Dokumen tersebut membahas tentang tes psikologi dan pengukuran psikologis. Tes psikologi digunakan untuk mengukur berbagai sifat psikologis seseorang seperti kecerdasan, bakat, sikap, dan kepribadian guna membantu individu menyelesaikan masalahnya. Tes harus memenuhi syarat-syarat seperti valid, reliabel, distandarkan, obyektif, dan diskriminatif agar hasilnya dapat diandalkan.
2. tes itu adalah tugas dan serangkaian tugas
yang berbentuk berbagai pertanyaan dan atau
perintah
tes itu diberikan pada testee (seorang atau
lebih)
tingkah laku testee dalam menjalani tes itu
dibandingkan dengan sesuatu, yaitu standar
atau tingkah laku testee yang lain.
3. PENGUKURAN PSIKOLOGIS DAN
PSIKOTES
Psikologi ilmu pengetahuan yang
mempunyai hubungan yang erat dengan
bimbingan.
Psikologi suatu ilmu pengetahuan untuk
memahami tingkah laku manusia baik yang
mereka sadari maupun yang tidak mereka
sadari, dalam usaha membantu individu untuk
menyelesaikan masalahnya.
4. Bebeapa metode untuk membantu individu
menyelesaikan masalahnya (Frieda, 1985):
(1) pengamatan
(2) wawancara, dan
(3) tes
Pengamatan untuk melihat gejala yang
nampak, dimana gejala tadi dianggap
sebagai proses perwujudan dari proses
kejiwaan yang dialami oleh seseorang.
Wawancara ingin mendapatkan data
tentang sejarah kehidupan seseorang yang
penting untuk mengetahui perkembangan
kehidupan dan permasalahan yang ingin
dipahami.
5. Pengalaman yang terjadi pada suatu
periode kehidupan seseorang, mungkin
merupakan suatu titik awal dari permasa-
lahan yang dihadapi individu pada masa
sekarang.
Kelemahan kedua metode tersebut
memungkinkan terjadinya pengaruh hallo
(hallo effect), atau faktor subjektivitas
dari orang yang melihat atau mewawan-
carai.
6. Kelemahan lainnyahanya
didapatkan data tingkah laku,
pikiran dan perasaan yang disadari,
sedangkan hal–hal yang tidak
disadari, yang dapat juga menjadi
sumber timbulnya permasalahann,
tidak/ kurang dapat terungkap
melalui kedua metode tadi.
Psikotes Untuk mengatasi
berbagai kelemahan di atas
7. Metode psikotes mempergunakan berbagai
alat diagnostik yang dapat mengukur dan
mengetahui taraf kecerdasan, arah minat,
sikap, struktur kepribadian dan hal lain dari
proses kejiwaan ataupun berbagai hal yang
mempengaruhi proses kejiwaaan yang terjadi
pada diri orang yang membutuhkan bantuan.
Dalam menganalisis hasil tes, data dari hasil
tes pengamatan dan wawancara sangat
penting untuk dipertimbangkan, sehingga
diagnosa dan kemungkinan treatment (ban-
tuan terapi) yang akan dilaksanakan sudah
mempertimbangkan hasil pengenalan lengkap
tentang diri klien.
8. Istilah psikotes tidak sesuai dipergunakan
untuk mendapakan pemahaman tentang diri
seseorang secara menyeluruh
Lebih tepat mempergunakan istilah
pengukuran psikologis karena istilah
pengukuran psikologis ini didasarkan atas
anggapan bahwa setiap individu adalah
berbeda satu dengan yang lain, disamping
adanya persamaan tertentu.
9. SYARAT PENGGUNAAN TES
PSIKOLOGIS
Menghindarkan kekeliruan atau
ketidaktepatan terhadap makna tes, yang
dapat mempengaruhi hasil sebenarnya secara
optimalHasil dari tes psikologis
(pengukuran psikologis) sangat dipengaruhi
oleh keadaan fisik, kesehatan, dan kedaan
psikologis testee.
Individu/ petugas yang melakukan
pemeriksaan psikologis (tester) harus me-
menuhi persyaratan tertentu
10. Dalam administrasi tes antara lain perlu
diperhatikan bahwa:
Pemeriksa harus cukup menguasai dan
berpengalaman dalam penggunaan metode tes
yang dipakai
Pemeriksa harus dapat memberi kesempatan
yang sama kepada semua orang untuk dapat
mengungkapkan keadaan dirinya masing–masing
melalui tes itu
Untuk memperoleh hasil yang optimal harus
terlebih dahulu dibentuk Rapport (hubungan yang
baik) antar pemeriksa dan yang diperiksa. Dengan
perkataan lain, orang yang diperiksa perlu mempu-
nyai perasaan bahwa ia ingin dan mau bekerja
sama dengan pemeriksa
11. Pemeriksa (pelaksana tes) harus mengenal
situasi pemeriksaan psikologis yang baik,
ketepatan waktu untuk melakukan peme-
riksaan, dan lain–lain.
Alat tes harus sudah dilakukan
pengukuran validasi dan reliabilitasnya;
kejelasan tulisan gambar pada alat tes; dan
sebagainya.
12. SYARAT TES PSIKOLOGIS YANG
BAIK
Pengertian pemeriksaan psikilologis sebagai
usaha untuk:
mengukur kapasitas seseorang guna memperoleh
berbagai keterampilan dalam hubungan dengan
pekerjaannya
melihat berbagai pola perilaku yang dapat diterima
masyarakat sekitar
menilai kapasitas produktivitas seseorang dalam
pendidikan, pekerjaan, kehidupan sosial, dan lain–
lain.
