SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
LAPORAN
    PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

             ACARA VII

             HUJAN - I




      NAMA           : LISA NURI

      NPM            : E1J010093

      HARI/TANGGAL   : SENIN 19 NOVEMBER 2012

      NAMA CO,AST    : RIAN FERRY ANDREAS




LABORATORIUM AGROKLIMAT
   FAKULTAS PERTANIAN
  UNIVERSITAS BENKULU
              2012
BAB I
                                      PENDAHULUAN



   1.1 Latar belakang.


   Hujan adalah butir-butir air yang jatuh ke bumi dari atmosfer. Awan adalah titik-titik air
yang melayang-layang di atmosfer dan merupakan bahan baku hujan. Hujan juga merupakan
satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi itu sendiri dapat berwujud padat
(misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila
titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan
bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Kadang-kadang butir-butir
air yang jatuh akan menguap kembali sebelum mencapai permukaan bumi. Pola dalam satu
hari saat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim
hujan. Meskipun belum banyak penelitian, ada daerah yang mengalami hujan yang hampir
setiap malam hari. Tetapi ada tempat lain yang hujan tidak menentu kadang pagi, siang sore
dan malam hari.

   Menurut pola dalam satu hari sat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika
sudah memasuki musim hujan. Ada tempat yang mengalami hujan setiap petang tetapi ada
juga tempat yang mengalami hujan yang tidak menentu kadang siang kadang sore atau
malam hari. Sifat-sifat hujan perlu diketahui karena itu berperan atas terjadinya limpasan
,erosi dan dapat menentukan dan berpengaru pada peristiwa dan kejadian alam,peristiwa
biologic dan lain-lain.

2.1 Tujuan
   Memberikan pengertian bagaimana cara-cara pengukuran yang biasa dilakukan di
   lapangan.
BAB II

                                     TINJAUAN PUSTAKA

   Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi itu sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut).
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air
hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara
kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

   Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap,
berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan
akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu
semula. Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau orometer. Ia dinyatakan
sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih
0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan
dari liter per meter persegi. Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar
di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan
yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar
berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang
lebih kecil. (Daldjumi. 1983)

       Hujan adalah butir-butir air yang jatuh kebumi yang berasal dari atmosfer. Tetapi
tidak semua benda yang jatuh kebumi berupa air. Karena ada juga yang bentuk es, salju dan
lain-lain. Air hujan merupakan bagian dari prespitasi, oleh karena hujan merupakan bagian
terbesar dari bahan yang jatuh kebumi maka sering sekali hujan disebut prespitasi. Awan
merupakan bahan baku hujan, selama titik-titik air dalam awan belum bersatu membentuk
volume yang lebih besar dan berat maka awan akan tetap kekal dan tidak akan terjadi hujan.
(Handoko, 1993)

   Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya :

   Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan
angin berputar.

   Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut
naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan
menjadi jenuh dan turunlah hujan.

   Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang
bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin
sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan. Hujan ini juga terbentuk
dari naiknya udara secara paksa oleh penghalang lereng-lereng gunung.

   Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan
massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front.
Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah
sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.

   Hujan konvektif adalah suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara yang hangat
dan lembab karena mendapat radiasi yang kuat.

   Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin
Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan
Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi
bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai
Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim
kemarau.

   Hujan siklonik adalah hujan yang dihasilkan oleh awan udara yang bergerak dalam skala
besar akibat dari pembelokkan konvergensi angin secara secara vertical karena terdapatnya
tekanan rendah. (Hasan,U.M.1970)

Jenis-jenis hujan berdasarkan curah hujan (definisi BMG) :

       hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
       hujan lebat, 50-100 mm per hari
       hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari
Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya :

   Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm

   Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
Hujan batu es, curahan batu es yang trun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya
dibawah 0° Celsius

   Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius
dengan diameter ±7 mm.

   Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan
suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan.
Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan
penyemaian awan (cloud-seeding).

   Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara
alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat
diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses
pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak
menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan
tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan
yaang sampai ke tanah.

    (Aminah dan Nitisapto, 1982)

   Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

   TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup
oleh angin.

   TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan
kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

   TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling
bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas
terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah
dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh
membesar      secara   vertikal,   sehingga   menyebabkan   awan   saling   bertindih-tindih.
Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai
wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai
terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat
sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari
awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (www.google.com)




         Informasi mengenai hujan adalah untuk menyediakan data curah hujan mengenai
curah hujan bulanan ,tahunan jumlah dari hujan ,intensitas hujan untuk mengetahui pola
musiman dan peluang kejadian hujan. Menurut badan meteorology dan geofisika hari hujan
adalah hari dengan penerimaan hujan lebih besar dari 0,5 mm. distribusi curah hujan dapat
berbeda disebabkan beberapa faktor antara lain letak lintang daerah,menurut musim dan letak
tempat

         Curah hujan agak rendah terdapat pada lintang antara 200-350 LU/LS dengan curah
hujan rata-rata kurang dari900 mm/ tahun. Daerah ini merupakan daerah intisiklon subtropics
dengan divergensi angin yang berasosiasi dengan turunnya massa udara kering.

         Ada juga alat penakar curah hujan otomatis yang disebut dengan ombrograph dengan
berbagai tipe seperti tipe pelampung dan tipe jungkit. Dalam praktikum ini tipe yang dipakai
adalah tipe pelampung yang dilengkapi dengan pelampung,pena, dan kertas pias pencatat
data. Keuntungan dari ombrograph adalah kemudahan dalam pengamatan, waktu selama
kejadian hujan dapat dimonitor dan intensitas curah hujan dapat dihitung bahkan pengamatan
tidak perlu setiap hari (yang tipe jungkit).

                          Alat penakar bcurah hujan ditempatkan dilapang distasiun cuaca
                          atau ditempat yang diperlukan. Distasiun cuaca atau iklim
                          permukaan ombrograph ditempatkan setinggi 1,2 meter datas
                          permukaan tanah jauh dari gangguan penghalang angin seperti
                          bangunan gedung dan pohon-pohon sejauh 300 m dari letak alat
                          serta dipagar dengan baik. (Daldjumi, 1983)

Beberapa kebudayaan telah membentuk kebencian kepada hujan dan telah menciptakan
pelbagai peralatan seperti payung dan baju hujan. Banyak orang juga lebih gemar tinggal di
dalam rumah pada hari hujan.

Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap
hujan asam.
Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap wangi atau
menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang diproduksi oleh
tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian dilepas ke udara pada saat
hujan.     (Hasan,       1970).                                                            .
Proses terjadinya hujan menurut para ahli adalah :

   Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan

pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur

menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan

bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan

dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik

kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".


   Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau

partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter

antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit.

Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.


   Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu

mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada

udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.


                                          BAB III
                                  METODELOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan : Ombrometer, Ember, Gayung, Penakar ml, dan Air

3.2 Cara Kerja
    Menyiapkan ember yang berisi air dan gayung dan membawanya ke taman alat
         penakar hujan
 Memasukkan 25 cc air kedalam ombrometer kemudian membuka keran penakar dan
      menampung dan mengukur air yang keluar dengan pengukur bawaan ombrometer
      tersebut
    Menuangkan kembali air sebanyak 50 cc dan melakan hal yang sama dengan langkah
      diatas
    Melakukan langkah ketiga untuk air sebanyak 100 ml
    Menyiapkan alat ombrograf atau alat penakar hujan otomatis dan memasang pias pada
      drum alat pencatat dan memutar ham alat seperti memutar jam weker mekanik dan
      memasang drum alat ke tempatnya semula lalu mengisi tinta pada pena pencatat
    Melakukan langkah diatas da;am pemberian air. Alat ini tidak mempunyai alat
      pembuang air melainkan hanya saluran yang bekerja mekanik otomatis. Mengamati
      apa yang terjadi pada pena pencatat
    Menampung air yang terbuang dengan gelas ukur kemudian mencatat berapa yang
      terukur.
    Melihat dan mencatat tinggi air yang terekam pada pias.



