SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Hutan
Acara 2 : Pengenalan Gangguan Penyakit Biotik dan Penyebabnya Pada Tanaman Hutan
Oleh :
Nama : Muhammad Pasya F.
Nim : H1020048
Program Studi Pengelolaan Hutan
Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta 2020/2021
Jl. Ir. Sutami No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah
A. Tujuan Praktikum
1. Mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada tanaman hutan
2. Mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada kayu hasil hutan
B. Tinjauan Pustaka
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan
sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik
istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama
jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit
dalam habitat manusia. (Indriyanto. 2008).
Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti
tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan
secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian
dalam pertanian. Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam
pengertian bebas dari penyebab kontaminasi. (Indriyanto. 2008).
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit
yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur,
bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus. (Indriyanto. 2008).
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran
jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. (Elis,
Nihayati. 1986).
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan
menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan
bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih
atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada
akhirnya kering dan rontok. (Astiani. 2000).
Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun.
Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian
menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan
mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk,
kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. (Elis, Nihayati. 1986).
Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh
tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk,
dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati.
Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. (Elis,
Nihayati. 1986).
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan
menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit
untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun
tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (Tabacco
Mosaic Virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang
jeruk. Penularan melalui perantara serangga (Abdul Qodir Hadi, dkk. 2011).
C. Alat dan Bahan
1. Karat puru pada sengon disebabkan jamur Uromycladium tepperianum
2. Mati pucuk
3. Damping off
4. Busuk jaringan
5. Jamur pewarna pada kayu hasil hutan
D. Cara Kerja
1. Mencari gambar dari daftar penyakit yang telah ditentukan
2. Mencari jurnal yang membahas mengenai penyakit biotik tersebut
3. Menuliskan nama dan penyebab penyakit
4. Membedakan gejala dan tanda pada masing-masing penyakit
5. Mendeskripsikan gejala, tanda, dan penyebab penyakit
E. Hasil Pengamatan
Penyakit Pertama
a. Nama penyakit : Karat puru/karat tumor
b. Nama inang : Sengon (Albizia chinensis)
c. Tipe gejala : Hiperplastis
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Karat puru disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum yang menyerang
bagian batang, ranting, dan daun sengon (Lestari et al.2012). Penyebaran penyakit akan lebih
cepat pada daerah berkabut, dataran yang tinggi, maupun tegakan yang kurang mendapatkan
cahaya matahari. U. tepperianum mengakibatkan produktivitas menurun karena akan
menyebabkan kematian pada pohon-pohon yang masih muda dan turunnya harga kayu dari
sengon dewasa ketika dijual (Baskorowati 2014).
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Penyakit karat puru pada sengon disebabkan oleh cendawan Uromycladium
tepperianum Sacc., termasuk ke dalam familia Pileolariaceae, dan hanya mampu menginfeksi
jaringan-jaringan tanaman yang muda (Anggraeni, dkk., 2010) mengakibatkan pertumbuhan
sengon terhambat sehingga terjadi kegagalan penanaman dan menyebabkan kerugian. U.
tepperianum yang menyerang sengon di Indonesia hanya memerlukan satu inang saja untuk
menyelesaikan siklus hidupnya dan membentuk satu macam spora yaitu teliospora dalam
telium, sehingga fungi ini mempunyai daur hidup pendek (Gathe, 1971).
Penyakit Kedua
a. Nama penyakit : Lodoh/damping off
b. Nama inang : Sengon (Albizia chinensis)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh berbagai fungi penghuni tanah (Soilborn
pathogen), antara lain fungi patogen Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp.,
Lasiodiplodia sp., Phytophthora sp. dan Cylindrocladium sp. Beberapa jenis fungi ini
memiliki daya virulensi yang tinggi, seperti Cylindrocladium sp. dapat mematikan 100%
semai Acacia mangium berumur 7 hari dalam jangka waktu relatif singkat (Anggraeni dan
Santoso, 2004).
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Hasil identifikasi secara makroskopis maupun mikroskopismenunjukkan bahwa fungi
penyebab penyakit ini adalah Fusarium sp. (Deuteromycetes). Fungi ini menghasilkan tiga
