SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
BAHAN AJAR 
Mata Pelajaran : FISIKA 
Kelas/Semester : X / 1 (satu) 
Standar Kompetensi : 1. Menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya 
Kompetensi Dasar : 1.1 Membedakan besaran pokok dan besaran turunan beserta 
satuannya 
1.2 Memprediksi dimensi suatu besaran dan melakukan analisis 
1.3 Mengukur besaran fisika 
1.4 Melakukan penjumlahan vektor 
A. BESARAN DAN SATUAN 
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan atau menyebut besaran untuk 
menyatakan sesuatu, misalnya saat memacu kendaraan bermotor kita dapat mengatakan 
“Saya tadi melaju dengan kecepatan 70 km/Jam”, atau para petani selesai memanen padinya 
mereka menghitung hasil panenannya (massa gabah) dengan menggunakan istilah 20 sak, 20 
karung atau 50 pikul dan lain –lain sebutannya. Kecepatan, massa disebut dengan besaran, 
sedangkan Km/Jam, pikul atau karung menunjukkan ukuran atau satuan. 
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan hasilnya dapat dinyatakan dengan angka-angka. 
Besaran ada dua macam yaitu besaran pokok dan besaran turunan. 
1. Besaran pokok 
Pada konferensi umum mengenai berat dan ukuran ke 14 tahun 1971, berdasarkan hasil 
pertemuan panitia internasional menentapkan tujuh besaran sebagai dasar dan menjadi 
sistem satuan Internasional yang disingkat SI. Kata -kata SI berasal dari bahasa perancis “Le 
Sisteme International d’unites. Ketujuh besaran dasar tadi kemudian kita kenal dengan 
besaran pokok.Besaran pokok adalah besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan terlebih 
dahulu. Tujuh besaran pokok beserta simbol dan satuannya dapat dilihat pada tabel berikut ini 
: 
No Besaran Pokok Satuan SI 
Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Simbol Satuan 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
Panjang 
Massa 
Waktu 
Kuat Arus Listrik 
Suhu 
Intensitas Cahaya 
Jumlah Zat 
l 
m 
t 
i 
T 
J 
N 
Meter 
Kilogram 
Sekon 
Ampere 
Kelvin 
Candela 
mole 
m 
kg 
s 
A 
K 
cd 
mol 
Selain tujuh besaran pokok seperti dalam tabel, ada dua besaran tambahan yaitu : 
1. sudut bidang (datar) memiliki satuan radian (rad) 
2. sudut ruang memiliki satuan steradian (sr)
Sistem Satuan 
Satuan suatu besaran dapat dinyatakan dalam berbagai sistem satuan diantaranya Sistem 
Internasional, sistem MKS (meter kilogram sekon), Sistem CGS (centimeter gram sekon) 
bahkan juga ada British Sistem atau Sistem Inggris. Sistem yang berlaku ada yang bersifat 
umum dan lokal. Dalam Fisika sistem MKS dan CGS adalah sistem satuan yang bersifat 
umum, sedangkan sistem yang berlaku secara internasional yaitu Sistem (satuan) 
Internasional (SSI). British Sistem atau Sistem Inggris adalah sistem satuan yang berlaku 
lokal hanya untuk beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat. Sistem Internasional 
(SI) adalah sistem satuan yang terstandar secara Internasional, berikut standar Internasional 
satuan besaran pokok : 
1) Standar Satuan Panjang 
Pada awalnya standar panjang 1 meter atau yang kita kenal meter standar adalah jarak antara 
dua goresan pada batang Platinum-Iridium pada suhu 00 C. Pada tahun 1960 Konferensi 
Umum mengenai berat danukuran mendefinisikan ulang satu meter standar sebagai jarak 
panjang 1.650.763.73 kali panjangg gelombang cahaya merah jingga yang dihasilkan oleh 
gas Krypton. Terakhir pada tahun 1983 definisi meter standar disempurnakan sebagai jarak 
yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama 1sekon. 
2) Standar SatuanMassa 
Kilogram standar dinyatakan sebagai massasebuah selinder Platinum-Iridium yang disimpan 
di sevres dekat kotaParis. Pada tahun 1887 Kilogram Standar diperbaiki menjadi satu 
Kilogram Standar adalah massa satu liter (1000 cm3) air murni pada suhu 40 C dan ini 
berlaku sampai sekarang walaupun ada sedikit penyimpangan ternyata satu Kilogram yang 
tepat sebanding dengan 1000,028 cm3. 
3) Standar Satuan Waktu 
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan sekon atau detik. Standar waktu didefinisikan 1 
sekon sama dengan hari rata-rata matahari, kemudian diubah menjadi 1 sekon didefinisikan 
sama dengan tahun tropik 1900. Pada tahun 1967, definisi 1 sekon disempurnakn menjadi 
selang waktu yang dibutuhkan oleh atom Sesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631,770 
kali. 
4) Standar satuan kuat arus 
Satu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing 
dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang 
lingkaran yang dapat di abaikan dengan jarak pemisah 1 meter,dalam ruang hampa akan 
menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2 x 10-7 newton setiap meter 
penghantar. 
5) Standar satuan suhu 
Satu kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik triple air. Dengan demikian,suhu 
termodinamika titik trile air adalah 273,16 K. Titik triple air adalah suhu dimana air murni 
berda dalam keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya.
6) Standar satuan intesitas cahaya 
Satu candela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi 
monokromatik pada frekuensi 540x1012 hertz dengan intensitas sebesar 1/683 watt per 
steradian dalam arah tersebut. 
7) Standar satuan jumlah zat 
Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam jumlah 
sebanyak jumlah atom karbon dalam 0,012 kg karbon -12. 
2. Besaran turunan 
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. 
Satuan dari besaran turunan tergantung pada satuan besaran pokok. Berikut ini adalah 
beberapa contoh besaran turunan : 
No Besaran turunan Satuan SI 
Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Simbol Satuan 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
Kecepatan 
Percepatan 
Massa jenis 
Energi 
Tekanan 
daya 
Luas 
v 
a 
ρ 
E 
p 
P 
A 
Meter/sekon 
Meter/sekon2 
Kilogram/meter3 
Joule 
Pascal 
Watt 
Meter2 
m/s 
m/s2 
kg/m3 
J 
Pa 
W 
m2 
Contoh soal : 
Tuliskan perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan! 
Jawab : 
Perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan adalah : 
1. Besaran pokok adalah besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan terlebih 
dahulu 
2. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari dua atau lebih besaran 
pokok 
Konversi satuan 
Sistem satuan Internasional sering disebut sistem metrik. Oleh karena itu satuan internasional 
dapat diubah-ubah dari satuan satu ke satuan yang lain, hal ini dikenal dengan istilah 
Konversi Satuan. Konversi satuan mutlak diperlukan dalam penulisan – penulisann hasil 
pengukuran yang sangat besar atau sangat kecil. Satu contoh sederhana, apabila kita akan 
menyatakan atau menuliskan 0,000001 m maka akan lebih mudah jika menuliskannya 
menjadi 1 mm karena dengan mengkonversikan 1 m = 106 mm. Selain konversi satuan 
penulisan bilangan awalan bisa dilakuakan notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah cara penulisan
bilangan yang sangat besar atau kecil dengan menggunakan faktor pengali atau awalan. Hal 
ini pernah disampaikan pada konferensi umum tentang berat dan ukuran ke 14 tahun 1971. 
Berikut ini adalah faktor pengali atau awalan pada penulisan ilmiah : 
Tabel Faktor pengali atau awalan dalam SI 
Faktor Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol 
101 
Deka 
da 
10-1 
Desi 
D 
102 
Hekto 
h 
10-2 
Senti 
c 
103 
Kilo 
K 
10-3 
Milli 
m 
106 
Mega 
M 
10-6 
Mikro 
m 
109 
Giga 
G 
10-9 
Nano 
n 
1012 
Tera 
T 
10-12 
Piko 
p 
1015 
Peta 
P 
10-15 
Femto 
f 
1018 
Eksa 
E 
10-18 
Atto 
a 
Contoh 1 
Sebuah benda beratnya 200 g cms-2 , konversikan berat benda tersebut ke dalam satuan kgms-2. 
1 gram = 10-3 kg 
1 cm = 10-2m 
dengan demikian 200 gcms-2 = 200.10-3kg. 10-2 ms-2 = 2. 10-3 kgms-2. 
Contoh 2 
Jari-jari sebuah atom sebesar 7,239876 .10-11 m, nyatakan massa electron kedalam satuan 
micrometer, femtometer. 
Jika 1mm = 10-6m berarti maka
B. DIMENSI 
Satuan besaran turunan merupakan kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok. 
Karena itu, setiap satuan besaran turunan dapat diuraikan menjadi faktor-faktor satuan dari 
besaran pokok yang menyusunnya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dalam fisika 
digunakan dimensi untuk menggambarkan cara besaran turunan disusun dari besaran-besaran 
pokok. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dimensi suatu besaran 
menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokoknya. 
Dimensi besaran pokok dituliskan dengan huruf besar dan diberi kurung persegi : 
No Besaran Pokok Dimensi 
Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Dimensi 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
Panjang 
Massa 
Waktu 
Kuat Arus Listrik 
Suhu 
Intensitas Cahaya 
Jumlah Zat 
l 
m 
t 
i 
T 
J 
n 
Meter 
Kilogram 
Sekon 
Ampere 
Kelvin 
Candela 
Mole 
[ L ] 
[ M ] 
[ T ] 
[ I ] 
[ Θ ] 
[ J ] 
[ N ] 
Dimensi besaran turunan : 
No Besaran turunan Dimensi 
Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Dimensi 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
Kecepatan 
Percepatan 
Massa jenis 
Energi 
Tekanan 
daya 
Luas 
v 
a 
ρ 
E 
p 
P 
A 
Meter/sekon 
Meter/sekon2 
Kilogram/meter3 
Joule 
Pascal 
Watt 
Meter2 
[ L ] [ T ]-1 
[ L ] [ T ]-2 
[ M ] [ L ]-3 
[ M ] [ L ]2 [ T ]-2 
[ M ] [ L ]1 [ T ]-2 
[ M ] [ L ]2 [ T ]-3 
[ L ]2 
Manfaat dari dimensi : 
1. Untuk mengecek kebenaran satuan suatu besaran. Satuan besaran dan dimensinya 
harus sama 
