SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
Hasil Akhir
Pembelajaran
1. Dapat membedakan antara
sistem imun non spesifik dan
spesifik
2. Dapat mengidentifikasi
komponen utama sistem
imun
3. Dapat mengidentifikasi
komponen, mekanisme dan
fungsi dari sistem imun non
spesifik
4. Dapat mengidentifkasi
bentuk, komponen dan
mekanisme dari sistem imun
spesifik
Daftar Pustaka
Organ dan sistem organ bekerja sama untuk
tetap mempertahankan tubuh agar tetap
hidup dan sehat.
Dalam proses yang berat tersebut,
sistem imun mempunyai
peranan sentral
Sistem Imun merupakan suatu
organisasi jaringan dimana sel, jaringan, dan organ
bekerja bersama-sama untuk mempertahankan
tubuh terhadap serangan zat asing.
Zat asing tersebut dapat berupa mikroba kecil yang
dapat menginfeksi tubuh.
Mikroba tersebut dapat berupa bakteri, virus,
parasit, maupun jamur yang kerap disebut dengan
patogen.
Sistem Imun mempunyai
peranan kunci dalam
mekanisme :
1. Mempertahankan tubuh dari
patogen invasif
2. Menyingkirkan sel yang ‘aus’ dan
jaringan yang rusak oleh trauma atau
penyakit
3. Mengenali dan menghancurkan sel
abnormal
4. Bertanggung jawab dalam proses
alergi dan penyakit autoimun.
Hasil kerja dari sistem imun menghasilkan suatu Kemampuan tubuh untuk
menahan atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang
berpotensi merugikan yang disebut
Imunitas
Sistem imun utama yang bertanggung
jawab pada mekanisme respon imun
adalah Sistem Limfoid
Fungsi utama dari sistem limfoid
1. menghasilkan sel limfosit yang
bertugas memerangi patogen dan
sel abnormal
2. mendistribusikannya dalam
bentuk cairan getah bening.
Sistem Limfoid tersusun atas
organ-organ limfatik yang terdiri
dari :
Organ Limfatik Primer
a. Sumsum tulang, menghasilkan limfosit
b. Timus, tempat pematangan limfosit dari
sum-sum tulang menjadi limfosit T
Organ Limfatik sekunder
a. Pembuluh darah limfatik, berfungsi
membawa cairan jaringan menuju
limfa
b. Nodus Limfa, titik disepanjang
pembuluh darah yang memiliki ruang
(sinus) yang mengandung limfosit dan
makrofag. Nodus limfa berfungsi
sebagai penyaring mikroorganisme
c. Limfa/spleen, fungsinya membuang
antigen dalam darah dan
menghancurkan eritrosit yang sudah
tua
d. Tonsil, fungsinya memerangi infeksi
pada saluran pernapasan bagian atas
dan faring
Lapisan I
Lapisan II
Lapisan III
• Kulit
• Mukosa Membran
• Bakteri alami
apatogen
• Sel Fagosit
• Inflamasi
• Protein Anti Mikroba
• Sel Natural Killer
• Kekebalan Humoral
• Kekebalan
diperantarai Sel
LAPISAN PERTAHANAN TUBUH :
Asal
Imunitas
1. Kekebalan Bawaan (Innate Immunity)
Kekebalan yang diturunkan dan diperoleh sejak lahir
yang memiliki respon imun non spesifik dalam waktu
yang cepat
2. Kekebalan Adaptif (Acquired Immunity)
Kekebalan tubuh yang didapatkan dari
pengenalan tubuh terhadap antigen dengan jenis
respon imun spesifik yang timbul dalam waktu
lambat
Non Spesifik
Melaksanakan pertahanan
tubuh dari benda asing atau
materi abnormal apapun
jenisnya, meskipun baru
pertama kali terpapar
Respon Imun
Sistem imun yang bertanggung jawab
pada mekanisme respon imun spesifik
adalah Sistem Limfatik
Spesifik
Menyerang benda asing tertentu
yang sebelumnya tubuh pernah
menyerang tubuh dan dapat
mengenali kembali jika sewaktu-waktu
diserang kembali
Respon Imun
Sistem Imum Bawaan
(Innate Immunity)
Mempunyai beberapa
komponen kekebalan yang
diturunkan, yaitu :
1. Barier Fisik/Biokimia
2. Fagosit
3. Respon Inflamasi
4. Mekanisme Demam
5. Natural Killer
6. Interferon
7. Protein anti mikroba (sistem
komplemen)
Permukaan tubuh yang
terpajan lingkungan luar
• Penutup luar yaitu kulit
• Lapisan dalam rongga-rongga
internal yang berhubungan
dengan lingkungan eksternal
Berfungsi sebagai tidak hanya
sebagai penghalang mekanis
untuk mencegah masuknya
patogen tetapi juga berperan aktif
dalam menolak masuknya bakteri
dan bahan lan yang tidak
diperlukan
Sel-sel Khusus di
Epidermis Menghasilkan
Melanosit, Keratinosit,
Sel Lagerhans dan Sel Granstein
yang ikut serta dalam mekanisme
pertahanan tubuh
Melanosit, menghasilkan suatu pigmen, melanin yang melindungi kulit dengan
menyerap radiasi UV yang berbahaya
Keratinosit, penghasil keratin kuat yang membentuk lapisan protektif luar kulit
yang menghambat bakteri dan mengeluarkan interleukin 1, yang meningkatkan
pematangan sel T pascatimus d kulit
Sel Langerhans, berfungsi dalam imunitas spesifik dengan menyajikan antigen
kepada sel T helper
Sel Granstein, menekan respon imun yang diaktifkan oleh kulit
Membran mukosa
(kimiawi)
Membran mukosa
menghasilkan enzim
lisozim yan mengkatalisis
penghancuran antigen
yang masuk ke tubuh
Pertahanan Biologis
(bakteri alami)
Terdapat beberapa jenis bakteri yang
merupakan flora alami tubuh.
Bakteri alami tersebut berkompetisi
dengan bakteri pathogen dalam
mendapatkan nutrisi sehingga
menghambat perkembangan bakteri
patogen yang masuk kedalam tubuh
Lactobacillus brevis sebagai flora alami
saluran pencernaan
Fagosit
adalah sel darah putih yang
melindungi tubuh dengan menelan
partikel asing berbahaya, bakteri,
dan sel-sel mati atau sekarat. Proses
memakan partikel ini disebut
“fagositosis”
Leukosit (Sel Darah Putih) merupakan salah satu jenis sel darah
yang bertanggung jawab melaksanakan beragam strategi pertahanan imun.
Jenis Leukosit
dan jenis aktivitasnya
Sel fagosit dibagi menjadi
dua macam kelas, yaitu
1. Mikrofag
2. Makrofag
Mikrofag
Mikrofag terdiri dari neutrofil dan
eosinofil yang secara normal
berada dalam sirkulasi darah.
Keduanya akan meninggalkan
aliran darah dan menuju jaringan
perifer jika terjadi perlukaan atau
infeksi.
Neutrofil
 Berlimpah
 Mempunyai mobilitas tinggi
 Cepat menfagositosis debris
dan patogen
Eosinofil
 Jumlah lebih sedikit
dibandingkan neutrofil
 Menfagositosis target sel asing
atau patogen yang telah
dibungkus oleh antibodi
Makrofag
Makrofag merupakan sel
fagosit yang berukuran
besar dan bersifat aktif.
Makrofag yang dominan
didalam tubuh adalah
monosit yang berada
di sistem sirkulasi darah.
Cara kerja makrofag terbagi
menjadi 3, yaitu:
 Merusak dan Menelan zat asing atau patogen
dengan bantuan enzim lisosom
 Mengikat atau menyingkirkan patogen dari
cairan interstitial tapi tidak dapat
menghancurkan patogen tanpa bantuan sel
lain
 Menghancurkan patogen dengan cara
mengeluarkan zat toksik kimia ke dalam
cairan interstitial seperti tumor necrosis factor,
nitric oxide atau hidrogen peroxida
Berdasarkan keberadaannya di dalam jaringan,
makrofag dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
 Fixed Macrophage
Merupakan makrofag yang bekerja pada organ dan jaringan yang spesifik.
Fixed macrophage tersebar pada jaringan ikat dan biasa terdapat pada serat kolagen dan
retikuler. Pada beberapa organ, makrofag mempunyai nama khusus seperti mikroglia pada
SSP dan Sel Kupffer yang berada disekitar liver.
 Free Macrophage
Makrofag yang bertugas melaksanakan patroli diseluruh tubuh dan segera berpindah
menuju tempat perlukaan melalui pasokan makrofag yang berada di jaringan terdekat dan
sirkulasi darah.
Proses
Fagositosis
Pengenalan (recognition)
proses dimana mikroorganisme/partikel asing
‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit.
Pergerakan (chemotaxis)
setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali,
maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel
tersebut
Perlekatan (adhesion)
sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel
tersebut akan melekat dengan reseptor pada
membran sel fagosit.
Penelanan (ingestion)
ketika partikel asing telah berikatan dengan
reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika
membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi
seluruh permukaan partikel asing dan menelannya
‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma.
Pencernaan (digestion)
fagosom yang berisi partikel asing di dalam
sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang
kedatangan lisosom.
Pengeluaran (releasing)
produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.
Respon Inflamasi atau Peradangan
Respon nonspesifik terhadap invasi asing, cidera jaringan atau keduanya
dimana spesialis fagositik –neutrofil dan makrofag – berperan besar.
Tujuan dari proses Inflamasi atau peradangan:
1. Mengisolasi, menghancurkan atau menginaktifkan penyerang
2. Membersihkan debris
3. Mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan
Rangkaian Proses Peradangan
1. Bakteri masuk melalui kerusakan disawar eksternal kulit, maka
makrofag yang sudah ada di daerah tersebut dengan cepat
menfagosit mikroba asing tersebut
2. Hampir segera setelah invasi didaerah yang bersangkutan kapiler
darah melebar untuk meningkatkan aliran darah ke tempat cedera
yang dipicu oleh adanya histamin yang dilepaskan oleh sel mast
3. Meningkatnya penyaluran darah lokal membawa lebih banyak
leukosit fagositik dan protein plasma yang penting bagi respon