jenis spora yaitu mikrokonidia,makrokonidia dan klamidospora. Mikrokonidia berbentuk
oval, bersel satu dan hialin. Mikrospora umumnya terbentuk pada saat patogen berada dalam
pembulluh inang, mikrokonidia merupakan yang paling banyak dibentuk oleh Fusarium
dalam berbagai lingkungan. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas yaitu seperti bulan
sabit, terdiri dari 3-5 septa dan berwarna hialin. Makrokonidia banyak dihasilkan pada
permukaan kecambah sengon yang sakit pada saat pembuatan preparat secara langsung dari
jaringan yang sakit. Klamidospora terbentuk pada saat keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan (lingkungan ekstrim) terdiri dari 1-2 sel berdinding tebal dan dihasilkan pada
ujung miselium. Miselium fungi bersepta dan bercabang-cabang dengan warna hialin
(Agrios, 2005).
Penyakit Ketiga
a. Nama penyakit : Mati pucuk
b. Nama inang : Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Penyakit mati pucuk memiliki gejala yang relatif sama pada beberapa jenis tanaman
inang, yaitu berupa matinya bagian ujung tanaman. Khanzada et al. (2004) melaporkan
bahwa penyakit mati pucuk pada tanaman mangga yaitu berupa matinya bagian ranting, daun
menggulung dan mengering yang selanjutnya gugur. Sementara itu, gejala mati pucuk pada
bibit tanaman ash dapat diawali dengan adanya nekrosis pada bagian kulit atau batang yang
selanjutnya dapat menyebar ke bagian ranting dan memati-kan bagian tersebut (Kirisits et al.,
2012).
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Koleksi isolat Fusarium spp. menunjukkan warna putih atau putih keunguan pada
permukaan bagian atas dan bawah media dalam cawan petri. Warna ungu yang terlihat pada
bagian bawah petri memiliki pola warna yang berbeda, yaitu warna ungu pada bagian tengah
koloni miselium dan warna ungu yang diselingi oleh warna putih. Morfologi koloni mi-
selium Fusarium spp. adalah velvety dan verru-cose. Koloni isolat dapat memenuhi cawan
petri setelah 7–10 hari masa inkubasi. Konidia Fusarium spp. terdiri atas mikrokonidia
bersekat dan tidak bersekat serta makrokonidia dengan sekat 1– 4. Mikrokonidia memiliki
bentuk yang beragam, yaitu reniform, allantoid, oval, ovoid, dan fusiform dengan ukuran 6–
10 x 2–3 μm. Adapun makrokonidia berbentuk lunate atau filiform dengan ukuran sekitar 16–
43 x 3–4 μm. Klamidospora hialin, tunggal atau berpasangan, terminal atau interkalar, dan
memiliki ukuran sekitar 8 μm.
Penyakit Keempat
a. Nama penyakit : Busuk jaringan
b. Nama inang : Jeruk (Citrus sp.)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Tanaman jeruk yang terserang menunjukkan gejala busuk pada pangkal batang
disertai terbentuknya “blendok” (gumosis) dan mengeluarkan aroma asam (Verniere et al.
2004). Savita et al. (2012) melaporkan bahwa Phytophthora parasitica (P. nicotianae), P.
palmivora, dan P. citrophthora merupakan spesies penting yang menginfeksi jeruk.
Gejala mirip busuk pangkal batang juga sering ditemukan pada tanaman jeruk di
Indonesia. Penyakit kulit batang yang disebabkan oleh Botryodiplodia spp. menyebabkan
gejala berupa blendok berwarna kuning yang keluar dari batang atau cabang-cabang besar.
Kulit batang yang sakit akan terkelupas, penyakit terus berkembang sehingga pada kulit
batang terjadi luka yang tidak teratur, meluas tetapi dangkal. Umumnya infeksi baru
diketahui jika daun-daun telah menguning sehingga batang atau cabang yang sakit sudah
mengalami kematian (Sado et al. 2008; Gusnawaty dan Mariadi 2013).
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Koloni Botryodiplodia spp. awalnya berwarna putih dan pertumbuhannya aerial,
namun setelah hari ke-4 miselium menjadi abu-abu sampai kehitaman dan setelah 7 atau 8
hari menjadi berwarna hitam. Secara umum pertumbuhan Botryodiplodia spp. sangat cepat
pada medium ADK. Hifa Botryodiplodia spp. bersekat, hialin dan menjadi kecokelatan
sejalan umur. Pembentukan klamidospora secara interkalar. Pertumbuhan piknidium pada
medium ADK sangat lambat, yaitu ± 30 hari setelah isolasi. Ketika koloninya dipindahkan ke
medium agar-agar air yang diberi potongan jerami padi steril maka piknidium dibentuk pada
hari ke-14. Pembentukan piknidium terjadi secara berkelompok dalam stroma. Piknidium
berisi banyak konidium muda dan konidium matang, keduanya berbentuk ovoid dan elipsoid.
Konidium muda berwarna hialin, dindingnya terdiri atas dua lapisan, berbentuk granular dan
tidak bersekat. Konidium matang berwarna cokelat, dinding selnya hanya satu lapisan dan
memiliki satu sekat sehingga membentuk dua sel. Ukuran konidium bervariasi dengan
panjang 18.8 – 31.9 μm dan lebar 11.3–18.8 μm.
Penyakit Kelima
a. Nama penyakit : Jamur pewarna kayu/blue stain
b. Nama inang : Ramin (Gonystylus bancanus)
c. Tipe gejala : Nekrotik
d. Gambar penyakit :
e. Deskripsi penyakit :
Jamur blue stain tumbuh dan berkembang pada kayu gubal dan semua jenis kayu,
tetapi kayu daun jarum lebih mudah terserang. Kayu teras atau kayu gubal yang masih di
pohon telah dilaporkan juga terserang jamur stain (Boyce, 1961). Umumnya jamur blue stain
berkembang baik pada kayu yang telah dipotong, dolok, gergajian, dan lain-lain bahan kayu
selama proses pengerjaan sampai kering. Meskipun kayu kering bebas jamur stain namun bila