2. Untuk mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan dua besaran yang sepintas 
kelihatan berbeda 
3. Untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar 
Contoh soal : 
Buktikan bahwa dimensi v sama dengan dimensi v0 +at 
Jawab : 
Bukti bahwa : v = v0 +at 
Ruas kiri = Ruas kanan 
v = v0 +at 
[ L ] [ T ]-1 = [ L ] [ T ]-1 + [ L ] [ T ]-2[ T ] 
[ L ] [ T ]-1 = [ L ] [ T ]-1 + [ L ] [ T ]-1
Ruas kiri = ruas kanan 
Jadi, persamaan tersebut sudah tepat 
C. PENGUKURAN 
Pengukuran atau mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan alat 
ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan 
dinyatakan dengan angka (nilai). Di dalam mengukur suatu besaran, tentunya anda perlu 
memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang akan diukur. Berikut ini akan dipelajari 
beberapa alat yang digunakan untuk mengukur besaran. 
1. Pengukuran panjang 
Untuk mengukur besaran panjang, kita dapat menggunakan mistar, jangka sorong atau 
mikrometer sekrup. Akan tetapi, dari setiap alat ukur panjang tersebut mempunyai 
kelebihan dan kekurangan masing-masing 
a. Mistar 
Alat ukur yang paling sederhana dan dikenal semua orang adalah mistar atau 
penggaris, yang memiliki garis-garis skala ukuran. Mistar memiliki skala pengukuran 
terkecil 1 mm, sesuai dengan jarak garis terkecil yang terdapat pada skala penggaris. 
Mistar juga memiliki tingkat ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran 0,5 mm 
atau 0,05 cm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar 
tersebut. 
Ketika mengukur panjang dengan menggunakan mistar,posisi mata hendaknya berada 
pada tempat yang tepat yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Jika posisi 
mata berada diluar garis tersebut,panjang benda yang terukur akan terbaca lebih besar 
atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibatnya pengukuran menjadi kurang 
teliti dan terjadilah kesalahan pengukuran. 
b. Jangka sorong 
Jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang sorong yang dapat digeser-geser. 
Rahang tetap memiliki skala yang disebut skala utama. Satu bagian skala utama, 
panjangnya 1 mm. Adapun rahang sorong dilengkapi dengan 10 bagian skala yang 
disebut skala nonius. Skala nonius disebut juga sebagai skala Vernier, diambil dari 
nama penemunya Piere Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Perancis. 
Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm. Ini berarti, 1 skala nonius (jarak antara dua 
garis skala nonius yang berdekatan) sama dengan 0,9 mm. Dengan demikian, selisih 
skala utama dengan skala nonius adalah 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm atau 0,01 cm. 
Tingkat ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran jangka sorong adalah 
1 
setengah dari skala nonius terkecil, yaitu x 0,01 
cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian 
2 
tersebut, jangka sorong biasanya dipakai untuk mengukur ketebalan suatu pelat 
tembaga atau diameter dalam dan diameter luar sebuah pipa.
Ditinjau dari cara membaca skala,ada 2 tipe jangka sorong, analog dan digital. 
Penggunaan jangka sorong analog memerlukan ketelitian pengamatan skala untuk 
menentukan panjang benda yang diukur. Sebaliknya jangka sorong digital ukuran 
benda yang diamati akan terbaca di layar LCD. 
Contoh soal : 
Gambar di bawah ini menunjukkan pembacaan skala jangka sorong yang digunakan 
untuk mengukur diameter tabung kayu. Tentukan pembacaan skala jangka sorong 
yang sesuai dengan gambar di bawah ini! 
4 5 6 
0 10 
Jawab : 
Berdasarkan gambar, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan skala nonius nol 
adalah 4,5 cm, sedangkan skala nonius yang berhimpit tegak dengan skala utama 
adalah skala ketiga. 
Jadi, diameter silinder kayu tersebut adalah (4,5 cm + 0,02 cm) = 4,52 cm 
c. Mikrometer sekrup 
Mikrometer sekrup memiliki dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala 
utama ditunjukkan oleh silinder pada lingkaran dalam, sedangkan skala nonius 
ditunjukkan oleh selubung pada lingkaran luar. Jika selubung lingkaran luar diputar 
satu kali lingkaran penuh, skala utama akan berubah 0,5 mm. Selubung luar terbagi 
menjadi 50 skala sehingga 1 skala pada selubung luar adalah mm 
0,5 mm 
 0,01 
, yang 
50 
merupakan skala terkecil pada mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup memiliki 
ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran 0,01 
1 
x mm = 0,005 mm atau 0,0005 
2 
cm. Mikrometer sekrup dapat dipakai untuk mengukur tebal selembar kertas atau 
diameter seutas kawat yang sangat halus. 
Pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup,bidal diputar sehingga 
benda dapat diletakkan antara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh 
benda,pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak 
menekan benda. Dengan memutar roda bergigi ini putaran akan berhenti segera 
setelah poros menyentuh benda. Jika poros sampai menekan benda,pengukuran 
menjadi tidak teliti.
Contoh soal : 
Tentukan pembacaan skala mikrometer sekrup yang sesuai dengan gambar di bawah 
ini: 
2 3 
37 
Jawab : 
Berdasarkan gambar, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan tepi selubung 
luar adalah 3,5 mm sedangkan garis selubung luar yang berhimpit tepat dengan garis 
mendatar skala utama adalah garis ke-44. 
Jadi, bacaan mikrometer sekrup tersebut adalah (3,5 mm + 0,44 mm) = 3,94 mm 
2. Pengukuran massa 
Untuk mengukur besaran massa, kita dapat menggunakan timbangan atau neraca. 
Beberapa neraca atau timbangan yang seringkali digunakan adalah neraca pikulan, neraca 
pegas, neraca O-hauss dan neraca digital 
3. Pengukuran waktu 
Untuk mengukur besaran waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, 
jam dinding dan stopwatch. Terdapat beberapa jenis stopwatch. Ada stopwatch yang 
memiliki satu tombol yaitu untuk menjalankan,menghentikan serta mangembalikan jarum 
ke titik nol. Ada pila yang memiliki dua atau tiga tombol. Saat ini juga sudah terdapat 
stopwatch digital.
4. Pengukuran kuat arus 
Untuk mengukur kuat arus digunakan amperemeter atau multimeter. Pada amperemeter 
analog ,nilai kuat arus dapat dibaca pada skala yang ditunjukan oleh jarum penunjuk. 
Dalam penggunaanya amperemeter dipasang secara seri dengan rangkaian. Ini berarti kita 
harus memotong kawat rangkaian untuk membuat hubungan ke ujung-ujung terminal 
amperemeter. 
KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING 
1. Ketidakpastian pengukuran 
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, bergantung pada 
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode pengukuran dan 
kemampuan orang yang mengukurnya. Oleh karena itu, salah satu cara mengurangi 
kesalahan pengukuran adalah pengetahuan yang cukup mengenai sifat-sifat alat ukur. 
Untuk mengetahui sifat-sifat alat ukur, digunakan beberapa istilah teknis yang perlu anda 
ketahui. Beberapa diantaranya adalah : 
a. Aspek ketelitian (presisi) 
Ketelitian atau presisi didefenisikan sebagai kemampuan proses pengukuran untuk 
mendapatkan hasil yang sama, khususnya pada pengukuran yang dilakukan secara 
berulang-ulang dengan cara yang sama. 
b. Aspek kalibrasi alat 
Kalibrasi atau peneraan adalah mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala 
alat ukur dengan harga-harga standar (atau yang dianggap benar) 
c. Aspek ketepatan (akurasi) 
Ketepatan atau akurasi didefenisikan sebagai kesesuaian antara hasil pengukuran dan 
nilai yang sebenarnya 
d. Aspek kepekaan (sensitivitas) 
Kepekaan atau sensitivitas didefenisikan sebagai kemampuan alat ukur untuk 
mendapatkan suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga hasil pengukuran 
Selain faktor alat ukur, faktor-faktor yang menentukan proses pengukuran menjadi tidak 
tepat dan tidak teliti diantaranya adalah pengaruh objek benda yang diukur, proses 
pengukuran dan orang yang melakukan pengukuran. 
Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen tidaklah mungkin 
diperoleh nilai benar x0,melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini 
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan adalah penyimpangan 
nilai yang diukur dari nilai benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi; 
a. Kesalahan umum ( keteledoran) umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada 
pengamat. 
b. Kesalahan sistematik disebabkan oleh kesalahan instrumen itu sendiri atau 
dapat juga disebabkan lingkungan. 
c. Kesalahan acak disebabkan adanya fliktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi 
pengukuran.
Selain kesalahan, ada ketidakpastian hasil pengukuran yang disebabkan oleh cara atau 
metode pengukuran, yakni ketidakpastian hasil pengukuran tunggal dan ketidakpastian 
hasil pengukuran berulang 
a. Ketidakpastian hasil pengukuran tunggal 
Pengukuran tunggal dilakukan karena pengukuran yang dilakukan tidak mungkin 
diulang dan disebabkan oleh alat ukur yang digunakan terlalu kasar ketelitiannya, 
misalnya mistar. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal digunakan setengah skala 
terkecil 
  1 x skala terkecil alat yang dipakai 
2 
Hasil pengukuran ditulis : 
x  x   
x ukur b. Ketidakpastian hasil pengukuran berulang 
Hasil pengukuran berulang terdiri atas nilai atas rata-rata dan ketidakpastian 
pengukuran yang dinyatakan dengan simpangan baku ( d S ) 
 Nilai rata-rata dihitung : 
  N 
N 
x   
     i 
i x x x x 
N 
x 
N 
... 
1 1 
1 2 3 
1 
 Ketidakpastian atau simpangan baku 
 x  
x 
 
