1. KESEHATAN KERJA DAN
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
dr. H. M. SULAKSMONO MS. MPH. SpOk
Bag. Hiperkes – Keselamatan Kerja
FKM UNAIR
2. PEMBANGUNAN
Penggunaan Teknologi
Dampak positif Dampak negatif
- Kualitas hidup meningkat - Penyakit akibat kerja
- Peningkatan pendapatan - Kecelakaan
(GNP dan IPC) - Pencemaran
- Polusi, dll
3. Produksi GNP IPC
Pertimbangan
untung
ruginya
Bahaya kesehatan perlindungan kesehatan
masyarakat masyarakat
sekitar perusahaan tenaga kerja
- DINKES - DEPNAKER
- PEMDA - ( DINKES )
4. Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut ILO dan WHO
Kesehatan Kerja adalah:
aspek / unsur kesehatan yang erat
bertalian dengan lingkungan kerja dan
pekerjaan yang secara langsung / tak
langsung dapat mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja
5. Menurut Suma’mur 1994
Kesehatan kerja adalah :
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan
agar pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tngginya baik fisik atau mental maupun sosial,
dengan usaha – usaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit – penyakit atau gangguan –
gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit – penyakit umum.
6. Tujuan Kesehatan Kerja
Meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginyan
baik jasmani, rohani maupun sosial untuk
semua lapangan pekerjaan
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang
disebabkan karena kondisi kerja
Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan
yang timbul akibat pekerjaan
Menempatkan tenaga kerja pada suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisik / faal tubuh dan mental psikologis
tenaga kerja yang bersangkutan
7. Kesehatan Kerja dan Produktivitas
lingkungan kerja
beban kerja
Kapasitas kerja
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan
produktivitas tenaga kerja
Beban kerja
Beban tambahan dari lingkungan kerja
Kapasitas kerja
Untuk mendapat derajat kesehatan tenaga
kerja yang optimal dan produktivitas kerja
yang tinggi, maka ketiga faktor itu hendaklah
dalam keseimbangan yang serasi
9. a. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pelakunya. Beban kerja tersebut dibagi
menjadi :
Beban fisik : mengangkat, memikul, dll
Beban mental : pada manajer, pengusaha
Beban sosial : pada pekerja sosial
11. b. Beban tambahan dari lingkungan kerja
Secara garis besar faktor dan lingkungan kerja
yang dapat mengganggu kesehatan tenaga
kerja adalah :
Faktor Fisik berupa :
1. suara kebisingan
2. suhu / iklim : suhu panas, suhu dingin
3. radiasi : meng-ion, tidak meng-ion
4. tekanan udara
5. penerangan
6. getaran
12. c. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja seseorang sangat
dipengaruhi oleh :
1. ketrampilan
2. kesegaran jasmani dan rohani
3. keadaan kesehatan
4. tingkat gizi
5. jenis kelamin
6. umur
7. ukuran-ukuran tubuh (anthropometri)
13. Pekerja dapat terkena 3
macam penyakit
General disease
Work related disease
Occupational disease
14. • General disease :
penyakit yang mengenai pada masyarakat
umum (general disease).
Misal : influenza, sakit kepala
• Work related disease :
penyakit yang berhubungan / terkait dengan
pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan. Misal
: asma, TBC
• Occupational disease :
penyakit yang disebabkan karena pekerjaannya /
lingkungan kerja.
Misal : keracunan Pb, asbestosis
15. Di Indonesia istilah / nama penyakit
akibat kerja (occupational disease) ada 2 :
1. penyakit akibat kerja
2. penyakit yang timbul karena hubungan kerja
• Prinsip : kedua penyakit adalah sama
16. Pada dasarnya penyakit aikbat kerja adalah
sama dengan penyakit yang timbul karena
hubungan kerja. Perbedaannya hanya pada :
Penyakit akibat kerja Penyakit hubungan kerja
- Diatur oleh kep.men. - Diatur dalam kep.pres.
No.01/MEN/1981 No.22/KEPRES/1993
- Meliputi 30 jenis penyakit - Meliputi 31 jenis penyakit
31 jenis penyakit 30 jenis penyakit + 1 klausul =
penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya
termasuk obat
17. Occupational Disease
(penyakit akibat kerja)
• “… the relationship to specific causative
factors at work has been fully established and
the factors concerned can be identified,
masured and eventually controlled.”