kembali lembab akan terserang juga walau berkembangnya jauh lebih lambat (Scheffer dan
Lindgren, 1940).
Pengaruh blue stain terhadap kekuatan kayu telah diteliti secara intensif oleh banyak
peneliti. Findlay dan Pettifor (1937), Chapman dan Scheffer (1940) menyatakan bahwa blue
stain berpengaruh tidak nyata terhadap kekuatan tekan dan lengkung kayu, tetapi terhadap
beban tiba-tiba (toughness) mungkin sangat berpengaruh. Findlay dan Pettifor (1937)
menemukan bahwa toughness dari kayu yang terserang hebat oleh blue stain berkurang
sebesar 30 persen dari kayu yang sehat. Sedangkan kayu yang disterilkan secara berselang-
seling dengan uap air, merangsang pertumbuhan jamur dengan hebat, sehingga
mengakibatkan menurunnya toughness sebesar 40 persen. Tapa Darma (1984) melaporkan
bahwa toughness kayu Pinus kesiya Royle ex Gordon yang ditulari dengan Ceratocystisips
Rumb. dan Verticillium sp. menurun masing-masing sebesar 4,7 dan 11,9 persen untuk kayu
yang disimpan selama satu bulan inkubasi dan masing-masing 7,4 dan 15,8 persen untuk
kayu yang disimpan selama dua bulan inkubasi.
f. Gambar penyebab :
g. Deskripsi penyebab :
Sifat-sifat blue stain pertamakali dikenal oleh R. Hartig (1878) Bapak Ilmu Penyakit
Hutan, mengidentifikasi penyebab blue stain adalah Cerotostoma pilifera dari kelas
Pyrenomycetes. Saccardo memisahkan dari jenis-jenis Ceratostoma yang mempunyai spora
hyaline (bening) sebagai genus Ceratostomella. Bertahun-tahun Ceratostomella pilifera (Fr.)
Wint dianggap khusus penyebab blue stain. Munch (1950) dalam Hunt (1956) adalah orang
yang pertama kali meneliti secara menyeluruh jamur blue stain. Karyanya sampai sekarang
masih dianggap paling penting. Dia menunjukkan bahwa sesungguhnya C. pilifera terdiri dari
banyak jenis.
F. Pembahasan
Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman hutan yang disebabkan oleh suatu
organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu pohon ke pohon
lainnya.Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman hutan disebut patogen.
(Semangun, 1996). Pada praktikum ini kita bisa mengetahui berbagai macam penyakit yang
ada pada tanaman sengon (Albizia chinensis), jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq),
jeruk (Citrus sp.), dan ramin (Gonystylus bancanus).
Pada pohon sengon (Albizia chinensis) diserang oleh dua penyakit yakni karat puru
yang disebabkan oleh Uromycladium tepperianum dan lodoh yang disebabkan oleh Fusarium
spp. Karat puru menyebabkan kerusakan pada batang pohon dewasa sedangkan lodoh dapat
mematikan semai dalam waktu yang cepat bila tidak diatasi. Kedua patogen tersebut
termasuk kedalam keluarga fungi/jamur walaupun ukurannya sangat kecil (mikroskopik).
Gejala pada keduanya dapat diamati dengan mata telanjang namun untuk lodoh agak sulit
bila tidak berpengalaman.
Pohon jeruk (Citrus sp.) diserang oleh penyakit busuk jaringan yang disebabkan
Fusarium spp. Penyakit ini menyerang jaringan pada batang dan beresiko besar mematikan
pohon dewasa apabila tidak ditangani. Gejalanya yakni keluar blendok/nanah pada batang
berwarna kuning dan berbau masam. Lama kelamaan luka di batang akan semakin banyak
dan tidak teratur sampai batang menjadi busuk seluruhnya.
Penyakit yang dialami oleh pohon jabon adalah mati pucuk. Penyakit ini disebabkan
oleh Fusarium spp. Penyakit ini dapat menyerang pada semai atau pohon dewasa dan
beresiko tinggi pada semai. Gejalanya berawal dari kulit batang dan dapat menyebar ke organ
yang lain. Penampakan penyakit ini mirip dengan ketika organ pohon kekeringan namun
lebih ke arah terlihat busuk.
Terakhir, penyakit yang menyerang pada ramin adalah blue stain atau noda kayu
karena jamur. Penyakit ini biasanya terjadi pada pohon yang sudah mati/ditebang maupun
barang-barang olahan hasil kayu yang berada pada lingkungan lembab. Hal ini dapat merusak
nilai ekonomi sebab menghilangkan warna dan terkadang corak asli pada kayu. Penyakit ini
tidak hanya menyerang ramin namun juga banyak jenis kayu lainnya seperti akasia, jati,
sengon, dan lain-lain.
G. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Satu jenis patogen dapat menyebabkan berbagai penyakit dan gejala yang berbeda
pada pohon.
2. Setiap penyakit memiliki ciri khusus serta cara penanganan yang berbeda pula.
3. Rata-rata patogen memiliki ukuran yang mikroskopik.
4. Umur tegakan suatu pohon mempengaruhi daya tahan pohon tersebut terhadap
serangan patogen/penyakit.
5. Serangan penyakit dapat merugikan sebab menurunkan nilai estetika kayu dan nilai
ekonominya.
Daftar Pustaka :
Sutrisno. 2001. Patologi Hutan : Perkembangannya di Indonesia. Fakultas Kehutanan. IPB.
Widyastuti, S.M., Harjono dan Sumardi. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Semangun, H. 1996, Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, pp 67-203, Gadjah Mada
University Press, Yokyakarta.
Silla, M dan Sitti, N. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makkasar : Laboratorium
Perlindungan dan Serangga Hutan , Fahutan UNHAS.
Sumardi dan Widyastuti ,SM .2007.Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Jessy Damayanti
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan abdul gonde
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanperdos5 cuy
 
Pembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Fauna
Pembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran FaunaPembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Fauna
Pembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Faunayuliartiramli
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEDIS BLOG
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHONILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHONEDIS BLOG
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiTidar University
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunSandi Purnama Jaya
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposRizka Pratiwi
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakRumbi Oztecilopasunexiss
 
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananHutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananEDIS BLOG
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramGoogle
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkokFebrina Tentaka
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanaman
 
Pembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Fauna
Pembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran FaunaPembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Fauna
Pembahasan Zoogeografi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Fauna
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
Laporan Allelopati
Laporan AllelopatiLaporan Allelopati
Laporan Allelopati
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHONILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansi
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
 
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutananHutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
Hutan kehutanan-dan-ilmu-kehutanan
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Definisi tanah
Definisi tanahDefinisi tanah
Definisi tanah
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 
Makalah padi
Makalah padiMakalah padi
Makalah padi
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 

Similar to PENYAKIT HUTAN

patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungDesti Diana Putri
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANdilaaasf
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedediana novitasari
 
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.pptPpt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.pptLiliWardani1
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfMngtad
 
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanamanPengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanamanLeman Shah Mizatie
 
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karethome
 
Hasil Pengamatan Jenis-Jenis Jamur
Hasil Pengamatan Jenis-Jenis JamurHasil Pengamatan Jenis-Jenis Jamur
Hasil Pengamatan Jenis-Jenis JamurEuodia Prastika
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optAdiluhungAhsan1
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanJidun Cool
 
