SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN
Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri
dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar
terdiri dari : kegiatan belajar 9 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus
pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik
dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis
kompetensi dan sub kompetensi, diuraikan petunjuk belajar, kegiatan dan
latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah
semua kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa
dapat mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus
mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai
dikerjakan mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci
jawaban. Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan
belajar lain, jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang
belum dikuasai.
1
KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 5
INFILTRASI
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya
infiltrasi
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian infiltrasi?
b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses terjadinya infiltrasi?
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian: kapasitas lapangan, laju
infiltrasi aktual, kapasitas infiltrasi, lengas tanah, titik layu permanen .
d. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan gaya-gaya utama
yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian porositas.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa tanah mengandung pori-pori.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan mentode pengukuran lengas tanah.
2
BAB V
INFILTRASI
5.1. Landasan Teori
Air cair yang diterima pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya tidak
kedap air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kafiler dalam
suatu aliran yang disebut infiltrasi. Konsep infiltrasi ini relatif baru, namun banyak
kemajuan didalam pengertian dan penentuannya telah dicapai pada tahun-tahun terakhir
ini. Para ahli agronomi menyebut jeluk maksimun air yang dapat dikembalikan
kepermukaan baik oleh tanaman maupun oleh kapilaritas, sebagai tanah. Ini merupakan
mintakat dimana pertama kali presifitasi masuk. Pada mintakat ini (disebut mintakat
tanah atau mintakat mintakat air tanah) air bergerak secara vertikal baik dengan cara
evapotranspirasi kepermukaan maupun dengan cara perkolasi yang menurun
(pergerakan menurun lengas tanah dari mintakat air tanah tak jenuh kemintakat jenuh
menuju muka air tanah). Karena poreus (memiliki rongga-rongga yang dapat diisi
dengan udara atau dan cairan) maka tanah mempunyai kapasitas untuk menyimpan air.
Air ini disebut lengas tanah. Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari
tanah oleh cara-cara alami (dengan osmosis, gravitasi atau kapilaritas) disebut ada
dalam simpanan permanen. Kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan
kandungan air tanahnya pada titik layu permanen vegetasinya. Titik layu ini
(kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengeksrak air dari ruang pori
tanah terhadap gaya gravitasi) ditentukan untuk suatu tanah bila bagian atas tanaman
berada pada atmosfer basah dan tidak terlalu panas. Ini adalah sama bagi semua
tanaman pada tanah tertentu (Eagleson 1970). Semua lengas tanah yang melebihi titik
layu permanen disebut lengas tanah permanen.
Air perkolasi yang sampai di bawah jangkauan akar tanaman memasuki suatu
mintakat peralihan dimana kapilaritas dan osmosis tidak begitu penting, pada mintakat
ini air ditahan sebagai simpanan berupa selaput pada partikel tanah individual dengan
3
gaya permukaan (ini disebut air pelikuler atau berperkolasi ke bawah karena gravitasi
(air gravitasi). Pada mintakat kapiler (atau mintakat rumbai kapiler) sebagian air
berperkolasi ke bawah ke muka air tanah dan sebagian dari air itu ditahan melawan
gaya gravitasi dengan cara kerja kapiler.
Lengas tanah dapat berada dalam kondisi-kondisi yang berbeda pada bagian-
bagian DAS yang berbeda-beda. Karena itu, lengas tanah biasa dianggap mencakup
semua air pada mintakat aerasi.
Kapasitas lapangan suatu tanah adalah jumlah maksimum yang dapat disimpan
dalam tanah pada mintakat tak jenuh melawan gaya gravitasi. Di negeri Belanda
kapasitas lapangan dipandang sebagai kandungan air yang setara dengan gaya hisap pF
=2.
Laju infiltrasi aktual (fac) adalah laju air berpenetrasi kepermukaan tanah pada
setiap waktu dengan gaya-gaya kombinasi gravitasi, viskositas dan kapilaritas. Laju
maksimum presipitasi dapat diserap oleh tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas
infiltrasi, fc. Untuk suatu intensitas curah hujan, i.
Infiltrasi hanya akan terjadi setelah semua depresi permukaan yang kecil
terpenuhi. Demikian juga, perkolasi hanya akan terjadi bila mintakat tak jenuh telah
mencapai kapasitas kapangannya. Sama halnya dengan terminologi infiltrasi, istilah
laju perkolasi dan kapasitas perkolasi digunakan. Kapasitas perkolasi adalah suatu
parameter yang penting bila infiltrasi buatan diperlukan (suatu teknik yang terkenal di
negeri Belanda).
5.2. Lengas Tanah
5.2.1. Konsep Umum Lengas Tanah
Jika grafitasi merupakan satu-satunya gaya yang menyebabkan gerakan vertikal
air dalam tanah, tanah akan mengalirkan air sama sekali kering setelah hujan.
Kenyataan bahwa tanah selalu mengandung banyak lengas menunjukkan bahwa gaya-
gaya yang memegang lengas dalam tanah harus dikenakan sampai pada tingkat tertentu
4
(Ward, 1967). Fenomena retensi lengas tanah sama sekali tidak dimengerti, gaya-gaya
utama yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah adalah:
a. Adsorpsi (molekul air ditarik dan berada di permukaan partikel tanah secara kuat),
b. Gaya osmotik (karena bahan kimiawi terlarut, seperti garam, maka gaya yang
memegang air dalam tanah ditingkatkan dengan jumlah yang sama dengan tekanan
osmotik larutan tanah), dan
c. Gaya kapiler (= tekanan muka = molekul permukaan air yang ditarik terutama oleh
molekul di dalam air (adhesi; juga kohesi terjadi) dan selaput air dalam tanah
dengan demikian dipegang di lapangan in situ oleh gaya tegangan muka). Gaya
kapiler tergantung pada ukuran rongga, dan gaya permukaan, pada jumlah dan sifat
permukaan partikel-partikel tanah.
Untuk penentuan kerapatan isi, volume contoh harus diketahui ini dapat
diperoleh dengan metode inti dimana pengambil contoh tanahyang terbuat dari logam
dilindris dengan volume yang diketahui ditekan kedalam tanah dan dengan hati-hati
diambil untuk menjaga agar volume tanah sama dengan volume pengambil contoh
silindris.
Perubahan kandungan air tanah secara nyata mengubah sifat-sifat tanah seperti
keteguhan, kompresibilitas dan konduktivitas hidrolik. Volume kebanyakan tanah juga
berubah dengan berubahnya proporsi air dan udara dalam rongga-rongga atau dari
perubahan rongga.
Kandungan lengas tanah juga dipengaruhi oleh ciri fisis yaitu porositas.
Porositas didefenisikan sebagai nisbah volume rongga (Vv ) dengan volume total tanah.
Rumus untuk menghitung porositas:




=
V
Vv
v 100 atau 





−=
d
d
v
γ
ρ
1100
Keterangan:
v= porositas (atau nisbah rongga) dalam %
Vv= volume ruang rongga (cm3
)
V= volume total contoh tanah tertentu (cm3
)
5
ρd= berat isi contoh tanah=kerapatan contoh tanah kering (gr/cm3
)
ρd= Ws/Vs + Vv = Ws/V
Vs= volume padatan (cm3
)
Ws= berat padatan= berat contoh kering oven (gr)
γs= kerapatan butiran tanah+ berat jenis bahan padat (gr/cm2
)
γs= Ws/Vs
Untuk mengetahui kerapatan isi volume contoh harus diketahui. Ini dapat
diperoleh dengan metode inti dimana pengambil contoh tanah yang terbuat dari logam
di lindris dengan volume yang diketahui ditekan ke dalam tanah dan dengan hati-hati
diambil untuk menjaga agar volume tanah sama dengan volume pengambil contoh
tanah. . Kemudian permukaan ring sampel tanah yang sudah terisi tanah di beri lapisan
lilin cair atau parapin. Kemudian ditimbang baik diudara maupun sambil dicelupkan
dalam cairan yang diketahui kerapatannya.
Perubahan kandungan air tanah secara nyata mengubah sifat-sifat tanah seperti
keteguhan, kompresibilitas, plastisitas dan konduktivitas hidrolik.
Kandungan air tanah didefenisikan dalam tiga cara :
5.2.2. Kandungan air atas dasar berat basah (θw)
θw=Wt – Ws
Keterangan:
θw= kandungan air atas dasar berat basah (%)
Wt = berat contoh tanah lembab (%) = (Wt/Ws)x100
Ws= berat contoh tanah kering oven (%) Ws= (Ws/Wt)x100
5.2.3. Kandungan air atas dasar berat kering oven (θd)
Kandungan ini merupakan persentase air yang terdapat pada contoh tanah
kering tanur:
θd =Ww/Wsx100% = (100/100- θw)x θw
6
Contoh tanah yang lembab di timbang (Wt), kemudian dikeringkan pada suhu 1100
C,
didinginkan dan ditimbang lagi (Ws) untuk menentukan berat air yang hilang
(Ww=Wt-Ws). Ini merupakan metode baku, tetapi memerlukan banyak waktu
5.2.4. Kandungan air atas dasar volume (θ= kandungan air volumetrik).
Rumus ini menyatakan volume air per volume tanah lembab.
θ= Vw/Vs+Vv atau = θd (ρd)/100 (ρw)
Keterangan:
Vw: volume air (cm3
)
Vs: volume padatan (cm3
)
Vs: volume rongga (cm3
)
ρd=Ws/Vs+Vv= Kerapatan isi tanah = berat tanah dibagi dengan volume total
(V=Vs+Vv) tanah (gr/cm3
)
ρw= kerapatan air (gr/cm3
)
Kandungan air atas dasar volume, misal 35% berarti 35 mm air dalam 100 mm
kolom tanah atau 35 cm air per meter jeluk tanah. Jika misalnya tanah hanya 40 cm
dalamnya, maka kandungan air tanah hanya (350mm/m)(0,4) = 140 mm.
5.2.5. Potensial Air Tanah
Energi yang mengikat air dalam tanah pada setiap kandungan air dicirikan
sebagai potensial air tanah. Potensial air tanah (atau potensial matriks) terutama dibagi
menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan potensial gravitasi.
Namun, terdapat potensial komponen lainnya (Young, 1975) yang berperanan pada
potensial total tanah. Potensial komponen dapat dituliskan sebagai berikut:
∆ψ= ∆ψm + ∆ψg + ∆ψπ + ∆ψp + ∆ψa ……..
Keterangan:
∆ψ= potensial air tanah total (potensial lengas)
∆ψm=potensial matrik (atau kapiler)
∆ψg=potensial gravitasi
∆ψπ=potensial osmotik
7
∆ψp= potensial piezometrik
∆ψa= potensial angin atau tekanan.
Potensial dinyatakan sebagai perbedaan-perbedaan (∆) terhadap titik sembarang
yang ditetapkan sebagai berpotensial nol. Misalnya permukaan air bebas, mempunyai
potensial nol. Buckingham (1970) mengusahakan penggunaan konsep energi, atau
konsep potensial air tanah, dalam penelitian gerakan lengas tanah dan menyarankan
penggunaan istilah potensial kapiler untuk menunjukkan daya tarik tanah akan air.
Banyak istilah telah dipergunakan untuk memberi batasan energi yang mengikat
air dalam tanah. Istilah tegangan air tanah dan isapan tanah digunakan untuk
memberikan batasan secara berturut-turut bahwa air tanah berada dalam keseimbangan
dengan tekanan yang kurang dari atmosfir dan tanah memberikan tekanan terhadap air.
Penyesuaian pemakaian yang dibakukan akan menghindarkan pengertian yang
membingunkan. Dalam hal ini akan digunakan istilah potensial pada perlakuan-
perlakuan teoritis air tanah, dan isapan dalam pemakaian praktis. Harga-harga isapan
tanah adalah positif dan harga-harga potensial adalah negatif, namun keduanya secara
numerik adalah sama. Berbagai satuan dipergunakan untuk mengukur potensial air
tanah.
5.2.6. Kurva Tegangan
Kurva-kurva yang menjelaskan hubungan antara potensial air tanah, pF, dan
kandungan lengas tanah (atau kandungan air tanah) dikenal sebagai kurva tegangan.
Kurva-kurva tegangan untuk tanah-tanah dengan ukuran partikel yang berbeda
menunjukkan kenyataan bahwa :
1. potensial air tanah menurun dengan meningkatnya kandungan air (makin banyak air
tanah, makin berkurang energi yang diperlukan untuk memegang air dalam tanah).
2. Isapan meningkat jika ukuran pori yang mengikat air berkurang.
3. Laju perubahan kemiringan maksimum, yang menunjukkan ukuran rongga dominan
yang mengikat air, terjadi pada potensial yang lebih rendah bila ukuranpartikel
menurun.
8
4. Tanah liat utuh mempunyai lebih banyak rongga didalamnya, dibandingkan bila
tanah dibentuk kembali yang akan menyebabkan rongga tersebut rusak. Dengan
demikian tanah menahan lebih banyak air bila dibentuk kembali.
5. Konsolidasi menyebabkan volume rongga yang besar akan menurun dan rongga
yang kecil akan naik. Karena itu, tanah yang dimamfaatkan akan menahan lebih
banyak air pada isapan yang tinggi, namun berkurang pada isapan yang rendah.
6. Pada campuran liat-pasir, kandungan air pada potensial tertentu akan naik diatas
proporsi minimum.
5.2.7. Histeresis
Salah satu pembatasan utama penggunaan kurva retensi adalah yang berkenaan
dengan fenomena histeresis. Untuk suatu isapan tertentu, kandungan air tanah beragam
pada apakah itu dibasahi atau dikeringkan. Histeresis akan menjadi terbesar pada kasus
tanah yang mengering. Histeresis disebabkan oleh kenyataan bahwa banyak pori
mempunyai leher yang agak sempit atau hubungan dengan pori-pori didekatnya. Bila
tanah mongering pori-pori tersebut tidak dapat kosong sampai dicapai suatu isapan
yang tinggi. Bila tanah sedang dibasahi, pori ini tidak akan terisi hingga isapan
menurun ketingkat yang jauh lebih rendah yang dihubungkan dengan diameternya yang
terbesar, dititik mana pori akan terisi dengan sangat cepat.
5.2.8. Penampang Jeluk Lengas Tanah
Bila infiltrasi berlanjut terus (selama hujan yang lebat), permukaan yang
langsung akan menjadi jenuh, dan akan terjadi penurunan kandungan air dengan jeluk
tanah. Pada kondisi dengan infiltrasi yang terus berlanjut, perlokasi akan terjadi.
5.2.9. Gerakan naik lengas tanah – gerakan kapiler
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai gerakan naik tanah sangat terbatas
karena perhatian besar ditujukan pada pembahasan tanah dari bawah melalui saluran-
9
saluran kapiler. Lagi pula, tanah disederhanakan sebagai suatu ikatan tabung kapiler
dimana tinggi kenaikan dihitung dengan persamaan yang terkenal (Young, 1975).
Pengaruh evapotranspirasi adalah untuk menciptakan suatu hisapan dan
mendorong gerakan air menuju permukaan tanah, kerapatan dan jeluk muka air
merupakan factor-faktor yang mempengaruhi gerakan air keatas karena pengaruh
evapotranspirasi.
5.2.10. Pengukuran Potensial Air Tanah
1. Pengukuran laboratorium
Pada dasarnya, pengukuran potensi dapat dilakukan dengan metode dimana
gaya yang terukur dikenakan pada air tanah dan hasil perubahan kandungan air tanah
diukur. Pengukuran laboratorium dilakukan dengan mengenakan tekanan yang spesifik
dan dengan mengukur kandungan air setimbang yang dihasilkan (untuk suatu tekanan
tertentu air berhenti keluar dari contoh tanah). Ini dapat dilakukan baik dengan
menggunakan tekanan negatif maupun tekanan positif.
a. Metode Haines : Contoh tanah diletakkan pada cawan keramik dan tekanan negatif
(maksimum –1 bar) dikenakan pada bagian bawah contoh. Air mengalir dari contoh
melalui pori keramik ke dalam tabung pengukur dan perubahan kandungan air pada
tanah diamati secara langsung dengan mengukur perubahan posisi meniscus pada
tabung.
b. Membran tekanan : Karena tekanan positif dikenakan pada bagian atas contoh
tanah, air bergerak dari contoh, melalui membran hingga kesetimbangan tercapai.
c. Metode tekanan uap : Tekanan uap yang terkendali dimasukkan pada ruangan yang
mengandung contoh. Tanah mengisap air atau kehilangan air sampai potensial
tanah sama dengan potensial udara disekitarnya.
2. Pengukuran-pengukuran di tempat
a. Tensiometer : Alat ini terdiri atas cawan poreus yang dipendam dalam tanah dan
dihubungkan dengan monometer atau pengukuran hampa. Air bergerak dari cawan
10
poreus kedalam tanah disekitarnya hingga hisapan pada cawan dan tanah
disekitarnya berada dalam kesetimbangan.
b. Psikometer thermocouple : Alat ini yang paling modern dan diharapkan menjadi
alat yang terbaik bagi pengukuran potensial air tanah. Alat ini mengukur tekanan
uap didalam tanah.
3. Pengukuran-pengukuran tidak langsung
a. Tahanan antara dua elektroda yang dipasang pada suatu blok gips ysng poreus
yang dibenamkan kedalam tanah diukur. Jika tanah mongering, maka pori pada
gips kehilangan air tanah disekitarnya dan tahanan antara elektroda akan naik.
b. Beberapa bahan yang poreus (sumbat keramik, kertas saring, dan lain-lain)
dimana hubungan antara w dan w diketahui, ditempatkan berhubungan dengan
tanah dan secara berkala ditimbang untuk menentukan perubahan didalam
kandungan air tanah.
5.2.11. Pengukuran lengas tanah
Progam pengamatan lengas tanahmungkin berbeda-beda menurut tujuannya.
Misalnya, untuk maksud-maksud pertanian pengukuran lengas tanah diambil pada
empat titik per hektar dapat memberikan daya yang memadai bagi pendugaan harga
tertimbang rata-rata air tanah diseluruh kawasan pertanian. Metode statistik biasanya
digunakan untuk menentukan banyaknya titik pengamatan yang diperlukan.
Metode-metode pengukuran kandungan lengas tanah adalah sebagai berikut :
a. Metode gravimetrik
b. Metode tensiometrik
c. Metode tahanan – listrik
d. Metode pancaran neutron
e. Metode sinar gamma
f. Metode penginderaan jauh
g. Lisimeter
h. Metode kimia
11
i. Metode panas
5.3. Kepentingan Praktis Infiltrasi
5.4. 1. Berkurangnya banjir
2. Berkurangnya erosi tanah
3. Memberikan air pada vegetasi dan tanaman
4. Mengisi kembali reservoir air tanah
5. Menyediakan aliran pada sungai pada musim kemarau
4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi
1. Karasteristik-karakteristik hujan (hubungan I dan Fc)
2. kondisi-kondisi permukaan tanah
3. Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan
mengurangi infiltrasi
5. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori pada permukaan tanah dan
mengurangi laju infiltrasi
6. Laju infiltrasi awal (Fo)dapat ditingkatkan dengan menaikkan jeluk detensi
permukaan (Da).
7. Kapasitas infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari.
8. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengruhi laju infiltrasi.
9. Pembekuan permukaan tanah mengurangi kapasitas infiltrasi selama tahapan awal
hujan berikutnya.
10. Penggolongan dapat meningkatkan (dengan terasering, pembajakan kontur, dll)
atau menurunkan (pengolahan permukaan vegetasi) kapasitas infiltrasi karena
kenaikan atau penurunan cadangan permukaan.
11. Kondisi-kondisi penutup permukaan
- Penutup vegetasi (karena terhambatnya aliran permukaan dan berkurangnya
pemadatan tetesan hujan) meningkatkan infiltrasi. Kerapatan dan tipe vegetasi
juga penting dalam mengendalikan infiltrasi.
12
- Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori-
pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi.
- Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
seresah.
- Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi
kapasitas infiltrasi.
11. Transmisibilitas tanah
- Banyaknya pori yang besar ( yang dilalui air hanya dengan gaya gravitasi), yang
menentukan sebagian dari struktur tanah, merupakan salah satu faktor yang
penting yang mengatur laju transmisi air yang menurun melalui tanah.
Kemantapan structural, faktor-faktor biotik, dan sifat penampang tanah
merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pori yang besar, dan tentu saja
transmibilitas tanah.
- Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah. Hal ini terjadi dalam tiga
cara, yaitu :
1. Kandungan air yang meningkat mengisi ruang pori dan mengurangi kapasitas
tanah untuk infiltrasi air selanjutnya.
2. Bila hujan membasahi permukaan suatu tanah yang kering, gaya kapiler yang
kuat diciptakan yang cenderung untuk menarik air kedalam tanah dengan laju
yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi
saja.
3. Meningkatnya air tanah menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi
ruang pori.
12. Karakteristik-karakteristik air yang terinfiltrasi
- Suhu air mempunyai beberapa pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum
pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada bulan-bulan musim panas
13
kapasitas infiltrasi lebih tinggi. Namun itu tentu disebabkan oleh sejumlah
faktor dan tentunya bukan karena suhu saja.
- Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi. Liat halus
pada partikel debu yang dibawa dengan air ketika infiltrasi kebawah dapat
menghambat ruang pori yang lebih kecil.
5.5. Keragaman Waktu Kapasitas Infiltrasi
Sebegitu jauh kapasitas infiltrasi menurun dengan waktu. Ini merupakan ciri
infiltrasi yang paling menyolok. Laju kapasitas infiltrasi yang menurun ini disebabkan
oleh berbagai hal. Besarnya fo dapat sebesar 1,2 atau 10 cm/jam, tergantung pada tipe
tanah dan kondisinya. Demikian juga fo mungkin sebesar 0,5 atau 1 cm/jam, tergantung
pada tipe tanah dan kondisinya. Keragaman yang halus dari kurva kapasitas infiltrasi
(fc) disajikan untuk tiga hal, yaitu :
- Intensitas hujan (i) yang sama atau lebih besar daripada kapasitas infiltrasi.
- Intensitas hujan berseling (i1, i2, dan i3) yang lebih besar daripada kapasitas infiltrasi
- Intensitas hujan yang kurang dari pada kapasitas infiltrasi.
Banyak rumus yang memberi batasan keragaman waktu infiltrasi
dikembangkan.
Karateristik infiltrasi bervariasi secara ruang pada suatu aliran sungai. Karena
itu, harga konstanta yang meliputi semua tipe kondisi tanah pada kawasan tersebut
adalah tidak praktis.
5.6. Penentuan Laju Infiltrasi.
I. Penentuan infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan
a. Cara buatan.
• Infiltrometer, merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter besar
(atau suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah.