pertahanan
4. Pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga protein plasma yang biasa dihambat untuk keluar dari
kapiler darah dapat masuk ke jaringan yang meradang
5. Akumulasi protein plasma yang bocor dicairan instestitium
mengakibatkan pergesaran keseimbangan cairan yang
mengakibatkan edema lokal
6. Meningkatnya aliran darah arteri hangat mengakibatkan
kemerahan dan panas
7. Peregangan lokal didalam jaringan yang membengkak dan efek
langsung oleh bahan yang diproduksi sel mast berupa prostaglandin
mengakibatkan rasa nyeri.
Pembentengan daerah yang
meradang
Protein-protein plasma yang bocor dan paling penting bagi respon
imun:
a. Protein sistem komplemen
b. Faktor pembekuan (Fibrin)
 Fibrin membentuk bekuan cairan interstitium diruang-ruang
sekitar bakteri penginvasi dan sel yang rusak yang bertujuan
untuk menghambat penyebaran bakteri dan produk toksiknya
c. Anti pembekuan (Heparin)
 Heparin yang stimulasinya dikeluarkan oleh sel mast digunakan
untuk menghambat proses pembekuan darah oleh fibrin
sehingga wilayah kapiler darah yang terluka sehingga aliran
prtein plasma dan sejumlah fagosit tetap lancar
Emigrasi leukosit
Dalam satu jam setelah cedera, daerah yang bersangkutan telah
dipenuhi oleh leukosit yang telah meninggalkan pembuluh darah.
 Neutrofil sampai pertama kali
 8-12 jam berikutnya diikuti oleh monosit yang bergerak lambat
yang kemudian membesar dan matang menjadi makrofag di
jaringan.
Tahap-tahap migrasi Leukosit
1. Leukosit darah, neutrofil dan monosit, melekat dalam endotel kapiler
dijaringan yang terkena, proses tersebut dinamakan marginasi.
 Selektin, sejenis molekul perekat sel (cell adhesion molekul; CAM) yang menonjol
dari lapisan endotel dalam menyebabkan leukosit yang lewat pembuluh darah
melambat dan bergulir disepanjang pembuluh darah
 Perlambatan ini memungkinkan leukosit memeriksa faktor-faktor pengaktifan
sebagai sinyal SOS dalam bentuk CAM jenis lain, yaitu integrin
2. Leukosit yang melekat tersebut segera meninggalkan pembuluh darah
melalui mekanisme yang disebut sebagai diapedesis
 Leukosit melakukan gerakan mirip amoeba
3. Kemotaksis menuntun migrasi sel fagositik ke arah tertentu; yaitu sel-sel
tertarik ke mediator-mediator kimiawai tertentu yang dikenal sebagai
kemotaksin atau kemokin yang dibebaskan ditempat jaringan.
 Pengikatan kemotaksin pada membran sel fagositik meningkatkan masuknya
ion Ca kedalam sel.
 Ion Ca mengaktifkan perangkat kontraktil sel sehingga menghasilkan
pergerakan mirip amoeba
 Pergerakan fagositik mengikuti gradien konsentrasi kemotaksin yang semakin
lama meningkat mendekati tepat cidera.
Menandai bakteri
dengan opsonin
untuk dihancurkan
Salah satu cara fagosit
membedakan antara sel normal
dan sel asing :
1. Fagositik mengenali komponen
standar dinding sel bakteri yang
berbeda dari sel manusia
2. Partikel asing secara sengaja
ditandai dengan mediator
kimiawi yang dihasilkan oleh
sistem imun sehingga bakteri
lebih rentan terhadap proses
fagositosis
 Bahan kimia tersebut
dikenal sebagai opsonin
 Opsonin utama adalah
antibodi dan salah satu
protein aktif pada sistem
komplemen
BAHAN KIMIA YANG DIKELUARKAN OLEH FAGOSIT UNTUK
MEMERANTARAI RESPON PERADANGAN
1. Makrofag mengeluarkan Nitrit Oksida (NO) merupakan bahan kimia yang toksik
bagi mikroba
2. Neutrofil mengeluarkkan laktoferin yang berikatan erat dengan besi sehingga
perkembangbiakan bakteri terganggu karena besi yang ada tidak dapat digunakan.
3. Sel mast mengeluarkan histamin yang memicu vasodilatasi lokal
4. Mediator fagosit memicu sistem pembekuan darah dan antipembekuan darah
untuk proses pengisolasian
5. Neutrofil mengeluarkan bahan kimia kalikrein yang mengubah protein plasma
spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin aktif. Kinin aktif mengaktifkan
reseptor nyeri sekitar dan menjadi kemotaksin kuat sehingga menarik lebih banyak
neutrofil ketempat pertempuran.
6. Pengeluaran pirogen endogen (PE) terjadi apabila organisme penginvasi telah
menyebar ke dalam darah yang menyebabkan pengeluaran prostaglandin yang
berfungsi untuk menyalakan termostat hipotalamus.
7. Mediator Endogen Leukosit (MEL) yang berfungsi menurunkan konsentrasi besi
plasma dengan mengubah metabolisme besi di dalam hati, limpa dan jaringan lain
8. Protein fase aktif berupa protein C- aktif, sebagai penanda peradangan dalam
darah
9. Interleukin-1 (IL-1) yang dikeluarkan oleh makrofag yang bertugas meningkatkan
proliferasi dan deferensiasi limfosit T dan B
Perbaikan jaringan
 Pada sebagian jaringan seperti kulit, tulang dan hati, sel-sel spesifik
organ yang sehat mengelilingi daerah cedera mengalami pembelahan
untuk mengganti sel yang hilang dan sering menghasilkan
penyembuhan yang sempura.
 Pada jaringan yang nondegeneratif misalnya sel saraf dan otot, sel yang
hilang diganti dengan jaringan parut.
 Fibroblast, sejenis sel jaringan ikat, membelah diri dengan cepat di sekitar
tempat peradangan dan mengeluarkan protein kolagen untuk mengisi
bagian yang kosong bekas sel mati yang menyebabkan terbentuknya
jaringan parut.
 Pada jaringan kulit dapat terbentuk jaringan parut jika struktur kompleks
dibawahnya seperti kelenjar keringat dan dan folikel rambut rusak
permanen oleh luka yang dalam.
Sistem imun secara otomatis akan
mengabaikan sel tubuh yang normal
kecuali sel tersebut berubah menjadi
abnormal.
Sel Natural Killer (NK)
bertanggung jawab dalam mengenali
dan menghancurkan sel abnormal yang
berada di jaringan perifer
Membran plasma sel abnormal secara
umum mengandung antigen yang tidak
ditemukan pada plasma membran sel
normal.
Sel NK mengenali sel abnormal dengan
cara mendeteksi keberadaan
antigen tersebut, namun sel NK
tidak selektif dibandingkan limfosit
sehingga dapat menyerang berbagai
macam antigen sel abnormal yang muncul
di plasma membran.
Aktivitas sel NK mempunyai beberapa
langkah, meliputi :
1. Sel NK mengenali sel abnormal yang ditandai dengan adanya
protein yang berbeda atau komponen dari sel normal. Sel NK
kemudian menempel pada sel target.
2. Badan golgi dari sel NK mengarah pada sel target yang
kemudian mensekresikan vesikel yang berisi protein perforin.
3. Melalui proses eksitosis, perforin dikeluarkan dari dalam sel
dan berdifusi diantara pada ruang sempit antara sel NK dan sel
target
4. Perforin kemudian melisiskan sel target dengan cara
membuat lubang atau pori pada membran plasma
Aktivasi Sel Natural Killer
eksositosis
Mengapa Perforin dapat melisiskan
sel target namun tidak dapat
melisiskan Sel Natural Killer ?
Sel NK mempunyai protein lain yang disebut “protectin” yang
bertanggung jawab mengikat dan mengaktivasi perforin
Interferon
Adalah protein yang berukuran kecil yang diaktifkan oleh limfosit, makrofag dan
jaringan yang terkena infeksi virus. Interferon secara singkat menghasilkan resistensi
non spesifik terhadap infeksi virus dengan cara mengganggu replikasi virus.
Interferon juga memiliki efek antikanker selain antivirus. Interferon sendiri,
menghambat pembelahan sel dan menekan pertumbuhan tumor.
Tiga tipe Interferon
1. Alfa Interferon
 Diproduksi oleh berbagai tipe leukosit
 Bertugas menarik dan menstimulasi sel NK
2. Beta Interferon
 Disekresikan oleh sel fibrosit pada proses inflamasi yang berlangsung
lambat pada area yang mengalami kerusakan
 Sebagian besar sel selain limfosit dan makrofag merespon terhadap
serangan infeksi virus dengan cara mensekresikan beta interferon
3. Gamma Interferon
 Disekresikan oleh Sel T dan sel NK
 Menstimulasi aktivitas makrofag
Sistem Komplemen
Sistem komplemen adalah salah satu sistem pertahanan tubuh yang
terdiri dari protein yg di produksi dalam hati dan berada dalam
peredaran darah serum
Sistem ini diaktifkan oleh:
1. paparan rantai karbohidrat yg ada pd permukaan mikroorganisme
yg tdk ada pd sel manusia
2. paparan antibodi yang diproduksi spesifik untuk zat asing tertentu
oleh sistem imun adaptif
Bekerja sbg ‘komplemen’ dari kerja antibodi
Aktivasi dari
komplemen
menghasilkan efek :
1. Berikatan dg basofil & sel mast &
menginduksi pelepasan histamin
dan kinin yang menghasilkan
reaksi inflamasi
2. Berperan sbg faktor kemotaksis
yang meningkatkan fagositosis
3. Berikatan dg permukaan bakteri
& bekerja sbg opsonin (opsonisasi)
sehingga meningkatkan proses
fagositosis
4. Menempel pada membran &
membentuk struktur berbentuk
tabung yg melubangi membran
sel & menyebabkan lisis sel.
Aktivasi Komplemen
terbagi menjadi 3
jenis :
 Jalur Klasik
 Jalur Alternatif
Membran Attack
Complex (MAC) sistem
Komplemen
Protein-protein komplemen (C5, C6, C7, C8 dan
sejumlah C9) yang telah diaktifkan menyatu
untuk membentuk saluran mirip pori
dimembran plasma sel sasaran. Kebocoran
yang terjadi kemudian menghancurkan sel.
Kekebalan
Adaptif
(Acquired Immunity)
Kekebalan adaptif hanya dapat terbentuk jika telah terpapar oleh antigen dan dapat
