SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV)
Penyebab Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai
Dosen :
Prof. Dr. Ir Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc
Asisten Praktikum :
Nisa Fadhila Islami (A34160066)
Mayang Sari (A34160102)
Di Susun Oleh :
Andri Saputra (A34170039)
Lusi Novi Aseh (A34170040)
Fami Setyani (A34170044)
Suci Maharani (A34170049)
Muhammad Geraldine (A34170058)
Kelompok 3
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cabai merupakan komoditas hortikultura di Indonesia yang
permintaannya sangat besar mencapai 900 ton/tahun, permintaan cabai ini belum
terpenuhi dari produksi dalam negeri yang hanya mencapai 76 % sehingga masih
impor cabai dari Malaysia dan Australia. Dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir, sentra produksi cabai di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta mengalami penurunan produksi akibat serangan penyakit virus Pepper
yellow leaf curl virus (PYLCV) atau yang lebih dikenal sebagai virus kuning
cabai (Ariyanti, 2007).
Penyakit virus kuning keriting disebabkan oleh virus Gemini merupakan salah
satu penyakit penting pada tanaman cabai merah. Virus ini menjadi penting pada
tanaman cabai karena tanaman inang alternatifnya banyak dan vektor
pembawanya yaitu kutukebul (Bemisia tabaci) merupakan jenis serangga yang
polyfag dan selalu ada pada setiap musim.Tanaman cabai merupakan salah satu
jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan merupakan inang B. tabaci
(Sumardiyono et al. 2003, Sulandari 2006). Hampir semua kultivar cabai
komersial dapat terinfeksi penyakit virus kuning keriting (Sulandari 2004).
Intensitas serangan pada cabai rawit berkisar antara 50–100%, sedangkan pada
cabai besar berkisar antara 20–100%. Kehilangan hasil akibat serangan virus
kuning keriting dapat mencapai 100%.
Tujuan
Menambah pengetahuan tentang Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV)
dengan mengetahui klasifikasi Pepper yellow leaf curl virus, karakteristik Pepper
yellow leaf curl virus, gejala penyakit akibat Pepper yellow leaf curl virus, arti
penting Pepper yellow leaf curl virus, penularan Pepper yellow leaf curl virus,
deteksi Pepper yellow leaf curl virus, dan upaya pengendalian Pepper yellow leaf
curl virus.
PEMBAHASAN
Klasifikasi
Menurut Akin (2006), virus gemini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Famili : Geminiviridae
Genus : Begomovirus
Spesies : Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV)
Karakteristik
Geminivirus memiliki ciri dengan bentuk
partikel kembar berpasangan (geminate) dengan
ukuran sekitar 30 x 20 nm. Gemini virus termasuk
dalam kelompok virus tanaman dengan genom
berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal DNA
yang melingkar dan terselubung dalam virion
ikosahendra kembar (geminate). Replikasi virus
terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui
pembentukan utas ganda DNA. Kelompok virus
gemini dibedakan dalam 3 subgrup, pertama memiliki genom yang monopartit,
menginfeksi tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng daun
(leafhopper); subgrup kedua ditularkan vektor wereng daun dan memiliki genom
monopartit tetapi menginfeksi tanaman dikotiledon; subgrup ketiga memiliki
anggota paling banyak dan beragam dengan genom bipartit yang menginfeksi
tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul (Bemicia
tabaci Genn.) (Rusli et al 1999)
Deteksi
Deteksi Begomovirus selama ini dilakukan dengan metode konvensional,
dengan melihat gejala khasnya yaitu pada helai daun tampak vein clearing yang
kemudian berkembang menjadi warna kuning sangat jelas, tulang daun menebal
dan helai daun menggulung ke atas (cupping). Pada gejala lanjut, daun-daun muda
menjadi kecil-kecil, helai daun bewarna kuning cerah atau tetap bewarna hijau
muda dan tanaman menjadi kerdil. (Sulandari, et al., 2001). Namun cara ini belum
dapat memastikan gejala tersebut disebabkan oleh Begomovirus atau virus yang
lainnya. Deteksi Begomovirus dengan metode konvensional seringkali tidak
mungkin dilakukan karena tidak semua Begomovirus dapat ditularkan secara
