Modul pembelajaran terdiri dari petunjuk umum dan kegiatan belajar yang terdiri dari 4 topik utama yaitu presipitasi, transpirasi, kondensasi dan siklus air laut. Setiap topik berisi tujuan pembelajaran, uraian materi, latihan soal dan tes formatif."
1. PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN
.
Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri
dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri
dari : kegiatan belajar 1-4, topic, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus
pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan
tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis
kompetensi dan sub kompetensi, diuraukan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan
yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua kegiatan
dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat mengerjakan tes
formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti urutan kegiatan yang
harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan mahasiswa, pekerjaan
diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban. Jika memenuhi syarat maka
mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka mahasiswa
mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai.
2. KEGIATAN BELAJAR
ةٍ أوٍَة بَْورٍَة بِر ةٍ أ نَّةجٍَة لِر ثٍَةمٍَة كٍَة مَْو هِر سِر فُسأفنٍَة نَْو مِّ اً بتيتِرثَْوتٍَةوٍَة للِّ ا تِر ضاٍَة رَْو مٍَة غاءٍَة تِربَْوا مُسهُس لٍَةاوٍَة مَْو أٍَة نٍَة قوُسفِرينُس نٍَة ذيِرلَّةا لُس ثٍَةمٍَة وٍَة
﴿ رٌ صتيِر بٍَة نٍَة لوُسمٍَة عَْو تٍَة ماٍَة بِر للُّه واٍَة لٌّ طٍَة فٍَة لٌ بِرواٍَة هاٍَة بَْوصِر يُس مَْو لَّة إنِرفٍَة نِر تيْفَوٍَةعَْو ضِر هاٍَة لٍَةكُس أُس تَْو تٍَةفتآٍَة لٌ بِرواٍَة هاٍَة بٍَةصاٍَة أٍَة
٢٦٥﴾
265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat
مَْو كُس يياٍَةطاٍَة خٍَة مَْو كيُس لٍَة رَْو فيِرغَْو فنَّة ةٌ طيَّة حِر اَْووليُسقوُسوٍَة اً جًادَّة سيُس بٍَة بياٍَةلَْوا اَْووليُسخُس دَْو واٍَة اً غًادٍَة رٍَة مَْو تُسئَْوشِر ثُس تيْحَوٍَة هاٍَة نَْومِر اَْوولُسكُس فٍَة ةٍَة يٍَةرَْو قٍَةلَْوا هِرذِرهيٍَة اَْوولُسخُس دَْو ا ناٍَةلَْوقُس ذَْو إِروٍَة
﴿ نٍَة نتيِرسِر حَْو مُس لَْوا ًادُسزيِر نٍَةسٍَة وٍَة٥٨ ﴾
058. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul
Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang
kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah:
"Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan
kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat
baik".
3. Kegiatan Belajar 4
PRESIPITASI
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya
presipitasi.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian presipitasi
b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses terjadinya presipitasi
c. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antara presipitasi orografis, frontal dan
konvektif
d. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk presipitasi
e. Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengukur presipitasi.
BAB IV
PRESIPITASI
4. PENDAHULUAN
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosfer ke permukaan
bumi. Presipitasi bagaimanapun terjadinya biasanya dinyatakan sebagai kedalaman
(jenuh cairan ) yang berakumulasi di atas permukaan bumi bila seandainya tidak
kehilangan. Semua air yang bergerak di dalam bagian lahan dari daur hidrologi
secara langsung atau tidak langsung berasal dari presipitasi dan sumber semua
presipitasi adalah laut. Udara yang diserap oleh air membawa air yang diuapkan
dari samudera dan bergerak hingga air tersebut mengalami kondensasi/mendingin
sampai di bawah titik embun dan mempresipitasikan uap air sebagai hujan atau
bentuk presipitasi lainnya.
Transpirasi
Kondensasi
evaporasi
Gambar 1. siklus hidrologi laut
TIPE–TIPE PRESIPITASI .
Tipe presipitasi dibagi atas dua macam yaitu :
a. Genesis ( asal mulanya )
5. b. Bentuk presipitasi
a) Klasifikasi genetik
Kalasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar terjadi presipitasi
ada tiga faktor utama yang penting yaitu:
1. Suatu tubuh udara yang lembab
2. Adanya inti kondensasi (partikel debu, kristal garam, dll)
3. Sarana untuk menaikkan udara yang lembab
Faktor inilah yang mempengaruhi timbulnya kondensasi yang berlangsung
akibat adanya udara yang mendingin. Pengangkatan ke atmosfer dapat berlangsung
dengan cara-cara pendinginan sebagai berikut:
1. Sinklonik
2. Orografi
3. Konvektif
Pendinginan sinklonik terjadi dalam dua bentuk yaitu pendinginan sinklonik
non frontal dan pendinginan sinklonik frontal. Pendinginan sinklonik frontal terjadi
bila udara bergerak di kawasan sekitarnya ke kawasan yang rendah tekanannya.