Infilitrometer cincin konsentrik yang merupakan tipe biasa, terdiri dari dua
cincin konsentrik yang ditekan ke dalam permukaan tanah. Kedua cincin
14
tersebut digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe genangan) secara terus
menerus untuk mempertahankan tinggi yang konstan (jeluk air). Infiltrometer
hanya dapat memberikan angka bandingan yang berbeda (harga lebih tinggi)
dari infiltrasi sebenarnya. Dengan menggunakan petak lapangan terisolasi,
kapasitas infiltrasi ditentukan oleh jumlah air yang ditambahkan untuk
mempertahankan tinggi yang tetap. Dibandingkan dengan infiltrometer tipe
cincin, petak bidang terisolasi (kenyataan infiltrometer yang besar) mempunyai
pengaruh batas yang kurang nyata, namun masih belum menggambarkan
realitas. Angka yang diperoleh sekali lagi merupakan angka-angka pembanding
• Lisimeter, untuk penentuan kapasitas infiltrasi. Hanya lisimeter tipe timbangan
dapat dipergunakan. Baik hujan buatan (irigasi) dengan suatu jeluk yang
konstan maupun hujan alami digunakan.
• Simulator curah hujan, dengan menggunakan petak lapangan terisolasi, kondisi
curah hujan disimulasi dengan hujan buatan. Hujan buatan ini juga disebut
infiltrometer irigasi semprotan. Ukuran dan bentuk petak sangat beragam.
Infiltrometer tipe F yang sering digunakan, mempunyai dua baris penyemprot
yang penyemprot air diatas petak berukuran 6 x 12 kaki. Ukuran tetesan dan
ketinggian jatuh dapat dikendalikan. Infiltrasi dideduksi dari analisis curah
hujan dan limpasan permukaan. Hujan simulasi yang dikenakan pada petak
lapangan ( percobaan yang sama dapat juga dimanipulasikan di laboratorium)
pada insensitas 1mm/jam dihentikan pada waktu tf. Hidrograf limpasan yang
dihasilkan akan mempunyai suatu cabang naik (selama hujan) dan suatu cabang
menurun (setelah berhentinya hujan).
b. Cara-cara alami
1. Hidrograf aliran sungai kecil, pada suatu kasus daerah aliran sungai yang kecil
(hingga ukuran sekitar 0,04 km2
) penentuan kehilangan infiltrasi jauh lebih rumit
15
dibandingkan dengan penentuan yang dilakukan oleh simulator hujan. Namun,
pendekatannya adalah serupa dengan pendekatan simulator hujan dan
menggunakan kurva komulatif (P,Q,P-Q dan F)untuk menghidarkan agihan yang
tidak seragam seperti agihan hietograf hujan. Perkiraan kehilangan total
dimungkinkan dengan anggapan bahwa intensitas kehilangan selama hujan tidak
beragam dengan waktu (konstan).
2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar, pada daerah aliran
sungai yang lebih besar terdapat ciri-ciri yang khusus (seperti agihan hujan yang
tidak seragam, keragaman ruang yang besar dalam tipe tanah dan tipe tajuk, dll)
yang mempengaruhi infiltrasi. Ciri-ciri ini menyebabkan agihan ruang dan waktu
infiltrasi yang tidak seragam. Karena itu, penentuan kapasitas infiltrasi dengan
bantuan hidrograf limpasan hanya dianjurkan untuk daerah aliran sungai yang kecil
dan tidak untuk daerah aliran sungai yang besar. Dalam praktek, indeks-indeks
infiltrasi digunakan sebagai metode jalan pintas dalam menentukan infiltrasi dari
daerah aliran sungai yang besar. Jika tersedia kurva-kurva kapasitas f suatu daerah
aliran sungai yang kecil atau petak pada daerah aliran sungai besar yang sama,
kurva-kurva tersebut dapat digunakan dalam memperkirakan laju infiltrasi pada
daerah aliran sungai yang besar.
c. Metode kapasitas (F)
Pada metode ini, laju infiltrasi aktual (fac) ditentukan dengan membandingkan
intensitas hujan dengan harga kapasitas infiltrasi (fc). Infiltrasi aktual yang
diperkirakan ditambah cadangan depresi permukaan (Sd) dan infiltrasi sisanya (fr.
Untuk menggantikan cadangan detensi) dikurangkan dari hujan yang ditentukan dan
hujan efektif ditentukan. Cadangan dapresi hanya dikurangkan dari bagian hujan yang
pertama karena pada bagian hujan ini depresi diisi pemulihan 3% (harga yang
diasumsikan) disebabkan karena jumlah hujan yang kecil yang masuk pada periode ke-
5 dan ke-6 (periode yang kering meningkatkan kapasitas infiltrasi). Jumlah kehilangan
yang ditentukan terutama karena infiltrasi.
16
d. Metode indeks
1. Metode indeks O = metode ini merupakan laju konstan (mm/jam), dan lain-lain)
di atas mana volume curah hujan sama dengan volume limpasan yang diamati.
Metode ini menggambarkan semua kehilangan permukaan (intersepsi, cadangan
depresi permukaan, cadangan detensi dan evapontranspirasi) dan infiltrasi.
Metode ini menganggap limpasan terlalu besar pada permulaan dan terlalu kecil
pada akhir hujan. Tidak ada perhatian yang diberikan bagi kehilangan awal dan
bagi infiltrasi selama periode tidak hujan atau selama periode sisa.
2. Metode Fav = Metode ini lebih teliti daripada metode indeks O karena
perhatian yang juga diberikan pada simpangan permulaan (Sd), periode-periode
tanpa hujan dan infiltrasi sisa. Metode ini didefenisikan sebagai rata-rata laju
infiltrasi selama periode adanya pasokan air yang berkesinambungan untuk
infiltrasi. Dalam metode ini, analisis diselesaikan secara terpisah untuk masing-
masing periode hujan (disarankan 1 jam) dengan menganggap bahwa curah
hujan sebelum atau sesudah periode ini sama sekali hilang.
3. Metode Indeks –W = indeks ini mengacu pada laju infiltrasi selama periode (tc)
jika intensitas curah hujan (i) melebihi laju kapasitas infitrasi indeks ini sama
dengan, W = O – laju kehilangan
W = P-Q –Sd-1 dimana I=intersepsi
Te
Jika tanah jenuh dengan air, kapasitas infiltrasi akan mencapai laju minimum
yang konstan dan final (fa). Ini berarti bahwa kenaikan dalam simpanan
permukaan (Da + Sd + I) akan mendekati nol. Maka menurut defenisi, indeks
W menjadi indeks Wmin dan hampir sama dengan O. indeks Wmin digunakan
dalam kajian-kajian yang memperhatikan jumlah banjir (luapan) maksimum.
4. Metode persentase limpasan : pada metode ini curah hujan efektif diberi batasan
sebagai suatu persentase dari hujan total. Pada beberapa hal, persentase ini
dipertahankan konstan, daripada beberapa hal lainnya, persentase tersebut
beragam dengan waktu. Harga persentase adalah lebih besar untuk curah hujan
17
yang berintensitas rendah. Hal ini disebabkan karena liputan kawasan yang
lebih luas dari air yang brinfiltrasi dan juga disebabkan karena kehilangan-
kehilangan yang lebih besar.
e. Penaksiran berdasarkan keadaan kandungan air tanah
Metode-metode tersebut di muka pada dasarnya didasarkan atas rekaman-
rekaman curah hujan dan limpasan untuk suatu kawasan tertentu. Metode-metode itu
menunjukkan harga rata-rata kapasitas infiltrasi yang diperoleh untuk seluruh kawasan,
dan bukan dengansampling (pencuplikan) kawasan-kawasan sangat kecil seperti yang
dilakukan dengan infiltrometer. Karena kandungan air tanah awal mempengaruhi
kapasitas infiltrasi maka digunakan pendekatan yaitu :
1. Indeks hujan pendahulu (IHP)
Metode IHP (yang digunakan secara luas di USA) berfungsi sebagai indeks
terhadap kondisi air dalam tanah. Pada dasarnya metode ini merupakan penjumlahan
jumlah hujan yang terjadi sebelum hujan yang diteliti yang ditimbang menurut waktu
terjadinya. IHP untuk hari ini (hari nol) diberikan oleh Bruce (1996) sebagai berikut:
Pa0 =kP1+k2
p2+…+kt
p2
Dimana P1 merupakan hujan (mm) kemarin, P2 adalah hujan 2 hari sebelumnya,
pt adalah hujan “t” hari sebelumya dan k adalah konstanta resesi (dengan harga sekitar
0,92, tapi beragam antara 0,85 dan 0,98). Harga IHP dihitung setiap hari sedemikian
rupa sehingga harga IHPhari ini (Pa0) dapat dihubungkan dengan harga IHP kemarin
(Pat) dengan :
Pa0 =k (Pat+P2)
Yaitu IHP untuk hari ini (atau hari tertentu) sama dengan k kali IHP untuk
kemarin (atau hari sebelum hari tertentu) ditambah k kali hujan kemarin (atau hari
sebelum hari tertentu).
2. Perkiraan depisit lengas tanah
18
Dalam metode ini (yang digunakan di Inggris) pengukuran evspotranspirasi dan
presipitasi digunakan dalam menentukan defisit lengas tanah. Perkiraan defisit lengas
tanah digunakan untuk meramalkan proporsi limpasan (dan kehilangan) yang timbul
dari suatu hujan tertentu.
II. Penentuan infiltrasi sebagai faktor dalam pengisian kembali air tanah
Sebegitu jauh semua metode yang disebutkan menentukan infiltrasi sebagai
kehilangan air dari permukaan tanah. Namun adalah mungkin untuk menentukan
infiltrasi sebagai masukan bagi air tanah. Air yang berperkolasi dan ditambahkan pada
air tanah ini disebut pengisian kembali air tanah. Pengisian kembali ini tergantung pada
beberapa faktor seperti :
1. Kapasitas infiltrasi
2. Karakteristik presipitasi stokastik
3. Faktor Iklim; agihan presipitasi pada suatu tahun mengatur pengisian kembali air
tanah. Pada kawasan arid, misalnya pengisian kembali akan terjadi dari aliran
epemeral, tetapi sebagian besar diserap sebelum mencapai muka air tanah. Pada
kawasan semi arid, pengisian kembali adalah tidak beraturan dan terjadi pada
periode hujan lebat. Hujan ringan dan sedang tidak memberikan kontribusi terhadap
pengisian kembali. Pada kawasan basah pengisian kembali berada pada periode
musim dingin. Pada bulan-bulan musim panas semua presipitasi menjadi air tanah
atau berevaporasi. Pada kawasan dingin peleburan air beku dapat memberikan
pengisian kembali yang tiba-tiba terhadap air tanah.
4. Topografi, pada lereng yang curam terdapat sedikit waktu untuk berinfiltrasi dan
bagian utama air diberikan pada limpasan permukaan. Pada kawasan yang
bergelombang (bukit pasir, bukit glacial, dan lain-lain) drainase internal
memberikan pengisian kembali air tanah.
5. Geologi: Lapisan bawah tanah, misalnya menyebabkan tidak semua air yang
berinfiltrasi memberikan sumbangan pada pengisian kembali air tanah. Batas air
tanah dapat berbeda dari batas drainase.
19
Dibawah ini disajikan metode yang paling umum dalam menentukan pengisian kembali
air tanah.
Catatan : Terdapat dua metode lagi yang dapat digunakan didalam menentukan
kehilangan, yaitu : a). Analisis aliran dasar dan b). Metode bilangan kurva yang
dikembangkan oleh dinas pengawetan tanah USA.
a. Metode neraca air
Persamaan neraca air dapat digunakan terhadap dua batas yang berbeda. Jika
persamaan dikembangkan untuk kawasan didalam batas ABEF.
P+R1+R2+Ea+Er+AS1 = untuk periode-periode pendek atau
P+R1+R2+Ea+ER = untuk periode-periode yang lebih panjang
Keterangan :
Ea =Evapontrannpirasi actual
P = Presipitasi
R = Inflow (Limpasan permukaan)
R2 = Outflow
F = Infiltrasi
FR = Pengisian kembali air tanah
AS1 = Perubahan kadar air tanah
U1 = Inflowair tanah
U0 = outflow air tanah
AS2 = Perubahan cadangan air tanah.
Karena jumlah evapontrampirasi actual (Ea) kerap kali tidak diketahui, adalah
lebih baik mempertimbangkan persamaanneraca suatu kawasan dalam batas BCDE.
b. Kurva Deplesi
Daerah yang diarsir pada kurva deplesi menunjukkan jumlah pengisian kembali
air tanah selama periode hujan. Akibatnya taksiran Fr dimungkinkan tanpa mengetahui
keragaman permukaan air tanah.
20
III.Gerakan air tanah
a. Pengisian kembali dapat ditentukan dengan menggunakan perbedaan antara
permukaan air tanah antara dua bagian.
b. Jika air tanah keluar dalam bentuk mata air, debit tahunan mata air adalah sama
dengan pengisian kembali tahunan air tanah.
c. Jika pada kasus-kasus yang khusus, semua air tanah masuk kedalam suatu
tempat pada permukaan (kolam, tanah rawa, danau kecil, dan lain-lain)
pengisian kembali dapat dihitung dengan kawasan dari sumber tanah.
d. Penggunaan pelacak, konsentrasi isotop H dan O (misalnya molekul H2O18 dan
H2O16) dalam air hujan dibandingkan dengan konsentrasi pada air tanah untuk
menentukan jumlah air hujan yang diberikan pada air tanah. Tipe metode
pelacak ini masih di bawah penelitian.
e. Lisimeter, merupakan metode yang paling berguna di dalam pengkajian
kawasan yang kecil.
f. Keragaman muka air tanah–lengas tanah, keragaman periodik kandungan lengas
tanah dan muka air tanah dapat digunakan sebagai dasar dalam menciptakan
dugaan (atau rumus) pengisian kembali air tanah.
g. Metode kandungan garam, Jika kandungan klorida (Cl) air hujan diketahui
peningkatan kandungan garam air tanah dapat disebabkan oleh hujan dan
pengisian kembali air tanah dapat ditentukan pendekatan ini dapat digunakan
pada kawasan pantai (udara menerima garam dari laut) tetapi menganggap
bahwa hujan merupakan satu-satunya sumber garam jika sumber garam lainnya
(seperti dalam tanah) tidak diketahui. Metode ini hanya mamberikan hasil
perkiraan saja.
21
Kesimpulan
Infiltrasi merupakan proses pengerutan air kedalam tanah pada zone tak jenuh
dengan gaya gerak gravitasi. Infiltrasi terjadi karena adanya pori tanah mempunyai
kemampuan mengikat air dan menyimpan air yang disebut Lengas tanah. Lengas tanah
yang tidak bisa dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami (seperti osmosis, gravitasi
atau kapilaritas) disebut :simpanan permanen.
Ada tiga gaya utam yang menyebabkan air dalam tanah :
1. Adsopsi
2. Gaya osmotik
3. Gaya Kapiler
Pengukuran-pengukuran potensi air tanah dapat dilakukan dengan :
1. Pengukuran laboratorium
2. Pengukuran-pengukuran ditempat
a. Tensiometer
b. Psikrometer themocouple
3. Pengukuran-pengukuran tidak langsung
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu :
1. Karakteristi-karakteristik hujan
2. Kondisi permukaan tanah
3. Kondisi-kondisi penutup tanah
4. Transmibilitas tanah
Penentuan infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan dapat dilakukan dengan
:
a. Cara buatan
1. Infiltrometer
2. Lisimeter
3. Simulator curah hujan
22
b. Cara-cara alami
1. Hidrograf aliran sungai kecil
2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar
a. Metode kapasitas F
b. Metode indeks
3. Penapsiran berdasarkan keadaan kandungan air tanah
a. Indeks hujan pendahulu
b. Perkiraan defisit lengas tanah.
Soal-Soal
1. Jelaskan pengertian infiltrasi?
2. Jelaskan proses terjadinya infiltrasi?
3. Jelaskan pengertian:
a. kapasitas lapangan
b. laju infiltrasi aktual
c. kapasitas infiltrasi
d. lengas tanah
e. titik layu permanent
4. Sebutkan dan jelaskan gaya-gaya utama yang menyebabkan terikatnya air dalam
tanah?
5. Jelaskan dan serta dengan rumus pengertian dari porositas?
6. Jelaskan mengapa dalam tanah terdapat pori-pori ?
7. Sebutkan dan jelaskan metode pengukuran lengas tanah?
23
Daftar Pustaka
1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Gadjah Mada University
2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University.
3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran
Sungai (Hidrometri). Nova Bandung.
5. Wilson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.
24

