Organ dan sistem organ bekerja sama untuk tetap mempertahankan tubuh agar tetap hidup dan sehat. Dalam proses yang berat tersebut, sistem imun mempunyai peranan sentral.
2. Hasil Akhir
Pembelajaran
1. Dapat membedakan antara
sistem imun non spesifik dan
spesifik
2. Dapat mengidentifikasi
komponen utama sistem
imun
3. Dapat mengidentifikasi
komponen, mekanisme dan
fungsi dari sistem imun non
spesifik
4. Dapat mengidentifkasi
bentuk, komponen dan
mekanisme dari sistem imun
spesifik
5. Organ dan sistem organ bekerja sama untuk
tetap mempertahankan tubuh agar tetap
hidup dan sehat.
Dalam proses yang berat tersebut,
sistem imun mempunyai
peranan sentral
6. Sistem Imun merupakan suatu
organisasi jaringan dimana sel, jaringan, dan organ
bekerja bersama-sama untuk mempertahankan
tubuh terhadap serangan zat asing.
Zat asing tersebut dapat berupa mikroba kecil yang
dapat menginfeksi tubuh.
Mikroba tersebut dapat berupa bakteri, virus,
parasit, maupun jamur yang kerap disebut dengan
patogen.
7. Sistem Imun mempunyai
peranan kunci dalam
mekanisme :
1. Mempertahankan tubuh dari
patogen invasif
2. Menyingkirkan sel yang ‘aus’ dan
jaringan yang rusak oleh trauma atau
penyakit
3. Mengenali dan menghancurkan sel
abnormal
4. Bertanggung jawab dalam proses
alergi dan penyakit autoimun.
8. Hasil kerja dari sistem imun menghasilkan suatu Kemampuan tubuh untuk
menahan atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang
berpotensi merugikan yang disebut
Imunitas
9. Sistem imun utama yang bertanggung
jawab pada mekanisme respon imun
adalah Sistem Limfoid
Fungsi utama dari sistem limfoid
1. menghasilkan sel limfosit yang
bertugas memerangi patogen dan
sel abnormal
2. mendistribusikannya dalam
bentuk cairan getah bening.
10. Sistem Limfoid tersusun atas
organ-organ limfatik yang terdiri
dari :
Organ Limfatik Primer
a. Sumsum tulang, menghasilkan limfosit
b. Timus, tempat pematangan limfosit dari
sum-sum tulang menjadi limfosit T
Organ Limfatik sekunder
a. Pembuluh darah limfatik, berfungsi
membawa cairan jaringan menuju
limfa
b. Nodus Limfa, titik disepanjang
pembuluh darah yang memiliki ruang
(sinus) yang mengandung limfosit dan
makrofag. Nodus limfa berfungsi
sebagai penyaring mikroorganisme
c. Limfa/spleen, fungsinya membuang
antigen dalam darah dan
menghancurkan eritrosit yang sudah
tua
d. Tonsil, fungsinya memerangi infeksi
pada saluran pernapasan bagian atas
dan faring
11. Lapisan I
Lapisan II
Lapisan III
• Kulit
• Mukosa Membran
• Bakteri alami
apatogen
• Sel Fagosit
• Inflamasi
• Protein Anti Mikroba
• Sel Natural Killer
• Kekebalan Humoral
• Kekebalan
diperantarai Sel
LAPISAN PERTAHANAN TUBUH :
12. Asal
Imunitas
1. Kekebalan Bawaan (Innate Immunity)
Kekebalan yang diturunkan dan diperoleh sejak lahir
yang memiliki respon imun non spesifik dalam waktu
yang cepat
2. Kekebalan Adaptif (Acquired Immunity)
Kekebalan tubuh yang didapatkan dari
pengenalan tubuh terhadap antigen dengan jenis
respon imun spesifik yang timbul dalam waktu
lambat
14. Sistem imun yang bertanggung jawab
pada mekanisme respon imun spesifik
adalah Sistem Limfatik
Spesifik
Menyerang benda asing tertentu
yang sebelumnya tubuh pernah
menyerang tubuh dan dapat
mengenali kembali jika sewaktu-waktu
diserang kembali
Respon Imun
15.