(WHO 1985)
“… keterkaitan dengan faktor penyebab
spesifik dalam pekerjaan, sepenuhnya
dipastikan dan faktor tersebut dapat
diidentifikasi, diukur dan dikendalikan.”
18. • “… having specific or a strong relation to
occupation, generally with only one causal
agents and recognized as such.” (ILO 1993)
“… mempunyai hubungan spesifik atau kuat
dengan pekerjaan, umumnya hanya dengan satu
agen penyebab dan dikenal macamnya.”
19. Work Related Disease
(penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan)
• “… may be partially caused by adverse working conditions.
They may be aggravated, accelerated, or exacerbated by
work place exposure and may impair working capacity.
Personal characteristics, environmental, and socio cultural
factors usually play a role as risk factors and are more often
common that occupational disease.” (WHO 1985)
“… mungkin sebagian disebabkan oleh kondisi kerja yang kurang
baik. Penyakit dapat diperberat, dipercepat atau kambuh oleh
pemaparan di tempat kerja dan dapat mengurangi kapasitas kerja.
Sifat perorangan, lingkungan dan faktor sosial budaya umumnya
berperanan sebagai faktor resiko dan lebih umum dari pada
penyakit akibat kerja.”
20. Work related disease
(penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan)
• “… with multiple causal agents, where factors in the
work environment may ply a role, together with other
risk factors, in the development of such disease, which
have a complex etiology.” (ILO 1993)
• “… disertai agen penyebab yang banyak, dimana
faktor-faktor di tempat kerja berperanan
bersama dengan faktor resiko lainnya, dalam
pengembangan penyakit yang memiliki
penyebab yang kompleks.”
21. Diseases Affecting Working
Population / “General Disease”
Penyakit yang mempengaruhi populasi pekerja,
“Penyakit Umum” dijumpai juga pada masyarakat
Contoh :
wabah penyakit menular masyarakat umum
pekerja tenaga kerja
22. Perbedaan antara occupational disease
dengan work related disease
Occupational disease Work related disease
- Terdapat pada populasi - Menimpa masyarakat
pekerja (occurs mainly umum (occurs largerly
among working population in the community)
- Penyebab spesifik - Penyebab banyak faktor
- Adanya paparan pada - Pemaparan pada tempat
tempat menjadi hal yang kerja-mungkin menjadi
penting untuk mendapat salah satu faktor
perhatian
- Tercatat dan mendapat - Mungkin akan tercatat dan
ganti rugi (notifiable and mungkin akan mendapatkan
compensable) ganti rugi (may be notifiable
and compensable)
23. Penyakit akibat kerja
sama dengan penyakit yang timbul
karena hubungan kerja
Daftar Penyakit
Permen TK dan Trans No. 01./1981 : 30 jenis
Keppres RI No. 22/1993 : 31 jenis
Nomor dan urutan SAMA, tambahan No. 31 pada
Keppres 22/1993
“Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya
termasuk bahan obat”
24. Kemungkinan timbulnya penyakit pada
tenaga kerja pekerja
Penyakit akibat kerja = penyakit yang timbul
karena hubungan kerja (occupational disease)
berhak atas jaminan kecelakaan kerja (memperoleh
santunan kompensasi) COMPENSABLE
Work related disease (penyakit yang berkaitan
dengan pekerjaan) NON COMPENSABLE
Diseases affecting working population /
“General Disease” (penyakit yang mempengaruhi
populasi pekerja. “Penyakit Umum dijumpai juga pada
masyarakat umum) NON COMPENSABLE
25. International text book
Terdapat 2 istilah :
1. Occupational disease
2. Work related disease
Kedua group ada perbedaan
26. Penyakit Akibat Kerja
(PAK)
= penyakit jabatan
= occupational disease
Definisi PAK :
penyakit / gangguan kesehatan yang disebabkan
/ diakibatkan oleh pekerjaannya atau diperoleh
pada masa waktu melakukan pekerjaan. (dan
pada masyarakat umum biasanya tidak akan
terkena)
27. I. Kesehatan Kerja
H
A E
H : host (penjamu)
pekerja worker
A : agent (penyebab)
material / machine / tool (bahan / mesin / material)
E : environment (lingkungan)
lingkungan kerja (work environment)
28. Penyakit Akibat Kerja
(PAK)
Kasus sering datang ke tempat praktek
PAK sering tak terdiagnosis
29. KASUS 1
Seseorang datang dengan : sakit perut,
muntah disangka apendisitis lalu
dioperasi ternyata : intoksikasi Pb
skrining karyawan lainnya
30. KASUS 2
Seorang karyawan industri logam mengeluh
fatigue, pusing dan sakit kepala
Dokter perusahaan menyangka OK terpapar
metilen klorid, konsultasi kepada ahli PAK,
disarankan mengurangi bahan pelarut tersebut.