bersifat aktif maupun pasif bergantung pada cara memperoleh kekebalan tersebut.
Kekebalan aktif berkembang setelah terpapar oleh antigen yang pada akhirnya menghasilkan
respon imun.
 Kekebalan aktif yang berkembang secara natural (cth : kekebalan yang berkembang
setelah pajanan infeksi di lingkungan)
 Kekebalan aktif yang berkembang karena diinduksi oleh antigen yang telah diolah
sedemikian rupa (cth: vaksin)
Kekebalan pasif didapatkan karena mendapatkan pasokan antibodi dari luar.
 Kekebalan pasif yang berkembang secara natural (cth: transfer dari asi dan plasenta ibu
kepada bayi)
 Kekebalan pasif yang berkembang karena mendapatkan antibodi dari luar untuk
menghadapi infeksi (cth: antibodi yang diberikan dari luar seperti antibodi melawan virus
rabies).
Kekebalan Adaptif
(Acquired Immunity)
Merupakan respon pertahanan tubuh yang bekerja
secara spesifik pada zat asing tertentu yang
sebelumnya telah menginfeksi tubuh sehingga tubuh
telah bersiap terhadap serangan berikutnya.
Terdapat dua jenis kelas respon imun adaptif, yaitu:
1. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas
seluler yang melibatkan pembentukan limfosit T
aktif.
2. Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau
imunitas humoral yang melibatkan pembentukan
antibodi oleh turunan limfosit B
Ciri mendasar dari respon humoral dan seluler
terhadap stimulasi antigen:
1. Specificity
 Respon imun adalah spesifik terhadap antigen tertentu
2. Diversity
 Limfosit akan berproliferasi membentuk satu klon spesifik
3. Memory
 Meningkat efektifitasnya apabila terpapar/bertemu antigen
yang sama untuk kedua kali dan seterusnya
4. Self limitation
 Respon imun yang normal akan menurun dan menghilang
beberapa waktu setelah stimulasi dihentikan
5. Descrimination of self from nonself
 Dapat membedakan antigen asing dari komponen sendiri.
 Sel B bertugas untuk melindungi
tubuh dari benda asing di CES
 sel B dapat menyerang antigen
dari jarak jauh
 Sel B langsung mengenali antigen
tanpa bantuan protein penanda.
,Imunitas Humoral
Imunitas Seluler
 Sel T menghadapi benda asing
yang bersembunyi di dalam sel
yang tidak dapat dicapai oleh
antibodi atau sistem komplemen
 Sel T harus melakukan kontak
langsung dengan sel sasaran dan
mengeluarkan bahan-bahan
kimia yang menghancurkan sel
sasaran
 Sel T memerlukan sinyal dari
protein penanda dari sel pejamu
yang mengikat antigen
Reseptor Antigen
Setiap sel limfosit T dan B memiliki reseptor dipermukaan untuk mengikat satu
jenis antigen tertentu. Reseptor ini merupakan “mata bagi sistem imun adaptif”.
Sebelum berikatan dengan reseptor sel limfosit, antigen terlebih dahulu harus
diperkenalkan oleh sel penyaji antigen.
Antigen merangsang sel B
untuk berubah menjadi sel plasma
yang bersifat aktif menghasilkan
antibodi dan sel memori yang
bersifat dorman yang pada suatu saat
siap memberi perlindungan terhadap
kekambuhan infeksi yang pernah dialami
sebelumnya
Sel Limfosit B
Pada saat berdiferensiasi menjadi sel plasma,
RE Kasar pada Sel B akan meningkatkan
produksi protein khusus yang disebut antibodi.
Antibodi tersebut kemudian disekresikan
kedalam darah atau limfa bergantung lokasi
sel plasma.
Overproduksi antibodi pada sel plasma akan
menyebabkan sel plasma mati dan lisis.
Nama lain dari antibodi adalah
imunoglobulin
Proses penghambatan antigen dimulai dengan
pembentukan komplek antigen antibodi.
Berdasarkan kemampuan antigen dalam menstimulus respon imun spesifik, antigen dibagi
menjadi dua jenis :
1. Complete Antigen
 Mempunyai kemampuan imunogenitas dan imunoreaktivitas
2. Incomplete Antigen/Hapten
 Hanya mempunyai kemampuan imunoreaktivitas
 Untuk dapat menghasilkan kemampuan imunogenitas harus berikan dengan
molekul pembawa
Imunoglobulin
tidak secara langsung
menghancurkan zat asing.
Antibodi melaksanakan
fungsi protektifnya
dengan cara
menghambat antigen
atau memperkuat respon
imun bawaan
Menghambat antigen :
 Netralisasi  antibodi berikatan dengan
antigen (cth : toksin) sehingga antigen
tidak dapat berikatan dengan sel yang
rentan
 Aglutinasi  beberapa molekul antibodi
mengikatsilang banyak molekul antigen
menjadi satu rantai membentuk
gumpalan.
Memperkuat Respon Imun bawaan :
 Mengaktifkan sistem komplemen,
sehingga dapat mengaktifkan respon
inflamasi, opsonization atau membran
attack complex
 Meningkatkakn fagositosis dengan IgG
bekerja sebagai opsonin
 Merangsang sel pemusnah (killer cell) 
serupa dengan NK sel tetapi dengan
syarat sel sasaran harus dilapisi dengan
antibodi
Sel B Memory
Sebagian dari limfosit yang baru terbentuk dalam sel B aktif tidak ikut serta
dalam pertempuran tetapi menjadi sel memori yang diam menunggu dan siap
melancarkan respon sekunder yang lebih cepat dan lebih kuat seandainya zat
asing tersebut kembali ke dalam tubuh.
Jenis sel T
Sel T sitotoksik (T cytotoxic) atau CD8
 Sel yang bertanggung jawab dalam memediasi imunitas dengan cara
memasuki jaringan perifer dan langsung menyerang antigen secara
fisik maupun kimia
Sel T penolong (T helper) atau CD4
 Sel yang bertugas menstimulasi respon imun dari sel T dan sel B
dengan cara mengeluarkan sitokin .
Sel T regulatorik/supresor (T suppressor) atau CD4
 Menghambat aktivitas sel T dan sel B serta mengatur respon imun
Sel T memory
Imunitas Seluler
Secara umum, aktivasi sel T terjadi terlebih
dahulu, dengan catatan fagosit telah
menginformasikan ciri antigen yang
menyerang
Sel T diaktifkan oleh antigen
asing hanya jika antigen
tersebut berada dipermukaan
suatu sel yang juga membawa
penanda identitas individu
berupa glikoprotein yang
terikat dengan membran
plasma sel penjamu.
Glikoprotein tersebut dikenal
dengan istilah molekul MHC
(major histocompatibility
complex)
Pada sel sehat molekul MHC merupakan
penanda kepada sistem imun “Jangan
ganggu saya karena saya bagian
dari anda”
sedangkan pada sel pejamu yang telah
terinfeksi virus, molekul MHC akan terikat
dengan antigen dan mengirimkan sinyal
“ Saya, salah satu dari anda, telah
diserang, ini ciri-ciri musuh yang
terdapat didalam tubuh saya”
Sel T hanya akan menjadi aktif jika cocok dengan kombinasi molekul MHC yang
dipakai oleh sel pejamu
Molekul MHC dibagi menjadi 2 kelas, yaitu :
1. MHC Kelas I yang mengirim sinyal seperti bendera merah “Saya sel yang
abnormal, bunuh saya”
2. MHC Kelas II yang mengirim sinyal seperti “Antigen ini berbahaya, segera
singkirkan”
Pada MHC kelas I, molekul MHC muncul pada sel yang mempunyai inti dan harus
direspon oleh sel T sitotoksik, sedangkan MHC kelas II muncul pada sel yang
berperan sebagai sel penyaji antigen seperti sel phagosit yaitu makrofag/monosit
dan perlu direspon oleh sel T penolong
Molekul MHC
Sel Tc Sitotoksik atau CD8
 Merupakan sel yang bertugas mencari dan menghancurkan sel yang
abnormal atau telah terinfeksi.
 Sel sitotoksik mempunyai mobilitas tinggi pada daerah yang
mengalami perlukaan.
 Jika sel sitotoksik menemukan bendera merah (MHC kelas I) maka, akan
secara langsung menghancurkan sel sasaran dengan :
1. Merusak plasma membran antigen dengan melepaskan perforin
2. Membunuh sel target dengan mensekresikan racun limfotoxin
3. Mengaktifkan gen pada sel pejamu yang terinfeksi untuk
melaksanakan perintah bunuh diri dengan mengeluarkan granzim
 Waktu yang diperlukan oleh sel T sitotoksik dari awal pendeteksian
antigen hingga tindak lanjut penghancuran sel abnormal adalah waktu
2 hari.
 Jika waktu yang diperlukan sel T untuk mencapai konsentrasi yang
dibutuhkan untuk membunuh sel abnormal tidak tercapai dalam 2 hari
maka, maka luas kerusakan dan infeksi akan menyebar dan sukar
untuk diatasi.
Sel Th Penolong
Selama aktivasi, sel Th terbagi menjadi 2, yaitu
1. Sel Th penolong aktif
2. Sel Th memory yang dorman
Aktivasi Sel Th Aktif akan menstimulasi pengeluaran bahan kimia yang
dinamakan sitokin yang akan mengkoordinasi respon imun spesifik dan non
spesifik.
Proses koordinasi tersebut meliputi 4 mekanisme, yaitu :
1. Menstimulasi produksi sel Th memory dan meningkatkan kecepatan
pematangan sel Tc sitotoksik
2. Meningkatkan pertahanan non spesifik dengan cara menarik makrofag pada
area yang terinfeksi, mencegah penyebaran dan melaksanakan tindakan
fagositosis
3. Menarik dan menstimulasi sel NK dan menyiapkan berbagai mekanisme lain
untuk menghancurkan sel abnormal dan patogen
4. Meningkatkan aktivitas sel B sehingga memproduksi antibodi.
Sel Tc Memori
Merupakan sel T sitotoksik berdeferensiasi yang bersifat dorman,
dimana pada saat serangan pertama tidak ikut melaksanakan
serangan, namun pada saat terjadi serangan kedua, maka sel T memori
sitotoksik segera beraksi menjadi sel T sitotoksik aktif.
Sel Ts Supressor
Bertugas menekan kerja sel T dan sel B. Produksi sel T supressor terjadi
setelah Sel T sitotoksik melaksanakan serangan pertahanan awal,
sehingga keganasan sel T sitotoksik dapat diatur.
SISTEM IMUN