Rangkuman Kingdom Fungi
Rangkuman Kingdom FungiRangkuman Kingdom Fungi
Rangkuman Kingdom FungiSeptiya Ahsani
 
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Andrew Hutabarat
 
ppt virus.pptx
ppt virus.pptxppt virus.pptx
ppt virus.pptxAldoGusti
 
Ciri ciri xanthomonas
Ciri   ciri xanthomonasCiri   ciri xanthomonas
Ciri ciri xanthomonasDesa Wonorejo
 

Similar to PENYAKIT HUTAN (20)

patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagung
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
 
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri JamurJenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
 
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.pptPpt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
 
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunanMakalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
 
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanamanPengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
Pengaruh Biosis Terhadap Tumbuhan Dan Hasil tanaman
 
Mikr3
Mikr3Mikr3
Mikr3
 
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
 
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintanMakalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
 
Hasil Pengamatan Jenis-Jenis Jamur
Hasil Pengamatan Jenis-Jenis JamurHasil Pengamatan Jenis-Jenis Jamur
Hasil Pengamatan Jenis-Jenis Jamur
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
 
Rpp ujian
Rpp ujian Rpp ujian
Rpp ujian
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
Rangkuman Kingdom Fungi
Rangkuman Kingdom FungiRangkuman Kingdom Fungi
Rangkuman Kingdom Fungi
 
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
 
ppt virus.pptx
ppt virus.pptxppt virus.pptx
ppt virus.pptx
 
Ciri ciri xanthomonas
Ciri   ciri xanthomonasCiri   ciri xanthomonas
Ciri ciri xanthomonas
 