1 
1 
2 
 
 
 
N 
S 
N 
i 
i 
d 
Hasil pengukuran ditulis : 
x  x  x atau x  x  x  x  x 
2. Angka penting 
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari pembacaan skala alat ukur yang 
terdiri atas angka pasti dan angka terakhir yang ditaksir 
 Aturan angka penting 
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting 
Contoh : 3752,8 cm (mempunyai 5 angka penting) 
27,6 kg (mempunyai 3 angka penting) 
2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka penting 
Contoh : 5,002 kg (mempunyai 4 angka penting) 
202,015 s (mempunyai 6 angka penting) 
3. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol, bukan angka penting kecuali jika ada 
tanda seperti garis bawah 
Contoh : 8760 m (mempunyai 4 angka penting) 
23,590 mm (mempunyai 5 angka penting) 
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, bukan angka penting 
Contoh : 0,82 A (mempunyai 2 angka penting) 
0,00325 gr (mempunyai 3 angka penting) 
 Aturan operasi angka penting 
1. Pembulatan 
Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan kurang dari 5 dibulatkan ke bawah. 
Apabila angka tepat 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil dan 
dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya angka genap 
Contoh : 65,665 dibulatkan menjadi 65,66 (angka 5 dibulatkan ke bawah) 
65,675 dibulatkan menjadi 65,68 (angka 5 dibulatkan ke atas)
2. Penjumlahan dan pengurangan 
Hasil perhitungan dari penjumlahan dan pengurangan hanya boleh mengandung 
satu angka taksiran. Banyaknya angka penting pada hasil penjumlahan dan 
pengurangan ditentukan oleh banyaknya bilangan dengan angka yang paling 
sedikit di belakang koma 
Contoh : 
a. Jumlahkan 237, 219 gr; 15,5 gr; dan 8,43 gr 
b. Kurangi 468,39 m dengan 412 m 
Jawab : 
Strategi : lakukanlah operasi penjumlahan atau pengurangan secara biasa, 
kemudian bulatkan hasilnya hingga hanya memiliki satu angka taksiran 
a. 237,219 gr → 9 angka taksiran 
15,5 gr → 5 angka taksiran 
8,43 gr → 3 angka taksiran 
297,149 gr → dibulatkan 297,1 gr karena hanya boleh mengandung satu 
angka taksiran 
b. 468,39 m → 9 angka taksiran 
412 m → 2 angka taksiran 
56,39 m →56 m karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran 
3. Perkalian dan pembagian 
Hasil perkalian atau pembagian dari angka tidak eksak (angka penting) memiliki 
angka penting yang banyaknya sama dengan banyaknya angka penting yang 
paling sedikit 
Contoh : 
Hitunglah operasi perkalian atau pembagian bilangan-bilangan berikut ini : 
a. 0,6283 cm x 2,2 cm b. 4,554 x 105 kg : 3,0 x 102 m3 
Jawab : 
Strategi : Pertama, lakukanlah prosedur perkalian atau pembagian dengan cara 
biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga memiliki angka penting sebanyak salah 
satu bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit 
a. 0,6283 cm → empat angka penting 
2,2 cm → dua angka penting (paling sedikit) 
1,38226 cm2 → dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (dua angka penting) 
b. 4,554 x 105 kg → empat angka penting 
3,0 x 102 m3 → dua angka penting (paling sedikit) 
: 
1,518 x 103 kg/m3 → dibulatkan menjadi 1,5 x 103 kg/m3 (dua angka 
penting)
D. VE K T O R 
Besaran-besaran fisika terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar 
adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai tanpa mempunyai arah, sedangkan besaran 
vektor adalah besaran yang selain mempunyai besar atau nilai juga mempunyai arah. Contoh-contoh 
umum besaran skalar adalah massa jenis, volume dan suhu, sedangkan contoh-contoh 
umum besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan, percepatan dan gaya 
1. Notasi vektor 
Untuk dapat menuliskan vektor dengan benar, maka perlu memahami simbol atau 
notasi vektor. Untuk menuliskan vektor dapat dilakukan dengan dua cara sebagai 
berikut : 
a. Menuliskan tanda vektor atau anak panah di atas nama vektor 
Contoh : d atau OA 
b. Menulis nama vektor dengan huruf yang ditebalkan 
Contoh : d atau OA 
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini : 
2. Besar vektor 
Besar suatu vektor r secara grfis dinyatakan dengan panjang garis, sedangkan 
arahnya ditunjukkan oleh arah sinar garis tersebut. Besar suatu vektor disebut juga 
norma, modulus atau magnitude yang dinyatakan dengan : 
r  r 
3. Mengurai vektor 
Suatu vektor dapat diuraikan ke dalam komponen-komponen pada arah sumbu yang 
digunakan. Untuk dimensi dua (bidang), komponen-komponen tersebut di bagi dalam 
arah atau sumbu X dan Y sehingga suatu vektor diuraikan menjadi dua buah vektor 
yang saling tegak lurus. Perhatikan gambar berikut ini : 
r 
α 
Vektor r diuraikan menjadi dua vektor yang saling tegak lurus yaitu rx dan ry. rx 
adalah komponen r pada arah x dan ry adalah komponen r pada arah y. Besar rx dan 
ry dinyatakan dengan : 
 
cos 
 
sin 
r r 
x 
 
r r 
y 
 
d OA 
Y 
X 
ry 
rx
Contoh soal : 
Sebuah vektor kecepatan (v) membentuk sudut 30° dengan sumbu X positif dan 
besarnya 20 m/s. Tentukan besar komponen-komponen tersebut! 
Jawab : 
Diketahui v = 20 m/s dan α = 30° 
Ditanya : vx dan vy ? 
Jawab : 
vx = v cos α = 20 m/s cos 30° = 10 3 m/s 
vy = v sin α = 20 m/s sin 30° = 10 m/s 
Jadi besar komponen-komponen vektor kecepatan tersebut adalah : 
vx =10 3 m/s dan vy =10 m/s 
PENJUMLAHAN VEKTOR 
1. Penjumlahan vektor dengan metode grafis 
Dua buah vektor masing-masing A dan B dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah 
vektor baru yang disebut resultan. Penjumlahan dua buah vektor dinyatakan dengan 
persamaan sebagai berikut : A  B  R 
Penjumlahan vektor mempunyai arti yang berbeda dengan penjumlahan bilangan skalar, 
tetapi penjumlahan vektor memenuhi hukum komutatif penjumlahan dan hukum asosiatif 
penjumlahan 
R  A  B  A  B 
Hukum komutatif penjumlahan adalah 
A  B  B  A 
Hukum asosiatif penjumlahan adalah 
A B C A BC 
Sedangkan pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan mendefenisikan 
vektor negatif sebagai vektor lain yang sama besar tetapi arahnya berlawanan 
Contoh : A B  A  B 
Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode grafis ada dua yaitu dengan metode 
poligon dan metode jajar genjang 
a. Metode poligon 
Aturan melukis vektor resultan dengan metode poligon : 
 Lukis salah satu vektor (sebut vektor pertama) 
 Lukis vektor kedua dengan pangkalnya diujung vektor pertama dan yakinkan 
bahwa anda telah melukis arah vektor kedua dengan tepat; lukis vektor ketiga 
dengan pangkalnya diujung vektor kedua; dan seterusnya sampai semua vektor 
yang akan dijumlahkan telah dilukis 
 Vektor resultan (vektor hasil penjumlahan) diperoleh dengan menghubungkan 
pangkall vektor pertama ke ujung vektor terakhir
Perhatikan gambar : 
A 
B C 
B 
C 
D = A + B + C 
A 
D = A + (-B) + C 
A 
-B 
C 
D 
Gambar penjumlahan vektor Gambar pengurangan vektor 
Contoh soal : 
Manakah dari gambar di bawah ini pernyataan yang benar mengenai penjumlahan vektor 
dengan metode poligon? 
D C 
A 
B 
E 
a. A + B + C + D = E c. C + D + E + B = A 
b. A + E + D + C = B d. D + G + E + A = B 
Jawab : 
Strategi : untuk menentukan vektor resultan dalam suatu poligon, carilah dahulu dua anak 
panah yang ujungnya bertemu. Kemudian telusuri anak panah yang mana menutup 
poligon 
Dalam poligon pada gambar di atas tampak dua anak panah yang ujungnya bertemu 
adalah C dan B. Jika anda telusuri tampak bahwa anak panah yang menutup poligon 
adalah B. Dengan demikian vektor resultan dari poligon vektor adalah B = A + E + D + C 
(b) 
b. Metode jajar genjang 
Aturan melukis penjumlahan vektor dengan metode jajar genjang adalah : 
 Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit 
 Lukis sebuah jajar genjang dengan kedua vektor itu sebagai sisi-sisinya 
 Vektor resultan adalah diagonal jajar genjang yang titik pangkalnya sama dengan 
titik pangkal kedua vektor 
Catatan : dalam metode jajar genjang, satu kali lukisan hanya dapat melukiskan 
resultan dari dua vektor. Jadi, resultan dari tiga buah vektor memerlukan dua jajar 
genjang, empat buah vektor memerlukan tiga jajar genjang dan seterusnya
Perhatikan gambar : 
D 
Penjumlahan vektor E = D + C Pengurangan vektor E = D + (-C) 
2. Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode analitis 
Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua atau lebih vektor. Hal ini karena vektor 
terdiri dari komponen-komponen vektor. Perhatikan gambar di bawah ini : 
Vektor R adalah vektor hasil penjumlahan (vektor resultan) antara vektor A dan B 
dengan sudut diantara keduanya adalah α. Besar vektor resultan R dari kedua vektor 
tersebut adalah : 
R  A2  B2  2ABcos 
Jika kedua vektor saling tegak lurus (α = 90°), maka : 
R  A2  B2 
Sedangkan arah resultan vektor dapat ditentukan dengan persamaan : 
sin   
B sin 
R 
Jika vektor A dan vektor B saling tegak lurus, maka : 
tan   
B A 
Contoh soal : 
Dua buah vektor kecepatan mempunyai titik pangkal berhimpit, yaitu v1 = 3 m/s dan v2 = 
4 m/s. Jika α = 60°, tentukan besar dan arah resultan vektor tersebut! 
A 
B C 
A 
C B 
E A 
B 
-C 
D 
E 
A 
B 
R 
α 
ß
Jawab : 
Besar resultan vektor 
2 
2 
    
v v v v v 
1 2 
       
 3 /  4 /  2 3 / 4 / cos60 
 
v m s m s m s m s 
37 / 
v m s 
2 cos 
2 2 
2 
1 
 
Arah resultan vektor terhadap vektor v2 
v 
  
1 
 
sin sin 
4 
  
 
sin 0,5320 
  
 
 
 
sin 0,5320 
 35,7 
 
sin 60 
37 
sin 
1 
 
 
 
v 
Untuk menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan metode analitis dapat dilakukan 
dengan menguraikan vektor-vektor tersebut ke arah sumbu x dan sumbu Y. Selanjutnya 
dicari resultan vektor pada kedua sumbu dengan persamaan umum penjumlahan vektor. 
Perhatikan gambar di bawah ini : 
Y 
V1 
Dari gambar diperoleh resultan vektor pada masing-masing sumbu : 
Pada sumbu X :  V  V  V  V cos  
V cos x 1 x 2 x 1 2 Pada sumbu Y :  V  V  V  V sin  
V sin  y 1 y 2 y 1 2 Resultan seluruh vektor dihitung dengan persamaan : 
  2 2 
V V  V 
x y Dengan V = Modulus vektor resultan 
X 
V1y 
V1x 
ß α 
V2 
V2y 
V2x
 x V = Modulus vektor komponen x 
 y V = Modulus vektor komponen 
Contoh soal : 
Lima buah vektor gaya mempunyai besar dan arah sebagai berikut : 
F1 = 20 N α1 = 30° 
F2 = 10 N α2 = 60° 
F3 = 15 N α 3 = 90° 
F4 = 10 N α 4 = 150° 
F5 = 5 N α 5 = 210° 
Tentukan besar resultan vektor F = F1 + F2 + F3 + F4 + F5! 
Jawab : 
Besar komponen F dalam arah sumbu X 
  
   
cos 20cos30 10 3 
F F N 
1 x 
1 1 
  
   
cos 10cos60 5 
F F N 
2 x 
2 2 
    
F F 
 
3 x 
3 3 
cos 15cos90 0 
  
    
cos 10cos150 5 3 
F F N 
4 x 
4 4 
5 
  
    
F F N 
x 
3 
2 
cos 5cos210 
5 5 5 
Sehingga 
F F F F F F 
1 2 3 4 5 
x x x x x x 
  
