Dokumen tersebut membahas tentang aborsi dari berbagai perspektif seperti etika Kristen, hukum, dan medis. Aborsi ditinjau dari etika Kristen sebagai tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan, sementara hukum di Indonesia masih kontradiktif dalam mengatur aborsi. Secara medis, aborsi didefinisikan sebagai kelahiran janin di bawah usia dan berat tertentu.
1. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
ABORSI
DITINJAU DARI ETIKA KRISTEN
I. PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
Masalah Aborsi selalu menghiasi halaman-halaman Surat kabar, Televisi dan berita
di Internet yang berhubungan dengan pengguguran kandungan hasil perselingkuhan., yang
dulu dianggap Tabu dan memalukan, tetapi telah dianggaphal yang biasa saja. Kontan orang
banyak menuduh serta menyalahkan seks bebas sebagai penyebab Aborsi yang semakin
meningkat karena dianggap sebagai hal yang biasa bagi orang-orang tertentu pada zaman
sekarang. Bahkan masih banyak lagi berita-berita lain tentang penemuan bayi atau janin
yang dibuang di sungai, sampah, selokan, dalam karung, sangatlah memprihatinkan bahwa
seolah-olah mereka hanyalah seonggokan daging yang dianggap belum memiliki nilai
kehidupan. Balai kesehatan, klinik, Bidan, Dokter menjadi sorotan public yang
dipersalahkan sebagai pelaksana dan pembunuh manusia. Kalau begitu siapa sebenarnya
yang dapat dipersalahkan , apakah tepat kalau Aborsi di cap “kriminalis”?, bukankah Aborsi
baik untuk menekan peledakan penduduk, ketidakmampuan sosio-ekonomi orang tua, rasa
belas kasihan dan alasan-alasan lainnya.
Perdebatan tentang diterima atau ditolaknya tindakan Aborsi sampai sekarang masih
terus berlanjut dengan berbagai alasan-alasan/argumentasi baik ditinjau dari segi Hukum,
Medis, dan Etika.
I. B. Suatu Kasus
Pada waktu Film “The Silent Scream” di putar di Amerika Serikat, begitu
membangkitkan emosi banyak orang. Dalam film ini dipertunjukkan akibat-akibat dari
Aborsi yang diderita janin perempuan berusia 11 minggu. Didalam rahim janin itu meronta-
ronta dengan sekuat tenaga untuk menahan alat penghisap yang mencabut kepalanya, selang
2. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
1 Dikutip dari : Copy Right: Team Creative Suara Agape 2002. Semarang JATENG Indonesia <http://suaraagape.org/pemuda/Aborsi.php>
2 Dorothy I Marx ; Itu kan Boleh. Yayasan Kalam Hidup, Bandung. 1993. hal 78
3 ibid hal 77
beberapa waktu kemudian janin itu mati terpotong-potong dan kepalanya hancur, kemudian
bagian-bagian tubuhnya terhisap keluar. Janin itu mengalami penderitaan yang luar biasa.
Cara semacam ini dikenal sebagai Curet Sedot (Suction Curettage). Kekuatan alat
penghisap itu mencabik-cabik dan melibas tubuh janin itu sampai hancur, hingga akhirnya
hanya tinggal kepala yang sangat kecil. Dalam beberapa Aborsi kepala bayi terkadang
terlalu besar untuk bisa melewati tabung penghisap, maka orang memasukkan tang kedalam
rahim dimana kepala bayi dalam rahim yang masih mengambang dapat dicengkeram dan
kemudian dihancurkan menjadi potongan kecil agar dapat melewati tabung penghisap.
Pemakaian alat penyedot mendatangkan rasa sakit yang luar biasa mematikan pada sang
bayi. Proses penghancuran ini memakan waktu sekitar 10 menit. Demikian pula pemakaian
larutan garam hipertonik dalam Aborsi juga mendatangkan rasa sakit teramat hebat sekali.
Larutan ini mulai bekerja menyayat tubuh bayi sekitar 2 jam sampai jantung janin benar-
benar berhenti1.