16. Sistem Imum Bawaan
(Innate Immunity)
Mempunyai beberapa
komponen kekebalan yang
diturunkan, yaitu :
1. Barier Fisik/Biokimia
2. Fagosit
3. Respon Inflamasi
4. Mekanisme Demam
5. Natural Killer
6. Interferon
7. Protein anti mikroba (sistem
komplemen)
17. Permukaan tubuh yang
terpajan lingkungan luar
• Penutup luar yaitu kulit
• Lapisan dalam rongga-rongga
internal yang berhubungan
dengan lingkungan eksternal
Berfungsi sebagai tidak hanya
sebagai penghalang mekanis
untuk mencegah masuknya
patogen tetapi juga berperan aktif
dalam menolak masuknya bakteri
dan bahan lan yang tidak
diperlukan
18. Sel-sel Khusus di
Epidermis Menghasilkan
Melanosit, Keratinosit,
Sel Lagerhans dan Sel Granstein
yang ikut serta dalam mekanisme
pertahanan tubuh
Melanosit, menghasilkan suatu pigmen, melanin yang melindungi kulit dengan
menyerap radiasi UV yang berbahaya
Keratinosit, penghasil keratin kuat yang membentuk lapisan protektif luar kulit
yang menghambat bakteri dan mengeluarkan interleukin 1, yang meningkatkan
pematangan sel T pascatimus d kulit
Sel Langerhans, berfungsi dalam imunitas spesifik dengan menyajikan antigen
kepada sel T helper
Sel Granstein, menekan respon imun yang diaktifkan oleh kulit
20. Pertahanan Biologis
(bakteri alami)
Terdapat beberapa jenis bakteri yang
merupakan flora alami tubuh.
Bakteri alami tersebut berkompetisi
dengan bakteri pathogen dalam
mendapatkan nutrisi sehingga
menghambat perkembangan bakteri
patogen yang masuk kedalam tubuh
Lactobacillus brevis sebagai flora alami
saluran pencernaan
21. Fagosit
adalah sel darah putih yang
melindungi tubuh dengan menelan
partikel asing berbahaya, bakteri,
dan sel-sel mati atau sekarat. Proses
memakan partikel ini disebut
“fagositosis”
22. Leukosit (Sel Darah Putih) merupakan salah satu jenis sel darah
yang bertanggung jawab melaksanakan beragam strategi pertahanan imun.
28. Sel fagosit dibagi menjadi
dua macam kelas, yaitu
1. Mikrofag
2. Makrofag
29. Mikrofag
Mikrofag terdiri dari neutrofil dan
eosinofil yang secara normal
berada dalam sirkulasi darah.
Keduanya akan meninggalkan
aliran darah dan menuju jaringan
perifer jika terjadi perlukaan atau
infeksi.
Neutrofil
Berlimpah
Mempunyai mobilitas tinggi
Cepat menfagositosis debris
dan patogen
Eosinofil
Jumlah lebih sedikit
dibandingkan neutrofil
Menfagositosis target sel asing
atau patogen yang telah
dibungkus oleh antibodi
30. Makrofag
Makrofag merupakan sel
fagosit yang berukuran
besar dan bersifat aktif.
Makrofag yang dominan
didalam tubuh adalah
monosit yang berada
di sistem sirkulasi darah.
Cara kerja makrofag terbagi
menjadi 3, yaitu:
Merusak dan Menelan zat asing atau patogen
dengan bantuan enzim lisosom
Mengikat atau menyingkirkan patogen dari
cairan interstitial tapi tidak dapat
menghancurkan patogen tanpa bantuan sel
lain
Menghancurkan patogen dengan cara
mengeluarkan zat toksik kimia ke dalam
cairan interstitial seperti tumor necrosis factor,
nitric oxide atau hidrogen peroxida
31.
32. Berdasarkan keberadaannya di dalam jaringan,
makrofag dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Fixed Macrophage
Merupakan makrofag yang bekerja pada organ dan jaringan yang spesifik.
Fixed macrophage tersebar pada jaringan ikat dan biasa terdapat pada serat kolagen dan
retikuler. Pada beberapa organ, makrofag mempunyai nama khusus seperti mikroglia pada
SSP dan Sel Kupffer yang berada disekitar liver.
Free Macrophage
Makrofag yang bertugas melaksanakan patroli diseluruh tubuh dan segera berpindah
menuju tempat perlukaan melalui pasokan makrofag yang berada di jaringan terdekat dan
sirkulasi darah.
33. Proses
Fagositosis
Pengenalan (recognition)
proses dimana mikroorganisme/partikel asing
‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit.