5 
 
       
F N 
x 
F N 
x 
9,33 
3 
2 
10 3 5 0 5 3 
 
   
   
 
 
     
Besar komponen F dalam arah sumbu Y 
  
   
sin 20sin30 10 
F F N 
1 y 
1 1 
  
   
sin 10sin 60 5 3 
F F N 
2 y 
2 2 
  
   
sin 15sin90 15 
F F N 
3 y 
3 3 
  
   
sin 10sin150 5 
F F N 
4 y 
4 4 
5 
  
    
F F N 
y 
2 
sin 5sin 210 
5 5 5 
Sehingga 
     
F F F F F F 
1 2 3 4 5 
y y y y y y 
5 
 
F N 
y 
F N 
y 
36,16 
2 
10 5 3 15 5 
 
   
   
 
      
Jadi, besar resultan vektor adalah 
2 2 
  
F F Fx y 
    
F 
9,33 36,16 2 2 
  
37,34 
 
F N
RANGKUMAN 
1. Dalam satuan Sistem Standar Internasional ada tujuh besaran pokok yaitu panjang 
(m),massa (m),waktu (s),kuat arus listrik (A), suhu (K),jumlah zat (mol),dan intensitas 
cahaya (cd). 
2. Besaran yang diturunkan dari besaran pokok disebut besaran turunan. Beberapa 
contohnya yaitu: luas (m2),volum (m3),massa jenis ( kg m-3),kecepatan (m s-1), 
percepatan (m s-2),gaya (kg m s-2 atau newton) dan lain-lain. 
3. Manfaat dari dimensi :untuk mengecek kebenaran satuan suatu besaran satuan 
besaran dan dimensinya harus sama,untuk mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan 
dua besaran yang sepintas kelihatan berbeda,untuk menentukan persamaan yang pasti 
salah atau mungkin benar. 
4. Pengukuran atau mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan 
alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur. Besaran adalah sesuatu yang dapat 
diukur dan dinyatakan dengan angka (nilai). Di dalam mengukur suatu besaran, 
tentunya anda perlu memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang akan diukur. 
5. Dalam pengukuran selalu muncul ketidakpastian hingga kita tidak mungkin 
memperoleh nilai benar x0. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0adalah nilai hasil 
pengukuran itu sendiri. Sedangkan ketidakpastian mutlaknya (Δx) sama dengan ½ 
skala terkecil instrumen. Skala terkecil adalah nilai antara dua gores skala yang 
berdekatan. Secara berurutan skala terkecil mistar,jangka sorong, dan mikrometer 
sekrup adalah 1mm, 0,1mm , 0,001 mm. 
6. Aturan-aturan berhitung dalam angka penting: hasil penjumlahan atau pengurangan 
hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan,hasil perkalian atau pembagian 
memiliki angka penting sebnyak salah satu bilangan yang paling sedikit angka 
pentingya dan hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dan bilangan 
eksak memiliki angka penting sebanyak bilangan pentingnya. 
7. Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Contohnya 
gaya,perpindahan,kecepatan dan perceoatan. 
8. Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis dengan metode poligon dan jajar 
genjang. 
9. Penjumlahan vektor dengan metode analitis Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi 
dua atau lebih vektor. Hal ini karena vektor terdiri dari komponen-komponen vektor
LAMPIRAN 
LEMBAR KERJA SISWA 
Judul : Pengukuran 
Tujuan : melaporkan volum benda sebagai hasil pengukuran tak 
langsung 
Alat dan bahan : mistar,jangka sorong, balok kaca dan silinder logam. 
Langkah kerja : 
1. Dengan menggunakan mistar, ukur panjang p,lebar l dan 
tinggi t dari balok kaca. Ulangi pengukuran dengan 
menggunakan jangka sorong. 
2. Dengan menggunakan mistar,ukur panjang L dan 
diameter D dari silinder logam. Ulangi pengukuran 
dengan menggunakan jangka sorong. 
Hasil 
1. Nyatakan hasil pengukuran panjang p, lebar l dan tinggi t dari balok kaca 
dengan mistar lengkap dengan masing-masing ketidakpastiannya. 
p=......±......cm 
l=.......±.......cm 
t=........±.......cm 
hitung volume balok kaca dan nyatakan hasil hitungan lengkap dengan 
ketidakpastiannya. 
V =p×l×t=......cm3 
ΔV =......cm3 
Jadi volum = (......±.....) cm3 
2. Ulangi langkah kerja 1 untuk pengukuran dengan menggunakan jangka 
sorong. 
3. Nyatakan hasil pengukuran diameter D dan panjang L dari silinder 
dengan mister lengkap dengan masing-masing ketidakpastiannya. 
D =.......±..... 
L =.......±...... 
Hitung volum silinder dan nyatakan hasil hitungan lengkap dengan 
ketidakpastiannya. 
V = πD2/4 × L =......cm3 
Δv =.............cm3 
Jadi,volum = (.....±.....) cm3 
4. Ulangi langkah kerja 3 untuk pengukuran dengan menggunakan jangka 
sorong.
Kesimpulan 
Bandingkan hasil pengukuran volum balok dan silinder dengan 
menggunakan mistar dan jangka sorong ,kemudian nyatakan kesimpulan 
Anda. 
LAMPIRAN SOAL LATIHAN 
1. Untuk menghitung luas daerah persawahan biasa digunakan satuan ha ( singkatan dari 
hekto are). Jika 1 ha =1 hm2,berapa m2 sawah seluas 500 are? 
2. Tentukan dimensi dari: 
a. Energi potensial 
b. Daya 
c. Energi kinetik 
d. Momen inersia 
3. Misalkan anda mengukur selang waktu 20 kali ayunan dari sebuah jam bandul. Anda 
mencatat selang waktu 40,0;40,1;39,8;39,8 dan 39,9 semuanya dalam sekon. Laporkan 
hasil pengukuran periode dari bandul lengkap dengan ketidakpastian. 
4. Tinggi sebuah bata 9,10 cm. Tentukan tinggi 45 tumpukan batu bata. 
5. Dua buah vektor gaya F1 dan F2 bernilai 3 N dan 4 N dan keduanya saling tegak lurus. 
Hitunglah resultan kedua vektor tersebut dengan metode poligon dan jajar genjang! 
6. Sebuah vektor gaya F yang besarnya 100 N membentuk sudut  terhadap sumbu-X. Jika 
besar komponen Fy = 60 N, tentukanlah komponen gaya Fx !
DAFTAR PUSTAKA 
Kanginan,Marthen .2004. FISIKA SMA kelas X.Jakarta:Erlangga. 
Purwanto,Bambang. 2007. Asas-asas FISIKA SMA kelas X. Yogyakarta; Yudisthira.

More Related Content

What's hot

TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURAN
Rafben Andika
 
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdfModul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
FaqihUddin4
 
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
ikasaputri
 
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmLaporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Nurul Hanifah
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
umammuhammad27
 

What's hot (20)

Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Usaha dan Energi
Usaha dan EnergiUsaha dan Energi
Usaha dan Energi
 
Buku Pegangan Guru Matematika SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum-2013 Edisi Revisi-2014
Buku Pegangan Guru Matematika SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum-2013 Edisi Revisi-2014Buku Pegangan Guru Matematika SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum-2013 Edisi Revisi-2014
Buku Pegangan Guru Matematika SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum-2013 Edisi Revisi-2014
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURAN
 
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdfModul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
Modul Ajar Fisika Fase E 2022-2023.pdf
 
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrupJangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
 
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
 
GELOMBANG TALI
GELOMBANG TALIGELOMBANG TALI
GELOMBANG TALI
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
 
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrupJangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
 
Lkpd listrik statis
Lkpd listrik statisLkpd listrik statis
Lkpd listrik statis
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
FISIKA - GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
FISIKA - GERAK LURUS BERUBAH BERATURANFISIKA - GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
FISIKA - GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
 
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmLaporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
 
Lk.9. laporan best practice unit 2 anisa puteri
Lk.9. laporan best practice unit 2 anisa puteriLk.9. laporan best practice unit 2 anisa puteri
Lk.9. laporan best practice unit 2 anisa puteri
 
LKS KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DAN DINAMIKA ROTASI
LKS KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DAN DINAMIKA ROTASILKS KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DAN DINAMIKA ROTASI
LKS KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DAN DINAMIKA ROTASI
 
Pembuatan alat praktikum gaya sentripental
Pembuatan alat praktikum gaya sentripentalPembuatan alat praktikum gaya sentripental
Pembuatan alat praktikum gaya sentripental
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
 
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaLaporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
 
Makalah Uji Normalitas
Makalah Uji Normalitas Makalah Uji Normalitas
Makalah Uji Normalitas
 

Viewers also liked

SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)
SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)
SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)
MAFIA '11
 
RPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER I
MAFIA '11
 
Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)
Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)
Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)
Dina Palca
 
EconsFinal-Report.docx
EconsFinal-Report.docxEconsFinal-Report.docx
EconsFinal-Report.docx
Wai Loon Chong
 

Viewers also liked (20)

SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)
SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)
SOAL ULANGAN HARIAN KELAS VIII (BAB III-VI)
 
RPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB I KELAS 8 SEMESTER I
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Cambria presentation
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Cambria presentationSupported experiments dissemination conference 2014: Coleg Cambria presentation
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Cambria presentation
 
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Ceredigion present...
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Ceredigion present...Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Ceredigion present...
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg Ceredigion present...
 
CollegesWales' International Work
CollegesWales' International WorkCollegesWales' International Work
CollegesWales' International Work
 
Recicled artwork
Recicled artworkRecicled artwork
Recicled artwork
 
Normalising bilingualism in vocational education & training: Wales & the Basq...
Normalising bilingualism in vocational education & training: Wales & the Basq...Normalising bilingualism in vocational education & training: Wales & the Basq...
Normalising bilingualism in vocational education & training: Wales & the Basq...
 