More Related Content

What's hot

Ppt sistem imunitas
Ppt sistem imunitasPpt sistem imunitas
Ppt sistem imunitasnestiadi
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1tristyanto
 
2. sistem imunologi
2. sistem imunologi2. sistem imunologi
2. sistem imunologiDalia Novi
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhdesiaulia7
 
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)Ronald Siregar
 
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)Soga Biliyan Jaya
 
Imunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptiveImunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptiveSiti Avirda
 
sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)Shelfi Steiv
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiYabniel Lit Jingga
 
Respon sistem imun
Respon sistem imunRespon sistem imun
Respon sistem imunHafidh Bagus
 
Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhSistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhKrisna Mustofa
 
sistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuhsistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuhmarisamizani25
 

What's hot (19)

IMUNOLOGI ASAS
IMUNOLOGI ASASIMUNOLOGI ASAS
IMUNOLOGI ASAS
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Ppt sistem imunitas
Ppt sistem imunitasPpt sistem imunitas
Ppt sistem imunitas
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
2. sistem imunologi
2. sistem imunologi2. sistem imunologi
2. sistem imunologi
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
 
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
Sistem pertahanan tubuh (sistem limfatik)
 
Sistem imun kel 7
Sistem imun kel 7Sistem imun kel 7
Sistem imun kel 7
 
Imunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptiveImunologi sistem imun adaptive
Imunologi sistem imun adaptive
 
sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Sistemimun revisi
Sistemimun revisiSistemimun revisi
Sistemimun revisi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Respon sistem imun
Respon sistem imunRespon sistem imun
Respon sistem imun
 
Materi biologi x ppt bab 11 fix
Materi biologi x ppt bab 11 fixMateri biologi x ppt bab 11 fix
Materi biologi x ppt bab 11 fix
 
IMUNOLOGI KLINIKAL
IMUNOLOGI KLINIKALIMUNOLOGI KLINIKAL
IMUNOLOGI KLINIKAL
 
Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhSistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuh
 
sistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuhsistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuh
 

Similar to SISTEM IMUN

Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptxAyu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptxAyuPuspita79
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhdesiaulia7
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxDekaMuliya1
 
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxGerlhyReynaldoWaworu
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
06._Sistem_Imunologi_.pdf
06._Sistem_Imunologi_.pdf06._Sistem_Imunologi_.pdf
06._Sistem_Imunologi_.pdfChanKyoto
 
Sistem Imun 1.pptx
Sistem Imun 1.pptxSistem Imun 1.pptx
Sistem Imun 1.pptxKlinikHanin
 
06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx
06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx
06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptxNiko Satria
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxavita12
 
kuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptx
kuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptxkuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptx
kuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptxIDewaAyuX3
 
Sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuhSistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuhDiva Syachrani
 
Sistem imun xi ipa 2014
Sistem imun xi ipa 2014Sistem imun xi ipa 2014
Sistem imun xi ipa 2014Hanik Robiah
 
Imunologi
ImunologiImunologi
ImunologiCahya
 

Similar to SISTEM IMUN (20)

Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptxAyu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
 
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
 
Ppt
Ppt Ppt
Ppt
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
06._Sistem_Imunologi_.pdf
06._Sistem_Imunologi_.pdf06._Sistem_Imunologi_.pdf
06._Sistem_Imunologi_.pdf
 
Sistem Imun 1.pptx
Sistem Imun 1.pptxSistem Imun 1.pptx
Sistem Imun 1.pptx
 
06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx
06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx
06._Bab_6_(Sistem_Imunologi)_.pptx
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
 
immunologi manusia.pptx
immunologi manusia.pptximmunologi manusia.pptx
immunologi manusia.pptx
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Sistem Imun.pptx
Sistem Imun.pptxSistem Imun.pptx
Sistem Imun.pptx
 
kuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptx
kuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptxkuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptx
kuliahs12021_prinsip_hystory_sistem imun non spesifik.pptx
 
Sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuhSistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh
 
Sistem imun xi ipa 2014
Sistem imun xi ipa 2014Sistem imun xi ipa 2014
Sistem imun xi ipa 2014
 