                                        BAB IV

                     HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
        No.         Tanggal             P (mm)

        1.        20 November 2012            -
        2.        21 November 2012           3,5
        3.        22 November 2012            7
        4.       23 November 201229           -
        5.        24 November 2012            -
        6.        25 November 2012            -
        7.        26 November 2012           4,5
                     JUMLAH                 15 mm
                   RATA - RATA              2,142

4.2 Pembahasan
       Pada percobaan hujan-I ini tidak mencapai hasil yang diharapkan. Karena selama
beberapa hari ini cuaca sangat cerah dan tidak turun hujan. Dari hasil pengamatan kami
selama 7 hari, pada tanggal 20 – 26 november 2012, hanya pada hari kedua, ketiga dan ke
tujuh turun hujan tepatnya yaitu pada tanggal 21, 22 dan 26 november. Dari alat penakar
hujan yang dipasang kran penakar dibuka dan mengukur jumlah air tampungan, tercatat air
hujan yang tertampung mencapai 15 mm. Hujan pada tangal 21 dan 22 november sangat
deras, hampir selama 24 jam hujan terus,. Pada hari pertama keempat, kelima, dan keempat.
hujan tak kunjung turun yang mungkin dikarenakan unsure – unsure udara. Curah hujan yang
diamati meliputi tinggi hujan (curah hujan ),jumlah hari hujan dan intensitas hujan.

       Dari hasil pengamatan, maka jumlah air hujan yang tercatat selama 7 hari adalah 15
mm dan rata – ratanya 2,142mm.

       Kerapatan jaringan alat pengukur hujan tergantung dari letak, topografi wilayah dan
sebaran (type) hujannya.daerah yang berbukit-bukit memerlukan alat yang lebih rapat dari
pada daerah yang datar. Daerah belakang angin tidak bisa diwakili oleh alat yang berada di
daerah angin. Curah hujan harian , mingguan, dekade, bulanan, musiman maupun tahunan di
dapat dengan menjumlahkan curah hujan harian hasil pengukuran sesuai dengan periode
waktu yang diperlukan. Data dari beberapa stasiun pengamatan tersebut rata-rataan dengan
rata-rata aritmatik, rata-rata berbobot(poligo thiesen) atau dari rata-rata menurut isohyet (dari
luasan sub wilayah) yakni garis yang menghubungkan tempat- tempat yang menerima daerah
hujan yang sama.

                                            BAB V

                                       KESIMPULAN

    Cara pengukuran curah hujan dapa dilakukan dengan alat yang namanya ombrometer
     dan ombrograf, ombrometer alah alat pengucur curah hujan yang penggunaannya masih
     secara manual. Sedangkan ombrograf adalah alat pengukur curah hujan secara otomas.
    Pada alat pengukur hujan, dengan luas penampang 10 cm maka berapapun jumlah ml
     air yang masuk akan dibagi luas penampang tersebut dan hasilnya dalam bentuk mm.
    Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengukuran curah hujan.
    Alat yang dipergunakan pada percobaan kali ini menggunakan ombrometer.
    Menurut pola dalam satu hari saat turunnya hujan suatu daerah dapat berbeda- beda
     ketika sudah memasuki musim hujan.
    Saat datang hujan dan periode musim hujan pun dapat berbeda untuk setiap kawasan
     yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Handoko.1993.Klimatologi Dasat. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur

      Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB, Bogor.


Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982. Asas-asas Meteorologi Pertanian.

      Departemen Ilmu-ilmu Tanah.Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta, dan Ghalia

      Indonasia, Jakarta.


Daldjumi. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni. Bandung.