Pernah ada janin yang sudah cukup besar masih sempat menjerit dalam ember. Si
perawat yang menyaksikan peristiwa itu pada saat itu juga memutuskan “Aku tidak akan
mau melakukan tugas ini lagi seumur hidupku. Aku tidak dapat membantu pembunuhan-
pembunuhan seperti ini”2. Dalam buku Abortion the Personal Dilemma, Dr. Gardner
mengemukakan kasus seorang dokter yang melakukan Aborsi terhadap janin berumur 12
minggu. Beliau sempat pula menyelamatkan janin lain yang sama umurnya, yang Ibunya
mengalami kecelakaan. Ketika dokter itu diundang untuk menyaksikan upacara baptisan si
Peter, terlintas dalam pikirannya, “Saya telah menyelamatkan Peter, tetapi apakah saya telah
membunuh Paul atau menggugurkan NOTHING? Sungguh ngeri … tak dapat dibayangkan3.
Melihat beberapa kasus diatas adalah baik untuk menjadi renungan bersama bahwa tindakan
Aborsi menyebabkan semua pihak mengalami penderitaan akan rasa bersalah/berdosa,
trauma, tidak memiliki ketenangan dalam hidupnya.
Jika demikian mengapa tindakan Aborsi yang dimulai dari akibat seks bebas atau
karena tekanan hidup masih saja terus terjadi secara di sengaja (sembunyi). Jelas bahwa
factor globalisasi mendorong makin maraknya pergaulan bebas. Pola hidup lebih baik
“kumpul kebo” ketimbang repot-repot diikat tali pernikahan yang sudah lama berkembang
dalam dunia modern. Bagi kalangan bisnisman, selebritis,wanita karir di kota-kota besar
3. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
4 Tim Redaksi : Kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Dep.Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Jakarta.2001. hal 3.
5 Disadur dari bahan seminar : Etika Kristen dan Aborsi. Dies Natalis XXXI UKRIDA, Humas UKRIDA dan Majalah KAIROS.
Januari, Jakarta. 1998
Indonesia istilah “tidur siang” sudah menjadi hal yang lumrah. Ikatan perkawinan makin
longgar dan bahkan kabur. Pergaulan bebas dan pola hidup semacam ini sangat dekat
dengan persoalan-persoalan Aborsi.
II. PENGERTIAN ABORSI DAN ETIKA KRISTEN
II.A. Aborsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberikan pengertian Aborsi sebagai berikut4 :
Aborsi = Pengguguran kandungan
Berdasarkan tindakan dibagi dalam :
-Aborsi kriminalis : Aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan
bertentangan dengan undang-undang yang berlaku
- Aborsi legal : Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang.
Abortus = Menurut Kedokteran dan Fisiologi adalah Fetus dengan berat kurang dari 500 gr
pada saat dikeluarkan dari uterus, yang tidak mempunyai kemungkinan hidup.
Terbagi lagi : Abortus Habitalis, Abortus inkomplet, Abortus komplet dan Abortus
Provokatus.
Menurut dr. Setiawan Aslim DROG (ahli kandungan) mengatakan bahwa janin yang
lahir dengan usia dibawah 20 minggu disebut Aborsi. Beliau membagi dua macam Aborsi
yaitu Aborsi spontan (abortus spontaneous) yang terjadi dengan sendirinya tanpa campur
tangan manusia dan Aborsi buatan (abortus provocatus) terjadi karena pengguguran sengaja
oleh campur tangan manusia5.
Menurut The World Book Encyclopedia pada hal 14, Aborsi adalah : Berakhirnya kehamilan
seseorang sebelum janin bayi dapat hidup diluar kandungan.
Menurut The New Lexicon Webster’s Encyclopedia Dictionary of the English Language
Deluxe Edition pada hal 3, Aborsi adalah : Pengeluaran janin bayi dari rahim baik secara
paksa maupun secara tidak sengaja.
4. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
6 Dr.J. Verkuyl : Etika Kristen. Jilid I bagian umum.PT.BPK Gunung Mulia, Jakarta.2002. hal 1.
7 Kaleb Manurung. M.Th :Bahan Matakuliah : Etika Kristen. STII Medan. 2006. hal 1.
8 Dikutip sebagian dari dari : Etika dan Moral Kristen <http://www.tftwindo.org/livingwords/SH132005/132005-6.htm>
II. B. Etika Kristen
Kata etika asalnya dari beberapa kata Yunani yang hampir sama bunyinya, yaitu
ethos dan e’thos atau ta ethika dan ta e’thika. Kata ethos artinya kebiasaan, adat. Kata
e’thos dan e’thikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati dengan
mana seseorang melaksanakan sesuatu perbuatan. Etika dalam bahasa Indonesia dengan
tepat oleh kata kesusilaan. Kata “sila” (sansekerta) mempunyai arti norma (kaidah),
peraturan hidup, perintah. Dapat juga berarti sikap, keadaban, siasat batin, perikelakuan,
sopan santun dan sebagainya. Kata su berarti baik, bagus, yang menerangkan bahwa norma
itu baik. Karena itu kata kesusilaan tepat untuk menyatakan pengertian etika6.
