3. Mikrobiologi pertanian adalah teknologi
mikro tingkat sel yang bergerak di bidang
pertanian. Mempelajari pertumbuahan ataupun
gejala penyakit tumbuhan dari sel yang paling
kecil. Di dalamnya termasuk bioteknologi
pertanian yang menjadi otak dasar
perkembangan kultur jaringan.
4. Virus merupakan makhluk hidup yang
bersifat mikro dimana dapat dikatakan makhluk
hidup dan juga benda mati.
Virus dikatakan makhluk hidup karena
dapat memperbanyak diri atau bereproduksi,
sedangkan dikatakan benda mati karena dapat
dikristalkan.
5. Penelitian mengenai virus dimulai dengan
penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat
pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun
tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun
1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman,
menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular
ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah
disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena
tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman
tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan
tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
6. Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan
bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan
penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik.
Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa
bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil
sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut
mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.
Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus
Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam
getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena
kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah
beberapa kali ditransfer antartanaman. Patogen mosaik tembakau
disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan
contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa
penyakit.
7. Pengertian
Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic
virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan
penyakit pada tembakau dan tumbuhan
anggota suku terung-terungan (Solanaceae)
lain.
Gejala yang ditimbulkan adalah bercak-
bercak kuning pada daun yang menyebar,
seperti mozaik. TMV adalah virus pertama yang
ditemukan orang.
8. Menurut Semangun (1991), mosaik
tembakau dapat menurunkan produksi hingga
60%. Serangan virus pada tembakau dapat
mengurangi jumlah produksi dan berpengaruh
terhadap mutu daun tembakau yang
dihasilkan. Besarnya kerugian tergantung dari
jenis virus yang menyerang, jenis tembakau
dan waktu terjadinya infeksi (Saleh et al., 1992).
9. Gejala mosaik yang muncul pada tanaman
tembakau yang terserang TMV menunjukkan
gejala mosaik biasa. Gejala ditandai dengan
tulang-tulang daun yang mengalami klorosis (vein
clearing) sehingga sepanjang tulang daun terdapat
jalur-jalur berwarna hijau tua.
(jurnal PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KALIUM
(KNO3) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaik Virus
(TMV) PADA BEBERAPA VARIETAS TEMBAKAU
VIRGINIA (Nicotiana tabacum L.) ,Anna Sartika
Hutapea dkk:2014)
10. Karakteristik
TMV memiliki titik inaktivasi pemanasan
94ºC, titik pengenceran terahir 1 : 1.000.000
dalam daun tembakau virus sanggup bertahan
sampai puluhan tahun. Zarahzarah (virion) virus
mosaic tembakau berbentuk batang-batang
yang panjangnya 280 nmdan tebalnya 15nm.
Tembakau
virus mosaik
memiliki
tampilan
seperti batang.
11.
12. Salah satu virus yang banyak menyerang
tanaman cabai adalah TMV. Di lapangan TMV dapat
menular melalui alat-alat pertanian dan secara mekanik
melalui gesekan tanaman sakit dan tanaman sehat.
Selain itu daya tahan yang lama di luar tanaman inang
mengakibatkan TMV dan akan menulari tanaman baru
melalui luka mekanik pada akar tanaman cabai. Selain
tanaman cabai TMV juga merupakan patogen yang
penting pada tanaman tomat, tembakau, dan terong.
13. Tanaman cabai yang terserang virus akan
gagal menghasilkan atau buahnya berkualitas
rendah dan tidak dapat dipasarkan. Penurunan
kualitas dan kuantitas buah cabai akibat
serangan virus bergantung pada jenis dan strain
virus yang menyerang serta umur tanaman saat
terserang virus
14. Infeksi TMV pada varietas cabai merah menyebabkan
menurunnya pertumbuhan vegetatif yang ditunjukkan oleh
pengurangan lebar daun dan tinggi tanaman.
Pengurangan lebar daun tanaman cabai yang diinokulasi TMV
akan mengurangi fotosintesis tanaman cabai yang mengakibatkan
berkurangnya akumulasi fotosintatt yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Selain penurunan
lebar daun, infeksi virus secara umum untuk mengurangi total klorofil
dan malformasi bentuk kloroplas yang selanjutnya akan mengurangi
efisiensi fotosintesis tanaman.
(Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 2003)
15. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
munculnya penyakit pada suatu tanaman
antara lain suhu dan kelembapan.
Kestabilan tanaman bergantung pada
suhu dan kelembapan tanah yang stabil selama
24 jam.
16. Suhu dan kelembapan berperan penting
terhadap munculnya gejala virus dan bukan
hanya gejala, tetap juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Rata-rata pertumbuhan tanaman cabai
yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah dan
luas daun menunjukkan bahwa tanaman cabai
yang dinokulasi dengan TMV memberikan
pertumbuhan yang lebih rendah dibanding
dengan tanaman yang tidak diinokulasi
17. Respon penghambatan tanaman cabai
disebabkan karena replikasi virus yang terdapat
pada tanaman. Replikasi virus terjadi baik pada
bagian yang diinokulasi maupun pada tanaman
yang tidak diinokulasi, bahkan dapat memasuki
sistem transportasi tanaman sehingga virus
dapat menyebar secara sistematik ke seluruh
bagian tanaman sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat
18. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pertambahan jumlah
tanaman yang bergejala virus TMV setiap harinya dipengaruhi
oleh faktor suhu siang yang cenderung lebih tinggi karena suhu
di siang hari lebih dari 30oC. Dan gejala virus akan berkurang jika
terjadi peningkatan suhu dari 25-30oC. Hal ini disebabkan
terjadinya peningkatan Induced RNA Silencing sehingga dapat
menghambat replikasi virus dalam jaringan tanaman dan
menyebabkan berkurangnya gejala. Sedangkan kelembapan
tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan penyakit
(Jurnal Agroteknos, 2013)