Sistem Kekebalan Tubuh (IMMUN)
Sistem Kekebalan Tubuh (IMMUN)Sistem Kekebalan Tubuh (IMMUN)
Sistem Kekebalan Tubuh (IMMUN)
 
Imunologi
ImunologiImunologi
Imunologi
 
Imunologi darah
Imunologi darahImunologi darah
Imunologi darah
 

More from Fina Ratih Wiraputri (14)

Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan FarmasiPengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi
 
Uterotonika
UterotonikaUterotonika
Uterotonika
 
Farmakologi hormon
Farmakologi hormonFarmakologi hormon
Farmakologi hormon
 
Antelhmintik
AntelhmintikAntelhmintik
Antelhmintik
 
Antiprotozoa
AntiprotozoaAntiprotozoa
Antiprotozoa
 
Farmakologi Antibiotik
Farmakologi AntibiotikFarmakologi Antibiotik
Farmakologi Antibiotik
 
Konsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusui
Konsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusuiKonsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusui
Konsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusui
 
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama PengobatanKejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
 
Obat sistem saluran pencernaan
Obat sistem saluran pencernaanObat sistem saluran pencernaan
Obat sistem saluran pencernaan
 
Obat kardiovaskular
Obat kardiovaskularObat kardiovaskular
Obat kardiovaskular
 
Obat sistem respirasi
Obat sistem respirasiObat sistem respirasi
Obat sistem respirasi
 
Obat sistem saraf autonom
Obat sistem saraf autonomObat sistem saraf autonom
Obat sistem saraf autonom
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
Farmakodinamika
FarmakodinamikaFarmakodinamika
Farmakodinamika
 

Recently uploaded

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 

Recently uploaded (20)

