuan dikembangkannya model ini adalah : 
1. Sebagai model supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru matematika. 
2. Sebagai acuan dalam melaksanakan pembinaan peningkatkan profesionalisme guru 
matematika. 
3. Sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dalam pembuatan program supervisi 
D. Spesifikasi Model 
Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika memiliki pesifikasi 
kegiatan umum yang terdiri dari : 
1. Analisa kebutuhan 
2. Penyusunan program supervisi 
3. Implementasi supervisi 
E. Komponen Model 
Berdasarkan spesifikasi model di atas, maka komponen Model Supervisi Berbasis 
Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika terdiri dari 
F. Personal dan Institusi yang Terlibat 
1. Guru matematika 
8
2. Supervisor 
3. Dinas Pendidikan 
4. MGMP Matematika 
G. Operasionalisasi Model 
H. Asumsi dan Keterbatasan Model 
I. Efektivitas Model 
Setelah dilaksanakan supervisi menggunakan model ini, maka guru akan meningkat 
kompetensinya dan menjadi guru matematika yang profesional. Guru matematika yang 
profesional saling berinteraksi dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) 
Matematika. MGMP merupakan wadah kegiatan guru untuk sharing hal-hal yang 
berkaitan dengan pembelajaran matematika. Setiap guru memiliki kelebihan dan 
keunikan. Dengan berinteraksi, berkomunikasi dan berdiskusi di dalam MGMP maka 
para guru akan mendapatkan hal-hal baru yang dapat dipakai memecahkan permasalahan 
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika. 
9
Meningkatnya kompetensi guru matematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran 
matematika. Ini artinya terjadi pula peningkatan kualitas proses belajar mengajar di dalam 
kelas dan hasil pembelajaran matematika. 
Hasil pembelajaran merupakan umpan balik bagi guru sehingga guru dapat membuat 
perbaikan dari prencanaan dan menyusun analisa kebutuhan. Berdasarkan analisa 
kebutuhan tersebut, guru dapat kembali merencanakan supervisi bersama dengan 
supervisor. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan sehingga hasilnya secara 
langsung meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia 
J. Hambatan dan Pendukung Pelaksanaan Model 
Hambatan dalam pelaksanaan model yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut . 
1. Rendahnya motivasi guru terutama guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan 
guru yang sudah mendekati pensiun untuk meminta supervise kepada,kepala selolah 
ataupun supervi=siro 
2. Kejujuran guru dalam melakukan evaluasi diri saat guru mengisi instrument untuk 
membuat analisa kebutuhan 
3. Pelaksanaan tidak berjalan lancar karena terbatasnya supervisor dan kesibukan 
supervisor 
Pendukung terlaksananya model : 
1. 
K. Penutup 
10
Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru ini berdasarkan penelitian dan hasil 
studi yang telah divalidasi oleh pakar dan paraktisi. Mengingat urgensinya model ini 
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka setelah dilakukan uji coba model ini 
dapat disebarluaskan penggunaannya. 
11

More Related Content

What's hot

P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
NASuprawoto Sunardjo
 
Penelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolahPenelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolah
ekatrisnawati
 
Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010
Dapit Takka
 
Penelitian tindakan-sekolah
Penelitian tindakan-sekolahPenelitian tindakan-sekolah
Penelitian tindakan-sekolah
rahman setia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
Ayybee
 
Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)
Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)
Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)
Cikgu Syahidon
 

What's hot (20)

P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
 
Model pengelolaan kelas 1
Model pengelolaan kelas 1Model pengelolaan kelas 1
Model pengelolaan kelas 1
 
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikanContoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
 
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
 
Penelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolahPenelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolah
 
Pts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaPts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapangga
 
Penyeliaan dan Pemantauan (Sudar bin Kiman)
Penyeliaan dan Pemantauan (Sudar bin Kiman)Penyeliaan dan Pemantauan (Sudar bin Kiman)
Penyeliaan dan Pemantauan (Sudar bin Kiman)
 
KINERJA
KINERJA KINERJA
KINERJA
 
Kepibadian guru
Kepibadian guruKepibadian guru
Kepibadian guru
 
Laporan pts
Laporan ptsLaporan pts
Laporan pts
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 
Evaluasiprogrampengajaran
EvaluasiprogrampengajaranEvaluasiprogrampengajaran
Evaluasiprogrampengajaran
 