Para karyawan mengusulkan perbaikan
lingkungan kerja dan dipenuhi pimpinan
perusahaan.
Keluhan – keluhan tidak ada lagi
31. Undang – Undang Kewajiban
Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per 01/MEN/1981
Penyakit akibat kerja : adalah setiap
penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
Keadaan ini harus dilaporkan paling
lama 2 x 24 jam
32. Alasan – alasan rendahnya
laporan PAK
Ketidaktahuan dalam menegakkan
diagnosa
Perusahaan kuatir terhadap ganti
rugi
Hambatan – hambatan under
teknis dan admininstratif reported
33. Kesulitan Ketidaktahuan
diagnosa
KESULITAN DIAGNOSA
PAK tidak khas (wizing oleh platina =
wizing sebab lain)
Masa laten yang dapat lama
Mahasiswa kedokteran kurang mendapat
kuliah ked.kerja
Dokter dalam masyarakat kurang
mendapat latihan dalam kedok.kerja
34. Membedakan jenis penyakit tersebut
seringkali tidak mudah
Perlu : - Expertise / keahlian
- Konsultasi – komunikasi
- Data pendukung yang
akurat
35. “Fenomena gunung es”
Penyakit Akibat Kerja
Dilaporkan PAK
dikenal
sebagai
penyakit yang ada
Tidak kaitan dengan pekerjaan
dilaporkan ada upaya medik, namun
hubungan sebab-akibat timbulnya
penyakit tidak jelas
ada gejala, tapi tidak
diteliti lebih lanjut
terpapar, gejala penyakit tidak ada
36. Peraturan perundangan sehubungan dengan penyakit
akibat kerja dan
penyakit hubungan kerja
Keppres RI No 22/1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja
Peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi No 02/MEN/1980 tentang
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam
penyelenggaraan keselamatan kerja
Peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi No 01/MEN/1981 tentang kewajiban
melapor penyakit akibat kerja
Keputusan menteri tenaga kerja RI No : KEPTS 333/
MEN/1989 tentang diagnosis dan pelaporan penyakit
akibat kerja
UU No 3 1992 tentang JAMSOSTEK
PAK termasuk kecelakaan kerja, berhak mendapatkan
ganti rugi
Kep. Men. Tenaga kerja dan trans. No.Kep. 79/MEN/2003
pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
37. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER
01/MEN/1981
Kewajiban Melaporkan PAK
PAK : setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan /
lingkungan kerja
Keadaan ini harus dilaporkan paling lama 2 x 24 jam
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Pengurus perusahaan wajib:
- melakukan tindakan preventif agar penyait akibat kerja tidak
terulang
- menyediakan alat pelindung diri untuk digunakan tenaga kerja
Tenaga kerja
Wajib : - memberi keterangan pada dokter
- memakai APD
- memenuhi syarat pencegahan PAK
- meminta kepada pengurus agar melaksanakan
syarat pencegahan
Berhak : menyatakan keberatan kerja bila pencegahan PAK
diragukan olehnya
38. Kepmen TK No. Kepts 333/Men/1989
Diagnosis dan pelaporan
penyakit akibat kerja
Pasal 3
1. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui
serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk
membuktikan sebab akibat penyakit dan pekerjaan
2. Jika mendapat keraguan, konsultasikan kepada dokter
penasehat atau dokter ahli yang bersangkutan
3. Setelah ditegakkan diagnosa, dokter pemeriksa
membuat laporan medik
Pasal 4
Pelaporan dalam 2 x 24 jam kepada Kadisnaker setempat,
dalam amplop tertutup, bersifat rahasia untuk dievaluasi
dokter penasehat
39. No. KEPTS.333/MEN/1989
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Tenaga Kerja
Identitas
Anamnesis
Hasil pemeriksaan mental dan fisik (status
present)
Hasil pemeriksaan lingkungan kerja
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Resume, yang meliputi faktor – faktor
Kesimpulan, yaitu : penderita / tenaga kerja
yang bersangkutan menderita / tidak menderita
penyakit akibat kerja; diagnosis; diagnosis
menurut klasifikasi internasional penyakit
(International Classification of Disease atau
ICD)
40. Keppres RI No.22/1993
tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja
Penyakit yang timbul karena hubungan
kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja
Terdapat jaminan seperti kec kerja
Hak jaminan paling lama 3 th terhitung
sejak hubungan kerja tersebut berakhir
41. 5 FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
YANG BERPENGARUH
PADA KESEHATAN, EFISIENSI
DAN PRODUKTIVITAS KERJA
TENAGA KERJA
42. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB
1. Golongan / faktor fisik
2. Golongan / faktor kimia
3. Golongan / faktor biologis (hayati)
4. Golongan / faktor fisiologis
5. Golongan / faktor psychologis
(mental)
43. Faktor Fisik
kebisingan, suhu dan
kelembaban, kecepatan aliran
udara / angin, getaran / vibrasi
mekanis, radiasi gelombang
elektromagnetik dan tekanan
udara / atmosfir
Faktor Kimia
gas, uap, debu, kabut / mist.
Fume asap, larutan dan zat padat
44. Faktor Biologis
bakteri, virus, tumbuh-tumbuhan
dan hewan
Faktor fisiologis
sikap dan cara kerja, jam kerja
dan istirahat
Faktor mental psikologis
suasana kerja, hubungan antara
karyawan dan pengusaha
pemilihan kerja dan lain-lain
45. Faktor – faktor yang cukup dapat mengganggu
daya kerja seorang tenaga kerja
Sebagai contoh :
2. Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah
sebab kelelahan mata
3. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi
pikiran dan akibat kelelahan psikologis
4. Gas – gas dan uap diserap lewat pernafasan dan
mempengaruhi penggunaan optimal alat pernafasan
untuk mengambil zat asam dari udara
5. Debu – debu yang dihirup paru – paru mengurangi
penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil
zat asam dari udara
6. Parasit – parasit yang masuk tubuh akibat higiene di
tempat kerja yang buruk menurunkan derajat kesehatan
dan juga daya kerjanya
7. Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja
menyebabkan timbulnya kelelahan atau kurangnya fungsi
maksimal alat – alat tubuh tertentu
8. Hubungan kerja yang tidak sesuai dapat menyebabkan
bekerja lamban atau setengah - setengahnya
46. Faktor Fisik