Amor
AmorAmor
Amor
 
Business Report
Business ReportBusiness Report
Business Report
 
Supported experiments dissemination conference 2014: Grwp Llandrillo Menai pr...
Supported experiments dissemination conference 2014: Grwp Llandrillo Menai pr...Supported experiments dissemination conference 2014: Grwp Llandrillo Menai pr...
Supported experiments dissemination conference 2014: Grwp Llandrillo Menai pr...
 
CollegesWales' International Work
CollegesWales' International WorkCollegesWales' International Work
CollegesWales' International Work
 
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg y Cymoedd (Ystrad ...
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg y Cymoedd (Ystrad ...Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg y Cymoedd (Ystrad ...
Supported experiments dissemination conference 2014: Coleg y Cymoedd (Ystrad ...
 
Supported experiments dissemination conference 2014: Gower College Swansea pr...
Supported experiments dissemination conference 2014: Gower College Swansea pr...Supported experiments dissemination conference 2014: Gower College Swansea pr...
Supported experiments dissemination conference 2014: Gower College Swansea pr...
 
Gwaith Rhyngwladol ColegauCymru
Gwaith Rhyngwladol ColegauCymruGwaith Rhyngwladol ColegauCymru
Gwaith Rhyngwladol ColegauCymru
 
Supported experiments dissemination conference 2014: NPTC Group presentation
Supported experiments dissemination conference 2014: NPTC Group presentationSupported experiments dissemination conference 2014: NPTC Group presentation
Supported experiments dissemination conference 2014: NPTC Group presentation
 
Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)
Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)
Auto bild. все ведущие №5 (май 2011)
 
Erasmus+ learner mobility and staff CPD through further education collaborations
Erasmus+ learner mobility and staff CPD through further education collaborationsErasmus+ learner mobility and staff CPD through further education collaborations
Erasmus+ learner mobility and staff CPD through further education collaborations
 
EconsFinal-Report.docx
EconsFinal-Report.docxEconsFinal-Report.docx
EconsFinal-Report.docx
 
Supported experiments dissemination conference 2014: Pembrokeshire College pr...
Supported experiments dissemination conference 2014: Pembrokeshire College pr...Supported experiments dissemination conference 2014: Pembrokeshire College pr...
Supported experiments dissemination conference 2014: Pembrokeshire College pr...
 

Similar to BESARAN & SATUAN

Besaran-dan-Satuan
Besaran-dan-SatuanBesaran-dan-Satuan
Besaran-dan-Satuan
Yan Wale
 
Besaran dan satuan (ipa)
Besaran dan satuan (ipa)Besaran dan satuan (ipa)
Besaran dan satuan (ipa)
rana anyndya
 
Besaran dan Ukuran
Besaran dan UkuranBesaran dan Ukuran
Besaran dan Ukuran
Aflah Aufaa
 
50439294 metrologi-industri
50439294 metrologi-industri50439294 metrologi-industri
50439294 metrologi-industri
S Hanov D Sinaga
 
2 besaran-satuan-dimensi
2 besaran-satuan-dimensi2 besaran-satuan-dimensi
2 besaran-satuan-dimensi
Danang Pc
 

Similar to BESARAN & SATUAN (20)

Besaran-dan-Satuan
Besaran-dan-SatuanBesaran-dan-Satuan
Besaran-dan-Satuan
 
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSIFisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
 
Besaran Dan Satuan
Besaran Dan SatuanBesaran Dan Satuan
Besaran Dan Satuan
 
Bab 5 adi
Bab 5 adiBab 5 adi
Bab 5 adi
 
Bab 5 adi
Bab 5 adiBab 5 adi
Bab 5 adi
 
Besaran dan satuan (ipa)
Besaran dan satuan (ipa)Besaran dan satuan (ipa)
Besaran dan satuan (ipa)
 
Besaran dan satuan (ipa)
Besaran dan satuan (ipa)Besaran dan satuan (ipa)
Besaran dan satuan (ipa)
 
fdokumen.com_besaran-dan-satuan-2014ppt.ppt
fdokumen.com_besaran-dan-satuan-2014ppt.pptfdokumen.com_besaran-dan-satuan-2014ppt.ppt
fdokumen.com_besaran-dan-satuan-2014ppt.ppt
 
Besaran dan Ukuran
Besaran dan UkuranBesaran dan Ukuran
Besaran dan Ukuran
 
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdfweek 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.ppt
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.ppt
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
50439294 metrologi-industri
50439294 metrologi-industri50439294 metrologi-industri
50439294 metrologi-industri
 
2 besaran-satuan-dimensi
2 besaran-satuan-dimensi2 besaran-satuan-dimensi
2 besaran-satuan-dimensi
 
1. Besaran dan angka penting.pdf
1. Besaran dan angka penting.pdf1. Besaran dan angka penting.pdf
1. Besaran dan angka penting.pdf
 
materi besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptmateri besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.ppt
 
Lks pengukuran
Lks pengukuranLks pengukuran
Lks pengukuran
 
Lks pengukuran
Lks pengukuranLks pengukuran
Lks pengukuran
 
Besaran dan turunan
Besaran dan turunanBesaran dan turunan
Besaran dan turunan
 

More from MAFIA '11 (20)

RPP IPA BAB VI KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB VI KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB VI KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB VI KELAS 8 SEMESTER I
 
RPP IPA BAB V KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB V KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB V KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB V KELAS 8 SEMESTER I
 
RPP IPA BAB IV KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB IV KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB IV KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB IV KELAS 8 SEMESTER I
 
RPP IPA BAB III KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB III KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB III KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB III KELAS 8 SEMESTER I
 
RPP IPA BAB II KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB II KELAS 8 SEMESTER IRPP IPA BAB II KELAS 8 SEMESTER I
RPP IPA BAB II KELAS 8 SEMESTER I
 
RPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONRPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTON
 
BAHAN AJAR GERAK MELINGKAR.PPT
BAHAN AJAR GERAK MELINGKAR.PPTBAHAN AJAR GERAK MELINGKAR.PPT
BAHAN AJAR GERAK MELINGKAR.PPT
 
LKS GERAK MELINGKAR
LKS GERAK MELINGKARLKS GERAK MELINGKAR
LKS GERAK MELINGKAR
 
BAHAN AJAR GERAK MELINGKAR
BAHAN AJAR GERAK MELINGKARBAHAN AJAR GERAK MELINGKAR
BAHAN AJAR GERAK MELINGKAR
 
RPP GERAK MELINGKAR
RPP GERAK MELINGKARRPP GERAK MELINGKAR
RPP GERAK MELINGKAR
 
BAHAN AJAR GERAK LURUS
BAHAN AJAR GERAK LURUSBAHAN AJAR GERAK LURUS
BAHAN AJAR GERAK LURUS
 
LKS GLB
LKS GLBLKS GLB
LKS GLB
 
LKS GERAK LURUS
LKS GERAK LURUSLKS GERAK LURUS
LKS GERAK LURUS
 
RPP GERAK LURUS
RPP GERAK LURUSRPP GERAK LURUS
RPP GERAK LURUS
 
RPP GERAK LURUS DENGAN KECEPATAN & PERCEPATAN KONSTAN
RPP GERAK LURUS DENGAN KECEPATAN & PERCEPATAN KONSTANRPP GERAK LURUS DENGAN KECEPATAN & PERCEPATAN KONSTAN
RPP GERAK LURUS DENGAN KECEPATAN & PERCEPATAN KONSTAN
 
TUGAS PROYEK PERCOBAAN VEKTOR
TUGAS PROYEK PERCOBAAN VEKTORTUGAS PROYEK PERCOBAAN VEKTOR
TUGAS PROYEK PERCOBAAN VEKTOR
 
LKS VEKTOR
LKS VEKTORLKS VEKTOR
LKS VEKTOR
 
BAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTORBAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTOR
 
RPP VEKTOR (SMA)
RPP VEKTOR (SMA)RPP VEKTOR (SMA)
RPP VEKTOR (SMA)
 
RPP SUHU & KALOR (SMA_2)
RPP SUHU & KALOR (SMA_2)RPP SUHU & KALOR (SMA_2)
RPP SUHU & KALOR (SMA_2)
 

Recently uploaded

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 

Recently uploaded (20)

Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 

BESARAN & SATUAN

  • 1. BAHAN AJAR Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Semester : X / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. Menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar : 1.1 Membedakan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya 1.2 Memprediksi dimensi suatu besaran dan melakukan analisis 1.3 Mengukur besaran fisika 1.4 Melakukan penjumlahan vektor A. BESARAN DAN SATUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan atau menyebut besaran untuk menyatakan sesuatu, misalnya saat memacu kendaraan bermotor kita dapat mengatakan “Saya tadi melaju dengan kecepatan 70 km/Jam”, atau para petani selesai memanen padinya mereka menghitung hasil panenannya (massa gabah) dengan menggunakan istilah 20 sak, 20 karung atau 50 pikul dan lain –lain sebutannya. Kecepatan, massa disebut dengan besaran, sedangkan Km/Jam, pikul atau karung menunjukkan ukuran atau satuan. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan hasilnya dapat dinyatakan dengan angka-angka. Besaran ada dua macam yaitu besaran pokok dan besaran turunan. 1. Besaran pokok Pada konferensi umum mengenai berat dan ukuran ke 14 tahun 1971, berdasarkan hasil pertemuan panitia internasional menentapkan tujuh besaran sebagai dasar dan menjadi sistem satuan Internasional yang disingkat SI. Kata -kata SI berasal dari bahasa perancis “Le Sisteme International d’unites. Ketujuh besaran dasar tadi kemudian kita kenal dengan besaran pokok.Besaran pokok adalah besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu. Tujuh besaran pokok beserta simbol dan satuannya dapat dilihat pada tabel berikut ini : No Besaran Pokok Satuan SI Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Simbol Satuan 1 2 3 4 5 6 7 Panjang Massa Waktu Kuat Arus Listrik Suhu Intensitas Cahaya Jumlah Zat l m t i T J N Meter Kilogram Sekon Ampere Kelvin Candela mole m kg s A K cd mol Selain tujuh besaran pokok seperti dalam tabel, ada dua besaran tambahan yaitu : 1. sudut bidang (datar) memiliki satuan radian (rad) 2. sudut ruang memiliki satuan steradian (sr)
  • 2. Sistem Satuan Satuan suatu besaran dapat dinyatakan dalam berbagai sistem satuan diantaranya Sistem Internasional, sistem MKS (meter kilogram sekon), Sistem CGS (centimeter gram sekon) bahkan juga ada British Sistem atau Sistem Inggris. Sistem yang berlaku ada yang bersifat umum dan lokal. Dalam Fisika sistem MKS dan CGS adalah sistem satuan yang bersifat umum, sedangkan sistem yang berlaku secara internasional yaitu Sistem (satuan) Internasional (SSI). British Sistem atau Sistem Inggris adalah sistem satuan yang berlaku lokal hanya untuk beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat. Sistem Internasional (SI) adalah sistem satuan yang terstandar secara Internasional, berikut standar Internasional satuan besaran pokok : 1) Standar Satuan Panjang Pada awalnya standar panjang 1 meter atau yang kita kenal meter standar adalah jarak antara dua goresan pada batang Platinum-Iridium pada suhu 00 C. Pada tahun 1960 Konferensi Umum mengenai berat danukuran mendefinisikan ulang satu meter standar sebagai jarak panjang 1.650.763.73 kali panjangg gelombang cahaya merah jingga yang dihasilkan oleh gas Krypton. Terakhir pada tahun 1983 definisi meter standar disempurnakan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama 1sekon. 2) Standar SatuanMassa Kilogram standar dinyatakan sebagai massasebuah selinder Platinum-Iridium yang disimpan di sevres dekat kotaParis. Pada tahun 1887 Kilogram Standar diperbaiki menjadi satu Kilogram Standar adalah massa satu liter (1000 cm3) air murni pada suhu 40 C dan ini berlaku sampai sekarang walaupun ada sedikit penyimpangan ternyata satu Kilogram yang tepat sebanding dengan 1000,028 cm3. 3) Standar Satuan Waktu Besaran waktu dinyatakan dalam satuan sekon atau detik. Standar waktu didefinisikan 1 sekon sama dengan hari rata-rata matahari, kemudian diubah menjadi 1 sekon didefinisikan sama dengan tahun tropik 1900. Pada tahun 1967, definisi 1 sekon disempurnakn menjadi selang waktu yang dibutuhkan oleh atom Sesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631,770 kali. 4) Standar satuan kuat arus Satu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat di abaikan dengan jarak pemisah 1 meter,dalam ruang hampa akan menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2 x 10-7 newton setiap meter penghantar. 5) Standar satuan suhu Satu kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik triple air. Dengan demikian,suhu termodinamika titik trile air adalah 273,16 K. Titik triple air adalah suhu dimana air murni berda dalam keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya.
  • 3. 6) Standar satuan intesitas cahaya Satu candela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540x1012 hertz dengan intensitas sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah tersebut. 7) Standar satuan jumlah zat Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam jumlah sebanyak jumlah atom karbon dalam 0,012 kg karbon -12. 2. Besaran turunan Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Satuan dari besaran turunan tergantung pada satuan besaran pokok. Berikut ini adalah beberapa contoh besaran turunan : No Besaran turunan Satuan SI Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Simbol Satuan 1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan Percepatan Massa jenis Energi Tekanan daya Luas v a ρ E p P A Meter/sekon Meter/sekon2 Kilogram/meter3 Joule Pascal Watt Meter2 m/s m/s2 kg/m3 J Pa W m2 Contoh soal : Tuliskan perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan! Jawab : Perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan adalah : 1. Besaran pokok adalah besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu 2. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari dua atau lebih besaran pokok Konversi satuan Sistem satuan Internasional sering disebut sistem metrik. Oleh karena itu satuan internasional dapat diubah-ubah dari satuan satu ke satuan yang lain, hal ini dikenal dengan istilah Konversi Satuan. Konversi satuan mutlak diperlukan dalam penulisan – penulisann hasil pengukuran yang sangat besar atau sangat kecil. Satu contoh sederhana, apabila kita akan menyatakan atau menuliskan 0,000001 m maka akan lebih mudah jika menuliskannya menjadi 1 mm karena dengan mengkonversikan 1 m = 106 mm. Selain konversi satuan penulisan bilangan awalan bisa dilakuakan notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah cara penulisan
  • 4. bilangan yang sangat besar atau kecil dengan menggunakan faktor pengali atau awalan. Hal ini pernah disampaikan pada konferensi umum tentang berat dan ukuran ke 14 tahun 1971. Berikut ini adalah faktor pengali atau awalan pada penulisan ilmiah : Tabel Faktor pengali atau awalan dalam SI Faktor Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol 101 Deka da 10-1 Desi D 102 Hekto h 10-2 Senti c 103 Kilo K 10-3 Milli m 106 Mega M 10-6 Mikro m 109 Giga G 10-9 Nano n 1012 Tera T 10-12 Piko p 1015 Peta P 10-15 Femto f 1018 Eksa E 10-18 Atto a Contoh 1 Sebuah benda beratnya 200 g cms-2 , konversikan berat benda tersebut ke dalam satuan kgms-2. 1 gram = 10-3 kg 1 cm = 10-2m dengan demikian 200 gcms-2 = 200.10-3kg. 10-2 ms-2 = 2. 10-3 kgms-2. Contoh 2 Jari-jari sebuah atom sebesar 7,239876 .10-11 m, nyatakan massa electron kedalam satuan micrometer, femtometer. Jika 1mm = 10-6m berarti maka
  • 5. B. DIMENSI Satuan besaran turunan merupakan kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok. Karena itu, setiap satuan besaran turunan dapat diuraikan menjadi faktor-faktor satuan dari besaran pokok yang menyusunnya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dalam fisika digunakan dimensi untuk menggambarkan cara besaran turunan disusun dari besaran-besaran pokok. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokoknya. Dimensi besaran pokok dituliskan dengan huruf besar dan diberi kurung persegi : No Besaran Pokok Dimensi Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Dimensi 1 2 3 4 5 6 7 Panjang Massa Waktu Kuat Arus Listrik Suhu Intensitas Cahaya Jumlah Zat l m t i T J n Meter Kilogram Sekon Ampere Kelvin Candela Mole [ L ] [ M ] [ T ] [ I ] [ Θ ] [ J ] [ N ] Dimensi besaran turunan : No Besaran turunan Dimensi Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Dimensi 1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan Percepatan Massa jenis Energi Tekanan daya Luas v a ρ E p P A Meter/sekon Meter/sekon2 Kilogram/meter3 Joule Pascal Watt Meter2 [ L ] [ T ]-1 [ L ] [ T ]-2 [ M ] [ L ]-3 [ M ] [ L ]2 [ T ]-2 [ M ] [ L ]1 [ T ]-2 [ M ] [ L ]2 [ T ]-3 [ L ]2 Manfaat dari dimensi : 1. Untuk mengecek kebenaran satuan suatu besaran. Satuan besaran dan dimensinya harus sama 2. Untuk mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan dua besaran yang sepintas kelihatan berbeda 3. Untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar Contoh soal : Buktikan bahwa dimensi v sama dengan dimensi v0 +at Jawab : Bukti bahwa : v = v0 +at Ruas kiri = Ruas kanan v = v0 +at [ L ] [ T ]-1 = [ L ] [ T ]-1 + [ L ] [ T ]-2[ T ] [ L ] [ T ]-1 = [ L ] [ T ]-1 + [ L ] [ T ]-1
  • 6. Ruas kiri = ruas kanan Jadi, persamaan tersebut sudah tepat C. PENGUKURAN Pengukuran atau mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (nilai). Di dalam mengukur suatu besaran, tentunya anda perlu memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang akan diukur. Berikut ini akan dipelajari beberapa alat yang digunakan untuk mengukur besaran. 1. Pengukuran panjang Untuk mengukur besaran panjang, kita dapat menggunakan mistar, jangka sorong atau mikrometer sekrup. Akan tetapi, dari setiap alat ukur panjang tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing a. Mistar Alat ukur yang paling sederhana dan dikenal semua orang adalah mistar atau penggaris, yang memiliki garis-garis skala ukuran. Mistar memiliki skala pengukuran terkecil 1 mm, sesuai dengan jarak garis terkecil yang terdapat pada skala penggaris. Mistar juga memiliki tingkat ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran 0,5 mm atau 0,05 cm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Ketika mengukur panjang dengan menggunakan mistar,posisi mata hendaknya berada pada tempat yang tepat yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Jika posisi mata berada diluar garis tersebut,panjang benda yang terukur akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibatnya pengukuran menjadi kurang teliti dan terjadilah kesalahan pengukuran. b. Jangka sorong Jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang sorong yang dapat digeser-geser. Rahang tetap memiliki skala yang disebut skala utama. Satu bagian skala utama, panjangnya 1 mm. Adapun rahang sorong dilengkapi dengan 10 bagian skala yang disebut skala nonius. Skala nonius disebut juga sebagai skala Vernier, diambil dari nama penemunya Piere Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Perancis. Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm. Ini berarti, 1 skala nonius (jarak antara dua garis skala nonius yang berdekatan) sama dengan 0,9 mm. Dengan demikian, selisih skala utama dengan skala nonius adalah 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm atau 0,01 cm. Tingkat ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran jangka sorong adalah 1 setengah dari skala nonius terkecil, yaitu x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian 2 tersebut, jangka sorong biasanya dipakai untuk mengukur ketebalan suatu pelat tembaga atau diameter dalam dan diameter luar sebuah pipa.