Revitalisasi peran pengawas sekolah
Revitalisasi peran pengawas sekolahRevitalisasi peran pengawas sekolah
Revitalisasi peran pengawas sekolah
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIKSUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK
 
Prosedur pts
Prosedur ptsProsedur pts
Prosedur pts
 
Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010
 
Penelitian tindakan-sekolah
Penelitian tindakan-sekolahPenelitian tindakan-sekolah
Penelitian tindakan-sekolah
 
Supervisi akademik
Supervisi akademikSupervisi akademik
Supervisi akademik
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)
Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)
Ladap p.point skpm 2010 versi oktober 2013 ok (1)
 

Viewers also liked (17)

S istem informasi manajemen12
S istem informasi manajemen12S istem informasi manajemen12
S istem informasi manajemen12
 
20/20 Web2.0 Tools
20/20 Web2.0 Tools 20/20 Web2.0 Tools
20/20 Web2.0 Tools
 
Apps In PE
Apps In PEApps In PE
Apps In PE
 
DeakinPE Session
DeakinPE SessionDeakinPE Session
DeakinPE Session
 
Positive thingking
Positive thingkingPositive thingking
Positive thingking
 
SC Children and Risk of Early School Failure
SC Children and Risk of Early School FailureSC Children and Risk of Early School Failure
SC Children and Risk of Early School Failure
 
Summit Highlights (By The Lee Institute)
Summit Highlights (By The Lee Institute)Summit Highlights (By The Lee Institute)
Summit Highlights (By The Lee Institute)
 
Buku ajar kewirausahaan
Buku ajar kewirausahaanBuku ajar kewirausahaan
Buku ajar kewirausahaan
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Carcinoma rectum
Carcinoma rectumCarcinoma rectum
Carcinoma rectum
 
Investigation
InvestigationInvestigation
Investigation
 
Kaya or miskin
Kaya or miskinKaya or miskin
Kaya or miskin
 
Burn rubel
Burn rubelBurn rubel
Burn rubel
 
Carcinoma stomach sb-rubel
Carcinoma stomach sb-rubelCarcinoma stomach sb-rubel
Carcinoma stomach sb-rubel
 
Komunikasi pemasaran
Komunikasi pemasaranKomunikasi pemasaran
Komunikasi pemasaran
 
Rectum
RectumRectum
Rectum
 
Peptic ulcer. rubel ppt
Peptic ulcer. rubel pptPeptic ulcer. rubel ppt
Peptic ulcer. rubel ppt
 

Similar to Panduan penggunaan

Disupervisi dan kembali konvensional pada
Disupervisi dan kembali konvensional padaDisupervisi dan kembali konvensional pada
Disupervisi dan kembali konvensional pada
Ujang Waryanto
 
Artikel Keguruan
Artikel KeguruanArtikel Keguruan
Artikel Keguruan
arsyad20
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
aananggraeni
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
aananggraeni
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
guest7b70773
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
guest7b70773
 
5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii
Mulyati Rahman
 

Similar to Panduan penggunaan (20)

Disupervisi dan kembali konvensional pada
Disupervisi dan kembali konvensional padaDisupervisi dan kembali konvensional pada
Disupervisi dan kembali konvensional pada
 
0.artikel penelitian
0.artikel penelitian0.artikel penelitian
0.artikel penelitian
 
Supervisi_Pendidikan_ppt.ppt
Supervisi_Pendidikan_ppt.pptSupervisi_Pendidikan_ppt.ppt
Supervisi_Pendidikan_ppt.ppt
 
Manajemen berbasis sekolah
Manajemen berbasis sekolahManajemen berbasis sekolah
Manajemen berbasis sekolah
 
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikanMakalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
Makalah fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
 
1
11
1
 
Artikel Keguruan
Artikel KeguruanArtikel Keguruan
Artikel Keguruan
 
Sub Pembelajaran 2.4.pdf
Sub Pembelajaran 2.4.pdfSub Pembelajaran 2.4.pdf
Sub Pembelajaran 2.4.pdf
 
Soft Color Karya Tulis Ilmiah Presentation (1).pdf
Soft Color Karya Tulis Ilmiah Presentation (1).pdfSoft Color Karya Tulis Ilmiah Presentation (1).pdf
Soft Color Karya Tulis Ilmiah Presentation (1).pdf
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
 
Kurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&PembelajaranKurikulum&Pembelajaran
Kurikulum&Pembelajaran
 