mekanis dengan cairan perasan tanaman terinfeksi, dengan demikian penggunaan
biosai untuk identifikasi dan evaluasi kisaran inang sulit dilakukan (Aidawati.
2006).
Epidemi penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus semakin lama
semakin meluas dan berpotensi menghambat produksi tanaman cabai maka perlu
adanya prosedur untuk mendeteksi Begomovirus di dalam tanaman diantaranya
Sumber : http://ippc.acfs.go.th/
dengan metode serologi dan PCR Polymerase chain reaction (PCR). Metode
serologi merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mendeteksi dan
mendiagnosis virus tumbuhan, baik menggunakan antibodi poliklonal maupun
antibodi monoklonal. Enzyme–Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
merupakan teknik deteksi patogen yang mendasarkan pada reaksi antibodi dan
antigen. Antibodi diikat dengan enzim spesifik sebagai penanda. Bila ada reaksi
positif, enzim akan menghidrolisis substrat sehingga terjadi perubahan warna
yang dapat dibaca secara visual. Metode ini sangat potensial untuk digunakan
sebagai deteksi Begomovirus karena dapat dilakukan dengan mudah, memberikan
hasil dalam waktu singkat dan biaya pelaksanaan yang relatif murah, selain itu
teknik serologi cukup untuk mendeteksi virus dalam bahan tanaman maupun
serangga vektornya (Sulandari, 2004). Namun demikian, masih terdapat sedikit
hambatan keberhasilannya apabila diterapkan untuk Begomovirus. Hal ini
disebabkan sulitnya mendapatkan virus murni dalam jumlah yang cukup untuk
membuat antiserum (Roberts et al., 1984). Metode serologi tidak efisien untuk
mendeteksi virus-virus gemini, karena pembuatan antisera untuk virus gemini
terbukti sulit yang disebabkan oleh sifat fisik dan kimia partikel virus yang
membuatnya sulit untuk dimurnikan dalam bentuk yang stabil, sifat imunogenik
dari virion yang lemah, dan protein selubung terutama untuk virus-virus yang
ditularkan B. tabaci tidak dapat dibedakan melalui antiserum poliklonal maupun
monoklonal (Roberts et al., 1984 ). Keragaman Begomovirus di lapangan sangat
beragam, hal ini diakibatkan penularan Begomovirus oleh serangga vektornya
pada inang yang sama ataupun yang masih dekat kekerabatannya dapat terinfeksi
oleh satu jenis Begomovirus secara tunggal, bersamaan dengan jenis Begomovirus
lain maupun oleh strain lainnya (Sulandari, 2004).
Dewasa ini untuk karakterisasi maupun deteksi virus tumbuhan banyak
dikembangkan teknik molekuler. Teknik PCR akhir-akhir ini berkembang sangat
pesat untuk deteksi berbagai virus tumbuhan. Deteksi virus secara PCR akan
memberikan hasil yang akurat, cepat dan sangat peka. Teknik PCR hanya
memerlukan jumlah sampel yang sedikit, dan sampel dapat berupa bahan segar,
sudah dikeringkan atau beku. Teknik PCR pada umumnya dapat mengatasi
kendala pada pengujian virus secara serologi (Sulandari, 2004).
Penyebaran
Perkembangan luas serangan Begomovirus pada pertanaman cabai di
Indonesia sangat cepat. Pada tahun 2003, terjadi epidemi serangan Begomovirus
pada beberapa sentra pertanaman cabai di Indonesia dengan luas serangan
berkisar antara 6,2 – 60,0 ha, terutama di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan DI Yogyakarta). Kondisi ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan luas
area pertanaman cabai di Indonesia yang mencapai 200.000 ha. Namun, pada
tahun 2008 serangannya meluas, seperti di Jawa Tengah mencapai 575 ha
terutama di daerah Magelang, diikuti Aceh (334 ha), Lampung (274 ha), dan DI
Yogyakarta (240 ha) (Hidayat 2003). Kondisi terakhir menunjukkan bahwa
Begomovirus telah menginfeksi pertanaman cabai merah di hampir seluruh sentra
produksi di Indonesia dengan tingkat persentase insiden yang beragam.
Penyebaran virus tersebut tidak terlepas dari serangga vektor yaitu kutu
kebul (Bemisia tabaci Genn.). Menurut Wiyono (2007), ketinggian tempat dapat
memengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu
akan semakin dingin, populasi kutu kebul di lapangan akan menurun. Akan tetapi,
jika suatu daerah semakin rendah, maka suhu udaranya akan semakin tinggi atau
semakin panas, sehingga populasi kutu kebul di lapang akan meningkat.
Pengaruh keadaan lingkungan terhadap penyebaran virus sebenarnya lebih