mis: penggergaji
pengebor jalan
Getaran lokal (tool hand vibration)
- terjadi penyempitan tangan pucat
GETARAN pembuluh darah “White Finger
Induced
Vibration”
(vibration) - kerusakan jaringan & (Raynoud Phenomena)
tulang sendi tangan
Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
- tulang belakang sakit
- motion sickness
mis. Pengemudi traktor / truk
47. AUDITOR ketulian
- pengaruh pada “occupational
telinga deafness”
KEBISINGAN
(unwanted sound)
NON AUDITOR - gangguan emosi
- pengaruh bukan - gangguan komunikasi
pada telinga - gangguan tidur
dll
48. II. Golongan / Faktor Kimia (chemis)
Debu mineral : asbestosis, silicosis, siderosis
organik : allergic alveolitis allergic
Gas gas CO, HCN, H2S asphyxia
gas NH3, Cl2, SO2 irritant
Uap sebabkan : asthma, dermatitis
Fume partikel zat padat : metal fume fever
benign pneumoconiosis
Larutan alergi : dermatitis
irritant : kontak dermatitis
(asam basa kuat) (ulcus)
49. III. Golongan / Faktor Biologis (hayati)
Bakteri : penyakit Antrax pekerja menyamak
penyakit Brucella kulit / penjagal
Virus : binatang ternak manusia, penyakit
mulut dan kuku
Fungus (jamur) : Pityriasis veriscolor
Histoplasmosis
Cacing : ankylostomiasis A. duodenale
pekerja tambang / perkebunan
Serangga : gigitan dermatitis, shock
Tumbuhan : getahnya dermatitis
50. IV. Golongan / Faktor Fisiologis
Sikap fisik
Sikap badan yang kurang baik
- LBP (low back pain)
- HNP (hernia nukleus pulposus)
Berdiri terus-menerus
- varises - platvoet
Konstruksi mesin
Konstruksi jelek cepat payah
Menyangkut masalah ergonomi
Penyesuaian alat / lingkungan kerja manusia
“How to fit the job to the man” &
“How to fit the man to the job”
51. V. Golongan / Faktor Psychologis
Managerial illness
pek. Memimpin > batas kemampuan
The wrong man in the wrong place
pekerjaan yang tidak cocok dengan bakat dan
pendidikannya
Absenteeisme
- tidak dapat bekerja sama
- rasa cemas sebabkan tukak
rasa kuatir lambung
Accident proness : kecenderungan kecelakaan
Absent mindedness: kesungguhan berfikir (-)
Work turn over : lekas jemu pindah
pekerjaan
52. CONTOH BAHAYA POTENSIAL
[BERDASARKAN LOKASI DAN PEKERJAAN DI RUMAH
SAKIT]
JENIS BAHAYA LOKASI PEKERJA YG
BAHAYA POTENSIAL PALING
BERESIKO
FISIK BISING IPS-RS, LAUNDRY, KARYAWAN YG
DAPUR, CSSD, GEDUNG BEKERJA DI
GENSET-BOILER, IPAL LOKASI TSB
GETARAN RUANG MESIN-2 DAN PERAWAT,
PERALATAN YG MENG- CLEANING
HASILKAN GETARAN SERVICE, DLL
(RUANG GIGI, DLL)
DEBU GENSET, BENGKEL PETUGAS SANITA-
KERJA, LABORATORIUM SI, TEKNISI GIGI,
GIGI, GUDANG REKAM PETUGAS IPS DAN
MEDIS, INCINERATOR REKAM MEDIS
PANAS CSSD, DAPUR, LAUNDRY PEKERJA DAPUR,
INCINERATOR, BOILER PEKERJA LAUNDRY
PETUGAS SANITA-
SI DAN IP-RS
53. CONTOH BAHAYA POTENSIAL
[BERDASARKAN LOKASI DAN PEKERJAAN DI RUMAH
SAKIT]
JENIS BAHAYA LOKASI PEKERJA YG
BAHAYA POTENSIAL PALING
BERESIKO
FISIK RADIASI X-RAY, OK YANG MENG- AHLI RADIOLOGI,
GUNAKAN C-ARM, RADIOTERAPIST
RUANG FISIOTERAPI, DAN RADIOGRA-
