Laporan ini membahas pengenalan gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada tanaman hutan melalui praktikum. Laporan menjelaskan tujuan praktikum untuk mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada tanaman hutan dan kayu hasil hutan. Laporan kemudian menjelaskan hasil pengamatan terhadap lima penyakit biotik pada tanaman hutan beserta gejala, tanda, dan identifikasi jamur atau bakteri penye
1. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Hutan
Acara 2 : Pengenalan Gangguan Penyakit Biotik dan Penyebabnya Pada Tanaman Hutan
Oleh :
Nama : Muhammad Pasya F.
Nim : H1020048
Program Studi Pengelolaan Hutan
Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta 2020/2021
Jl. Ir. Sutami No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah
2. A. Tujuan Praktikum
1. Mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada tanaman hutan
2. Mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada kayu hasil hutan
B. Tinjauan Pustaka
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan
sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik
istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama
jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit
dalam habitat manusia. (Indriyanto. 2008).
Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti
tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan
secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian
dalam pertanian. Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam
pengertian bebas dari penyebab kontaminasi. (Indriyanto. 2008).
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit
yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur,
bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus. (Indriyanto. 2008).
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran
jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. (Elis,
Nihayati. 1986).
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan
menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan
bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih
atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada
akhirnya kering dan rontok. (Astiani. 2000).
Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun.
Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian
3. menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan
mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk,
kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. (Elis, Nihayati. 1986).
Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh
tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk,
dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati.
Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. (Elis,
Nihayati. 1986).
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan
menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit
untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun
tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (Tabacco
Mosaic Virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang
jeruk. Penularan melalui perantara serangga (Abdul Qodir Hadi, dkk. 2011).
C. Alat dan Bahan
1. Karat puru pada sengon disebabkan jamur Uromycladium tepperianum
2. Mati pucuk
3. Damping off
4. Busuk jaringan
5. Jamur pewarna pada kayu hasil hutan
D. Cara Kerja
1. Mencari gambar dari daftar penyakit yang telah ditentukan
2. Mencari jurnal yang membahas mengenai penyakit biotik tersebut
3. Menuliskan nama dan penyebab penyakit
4. Membedakan gejala dan tanda pada masing-masing penyakit
5. Mendeskripsikan gejala, tanda, dan penyebab penyakit
4. E. Hasil Pengamatan
Penyakit Pertama
a. Nama penyakit : Karat puru/karat tumor
b. Nama inang : Sengon (Albizia chinensis)
c. Tipe gejala : Hiperplastis
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Karat puru disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum yang menyerang
bagian batang, ranting, dan daun sengon (Lestari et al.2012). Penyebaran penyakit akan lebih
cepat pada daerah berkabut, dataran yang tinggi, maupun tegakan yang kurang mendapatkan
cahaya matahari. U. tepperianum mengakibatkan produktivitas menurun karena akan
menyebabkan kematian pada pohon-pohon yang masih muda dan turunnya harga kayu dari
sengon dewasa ketika dijual (Baskorowati 2014).
f. Gambar penyebab :
5. g. Deskripsi penyebab :
Penyakit karat puru pada sengon disebabkan oleh cendawan Uromycladium
tepperianum Sacc., termasuk ke dalam familia Pileolariaceae, dan hanya mampu menginfeksi
jaringan-jaringan tanaman yang muda (Anggraeni, dkk., 2010) mengakibatkan pertumbuhan
sengon terhambat sehingga terjadi kegagalan penanaman dan menyebabkan kerugian. U.
tepperianum yang menyerang sengon di Indonesia hanya memerlukan satu inang saja untuk
menyelesaikan siklus hidupnya dan membentuk satu macam spora yaitu teliospora dalam
telium, sehingga fungi ini mempunyai daur hidup pendek (Gathe, 1971).
Penyakit Kedua
a. Nama penyakit : Lodoh/damping off
b. Nama inang : Sengon (Albizia chinensis)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh berbagai fungi penghuni tanah (Soilborn
pathogen), antara lain fungi patogen Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp.,
Lasiodiplodia sp., Phytophthora sp. dan Cylindrocladium sp. Beberapa jenis fungi ini
memiliki daya virulensi yang tinggi, seperti Cylindrocladium sp. dapat mematikan 100%
semai Acacia mangium berumur 7 hari dalam jangka waktu relatif singkat (Anggraeni dan
Santoso, 2004).