PPT KELOMPOK I.pptx
PPT KELOMPOK I.pptxPPT KELOMPOK I.pptx
PPT KELOMPOK I.pptx
 
MATERI 1_SUPERVISI.pptx
MATERI 1_SUPERVISI.pptxMATERI 1_SUPERVISI.pptx
MATERI 1_SUPERVISI.pptx
 
5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii
 
Supervisi 2
Supervisi 2Supervisi 2
Supervisi 2
 
Uts supervisi pendidikan
Uts supervisi pendidikanUts supervisi pendidikan
Uts supervisi pendidikan
 
PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU
PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURUPENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU
PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
 

Panduan penggunaan

  • 1. PANDUAN PENGGUNAAN MODEL SUPERVISI BERBASIS KOMPETENSI GURU BAGI GURU MATEMATIKA SMA A. Pendahuluan Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru., sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru. Rendahnya hasil prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan bahwa sebenarnya guru dalam melaksanakan tugasnya menemukan banyak kendala dan permasalahan. Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah masalah kompetensi, Pada dasarnya guru memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam hal ini peranan manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu peningkatan setiap individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan fungsi – fungsi manajemen, Teryy (1997:16) menyebutkan adanya 4 fungsi manajemen yang harus dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan, Organizing merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu unsur – unsur dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating) untuk mencapai tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam fungsi Controlling. Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu dilaksanakan untuk diadakan tindakan dan penyempuranan rencana (Hasibuan 2003:22). 1
  • 2. Supervisi merupakan proses membantu guru guna memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan kurikulum (Oliva 1984), sehingga terkandung makna bahwa supervisor harus membantu guru, secara individual atau kelompok, untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum. Oliva masih menambahkan satu bidang supervisor, yaitu aspek pengembangan guru. Sedangkan Neagly dan Evans (1980) lebih menekankan aspek bantuan itu pada pengajaran guru dan pembelajaran murid, di samping perbaikan kurikulum. Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Supervisi tidak hanya memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru. Sahertian (2000) juga menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. Supervisi suatu tindakan pengawasan yang harus dilaksanakan di sekolah untuk dapat dipergunakan oleh guru untuk memperbaiki diri dan menyempurnakan rencana bila guru menemukan kesalahan di lapangan. Di sisi lain fungsi supervisi menjadi suatu standar bagi guru untuk mengukur kinerjanya guna meningkatkan kompetensinya. Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Umumnya kepala sekolah dipandang sebagai supervisor di sekolahnya, karena ialah yang bertanggung jawab untuk 2
  • 3. mengkoordinasikan semua program pengajaran (Lovell dan Eiles 1983). Karena itu, para guru berharap agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk perbaikan dan peningkatan pengajaran. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 39 dan 40 terdapat istilah pengawas satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada pendidikan formal dan penilik satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada pendidikan non formal. Pada pasal 55 ditegaskan pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Dengan digantinya istilah supervisor menjadi pengawas atau penilik berdampak terjadinya pergeseran makna dan pelaksanaan supervisi. Berdasarkan uraian di atas, dalam pelaksanaan supervisi di Indonesia, pengawas, penilik dan kepala satuan pendidikan (kepala sekolah) berperan sebagai supervisor. Dalam era otonomi daerah, pengadaan pengawas, penilik dan kepala sekolah menjadi wewenang kepala daerah. Ini artinya bisa terjadi pemilihan yang bias karena orang terpilih yang mendapat persetujuan dari kepala daerah belum tentu orang yang kompeten. Di sisi lain, orang yang biasanya diangkat menjadi pengawas, penilik atau kepala sekolah adalah guru yang sudah senior, berpengalaman dan dipandang mampu menduduki posisi tersebut. Padahal guru senior tidak memiliki bekal yang cukup untuk menjadi supervisor mengingat kompetensi yang dimiliki seorang guru berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang supervisor. Hal ini menyebabkan pelaksanaan supervisi tidak sesuai dengan harapan karena persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi terhadap jabatan supervisor belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap pentingnya implementasi supervisi pada akar pendidikan yaitu interaksi belajar mengajar di kelas. 3