More Related Content

What's hot

Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiNurul Afdal Haris
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanamanselona
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiQunk
 
Presentation kelembaban udara
Presentation kelembaban udaraPresentation kelembaban udara
Presentation kelembaban udaraDhiah Febri
 
04 hubungan air, tanah dan tanaman
04   hubungan air, tanah dan tanaman04   hubungan air, tanah dan tanaman
04 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanmuhammadirfhan
 
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAEDIS BLOG
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 
Pemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanahPemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanahDicky Pulungan
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 
Agroklimatologi Kelembaban udara
Agroklimatologi Kelembaban udaraAgroklimatologi Kelembaban udara
Agroklimatologi Kelembaban udaraJoel mabes
 
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumCara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumHendry Ferdinans
 

What's hot (20)

Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
 
Presentasi infiltrasi
Presentasi infiltrasiPresentasi infiltrasi
Presentasi infiltrasi
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologi
 
Presentation kelembaban udara
Presentation kelembaban udaraPresentation kelembaban udara
Presentation kelembaban udara
 
04 hubungan air, tanah dan tanaman
04   hubungan air, tanah dan tanaman04   hubungan air, tanah dan tanaman
04 hubungan air, tanah dan tanaman
 
13 irigasi curah
13   irigasi curah13   irigasi curah
13 irigasi curah
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
Mekanika tanah
Mekanika tanahMekanika tanah
Mekanika tanah
 
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Pemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanahPemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanah
 
Siklus hidrologi
Siklus hidrologiSiklus hidrologi
Siklus hidrologi
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
 
Evaporasi
EvaporasiEvaporasi
Evaporasi
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
 
Agroklimatologi Kelembaban udara
Agroklimatologi Kelembaban udaraAgroklimatologi Kelembaban udara
Agroklimatologi Kelembaban udara
 
03 batas batas-atterberg
03 batas batas-atterberg03 batas batas-atterberg
03 batas batas-atterberg
 
Sifat fisik tanah
Sifat fisik tanahSifat fisik tanah
Sifat fisik tanah
 
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumCara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
 

Viewers also liked

Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Faktor penarik dan pendorong urbanisasi
Faktor penarik dan pendorong urbanisasiFaktor penarik dan pendorong urbanisasi
Faktor penarik dan pendorong urbanisasiSthefanie Parera
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
EvapotranspirasiRahma Rizky
 