6. f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Hasil identifikasi secara makroskopis maupun mikroskopismenunjukkan bahwa fungi
penyebab penyakit ini adalah Fusarium sp. (Deuteromycetes). Fungi ini menghasilkan tiga
jenis spora yaitu mikrokonidia,makrokonidia dan klamidospora. Mikrokonidia berbentuk
oval, bersel satu dan hialin. Mikrospora umumnya terbentuk pada saat patogen berada dalam
pembulluh inang, mikrokonidia merupakan yang paling banyak dibentuk oleh Fusarium
dalam berbagai lingkungan. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas yaitu seperti bulan
sabit, terdiri dari 3-5 septa dan berwarna hialin. Makrokonidia banyak dihasilkan pada
permukaan kecambah sengon yang sakit pada saat pembuatan preparat secara langsung dari
jaringan yang sakit. Klamidospora terbentuk pada saat keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan (lingkungan ekstrim) terdiri dari 1-2 sel berdinding tebal dan dihasilkan pada
ujung miselium. Miselium fungi bersepta dan bercabang-cabang dengan warna hialin
(Agrios, 2005).
Penyakit Ketiga
a. Nama penyakit : Mati pucuk
b. Nama inang : Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
7. e. Deskripsi penyakit :
Penyakit mati pucuk memiliki gejala yang relatif sama pada beberapa jenis tanaman
inang, yaitu berupa matinya bagian ujung tanaman. Khanzada et al. (2004) melaporkan
bahwa penyakit mati pucuk pada tanaman mangga yaitu berupa matinya bagian ranting, daun
menggulung dan mengering yang selanjutnya gugur. Sementara itu, gejala mati pucuk pada
bibit tanaman ash dapat diawali dengan adanya nekrosis pada bagian kulit atau batang yang
selanjutnya dapat menyebar ke bagian ranting dan memati-kan bagian tersebut (Kirisits et al.,
2012).
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Koleksi isolat Fusarium spp. menunjukkan warna putih atau putih keunguan pada
permukaan bagian atas dan bawah media dalam cawan petri. Warna ungu yang terlihat pada
8. bagian bawah petri memiliki pola warna yang berbeda, yaitu warna ungu pada bagian tengah
koloni miselium dan warna ungu yang diselingi oleh warna putih. Morfologi koloni mi-
selium Fusarium spp. adalah velvety dan verru-cose. Koloni isolat dapat memenuhi cawan
petri setelah 7–10 hari masa inkubasi. Konidia Fusarium spp. terdiri atas mikrokonidia
bersekat dan tidak bersekat serta makrokonidia dengan sekat 1– 4. Mikrokonidia memiliki
bentuk yang beragam, yaitu reniform, allantoid, oval, ovoid, dan fusiform dengan ukuran 6–
10 x 2–3 μm. Adapun makrokonidia berbentuk lunate atau filiform dengan ukuran sekitar 16–
43 x 3–4 μm. Klamidospora hialin, tunggal atau berpasangan, terminal atau interkalar, dan
memiliki ukuran sekitar 8 μm.
Penyakit Keempat
a. Nama penyakit : Busuk jaringan
b. Nama inang : Jeruk (Citrus sp.)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Tanaman jeruk yang terserang menunjukkan gejala busuk pada pangkal batang
disertai terbentuknya “blendok” (gumosis) dan mengeluarkan aroma asam (Verniere et al.
2004). Savita et al. (2012) melaporkan bahwa Phytophthora parasitica (P. nicotianae), P.
palmivora, dan P. citrophthora merupakan spesies penting yang menginfeksi jeruk.
Gejala mirip busuk pangkal batang juga sering ditemukan pada tanaman jeruk di
Indonesia. Penyakit kulit batang yang disebabkan oleh Botryodiplodia spp. menyebabkan
gejala berupa blendok berwarna kuning yang keluar dari batang atau cabang-cabang besar.