  • 4. Di sisi lain, terjadi mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor tidak tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi. Missmatch ini jelas mengurangi keilmiahan supervisi dan menimbulkan permasalahan baru dalam pelaksanaan supervisi. Berdasarkan pemikiran dan fakta-fakta tersebut dibutuhkan suatu model pengembangan supervisi yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan di atas. Harapannya dengan pengembangan model supervisi yang tepat sasaran dapat memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran sehingga hasil akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. B. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika SMA Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika diawali dengan pembuatan program supervisi . Program supervisi menggunakan model ini dibuat berdasarkan analisa kebutuhan. Guru dan supervisor mengadakan pertemuan awal untuk membahas supervisi yang akan dilakukan sehingga supervisor memahami bantuan seperti apa yang dibutuhkan guru. Setelah program supervsi dibuat, supervisor melakukan kunjungan kelas. Supervisor mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Supervisor sekaligus dapat meminta masukan dari siswa.Masukan siswa kepada supervisor merupakan umpan balik terutama pada penilaian kompetensi guru secara keseluruhan bukan saat dilakukan supervisi saja. Guru senior pada mata pelajaran yang sama membantu pelaksanaan supervisi untuk mengatasi permasalahan yang timbul karena adanya mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor tidak tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi. 4
  • 5. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika dapat digambarkan dalam bagan berikut. 5
  • 6. 6 Peningkatan Kompetensi Guru Matematika Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika KEGIATAN : Pertemuan pribadi awal Kunjungan Kelas Pertemuan pribadi Rapat guru Kunjungan antar kelas SUPERVISOR : · Pengawas · Kepala Sekolah Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika SUPERVISI Guru Matematika PROGRAM SUPERVISI Analisa Kebutuhan Siswa Sasaran : Meningkatkan kompetensi guru matematika Menilai proses dan hasil pembelajaran Matematika Memberikan umpan balik kepada guru Memberikan umpan balik kepada siswa MGMP MATEMATIKA SMA Guru Senior
  • 7. Bagan 1. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika SMA 7 Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika Umpan Balik
  • 8. C. Tujuan Model Tujuan dikembangkannya model ini adalah : 1. Sebagai model supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru matematika. 2. Sebagai acuan dalam melaksanakan pembinaan peningkatkan profesionalisme guru matematika. 3. Sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dalam pembuatan program supervisi D. Spesifikasi Model Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika memiliki pesifikasi kegiatan umum yang terdiri dari : 1. Analisa kebutuhan 2. Penyusunan program supervisi 3. Implementasi supervisi E. Komponen Model Berdasarkan spesifikasi model di atas, maka komponen Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika terdiri dari F. Personal dan Institusi yang Terlibat 1. Guru matematika 8
  • 9. 2. Supervisor 3. Dinas Pendidikan 4. MGMP Matematika G. Operasionalisasi Model H. Asumsi dan Keterbatasan Model I. Efektivitas Model Setelah dilaksanakan supervisi menggunakan model ini, maka guru akan meningkat kompetensinya dan menjadi guru matematika yang profesional. Guru matematika yang profesional saling berinteraksi dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika. MGMP merupakan wadah kegiatan guru untuk sharing hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. Setiap guru memiliki kelebihan dan keunikan. Dengan berinteraksi, berkomunikasi dan berdiskusi di dalam MGMP maka para guru akan mendapatkan hal-hal baru yang dapat dipakai memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika. 9
  • 10. Meningkatnya kompetensi guru matematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Ini artinya terjadi pula peningkatan kualitas proses belajar mengajar di dalam kelas dan hasil pembelajaran matematika. Hasil pembelajaran merupakan umpan balik bagi guru sehingga guru dapat membuat perbaikan dari prencanaan dan menyusun analisa kebutuhan. Berdasarkan analisa kebutuhan tersebut, guru dapat kembali merencanakan supervisi bersama dengan supervisor. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan sehingga hasilnya secara langsung meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia J. Hambatan dan Pendukung Pelaksanaan Model Hambatan dalam pelaksanaan model yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut . 1. Rendahnya motivasi guru terutama guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan guru yang sudah mendekati pensiun untuk meminta supervise kepada,kepala selolah ataupun supervi=siro 2. Kejujuran guru dalam melakukan evaluasi diri saat guru mengisi instrument untuk membuat analisa kebutuhan 3. Pelaksanaan tidak berjalan lancar karena terbatasnya supervisor dan kesibukan supervisor Pendukung terlaksananya model : 1. K. Penutup 10
  • 11. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru ini berdasarkan penelitian dan hasil studi yang telah divalidasi oleh pakar dan paraktisi. Mengingat urgensinya model ini dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka setelah dilakukan uji coba model ini dapat disebarluaskan penggunaannya. 11