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2ariefmcty
 
Kelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus airKelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus airNanda Reda
 
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Curah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasanCurah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasaninfosanitasi
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
rumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantararumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantaraAnnida Lisyahadah
 
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Kualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanian
Kualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanianKualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanian
Kualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanianHerda Windaningtyas
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikOktavia Triana
 
presentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujanpresentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujanwinyulisti
 
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...Raissa Rosadi
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)Fransiska Puteri
 
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasModel Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasHelmas Tanjung
 
Tugas ii sig isp2 akhir
Tugas ii sig   isp2 akhirTugas ii sig   isp2 akhir
Tugas ii sig isp2 akhirSepli Umbase
 

Viewers also liked (20)

Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
 
Faktor penarik dan pendorong urbanisasi
Faktor penarik dan pendorong urbanisasiFaktor penarik dan pendorong urbanisasi
Faktor penarik dan pendorong urbanisasi
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
Evapotranspirasi
 
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
 
Kelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus airKelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus air
 
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
 
Curah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasanCurah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasan
 
Struktur Lapisan Bumi
Struktur Lapisan BumiStruktur Lapisan Bumi
Struktur Lapisan Bumi
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
rumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantararumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantara
 
Rembesan air
Rembesan airRembesan air
Rembesan air
 
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
 
Kualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanian
Kualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanianKualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanian
Kualitas air dan_kegunaannya_di_bidang_pertanian
 
Hidrologi
HidrologiHidrologi
Hidrologi
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
 
presentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujanpresentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujan
 
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
 
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasModel Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
 
Tugas ii sig isp2 akhir
Tugas ii sig   isp2 akhirTugas ii sig   isp2 akhir
Tugas ii sig isp2 akhir
 

Similar to OPTIMASI INFILTRASI

Similar to OPTIMASI INFILTRASI (20)

Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
 
2 kuliah pa bab ii hta tan
2 kuliah pa bab ii hta tan2 kuliah pa bab ii hta tan
2 kuliah pa bab ii hta tan
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 
Timbulan lindi
Timbulan lindiTimbulan lindi
Timbulan lindi
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
Makalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanamanMakalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanaman
 
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogen
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogenDigitized by usu digital library pergerakan nitrogen
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogen
 
Hidrologi
HidrologiHidrologi
Hidrologi
 
Evapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power pointEvapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power point
 
ilmu tanah.ppt
ilmu tanah.pptilmu tanah.ppt
ilmu tanah.ppt
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
SUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPANSUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPAN
 
Soal kuis
Soal kuisSoal kuis
Soal kuis
 
1 DARCY.ppt
1 DARCY.ppt1 DARCY.ppt
1 DARCY.ppt
 
skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
PROSES KITARAN HIDROLOGI
PROSES KITARAN HIDROLOGIPROSES KITARAN HIDROLOGI
PROSES KITARAN HIDROLOGI
 
Akuifer
AkuiferAkuifer
Akuifer
 
12gravimetrik
12gravimetrik12gravimetrik
12gravimetrik
 
Mekanika Tanah 1 (Pemadatan Tanah)
Mekanika Tanah 1 (Pemadatan Tanah)Mekanika Tanah 1 (Pemadatan Tanah)
Mekanika Tanah 1 (Pemadatan Tanah)
 

More from Nurul Afdal Haris

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Nurul Afdal Haris
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarNurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Nurul Afdal Haris
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahNurul Afdal Haris
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinNurul Afdal Haris
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaNurul Afdal Haris
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalNurul Afdal Haris
 
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiMateri Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 

More from Nurul Afdal Haris (20)

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
 
Laporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi DasarLaporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi Dasar
 
Laporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi DasarLaporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi Dasar
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
 
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiMateri Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