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 

SISTEM IMUN

  • 1.
  • 2. Hasil Akhir Pembelajaran 1. Dapat membedakan antara sistem imun non spesifik dan spesifik 2. Dapat mengidentifikasi komponen utama sistem imun 3. Dapat mengidentifikasi komponen, mekanisme dan fungsi dari sistem imun non spesifik 4. Dapat mengidentifkasi bentuk, komponen dan mekanisme dari sistem imun spesifik
  • 4.
  • 5. Organ dan sistem organ bekerja sama untuk tetap mempertahankan tubuh agar tetap hidup dan sehat. Dalam proses yang berat tersebut, sistem imun mempunyai peranan sentral
  • 6. Sistem Imun merupakan suatu organisasi jaringan dimana sel, jaringan, dan organ bekerja bersama-sama untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan zat asing. Zat asing tersebut dapat berupa mikroba kecil yang dapat menginfeksi tubuh. Mikroba tersebut dapat berupa bakteri, virus, parasit, maupun jamur yang kerap disebut dengan patogen.
  • 7. Sistem Imun mempunyai peranan kunci dalam mekanisme : 1. Mempertahankan tubuh dari patogen invasif 2. Menyingkirkan sel yang ‘aus’ dan jaringan yang rusak oleh trauma atau penyakit 3. Mengenali dan menghancurkan sel abnormal 4. Bertanggung jawab dalam proses alergi dan penyakit autoimun.
  • 8. Hasil kerja dari sistem imun menghasilkan suatu Kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan yang disebut Imunitas
  • 9. Sistem imun utama yang bertanggung jawab pada mekanisme respon imun adalah Sistem Limfoid Fungsi utama dari sistem limfoid 1. menghasilkan sel limfosit yang bertugas memerangi patogen dan sel abnormal 2. mendistribusikannya dalam bentuk cairan getah bening.
  • 10. Sistem Limfoid tersusun atas organ-organ limfatik yang terdiri dari : Organ Limfatik Primer a. Sumsum tulang, menghasilkan limfosit b. Timus, tempat pematangan limfosit dari sum-sum tulang menjadi limfosit T Organ Limfatik sekunder a. Pembuluh darah limfatik, berfungsi membawa cairan jaringan menuju limfa b. Nodus Limfa, titik disepanjang pembuluh darah yang memiliki ruang (sinus) yang mengandung limfosit dan makrofag. Nodus limfa berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme c. Limfa/spleen, fungsinya membuang antigen dalam darah dan menghancurkan eritrosit yang sudah tua d. Tonsil, fungsinya memerangi infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring
  • 11. Lapisan I Lapisan II Lapisan III • Kulit • Mukosa Membran • Bakteri alami apatogen • Sel Fagosit • Inflamasi • Protein Anti Mikroba • Sel Natural Killer • Kekebalan Humoral • Kekebalan diperantarai Sel LAPISAN PERTAHANAN TUBUH :
  • 12. Asal Imunitas 1. Kekebalan Bawaan (Innate Immunity) Kekebalan yang diturunkan dan diperoleh sejak lahir yang memiliki respon imun non spesifik dalam waktu yang cepat 2. Kekebalan Adaptif (Acquired Immunity) Kekebalan tubuh yang didapatkan dari pengenalan tubuh terhadap antigen dengan jenis respon imun spesifik yang timbul dalam waktu lambat
  • 13. Non Spesifik Melaksanakan pertahanan tubuh dari benda asing atau materi abnormal apapun jenisnya, meskipun baru pertama kali terpapar Respon Imun
  • 14. Sistem imun yang bertanggung jawab pada mekanisme respon imun spesifik adalah Sistem Limfatik Spesifik Menyerang benda asing tertentu yang sebelumnya tubuh pernah menyerang tubuh dan dapat mengenali kembali jika sewaktu-waktu diserang kembali Respon Imun
  • 15.
  • 16. Sistem Imum Bawaan (Innate Immunity) Mempunyai beberapa komponen kekebalan yang diturunkan, yaitu : 1. Barier Fisik/Biokimia 2. Fagosit 3. Respon Inflamasi 4. Mekanisme Demam 5. Natural Killer 6. Interferon 7. Protein anti mikroba (sistem komplemen)
  • 17. Permukaan tubuh yang terpajan lingkungan luar • Penutup luar yaitu kulit • Lapisan dalam rongga-rongga internal yang berhubungan dengan lingkungan eksternal Berfungsi sebagai tidak hanya sebagai penghalang mekanis untuk mencegah masuknya patogen tetapi juga berperan aktif dalam menolak masuknya bakteri dan bahan lan yang tidak diperlukan
  • 18. Sel-sel Khusus di Epidermis Menghasilkan Melanosit, Keratinosit, Sel Lagerhans dan Sel Granstein yang ikut serta dalam mekanisme pertahanan tubuh Melanosit, menghasilkan suatu pigmen, melanin yang melindungi kulit dengan menyerap radiasi UV yang berbahaya Keratinosit, penghasil keratin kuat yang membentuk lapisan protektif luar kulit yang menghambat bakteri dan mengeluarkan interleukin 1, yang meningkatkan pematangan sel T pascatimus d kulit Sel Langerhans, berfungsi dalam imunitas spesifik dengan menyajikan antigen kepada sel T helper Sel Granstein, menekan respon imun yang diaktifkan oleh kulit
  • 19. Membran mukosa (kimiawi) Membran mukosa menghasilkan enzim lisozim yan mengkatalisis penghancuran antigen yang masuk ke tubuh
  • 20. Pertahanan Biologis (bakteri alami) Terdapat beberapa jenis bakteri yang merupakan flora alami tubuh. Bakteri alami tersebut berkompetisi dengan bakteri pathogen dalam mendapatkan nutrisi sehingga menghambat perkembangan bakteri patogen yang masuk kedalam tubuh Lactobacillus brevis sebagai flora alami saluran pencernaan
  • 21. Fagosit adalah sel darah putih yang melindungi tubuh dengan menelan partikel asing berbahaya, bakteri, dan sel-sel mati atau sekarat. Proses memakan partikel ini disebut “fagositosis”
  • 22. Leukosit (Sel Darah Putih) merupakan salah satu jenis sel darah yang bertanggung jawab melaksanakan beragam strategi pertahanan imun.
  • 23.
  • 24. Jenis Leukosit dan jenis aktivitasnya
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28. Sel fagosit dibagi menjadi dua macam kelas, yaitu 1. Mikrofag 2. Makrofag
  • 29. Mikrofag Mikrofag terdiri dari neutrofil dan eosinofil yang secara normal berada dalam sirkulasi darah. Keduanya akan meninggalkan aliran darah dan menuju jaringan perifer jika terjadi perlukaan atau infeksi. Neutrofil  Berlimpah  Mempunyai mobilitas tinggi  Cepat menfagositosis debris dan patogen Eosinofil  Jumlah lebih sedikit dibandingkan neutrofil  Menfagositosis target sel asing atau patogen yang telah dibungkus oleh antibodi
  • 30. Makrofag Makrofag merupakan sel fagosit yang berukuran besar dan bersifat aktif. Makrofag yang dominan didalam tubuh adalah monosit yang berada di sistem sirkulasi darah. Cara kerja makrofag terbagi menjadi 3, yaitu:  Merusak dan Menelan zat asing atau patogen dengan bantuan enzim lisosom  Mengikat atau menyingkirkan patogen dari cairan interstitial tapi tidak dapat menghancurkan patogen tanpa bantuan sel lain  Menghancurkan patogen dengan cara mengeluarkan zat toksik kimia ke dalam cairan interstitial seperti tumor necrosis factor, nitric oxide atau hidrogen peroxida
  • 31.
  • 32. Berdasarkan keberadaannya di dalam jaringan, makrofag dibagi menjadi dua jenis, yaitu :  Fixed Macrophage Merupakan makrofag yang bekerja pada organ dan jaringan yang spesifik. Fixed macrophage tersebar pada jaringan ikat dan biasa terdapat pada serat kolagen dan retikuler. Pada beberapa organ, makrofag mempunyai nama khusus seperti mikroglia pada SSP dan Sel Kupffer yang berada disekitar liver.  Free Macrophage Makrofag yang bertugas melaksanakan patroli diseluruh tubuh dan segera berpindah menuju tempat perlukaan melalui pasokan makrofag yang berada di jaringan terdekat dan sirkulasi darah.
  • 33. Proses Fagositosis Pengenalan (recognition) proses dimana mikroorganisme/partikel asing ‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit. Pergerakan (chemotaxis) setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut Perlekatan (adhesion) sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Penelanan (ingestion) ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma. Pencernaan (digestion) fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Pengeluaran (releasing) produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38. Respon Inflamasi atau Peradangan Respon nonspesifik terhadap invasi asing, cidera jaringan atau keduanya dimana spesialis fagositik –neutrofil dan makrofag – berperan besar. Tujuan dari proses Inflamasi atau peradangan: 1. Mengisolasi, menghancurkan atau menginaktifkan penyerang 2. Membersihkan debris 3. Mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan
  • 39.
  • 40. Rangkaian Proses Peradangan 1. Bakteri masuk melalui kerusakan disawar eksternal kulit, maka makrofag yang sudah ada di daerah tersebut dengan cepat menfagosit mikroba asing tersebut 2. Hampir segera setelah invasi didaerah yang bersangkutan kapiler darah melebar untuk meningkatkan aliran darah ke tempat cedera yang dipicu oleh adanya histamin yang dilepaskan oleh sel mast 3. Meningkatnya penyaluran darah lokal membawa lebih banyak leukosit fagositik dan protein plasma yang penting bagi respon pertahanan 4. Pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga protein plasma yang biasa dihambat untuk keluar dari kapiler darah dapat masuk ke jaringan yang meradang 5. Akumulasi protein plasma yang bocor dicairan instestitium mengakibatkan pergesaran keseimbangan cairan yang mengakibatkan edema lokal 6. Meningkatnya aliran darah arteri hangat mengakibatkan kemerahan dan panas 7. Peregangan lokal didalam jaringan yang membengkak dan efek langsung oleh bahan yang diproduksi sel mast berupa prostaglandin mengakibatkan rasa nyeri.
  • 41. Pembentengan daerah yang meradang Protein-protein plasma yang bocor dan paling penting bagi respon imun: a. Protein sistem komplemen b. Faktor pembekuan (Fibrin)  Fibrin membentuk bekuan cairan interstitium diruang-ruang sekitar bakteri penginvasi dan sel yang rusak yang bertujuan untuk menghambat penyebaran bakteri dan produk toksiknya c. Anti pembekuan (Heparin)  Heparin yang stimulasinya dikeluarkan oleh sel mast digunakan untuk menghambat proses pembekuan darah oleh fibrin sehingga wilayah kapiler darah yang terluka sehingga aliran prtein plasma dan sejumlah fagosit tetap lancar
  • 42. Emigrasi leukosit Dalam satu jam setelah cedera, daerah yang bersangkutan telah dipenuhi oleh leukosit yang telah meninggalkan pembuluh darah.  Neutrofil sampai pertama kali  8-12 jam berikutnya diikuti oleh monosit yang bergerak lambat yang kemudian membesar dan matang menjadi makrofag di jaringan.
  • 43. Tahap-tahap migrasi Leukosit 1. Leukosit darah, neutrofil dan monosit, melekat dalam endotel kapiler dijaringan yang terkena, proses tersebut dinamakan marginasi.  Selektin, sejenis molekul perekat sel (cell adhesion molekul; CAM) yang menonjol dari lapisan endotel dalam menyebabkan leukosit yang lewat pembuluh darah melambat dan bergulir disepanjang pembuluh darah  Perlambatan ini memungkinkan leukosit memeriksa faktor-faktor pengaktifan sebagai sinyal SOS dalam bentuk CAM jenis lain, yaitu integrin 2. Leukosit yang melekat tersebut segera meninggalkan pembuluh darah melalui mekanisme yang disebut sebagai diapedesis  Leukosit melakukan gerakan mirip amoeba 3. Kemotaksis menuntun migrasi sel fagositik ke arah tertentu; yaitu sel-sel tertarik ke mediator-mediator kimiawai tertentu yang dikenal sebagai kemotaksin atau kemokin yang dibebaskan ditempat jaringan.  Pengikatan kemotaksin pada membran sel fagositik meningkatkan masuknya ion Ca kedalam sel.  Ion Ca mengaktifkan perangkat kontraktil sel sehingga menghasilkan pergerakan mirip amoeba  Pergerakan fagositik mengikuti gradien konsentrasi kemotaksin yang semakin lama meningkat mendekati tepat cidera.
  • 44.
  • 45. Menandai bakteri dengan opsonin untuk dihancurkan Salah satu cara fagosit membedakan antara sel normal dan sel asing : 1. Fagositik mengenali komponen standar dinding sel bakteri yang berbeda dari sel manusia 2. Partikel asing secara sengaja ditandai dengan mediator kimiawi yang dihasilkan oleh sistem imun sehingga bakteri lebih rentan terhadap proses fagositosis  Bahan kimia tersebut dikenal sebagai opsonin  Opsonin utama adalah antibodi dan salah satu protein aktif pada sistem komplemen
  • 46. BAHAN KIMIA YANG DIKELUARKAN OLEH FAGOSIT UNTUK MEMERANTARAI RESPON PERADANGAN 1. Makrofag mengeluarkan Nitrit Oksida (NO) merupakan bahan kimia yang toksik bagi mikroba 2. Neutrofil mengeluarkkan laktoferin yang berikatan erat dengan besi sehingga perkembangbiakan bakteri terganggu karena besi yang ada tidak dapat digunakan. 3. Sel mast mengeluarkan histamin yang memicu vasodilatasi lokal 4. Mediator fagosit memicu sistem pembekuan darah dan antipembekuan darah untuk proses pengisolasian 5. Neutrofil mengeluarkan bahan kimia kalikrein yang mengubah protein plasma spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin aktif. Kinin aktif mengaktifkan reseptor nyeri sekitar dan menjadi kemotaksin kuat sehingga menarik lebih banyak neutrofil ketempat pertempuran. 6. Pengeluaran pirogen endogen (PE) terjadi apabila organisme penginvasi telah menyebar ke dalam darah yang menyebabkan pengeluaran prostaglandin yang berfungsi untuk menyalakan termostat hipotalamus. 7. Mediator Endogen Leukosit (MEL) yang berfungsi menurunkan konsentrasi besi plasma dengan mengubah metabolisme besi di dalam hati, limpa dan jaringan lain 8. Protein fase aktif berupa protein C- aktif, sebagai penanda peradangan dalam darah 9. Interleukin-1 (IL-1) yang dikeluarkan oleh makrofag yang bertugas meningkatkan proliferasi dan deferensiasi limfosit T dan B