Dalam pekerjaan itu udara tersebut memindahkan udara tekanan rendah ke atas
kemudian mendingin dan menghasilkan presipitasi yang berintensitas sedang, tetapi
berlangsung cukup lama. Pendinginan sinklonik frontal terjadi bila massa udara
yang panas naik di atas suatu tepi frontal yang dingin. Laju presipitasi yang terjadi
adalah sedang dan sering berlangsung lama.
6. Pendinginan orografik terjadi oleh aliran udara samudra yang lewat di atas
tanah dan dibelokkan ke atas oleh gunung-gunung di pantai sehingga sebagian besar
presipitasi jatuh pada sisi lereng datangnya angin, sedang sisi yang lainnya
mendapat presipitasi yang lebih sedikit disebut daerah bayangan hujan.
Pendinginan konvektif terjadi apabila udara panas oleh pemanasan permukaan
naik dan mendingin untuk membentuk awan setelah itu terjadi presipitasi.
Presipitasi konvektif merupakan presipitasi yang berlangsung sangat singkat (jarang
melebihi 1 jam), namun berintensitas sangat tinggi.
Barat timur
permukaah terputus
timur
hujan
udara dingin
permukaan terputus
panas
muka dingin muka panas
Gambar 2. pendinginan sinklonik
awan
7. Arah angin turun
Arah angin naik
Udara panas
Gunung
Laut
Gambar 3. Orografik
Udara panas
Gambar 3. Pendinginan konvektif
b) Kalsifikasi bentuk presipitasi
Bentuk presipitasi dibedakan atas dua macam yaitu: bentuk presipitasi vertikal
dan presipitasi bentuk horizontal. Presipitasi vertikal jatuh di atas permukaan bumi
dan diukur oleh penakar hujan, sedangkan presipitasi horizontal dibentuk di atas
permukaan bumi dan tidak diukur oleh penakar hujan.
awan
awan
8. Bentuk-bentuk presipitasi vertikal yaitu:
1. Hujan: air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasi dari uap air di
atmosfer
2. Hujan gerimis: hujan dengan tetesan yang sangat kecil
3. Hujan batu es: Gumpalan es yang kecil, bulat dipresipikasikan
selama hujan badai
4. Salju: kristal-kristal kecil air yang membeku yang secara langsung
dibentuk dari uap air di uadara bila suhunya pada saat kondensasi kurang dari
00
C.
5. Sleet: campuran hujan dan salju biasa disebut glaze (salju basah)
Bentuk-bentuk presipitasi horizontal:
1. Es: salju yang sangat dipadatkan
2. Kabut: Uap air yang dikondensasi menjadi partikel-partikel air halus di dekat
permukaan tanah (pedut)
3. Embun beku: bentuk kabut yang mebeku di atas permukaan tanah dan vegetasi.
Disebut juga embun beku putih atau embun beku.
4. Embun: Air yang dikondensasikan sebagai air di atas permukaan tubuh yang
dingin (permukaan tanah dan vegetasi) terutama pada malam hari. Embun ini
menguap pada pagi hari.
5. Kondensasi pada es dalam tanah: kondensasi juga menghasilkan presipitasi dari
udara basah hangat yang mengalir di atas lembaran es pada iklim sedang di
dalam beberapa centimeter bagian atas tanah.
9. KERAGAMAN PRESIPITASI
Ruang dan waktu merupakan dimensi yang lazim menjadi perhatian para ahli
hidrologi dalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan jumlah rata-rata
presipitasi pada beberapa bagian permukaan bumi maka faktor-faktor berikut ini
selain sirkulasi uap air adalah merupakan hal yang sangat penting dalam
mengendalikan keragaman rumus presipitasi:
1. Garis lintang
2. Ketinggian tempat
3. Jarak dari sumber air
4. posisi di dalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan
5. Arah angin yang umum (menuju atau menjauhi) sumber-sumber air
6. Hubungannya dengan deretan gunung
7. Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan
Untuk banyak tujuan, para ahli hidrologi membutuhkan empat unsur untuk
mencirikan presipitasi yang jatuh pada satu titik:
1. Intensitas: jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu (mm/menit,
cm/jam, dll)
2. Lama hujan: perode presipitasi jatuh (menit, jam, dll)
3. Frekuensi: ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu akan
jatuh pada saat tertentu.