OPTIMASI INFILTRASI

  • 1. PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri dari : kegiatan belajar 9 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis kompetensi dan sub kompetensi, diuraikan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban. Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai. 1
  • 2. KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 5 INFILTRASI 1. Tujuan Umum Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya infiltrasi 2. Tujuan Khusus Pembelajaran a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian infiltrasi? b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses terjadinya infiltrasi? c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian: kapasitas lapangan, laju infiltrasi aktual, kapasitas infiltrasi, lengas tanah, titik layu permanen . d. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan gaya-gaya utama yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah. e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian porositas. f. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa tanah mengandung pori-pori. g. Mahasiswa dapat menjelaskan mentode pengukuran lengas tanah. 2
  • 3. BAB V INFILTRASI 5.1. Landasan Teori Air cair yang diterima pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya tidak kedap air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kafiler dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Konsep infiltrasi ini relatif baru, namun banyak kemajuan didalam pengertian dan penentuannya telah dicapai pada tahun-tahun terakhir ini. Para ahli agronomi menyebut jeluk maksimun air yang dapat dikembalikan kepermukaan baik oleh tanaman maupun oleh kapilaritas, sebagai tanah. Ini merupakan mintakat dimana pertama kali presifitasi masuk. Pada mintakat ini (disebut mintakat tanah atau mintakat mintakat air tanah) air bergerak secara vertikal baik dengan cara evapotranspirasi kepermukaan maupun dengan cara perkolasi yang menurun (pergerakan menurun lengas tanah dari mintakat air tanah tak jenuh kemintakat jenuh menuju muka air tanah). Karena poreus (memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara atau dan cairan) maka tanah mempunyai kapasitas untuk menyimpan air. Air ini disebut lengas tanah. Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami (dengan osmosis, gravitasi atau kapilaritas) disebut ada dalam simpanan permanen. Kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik layu permanen vegetasinya. Titik layu ini (kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengeksrak air dari ruang pori tanah terhadap gaya gravitasi) ditentukan untuk suatu tanah bila bagian atas tanaman berada pada atmosfer basah dan tidak terlalu panas. Ini adalah sama bagi semua tanaman pada tanah tertentu (Eagleson 1970). Semua lengas tanah yang melebihi titik layu permanen disebut lengas tanah permanen. Air perkolasi yang sampai di bawah jangkauan akar tanaman memasuki suatu mintakat peralihan dimana kapilaritas dan osmosis tidak begitu penting, pada mintakat ini air ditahan sebagai simpanan berupa selaput pada partikel tanah individual dengan 3
  • 4. gaya permukaan (ini disebut air pelikuler atau berperkolasi ke bawah karena gravitasi (air gravitasi). Pada mintakat kapiler (atau mintakat rumbai kapiler) sebagian air berperkolasi ke bawah ke muka air tanah dan sebagian dari air itu ditahan melawan gaya gravitasi dengan cara kerja kapiler. Lengas tanah dapat berada dalam kondisi-kondisi yang berbeda pada bagian- bagian DAS yang berbeda-beda. Karena itu, lengas tanah biasa dianggap mencakup semua air pada mintakat aerasi. Kapasitas lapangan suatu tanah adalah jumlah maksimum yang dapat disimpan dalam tanah pada mintakat tak jenuh melawan gaya gravitasi. Di negeri Belanda kapasitas lapangan dipandang sebagai kandungan air yang setara dengan gaya hisap pF =2. Laju infiltrasi aktual (fac) adalah laju air berpenetrasi kepermukaan tanah pada setiap waktu dengan gaya-gaya kombinasi gravitasi, viskositas dan kapilaritas. Laju maksimum presipitasi dapat diserap oleh tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi, fc. Untuk suatu intensitas curah hujan, i. Infiltrasi hanya akan terjadi setelah semua depresi permukaan yang kecil terpenuhi. Demikian juga, perkolasi hanya akan terjadi bila mintakat tak jenuh telah mencapai kapasitas kapangannya. Sama halnya dengan terminologi infiltrasi, istilah laju perkolasi dan kapasitas perkolasi digunakan. Kapasitas perkolasi adalah suatu parameter yang penting bila infiltrasi buatan diperlukan (suatu teknik yang terkenal di negeri Belanda). 5.2. Lengas Tanah 5.2.1. Konsep Umum Lengas Tanah Jika grafitasi merupakan satu-satunya gaya yang menyebabkan gerakan vertikal air dalam tanah, tanah akan mengalirkan air sama sekali kering setelah hujan. Kenyataan bahwa tanah selalu mengandung banyak lengas menunjukkan bahwa gaya- gaya yang memegang lengas dalam tanah harus dikenakan sampai pada tingkat tertentu 4
  • 5. (Ward, 1967). Fenomena retensi lengas tanah sama sekali tidak dimengerti, gaya-gaya utama yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah adalah: a. Adsorpsi (molekul air ditarik dan berada di permukaan partikel tanah secara kuat), b. Gaya osmotik (karena bahan kimiawi terlarut, seperti garam, maka gaya yang memegang air dalam tanah ditingkatkan dengan jumlah yang sama dengan tekanan osmotik larutan tanah), dan c. Gaya kapiler (= tekanan muka = molekul permukaan air yang ditarik terutama oleh molekul di dalam air (adhesi; juga kohesi terjadi) dan selaput air dalam tanah dengan demikian dipegang di lapangan in situ oleh gaya tegangan muka). Gaya kapiler tergantung pada ukuran rongga, dan gaya permukaan, pada jumlah dan sifat permukaan partikel-partikel tanah. Untuk penentuan kerapatan isi, volume contoh harus diketahui ini dapat diperoleh dengan metode inti dimana pengambil contoh tanahyang terbuat dari logam dilindris dengan volume yang diketahui ditekan kedalam tanah dan dengan hati-hati diambil untuk menjaga agar volume tanah sama dengan volume pengambil contoh silindris. Perubahan kandungan air tanah secara nyata mengubah sifat-sifat tanah seperti keteguhan, kompresibilitas dan konduktivitas hidrolik. Volume kebanyakan tanah juga berubah dengan berubahnya proporsi air dan udara dalam rongga-rongga atau dari perubahan rongga. Kandungan lengas tanah juga dipengaruhi oleh ciri fisis yaitu porositas. Porositas didefenisikan sebagai nisbah volume rongga (Vv ) dengan volume total tanah. Rumus untuk menghitung porositas:     = V Vv v 100 atau       −= d d v γ ρ 1100 Keterangan: v= porositas (atau nisbah rongga) dalam % Vv= volume ruang rongga (cm3 ) V= volume total contoh tanah tertentu (cm3 ) 5
  • 6. ρd= berat isi contoh tanah=kerapatan contoh tanah kering (gr/cm3 ) ρd= Ws/Vs + Vv = Ws/V Vs= volume padatan (cm3 ) Ws= berat padatan= berat contoh kering oven (gr) γs= kerapatan butiran tanah+ berat jenis bahan padat (gr/cm2 ) γs= Ws/Vs Untuk mengetahui kerapatan isi volume contoh harus diketahui. Ini dapat diperoleh dengan metode inti dimana pengambil contoh tanah yang terbuat dari logam di lindris dengan volume yang diketahui ditekan ke dalam tanah dan dengan hati-hati diambil untuk menjaga agar volume tanah sama dengan volume pengambil contoh tanah. . Kemudian permukaan ring sampel tanah yang sudah terisi tanah di beri lapisan lilin cair atau parapin. Kemudian ditimbang baik diudara maupun sambil dicelupkan dalam cairan yang diketahui kerapatannya. Perubahan kandungan air tanah secara nyata mengubah sifat-sifat tanah seperti keteguhan, kompresibilitas, plastisitas dan konduktivitas hidrolik. Kandungan air tanah didefenisikan dalam tiga cara : 5.2.2. Kandungan air atas dasar berat basah (θw) θw=Wt – Ws Keterangan: θw= kandungan air atas dasar berat basah (%) Wt = berat contoh tanah lembab (%) = (Wt/Ws)x100 Ws= berat contoh tanah kering oven (%) Ws= (Ws/Wt)x100 5.2.3. Kandungan air atas dasar berat kering oven (θd) Kandungan ini merupakan persentase air yang terdapat pada contoh tanah kering tanur: θd =Ww/Wsx100% = (100/100- θw)x θw 6
  • 7. Contoh tanah yang lembab di timbang (Wt), kemudian dikeringkan pada suhu 1100 C, didinginkan dan ditimbang lagi (Ws) untuk menentukan berat air yang hilang (Ww=Wt-Ws). Ini merupakan metode baku, tetapi memerlukan banyak waktu 5.2.4. Kandungan air atas dasar volume (θ= kandungan air volumetrik). Rumus ini menyatakan volume air per volume tanah lembab. θ= Vw/Vs+Vv atau = θd (ρd)/100 (ρw) Keterangan: Vw: volume air (cm3 ) Vs: volume padatan (cm3 ) Vs: volume rongga (cm3 ) ρd=Ws/Vs+Vv= Kerapatan isi tanah = berat tanah dibagi dengan volume total (V=Vs+Vv) tanah (gr/cm3 ) ρw= kerapatan air (gr/cm3 ) Kandungan air atas dasar volume, misal 35% berarti 35 mm air dalam 100 mm kolom tanah atau 35 cm air per meter jeluk tanah. Jika misalnya tanah hanya 40 cm dalamnya, maka kandungan air tanah hanya (350mm/m)(0,4) = 140 mm. 5.2.5. Potensial Air Tanah Energi yang mengikat air dalam tanah pada setiap kandungan air dicirikan sebagai potensial air tanah. Potensial air tanah (atau potensial matriks) terutama dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan potensial gravitasi. Namun, terdapat potensial komponen lainnya (Young, 1975) yang berperanan pada potensial total tanah. Potensial komponen dapat dituliskan sebagai berikut: ∆ψ= ∆ψm + ∆ψg + ∆ψπ + ∆ψp + ∆ψa …….. Keterangan: ∆ψ= potensial air tanah total (potensial lengas) ∆ψm=potensial matrik (atau kapiler) ∆ψg=potensial gravitasi ∆ψπ=potensial osmotik 7
  • 8. ∆ψp= potensial piezometrik ∆ψa= potensial angin atau tekanan. Potensial dinyatakan sebagai perbedaan-perbedaan (∆) terhadap titik sembarang yang ditetapkan sebagai berpotensial nol. Misalnya permukaan air bebas, mempunyai potensial nol. Buckingham (1970) mengusahakan penggunaan konsep energi, atau konsep potensial air tanah, dalam penelitian gerakan lengas tanah dan menyarankan penggunaan istilah potensial kapiler untuk menunjukkan daya tarik tanah akan air. Banyak istilah telah dipergunakan untuk memberi batasan energi yang mengikat air dalam tanah. Istilah tegangan air tanah dan isapan tanah digunakan untuk memberikan batasan secara berturut-turut bahwa air tanah berada dalam keseimbangan dengan tekanan yang kurang dari atmosfir dan tanah memberikan tekanan terhadap air. Penyesuaian pemakaian yang dibakukan akan menghindarkan pengertian yang membingunkan. Dalam hal ini akan digunakan istilah potensial pada perlakuan- perlakuan teoritis air tanah, dan isapan dalam pemakaian praktis. Harga-harga isapan tanah adalah positif dan harga-harga potensial adalah negatif, namun keduanya secara numerik adalah sama. Berbagai satuan dipergunakan untuk mengukur potensial air tanah. 5.2.6. Kurva Tegangan Kurva-kurva yang menjelaskan hubungan antara potensial air tanah, pF, dan kandungan lengas tanah (atau kandungan air tanah) dikenal sebagai kurva tegangan. Kurva-kurva tegangan untuk tanah-tanah dengan ukuran partikel yang berbeda menunjukkan kenyataan bahwa : 1. potensial air tanah menurun dengan meningkatnya kandungan air (makin banyak air tanah, makin berkurang energi yang diperlukan untuk memegang air dalam tanah). 2. Isapan meningkat jika ukuran pori yang mengikat air berkurang. 3. Laju perubahan kemiringan maksimum, yang menunjukkan ukuran rongga dominan yang mengikat air, terjadi pada potensial yang lebih rendah bila ukuranpartikel menurun. 8