UNIT GIGI FER, AHLI FISIO-
TERAPI DAN
PETUGAS RONTGEN
GIGI
KIMIA DESINFEKTAN SEMUA AREA PETUGAS KEBER-
SIHAN, PERAWAT
CYTOTOXICS FARMASI, TEMPAT PEKERJA FARMASI,
PEMBUANGAN LIMBAH, PERAWAT, PETU-
BANGSAL GAS PENGUMPUL
SAMPAH
ETHYLENE OXIDE KAMAR OPERASI DOKTER, PERAWAT
54. CONTOH BAHAYA POTENSIAL
[BERDASARKAN LOKASI DAN PEKERJAAN DI RUMAH
SAKIT]
JENIS BAHAYA LOKASI PEKERJA YG
BAHAYA POTENSIAL PALING
BERESIKO
KIMIA FORMALDEHYDE LABORATORIUM, KAMAR PETUGAS KAMAR
MAYAT, GUDANG MAYAT, PETUGAS
FARMASI LABORATORIUM
DAN FARMASI
METHYL : RUANG PEMERIKSAAN PETUGAS/DOKTER
METHACRYLATE, GIGI GIGI, DOKTER
Hg (AMALGAM) BEDAH, PERAWAT
SOLVENTS LABORATORIUM, TEKNISI, PETUGAS
BENGKEL KERJA, SEMUA LABORATORIUM,
AREA DI RUMAH SAKIT PETUGAS
PEMBERSIH
GAS-GAS RUANG OPERASI GIGI, DOKTER GIGI,
ANESTESI OK, RUANG PEMULIHAN PERAWAT, DOKTER
BEDAH, DOKTER /
PERAWAT
ANESTESI
55. CONTOH BAHAYA POTENSIAL
[BERDASARKAN LOKASI DAN PEKERJAAN DI RUMAH
SAKIT]
JENIS BAHAYA LOKASI PEKERJA YG
BAHAYA POTENSIAL PALING
BERESIKO
BIOLOGIK AIDS, HEPATITIS IGD, KAMAR OPERASI, DOKTER, DR GIGI,
B DAN NON A – RUANG PEMERIKSAAN PERAWAT,
NON B GIGI, LABORATORIUM, PETUGAS LABORA-
LAUNDRY TORIUM, SANITA-
SI DAN LAUNDRY
CYTOMEGALOVIR RUANG KEBIDANAN, PERAWAT, DOKTER
US RUANG ANAK YG BEKERJA DI
BAG. IBU & ANAK
RUBELLA RUANG IBU DAN ANAK DOKTER DAN
PERAWAT
TUBERCULOSIS BANGSAL, LABORATORI- PERAWAT, PETU-
UM, RUANG ISOLASI GAS LABORATO-
RIUM,
FISIOTERAPIS
56. CONTOH BAHAYA POTENSIAL
[BERDASARKAN LOKASI DAN PEKERJAAN DI RUMAH
SAKIT]
JENIS BAHAYA LOKASI PEKERJA YG
BAHAYA POTENSIAL PALING
BERESIKO
ERGONO- PEKERJAAN YG AREA PASIEN DAN PETUGAS YG
MIK DILAKUKAN TEMPAT PENYIMPANAN MENANGANI
SECARA MANUAL BARANG (GUDANG) PASIEN DAN
BARANG
POSTUR YG SEMUA AREA SEMUA KARYAWAN
SALAH DALAM
MELAKUKAN
PEKERJAAN
PEKERJAAN YG SEMUA AREA DOKTER GIGI,
BERULANG PETUGAS PEMBER-
SIH, FISIOTERAPIS
SOPIR, OPERATOR
KOMPUTER, YG
BERHUBUNGAN
DGN PEKERJAAN
JURU TULIS
57. CONTOH BAHAYA POTENSIAL
[BERDASARKAN LOKASI DAN PEKERJAAN DI RUMAH
SAKIT]
JENIS BAHAYA LOKASI PEKERJA YG
BAHAYA POTENSIAL PALING
BERESIKO
PSIKO- SERING KONTAK SEMUA AREA SEMUA KARYAWAN
SOSIAL DENGAN PASIEN,
KERJA BERGILIR,
KERJA
BERLEBIH,
ANCAMAN
SECARA FISIK
58. Setiap manusia atau pekerja (worker) mempunyai
“kekhususan” (kekarakteristikan) sendiri sebagai
individual difference karena beberapa hal :
1. Physical ability (kemampuan fisik tenaga kerja)
2. Mental ability (kondisi dan kestabilan mental)
3. Knowledge (tingkat pengetahuan)
4. Habits (kebiasaan)
5. Personality (kepribadian)
6. Character traits (karakter)
59. pekerjaan kebutuhan untuk
melangsungkan kehidupan
beban ≈ kekerasan
Fisik psikis
Bila tdk dikendalikan dg baik
konflik
stress kerja
60. stress kerja psikologi kerja
bila tdk teratasi
ciptakan iklim kerja
yg tenang, mantap, serasi, aman
- Kelelahan ketenangan bekerja/berusaha
- Tingkat kesehatan
- Semangat & prestasi kerja motivasi / prestasi kerja
- Produktivitas kerja produktivitas kerja