Pergerakan (chemotaxis)
setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali,
maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel
tersebut
Perlekatan (adhesion)
sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel
tersebut akan melekat dengan reseptor pada
membran sel fagosit.
Penelanan (ingestion)
ketika partikel asing telah berikatan dengan
reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika
membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi
seluruh permukaan partikel asing dan menelannya
‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma.
Pencernaan (digestion)
fagosom yang berisi partikel asing di dalam
sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang
kedatangan lisosom.
Pengeluaran (releasing)
produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.
34.
35.
36.
37.
38. Respon Inflamasi atau Peradangan
Respon nonspesifik terhadap invasi asing, cidera jaringan atau keduanya
dimana spesialis fagositik –neutrofil dan makrofag – berperan besar.
Tujuan dari proses Inflamasi atau peradangan:
1. Mengisolasi, menghancurkan atau menginaktifkan penyerang
2. Membersihkan debris
3. Mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan
39.
40. Rangkaian Proses Peradangan
1. Bakteri masuk melalui kerusakan disawar eksternal kulit, maka
makrofag yang sudah ada di daerah tersebut dengan cepat
menfagosit mikroba asing tersebut
2. Hampir segera setelah invasi didaerah yang bersangkutan kapiler
darah melebar untuk meningkatkan aliran darah ke tempat cedera
yang dipicu oleh adanya histamin yang dilepaskan oleh sel mast
3. Meningkatnya penyaluran darah lokal membawa lebih banyak
leukosit fagositik dan protein plasma yang penting bagi respon
pertahanan
4. Pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga protein plasma yang biasa dihambat untuk keluar dari
kapiler darah dapat masuk ke jaringan yang meradang
5. Akumulasi protein plasma yang bocor dicairan instestitium
mengakibatkan pergesaran keseimbangan cairan yang
mengakibatkan edema lokal
6. Meningkatnya aliran darah arteri hangat mengakibatkan
kemerahan dan panas
7. Peregangan lokal didalam jaringan yang membengkak dan efek
langsung oleh bahan yang diproduksi sel mast berupa prostaglandin
mengakibatkan rasa nyeri.
41. Pembentengan daerah yang
meradang
Protein-protein plasma yang bocor dan paling penting bagi respon
imun:
a. Protein sistem komplemen
b. Faktor pembekuan (Fibrin)
Fibrin membentuk bekuan cairan interstitium diruang-ruang
sekitar bakteri penginvasi dan sel yang rusak yang bertujuan
untuk menghambat penyebaran bakteri dan produk toksiknya
c. Anti pembekuan (Heparin)
Heparin yang stimulasinya dikeluarkan oleh sel mast digunakan
untuk menghambat proses pembekuan darah oleh fibrin
sehingga wilayah kapiler darah yang terluka sehingga aliran
prtein plasma dan sejumlah fagosit tetap lancar
42. Emigrasi leukosit
Dalam satu jam setelah cedera, daerah yang bersangkutan telah
dipenuhi oleh leukosit yang telah meninggalkan pembuluh darah.
Neutrofil sampai pertama kali
8-12 jam berikutnya diikuti oleh monosit yang bergerak lambat
yang kemudian membesar dan matang menjadi makrofag di
jaringan.
43. Tahap-tahap migrasi Leukosit
1. Leukosit darah, neutrofil dan monosit, melekat dalam endotel kapiler
dijaringan yang terkena, proses tersebut dinamakan marginasi.
Selektin, sejenis molekul perekat sel (cell adhesion molekul; CAM) yang menonjol
dari lapisan endotel dalam menyebabkan leukosit yang lewat pembuluh darah
melambat dan bergulir disepanjang pembuluh darah
Perlambatan ini memungkinkan leukosit memeriksa faktor-faktor pengaktifan
sebagai sinyal SOS dalam bentuk CAM jenis lain, yaitu integrin
2. Leukosit yang melekat tersebut segera meninggalkan pembuluh darah
melalui mekanisme yang disebut sebagai diapedesis
Leukosit melakukan gerakan mirip amoeba
3. Kemotaksis menuntun migrasi sel fagositik ke arah tertentu; yaitu sel-sel
tertarik ke mediator-mediator kimiawai tertentu yang dikenal sebagai
kemotaksin atau kemokin yang dibebaskan ditempat jaringan.
Pengikatan kemotaksin pada membran sel fagositik meningkatkan masuknya
ion Ca kedalam sel.