  • 9. 4. Tanah liat utuh mempunyai lebih banyak rongga didalamnya, dibandingkan bila tanah dibentuk kembali yang akan menyebabkan rongga tersebut rusak. Dengan demikian tanah menahan lebih banyak air bila dibentuk kembali. 5. Konsolidasi menyebabkan volume rongga yang besar akan menurun dan rongga yang kecil akan naik. Karena itu, tanah yang dimamfaatkan akan menahan lebih banyak air pada isapan yang tinggi, namun berkurang pada isapan yang rendah. 6. Pada campuran liat-pasir, kandungan air pada potensial tertentu akan naik diatas proporsi minimum. 5.2.7. Histeresis Salah satu pembatasan utama penggunaan kurva retensi adalah yang berkenaan dengan fenomena histeresis. Untuk suatu isapan tertentu, kandungan air tanah beragam pada apakah itu dibasahi atau dikeringkan. Histeresis akan menjadi terbesar pada kasus tanah yang mengering. Histeresis disebabkan oleh kenyataan bahwa banyak pori mempunyai leher yang agak sempit atau hubungan dengan pori-pori didekatnya. Bila tanah mongering pori-pori tersebut tidak dapat kosong sampai dicapai suatu isapan yang tinggi. Bila tanah sedang dibasahi, pori ini tidak akan terisi hingga isapan menurun ketingkat yang jauh lebih rendah yang dihubungkan dengan diameternya yang terbesar, dititik mana pori akan terisi dengan sangat cepat. 5.2.8. Penampang Jeluk Lengas Tanah Bila infiltrasi berlanjut terus (selama hujan yang lebat), permukaan yang langsung akan menjadi jenuh, dan akan terjadi penurunan kandungan air dengan jeluk tanah. Pada kondisi dengan infiltrasi yang terus berlanjut, perlokasi akan terjadi. 5.2.9. Gerakan naik lengas tanah – gerakan kapiler Penelitian-penelitian terdahulu mengenai gerakan naik tanah sangat terbatas karena perhatian besar ditujukan pada pembahasan tanah dari bawah melalui saluran- 9
  • 10. saluran kapiler. Lagi pula, tanah disederhanakan sebagai suatu ikatan tabung kapiler dimana tinggi kenaikan dihitung dengan persamaan yang terkenal (Young, 1975). Pengaruh evapotranspirasi adalah untuk menciptakan suatu hisapan dan mendorong gerakan air menuju permukaan tanah, kerapatan dan jeluk muka air merupakan factor-faktor yang mempengaruhi gerakan air keatas karena pengaruh evapotranspirasi. 5.2.10. Pengukuran Potensial Air Tanah 1. Pengukuran laboratorium Pada dasarnya, pengukuran potensi dapat dilakukan dengan metode dimana gaya yang terukur dikenakan pada air tanah dan hasil perubahan kandungan air tanah diukur. Pengukuran laboratorium dilakukan dengan mengenakan tekanan yang spesifik dan dengan mengukur kandungan air setimbang yang dihasilkan (untuk suatu tekanan tertentu air berhenti keluar dari contoh tanah). Ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan tekanan negatif maupun tekanan positif. a. Metode Haines : Contoh tanah diletakkan pada cawan keramik dan tekanan negatif (maksimum –1 bar) dikenakan pada bagian bawah contoh. Air mengalir dari contoh melalui pori keramik ke dalam tabung pengukur dan perubahan kandungan air pada tanah diamati secara langsung dengan mengukur perubahan posisi meniscus pada tabung. b. Membran tekanan : Karena tekanan positif dikenakan pada bagian atas contoh tanah, air bergerak dari contoh, melalui membran hingga kesetimbangan tercapai. c. Metode tekanan uap : Tekanan uap yang terkendali dimasukkan pada ruangan yang mengandung contoh. Tanah mengisap air atau kehilangan air sampai potensial tanah sama dengan potensial udara disekitarnya. 2. Pengukuran-pengukuran di tempat a. Tensiometer : Alat ini terdiri atas cawan poreus yang dipendam dalam tanah dan dihubungkan dengan monometer atau pengukuran hampa. Air bergerak dari cawan 10
  • 11. poreus kedalam tanah disekitarnya hingga hisapan pada cawan dan tanah disekitarnya berada dalam kesetimbangan. b. Psikometer thermocouple : Alat ini yang paling modern dan diharapkan menjadi alat yang terbaik bagi pengukuran potensial air tanah. Alat ini mengukur tekanan uap didalam tanah. 3. Pengukuran-pengukuran tidak langsung a. Tahanan antara dua elektroda yang dipasang pada suatu blok gips ysng poreus yang dibenamkan kedalam tanah diukur. Jika tanah mongering, maka pori pada gips kehilangan air tanah disekitarnya dan tahanan antara elektroda akan naik. b. Beberapa bahan yang poreus (sumbat keramik, kertas saring, dan lain-lain) dimana hubungan antara w dan w diketahui, ditempatkan berhubungan dengan tanah dan secara berkala ditimbang untuk menentukan perubahan didalam kandungan air tanah. 5.2.11. Pengukuran lengas tanah Progam pengamatan lengas tanahmungkin berbeda-beda menurut tujuannya. Misalnya, untuk maksud-maksud pertanian pengukuran lengas tanah diambil pada empat titik per hektar dapat memberikan daya yang memadai bagi pendugaan harga tertimbang rata-rata air tanah diseluruh kawasan pertanian. Metode statistik biasanya digunakan untuk menentukan banyaknya titik pengamatan yang diperlukan. Metode-metode pengukuran kandungan lengas tanah adalah sebagai berikut : a. Metode gravimetrik b. Metode tensiometrik c. Metode tahanan – listrik d. Metode pancaran neutron e. Metode sinar gamma f. Metode penginderaan jauh g. Lisimeter h. Metode kimia 11
  • 12. i. Metode panas 5.3. Kepentingan Praktis Infiltrasi 5.4. 1. Berkurangnya banjir 2. Berkurangnya erosi tanah 3. Memberikan air pada vegetasi dan tanaman 4. Mengisi kembali reservoir air tanah 5. Menyediakan aliran pada sungai pada musim kemarau 4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi 1. Karasteristik-karakteristik hujan (hubungan I dan Fc) 2. kondisi-kondisi permukaan tanah 3. Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan mengurangi infiltrasi 5. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju infiltrasi 6. Laju infiltrasi awal (Fo)dapat ditingkatkan dengan menaikkan jeluk detensi permukaan (Da). 7. Kapasitas infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari. 8. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengruhi laju infiltrasi. 9. Pembekuan permukaan tanah mengurangi kapasitas infiltrasi selama tahapan awal hujan berikutnya. 10. Penggolongan dapat meningkatkan (dengan terasering, pembajakan kontur, dll) atau menurunkan (pengolahan permukaan vegetasi) kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan cadangan permukaan. 11. Kondisi-kondisi penutup permukaan - Penutup vegetasi (karena terhambatnya aliran permukaan dan berkurangnya pemadatan tetesan hujan) meningkatkan infiltrasi. Kerapatan dan tipe vegetasi juga penting dalam mengendalikan infiltrasi. 12
  • 13. - Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori- pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi. - Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah. - Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi kapasitas infiltrasi. 11. Transmisibilitas tanah - Banyaknya pori yang besar ( yang dilalui air hanya dengan gaya gravitasi), yang menentukan sebagian dari struktur tanah, merupakan salah satu faktor yang penting yang mengatur laju transmisi air yang menurun melalui tanah. Kemantapan structural, faktor-faktor biotik, dan sifat penampang tanah merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pori yang besar, dan tentu saja transmibilitas tanah. - Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah. Hal ini terjadi dalam tiga cara, yaitu : 1. Kandungan air yang meningkat mengisi ruang pori dan mengurangi kapasitas tanah untuk infiltrasi air selanjutnya. 2. Bila hujan membasahi permukaan suatu tanah yang kering, gaya kapiler yang kuat diciptakan yang cenderung untuk menarik air kedalam tanah dengan laju yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja. 3. Meningkatnya air tanah menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi ruang pori. 12. Karakteristik-karakteristik air yang terinfiltrasi - Suhu air mempunyai beberapa pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada bulan-bulan musim panas 13
  • 14. kapasitas infiltrasi lebih tinggi. Namun itu tentu disebabkan oleh sejumlah faktor dan tentunya bukan karena suhu saja. - Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi. Liat halus pada partikel debu yang dibawa dengan air ketika infiltrasi kebawah dapat menghambat ruang pori yang lebih kecil. 5.5. Keragaman Waktu Kapasitas Infiltrasi Sebegitu jauh kapasitas infiltrasi menurun dengan waktu. Ini merupakan ciri infiltrasi yang paling menyolok. Laju kapasitas infiltrasi yang menurun ini disebabkan oleh berbagai hal. Besarnya fo dapat sebesar 1,2 atau 10 cm/jam, tergantung pada tipe tanah dan kondisinya. Demikian juga fo mungkin sebesar 0,5 atau 1 cm/jam, tergantung pada tipe tanah dan kondisinya. Keragaman yang halus dari kurva kapasitas infiltrasi (fc) disajikan untuk tiga hal, yaitu : - Intensitas hujan (i) yang sama atau lebih besar daripada kapasitas infiltrasi. - Intensitas hujan berseling (i1, i2, dan i3) yang lebih besar daripada kapasitas infiltrasi - Intensitas hujan yang kurang dari pada kapasitas infiltrasi. Banyak rumus yang memberi batasan keragaman waktu infiltrasi dikembangkan. Karateristik infiltrasi bervariasi secara ruang pada suatu aliran sungai. Karena itu, harga konstanta yang meliputi semua tipe kondisi tanah pada kawasan tersebut adalah tidak praktis. 5.6. Penentuan Laju Infiltrasi. I. Penentuan infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan a. Cara buatan. • Infiltrometer, merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter besar (atau suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah. Infilitrometer cincin konsentrik yang merupakan tipe biasa, terdiri dari dua cincin konsentrik yang ditekan ke dalam permukaan tanah. Kedua cincin 14
  • 15. tersebut digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe genangan) secara terus menerus untuk mempertahankan tinggi yang konstan (jeluk air). Infiltrometer hanya dapat memberikan angka bandingan yang berbeda (harga lebih tinggi) dari infiltrasi sebenarnya. Dengan menggunakan petak lapangan terisolasi, kapasitas infiltrasi ditentukan oleh jumlah air yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi yang tetap. Dibandingkan dengan infiltrometer tipe cincin, petak bidang terisolasi (kenyataan infiltrometer yang besar) mempunyai pengaruh batas yang kurang nyata, namun masih belum menggambarkan realitas. Angka yang diperoleh sekali lagi merupakan angka-angka pembanding • Lisimeter, untuk penentuan kapasitas infiltrasi. Hanya lisimeter tipe timbangan dapat dipergunakan. Baik hujan buatan (irigasi) dengan suatu jeluk yang konstan maupun hujan alami digunakan. • Simulator curah hujan, dengan menggunakan petak lapangan terisolasi, kondisi curah hujan disimulasi dengan hujan buatan. Hujan buatan ini juga disebut infiltrometer irigasi semprotan. Ukuran dan bentuk petak sangat beragam. Infiltrometer tipe F yang sering digunakan, mempunyai dua baris penyemprot yang penyemprot air diatas petak berukuran 6 x 12 kaki. Ukuran tetesan dan ketinggian jatuh dapat dikendalikan. Infiltrasi dideduksi dari analisis curah hujan dan limpasan permukaan. Hujan simulasi yang dikenakan pada petak lapangan ( percobaan yang sama dapat juga dimanipulasikan di laboratorium) pada insensitas 1mm/jam dihentikan pada waktu tf. Hidrograf limpasan yang dihasilkan akan mempunyai suatu cabang naik (selama hujan) dan suatu cabang menurun (setelah berhentinya hujan). b. Cara-cara alami 1. Hidrograf aliran sungai kecil, pada suatu kasus daerah aliran sungai yang kecil (hingga ukuran sekitar 0,04 km2 ) penentuan kehilangan infiltrasi jauh lebih rumit 15