13. Syarat tes psikologis yang baik
TES HARUS VALID sejauh mana tes tes
itu mengukur apa yang harus diukur
Berbagai validitas:
face validitytelah mengukur apa yang seharus-
nya di ukur
content validity isi tes dapat mengungkapkan
kemampuan testee
construct validity telah cocok dengan
kontruksi teoritis sebagai dasar dari mana item tes
itu dibuat
14. Predictive validity dan Concurent
Validity
predictive validity lebih menunjukkan kepada
apa yang kiranya akan terjadi di waktu yang akan
datang
Concurent Validity lebih menunjukkan
hubungan antara tes score yang dicapai dengan
keadaan sekarang
Factory validity: pengertian ini timbul dari teori
faktor. Masalah valid tidaknya suatu tes diuji dari
berbagai faktor yang ingin diukur dengan tes itu.
Jadi suatu tes dikatakan valid kalau tes tersebut
mengukur berbagai faktor yang seharusnya
diukur.
15. TES HARUS RELIABLEsejauh mana
tes ini ajeg, atau disebut juga keajegan
suatu tes.
Reliabilitas mengandung persamaan
dengan dalam hal keduanya dibandingkan
dengan sesuatu. Bedanya kalau
vadilitavaliditas alat pembandingnya
adalah sesuatu hal yang ada di luar tes itu
(atau item tes) yaitu kriteria, sedangkan
para reliabilitas alat pembanding itu
adalah tes itu sendiri
16. Metode penyelidikan reliabilitas:
Split half atau internal consistency
Retes approach
Alternate form atau equivqlence
form
17. TES HARUS
DISTANDARISASIKAN
supaya setiap orang yang dites
(testee) mendapat perlakuan yang
benar–benar sama.
Hal yang perlu distandardisasikan:
materi tes
penyelenggaraan tes
scoring tes
interpretasi hasil testing
18. TES HARUS OBYEKTIF
Obyektifitas suatu tes ditinjau dari segi
apakah tester baik tes administrator maupun
tes interpreter mempunyai pengaruh
terhadap pernilaian hasil testing. Jadi yang
obyektif itu adalah penilaiannya. Tes yang
objektif akan memberikan hasil yang sama
walaupun dinilai oleh tester yang berlainan
19. TES YANG (HARUS) DISKRIMINATIF
Tes dimaksudkan untuk dapat
mengungkap gejala tertentu dan me-
nunjukkan perbedaan (diskriminasi)
gejala tersebut pada individu yang satu
dan individu yang lain. Jadi tes yang dis-
kriminatif akan menunjukkan berbagai
perbedaan yang kecil mengenai sifat
faktor tertentu pada individu yang ber-
beda.
20. TES HARUS KOMPREHENSIF
Tes yang komprehensif dapat sekaligus
mengungkapkan (menyelidiki) banyak
hal. Terutama dalam tes prestasi belajar,
hal ini sangat penting. Tes yang cukup
komprehensif akan mampu
mengungkapkan pengetahuan testee
mengenai segala hal yang harus
dipelajari, jadi hal ini juga mencegah
dorongan untuk berspekulasi.
21. TES HARUS MUDAH DIGUNAKAN
Tes adalah suatu alat yang nilainya
sangat tergantung kepada kegunaaanya.
Kalau mempergunakannya sukar, maka
tes tersebut rendah nilainya. Makin
tinggi taraf syarat–syarat tersebut pada
suatu tes, semakin baiklah tes tersebut.
22. TUJUAN TESTING PSIKOLOGIS
Secara garis besar tujuan melakukan
tes psikologis ada 2 macam yaitu
(Suryabrata, 1984):
Research
Diagnosis psikologis
23. Testing untuk tujuan research:
Research untuk penyusunan tes tes
psikologi harus disusun berdasarkan hasil
research yang secara ilmiah benar–benar
dapat dipertanggung-jawabkan. Contoh:
Research untuk explorasi sifat–sifat psikologis
tertentu pada kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya: research mengenai bakat khusus
pada murid SMA, untuk mengetahui potensi
generasi muda suatu masyarakat.
Research untuk versifikasi sifat atau sikap
tertentu dalam masyarakat. Untuk meyakinkan
hal tersebut dilakukan tesing psikologis.
24. Research untuk menerangkan dan
menunjukkan penyelesaian problem sosial
tertentu. Problem sosial yang ada atau
timbul dalam masyarakat seringkali
membutuhkan pendekatan secara
psikologis dengan research dan tesing.
25. Testing dengan tujuan diagnosis
psikologis
dianosis untuk kepentingan seleksi
diagnosis untuk keperluan pemilihan jabatan
(pekerjaan) atau lapangan studi
diagnosis untuk keperluan psikoterapi
diagnosis untuk kepentingan bimbingan dan
penyuluhan dalam belajar
26. PENGGUNAAN TES DALAM
PENDIDIKAN
Tes psikologis dalam bidang
pendidikan dapat dibagi menjadi 3
golongan besar (Gunarsa, 1985):
◦ (1) tes intelegensi umum,
◦ (2) tes bakat, dan
◦ (3) tes kepribadian
27. Penggunaan tes intelegensi umum
diperoleh suatu gambaran mengenai kecer-
dasan umum seseorang:
Untuk tujuan seleksi
Untuk tujuan diagnostik
Penggunaan Tes Bakat
Penggunaan tes kepribadian