Hasan,U.M.1970. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian.PT.Soeroenngan, Jakarta

More Related Content

What's hot

Kerpasan / Hujan
Kerpasan / HujanKerpasan / Hujan
Kerpasan / HujanHilmi Ahmad
 
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)VAINHADRAMIHAMID
 
Presipitasi Geografi
Presipitasi GeografiPresipitasi Geografi
Presipitasi GeografiNilam Briv
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliFerli Dian SAputra
 
Laporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanLaporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanFerli Dian SAputra
 
LGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan Iklim
LGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan IklimLGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan Iklim
LGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan IklimStanley James
 
geo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasan
geo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasangeo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasan
geo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasanKasmah De' Davinci
 
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3   kelembapan udara dan kerpasanBab 3   kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasanAsmawi Abdullah
 
Proses kejadian hujan
Proses kejadian hujanProses kejadian hujan
Proses kejadian hujanEbayLuna
 
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)Masruroh 07
 
Bab15 kerpasan
Bab15 kerpasanBab15 kerpasan
Bab15 kerpasanNe Qiela
 
3.a awan dan-presipitasi
3.a awan dan-presipitasi3.a awan dan-presipitasi
3.a awan dan-presipitasiselona
 
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWANKELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWANAsmawi Abdullah
 
Unsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan Haba
Unsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan HabaUnsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan Haba
Unsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan Habaharalhaj
 
Iklim dan manusia
Iklim dan manusiaIklim dan manusia
Iklim dan manusiaAyuShaleha
 

What's hot (19)

Kerpasan / Hujan
Kerpasan / HujanKerpasan / Hujan
Kerpasan / Hujan
 
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
 
Presipitasi Geografi
Presipitasi GeografiPresipitasi Geografi
Presipitasi Geografi
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
 
Laporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanLaporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awan
 
LGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan Iklim
LGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan IklimLGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan Iklim
LGF 1013-Kumpulan Hujan, Jenis-jenis Awan, dan Faktor Cuaca dan Iklim
 
viii hujan
viii hujanviii hujan
viii hujan
 
geo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasan
geo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasangeo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasan
geo penggal 2 Menghuraikan jenis – jenis kerpasan
 
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3   kelembapan udara dan kerpasanBab 3   kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasan
 
Proses kejadian hujan
Proses kejadian hujanProses kejadian hujan
Proses kejadian hujan
 
Hidrologi 30 sept
Hidrologi 30 septHidrologi 30 sept
Hidrologi 30 sept
 
Siklus daur air
Siklus daur airSiklus daur air
Siklus daur air
 
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
 
Bab15 kerpasan
Bab15 kerpasanBab15 kerpasan
Bab15 kerpasan
 
3.a awan dan-presipitasi
3.a awan dan-presipitasi3.a awan dan-presipitasi
3.a awan dan-presipitasi
 
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWANKELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
 
Unsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan Haba
Unsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan HabaUnsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan Haba
Unsur unsur cuaca dan iklim dan Imbangan Haba
 
Iklim dan manusia
Iklim dan manusiaIklim dan manusia
Iklim dan manusia
 
ips mengenai angin-hujan-iklim-cuaca
ips mengenai angin-hujan-iklim-cuacaips mengenai angin-hujan-iklim-cuaca
ips mengenai angin-hujan-iklim-cuaca
 

Similar to HUJAN LAPORAN

PRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptx
PRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptxPRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptx
PRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptxSMPranata
 
Bab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanaman
Bab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanamanBab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanaman
Bab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanamanPurwandaru Widyasunu
 
kuliah ke dua awan presipitasi.ppt
kuliah ke dua awan presipitasi.pptkuliah ke dua awan presipitasi.ppt
kuliah ke dua awan presipitasi.pptssusere1a96a
 
Hujan dan Klasifikasinya
Hujan dan KlasifikasinyaHujan dan Klasifikasinya
Hujan dan Klasifikasinyayuanita nita
 
HUJAN MATERI GEOGRAFI
HUJAN MATERI GEOGRAFIHUJAN MATERI GEOGRAFI
HUJAN MATERI GEOGRAFIAryansa Dewi
 
modul media pembelajaran siklus hujan
modul media pembelajaran  siklus hujanmodul media pembelajaran  siklus hujan
modul media pembelajaran siklus hujannirmaratulebah
 
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Klimatologi
KlimatologiKlimatologi
KlimatologiYuliLovy
 
tugas geografi kelas X
tugas geografi kelas Xtugas geografi kelas X
tugas geografi kelas XNurul Nuraini
 
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim Global
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim GlobalPengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim Global
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim GlobalNurfaizatul Jannah
 
