2. PENDAHULUAN 1
• Apa itu hipermetropia ?
• Apa itu Kelainan refraksi mata ?
• Data dari International Agency for the Prevention of Bundess (lAPB) dan WHO,
menyatakan bahwa pada tahun 2006 diperkirakan 153 juta penduduk dunia mengalami
gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi.
• Menurut (Paramitasari & Ratnaningsih, 2018) Angka kelainan refraksi di Indonesia,
mencakup 20.7% dari seluruh penyebab kebutaan dan 25% dari seluruh penyebab
gangguan penglihatan sedang dan berat
• Standar yang teraman, pengobatan hipermetropi adalah lensa korektif, yaitu lensa
cembung
4. TINJAUAN PUSTAKA 3
Media refraksi Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh
media penglihatan yang terdiri atas kornea, humor
aqueous, lensa, corpus vitreus, dan retina.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea
5. DEFINISI 4
Hipermetropia merupakan suatu keadaan dimana
bayangan tidak dibentuk tepat di retina, melainkan
dibagian belakang retina atau makula lutea
6. ETIOLOGI 5
• Hipermetropia aksial
• Hipermetropia kurvatur
• Hipermetropia index.
• Hipermetropia posisional
• Tidak adanya lensa baik kongenital atau pun didapat menyebabkan afakia –
kondisi dengan hipermetropia tinggi
7. KLASIFIKASI 6
BERDASARKAN TIPE KLINIS
• Hipermetropia sederhana atau perkembangan
• Hipermetropia patologik.
• Hipermetropia fungsional
9. GEJALA KLINIS 8
• Penglihatan dekat kabur
• Strabismus konvergen (esotropia)
• Sakit kepala frontal
• Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)
• Fotofobia
• Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari
ketegangan
• Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan
jauh kabur
10. DIAGNOSIS 9
ANAMNESIS
• kaburnya penglihatan dekat dan penglihatan yang tidak nyaman
merupakan
• Orang tua dapat mencurigai anak mengalami gangguan panglihatan
apabila mata anak sering merah, teriritasi atau berair, kesulitan dengan
ketajaman penglihatan, atau didapatkan mata anak juling
• Anak yang lebih tua dapat mengeluh pada orangtua atau guru mengenai
gejala visual
11. DIAGNOSIS 10
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang di lakukan dengan cara subyektif dan obyektif. Secara
subjektif dilakukan dengan metode trial and error' dengan alat kartu
snellen dan koreksi yang dilakukan menggunakan lensa. Secara obyektif
dilakukan dengan retinoskopi atau autorefraktometer
14. TATALAKSANA 13
Standar yang teraman, pengobatan hipermetropi adalah lensa korektif.
Koreksi hipermetropi dapat dicapai dengan lensa kacamata dan lensa kontak.
Lensa yang dibutuhkan untuk memperbaiki hipermetropi adalah lensa
cembung yang menyalurkan sinar ringan memasuki mata untuk membawa titik
fokus mata ke retina.
15. KOMPLIKASI 14
• Recurrent styes, blepharitis or chalazion.
• Akomodatif mata juling konvergen.
• Ambliopia.
• anisometropik (pada hipermetropia unilateral),
• strabismus (pada anak-anak yang sedang mengembangkan akomodatif juling)
• ametropik (terlihat pada anak-anak dengan hipermetropia tinggi bilateral yang tidak
dikoreksi)
• Predisposisi untuk mengembangkan glaukoma primer sudut sempit.
27. PEMBAHASAN 26
• Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan ODS Hipermetropi + presbiopi, diagnosa
ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
• Pada anamnesis terdapat keluhan penglihatan kabur pada kedua mata saat
melihat jauh maupun dekat, namun penglihatan dirasa lebih kabur saat melihat
dengan jarak dekat. Pasien juga mengeluhkan kabur saat membaca. Keluhan
dialami sejak kurang lebih 1 bulan terakhir secara perlahan. Pasien telah
menggunakan kacamata sejak usia 18 tahun dan terakhir mengganti ukuran
lensa kacamata 5 bulan yang lalu. Selain itu keluhan disertai gatal pada mata,
mata seperti berpasir dan sakit kepala. Mata merah tidak ada, nyeri tidak ada,
air mata berlebih tidak ada, produksi kotoran berlebih tidak ada.
28. PEMBAHASAN 27
Keluhan pandangan kabur berarti terjadi gangguan pada proses refraksi cahaya
atau proses penerimaan cahaya di retina. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak
pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang
sumbu bola mata
29. PEMBAHASAN 28
Gejala-gejala yang terjadi pada pasien adalah pandangan kabur, sakit kepala,
pusing, mata cepat lelah.Hal ini disebabkan karena adanya bayangan yang tidak
sesuai jatuh di retina membuat persepsi pada otak juga terganggu dan
akomodasi oleh mata terus menerus
30. PEMBAHASAN 29
Tidak adanya keluhan seperti mata merah, nyeri, riwayat kemasukan benda
asing, bengkak, berair banyak, kotoran berlebih, menyingkirkan kelainan
penglihatan yang disebabkan oleh infeksi, benda asing, atau peradangan pada
mata. Tidak ada riwayat trauma juga menyingkirkan kemungkinan gangguan
visus akibat trauma
31. PEMBAHASAN 30
Setelah anamnesis, maka langkah pertama selanjutnya adalah memeriksa
ketajaman penglihatan pasien (visus). Dari pemeriksaan oftalmologi, VOD :
6/30, VOS : 6/20. Pada pemeriksaan menggunakan refraktometri didapatkan
OD= Sph: +1.50 Cyl: - dan OS= Sph: +1.50 Cyl: -. Pada pemeriksaan visus hasil
koreksi didapatkan VOD : 6/6. VOS : 6/6. Dan untuk melihat dekat ditambahkan
lensa sferis +2.50. Hal ini menunjukkan pasien mengalami kelainan refraksi
dengan diagnosis ODS hipermetropia + presbiopia
32. PEMBAHASAN 31
Tatalaksana kasus gangguan refraksi adalah dengan menetralisir gangguan
refraksinya atau mengkoreksi kausalitas gangguan refraksinya. Untuk
menetralisir gangguan refraksinya digunakan kacamata yang sesuai dengan tipe
kelainan refraksinya. Jika pasien mengalami hipermetropia diberikan lensa
cembung/positif/konvergen untuk memperkuat kekuatan refraksi sehingga
bayangan yang tadinya jatuh di belakang retina bergeser tepat di retina
33. KESIMPULAN
32
• struktur bola mata yang berperan dalam proses perjalanan cahaya dari
luar menuju retina, yaitu kornea, humor aquous, lensa, korpus vitreus
dan retina.
• Hipermetropia adalah keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, di
mana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina.
• Pemeriksaan dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif.
• Standar yang teraman, pengobatan hipermetropia adalah lensa
korektif.