Ion Ca mengaktifkan perangkat kontraktil sel sehingga menghasilkan
pergerakan mirip amoeba
Pergerakan fagositik mengikuti gradien konsentrasi kemotaksin yang semakin
lama meningkat mendekati tepat cidera.
44.
45. Menandai bakteri
dengan opsonin
untuk dihancurkan
Salah satu cara fagosit
membedakan antara sel normal
dan sel asing :
1. Fagositik mengenali komponen
standar dinding sel bakteri yang
berbeda dari sel manusia
2. Partikel asing secara sengaja
ditandai dengan mediator
kimiawi yang dihasilkan oleh
sistem imun sehingga bakteri
lebih rentan terhadap proses
fagositosis
Bahan kimia tersebut
dikenal sebagai opsonin
Opsonin utama adalah
antibodi dan salah satu
protein aktif pada sistem
komplemen
46. BAHAN KIMIA YANG DIKELUARKAN OLEH FAGOSIT UNTUK
MEMERANTARAI RESPON PERADANGAN
1. Makrofag mengeluarkan Nitrit Oksida (NO) merupakan bahan kimia yang toksik
bagi mikroba
2. Neutrofil mengeluarkkan laktoferin yang berikatan erat dengan besi sehingga
perkembangbiakan bakteri terganggu karena besi yang ada tidak dapat digunakan.
3. Sel mast mengeluarkan histamin yang memicu vasodilatasi lokal
4. Mediator fagosit memicu sistem pembekuan darah dan antipembekuan darah
untuk proses pengisolasian
5. Neutrofil mengeluarkan bahan kimia kalikrein yang mengubah protein plasma
spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin aktif. Kinin aktif mengaktifkan
reseptor nyeri sekitar dan menjadi kemotaksin kuat sehingga menarik lebih banyak
neutrofil ketempat pertempuran.
6. Pengeluaran pirogen endogen (PE) terjadi apabila organisme penginvasi telah
menyebar ke dalam darah yang menyebabkan pengeluaran prostaglandin yang
berfungsi untuk menyalakan termostat hipotalamus.
7. Mediator Endogen Leukosit (MEL) yang berfungsi menurunkan konsentrasi besi
plasma dengan mengubah metabolisme besi di dalam hati, limpa dan jaringan lain
8. Protein fase aktif berupa protein C- aktif, sebagai penanda peradangan dalam
darah
9. Interleukin-1 (IL-1) yang dikeluarkan oleh makrofag yang bertugas meningkatkan
proliferasi dan deferensiasi limfosit T dan B
47. Perbaikan jaringan
Pada sebagian jaringan seperti kulit, tulang dan hati, sel-sel spesifik
organ yang sehat mengelilingi daerah cedera mengalami pembelahan
untuk mengganti sel yang hilang dan sering menghasilkan
penyembuhan yang sempura.
Pada jaringan yang nondegeneratif misalnya sel saraf dan otot, sel yang
hilang diganti dengan jaringan parut.
Fibroblast, sejenis sel jaringan ikat, membelah diri dengan cepat di sekitar
tempat peradangan dan mengeluarkan protein kolagen untuk mengisi
bagian yang kosong bekas sel mati yang menyebabkan terbentuknya
jaringan parut.
Pada jaringan kulit dapat terbentuk jaringan parut jika struktur kompleks
dibawahnya seperti kelenjar keringat dan dan folikel rambut rusak
permanen oleh luka yang dalam.
48.
49. Sistem imun secara otomatis akan
mengabaikan sel tubuh yang normal
kecuali sel tersebut berubah menjadi
abnormal.
Sel Natural Killer (NK)
bertanggung jawab dalam mengenali
dan menghancurkan sel abnormal yang
berada di jaringan perifer
50. Membran plasma sel abnormal secara
umum mengandung antigen yang tidak
ditemukan pada plasma membran sel
normal.
Sel NK mengenali sel abnormal dengan
cara mendeteksi keberadaan
antigen tersebut, namun sel NK
tidak selektif dibandingkan limfosit
sehingga dapat menyerang berbagai
macam antigen sel abnormal yang muncul
di plasma membran.
51. Aktivitas sel NK mempunyai beberapa
langkah, meliputi :
1. Sel NK mengenali sel abnormal yang ditandai dengan adanya
protein yang berbeda atau komponen dari sel normal. Sel NK
kemudian menempel pada sel target.
2. Badan golgi dari sel NK mengarah pada sel target yang
kemudian mensekresikan vesikel yang berisi protein perforin.