tertuju kepada inangnya, mengingat virus tidak dapat mengadakan metabolisme
sendiri sehingga kurang dapat dimodifikasi (Sudiono dan Purnomo, 2009).
Kondisi lingkungan sebelum inokulasi, saat inokulasi dan pasca inokulasi virus
akan mempengaruhi kerentanan tanaman terhadap virus. Tanaman yang tahan
pada kondisi tertentu dapat menjadi rentan pada kondisi yang lain. Apabila infeksi
virus sudah terjadi, kondisi lingkungan akan memengaruhi tinggi atau rendahnya
konsentrasi virus serta perkembangan gejala (Akin, 2006).
Inang
Kisaran inang Pepper Yellow Leaf Curl Virus yaitu tanaman dari famili
Solanaceae, Compositae, dan beberapa dari Leguminosae yang dapat terinfeksi
virus penyebab penyakit daun keriting kuning cabai tetapi masing-masing
tanaman tersebut memberikan respons yang berbeda-beda Tanaman famili
Leguminosae (kedelai, kacang panjang, kacang hijau, dan orok-orok) dapat
berperan sebagai inang alternatif geminivirus isolat Segunung, walaupun
intensitas serangannya lebih ringan dan masa inkubasinya relatif lebih lama.
Gejala Penyakit
Mekanisme infeksi virus dalam tubuh tanaman hingga memunculkan
gejala berupa daun menjadi berwarna kuning, kerdil dan menggulung ke atas
(cupping). Gejala menguningnya daun terutama bagian atas (muda) mirip dengan
gejala akibat kekurangan unsur mikro Fe. Semua gejala yang muncul ini
sebenarnya merupakan akibat dari terhambatnya aliran nutrisi (fotosintat) dari
source ke sink karena virus yang ada di dalam tanaman menguasai floem (floem
limited virus) (Ariyanti, 2007). Gejala tanaman yang terserang penyakit dimulai
dengan daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan.
Kemudian gejala berlanjut dengan seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk
Sumber : https://www.researchgate.net/ /figure
daun berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil, dan pertumbuhan terhambat
(Wardani, 2006).
Sulandari et al. (2006) bahwa gejala utama yang ditimbulkan oleh infeksi
Begomovirus pada tanaman cabai yaitu terjadi perubahan warna daun menjadi
mosaik kuning, penebalan tulang daun, dan penggulungan daun. Infeksi lanjut
menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, serta tanaman
menjadi kerdil. Polston & Anderson (1997) menyatakan bahwa infeksi
Begomovirus dapat menghasilkan gejala yang sangat bervariasi tergantung pada
strain virus, kultivar, umur tanaman saat terinfeksi, serta kondisi lingkungan
menyangkut suhu, kelembaban, topografi, serta aktivitas vektor Begomovirus.
Cara Penularan
PYLCV merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus Gemini.
Penyakit ini banyak terdapat pada cabai rawit, cabai besar, paprika dan juga pada
tomat. Virus ini ditularkan oleh serangga vektor yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci)
(Sulandari et al 2001). Virus kuning ditularkan secara persisten oleh kutu kebul
(Bemisia tabacci),Virus keriting ditularkan oleh Aphid dan Thrips secara
persisten. Virus tersebut menyebar di dalam tanaman, Virus membentuk gen yang
dapat merusak jaringan pada tanaman yang berupa kromosom atau RNA/DNA.
Juga menghentikan kerjanya gen kromosom/klorofil yang berupa asam amino
sehingga tanaman tersebut dikuasai oleh gen virus kuning (Semangun 2008).
Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) juga dapat ditularkan melalui
teknik penyambungan dan melalui perantara kutu kebul. Secara mekanik virus ini
tidak dapat ditularkan melalui biji. Masa inkubasi virus ini antara 15-29 hari
setelah inokulasi. Tanaman cabai yang terinfeksi berat tidak dapat menghasilkan
bunga dan buah. Bila serangan terjadi pada fase vegetatif jumlah tunas menjadi
lebih banyak namun pertumbuhan tanaman kerdil (Sudiono et al 2001).
Arti Penting
Salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya produktivitas cabai
nasional ialah adanya infeksi penyakit virus kuning keriting yang disebabkan
Gambar 1. Ilutrasi proses infeksi danpenyebaran virus di dalam tubuh tanaman
Begomovirus.. Penyakit daun keriting kuning pada tanaman cabai telah
menimbulkan kerugian besar bagi petani di daerah sentra cabai yang
berakibat pada penurunan produksi cabai jauh dari produksi normalnya