  • 47. Perbaikan jaringan  Pada sebagian jaringan seperti kulit, tulang dan hati, sel-sel spesifik organ yang sehat mengelilingi daerah cedera mengalami pembelahan untuk mengganti sel yang hilang dan sering menghasilkan penyembuhan yang sempura.  Pada jaringan yang nondegeneratif misalnya sel saraf dan otot, sel yang hilang diganti dengan jaringan parut.  Fibroblast, sejenis sel jaringan ikat, membelah diri dengan cepat di sekitar tempat peradangan dan mengeluarkan protein kolagen untuk mengisi bagian yang kosong bekas sel mati yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut.  Pada jaringan kulit dapat terbentuk jaringan parut jika struktur kompleks dibawahnya seperti kelenjar keringat dan dan folikel rambut rusak permanen oleh luka yang dalam.
  • 48.
  • 49. Sistem imun secara otomatis akan mengabaikan sel tubuh yang normal kecuali sel tersebut berubah menjadi abnormal. Sel Natural Killer (NK) bertanggung jawab dalam mengenali dan menghancurkan sel abnormal yang berada di jaringan perifer
  • 50. Membran plasma sel abnormal secara umum mengandung antigen yang tidak ditemukan pada plasma membran sel normal. Sel NK mengenali sel abnormal dengan cara mendeteksi keberadaan antigen tersebut, namun sel NK tidak selektif dibandingkan limfosit sehingga dapat menyerang berbagai macam antigen sel abnormal yang muncul di plasma membran.
  • 51. Aktivitas sel NK mempunyai beberapa langkah, meliputi : 1. Sel NK mengenali sel abnormal yang ditandai dengan adanya protein yang berbeda atau komponen dari sel normal. Sel NK kemudian menempel pada sel target. 2. Badan golgi dari sel NK mengarah pada sel target yang kemudian mensekresikan vesikel yang berisi protein perforin. 3. Melalui proses eksitosis, perforin dikeluarkan dari dalam sel dan berdifusi diantara pada ruang sempit antara sel NK dan sel target 4. Perforin kemudian melisiskan sel target dengan cara membuat lubang atau pori pada membran plasma
  • 52. Aktivasi Sel Natural Killer eksositosis
  • 53. Mengapa Perforin dapat melisiskan sel target namun tidak dapat melisiskan Sel Natural Killer ? Sel NK mempunyai protein lain yang disebut “protectin” yang bertanggung jawab mengikat dan mengaktivasi perforin
  • 54. Interferon Adalah protein yang berukuran kecil yang diaktifkan oleh limfosit, makrofag dan jaringan yang terkena infeksi virus. Interferon secara singkat menghasilkan resistensi non spesifik terhadap infeksi virus dengan cara mengganggu replikasi virus. Interferon juga memiliki efek antikanker selain antivirus. Interferon sendiri, menghambat pembelahan sel dan menekan pertumbuhan tumor.
  • 55.
  • 56. Tiga tipe Interferon 1. Alfa Interferon  Diproduksi oleh berbagai tipe leukosit  Bertugas menarik dan menstimulasi sel NK 2. Beta Interferon  Disekresikan oleh sel fibrosit pada proses inflamasi yang berlangsung lambat pada area yang mengalami kerusakan  Sebagian besar sel selain limfosit dan makrofag merespon terhadap serangan infeksi virus dengan cara mensekresikan beta interferon 3. Gamma Interferon  Disekresikan oleh Sel T dan sel NK  Menstimulasi aktivitas makrofag
  • 57. Sistem Komplemen Sistem komplemen adalah salah satu sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari protein yg di produksi dalam hati dan berada dalam peredaran darah serum Sistem ini diaktifkan oleh: 1. paparan rantai karbohidrat yg ada pd permukaan mikroorganisme yg tdk ada pd sel manusia 2. paparan antibodi yang diproduksi spesifik untuk zat asing tertentu oleh sistem imun adaptif Bekerja sbg ‘komplemen’ dari kerja antibodi
  • 58. Aktivasi dari komplemen menghasilkan efek : 1. Berikatan dg basofil & sel mast & menginduksi pelepasan histamin dan kinin yang menghasilkan reaksi inflamasi 2. Berperan sbg faktor kemotaksis yang meningkatkan fagositosis 3. Berikatan dg permukaan bakteri & bekerja sbg opsonin (opsonisasi) sehingga meningkatkan proses fagositosis 4. Menempel pada membran & membentuk struktur berbentuk tabung yg melubangi membran sel & menyebabkan lisis sel.
  • 59. Aktivasi Komplemen terbagi menjadi 3 jenis :  Jalur Klasik  Jalur Alternatif
  • 60. Membran Attack Complex (MAC) sistem Komplemen Protein-protein komplemen (C5, C6, C7, C8 dan sejumlah C9) yang telah diaktifkan menyatu untuk membentuk saluran mirip pori dimembran plasma sel sasaran. Kebocoran yang terjadi kemudian menghancurkan sel.
  • 61. Kekebalan Adaptif (Acquired Immunity) Kekebalan adaptif hanya dapat terbentuk jika telah terpapar oleh antigen dan dapat bersifat aktif maupun pasif bergantung pada cara memperoleh kekebalan tersebut. Kekebalan aktif berkembang setelah terpapar oleh antigen yang pada akhirnya menghasilkan respon imun.  Kekebalan aktif yang berkembang secara natural (cth : kekebalan yang berkembang setelah pajanan infeksi di lingkungan)  Kekebalan aktif yang berkembang karena diinduksi oleh antigen yang telah diolah sedemikian rupa (cth: vaksin) Kekebalan pasif didapatkan karena mendapatkan pasokan antibodi dari luar.  Kekebalan pasif yang berkembang secara natural (cth: transfer dari asi dan plasenta ibu kepada bayi)  Kekebalan pasif yang berkembang karena mendapatkan antibodi dari luar untuk menghadapi infeksi (cth: antibodi yang diberikan dari luar seperti antibodi melawan virus rabies).
  • 62. Kekebalan Adaptif (Acquired Immunity) Merupakan respon pertahanan tubuh yang bekerja secara spesifik pada zat asing tertentu yang sebelumnya telah menginfeksi tubuh sehingga tubuh telah bersiap terhadap serangan berikutnya. Terdapat dua jenis kelas respon imun adaptif, yaitu: 1. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas seluler yang melibatkan pembentukan limfosit T aktif. 2. Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral yang melibatkan pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B
  • 63. Ciri mendasar dari respon humoral dan seluler terhadap stimulasi antigen: 1. Specificity  Respon imun adalah spesifik terhadap antigen tertentu 2. Diversity  Limfosit akan berproliferasi membentuk satu klon spesifik 3. Memory  Meningkat efektifitasnya apabila terpapar/bertemu antigen yang sama untuk kedua kali dan seterusnya 4. Self limitation  Respon imun yang normal akan menurun dan menghilang beberapa waktu setelah stimulasi dihentikan 5. Descrimination of self from nonself  Dapat membedakan antigen asing dari komponen sendiri.
  • 64.  Sel B bertugas untuk melindungi tubuh dari benda asing di CES  sel B dapat menyerang antigen dari jarak jauh  Sel B langsung mengenali antigen tanpa bantuan protein penanda. ,Imunitas Humoral Imunitas Seluler  Sel T menghadapi benda asing yang bersembunyi di dalam sel yang tidak dapat dicapai oleh antibodi atau sistem komplemen  Sel T harus melakukan kontak langsung dengan sel sasaran dan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan sel sasaran  Sel T memerlukan sinyal dari protein penanda dari sel pejamu yang mengikat antigen
  • 65. Reseptor Antigen Setiap sel limfosit T dan B memiliki reseptor dipermukaan untuk mengikat satu jenis antigen tertentu. Reseptor ini merupakan “mata bagi sistem imun adaptif”. Sebelum berikatan dengan reseptor sel limfosit, antigen terlebih dahulu harus diperkenalkan oleh sel penyaji antigen.
  • 66. Antigen merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma yang bersifat aktif menghasilkan antibodi dan sel memori yang bersifat dorman yang pada suatu saat siap memberi perlindungan terhadap kekambuhan infeksi yang pernah dialami sebelumnya Sel Limfosit B
  • 67.
  • 68. Pada saat berdiferensiasi menjadi sel plasma, RE Kasar pada Sel B akan meningkatkan produksi protein khusus yang disebut antibodi. Antibodi tersebut kemudian disekresikan kedalam darah atau limfa bergantung lokasi sel plasma. Overproduksi antibodi pada sel plasma akan menyebabkan sel plasma mati dan lisis. Nama lain dari antibodi adalah imunoglobulin
  • 69.
  • 70.
  • 71. Proses penghambatan antigen dimulai dengan pembentukan komplek antigen antibodi. Berdasarkan kemampuan antigen dalam menstimulus respon imun spesifik, antigen dibagi menjadi dua jenis : 1. Complete Antigen  Mempunyai kemampuan imunogenitas dan imunoreaktivitas 2. Incomplete Antigen/Hapten  Hanya mempunyai kemampuan imunoreaktivitas  Untuk dapat menghasilkan kemampuan imunogenitas harus berikan dengan molekul pembawa
  • 72. Imunoglobulin tidak secara langsung menghancurkan zat asing. Antibodi melaksanakan fungsi protektifnya dengan cara menghambat antigen atau memperkuat respon imun bawaan Menghambat antigen :  Netralisasi  antibodi berikatan dengan antigen (cth : toksin) sehingga antigen tidak dapat berikatan dengan sel yang rentan  Aglutinasi  beberapa molekul antibodi mengikatsilang banyak molekul antigen menjadi satu rantai membentuk gumpalan. Memperkuat Respon Imun bawaan :  Mengaktifkan sistem komplemen, sehingga dapat mengaktifkan respon inflamasi, opsonization atau membran attack complex  Meningkatkakn fagositosis dengan IgG bekerja sebagai opsonin  Merangsang sel pemusnah (killer cell)  serupa dengan NK sel tetapi dengan syarat sel sasaran harus dilapisi dengan antibodi
  • 73.
  • 74. Sel B Memory Sebagian dari limfosit yang baru terbentuk dalam sel B aktif tidak ikut serta dalam pertempuran tetapi menjadi sel memori yang diam menunggu dan siap melancarkan respon sekunder yang lebih cepat dan lebih kuat seandainya zat asing tersebut kembali ke dalam tubuh.
  • 75. Jenis sel T Sel T sitotoksik (T cytotoxic) atau CD8  Sel yang bertanggung jawab dalam memediasi imunitas dengan cara memasuki jaringan perifer dan langsung menyerang antigen secara fisik maupun kimia Sel T penolong (T helper) atau CD4  Sel yang bertugas menstimulasi respon imun dari sel T dan sel B dengan cara mengeluarkan sitokin . Sel T regulatorik/supresor (T suppressor) atau CD4  Menghambat aktivitas sel T dan sel B serta mengatur respon imun Sel T memory Imunitas Seluler Secara umum, aktivasi sel T terjadi terlebih dahulu, dengan catatan fagosit telah menginformasikan ciri antigen yang menyerang
  • 76. Sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya jika antigen tersebut berada dipermukaan suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu berupa glikoprotein yang terikat dengan membran plasma sel penjamu. Glikoprotein tersebut dikenal dengan istilah molekul MHC (major histocompatibility complex) Pada sel sehat molekul MHC merupakan penanda kepada sistem imun “Jangan ganggu saya karena saya bagian dari anda” sedangkan pada sel pejamu yang telah terinfeksi virus, molekul MHC akan terikat dengan antigen dan mengirimkan sinyal “ Saya, salah satu dari anda, telah diserang, ini ciri-ciri musuh yang terdapat didalam tubuh saya”
  • 77. Sel T hanya akan menjadi aktif jika cocok dengan kombinasi molekul MHC yang dipakai oleh sel pejamu Molekul MHC dibagi menjadi 2 kelas, yaitu : 1. MHC Kelas I yang mengirim sinyal seperti bendera merah “Saya sel yang abnormal, bunuh saya” 2. MHC Kelas II yang mengirim sinyal seperti “Antigen ini berbahaya, segera singkirkan” Pada MHC kelas I, molekul MHC muncul pada sel yang mempunyai inti dan harus direspon oleh sel T sitotoksik, sedangkan MHC kelas II muncul pada sel yang berperan sebagai sel penyaji antigen seperti sel phagosit yaitu makrofag/monosit dan perlu direspon oleh sel T penolong Molekul MHC
  • 78.
  • 79. Sel Tc Sitotoksik atau CD8  Merupakan sel yang bertugas mencari dan menghancurkan sel yang abnormal atau telah terinfeksi.  Sel sitotoksik mempunyai mobilitas tinggi pada daerah yang mengalami perlukaan.  Jika sel sitotoksik menemukan bendera merah (MHC kelas I) maka, akan secara langsung menghancurkan sel sasaran dengan : 1. Merusak plasma membran antigen dengan melepaskan perforin 2. Membunuh sel target dengan mensekresikan racun limfotoxin 3. Mengaktifkan gen pada sel pejamu yang terinfeksi untuk melaksanakan perintah bunuh diri dengan mengeluarkan granzim  Waktu yang diperlukan oleh sel T sitotoksik dari awal pendeteksian antigen hingga tindak lanjut penghancuran sel abnormal adalah waktu 2 hari.  Jika waktu yang diperlukan sel T untuk mencapai konsentrasi yang dibutuhkan untuk membunuh sel abnormal tidak tercapai dalam 2 hari maka, maka luas kerusakan dan infeksi akan menyebar dan sukar untuk diatasi.
  • 80.
  • 81.
  • 82. Sel Th Penolong Selama aktivasi, sel Th terbagi menjadi 2, yaitu 1. Sel Th penolong aktif 2. Sel Th memory yang dorman Aktivasi Sel Th Aktif akan menstimulasi pengeluaran bahan kimia yang dinamakan sitokin yang akan mengkoordinasi respon imun spesifik dan non spesifik. Proses koordinasi tersebut meliputi 4 mekanisme, yaitu : 1. Menstimulasi produksi sel Th memory dan meningkatkan kecepatan pematangan sel Tc sitotoksik 2. Meningkatkan pertahanan non spesifik dengan cara menarik makrofag pada area yang terinfeksi, mencegah penyebaran dan melaksanakan tindakan fagositosis 3. Menarik dan menstimulasi sel NK dan menyiapkan berbagai mekanisme lain untuk menghancurkan sel abnormal dan patogen 4. Meningkatkan aktivitas sel B sehingga memproduksi antibodi.
  • 83. Sel Tc Memori Merupakan sel T sitotoksik berdeferensiasi yang bersifat dorman, dimana pada saat serangan pertama tidak ikut melaksanakan serangan, namun pada saat terjadi serangan kedua, maka sel T memori sitotoksik segera beraksi menjadi sel T sitotoksik aktif.
  • 84. Sel Ts Supressor Bertugas menekan kerja sel T dan sel B. Produksi sel T supressor terjadi setelah Sel T sitotoksik melaksanakan serangan pertahanan awal, sehingga keganasan sel T sitotoksik dapat diatur.