61. Alasan –alasan rendahnya laporan
penyakit akibat kerja (PAK)
Ketidaktahuan dalam menegakkan
diagnosa
Perusahaan khawatir terhadap ganti rugi
Hambatan – hambatan teknis dan
administratif
62. Kesukaran / Problema
Mendiagnosa PAK
1. PAK relatif > sulit ditegakkan
diagnosanya, karena banyak PAK
gambarannya mirip penyakit umum
2. Berbagai PAK mempunyai waktu inkubasi
yang lama
3. Kurangnya sarana bantu untuk
mendiagnosa PAK
4. Kurang training / kemampuan dokter
untuk mendiagnosa PAK
64. Informasi Umum
Proses produksi : awal – akhir, produk
sampingan
“Walk through survey”
Informasi /keluhan pekerja
Data / rekam medik
Jenis pekerjaan
Tenaga kerja terpapar
65. Identifikasi Potensi Bahaya
Suhu, bising, getaran, radiasi, tekanan
udara
Bahan kimia, solven, gas, uap
Debu, serat
Virus, bakteri, parasit, jamur
Cara / posisi / sikap kerja / repetitif
Perilaku, kebiasaan
66. Pemeriksaan / Pengujian
Tempat / lingkungan kerja : pengujian
secara detail
Kesehatan pekerja : awal, berkala, khusus
fisik, Lab, RO, audiometri, spirometri
Biomedik / biologik : bahan kimia / metabolit
Analisis Resiko
67. Kesehatan Tenaga Kerja dan
Lingkungan Kerja
Potensi bahaya tenaga kerja pengaruh
/ resiko
terpapar berakibat
Lingkungan kerja terserap tidak berakibat
- Identifikasi pemeriksaan kesehatan - Sehat
- Pengujian pemantauan biologik - Gangguan
- Pengendalian kesehatan
- Penyakit
68. Pemikiran / Predict Adanya
Dugaan PAK
1. Adanya pemaparan yang adekwat :
- konsentrasi (C)
- waktu (T)
2. Adanya absorbsi
3. Adanya gejala keracunan mirip bahan
yang dicurigai
4. Adanya penyakit yang diderita beberapa
orang pekerja sama
69. Langkah – langkah untuk
menegakkan diagnosa PAK
1. Anamnesa riwayat penyakit dan pekerjaan
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan laboratoris
4. Pemeriksaan rontgenologis
5. Pemeriksaan ruang / tempat / alat / bahan
kerja
6. Hubungan bekerja / tidak bekerja
gejala penyakit
70. LANGKAH DIAGNOSA
Anamnesa
riwayat penyakit dan pekerjaan
- penyakit lampau klaim di tempat baru
- pabrik kayu playwood
- pabrik lem
- pabrik tekstil
Pemeriksaan klinis
tanda khusus gangguan penyakit tertentu -
garis – garis hitam pada gusi -
“WRIST DROP” -
anemia -
kolik usus
71. Pemeriksaan laboratoris -
“Biological Monitoring” -
faktor pendukung
(Pb) dalam darah : < 30 µg / 100 cc (normal)
30-80 µg / 100 cc (absorbsi)
> 80 µg / 100 cc (keracunan)
Pemeriksaan radiologis
- bagi mereka yang terpapar (expose) dengan
debu untuk cegah penumopniosis
- film yang dipakai, kriteria “ILO”
73. Pencegahan / Prevention PAK
1. Substitusi
2. Isolasi
3. Ventilasi umum
4. Ventilasi keluar setempat (lokal exhausters)
5. Alat pelindung perorangan (personal protektive
equipment)
6. Pemeriksaan kesehatan : sebelum kerja, rutin,
khusus
7. Penerangan sebelum kerja
8. Pendidikan kesehatan (H.E)
74. Pencegahan penyakit akibat kerja
Meliputi :
Substitusi : melakukan penggantian alat / bahan
yang lebih aman.