  • 7. Ditinjau dari cara membaca skala,ada 2 tipe jangka sorong, analog dan digital. Penggunaan jangka sorong analog memerlukan ketelitian pengamatan skala untuk menentukan panjang benda yang diukur. Sebaliknya jangka sorong digital ukuran benda yang diamati akan terbaca di layar LCD. Contoh soal : Gambar di bawah ini menunjukkan pembacaan skala jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter tabung kayu. Tentukan pembacaan skala jangka sorong yang sesuai dengan gambar di bawah ini! 4 5 6 0 10 Jawab : Berdasarkan gambar, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan skala nonius nol adalah 4,5 cm, sedangkan skala nonius yang berhimpit tegak dengan skala utama adalah skala ketiga. Jadi, diameter silinder kayu tersebut adalah (4,5 cm + 0,02 cm) = 4,52 cm c. Mikrometer sekrup Mikrometer sekrup memiliki dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala utama ditunjukkan oleh silinder pada lingkaran dalam, sedangkan skala nonius ditunjukkan oleh selubung pada lingkaran luar. Jika selubung lingkaran luar diputar satu kali lingkaran penuh, skala utama akan berubah 0,5 mm. Selubung luar terbagi menjadi 50 skala sehingga 1 skala pada selubung luar adalah mm 0,5 mm  0,01 , yang 50 merupakan skala terkecil pada mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran 0,01 1 x mm = 0,005 mm atau 0,0005 2 cm. Mikrometer sekrup dapat dipakai untuk mengukur tebal selembar kertas atau diameter seutas kawat yang sangat halus. Pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup,bidal diputar sehingga benda dapat diletakkan antara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda,pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda bergigi ini putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika poros sampai menekan benda,pengukuran menjadi tidak teliti.
  • 8. Contoh soal : Tentukan pembacaan skala mikrometer sekrup yang sesuai dengan gambar di bawah ini: 2 3 37 Jawab : Berdasarkan gambar, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan tepi selubung luar adalah 3,5 mm sedangkan garis selubung luar yang berhimpit tepat dengan garis mendatar skala utama adalah garis ke-44. Jadi, bacaan mikrometer sekrup tersebut adalah (3,5 mm + 0,44 mm) = 3,94 mm 2. Pengukuran massa Untuk mengukur besaran massa, kita dapat menggunakan timbangan atau neraca. Beberapa neraca atau timbangan yang seringkali digunakan adalah neraca pikulan, neraca pegas, neraca O-hauss dan neraca digital 3. Pengukuran waktu Untuk mengukur besaran waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, jam dinding dan stopwatch. Terdapat beberapa jenis stopwatch. Ada stopwatch yang memiliki satu tombol yaitu untuk menjalankan,menghentikan serta mangembalikan jarum ke titik nol. Ada pila yang memiliki dua atau tiga tombol. Saat ini juga sudah terdapat stopwatch digital.
  • 9. 4. Pengukuran kuat arus Untuk mengukur kuat arus digunakan amperemeter atau multimeter. Pada amperemeter analog ,nilai kuat arus dapat dibaca pada skala yang ditunjukan oleh jarum penunjuk. Dalam penggunaanya amperemeter dipasang secara seri dengan rangkaian. Ini berarti kita harus memotong kawat rangkaian untuk membuat hubungan ke ujung-ujung terminal amperemeter. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING 1. Ketidakpastian pengukuran Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, bergantung pada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode pengukuran dan kemampuan orang yang mengukurnya. Oleh karena itu, salah satu cara mengurangi kesalahan pengukuran adalah pengetahuan yang cukup mengenai sifat-sifat alat ukur. Untuk mengetahui sifat-sifat alat ukur, digunakan beberapa istilah teknis yang perlu anda ketahui. Beberapa diantaranya adalah : a. Aspek ketelitian (presisi) Ketelitian atau presisi didefenisikan sebagai kemampuan proses pengukuran untuk mendapatkan hasil yang sama, khususnya pada pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. b. Aspek kalibrasi alat Kalibrasi atau peneraan adalah mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala alat ukur dengan harga-harga standar (atau yang dianggap benar) c. Aspek ketepatan (akurasi) Ketepatan atau akurasi didefenisikan sebagai kesesuaian antara hasil pengukuran dan nilai yang sebenarnya d. Aspek kepekaan (sensitivitas) Kepekaan atau sensitivitas didefenisikan sebagai kemampuan alat ukur untuk mendapatkan suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga hasil pengukuran Selain faktor alat ukur, faktor-faktor yang menentukan proses pengukuran menjadi tidak tepat dan tidak teliti diantaranya adalah pengaruh objek benda yang diukur, proses pengukuran dan orang yang melakukan pengukuran. Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen tidaklah mungkin diperoleh nilai benar x0,melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi; a. Kesalahan umum ( keteledoran) umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat. b. Kesalahan sistematik disebabkan oleh kesalahan instrumen itu sendiri atau dapat juga disebabkan lingkungan. c. Kesalahan acak disebabkan adanya fliktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi pengukuran.
  • 10. Selain kesalahan, ada ketidakpastian hasil pengukuran yang disebabkan oleh cara atau metode pengukuran, yakni ketidakpastian hasil pengukuran tunggal dan ketidakpastian hasil pengukuran berulang a. Ketidakpastian hasil pengukuran tunggal Pengukuran tunggal dilakukan karena pengukuran yang dilakukan tidak mungkin diulang dan disebabkan oleh alat ukur yang digunakan terlalu kasar ketelitiannya, misalnya mistar. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal digunakan setengah skala terkecil   1 x skala terkecil alat yang dipakai 2 Hasil pengukuran ditulis : x  x   x ukur b. Ketidakpastian hasil pengukuran berulang Hasil pengukuran berulang terdiri atas nilai atas rata-rata dan ketidakpastian pengukuran yang dinyatakan dengan simpangan baku ( d S )  Nilai rata-rata dihitung :   N N x        i i x x x x N x N ... 1 1 1 2 3 1  Ketidakpastian atau simpangan baku  x  x  1 1 2    N S N i i d Hasil pengukuran ditulis : x  x  x atau x  x  x  x  x 2. Angka penting Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari pembacaan skala alat ukur yang terdiri atas angka pasti dan angka terakhir yang ditaksir  Aturan angka penting 1. Semua angka bukan nol adalah angka penting Contoh : 3752,8 cm (mempunyai 5 angka penting) 27,6 kg (mempunyai 3 angka penting) 2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka penting Contoh : 5,002 kg (mempunyai 4 angka penting) 202,015 s (mempunyai 6 angka penting) 3. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol, bukan angka penting kecuali jika ada tanda seperti garis bawah Contoh : 8760 m (mempunyai 4 angka penting) 23,590 mm (mempunyai 5 angka penting) 4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, bukan angka penting Contoh : 0,82 A (mempunyai 2 angka penting) 0,00325 gr (mempunyai 3 angka penting)  Aturan operasi angka penting 1. Pembulatan Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan kurang dari 5 dibulatkan ke bawah. Apabila angka tepat 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya angka genap Contoh : 65,665 dibulatkan menjadi 65,66 (angka 5 dibulatkan ke bawah) 65,675 dibulatkan menjadi 65,68 (angka 5 dibulatkan ke atas)
  • 11. 2. Penjumlahan dan pengurangan Hasil perhitungan dari penjumlahan dan pengurangan hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Banyaknya angka penting pada hasil penjumlahan dan pengurangan ditentukan oleh banyaknya bilangan dengan angka yang paling sedikit di belakang koma Contoh : a. Jumlahkan 237, 219 gr; 15,5 gr; dan 8,43 gr b. Kurangi 468,39 m dengan 412 m Jawab : Strategi : lakukanlah operasi penjumlahan atau pengurangan secara biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga hanya memiliki satu angka taksiran a. 237,219 gr → 9 angka taksiran 15,5 gr → 5 angka taksiran 8,43 gr → 3 angka taksiran 297,149 gr → dibulatkan 297,1 gr karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran b. 468,39 m → 9 angka taksiran 412 m → 2 angka taksiran 56,39 m →56 m karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran 3. Perkalian dan pembagian Hasil perkalian atau pembagian dari angka tidak eksak (angka penting) memiliki angka penting yang banyaknya sama dengan banyaknya angka penting yang paling sedikit Contoh : Hitunglah operasi perkalian atau pembagian bilangan-bilangan berikut ini : a. 0,6283 cm x 2,2 cm b. 4,554 x 105 kg : 3,0 x 102 m3 Jawab : Strategi : Pertama, lakukanlah prosedur perkalian atau pembagian dengan cara biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga memiliki angka penting sebanyak salah satu bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit a. 0,6283 cm → empat angka penting 2,2 cm → dua angka penting (paling sedikit) 1,38226 cm2 → dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (dua angka penting) b. 4,554 x 105 kg → empat angka penting 3,0 x 102 m3 → dua angka penting (paling sedikit) : 1,518 x 103 kg/m3 → dibulatkan menjadi 1,5 x 103 kg/m3 (dua angka penting)
  • 12. D. VE K T O R Besaran-besaran fisika terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai tanpa mempunyai arah, sedangkan besaran vektor adalah besaran yang selain mempunyai besar atau nilai juga mempunyai arah. Contoh-contoh umum besaran skalar adalah massa jenis, volume dan suhu, sedangkan contoh-contoh umum besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan, percepatan dan gaya 1. Notasi vektor Untuk dapat menuliskan vektor dengan benar, maka perlu memahami simbol atau notasi vektor. Untuk menuliskan vektor dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : a. Menuliskan tanda vektor atau anak panah di atas nama vektor Contoh : d atau OA b. Menulis nama vektor dengan huruf yang ditebalkan Contoh : d atau OA Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini : 2. Besar vektor Besar suatu vektor r secara grfis dinyatakan dengan panjang garis, sedangkan arahnya ditunjukkan oleh arah sinar garis tersebut. Besar suatu vektor disebut juga norma, modulus atau magnitude yang dinyatakan dengan : r  r 3. Mengurai vektor Suatu vektor dapat diuraikan ke dalam komponen-komponen pada arah sumbu yang digunakan. Untuk dimensi dua (bidang), komponen-komponen tersebut di bagi dalam arah atau sumbu X dan Y sehingga suatu vektor diuraikan menjadi dua buah vektor yang saling tegak lurus. Perhatikan gambar berikut ini : r α Vektor r diuraikan menjadi dua vektor yang saling tegak lurus yaitu rx dan ry. rx adalah komponen r pada arah x dan ry adalah komponen r pada arah y. Besar rx dan ry dinyatakan dengan :  cos  sin r r x  r r y  d OA Y X ry rx