3. Melalui proses eksitosis, perforin dikeluarkan dari dalam sel
dan berdifusi diantara pada ruang sempit antara sel NK dan sel
target
4. Perforin kemudian melisiskan sel target dengan cara
membuat lubang atau pori pada membran plasma
53. Mengapa Perforin dapat melisiskan
sel target namun tidak dapat
melisiskan Sel Natural Killer ?
Sel NK mempunyai protein lain yang disebut “protectin” yang
bertanggung jawab mengikat dan mengaktivasi perforin
54. Interferon
Adalah protein yang berukuran kecil yang diaktifkan oleh limfosit, makrofag dan
jaringan yang terkena infeksi virus. Interferon secara singkat menghasilkan resistensi
non spesifik terhadap infeksi virus dengan cara mengganggu replikasi virus.
Interferon juga memiliki efek antikanker selain antivirus. Interferon sendiri,
menghambat pembelahan sel dan menekan pertumbuhan tumor.
55.
56. Tiga tipe Interferon
1. Alfa Interferon
Diproduksi oleh berbagai tipe leukosit
Bertugas menarik dan menstimulasi sel NK
2. Beta Interferon
Disekresikan oleh sel fibrosit pada proses inflamasi yang berlangsung
lambat pada area yang mengalami kerusakan
Sebagian besar sel selain limfosit dan makrofag merespon terhadap
serangan infeksi virus dengan cara mensekresikan beta interferon
3. Gamma Interferon
Disekresikan oleh Sel T dan sel NK
Menstimulasi aktivitas makrofag
57. Sistem Komplemen
Sistem komplemen adalah salah satu sistem pertahanan tubuh yang
terdiri dari protein yg di produksi dalam hati dan berada dalam
peredaran darah serum
Sistem ini diaktifkan oleh:
1. paparan rantai karbohidrat yg ada pd permukaan mikroorganisme
yg tdk ada pd sel manusia
2. paparan antibodi yang diproduksi spesifik untuk zat asing tertentu
oleh sistem imun adaptif
Bekerja sbg ‘komplemen’ dari kerja antibodi
58. Aktivasi dari
komplemen
menghasilkan efek :
1. Berikatan dg basofil & sel mast &
menginduksi pelepasan histamin
dan kinin yang menghasilkan
reaksi inflamasi
2. Berperan sbg faktor kemotaksis
yang meningkatkan fagositosis
3. Berikatan dg permukaan bakteri
& bekerja sbg opsonin (opsonisasi)
sehingga meningkatkan proses
fagositosis
4. Menempel pada membran &
membentuk struktur berbentuk
tabung yg melubangi membran
sel & menyebabkan lisis sel.
60. Membran Attack
Complex (MAC) sistem
Komplemen
Protein-protein komplemen (C5, C6, C7, C8 dan
sejumlah C9) yang telah diaktifkan menyatu
untuk membentuk saluran mirip pori
dimembran plasma sel sasaran. Kebocoran
yang terjadi kemudian menghancurkan sel.
61. Kekebalan
Adaptif
(Acquired Immunity)
Kekebalan adaptif hanya dapat terbentuk jika telah terpapar oleh antigen dan dapat
bersifat aktif maupun pasif bergantung pada cara memperoleh kekebalan tersebut.
Kekebalan aktif berkembang setelah terpapar oleh antigen yang pada akhirnya menghasilkan
respon imun.
Kekebalan aktif yang berkembang secara natural (cth : kekebalan yang berkembang
setelah pajanan infeksi di lingkungan)
Kekebalan aktif yang berkembang karena diinduksi oleh antigen yang telah diolah
sedemikian rupa (cth: vaksin)
Kekebalan pasif didapatkan karena mendapatkan pasokan antibodi dari luar.
Kekebalan pasif yang berkembang secara natural (cth: transfer dari asi dan plasenta ibu
kepada bayi)
Kekebalan pasif yang berkembang karena mendapatkan antibodi dari luar untuk
menghadapi infeksi (cth: antibodi yang diberikan dari luar seperti antibodi melawan virus
rabies).
62. Kekebalan Adaptif
(Acquired Immunity)
Merupakan respon pertahanan tubuh yang bekerja
secara spesifik pada zat asing tertentu yang
sebelumnya telah menginfeksi tubuh sehingga tubuh
telah bersiap terhadap serangan berikutnya.