PENYAKIT HUTAN

  • 1. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Hutan Acara 2 : Pengenalan Gangguan Penyakit Biotik dan Penyebabnya Pada Tanaman Hutan Oleh : Nama : Muhammad Pasya F. Nim : H1020048 Program Studi Pengelolaan Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2020/2021 Jl. Ir. Sutami No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah
  • 2. A. Tujuan Praktikum 1. Mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada tanaman hutan 2. Mengenali gangguan penyakit biotik dan penyebabnya pada kayu hasil hutan B. Tinjauan Pustaka Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. (Indriyanto. 2008). Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi. (Indriyanto. 2008). Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus. (Indriyanto. 2008). Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. (Elis, Nihayati. 1986). Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. (Astiani. 2000). Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian
  • 3. menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. (Elis, Nihayati. 1986). Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. (Elis, Nihayati. 1986). Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (Tabacco Mosaic Virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga (Abdul Qodir Hadi, dkk. 2011). C. Alat dan Bahan 1. Karat puru pada sengon disebabkan jamur Uromycladium tepperianum 2. Mati pucuk 3. Damping off 4. Busuk jaringan 5. Jamur pewarna pada kayu hasil hutan D. Cara Kerja 1. Mencari gambar dari daftar penyakit yang telah ditentukan 2. Mencari jurnal yang membahas mengenai penyakit biotik tersebut 3. Menuliskan nama dan penyebab penyakit 4. Membedakan gejala dan tanda pada masing-masing penyakit 5. Mendeskripsikan gejala, tanda, dan penyebab penyakit
  • 4. E. Hasil Pengamatan Penyakit Pertama a. Nama penyakit : Karat puru/karat tumor b. Nama inang : Sengon (Albizia chinensis) c. Tipe gejala : Hiperplastis d. Gambar penyakit : e. Deskripsi penyakit : Karat puru disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum yang menyerang bagian batang, ranting, dan daun sengon (Lestari et al.2012). Penyebaran penyakit akan lebih cepat pada daerah berkabut, dataran yang tinggi, maupun tegakan yang kurang mendapatkan cahaya matahari. U. tepperianum mengakibatkan produktivitas menurun karena akan menyebabkan kematian pada pohon-pohon yang masih muda dan turunnya harga kayu dari sengon dewasa ketika dijual (Baskorowati 2014). f. Gambar penyebab :
  • 5. g. Deskripsi penyebab : Penyakit karat puru pada sengon disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum Sacc., termasuk ke dalam familia Pileolariaceae, dan hanya mampu menginfeksi jaringan-jaringan tanaman yang muda (Anggraeni, dkk., 2010) mengakibatkan pertumbuhan sengon terhambat sehingga terjadi kegagalan penanaman dan menyebabkan kerugian. U. tepperianum yang menyerang sengon di Indonesia hanya memerlukan satu inang saja untuk menyelesaikan siklus hidupnya dan membentuk satu macam spora yaitu teliospora dalam telium, sehingga fungi ini mempunyai daur hidup pendek (Gathe, 1971). Penyakit Kedua a. Nama penyakit : Lodoh/damping off b. Nama inang : Sengon (Albizia chinensis) c. Tipe gejala : Nekrotik d. Gambar penyakit : e. Deskripsi penyakit : Penyakit ini umumnya disebabkan oleh berbagai fungi penghuni tanah (Soilborn pathogen), antara lain fungi patogen Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp., Lasiodiplodia sp., Phytophthora sp. dan Cylindrocladium sp. Beberapa jenis fungi ini memiliki daya virulensi yang tinggi, seperti Cylindrocladium sp. dapat mematikan 100% semai Acacia mangium berumur 7 hari dalam jangka waktu relatif singkat (Anggraeni dan Santoso, 2004).
  • 6. f. Gambar penyebab : g. Deskripsi penyebab : Hasil identifikasi secara makroskopis maupun mikroskopismenunjukkan bahwa fungi penyebab penyakit ini adalah Fusarium sp. (Deuteromycetes). Fungi ini menghasilkan tiga jenis spora yaitu mikrokonidia,makrokonidia dan klamidospora. Mikrokonidia berbentuk oval, bersel satu dan hialin. Mikrospora umumnya terbentuk pada saat patogen berada dalam pembulluh inang, mikrokonidia merupakan yang paling banyak dibentuk oleh Fusarium dalam berbagai lingkungan. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas yaitu seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa dan berwarna hialin. Makrokonidia banyak dihasilkan pada permukaan kecambah sengon yang sakit pada saat pembuatan preparat secara langsung dari jaringan yang sakit. Klamidospora terbentuk pada saat keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan (lingkungan ekstrim) terdiri dari 1-2 sel berdinding tebal dan dihasilkan pada ujung miselium. Miselium fungi bersepta dan bercabang-cabang dengan warna hialin (Agrios, 2005). Penyakit Ketiga a. Nama penyakit : Mati pucuk b. Nama inang : Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) c. Tipe gejala : Nekrotik d. Gambar penyakit :