Laporan 5&6
Laporan 5&6Laporan 5&6
Laporan 5&6isanuri
 
Sejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awanSejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awankasmiah otin
 

Similar to HUJAN LAPORAN (20)

PRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptx
PRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptxPRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptx
PRESIPITASI HIDROLOGI DHAR B KELOMPOK SAWIT.pptx
 
Bab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanaman
Bab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanamanBab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanaman
Bab 5. awan, hujan, angin dan pengaruhnya terhadap tanaman
 
kuliah ke dua awan presipitasi.ppt
kuliah ke dua awan presipitasi.pptkuliah ke dua awan presipitasi.ppt
kuliah ke dua awan presipitasi.ppt
 
Atmosfer
AtmosferAtmosfer
Atmosfer
 
Hujan dan Klasifikasinya
Hujan dan KlasifikasinyaHujan dan Klasifikasinya
Hujan dan Klasifikasinya
 
HUJAN MATERI GEOGRAFI
HUJAN MATERI GEOGRAFIHUJAN MATERI GEOGRAFI
HUJAN MATERI GEOGRAFI
 
Angin
AnginAngin
Angin
 
Angin
AnginAngin
Angin
 
PPT TENTANG FOG (KABUT)
PPT TENTANG FOG (KABUT)PPT TENTANG FOG (KABUT)
PPT TENTANG FOG (KABUT)
 
FENOMENA HUJAN ES
FENOMENA HUJAN ESFENOMENA HUJAN ES
FENOMENA HUJAN ES
 
modul media pembelajaran siklus hujan
modul media pembelajaran  siklus hujanmodul media pembelajaran  siklus hujan
modul media pembelajaran siklus hujan
 
My modul
My modulMy modul
My modul
 
My modul
My modulMy modul
My modul
 
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan bagian Pertama Mata Kuliah Hidrologi
 
Teks Eksplanasi
Teks EksplanasiTeks Eksplanasi
Teks Eksplanasi
 
Klimatologi
KlimatologiKlimatologi
Klimatologi
 
tugas geografi kelas X
tugas geografi kelas Xtugas geografi kelas X
tugas geografi kelas X
 
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim Global
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim GlobalPengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim Global
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim Global
 
Laporan 5&6
Laporan 5&6Laporan 5&6
Laporan 5&6
 
Sejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awanSejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awan
 