Terdapat dua jenis kelas respon imun adaptif, yaitu:
1. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas
seluler yang melibatkan pembentukan limfosit T
aktif.
2. Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau
imunitas humoral yang melibatkan pembentukan
antibodi oleh turunan limfosit B
63. Ciri mendasar dari respon humoral dan seluler
terhadap stimulasi antigen:
1. Specificity
Respon imun adalah spesifik terhadap antigen tertentu
2. Diversity
Limfosit akan berproliferasi membentuk satu klon spesifik
3. Memory
Meningkat efektifitasnya apabila terpapar/bertemu antigen
yang sama untuk kedua kali dan seterusnya
4. Self limitation
Respon imun yang normal akan menurun dan menghilang
beberapa waktu setelah stimulasi dihentikan
5. Descrimination of self from nonself
Dapat membedakan antigen asing dari komponen sendiri.
64. Sel B bertugas untuk melindungi
tubuh dari benda asing di CES
sel B dapat menyerang antigen
dari jarak jauh
Sel B langsung mengenali antigen
tanpa bantuan protein penanda.
,Imunitas Humoral
Imunitas Seluler
Sel T menghadapi benda asing
yang bersembunyi di dalam sel
yang tidak dapat dicapai oleh
antibodi atau sistem komplemen
Sel T harus melakukan kontak
langsung dengan sel sasaran dan
mengeluarkan bahan-bahan
kimia yang menghancurkan sel
sasaran
Sel T memerlukan sinyal dari
protein penanda dari sel pejamu
yang mengikat antigen
65. Reseptor Antigen
Setiap sel limfosit T dan B memiliki reseptor dipermukaan untuk mengikat satu
jenis antigen tertentu. Reseptor ini merupakan “mata bagi sistem imun adaptif”.
Sebelum berikatan dengan reseptor sel limfosit, antigen terlebih dahulu harus
diperkenalkan oleh sel penyaji antigen.
66. Antigen merangsang sel B
untuk berubah menjadi sel plasma
yang bersifat aktif menghasilkan
antibodi dan sel memori yang
bersifat dorman yang pada suatu saat
siap memberi perlindungan terhadap
kekambuhan infeksi yang pernah dialami
sebelumnya
Sel Limfosit B
67.
68. Pada saat berdiferensiasi menjadi sel plasma,
RE Kasar pada Sel B akan meningkatkan
produksi protein khusus yang disebut antibodi.
Antibodi tersebut kemudian disekresikan
kedalam darah atau limfa bergantung lokasi
sel plasma.
Overproduksi antibodi pada sel plasma akan
menyebabkan sel plasma mati dan lisis.
Nama lain dari antibodi adalah
imunoglobulin
69.
70.
71. Proses penghambatan antigen dimulai dengan
pembentukan komplek antigen antibodi.
Berdasarkan kemampuan antigen dalam menstimulus respon imun spesifik, antigen dibagi
menjadi dua jenis :
1. Complete Antigen
Mempunyai kemampuan imunogenitas dan imunoreaktivitas
2. Incomplete Antigen/Hapten
Hanya mempunyai kemampuan imunoreaktivitas
Untuk dapat menghasilkan kemampuan imunogenitas harus berikan dengan
molekul pembawa
72. Imunoglobulin
tidak secara langsung
menghancurkan zat asing.
Antibodi melaksanakan
fungsi protektifnya
dengan cara
menghambat antigen
atau memperkuat respon
imun bawaan
Menghambat antigen :
Netralisasi antibodi berikatan dengan
antigen (cth : toksin) sehingga antigen
tidak dapat berikatan dengan sel yang
rentan
Aglutinasi beberapa molekul antibodi
mengikatsilang banyak molekul antigen
menjadi satu rantai membentuk
gumpalan.
Memperkuat Respon Imun bawaan :
Mengaktifkan sistem komplemen,
sehingga dapat mengaktifkan respon
inflamasi, opsonization atau membran
attack complex
Meningkatkakn fagositosis dengan IgG
bekerja sebagai opsonin
Merangsang sel pemusnah (killer cell)
serupa dengan NK sel tetapi dengan
syarat sel sasaran harus dilapisi dengan
antibodi
73.
74. Sel B Memory
Sebagian dari limfosit yang baru terbentuk dalam sel B aktif tidak ikut serta
dalam pertempuran tetapi menjadi sel memori yang diam menunggu dan siap
melancarkan respon sekunder yang lebih cepat dan lebih kuat seandainya zat
asing tersebut kembali ke dalam tubuh.