Editor's Notes

  1. Pembagian sistem imun dalam sistem imun nonspesifik dan spesifik hanya dimaksudkan untuk memudahkan pengertian saja. Sebenarnya antara kedua sistem tersebut terjadi kerjasama yang erta, yang satu tidak dipisahkan dari yang lain
  2. Mekanisme respon imun tidak menunjukan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung.
  3. Pertahanan fisikf Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit, dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yan utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lendir saluran napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan resiko infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi di paru bagian atas, membantu kuman obligat aerob seperti tuberkolosis. Pertahanan biokimia Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelejar sebasea dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebasea dan asam lemak yang dilepas dikulit mempunyai efek denaturasi sel bakteri. Lisosim yang disekresikan oleh keringat, ludah, air mata dapat melindungi tubuh terhadap kuman positif karena dapat menghancurkan dinding pepptidoglikan dinding bakteri.
  4. Dalam pertahanan fisiks atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin merupakan gar
  5. Proses fagositosis adalah sebagai berikut: Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel asing ‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit. Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena bakteri/mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat ‘memikat’ sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya. Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Proses ini akan dipemudah apabila mikroorganisme tersebut berlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b di dalam plasma (opsonisasi). Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom. Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini dikenal dengan MHC (major histocompatibility complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik. Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
  6. Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cidera jaringan. Beberapa menit setelah terjadi inflamasi terjadi vasodilatasi yang menghasilkan peningkatan volume darah
  7. Tahapan 3 fase inflamasi Perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi, ada cedera pada bagian tubuh terjadi penyempitan pembuluh darah untuk mengendalikan perdarahan, sehingga terlepaslah histamin yang gunanya untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang cedera. Pada saat yang sama dikelurkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas kapiler yang akan memudahkan masuknya protein, cairan, dan leukosit untuk suplai daerah yang cedera. Setelah cukup aliran darah setempat menurun untuk menjaga leukosit agar tetap di daerah yang cedera. pelepasan eksudat, terjadi setelah leukosit memakan bakteri2 yang ada di daerah cedera, kemudian eksudat dikeluarkan. regenerasi, yaitu fase pemulihan perbaikan jaringan atau pembentukan jaringan baru.
  8. Respon humoral dan seluler terhadap stimulasi antigen mempunyai ciri/sifat yang mendasar (fundamental). 1. Specificity Respon imun adalah spesifik terhadap antigen tertentu. Antibodi atau limfosit dapat mengenal bagian dari protein komplex atau molekul besar lainnya. Bagian molekul yang dikenali antibodi atau limfosit secara spesifik disebut determinan atau epitop. 2. Diversity Tubuh manusia mempunyai sistem imun yang berpotensi mengenal antigen di lingkungan hidupnya. Limfosit yang mempunyai spesifisitas thd antigen di dlm tubuh seluruhnya disebut “lymphocyte repertoire”  diperkirakan dapat mendeferensiasi 109 determinan. Bila suatu limfosit terinduksi antigen  limfosit akan berproliferasi membentuk satu klon spesifik  “clonal selection theory”. 3. Memory Respon imun terhadap antigen akan meningkat efektifitasnya apabila terpapar/bertemu antigen yang sama untuk kedua kali dan seterusnya  disebut “immunological momory” & diperankan oleh “memory cells”. 4. Self limitation Respon imun yang normal akan menurun dan menghilang beberapa waktu setelah stimulasi dihentikan 5. Descrimination of self from nonself Dapat membedakan antigen asing dari komponen sendiri. Limfosit akan bereaksi terhadap stimulasi antigen asing tetapi tidak memberi respon pada molekul & komponen sendiri  toleransi imun (immune tolerance). Kegagalan toleransi imun pada komponen sendiri  kelainan/penyakit autoimun  menimbulkan konsekuensi patologi tertentu.