  • 16. dibandingkan dengan penentuan yang dilakukan oleh simulator hujan. Namun, pendekatannya adalah serupa dengan pendekatan simulator hujan dan menggunakan kurva komulatif (P,Q,P-Q dan F)untuk menghidarkan agihan yang tidak seragam seperti agihan hietograf hujan. Perkiraan kehilangan total dimungkinkan dengan anggapan bahwa intensitas kehilangan selama hujan tidak beragam dengan waktu (konstan). 2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar, pada daerah aliran sungai yang lebih besar terdapat ciri-ciri yang khusus (seperti agihan hujan yang tidak seragam, keragaman ruang yang besar dalam tipe tanah dan tipe tajuk, dll) yang mempengaruhi infiltrasi. Ciri-ciri ini menyebabkan agihan ruang dan waktu infiltrasi yang tidak seragam. Karena itu, penentuan kapasitas infiltrasi dengan bantuan hidrograf limpasan hanya dianjurkan untuk daerah aliran sungai yang kecil dan tidak untuk daerah aliran sungai yang besar. Dalam praktek, indeks-indeks infiltrasi digunakan sebagai metode jalan pintas dalam menentukan infiltrasi dari daerah aliran sungai yang besar. Jika tersedia kurva-kurva kapasitas f suatu daerah aliran sungai yang kecil atau petak pada daerah aliran sungai besar yang sama, kurva-kurva tersebut dapat digunakan dalam memperkirakan laju infiltrasi pada daerah aliran sungai yang besar. c. Metode kapasitas (F) Pada metode ini, laju infiltrasi aktual (fac) ditentukan dengan membandingkan intensitas hujan dengan harga kapasitas infiltrasi (fc). Infiltrasi aktual yang diperkirakan ditambah cadangan depresi permukaan (Sd) dan infiltrasi sisanya (fr. Untuk menggantikan cadangan detensi) dikurangkan dari hujan yang ditentukan dan hujan efektif ditentukan. Cadangan dapresi hanya dikurangkan dari bagian hujan yang pertama karena pada bagian hujan ini depresi diisi pemulihan 3% (harga yang diasumsikan) disebabkan karena jumlah hujan yang kecil yang masuk pada periode ke- 5 dan ke-6 (periode yang kering meningkatkan kapasitas infiltrasi). Jumlah kehilangan yang ditentukan terutama karena infiltrasi. 16
  • 17. d. Metode indeks 1. Metode indeks O = metode ini merupakan laju konstan (mm/jam), dan lain-lain) di atas mana volume curah hujan sama dengan volume limpasan yang diamati. Metode ini menggambarkan semua kehilangan permukaan (intersepsi, cadangan depresi permukaan, cadangan detensi dan evapontranspirasi) dan infiltrasi. Metode ini menganggap limpasan terlalu besar pada permulaan dan terlalu kecil pada akhir hujan. Tidak ada perhatian yang diberikan bagi kehilangan awal dan bagi infiltrasi selama periode tidak hujan atau selama periode sisa. 2. Metode Fav = Metode ini lebih teliti daripada metode indeks O karena perhatian yang juga diberikan pada simpangan permulaan (Sd), periode-periode tanpa hujan dan infiltrasi sisa. Metode ini didefenisikan sebagai rata-rata laju infiltrasi selama periode adanya pasokan air yang berkesinambungan untuk infiltrasi. Dalam metode ini, analisis diselesaikan secara terpisah untuk masing- masing periode hujan (disarankan 1 jam) dengan menganggap bahwa curah hujan sebelum atau sesudah periode ini sama sekali hilang. 3. Metode Indeks –W = indeks ini mengacu pada laju infiltrasi selama periode (tc) jika intensitas curah hujan (i) melebihi laju kapasitas infitrasi indeks ini sama dengan, W = O – laju kehilangan W = P-Q –Sd-1 dimana I=intersepsi Te Jika tanah jenuh dengan air, kapasitas infiltrasi akan mencapai laju minimum yang konstan dan final (fa). Ini berarti bahwa kenaikan dalam simpanan permukaan (Da + Sd + I) akan mendekati nol. Maka menurut defenisi, indeks W menjadi indeks Wmin dan hampir sama dengan O. indeks Wmin digunakan dalam kajian-kajian yang memperhatikan jumlah banjir (luapan) maksimum. 4. Metode persentase limpasan : pada metode ini curah hujan efektif diberi batasan sebagai suatu persentase dari hujan total. Pada beberapa hal, persentase ini dipertahankan konstan, daripada beberapa hal lainnya, persentase tersebut beragam dengan waktu. Harga persentase adalah lebih besar untuk curah hujan 17
  • 18. yang berintensitas rendah. Hal ini disebabkan karena liputan kawasan yang lebih luas dari air yang brinfiltrasi dan juga disebabkan karena kehilangan- kehilangan yang lebih besar. e. Penaksiran berdasarkan keadaan kandungan air tanah Metode-metode tersebut di muka pada dasarnya didasarkan atas rekaman- rekaman curah hujan dan limpasan untuk suatu kawasan tertentu. Metode-metode itu menunjukkan harga rata-rata kapasitas infiltrasi yang diperoleh untuk seluruh kawasan, dan bukan dengansampling (pencuplikan) kawasan-kawasan sangat kecil seperti yang dilakukan dengan infiltrometer. Karena kandungan air tanah awal mempengaruhi kapasitas infiltrasi maka digunakan pendekatan yaitu : 1. Indeks hujan pendahulu (IHP) Metode IHP (yang digunakan secara luas di USA) berfungsi sebagai indeks terhadap kondisi air dalam tanah. Pada dasarnya metode ini merupakan penjumlahan jumlah hujan yang terjadi sebelum hujan yang diteliti yang ditimbang menurut waktu terjadinya. IHP untuk hari ini (hari nol) diberikan oleh Bruce (1996) sebagai berikut: Pa0 =kP1+k2 p2+…+kt p2 Dimana P1 merupakan hujan (mm) kemarin, P2 adalah hujan 2 hari sebelumnya, pt adalah hujan “t” hari sebelumya dan k adalah konstanta resesi (dengan harga sekitar 0,92, tapi beragam antara 0,85 dan 0,98). Harga IHP dihitung setiap hari sedemikian rupa sehingga harga IHPhari ini (Pa0) dapat dihubungkan dengan harga IHP kemarin (Pat) dengan : Pa0 =k (Pat+P2) Yaitu IHP untuk hari ini (atau hari tertentu) sama dengan k kali IHP untuk kemarin (atau hari sebelum hari tertentu) ditambah k kali hujan kemarin (atau hari sebelum hari tertentu). 2. Perkiraan depisit lengas tanah 18
  • 19. Dalam metode ini (yang digunakan di Inggris) pengukuran evspotranspirasi dan presipitasi digunakan dalam menentukan defisit lengas tanah. Perkiraan defisit lengas tanah digunakan untuk meramalkan proporsi limpasan (dan kehilangan) yang timbul dari suatu hujan tertentu. II. Penentuan infiltrasi sebagai faktor dalam pengisian kembali air tanah Sebegitu jauh semua metode yang disebutkan menentukan infiltrasi sebagai kehilangan air dari permukaan tanah. Namun adalah mungkin untuk menentukan infiltrasi sebagai masukan bagi air tanah. Air yang berperkolasi dan ditambahkan pada air tanah ini disebut pengisian kembali air tanah. Pengisian kembali ini tergantung pada beberapa faktor seperti : 1. Kapasitas infiltrasi 2. Karakteristik presipitasi stokastik 3. Faktor Iklim; agihan presipitasi pada suatu tahun mengatur pengisian kembali air tanah. Pada kawasan arid, misalnya pengisian kembali akan terjadi dari aliran epemeral, tetapi sebagian besar diserap sebelum mencapai muka air tanah. Pada kawasan semi arid, pengisian kembali adalah tidak beraturan dan terjadi pada periode hujan lebat. Hujan ringan dan sedang tidak memberikan kontribusi terhadap pengisian kembali. Pada kawasan basah pengisian kembali berada pada periode musim dingin. Pada bulan-bulan musim panas semua presipitasi menjadi air tanah atau berevaporasi. Pada kawasan dingin peleburan air beku dapat memberikan pengisian kembali yang tiba-tiba terhadap air tanah. 4. Topografi, pada lereng yang curam terdapat sedikit waktu untuk berinfiltrasi dan bagian utama air diberikan pada limpasan permukaan. Pada kawasan yang bergelombang (bukit pasir, bukit glacial, dan lain-lain) drainase internal memberikan pengisian kembali air tanah. 5. Geologi: Lapisan bawah tanah, misalnya menyebabkan tidak semua air yang berinfiltrasi memberikan sumbangan pada pengisian kembali air tanah. Batas air tanah dapat berbeda dari batas drainase. 19
  • 20. Dibawah ini disajikan metode yang paling umum dalam menentukan pengisian kembali air tanah. Catatan : Terdapat dua metode lagi yang dapat digunakan didalam menentukan kehilangan, yaitu : a). Analisis aliran dasar dan b). Metode bilangan kurva yang dikembangkan oleh dinas pengawetan tanah USA. a. Metode neraca air Persamaan neraca air dapat digunakan terhadap dua batas yang berbeda. Jika persamaan dikembangkan untuk kawasan didalam batas ABEF. P+R1+R2+Ea+Er+AS1 = untuk periode-periode pendek atau P+R1+R2+Ea+ER = untuk periode-periode yang lebih panjang Keterangan : Ea =Evapontrannpirasi actual P = Presipitasi R = Inflow (Limpasan permukaan) R2 = Outflow F = Infiltrasi FR = Pengisian kembali air tanah AS1 = Perubahan kadar air tanah U1 = Inflowair tanah U0 = outflow air tanah AS2 = Perubahan cadangan air tanah. Karena jumlah evapontrampirasi actual (Ea) kerap kali tidak diketahui, adalah lebih baik mempertimbangkan persamaanneraca suatu kawasan dalam batas BCDE. b. Kurva Deplesi Daerah yang diarsir pada kurva deplesi menunjukkan jumlah pengisian kembali air tanah selama periode hujan. Akibatnya taksiran Fr dimungkinkan tanpa mengetahui keragaman permukaan air tanah. 20
  • 21. III.Gerakan air tanah a. Pengisian kembali dapat ditentukan dengan menggunakan perbedaan antara permukaan air tanah antara dua bagian. b. Jika air tanah keluar dalam bentuk mata air, debit tahunan mata air adalah sama dengan pengisian kembali tahunan air tanah. c. Jika pada kasus-kasus yang khusus, semua air tanah masuk kedalam suatu tempat pada permukaan (kolam, tanah rawa, danau kecil, dan lain-lain) pengisian kembali dapat dihitung dengan kawasan dari sumber tanah. d. Penggunaan pelacak, konsentrasi isotop H dan O (misalnya molekul H2O18 dan H2O16) dalam air hujan dibandingkan dengan konsentrasi pada air tanah untuk menentukan jumlah air hujan yang diberikan pada air tanah. Tipe metode pelacak ini masih di bawah penelitian. e. Lisimeter, merupakan metode yang paling berguna di dalam pengkajian kawasan yang kecil. f. Keragaman muka air tanah–lengas tanah, keragaman periodik kandungan lengas tanah dan muka air tanah dapat digunakan sebagai dasar dalam menciptakan dugaan (atau rumus) pengisian kembali air tanah. g. Metode kandungan garam, Jika kandungan klorida (Cl) air hujan diketahui peningkatan kandungan garam air tanah dapat disebabkan oleh hujan dan pengisian kembali air tanah dapat ditentukan pendekatan ini dapat digunakan pada kawasan pantai (udara menerima garam dari laut) tetapi menganggap bahwa hujan merupakan satu-satunya sumber garam jika sumber garam lainnya (seperti dalam tanah) tidak diketahui. Metode ini hanya mamberikan hasil perkiraan saja. 21
  • 22. Kesimpulan Infiltrasi merupakan proses pengerutan air kedalam tanah pada zone tak jenuh dengan gaya gerak gravitasi. Infiltrasi terjadi karena adanya pori tanah mempunyai kemampuan mengikat air dan menyimpan air yang disebut Lengas tanah. Lengas tanah yang tidak bisa dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami (seperti osmosis, gravitasi atau kapilaritas) disebut :simpanan permanen. Ada tiga gaya utam yang menyebabkan air dalam tanah : 1. Adsopsi 2. Gaya osmotik 3. Gaya Kapiler Pengukuran-pengukuran potensi air tanah dapat dilakukan dengan : 1. Pengukuran laboratorium 2. Pengukuran-pengukuran ditempat a. Tensiometer b. Psikrometer themocouple 3. Pengukuran-pengukuran tidak langsung Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu : 1. Karakteristi-karakteristik hujan 2. Kondisi permukaan tanah 3. Kondisi-kondisi penutup tanah 4. Transmibilitas tanah Penentuan infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan dapat dilakukan dengan : a. Cara buatan 1. Infiltrometer 2. Lisimeter 3. Simulator curah hujan 22
  • 23. b. Cara-cara alami 1. Hidrograf aliran sungai kecil 2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar a. Metode kapasitas F b. Metode indeks 3. Penapsiran berdasarkan keadaan kandungan air tanah a. Indeks hujan pendahulu b. Perkiraan defisit lengas tanah. Soal-Soal 1. Jelaskan pengertian infiltrasi? 2. Jelaskan proses terjadinya infiltrasi? 3. Jelaskan pengertian: a. kapasitas lapangan b. laju infiltrasi aktual c. kapasitas infiltrasi d. lengas tanah e. titik layu permanent 4. Sebutkan dan jelaskan gaya-gaya utama yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah? 5. Jelaskan dan serta dengan rumus pengertian dari porositas? 6. Jelaskan mengapa dalam tanah terdapat pori-pori ? 7. Sebutkan dan jelaskan metode pengukuran lengas tanah? 23
  • 24. Daftar Pustaka 1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University 2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University. 3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung. 4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova Bandung. 5. Wilson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung. 24