sehingga berdampak buruk pada melonjaknya harga cabai di pasaran (Ningrum
dan Esti 2008). Kehilangan hasil akibat infeksi Begomovirus berkisar 20–100%
dan secara ekonomi kerugian yang diderita petani cabai dapat mencapai milyaran
rupiah (Sulandari et al. 2001, Setiawati et al. 2008).
Upaya Pengendalian
Penanganan dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida yang bijak,
tanaman tepi untuk mengontrol vektor, dan penggunaan tanaman resisten. namun,
tanaman resisten secara komersial belum tersedia. Infeksi PYLCV hanya terjadi
melalui serangga vektor kutukebul B. tabaci. Oleh karena itu, salah satu
mekanisme pertahanan secara struktural terhadap infeksi PYLCV ialah
menghalangi penetrasi virus melalui stilet kutukebul. Kerapatan trikoma yang
tinggi, susunan dan panjang sel palisade merupakan penghalang struktural
terhadap vektor B. tabaci dan Begomovirus (Faizah et al. 2011).
PENUTUP
Simpulan dan Saran
Infeksi PYLCV menyebabkan terjadi perubahan warna daun menjadi
mosaik kuning, penebalan tulang daun, dan penggulungan daun. Infeksi lanjut
menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, serta tanaman
menjadi kerdil. Sehingga berdampak pada menurunnya hasil dan mutu produksi
cabai. Akibatnya, kerugian yang dialami petani begitu besar dan ketersediaan
cabai di pasaran menurun.Oleh karena itu, perlu upaya pengendalian PYLCV
dengan cara mengolah lahan dengan baik dan pemupukan secara berimbang,
penggunaan insektisida yang bijak, tanaman tepi untuk mengontrol vektor, dan
penggunaan tanaman resisten.
DAFTAR PUSTAKA
Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
Ariyanti, N. A. 2007. Kajian Kestabilan Produktivitas Cabai Keriting di Dearah
Endemis Virus Kuning dengan Optimalisasi Nutrisi Tanaman [Tesis].
Universitas Gadjah Mada.
Faizah R, Sujiprihati S, Syukur M, Hidayat SH. 2011. Mekanisme ketahanan
struktural terhadap Begomovirus penyebab penyakit keriting kuning
(Pepper yellow leaf curl virus). Di dalam: Prosiding Seminar
Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia; 2011 Des 9-10; Padang (ID):
Peripi Komda Sumatera dan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. hlm
223-230.
Hidayat, SH 2003, ‘Rangkuman hasil penelitian gemini virus di Indonesia:
Sebagai bahan diskusi untuk menghadapi peningkatan infeksi gemini virus
pada cabai’, Seminar sehari pengenalan dan pengendalian penyakit virus
pada cabai, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Bina
Produksi Hortikultura, Jakarta.
Polston, J.E. and Anderson, P.K. 1997. The emergence of whitefly-transmitted
geminiviruses in tomato in the western hemisphere. Plant.Dis. 81:1358-
1369.
Ningrum,P dan Esti. 2008. Keragaman Gejala Dan Penyebab Penyakit
Keriting Kuning Cabai [Skripsi ] Fakultas.Pertanian. Universitas Gadjah
Mada.
Robert IM, Robinson DJ, & Harrison BD. 1984Serological relationship and
genome homologies among Geminiviruses. J. Gen Virol 65: 1723–1730.
Rusli E.S., Sri H. Hidayat, R. Suseno, & B. Tjahjono. 1999. Geminivirus asal
Cabai : Kisaran Inang dan Cara Penularan. Bulletin HPT.
Sulandari S, Hidayat SH, Suseno R, Jumanto H, Sosromarsono S.
2001.Keberadaan virusgemini pada cabai di DIY. Di dalam: Prosiding
Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional PFI ke XVI; Bogor, 22-24Agu
2001. hlm 2000-2002.
Sulandari, S., R. Suseno, S.H. Hidayat, J. Harjosudarmo,& S. Sosromarsono.
2006. Deteksi dan Kajian KisaranInang Virus Penyebab Penyakit Daun
Keriting KuningCabai. Hayati 13: 1−6.
Sudiono, S. S. Hidayat., Rusmilah, S. and Soemartono, S. (2001). Deteksi
Molekuler dan Uji Kisaran Inang Virus Gemini Asal Tanaman Tomat.
Prosid. Konggres Nasional XVI. PFI. Bogor. 22-24 Agustus.
Ved Prakash Rai, Rajesh Kumar , Sheo Pratap Singh, Sanjay Kumar , Sanjeet
Kumar , Major Singh, Mathura Rai . 2014. Monogenic recessive resistance
to Pepper leaf curl virus in an interspecific cross of Capsicum. Scientia
Horticulturae 172 (2014) 34–38
Wardani N. 2006. Keragaan hama/penyakit pada cabai merah di daerah dengan
ketinggian dan jenis tanah yang berbeda.
Wiyono, Suryo. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit
Tanaman. Bogor: IPB.