  • 13. Contoh soal : Sebuah vektor kecepatan (v) membentuk sudut 30° dengan sumbu X positif dan besarnya 20 m/s. Tentukan besar komponen-komponen tersebut! Jawab : Diketahui v = 20 m/s dan α = 30° Ditanya : vx dan vy ? Jawab : vx = v cos α = 20 m/s cos 30° = 10 3 m/s vy = v sin α = 20 m/s sin 30° = 10 m/s Jadi besar komponen-komponen vektor kecepatan tersebut adalah : vx =10 3 m/s dan vy =10 m/s PENJUMLAHAN VEKTOR 1. Penjumlahan vektor dengan metode grafis Dua buah vektor masing-masing A dan B dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut resultan. Penjumlahan dua buah vektor dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : A  B  R Penjumlahan vektor mempunyai arti yang berbeda dengan penjumlahan bilangan skalar, tetapi penjumlahan vektor memenuhi hukum komutatif penjumlahan dan hukum asosiatif penjumlahan R  A  B  A  B Hukum komutatif penjumlahan adalah A  B  B  A Hukum asosiatif penjumlahan adalah A B C A BC Sedangkan pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan mendefenisikan vektor negatif sebagai vektor lain yang sama besar tetapi arahnya berlawanan Contoh : A B  A  B Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode grafis ada dua yaitu dengan metode poligon dan metode jajar genjang a. Metode poligon Aturan melukis vektor resultan dengan metode poligon :  Lukis salah satu vektor (sebut vektor pertama)  Lukis vektor kedua dengan pangkalnya diujung vektor pertama dan yakinkan bahwa anda telah melukis arah vektor kedua dengan tepat; lukis vektor ketiga dengan pangkalnya diujung vektor kedua; dan seterusnya sampai semua vektor yang akan dijumlahkan telah dilukis  Vektor resultan (vektor hasil penjumlahan) diperoleh dengan menghubungkan pangkall vektor pertama ke ujung vektor terakhir
  • 14. Perhatikan gambar : A B C B C D = A + B + C A D = A + (-B) + C A -B C D Gambar penjumlahan vektor Gambar pengurangan vektor Contoh soal : Manakah dari gambar di bawah ini pernyataan yang benar mengenai penjumlahan vektor dengan metode poligon? D C A B E a. A + B + C + D = E c. C + D + E + B = A b. A + E + D + C = B d. D + G + E + A = B Jawab : Strategi : untuk menentukan vektor resultan dalam suatu poligon, carilah dahulu dua anak panah yang ujungnya bertemu. Kemudian telusuri anak panah yang mana menutup poligon Dalam poligon pada gambar di atas tampak dua anak panah yang ujungnya bertemu adalah C dan B. Jika anda telusuri tampak bahwa anak panah yang menutup poligon adalah B. Dengan demikian vektor resultan dari poligon vektor adalah B = A + E + D + C (b) b. Metode jajar genjang Aturan melukis penjumlahan vektor dengan metode jajar genjang adalah :  Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit  Lukis sebuah jajar genjang dengan kedua vektor itu sebagai sisi-sisinya  Vektor resultan adalah diagonal jajar genjang yang titik pangkalnya sama dengan titik pangkal kedua vektor Catatan : dalam metode jajar genjang, satu kali lukisan hanya dapat melukiskan resultan dari dua vektor. Jadi, resultan dari tiga buah vektor memerlukan dua jajar genjang, empat buah vektor memerlukan tiga jajar genjang dan seterusnya
  • 15. Perhatikan gambar : D Penjumlahan vektor E = D + C Pengurangan vektor E = D + (-C) 2. Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode analitis Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua atau lebih vektor. Hal ini karena vektor terdiri dari komponen-komponen vektor. Perhatikan gambar di bawah ini : Vektor R adalah vektor hasil penjumlahan (vektor resultan) antara vektor A dan B dengan sudut diantara keduanya adalah α. Besar vektor resultan R dari kedua vektor tersebut adalah : R  A2  B2  2ABcos Jika kedua vektor saling tegak lurus (α = 90°), maka : R  A2  B2 Sedangkan arah resultan vektor dapat ditentukan dengan persamaan : sin   B sin R Jika vektor A dan vektor B saling tegak lurus, maka : tan   B A Contoh soal : Dua buah vektor kecepatan mempunyai titik pangkal berhimpit, yaitu v1 = 3 m/s dan v2 = 4 m/s. Jika α = 60°, tentukan besar dan arah resultan vektor tersebut! A B C A C B E A B -C D E A B R α ß
  • 16. Jawab : Besar resultan vektor 2 2     v v v v v 1 2         3 /  4 /  2 3 / 4 / cos60  v m s m s m s m s 37 / v m s 2 cos 2 2 2 1  Arah resultan vektor terhadap vektor v2 v   1  sin sin 4    sin 0,5320      sin 0,5320  35,7  sin 60 37 sin 1    v Untuk menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan metode analitis dapat dilakukan dengan menguraikan vektor-vektor tersebut ke arah sumbu x dan sumbu Y. Selanjutnya dicari resultan vektor pada kedua sumbu dengan persamaan umum penjumlahan vektor. Perhatikan gambar di bawah ini : Y V1 Dari gambar diperoleh resultan vektor pada masing-masing sumbu : Pada sumbu X :  V  V  V  V cos  V cos x 1 x 2 x 1 2 Pada sumbu Y :  V  V  V  V sin  V sin  y 1 y 2 y 1 2 Resultan seluruh vektor dihitung dengan persamaan :   2 2 V V  V x y Dengan V = Modulus vektor resultan X V1y V1x ß α V2 V2y V2x
  • 17.  x V = Modulus vektor komponen x  y V = Modulus vektor komponen Contoh soal : Lima buah vektor gaya mempunyai besar dan arah sebagai berikut : F1 = 20 N α1 = 30° F2 = 10 N α2 = 60° F3 = 15 N α 3 = 90° F4 = 10 N α 4 = 150° F5 = 5 N α 5 = 210° Tentukan besar resultan vektor F = F1 + F2 + F3 + F4 + F5! Jawab : Besar komponen F dalam arah sumbu X      cos 20cos30 10 3 F F N 1 x 1 1      cos 10cos60 5 F F N 2 x 2 2     F F  3 x 3 3 cos 15cos90 0       cos 10cos150 5 3 F F N 4 x 4 4 5       F F N x 3 2 cos 5cos210 5 5 5 Sehingga F F F F F F 1 2 3 4 5 x x x x x x   5         F N x F N x 9,33 3 2 10 3 5 0 5 3               Besar komponen F dalam arah sumbu Y      sin 20sin30 10 F F N 1 y 1 1      sin 10sin 60 5 3 F F N 2 y 2 2      sin 15sin90 15 F F N 3 y 3 3      sin 10sin150 5 F F N 4 y 4 4 5       F F N y 2 sin 5sin 210 5 5 5 Sehingga      F F F F F F 1 2 3 4 5 y y y y y y 5  F N y F N y 36,16 2 10 5 3 15 5               Jadi, besar resultan vektor adalah 2 2   F F Fx y     F 9,33 36,16 2 2   37,34  F N
  • 18. RANGKUMAN 1. Dalam satuan Sistem Standar Internasional ada tujuh besaran pokok yaitu panjang (m),massa (m),waktu (s),kuat arus listrik (A), suhu (K),jumlah zat (mol),dan intensitas cahaya (cd). 2. Besaran yang diturunkan dari besaran pokok disebut besaran turunan. Beberapa contohnya yaitu: luas (m2),volum (m3),massa jenis ( kg m-3),kecepatan (m s-1), percepatan (m s-2),gaya (kg m s-2 atau newton) dan lain-lain. 3. Manfaat dari dimensi :untuk mengecek kebenaran satuan suatu besaran satuan besaran dan dimensinya harus sama,untuk mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan dua besaran yang sepintas kelihatan berbeda,untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar. 4. Pengukuran atau mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (nilai). Di dalam mengukur suatu besaran, tentunya anda perlu memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang akan diukur. 5. Dalam pengukuran selalu muncul ketidakpastian hingga kita tidak mungkin memperoleh nilai benar x0. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0adalah nilai hasil pengukuran itu sendiri. Sedangkan ketidakpastian mutlaknya (Δx) sama dengan ½ skala terkecil instrumen. Skala terkecil adalah nilai antara dua gores skala yang berdekatan. Secara berurutan skala terkecil mistar,jangka sorong, dan mikrometer sekrup adalah 1mm, 0,1mm , 0,001 mm. 6. Aturan-aturan berhitung dalam angka penting: hasil penjumlahan atau pengurangan hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan,hasil perkalian atau pembagian memiliki angka penting sebnyak salah satu bilangan yang paling sedikit angka pentingya dan hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dan bilangan eksak memiliki angka penting sebanyak bilangan pentingnya. 7. Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Contohnya gaya,perpindahan,kecepatan dan perceoatan. 8. Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis dengan metode poligon dan jajar genjang. 9. Penjumlahan vektor dengan metode analitis Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua atau lebih vektor. Hal ini karena vektor terdiri dari komponen-komponen vektor
  • 19. LAMPIRAN LEMBAR KERJA SISWA Judul : Pengukuran Tujuan : melaporkan volum benda sebagai hasil pengukuran tak langsung Alat dan bahan : mistar,jangka sorong, balok kaca dan silinder logam. Langkah kerja : 1. Dengan menggunakan mistar, ukur panjang p,lebar l dan tinggi t dari balok kaca. Ulangi pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. 2. Dengan menggunakan mistar,ukur panjang L dan diameter D dari silinder logam. Ulangi pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Hasil 1. Nyatakan hasil pengukuran panjang p, lebar l dan tinggi t dari balok kaca dengan mistar lengkap dengan masing-masing ketidakpastiannya. p=......±......cm l=.......±.......cm t=........±.......cm hitung volume balok kaca dan nyatakan hasil hitungan lengkap dengan ketidakpastiannya. V =p×l×t=......cm3 ΔV =......cm3 Jadi volum = (......±.....) cm3 2. Ulangi langkah kerja 1 untuk pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. 3. Nyatakan hasil pengukuran diameter D dan panjang L dari silinder dengan mister lengkap dengan masing-masing ketidakpastiannya. D =.......±..... L =.......±...... Hitung volum silinder dan nyatakan hasil hitungan lengkap dengan ketidakpastiannya. V = πD2/4 × L =......cm3 Δv =.............cm3 Jadi,volum = (.....±.....) cm3 4. Ulangi langkah kerja 3 untuk pengukuran dengan menggunakan jangka sorong.
  • 20. Kesimpulan Bandingkan hasil pengukuran volum balok dan silinder dengan menggunakan mistar dan jangka sorong ,kemudian nyatakan kesimpulan Anda. LAMPIRAN SOAL LATIHAN 1. Untuk menghitung luas daerah persawahan biasa digunakan satuan ha ( singkatan dari hekto are). Jika 1 ha =1 hm2,berapa m2 sawah seluas 500 are? 2. Tentukan dimensi dari: a. Energi potensial b. Daya c. Energi kinetik d. Momen inersia 3. Misalkan anda mengukur selang waktu 20 kali ayunan dari sebuah jam bandul. Anda mencatat selang waktu 40,0;40,1;39,8;39,8 dan 39,9 semuanya dalam sekon. Laporkan hasil pengukuran periode dari bandul lengkap dengan ketidakpastian. 4. Tinggi sebuah bata 9,10 cm. Tentukan tinggi 45 tumpukan batu bata. 5. Dua buah vektor gaya F1 dan F2 bernilai 3 N dan 4 N dan keduanya saling tegak lurus. Hitunglah resultan kedua vektor tersebut dengan metode poligon dan jajar genjang! 6. Sebuah vektor gaya F yang besarnya 100 N membentuk sudut  terhadap sumbu-X. Jika besar komponen Fy = 60 N, tentukanlah komponen gaya Fx !
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Kanginan,Marthen .2004. FISIKA SMA kelas X.Jakarta:Erlangga. Purwanto,Bambang. 2007. Asas-asas FISIKA SMA kelas X. Yogyakarta; Yudisthira.