75. Jenis sel T
Sel T sitotoksik (T cytotoxic) atau CD8
Sel yang bertanggung jawab dalam memediasi imunitas dengan cara
memasuki jaringan perifer dan langsung menyerang antigen secara
fisik maupun kimia
Sel T penolong (T helper) atau CD4
Sel yang bertugas menstimulasi respon imun dari sel T dan sel B
dengan cara mengeluarkan sitokin .
Sel T regulatorik/supresor (T suppressor) atau CD4
Menghambat aktivitas sel T dan sel B serta mengatur respon imun
Sel T memory
Imunitas Seluler
Secara umum, aktivasi sel T terjadi terlebih
dahulu, dengan catatan fagosit telah
menginformasikan ciri antigen yang
menyerang
76. Sel T diaktifkan oleh antigen
asing hanya jika antigen
tersebut berada dipermukaan
suatu sel yang juga membawa
penanda identitas individu
berupa glikoprotein yang
terikat dengan membran
plasma sel penjamu.
Glikoprotein tersebut dikenal
dengan istilah molekul MHC
(major histocompatibility
complex)
Pada sel sehat molekul MHC merupakan
penanda kepada sistem imun “Jangan
ganggu saya karena saya bagian
dari anda”
sedangkan pada sel pejamu yang telah
terinfeksi virus, molekul MHC akan terikat
dengan antigen dan mengirimkan sinyal
“ Saya, salah satu dari anda, telah
diserang, ini ciri-ciri musuh yang
terdapat didalam tubuh saya”
77. Sel T hanya akan menjadi aktif jika cocok dengan kombinasi molekul MHC yang
dipakai oleh sel pejamu
Molekul MHC dibagi menjadi 2 kelas, yaitu :
1. MHC Kelas I yang mengirim sinyal seperti bendera merah “Saya sel yang
abnormal, bunuh saya”
2. MHC Kelas II yang mengirim sinyal seperti “Antigen ini berbahaya, segera
singkirkan”
Pada MHC kelas I, molekul MHC muncul pada sel yang mempunyai inti dan harus
direspon oleh sel T sitotoksik, sedangkan MHC kelas II muncul pada sel yang
berperan sebagai sel penyaji antigen seperti sel phagosit yaitu makrofag/monosit
dan perlu direspon oleh sel T penolong
Molekul MHC
78.
79. Sel Tc Sitotoksik atau CD8
Merupakan sel yang bertugas mencari dan menghancurkan sel yang
abnormal atau telah terinfeksi.
Sel sitotoksik mempunyai mobilitas tinggi pada daerah yang
mengalami perlukaan.
Jika sel sitotoksik menemukan bendera merah (MHC kelas I) maka, akan
secara langsung menghancurkan sel sasaran dengan :
1. Merusak plasma membran antigen dengan melepaskan perforin
2. Membunuh sel target dengan mensekresikan racun limfotoxin
3. Mengaktifkan gen pada sel pejamu yang terinfeksi untuk
melaksanakan perintah bunuh diri dengan mengeluarkan granzim
Waktu yang diperlukan oleh sel T sitotoksik dari awal pendeteksian
antigen hingga tindak lanjut penghancuran sel abnormal adalah waktu
2 hari.
Jika waktu yang diperlukan sel T untuk mencapai konsentrasi yang
dibutuhkan untuk membunuh sel abnormal tidak tercapai dalam 2 hari
maka, maka luas kerusakan dan infeksi akan menyebar dan sukar
untuk diatasi.
80.
81.
82. Sel Th Penolong
Selama aktivasi, sel Th terbagi menjadi 2, yaitu
1. Sel Th penolong aktif
2. Sel Th memory yang dorman
Aktivasi Sel Th Aktif akan menstimulasi pengeluaran bahan kimia yang
dinamakan sitokin yang akan mengkoordinasi respon imun spesifik dan non
spesifik.
Proses koordinasi tersebut meliputi 4 mekanisme, yaitu :
1. Menstimulasi produksi sel Th memory dan meningkatkan kecepatan
pematangan sel Tc sitotoksik
2. Meningkatkan pertahanan non spesifik dengan cara menarik makrofag pada
area yang terinfeksi, mencegah penyebaran dan melaksanakan tindakan
fagositosis
3. Menarik dan menstimulasi sel NK dan menyiapkan berbagai mekanisme lain
untuk menghancurkan sel abnormal dan patogen
4. Meningkatkan aktivitas sel B sehingga memproduksi antibodi.
83. Sel Tc Memori
Merupakan sel T sitotoksik berdeferensiasi yang bersifat dorman,
dimana pada saat serangan pertama tidak ikut melaksanakan
serangan, namun pada saat terjadi serangan kedua, maka sel T memori
sitotoksik segera beraksi menjadi sel T sitotoksik aktif.