More Related Content

What's hot

Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Jidun Cool
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
fahmiganteng
 
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnaLaporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
fahmiganteng
 

What's hot (20)

Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
Biologi fusi protoplasma
Biologi fusi protoplasmaBiologi fusi protoplasma
Biologi fusi protoplasma
 
Teknis perbanyakan agens hayati
Teknis perbanyakan  agens hayatiTeknis perbanyakan  agens hayati
Teknis perbanyakan agens hayati
 
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptxPENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
 
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnaLaporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
 
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Penyakit blas padi
Penyakit blas padiPenyakit blas padi
Penyakit blas padi
 
Deuteromycota
DeuteromycotaDeuteromycota
Deuteromycota
 
Anatomi Tumbuhan : Akar
Anatomi Tumbuhan : AkarAnatomi Tumbuhan : Akar
Anatomi Tumbuhan : Akar
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
 

Similar to Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)

3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
Roy Ibrahim
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
xie_yeuw_jack
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
xie_yeuw_jack
 
CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...
CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...
CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...
Repository Ipb
 
Kti lengkap 1 5 nova
Kti lengkap 1 5 novaKti lengkap 1 5 nova
Kti lengkap 1 5 nova
adefemia1
 
Mikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus InfluenzaMikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus Influenza
Sintia Julianti
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
Repository Ipb
 

Similar to Pepper yellow leaf curl virus (pylcv) (20)

Portofolio virologi
Portofolio virologiPortofolio virologi
Portofolio virologi
 
Postulat koch
Postulat kochPostulat koch
Postulat koch
 
Lap plaque adz
Lap plaque adzLap plaque adz
Lap plaque adz
 
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira-
 
Lap postulat adz
Lap postulat adzLap postulat adz
Lap postulat adz
 
Plaque.tycka
Plaque.tyckaPlaque.tycka
Plaque.tycka
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
virus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakaovirus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakao
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
Lap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adzLap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adz
 
Virus dan kanker
Virus dan kankerVirus dan kanker
Virus dan kanker
 
CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...
CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...
CEMARAN Staphylococcus aureus PADA LAYAR TELEPON GENGGAM MAHASISWA PROGRAM SA...
 
16588 40402-1-sm (1)-dikonversi
16588 40402-1-sm (1)-dikonversi16588 40402-1-sm (1)-dikonversi
16588 40402-1-sm (1)-dikonversi
 
Kti lengkap 1 5 nova
Kti lengkap 1 5 novaKti lengkap 1 5 nova
Kti lengkap 1 5 nova
 
VIROLOGI_FISIOLOGI_PENYAKIT_VIRUS_TUMBUH.docx
VIROLOGI_FISIOLOGI_PENYAKIT_VIRUS_TUMBUH.docxVIROLOGI_FISIOLOGI_PENYAKIT_VIRUS_TUMBUH.docx
VIROLOGI_FISIOLOGI_PENYAKIT_VIRUS_TUMBUH.docx
 
Mikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus InfluenzaMikrobiologi-Virus Influenza
Mikrobiologi-Virus Influenza
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 

Recently uploaded

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 

Pepper yellow leaf curl virus (pylcv)