  • 7. e. Deskripsi penyakit : Penyakit mati pucuk memiliki gejala yang relatif sama pada beberapa jenis tanaman inang, yaitu berupa matinya bagian ujung tanaman. Khanzada et al. (2004) melaporkan bahwa penyakit mati pucuk pada tanaman mangga yaitu berupa matinya bagian ranting, daun menggulung dan mengering yang selanjutnya gugur. Sementara itu, gejala mati pucuk pada bibit tanaman ash dapat diawali dengan adanya nekrosis pada bagian kulit atau batang yang selanjutnya dapat menyebar ke bagian ranting dan memati-kan bagian tersebut (Kirisits et al., 2012). f. Gambar penyebab : g. Deskripsi penyebab : Koleksi isolat Fusarium spp. menunjukkan warna putih atau putih keunguan pada permukaan bagian atas dan bawah media dalam cawan petri. Warna ungu yang terlihat pada
  • 8. bagian bawah petri memiliki pola warna yang berbeda, yaitu warna ungu pada bagian tengah koloni miselium dan warna ungu yang diselingi oleh warna putih. Morfologi koloni mi- selium Fusarium spp. adalah velvety dan verru-cose. Koloni isolat dapat memenuhi cawan petri setelah 7–10 hari masa inkubasi. Konidia Fusarium spp. terdiri atas mikrokonidia bersekat dan tidak bersekat serta makrokonidia dengan sekat 1– 4. Mikrokonidia memiliki bentuk yang beragam, yaitu reniform, allantoid, oval, ovoid, dan fusiform dengan ukuran 6– 10 x 2–3 μm. Adapun makrokonidia berbentuk lunate atau filiform dengan ukuran sekitar 16– 43 x 3–4 μm. Klamidospora hialin, tunggal atau berpasangan, terminal atau interkalar, dan memiliki ukuran sekitar 8 μm. Penyakit Keempat a. Nama penyakit : Busuk jaringan b. Nama inang : Jeruk (Citrus sp.) c. Tipe gejala : Nekrotik d. Gambar penyakit : e. Deskripsi penyakit : Tanaman jeruk yang terserang menunjukkan gejala busuk pada pangkal batang disertai terbentuknya “blendok” (gumosis) dan mengeluarkan aroma asam (Verniere et al. 2004). Savita et al. (2012) melaporkan bahwa Phytophthora parasitica (P. nicotianae), P. palmivora, dan P. citrophthora merupakan spesies penting yang menginfeksi jeruk. Gejala mirip busuk pangkal batang juga sering ditemukan pada tanaman jeruk di Indonesia. Penyakit kulit batang yang disebabkan oleh Botryodiplodia spp. menyebabkan gejala berupa blendok berwarna kuning yang keluar dari batang atau cabang-cabang besar. Kulit batang yang sakit akan terkelupas, penyakit terus berkembang sehingga pada kulit
  • 9. batang terjadi luka yang tidak teratur, meluas tetapi dangkal. Umumnya infeksi baru diketahui jika daun-daun telah menguning sehingga batang atau cabang yang sakit sudah mengalami kematian (Sado et al. 2008; Gusnawaty dan Mariadi 2013). f. Gambar penyebab : g. Deskripsi penyebab : Koloni Botryodiplodia spp. awalnya berwarna putih dan pertumbuhannya aerial, namun setelah hari ke-4 miselium menjadi abu-abu sampai kehitaman dan setelah 7 atau 8 hari menjadi berwarna hitam. Secara umum pertumbuhan Botryodiplodia spp. sangat cepat pada medium ADK. Hifa Botryodiplodia spp. bersekat, hialin dan menjadi kecokelatan sejalan umur. Pembentukan klamidospora secara interkalar. Pertumbuhan piknidium pada medium ADK sangat lambat, yaitu ± 30 hari setelah isolasi. Ketika koloninya dipindahkan ke medium agar-agar air yang diberi potongan jerami padi steril maka piknidium dibentuk pada hari ke-14. Pembentukan piknidium terjadi secara berkelompok dalam stroma. Piknidium berisi banyak konidium muda dan konidium matang, keduanya berbentuk ovoid dan elipsoid. Konidium muda berwarna hialin, dindingnya terdiri atas dua lapisan, berbentuk granular dan tidak bersekat. Konidium matang berwarna cokelat, dinding selnya hanya satu lapisan dan memiliki satu sekat sehingga membentuk dua sel. Ukuran konidium bervariasi dengan panjang 18.8 – 31.9 μm dan lebar 11.3–18.8 μm. Penyakit Kelima a. Nama penyakit : Jamur pewarna kayu/blue stain b. Nama inang : Ramin (Gonystylus bancanus) c. Tipe gejala : Nekrotik d. Gambar penyakit :
  • 10. e. Deskripsi penyakit : Jamur blue stain tumbuh dan berkembang pada kayu gubal dan semua jenis kayu, tetapi kayu daun jarum lebih mudah terserang. Kayu teras atau kayu gubal yang masih di pohon telah dilaporkan juga terserang jamur stain (Boyce, 1961). Umumnya jamur blue stain berkembang baik pada kayu yang telah dipotong, dolok, gergajian, dan lain-lain bahan kayu selama proses pengerjaan sampai kering. Meskipun kayu kering bebas jamur stain namun bila kembali lembab akan terserang juga walau berkembangnya jauh lebih lambat (Scheffer dan Lindgren, 1940). Pengaruh blue stain terhadap kekuatan kayu telah diteliti secara intensif oleh banyak peneliti. Findlay dan Pettifor (1937), Chapman dan Scheffer (1940) menyatakan bahwa blue stain berpengaruh tidak nyata terhadap kekuatan tekan dan