Kulit batang yang sakit akan terkelupas, penyakit terus berkembang sehingga pada kulit
9. batang terjadi luka yang tidak teratur, meluas tetapi dangkal. Umumnya infeksi baru
diketahui jika daun-daun telah menguning sehingga batang atau cabang yang sakit sudah
mengalami kematian (Sado et al. 2008; Gusnawaty dan Mariadi 2013).
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Koloni Botryodiplodia spp. awalnya berwarna putih dan pertumbuhannya aerial,
namun setelah hari ke-4 miselium menjadi abu-abu sampai kehitaman dan setelah 7 atau 8
hari menjadi berwarna hitam. Secara umum pertumbuhan Botryodiplodia spp. sangat cepat
pada medium ADK. Hifa Botryodiplodia spp. bersekat, hialin dan menjadi kecokelatan
sejalan umur. Pembentukan klamidospora secara interkalar. Pertumbuhan piknidium pada
medium ADK sangat lambat, yaitu ± 30 hari setelah isolasi. Ketika koloninya dipindahkan ke
medium agar-agar air yang diberi potongan jerami padi steril maka piknidium dibentuk pada
hari ke-14. Pembentukan piknidium terjadi secara berkelompok dalam stroma. Piknidium
berisi banyak konidium muda dan konidium matang, keduanya berbentuk ovoid dan elipsoid.
Konidium muda berwarna hialin, dindingnya terdiri atas dua lapisan, berbentuk granular dan
tidak bersekat. Konidium matang berwarna cokelat, dinding selnya hanya satu lapisan dan
memiliki satu sekat sehingga membentuk dua sel. Ukuran konidium bervariasi dengan
panjang 18.8 – 31.9 μm dan lebar 11.3–18.8 μm.
Penyakit Kelima
a. Nama penyakit : Jamur pewarna kayu/blue stain
b. Nama inang : Ramin (Gonystylus bancanus)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
10. e. Deskripsi penyakit :
Jamur blue stain tumbuh dan berkembang pada kayu gubal dan semua jenis kayu,
tetapi kayu daun jarum lebih mudah terserang. Kayu teras atau kayu gubal yang masih di
pohon telah dilaporkan juga terserang jamur stain (Boyce, 1961). Umumnya jamur blue stain
berkembang baik pada kayu yang telah dipotong, dolok, gergajian, dan lain-lain bahan kayu
selama proses pengerjaan sampai kering. Meskipun kayu kering bebas jamur stain namun bila
kembali lembab akan terserang juga walau berkembangnya jauh lebih lambat (Scheffer dan
Lindgren, 1940).
Pengaruh blue stain terhadap kekuatan kayu telah diteliti secara intensif oleh banyak
peneliti. Findlay dan Pettifor (1937), Chapman dan Scheffer (1940) menyatakan bahwa blue
stain berpengaruh tidak nyata terhadap kekuatan tekan dan lengkung kayu, tetapi terhadap
beban tiba-tiba (toughness) mungkin sangat berpengaruh. Findlay dan Pettifor (1937)
menemukan bahwa toughness dari kayu yang terserang hebat oleh blue stain berkurang
sebesar 30 persen dari kayu yang sehat. Sedangkan kayu yang disterilkan secara berselang-
seling dengan uap air, merangsang pertumbuhan jamur dengan hebat, sehingga
mengakibatkan menurunnya toughness sebesar 40 persen. Tapa Darma (1984) melaporkan
bahwa toughness kayu Pinus kesiya Royle ex Gordon yang ditulari dengan Ceratocystisips
Rumb. dan Verticillium sp. menurun masing-masing sebesar 4,7 dan 11,9 persen untuk kayu
yang disimpan selama satu bulan inkubasi dan masing-masing 7,4 dan 15,8 persen untuk
kayu yang disimpan selama dua bulan inkubasi.
f. Gambar penyebab :
11. g. Deskripsi penyebab :
Sifat-sifat blue stain pertamakali dikenal oleh R. Hartig (1878) Bapak Ilmu Penyakit
Hutan, mengidentifikasi penyebab blue stain adalah Cerotostoma pilifera dari kelas
Pyrenomycetes. Saccardo memisahkan dari jenis-jenis Ceratostoma yang mempunyai spora
hyaline (bening) sebagai genus Ceratostomella. Bertahun-tahun Ceratostomella pilifera (Fr.)