  • 1. Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) Penyebab Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai Dosen : Prof. Dr. Ir Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Asisten Praktikum : Nisa Fadhila Islami (A34160066) Mayang Sari (A34160102) Di Susun Oleh : Andri Saputra (A34170039) Lusi Novi Aseh (A34170040) Fami Setyani (A34170044) Suci Maharani (A34170049) Muhammad Geraldine (A34170058) Kelompok 3 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018
  • 2. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman cabai merupakan komoditas hortikultura di Indonesia yang permintaannya sangat besar mencapai 900 ton/tahun, permintaan cabai ini belum terpenuhi dari produksi dalam negeri yang hanya mencapai 76 % sehingga masih impor cabai dari Malaysia dan Australia. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, sentra produksi cabai di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan produksi akibat serangan penyakit virus Pepper yellow leaf curl virus (PYLCV) atau yang lebih dikenal sebagai virus kuning cabai (Ariyanti, 2007). Penyakit virus kuning keriting disebabkan oleh virus Gemini merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai merah. Virus ini menjadi penting pada tanaman cabai karena tanaman inang alternatifnya banyak dan vektor pembawanya yaitu kutukebul (Bemisia tabaci) merupakan jenis serangga yang polyfag dan selalu ada pada setiap musim.Tanaman cabai merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan merupakan inang B. tabaci (Sumardiyono et al. 2003, Sulandari 2006). Hampir semua kultivar cabai komersial dapat terinfeksi penyakit virus kuning keriting (Sulandari 2004). Intensitas serangan pada cabai rawit berkisar antara 50–100%, sedangkan pada cabai besar berkisar antara 20–100%. Kehilangan hasil akibat serangan virus kuning keriting dapat mencapai 100%. Tujuan Menambah pengetahuan tentang Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) dengan mengetahui klasifikasi Pepper yellow leaf curl virus, karakteristik Pepper yellow leaf curl virus, gejala penyakit akibat Pepper yellow leaf curl virus, arti penting Pepper yellow leaf curl virus, penularan Pepper yellow leaf curl virus, deteksi Pepper yellow leaf curl virus, dan upaya pengendalian Pepper yellow leaf curl virus.
  • 3. PEMBAHASAN Klasifikasi Menurut Akin (2006), virus gemini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Famili : Geminiviridae Genus : Begomovirus Spesies : Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) Karakteristik Geminivirus memiliki ciri dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Gemini virus termasuk dalam kelompok virus tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal DNA yang melingkar dan terselubung dalam virion ikosahendra kembar (geminate). Replikasi virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui pembentukan utas ganda DNA. Kelompok virus gemini dibedakan dalam 3 subgrup, pertama memiliki genom yang monopartit, menginfeksi tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng daun (leafhopper); subgrup kedua ditularkan vektor wereng daun dan memiliki genom monopartit tetapi menginfeksi tanaman dikotiledon; subgrup ketiga memiliki anggota paling banyak dan beragam dengan genom bipartit yang menginfeksi tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.) (Rusli et al 1999) Deteksi Deteksi Begomovirus selama ini dilakukan dengan metode konvensional, dengan melihat gejala khasnya yaitu pada helai daun tampak vein clearing yang kemudian berkembang menjadi warna kuning sangat jelas, tulang daun menebal dan helai daun menggulung ke atas (cupping). Pada gejala lanjut, daun-daun muda menjadi kecil-kecil, helai daun bewarna kuning cerah atau tetap bewarna hijau muda dan tanaman menjadi kerdil. (Sulandari, et al., 2001). Namun cara ini belum dapat memastikan gejala tersebut disebabkan oleh Begomovirus atau virus yang lainnya. Deteksi Begomovirus dengan metode konvensional seringkali tidak mungkin dilakukan karena tidak semua Begomovirus dapat ditularkan secara mekanis dengan cairan perasan tanaman terinfeksi, dengan demikian penggunaan biosai untuk identifikasi dan evaluasi kisaran inang sulit dilakukan (Aidawati. 2006). Epidemi penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus semakin lama semakin meluas dan berpotensi menghambat produksi tanaman cabai maka perlu adanya prosedur untuk mendeteksi Begomovirus di dalam tanaman diantaranya Sumber : http://ippc.acfs.go.th/
  • 4. dengan metode serologi dan PCR Polymerase chain reaction (PCR). Metode serologi merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis virus tumbuhan, baik menggunakan antibodi poliklonal maupun antibodi monoklonal. Enzyme–Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan teknik deteksi patogen yang mendasarkan pada reaksi antibodi dan antigen. Antibodi diikat dengan enzim spesifik sebagai penanda. Bila ada reaksi positif, enzim akan menghidrolisis substrat sehingga terjadi perubahan warna yang dapat dibaca secara visual. Metode ini sangat potensial untuk digunakan sebagai deteksi Begomovirus karena dapat dilakukan dengan mudah, memberikan hasil dalam waktu singkat dan biaya pelaksanaan yang relatif murah, selain itu teknik serologi cukup untuk mendeteksi virus dalam bahan tanaman maupun serangga vektornya (Sulandari, 2004). Namun demikian, masih terdapat sedikit hambatan keberhasilannya apabila diterapkan untuk Begomovirus. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan virus murni dalam jumlah yang cukup untuk membuat antiserum (Roberts et al., 1984). Metode serologi tidak efisien untuk mendeteksi virus-virus gemini, karena pembuatan antisera untuk virus gemini terbukti sulit yang disebabkan oleh sifat fisik dan kimia partikel virus yang membuatnya sulit untuk dimurnikan dalam bentuk yang stabil, sifat imunogenik dari virion yang lemah, dan protein selubung terutama untuk virus-virus yang ditularkan B. tabaci tidak dapat dibedakan melalui antiserum poliklonal maupun monoklonal (Roberts et al., 1984 ). Keragaman Begomovirus di lapangan sangat beragam, hal ini diakibatkan penularan Begomovirus oleh serangga vektornya pada inang yang sama ataupun yang masih dekat kekerabatannya dapat terinfeksi oleh satu jenis Begomovirus secara tunggal, bersamaan dengan jenis Begomovirus lain maupun oleh strain lainnya (Sulandari, 2004). Dewasa ini untuk karakterisasi maupun deteksi virus tumbuhan banyak dikembangkan teknik molekuler. Teknik PCR akhir-akhir ini berkembang sangat pesat untuk deteksi berbagai virus tumbuhan. Deteksi virus secara PCR akan memberikan hasil yang akurat, cepat dan sangat peka. Teknik PCR hanya memerlukan jumlah sampel yang sedikit, dan sampel dapat berupa bahan segar, sudah dikeringkan atau beku. Teknik PCR pada umumnya dapat mengatasi kendala pada pengujian virus secara serologi (Sulandari, 2004). Penyebaran Perkembangan luas serangan Begomovirus pada pertanaman cabai di Indonesia sangat cepat. Pada tahun 2003, terjadi epidemi serangan Begomovirus pada beberapa sentra pertanaman cabai di Indonesia dengan luas serangan berkisar antara 6,2 – 60,0 ha, terutama di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta). Kondisi ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan luas area pertanaman cabai di Indonesia yang mencapai 200.000 ha. Namun, pada tahun 2008 serangannya meluas, seperti di Jawa Tengah mencapai 575 ha terutama di daerah Magelang, diikuti Aceh (334 ha), Lampung (274 ha), dan DI Yogyakarta (240 ha) (Hidayat 2003). Kondisi terakhir menunjukkan bahwa Begomovirus telah menginfeksi pertanaman cabai merah di hampir seluruh sentra produksi di Indonesia dengan tingkat persentase insiden yang beragam. Penyebaran virus tersebut tidak terlepas dari serangga vektor yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.). Menurut Wiyono (2007), ketinggian tempat dapat
  • 5. memengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu akan semakin dingin, populasi kutu kebul di lapangan akan menurun. Akan tetapi, jika suatu daerah semakin rendah, maka suhu udaranya akan semakin tinggi atau semakin panas, sehingga populasi kutu kebul di lapang akan meningkat. Pengaruh keadaan lingkungan terhadap penyebaran virus sebenarnya lebih tertuju kepada inangnya, mengingat virus tidak dapat mengadakan metabolisme sendiri sehingga kurang dapat dimodifikasi (Sudiono dan Purnomo, 2009). Kondisi lingkungan sebelum inokulasi, saat inokulasi dan pasca inokulasi virus akan mempengaruhi kerentanan tanaman terhadap virus. Tanaman yang tahan pada kondisi tertentu dapat menjadi rentan pada kondisi yang lain. Apabila infeksi virus sudah terjadi, kondisi lingkungan akan memengaruhi tinggi atau rendahnya konsentrasi virus serta perkembangan gejala (Akin, 2006). Inang Kisaran inang Pepper Yellow Leaf Curl Virus yaitu tanaman dari famili Solanaceae, Compositae, dan beberapa dari Leguminosae yang dapat terinfeksi virus penyebab penyakit daun keriting kuning cabai tetapi masing-masing tanaman tersebut memberikan respons yang berbeda-beda Tanaman famili Leguminosae (kedelai, kacang panjang, kacang hijau, dan orok-orok) dapat berperan sebagai inang alternatif geminivirus isolat Segunung, walaupun intensitas serangannya lebih ringan dan masa inkubasinya relatif lebih lama. Gejala Penyakit Mekanisme infeksi virus dalam tubuh tanaman hingga memunculkan gejala berupa daun menjadi berwarna kuning, kerdil dan menggulung ke atas (cupping). Gejala menguningnya daun terutama bagian atas (muda) mirip dengan gejala akibat kekurangan unsur mikro Fe. Semua gejala yang muncul ini sebenarnya merupakan akibat dari terhambatnya aliran nutrisi (fotosintat) dari source ke sink karena virus yang ada di dalam tanaman menguasai floem (floem limited virus) (Ariyanti, 2007). Gejala tanaman yang terserang penyakit dimulai dengan daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan. Kemudian gejala berlanjut dengan seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk Sumber : https://www.researchgate.net/ /figure
  • 6. daun berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil, dan pertumbuhan terhambat (Wardani, 2006). Sulandari et al. (2006) bahwa gejala utama yang ditimbulkan oleh infeksi Begomovirus pada tanaman cabai yaitu terjadi perubahan warna daun menjadi mosaik kuning, penebalan tulang daun, dan penggulungan daun. Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, serta tanaman menjadi kerdil. Polston & Anderson (1997) menyatakan bahwa infeksi Begomovirus dapat menghasilkan gejala yang sangat bervariasi tergantung pada strain virus, kultivar, umur tanaman saat terinfeksi, serta kondisi lingkungan menyangkut suhu, kelembaban, topografi, serta aktivitas vektor Begomovirus. Cara Penularan PYLCV merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus Gemini. Penyakit ini banyak terdapat pada cabai rawit, cabai besar, paprika dan juga pada tomat. Virus ini ditularkan oleh serangga vektor yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci) (Sulandari et al 2001). Virus kuning ditularkan secara persisten oleh kutu kebul (Bemisia tabacci),Virus keriting ditularkan oleh Aphid dan Thrips secara persisten. Virus tersebut menyebar di dalam tanaman, Virus membentuk gen yang dapat merusak jaringan pada tanaman yang berupa kromosom atau RNA/DNA. Juga menghentikan kerjanya gen kromosom/klorofil yang berupa asam amino sehingga tanaman tersebut dikuasai oleh gen virus kuning (Semangun 2008). Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) juga dapat ditularkan melalui teknik penyambungan dan melalui perantara kutu kebul. Secara mekanik virus ini tidak dapat ditularkan melalui biji. Masa inkubasi virus ini antara 15-29 hari setelah inokulasi. Tanaman cabai yang terinfeksi berat tidak dapat menghasilkan bunga dan buah. Bila serangan terjadi pada fase vegetatif jumlah tunas menjadi lebih banyak namun pertumbuhan tanaman kerdil (Sudiono et al 2001). Arti Penting Salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya produktivitas cabai nasional ialah adanya infeksi penyakit virus kuning keriting yang disebabkan Gambar 1. Ilutrasi proses infeksi danpenyebaran virus di dalam tubuh tanaman
  • 7. Begomovirus.. Penyakit daun keriting kuning pada tanaman cabai telah menimbulkan kerugian besar bagi petani di daerah sentra cabai yang berakibat pada penurunan produksi cabai jauh dari produksi normalnya sehingga berdampak buruk pada melonjaknya harga cabai di pasaran (Ningrum dan Esti 2008). Kehilangan hasil akibat infeksi Begomovirus berkisar 20–100% dan secara ekonomi kerugian yang diderita petani cabai dapat mencapai milyaran rupiah (Sulandari et al. 2001, Setiawati et al. 2008). Upaya Pengendalian Penanganan dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida yang bijak, tanaman tepi untuk mengontrol vektor, dan penggunaan tanaman resisten. namun, tanaman resisten secara komersial belum tersedia. Infeksi PYLCV hanya terjadi melalui serangga vektor kutukebul B. tabaci. Oleh karena itu, salah satu mekanisme pertahanan secara struktural terhadap infeksi PYLCV ialah menghalangi penetrasi virus melalui stilet kutukebul. Kerapatan trikoma yang tinggi, susunan dan panjang sel palisade merupakan penghalang struktural terhadap vektor B. tabaci dan Begomovirus (Faizah et al. 2011).
  • 8. PENUTUP Simpulan dan Saran Infeksi PYLCV menyebabkan terjadi perubahan warna daun menjadi mosaik kuning, penebalan tulang daun, dan penggulungan daun. Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, serta tanaman menjadi kerdil. Sehingga berdampak pada menurunnya hasil dan mutu produksi cabai. Akibatnya, kerugian yang dialami petani begitu besar dan ketersediaan cabai di pasaran menurun.Oleh karena itu, perlu upaya pengendalian PYLCV dengan cara mengolah lahan dengan baik dan pemupukan secara berimbang, penggunaan insektisida yang bijak, tanaman tepi untuk mengontrol vektor, dan penggunaan tanaman resisten.
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius Ariyanti, N. A. 2007. Kajian Kestabilan Produktivitas Cabai Keriting di Dearah Endemis Virus Kuning dengan Optimalisasi Nutrisi Tanaman [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Faizah R, Sujiprihati S, Syukur M, Hidayat SH. 2011. Mekanisme ketahanan struktural terhadap Begomovirus penyebab penyakit keriting kuning (Pepper yellow leaf curl virus). Di dalam: Prosiding Seminar Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia; 2011 Des 9-10; Padang (ID): Peripi Komda Sumatera dan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. hlm 223-230. Hidayat, SH 2003, ‘Rangkuman hasil penelitian gemini virus di Indonesia: Sebagai bahan diskusi untuk menghadapi peningkatan infeksi gemini virus pada cabai’, Seminar sehari pengenalan dan pengendalian penyakit virus pada cabai, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Jakarta. Polston, J.E. and Anderson, P.K. 1997. The emergence of whitefly-transmitted geminiviruses in tomato in the western hemisphere. Plant.Dis. 81:1358- 1369. Ningrum,P dan Esti. 2008. Keragaman Gejala Dan Penyebab Penyakit Keriting Kuning Cabai [Skripsi ] Fakultas.Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Robert IM, Robinson DJ, & Harrison BD. 1984Serological relationship and genome homologies among Geminiviruses. J. Gen Virol 65: 1723–1730. Rusli E.S., Sri H. Hidayat, R. Suseno, & B. Tjahjono. 1999. Geminivirus asal Cabai : Kisaran Inang dan Cara Penularan. Bulletin HPT. Sulandari S, Hidayat SH, Suseno R, Jumanto H, Sosromarsono S. 2001.Keberadaan virusgemini pada cabai di DIY. Di dalam: Prosiding Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional PFI ke XVI; Bogor, 22-24Agu 2001. hlm 2000-2002. Sulandari, S., R. Suseno, S.H. Hidayat, J. Harjosudarmo,& S. Sosromarsono. 2006. Deteksi dan Kajian KisaranInang Virus Penyebab Penyakit Daun Keriting KuningCabai. Hayati 13: 1−6. Sudiono, S. S. Hidayat., Rusmilah, S. and Soemartono, S. (2001). Deteksi Molekuler dan Uji Kisaran Inang Virus Gemini Asal Tanaman Tomat. Prosid. Konggres Nasional XVI. PFI. Bogor. 22-24 Agustus. Ved Prakash Rai, Rajesh Kumar , Sheo Pratap Singh, Sanjay Kumar , Sanjeet Kumar , Major Singh, Mathura Rai . 2014. Monogenic recessive resistance to Pepper leaf curl virus in an interspecific cross of Capsicum. Scientia Horticulturae 172 (2014) 34–38
  • 10. Wardani N. 2006. Keragaan hama/penyakit pada cabai merah di daerah dengan ketinggian dan jenis tanah yang berbeda. Wiyono, Suryo. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. Bogor: IPB.