lengkung kayu, tetapi terhadap beban tiba-tiba (toughness) mungkin sangat berpengaruh. Findlay dan Pettifor (1937) menemukan bahwa toughness dari kayu yang terserang hebat oleh blue stain berkurang sebesar 30 persen dari kayu yang sehat. Sedangkan kayu yang disterilkan secara berselang- seling dengan uap air, merangsang pertumbuhan jamur dengan hebat, sehingga mengakibatkan menurunnya toughness sebesar 40 persen. Tapa Darma (1984) melaporkan bahwa toughness kayu Pinus kesiya Royle ex Gordon yang ditulari dengan Ceratocystisips Rumb. dan Verticillium sp. menurun masing-masing sebesar 4,7 dan 11,9 persen untuk kayu yang disimpan selama satu bulan inkubasi dan masing-masing 7,4 dan 15,8 persen untuk kayu yang disimpan selama dua bulan inkubasi. f. Gambar penyebab :
  • 11. g. Deskripsi penyebab : Sifat-sifat blue stain pertamakali dikenal oleh R. Hartig (1878) Bapak Ilmu Penyakit Hutan, mengidentifikasi penyebab blue stain adalah Cerotostoma pilifera dari kelas Pyrenomycetes. Saccardo memisahkan dari jenis-jenis Ceratostoma yang mempunyai spora hyaline (bening) sebagai genus Ceratostomella. Bertahun-tahun Ceratostomella pilifera (Fr.) Wint dianggap khusus penyebab blue stain. Munch (1950) dalam Hunt (1956) adalah orang yang pertama kali meneliti secara menyeluruh jamur blue stain. Karyanya sampai sekarang masih dianggap paling penting. Dia menunjukkan bahwa sesungguhnya C. pilifera terdiri dari banyak jenis. F. Pembahasan Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman hutan yang disebabkan oleh suatu organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu pohon ke pohon lainnya.Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman hutan disebut patogen. (Semangun, 1996). Pada praktikum ini kita bisa mengetahui berbagai macam penyakit yang ada pada tanaman sengon (Albizia chinensis), jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq), jeruk (Citrus sp.), dan ramin (Gonystylus bancanus). Pada pohon sengon (Albizia chinensis) diserang oleh dua penyakit yakni karat puru yang disebabkan oleh Uromycladium tepperianum dan lodoh yang disebabkan oleh Fusarium spp. Karat puru menyebabkan kerusakan pada batang pohon dewasa sedangkan lodoh dapat mematikan semai dalam waktu yang cepat bila tidak diatasi. Kedua patogen tersebut termasuk kedalam keluarga fungi/jamur walaupun ukurannya sangat kecil (mikroskopik). Gejala pada keduanya dapat diamati dengan mata telanjang namun untuk lodoh agak sulit bila tidak berpengalaman. Pohon jeruk (Citrus sp.) diserang oleh penyakit busuk jaringan yang disebabkan Fusarium spp. Penyakit ini menyerang jaringan pada batang dan beresiko besar mematikan
  • 12. pohon dewasa apabila tidak ditangani. Gejalanya yakni keluar blendok/nanah pada batang berwarna kuning dan berbau masam. Lama kelamaan luka di batang akan semakin banyak dan tidak teratur sampai batang menjadi busuk seluruhnya. Penyakit yang dialami oleh pohon jabon adalah mati pucuk. Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium spp. Penyakit ini dapat menyerang pada semai atau pohon dewasa dan beresiko tinggi pada semai. Gejalanya berawal dari kulit batang dan dapat menyebar ke organ yang lain. Penampakan penyakit ini mirip dengan ketika organ pohon kekeringan namun lebih ke arah terlihat busuk. Terakhir, penyakit yang menyerang pada ramin adalah blue stain atau noda kayu karena jamur. Penyakit ini biasanya terjadi pada pohon yang sudah mati/ditebang maupun barang-barang olahan hasil kayu yang berada pada lingkungan lembab. Hal ini dapat merusak nilai ekonomi sebab menghilangkan warna dan terkadang corak asli pada kayu. Penyakit ini tidak hanya menyerang ramin namun juga banyak jenis kayu lainnya seperti akasia, jati, sengon, dan lain-lain. G. Kesimpulan Dari hasil pengamatan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Satu jenis patogen dapat menyebabkan berbagai penyakit dan gejala yang berbeda pada pohon. 2. Setiap penyakit memiliki ciri khusus serta cara penanganan yang berbeda pula. 3. Rata-rata patogen memiliki ukuran yang mikroskopik. 4. Umur tegakan suatu pohon mempengaruhi daya tahan pohon tersebut terhadap serangan patogen/penyakit. 5. Serangan penyakit dapat merugikan sebab menurunkan nilai estetika kayu dan nilai ekonominya. Daftar Pustaka : Sutrisno. 2001. Patologi Hutan : Perkembangannya di Indonesia. Fakultas Kehutanan. IPB. Widyastuti, S.M., Harjono dan Sumardi. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
  • 13. Semangun, H. 1996, Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, pp 67-203, Gadjah Mada University Press, Yokyakarta. Silla, M dan Sitti, N. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makkasar : Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan , Fahutan UNHAS. Sumardi dan Widyastuti ,SM .2007.Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.