Misal : pada proses sand blasting, yang
menggunakan debu pasir / silika, karena jadi
penyebab silikosis diganti dengan Fe, tapi dapat
menyebabkan siderosis, sehingga diganti
dengan aluminium yg lebih aman
Isolasi : mengurung alat / bahan yg berbahaya
agar tidak terekspose pekerja
75. Ventilasi umum : memasukkan udara segar ke
dalam ruang kerja agar terjadi pengenceran
udara yang telah terkontaminasi oleh bahan
berbahaya agar tidak terpapar pada pekerja.
Misal : penggunaan jendela, kisi-kisi atau
exhaust fan
Ventilasi keluar setempat (lokal exhaust) : untuk
kontaminan yang lebih besar karena langsung
menghisap pada dekat dengan sumber
kontaminan sehingga tidak sempat menyebar
ke ruangan kerja
76. Alat pelindung diri (APD) : merupakan langkah
terakhir sebagai upaya mencegah paparan dari
sumber kontaminan. Bila tidak ada cara lain
yang dapat digunakan atau kadar emisi /
kontaminan terlalu besar
Pemeriksaan kesehatan awal / sebelum
bekerja : agar diketahui kondisi kesehatan
pekerja pada awal bekerja, sehingga tidak
mengganggu pada saat melaksanakan
pekerjaannya dan sbg data base untuk
mendeteksi munculnya PAK
77. Pemeriksaan kesehatan :
- Berkala / rutin : untuk memonitoring kondisi
kesehatan pekerja, tentang adanya
kemungkinan pengaruh dari pekerjaannya
(proses alat atau bahan kerja) serta
lingkungan kerjanya
- Khusus : bila ditemukan adanya pengaruh /
gangguan dari pekerjaan pada pekerja, perlu
adanya tindak lanjut guna mengantisipasi
kemungkinan munculnya penyakit akibat kerja
78. Penerangan sebelum bekerja : memberikan
informasi pada pekerja mengenai proses kerja,
alat, bahan dan lingkungan kerja serta
kemungkinan munculnya potensi bahaya
diharapkan pekerja dapat bekerja dengan baik
dan mampu menghindari adanya potensi
bahaya tersebut
Pendidikan kesehatan : memberikan informasi
kepada pekerja agar mampu menjaga dan selalu
meningkatkan kesehatan dirinya. Misal :
hygiene perorangan, pemenuhan gizi,
perilaku sehat (tidak merokok, minuman keras,
narkoba), dsb
80. Macam Pemeriksaan Kesehatan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
No.PER.02/MEN/1980
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
= pre placement health examination
= pre employment helath examination
Pemeriksaan kesehatan berkala
= periodik health examination
= annual helath examination
Pemeriksan kesehatan khusus
= special health examination
81. Klasifikasi hasil pemeriksaan fisik
Baik sekali (tidak ada cacat)
dapat bekerja apapun. Misal : seleksi TNI
Baik (ada cacat kecil dapat dikoreksi)
dapat bekerja. Misal : caries, koreksi mata, reflek
patella menurun
Baik hanya untuk pekerjaan tertentu
mempunyai kekurangan / kecacatan yang bisa
mempengaruhi daya kerja. Misal cacat yang sulit diperbaiki :
hernia, sakit jantung, diabetes, TBC yg sudah tenang
Tidak baik (punya penyakit yang
membahayakan)
tidak dapat dipekerjakan. Misal : penyakit rohani / jiwa,
epilepsi, TBC aktif
82. Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Fisik
Fit for duty : dapat melakukan segala macam
pekerjaan dan tidak ada kelainan fisik atau
cacat
Fit for duty with minor correctable defect :
dapat melakukan tugas / pekerjaan dengan
kelainan ringan yg dapat dikoreksi, misalnya
gangguan ketajaman penglihatan, gigi
berlubang
83. c. Fit for selected / limited duty : dapat melakukan
pekerjaan atau tugas tertentu yang terbatas
karena adanya defek / penyekit yg menetap.
Tenaga kerja ini dpt melakukan pekerjaan yg
khusus dan ditempatkan pada tempat yg
sesuai sekitarnya. Contohnya seseorang yg
buta warna masih dpt ditempatkan pd unit
kerja yg tdk memerlukan persepsi warna
d. Unfit for duty : tidak dapat dipekerjakan pada
saat ini. Misalnya sedang menderita penyakit
menular akut, gangguan jiwa dsb.