HUJAN LAPORAN

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI ACARA VII HUJAN - I NAMA : LISA NURI NPM : E1J010093 HARI/TANGGAL : SENIN 19 NOVEMBER 2012 NAMA CO,AST : RIAN FERRY ANDREAS LABORATORIUM AGROKLIMAT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENKULU 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Hujan adalah butir-butir air yang jatuh ke bumi dari atmosfer. Awan adalah titik-titik air yang melayang-layang di atmosfer dan merupakan bahan baku hujan. Hujan juga merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi itu sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Kadang-kadang butir-butir air yang jatuh akan menguap kembali sebelum mencapai permukaan bumi. Pola dalam satu hari saat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim hujan. Meskipun belum banyak penelitian, ada daerah yang mengalami hujan yang hampir setiap malam hari. Tetapi ada tempat lain yang hujan tidak menentu kadang pagi, siang sore dan malam hari. Menurut pola dalam satu hari sat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim hujan. Ada tempat yang mengalami hujan setiap petang tetapi ada juga tempat yang mengalami hujan yang tidak menentu kadang siang kadang sore atau malam hari. Sifat-sifat hujan perlu diketahui karena itu berperan atas terjadinya limpasan ,erosi dan dapat menentukan dan berpengaru pada peristiwa dan kejadian alam,peristiwa biologic dan lain-lain. 2.1 Tujuan Memberikan pengertian bagaimana cara-cara pengukuran yang biasa dilakukan di lapangan.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi itu sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau orometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi. Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang lebih kecil. (Daldjumi. 1983) Hujan adalah butir-butir air yang jatuh kebumi yang berasal dari atmosfer. Tetapi tidak semua benda yang jatuh kebumi berupa air. Karena ada juga yang bentuk es, salju dan lain-lain. Air hujan merupakan bagian dari prespitasi, oleh karena hujan merupakan bagian terbesar dari bahan yang jatuh kebumi maka sering sekali hujan disebut prespitasi. Awan merupakan bahan baku hujan, selama titik-titik air dalam awan belum bersatu membentuk volume yang lebih besar dan berat maka awan akan tetap kekal dan tidak akan terjadi hujan. (Handoko, 1993) Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya : Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar. Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut
  • 4. naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan. Hujan ini juga terbentuk dari naiknya udara secara paksa oleh penghalang lereng-lereng gunung. Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal. Hujan konvektif adalah suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara yang hangat dan lembab karena mendapat radiasi yang kuat. Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau. Hujan siklonik adalah hujan yang dihasilkan oleh awan udara yang bergerak dalam skala besar akibat dari pembelokkan konvergensi angin secara secara vertical karena terdapatnya tekanan rendah. (Hasan,U.M.1970) Jenis-jenis hujan berdasarkan curah hujan (definisi BMG) : hujan sedang, 20 - 50 mm per hari hujan lebat, 50-100 mm per hari hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya : Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
  • 5. Hujan batu es, curahan batu es yang trun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0° Celsius Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius dengan diameter ±7 mm. Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding). Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yaang sampai ke tanah. (Aminah dan Nitisapto, 1982) Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut: TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin. TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar. TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat
  • 6. sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (www.google.com) Informasi mengenai hujan adalah untuk menyediakan data curah hujan mengenai curah hujan bulanan ,tahunan jumlah dari hujan ,intensitas hujan untuk mengetahui pola musiman dan peluang kejadian hujan. Menurut badan meteorology dan geofisika hari hujan adalah hari dengan penerimaan hujan lebih besar dari 0,5 mm. distribusi curah hujan dapat berbeda disebabkan beberapa faktor antara lain letak lintang daerah,menurut musim dan letak tempat Curah hujan agak rendah terdapat pada lintang antara 200-350 LU/LS dengan curah hujan rata-rata kurang dari900 mm/ tahun. Daerah ini merupakan daerah intisiklon subtropics dengan divergensi angin yang berasosiasi dengan turunnya massa udara kering. Ada juga alat penakar curah hujan otomatis yang disebut dengan ombrograph dengan berbagai tipe seperti tipe pelampung dan tipe jungkit. Dalam praktikum ini tipe yang dipakai adalah tipe pelampung yang dilengkapi dengan pelampung,pena, dan kertas pias pencatat data. Keuntungan dari ombrograph adalah kemudahan dalam pengamatan, waktu selama kejadian hujan dapat dimonitor dan intensitas curah hujan dapat dihitung bahkan pengamatan tidak perlu setiap hari (yang tipe jungkit). Alat penakar bcurah hujan ditempatkan dilapang distasiun cuaca atau ditempat yang diperlukan. Distasiun cuaca atau iklim permukaan ombrograph ditempatkan setinggi 1,2 meter datas permukaan tanah jauh dari gangguan penghalang angin seperti bangunan gedung dan pohon-pohon sejauh 300 m dari letak alat serta dipagar dengan baik. (Daldjumi, 1983) Beberapa kebudayaan telah membentuk kebencian kepada hujan dan telah menciptakan pelbagai peralatan seperti payung dan baju hujan. Banyak orang juga lebih gemar tinggal di dalam rumah pada hari hujan. Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam.