Wint dianggap khusus penyebab blue stain. Munch (1950) dalam Hunt (1956) adalah orang
yang pertama kali meneliti secara menyeluruh jamur blue stain. Karyanya sampai sekarang
masih dianggap paling penting. Dia menunjukkan bahwa sesungguhnya C. pilifera terdiri dari
banyak jenis.
F. Pembahasan
Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman hutan yang disebabkan oleh suatu
organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu pohon ke pohon
lainnya.Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman hutan disebut patogen.
(Semangun, 1996). Pada praktikum ini kita bisa mengetahui berbagai macam penyakit yang
ada pada tanaman sengon (Albizia chinensis), jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq),
jeruk (Citrus sp.), dan ramin (Gonystylus bancanus).
Pada pohon sengon (Albizia chinensis) diserang oleh dua penyakit yakni karat puru
yang disebabkan oleh Uromycladium tepperianum dan lodoh yang disebabkan oleh Fusarium
spp. Karat puru menyebabkan kerusakan pada batang pohon dewasa sedangkan lodoh dapat
mematikan semai dalam waktu yang cepat bila tidak diatasi. Kedua patogen tersebut
termasuk kedalam keluarga fungi/jamur walaupun ukurannya sangat kecil (mikroskopik).
Gejala pada keduanya dapat diamati dengan mata telanjang namun untuk lodoh agak sulit
bila tidak berpengalaman.
Pohon jeruk (Citrus sp.) diserang oleh penyakit busuk jaringan yang disebabkan
Fusarium spp. Penyakit ini menyerang jaringan pada batang dan beresiko besar mematikan
12. pohon dewasa apabila tidak ditangani. Gejalanya yakni keluar blendok/nanah pada batang
berwarna kuning dan berbau masam. Lama kelamaan luka di batang akan semakin banyak
dan tidak teratur sampai batang menjadi busuk seluruhnya.
Penyakit yang dialami oleh pohon jabon adalah mati pucuk. Penyakit ini disebabkan
oleh Fusarium spp. Penyakit ini dapat menyerang pada semai atau pohon dewasa dan
beresiko tinggi pada semai. Gejalanya berawal dari kulit batang dan dapat menyebar ke organ
yang lain. Penampakan penyakit ini mirip dengan ketika organ pohon kekeringan namun
lebih ke arah terlihat busuk.
Terakhir, penyakit yang menyerang pada ramin adalah blue stain atau noda kayu
karena jamur. Penyakit ini biasanya terjadi pada pohon yang sudah mati/ditebang maupun
barang-barang olahan hasil kayu yang berada pada lingkungan lembab. Hal ini dapat merusak
nilai ekonomi sebab menghilangkan warna dan terkadang corak asli pada kayu. Penyakit ini
tidak hanya menyerang ramin namun juga banyak jenis kayu lainnya seperti akasia, jati,
sengon, dan lain-lain.
G. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Satu jenis patogen dapat menyebabkan berbagai penyakit dan gejala yang berbeda
pada pohon.
2. Setiap penyakit memiliki ciri khusus serta cara penanganan yang berbeda pula.
3. Rata-rata patogen memiliki ukuran yang mikroskopik.
4. Umur tegakan suatu pohon mempengaruhi daya tahan pohon tersebut terhadap
serangan patogen/penyakit.
5. Serangan penyakit dapat merugikan sebab menurunkan nilai estetika kayu dan nilai
ekonominya.
Daftar Pustaka :
Sutrisno. 2001. Patologi Hutan : Perkembangannya di Indonesia. Fakultas Kehutanan. IPB.
Widyastuti, S.M., Harjono dan Sumardi. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
13. Semangun, H. 1996, Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, pp 67-203, Gadjah Mada
University Press, Yokyakarta.
Silla, M dan Sitti, N. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makkasar : Laboratorium
Perlindungan dan Serangga Hutan , Fahutan UNHAS.
Sumardi dan Widyastuti ,SM .2007.Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.