4. Luas area: luas area dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama.
10. PENGUKURAN PRESIPITASI
Tujuan utama setiap metode pengukuran presipitasi adalah untuk
mendapatkan catatan yang benar-benar mewakili curah hujan diseluruh kawasan
tempat pengukuran yang dilakukan oleh WMO (Word Meteorological Office).
Karena itu dalam memasang penakar presipitasi haruslah dijamin bahwa:
1. Percikan tetesan hujan ke dalam dan keluar penampung harus dicegah
2. Kehilangan air dari reservoir oleh penguapan haruslah seminimal mungkin
3. Jika ada salju haruslah melebur.
Pemilihan suatu tipe penakar hujan tertentu dan lokasinya di suatu tempat
bergantung pada beberapa faktor diantaranya:
1. Dapat dipercaya (ketelitian pengukuran)
2. Tipe data yang diperlukan (menit, harian, dll)
3. Tipe presipitasi yang akan diukur (adanya salju, tebal salju)
4. Dapat diperbandingkan dengan panakar hujan lain yang ada
5. Biaya instalasi dan perawatannya
6. Intensitas perawatan
7. Mudahnya perawatan (deteksi kebocoran)
8. Mudahnya pengamatan
9. Gangguan oleh hewan dan manusia
Sesudah suatu tipe panakar hujan dipilih, maka langkah selanjutnya adalah
memutuskan jumlah minimum panakar yang dibutuhkan untuk suatu kawasan.
11. Pemilihan tersebut tergantung pada maksud tujuan penelitian, posisi geografis
kawasan tersebut dan urbanisasi kawasan tersebut.
Alat-alat Pengukuran Presipitasi
Cara klasik dalam menggolongkan alat-alat tipe pengukuran presipitasi
didasarkan atas apakah alat-alat itu merupakan tipe pencatat atau bukan. Penakar
hujan pencatat secara otomatis mengumpulkan datanya pada suatu grfaik, pita
berlubang, pita magnetik atau secara elektronik mengirim data ke penerima
(komputer, satelit, dll). Sedangkan penakar hujan bukan pencatat harus dibaca
secara berkala (sekali sehari, sekali seminggu, 15 hari, sebulan atau bahkan setahun
sekali).
Adapun klasifikasi panakar presipitasi menurut Seyhan yang didasarkan atas
suatu kombinasi dua pendekatan yaitu:
1. Penakar hujan bukan pencatat
Penakar-penakar hujan bukan pencatat yang disebutkan di bawah ini
semuanya diletakkan ditanah adalah sebagai berikut:
a. Penakar hujan baku
b. Penakar hujan penyimpan (penjumlah)
c. Penakar hujan searah tanah
d. Penakar hujan acuan internasional
e. Radar (Radio Detection And Ranging)
12. 2. Penakar hujan otomatik (pencatat)
Semua penakar hujan otomatis akan mencatat data (jumlah hujan) secara
kontinu (interval 1 menit, 5 menit, 10 menit, dll) maupun secara berkala pada
beberapa macam grafik, pita pelubang, pita magent, film sinyal-sinyal listrik, dll.
Adapun jenis-jenis penakar hujan otomatik (pencatat) adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan hujan di tanah
1. Penakar hujan otomatik tipe penimbangan
2. Penakar hujan otomatik tipe pelampung
3. Penakar hujan otomatik tipe ember-tumpah
4. Penginderaan jauh (masih dalam tahap percobaan)
b. Pemantauan presipitasi dari udara (penginderaan jauh)
1. Kamera
2. Penyaring gambar
3. Radar
4. Radiometer gelombang mikra dan speltro meter gelombang
c. Pemantauan presipitasi dari ruang angkasa (penginderaan jauh)
13. PEMROSESAN DATA PRESIPITASI
Terdapat beberapa metode penentuan presipitasi rata-rata di atas suatu kawasa
selama suatu periode tertentu (periode hujan tunggal, bulan, tahun, dll). Adapun
metode-metode yang dipakai adalah:
1. Rata-rata aretmetik
2. Poligon Thiesson
3. Poligen dengan tinggi yang dikoreksi
4. Metode isohyet
5. Persen metode normal
6. Metode kebalikan kuadrat jarak (terbalik).
1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University
2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University.
3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran
Sungai (Hidrometri). Nova Bandung.
5. Wlson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.