  • 7. Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian dilepas ke udara pada saat hujan. (Hasan, 1970). . Proses terjadinya hujan menurut para ahli adalah : Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air". Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan. Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan : Ombrometer, Ember, Gayung, Penakar ml, dan Air 3.2 Cara Kerja  Menyiapkan ember yang berisi air dan gayung dan membawanya ke taman alat penakar hujan
  • 8.  Memasukkan 25 cc air kedalam ombrometer kemudian membuka keran penakar dan menampung dan mengukur air yang keluar dengan pengukur bawaan ombrometer tersebut  Menuangkan kembali air sebanyak 50 cc dan melakan hal yang sama dengan langkah diatas  Melakukan langkah ketiga untuk air sebanyak 100 ml  Menyiapkan alat ombrograf atau alat penakar hujan otomatis dan memasang pias pada drum alat pencatat dan memutar ham alat seperti memutar jam weker mekanik dan memasang drum alat ke tempatnya semula lalu mengisi tinta pada pena pencatat  Melakukan langkah diatas da;am pemberian air. Alat ini tidak mempunyai alat pembuang air melainkan hanya saluran yang bekerja mekanik otomatis. Mengamati apa yang terjadi pada pena pencatat  Menampung air yang terbuang dengan gelas ukur kemudian mencatat berapa yang terukur.  Melihat dan mencatat tinggi air yang terekam pada pias. BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan No. Tanggal P (mm) 1. 20 November 2012 - 2. 21 November 2012 3,5 3. 22 November 2012 7 4. 23 November 201229 - 5. 24 November 2012 - 6. 25 November 2012 - 7. 26 November 2012 4,5 JUMLAH 15 mm RATA - RATA 2,142 4.2 Pembahasan Pada percobaan hujan-I ini tidak mencapai hasil yang diharapkan. Karena selama beberapa hari ini cuaca sangat cerah dan tidak turun hujan. Dari hasil pengamatan kami
  • 9. selama 7 hari, pada tanggal 20 – 26 november 2012, hanya pada hari kedua, ketiga dan ke tujuh turun hujan tepatnya yaitu pada tanggal 21, 22 dan 26 november. Dari alat penakar hujan yang dipasang kran penakar dibuka dan mengukur jumlah air tampungan, tercatat air hujan yang tertampung mencapai 15 mm. Hujan pada tangal 21 dan 22 november sangat deras, hampir selama 24 jam hujan terus,. Pada hari pertama keempat, kelima, dan keempat. hujan tak kunjung turun yang mungkin dikarenakan unsure – unsure udara. Curah hujan yang diamati meliputi tinggi hujan (curah hujan ),jumlah hari hujan dan intensitas hujan. Dari hasil pengamatan, maka jumlah air hujan yang tercatat selama 7 hari adalah 15 mm dan rata – ratanya 2,142mm. Kerapatan jaringan alat pengukur hujan tergantung dari letak, topografi wilayah dan sebaran (type) hujannya.daerah yang berbukit-bukit memerlukan alat yang lebih rapat dari pada daerah yang datar. Daerah belakang angin tidak bisa diwakili oleh alat yang berada di daerah angin. Curah hujan harian , mingguan, dekade, bulanan, musiman maupun tahunan di dapat dengan menjumlahkan curah hujan harian hasil pengukuran sesuai dengan periode waktu yang diperlukan. Data dari beberapa stasiun pengamatan tersebut rata-rataan dengan rata-rata aritmatik, rata-rata berbobot(poligo thiesen) atau dari rata-rata menurut isohyet (dari luasan sub wilayah) yakni garis yang menghubungkan tempat- tempat yang menerima daerah hujan yang sama. BAB V KESIMPULAN  Cara pengukuran curah hujan dapa dilakukan dengan alat yang namanya ombrometer dan ombrograf, ombrometer alah alat pengucur curah hujan yang penggunaannya masih secara manual. Sedangkan ombrograf adalah alat pengukur curah hujan secara otomas.  Pada alat pengukur hujan, dengan luas penampang 10 cm maka berapapun jumlah ml air yang masuk akan dibagi luas penampang tersebut dan hasilnya dalam bentuk mm.  Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengukuran curah hujan.  Alat yang dipergunakan pada percobaan kali ini menggunakan ombrometer.  Menurut pola dalam satu hari saat turunnya hujan suatu daerah dapat berbeda- beda ketika sudah memasuki musim hujan.  Saat datang hujan dan periode musim hujan pun dapat berbeda untuk setiap kawasan yang berbeda.
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Handoko.1993.Klimatologi Dasat. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB, Bogor. Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Tanah.Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta, dan Ghalia Indonasia, Jakarta. Daldjumi. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni. Bandung. Hasan,U.M.1970. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian.PT.Soeroenngan, Jakarta