84. Sel Ts Supressor
Bertugas menekan kerja sel T dan sel B. Produksi sel T supressor terjadi
setelah Sel T sitotoksik melaksanakan serangan pertahanan awal,
sehingga keganasan sel T sitotoksik dapat diatur.
Editor's Notes
Pembagian sistem imun dalam sistem imun nonspesifik dan spesifik hanya dimaksudkan untuk memudahkan pengertian saja. Sebenarnya antara kedua sistem tersebut terjadi kerjasama yang erta, yang satu tidak dipisahkan dari yang lain
Mekanisme respon imun tidak menunjukan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung.
Pertahanan fisikf
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit, dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yan utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba.
Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lendir saluran napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan resiko infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi di paru bagian atas, membantu kuman obligat aerob seperti tuberkolosis.
Pertahanan biokimia
Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelejar sebasea dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebasea dan asam lemak yang dilepas dikulit mempunyai efek denaturasi sel bakteri. Lisosim yang disekresikan oleh keringat, ludah, air mata dapat melindungi tubuh terhadap kuman positif karena dapat menghancurkan dinding pepptidoglikan dinding bakteri.
Dalam pertahanan fisiks atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin merupakan gar
Proses fagositosis adalah sebagai berikut:
Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel asing ‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit.
Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena bakteri/mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat ‘memikat’ sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya.
Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Proses ini akan dipemudah apabila mikroorganisme tersebut berlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b di dalam plasma (opsonisasi).
Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.
Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini dikenal dengan MHC (major histocompatibility complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik.
Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cidera jaringan. Beberapa menit setelah terjadi inflamasi terjadi vasodilatasi yang menghasilkan peningkatan volume darah
Tahapan 3 fase inflamasi
Perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi, ada cedera pada bagian tubuh terjadi penyempitan pembuluh darah untuk mengendalikan perdarahan, sehingga terlepaslah histamin yang gunanya untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang cedera. Pada saat yang sama dikelurkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas kapiler yang akan memudahkan masuknya protein, cairan, dan leukosit untuk suplai daerah yang cedera. Setelah cukup aliran darah setempat menurun untuk menjaga leukosit agar tetap di daerah yang cedera.
pelepasan eksudat, terjadi setelah leukosit memakan bakteri2 yang ada di daerah cedera, kemudian eksudat dikeluarkan.
regenerasi, yaitu fase pemulihan perbaikan jaringan atau pembentukan jaringan baru.
Respon humoral dan seluler terhadap stimulasi antigen mempunyai ciri/sifat yang mendasar (fundamental).1. SpecificityRespon imun adalah spesifik terhadap antigen tertentu. Antibodi atau limfosit dapat mengenal bagian dari protein komplex atau molekul besar lainnya. Bagian molekul yang dikenali antibodi atau limfosit secara spesifik disebut determinan atau epitop.2. DiversityTubuh manusia mempunyai sistem imun yang berpotensi mengenal antigen di lingkungan hidupnya.Limfosit yang mempunyai spesifisitas thd antigen di dlm tubuh seluruhnya disebut “lymphocyte repertoire” diperkirakan dapat mendeferensiasi 109 determinan.
Bila suatu limfosit terinduksi antigen limfosit akan berproliferasi membentuk satu klon spesifik “clonal selection theory”.3. MemoryRespon imun terhadap antigen akan meningkat efektifitasnya apabila terpapar/bertemu antigen yang sama untuk kedua kali dan seterusnya disebut “immunological momory” & diperankan oleh “memory cells”.4. Self limitationRespon imun yang normal akan menurun dan menghilang beberapa waktu setelah stimulasi dihentikan
5. Descrimination of self from nonselfDapat membedakan antigen asing dari komponen sendiri. Limfosit akan bereaksi terhadap stimulasi antigen asing tetapi tidak memberi respon pada molekul & komponen sendiri toleransi imun (immune tolerance).Kegagalan toleransi imun pada komponen sendiri kelainan/penyakit autoimun menimbulkan konsekuensi patologi tertentu.