1. Praktikum kali ini dilakukan pencucian dan sterilisasi alat yang akan dipakai dalam
pembuatan sediaan steril seperti vial, botol infuse dan tutup karetnya. Sediaan steril sendiri
merupakan bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi–bagi yang bebas dari mikroorganisme
hidup. Syarat dari sediaan steril itu sendiri yaitu secara fisik yang dilihat adalah kejernihan,
partikel dan suspense, dari segi kimia dilihat dari isotonis dan isohidrisnya sedangkan dari segi
biologi yaitu steril dan priogennya. Kejernihan sediaan larutan (kecuali suspense dan emulsi)
adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih. Partikel-partikel yang terdapat dalam
sediaan steril haruslah bebas dari keadaan melayang karena dapat kontaminasi dan membawa
mikroorganisme atau partikel asing. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan
dengan cara menerawang sediaan pada sumber cahaya. Penghilangan partikel asing dapat
dengan cara filtrasi menggunakan penyaring bakteri agar partikel asing tidak ikut dalam partikel.
Sediaan steril haruslah stabil, artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika (ataupun kimia).
Misal jika bentuk sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan
(bukan suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari
terjadinya perubahan warna atau munculnya endapan. Tonisitas juga ahrus diperhatikan.
Tonisitas merupakan parameter yang menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh
suatu larutan dari zat padat yang terlarut di dalamnya.
Sterilisasi dilakukan pada wadah yang biasa digunakan untuk pembuatan sediaan steril
seperti vial, botol infuse, tutup karet dan gelas beaker. Syarat-syarat untuk wadah dalam
sediaan steril yaitu harus netral, tidak boleh beraksi dengan bahan obat, tidak boleh
mempengaruhi khasiat obat, tidak boleh member partikel asing dalam sediaan, harus dapat
memungkinkan dilakukan pemeriksaan isi dengan mudah dan dapat ditutup kedap. Sedangkan
untuk tutup karet yang baik yaitu dapat menutup dengan baik pada penusukan jarum injeksi,
saat penarikan jarum injeksi tutup karet akan tetap menutup baik, permukaan lapisan ahrus
licin, karet tidak lengket dengan wadahnya dan ketika pemanasan dengan autoklaf tidak ada
sisa penguapan atau bahan reduksi yang tertinggal pada air suling bekas pemanasan.
Pertama, tutup karet dari vial dan botol infuse disiapkan dan dimasukkan kedalam gelas
beker. Lalu direndam dalam larutan kombinasi antara Na karbonat 0,5% dan tapol 1% dengan
perbandingan sama banyak. Perendaman ini merupakan salah satu proses dalam pencucian.
Perendalam ini sendiri dilakukan 24 jam sebelum dilakukannya praktikum. Hal ini bertujuan
untuk mencuci dan menetralkan kotoran-kotoran yang bersifat basa. Proses perendaman
dilakukan sebelum dilaukannya proses perebusan. Keesokan harinya, larutan tapol dan na
karbonat diganti dengan larutan yang baru perbandingan sama banyak karena akan dilakukan
proses perebusan diatas penangas. Perebusan ini terutama dilakukan untuk bahan yang
terbuat dari karet. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk membuat spora jamur yang masih
ada menjadi bentuk aktif (vegetative) sehingga bahan desinfektan dapat membunuh spora
jamur tersebut. Tapol 1% dimaksudkan untuk pembersihan karena sifatnya sebagai detergen.
Tapol 1% merupakan surfaktan yang mempunyai gugus lipofil dan hidrofil. Gugus lipofil akan
mengikat lemak dalam tutup karet. Gugus hidrofil akan tertarik oleh aquadest pada pencucian
yang terakhir sehingga tutup karet terbebas dari lemak yang menempel. Sedangkan natrium
karbonat digunakan sebagai penjernih. Dalam praktikum tidak digunakan HCl. HCl sendiri jika
digunakan untuk melarutkan kotoran-kotoran yang ada dalam bahan yang akan disterilkan.
Proses perebusan tutup karet ini dilakukan sebanyak 2x sampai larutan bersih dan jernih. Untuk
2. perebusan berulang, larutan tapol 1% dan na karbonat 0,5% harus tetap diganti untuk menjaga
kesterilan. Lalu dicuci dengan aquabidest yang berfungsi untuk membilas karet.
Apabila pembilasan telah selesai dibungkus dengan plastic untuk segera bersiap
siterilisasi menggunakan autoklaf. Autoklaf merupakan salah satu contoh sterilisasi panas
basah. Autoklaf merupakan alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu
benda dengan menggunakan uap bersuhu dan tekanan tinggi. Pemilihan metode sterilisasi
menggunakan autoklaf didasarkan pada peningkatan suhu yang ditujukan untuk membunuh
endospora yaitu sel resisten yang diproduksi bakteri. Autoklaf menggunakan suhu 1210
C
dengan tekanan 15psi atau 2 atm selama 15 menit. Pada suhu 1210
C, endospora dapat
dibunuh selama 4-5 menit. Suhu 1210
C merupakan suhu pencapaian uap air murni yaitu lebih
panas dan lebih ringan daripada udara. Kondisi uap air murni adalah kondisi dimana autoklaf
dapat mencapai suhu maksimal.
Pensterilisasian botol infuse dan vial yaitu diletakkan masing-masing alat tersebut dalam
gelas beaker. Lalu direndam menggunakan larutan na karbonat 0,5% dan larutan tapol 1%
dengan perbandingan sama banyak.Tapol 1% dimaksudkan untuk pembersihan karena
sifatnya sebagai detergen dan na karbonat 0,5% sebagai penjernih. Direbus beaker berisi botol
infuse dan vial beserta larutan tapol dan na karbonat diatas penangas. Perebusan dilakukan
hingga mendidih lalu diganti larutan tapol dan na karbonat dengan larutan yang baru masih
dengan perbandingan yang sama banyak. Setelah itu di cuci dengan aquabidest yang berguna
sebagai pembilas. Setelah itu, dibungkus vial dan botol infuse menggunakan kertas merang
sebelum akhirnya disterilisasi menggunakan autoklaf. Digunakan kertas merang karena pori-
pori yang dimiliki oleh kertas lebih efektif untuk penetrasi uap air sehingga proses sterilisasi bisa
lebih optimal. Setelah 15 menit diautoklaf, tutup karet, botol infus dan vial dikeluarkan dari
autoklaf.
Pensterilisasian juga dilakukan untuk beaker glass 250ml yaitu dengan sterilisasi
menggunakan oven. Beaker glass dibungkus menggunakan kertas merang. Kertas merang
dapat mencegah terjadinya paparan panas secara langsung pada alat yang dapat
menyebabkan kerusakan akibat terjadinya pemuaian yang tidak merata. Sterilisasi
menggunakan oven merupakan contoh dari sterilisasi panas kering yang digunakan untuk
bahan yang sensitif terhadap lembab dan tahan terhadap panas tinggi. Oven merupakan alat
sterilisasi yang menggunakan udara panas kering, dimana fungsi oven adalah mensterilkan
alat-alat gelas yang tidak berskala. Prinsip oven yaitu menghancurkan lisis mikroba
menggunakan panas udara kering. Suhu yang digunakan yaitu 1980
C. Dengan menggunakan
suhu yang lebih tinggi diharapkan proses penghilangan bakteri bisa berjalan lebih cepat karena
temperatur yang lebih tinggi memungkinkan waktu sterilisasi yang lebih pendek dari waktu yang
ditentukan. Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu tinggi dan
akibatnya sel akan lisis dan mati. Untuk sterilisasi panas kering sangat diperhatikan
penempatan bahan yang akan disterilisasi, yaitu sebisa mungkin tidak renggang atau seminimal
mungkin hindari adanya celah agar aliran udara tidak dapa menembus dan terdistribusi, selain
itu agar bahan tidak pecah atau retak karena bahan tersebut akan memuai pada pemanasan.
Alat-alat yang disterilkan juga jangan yang terbuat dari bahan plastik karnea bisa meleleh saat
dipanaskan.
3. Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. 36th Edition.
London : The Pharmaceutical Press. Hal 335-336; 2031