Etika Kristen adalah ilmu teologia yang memberikan refleksi dan jawaban atas
pertanyaan “apa yang saya harus lakukan sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan
Yesus Kristus dan sebagai anggota gerejaNya (What ought to do, What am I as a believer in
Jesus Christ and as a member His Church to do)7.
Dalam PB memakai kata “ethe chrestha” (I Kor 15:33), tingkah laku yang baik dari
manusia yang beradab, yang bertindak dengan baik, sopan dan sesuai dengan petunjuk
Alkitab (kata “kebiasaan yang baik” dalam bahasa inggris “good manners” artinya
“kelakuan baik”). Etika Kristen menitikberatkan bukan hanya pada ekspresi lahiriah,
melainkan juga pada “pikiran dalam hati”, motif, kecenderungan perasaan, khayalan dan
sebagainya. Tidak mempersoalkan “apa” atau “siapa” manusia itu, tetapi bagaimana
manusia seharusnya berbuat atau bertindak. Bagaimana tingkah laku yang
bertanggungjawab terhadap Allah dan manusia, bagaimana kita berbuat dan bertindak
menurut terang Firman Allah (I Kor 10:23,31, 6:19-20;Rom 6:12-14, 12:1,2; Ef 5:8)8.
III. TINJAUAN ABORSI DARI BERBAGAI PANDANGAN
III. A. Aborsi ditinjau dari sudut Hukum
Bila kita meninjau Aborsi secara hukum di Indonesia, memang disadari masih
banyak kontradiksi antara peraturan perundangan dengan yang lainnya. Tentu yang dibahas
adalah Aborsi provokatus (Aborsi yang disengaja).
5. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
9 Diambil dari bahan Seminar : Legal Opinion Urgensi RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP), Tim Pengajar FHUI-Depok
Jakarta, Maret. 2006
10 Penjelasan atas UU RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 9 ayat 1.
Berdasarkan asas Lex Specialis Derogate Legi Generalis, RUU APP akan berlaku
sebagai hukum khusus, yang akan mengesampingkan hukum umum (dalam hal ini KUHP)
jika terdapat pertentangan diantara keduanya. Hal ini sudah banyak terjadi dalam UU di RI,
sebagai contoh adalah UU kesehatan sebagai lex specialis (hukum khusus) dengan KUHP
sebagai lex generalis (hukum umum). Dalam pasal 15 ayat (1) UU No.23 tahun 1992
tentang kesehatan diatur perihal diperbolehkannya Aborsi atas indikasi medis, yaitu dalam
keadaan darurat yang membahayakan jiwa ibu hamil. Berbeda dengan UU kesehatan,
KUHP sama sekali tidak memperkenankan tindakan Aborsi, apapun bentuk dan alasannya.
Artinya dalam hal ini, jika terjadi suatu kasus Aborsi atas indikasi medis, berdasarkan asas
lex specialis derogate legi generalis, maka yang berlaku adalah UU kesehatan dan bukan
KUHP9.
Demikian halnya sesuai Penjelasan atas UU RI No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia pada Pasal 9 ayat (1) yang dikutip sebagai berikut : Setiap orang berhak atas
kehidupan, mempertahankan kehidupan dan meningkatkan taraf kehidupannya. Hak atas
kehidupan ini bahkan juga melekat pada bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana
mati. Dalam hal atau keadaan yang sangat luar biasa yaitu demi kepentingan hidup ibunya
dalam kasus Aborsi atau berdasarkan putusan pengadilan dalam kasus pidana mati, maka
tindakan Aborsi atau pidana mati dalam hal dan atau kondisi tersebut masih dapat
diizinkan. Hanya pada dua hal tersebut itulah hak untuk hidup dapat dibatasi10.
III. B. Aborsi ditinjau dari sudut medis
Dalam dunia kedokteran bahwa janin yang lahir dengan berat badan yang sama atau
kurang dari 500 gr tidak mungkin hidup diluar kandungan, meskipun ada laporan kedokteran
yang menyatakan bahwa ada janin dibawah 500 gr yang dapat hidup. Karena janin dengan
berat badan 500 gr sama dengan usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin di bawah
20 minggu tersebut sebagai Aborsi. Ada Negara tertentu memakai batasan 1000 gr sebagai
Aborsi, menurut UU RI, kematian janin dibawah 1000 gr tidak perlu dilaporkan dan dapat
dikuburkan diluar Tempat Pemakaman Umum.
6. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
11 Disadur dari bahan seminar : Etika Kristen dan Aborsi. Dies Natalis XXXI UKRIDA, Humas UKRIDA dan Majalah KAIROS.
Januari, Jakarta. 1998
12 Dikutip sebagian dari :Aborsi <http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/Aborsi.htm>
III. B.1. Ada beberapa penyebab dilakukannya Aborsi berdasarkan tinjauan medis :
* kelainan pertumbuhan Zygote
Penyebab paling sering terjadinya Aborsi dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk zygote, embrio, janin maupun placenta.
Ternyata 50% - 60% dari Aborsi in berhubungan dengan kelainan kromosom
* Faktor Ibu
Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling
banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bacteria atau virus
dapat menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan
Aborsi, meskipun dapat menyebabkan kematian janin atau persalinan premature.
Kelainan pada uterus (rahim) dapat menyebabkan Aborsi spontan11.
Menurut UU di Indonesia, ada tindakan dapat dibenarkan ketika mengakhiri kehamilan
pada saat janin belum dapat hidup dan demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu.
Keadaan kesehatan yang membahayakan nyawa ibu dalam keadaan hamil dikarenakan
adanya penyakit jantung yang berat, penyakit hypertensi berat serta beberapa penyakit
kanker12.
III. B. 2. penggunaan alat kontrasepsi
Untuk mengatur atau mengontrol kelahiran anak dan pertumbuhan penduduk
pemerintah RI mulai tahun 1970 sudah memasyarakatkan Keluarga Berencana yang disertai
dengan pemakaian alat kontrasepsi seperti : Diafragma, kondom, Pil/Tablet, Spermisida,
Suntikan/susuk dan spiral atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
Berdasarkan berbagai pandangan diatas, apapun alasannya tujuannya tentu adalah mencegah
atau membunuh pembuahan yang telah terjadi antara sperma dan sel telur yang
menghasilkan Fetus atau Zygote.
7. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
13 Dikutip dari : Copy Right: Team Creative Suara Agape 2002. Semarang JATENG Indonesia <http://suaraagape.org/pemuda/Aborsi.php>
14 Ibid
III. C. Aborsi ditinjau dari sudut Etika Kristen.
III. C.1. Aborsi di mata Tuhan
Sebagaimana telah dibahas bahwa fetus dan zygote sebenarnya adalah janin bayi
atau manusia. Bukankah fetus atau zygote itu berkembang dalam kandungan dan akan lahir
sebagai bayi ? lalu bagaimana orang mengatakan bahwa fetus atau zygote bukan manusia .
Apa yang dikatakan Firman Allah dalam Maz 139 : 13-16; 51:7 adalah membuktikan bahwa
fetus adalah manusia. Berarti penggunaan kotrasepsi adalah tindakan Aborsi di mata
Allah13.
Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah membedakan kehidupan janin
dalam kandungan dengan bayi yang telah dilahirkan. Allah sendiri mengidentifikasikan
bayi yang belum lahir sebagai seorang pribadi (Maz 139 :16), Ayub juga mengungkapkan
“TanganMulah yang membentuk dan membuat aku. Engkau mengenakan kulit dan daging
kepadaku, serta menjalin aku dengan tulang dan urat” (Ayub 10:11). Dalam Yeremia 1:5
Tuhan berfirman,”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau”.
Disini Alkitab menggambarkan bagaimana hubungan Allah dengan janin yang masih berada
dalam kandungan, dimana Allah memandangnya sebagai pribadi yang utuh. Alkitab juga
menunjukkan bahwa kehidupan manusia adalah milikNya, dan bukan milik manusia14.
Jelaslah kehidupan kehidupan manusia diciptakan dan dimiliki Allah, tak seorangpun
yang berhak mengambil dariNya. Aborsi tidak dibenarkan oleh Tuhan, Aborsi dilarang oleh
Alkitab. Aborsi salah di mata Tuhan. Pengguguran kandungan merupakan pembunuhan
yang biadab. Mungkin manusia dapat dikelabui, tetapi di mata Tuhan tetaplah suatu dosa
pembunuhan, baik sang pelaku maupun sang pembantu Aborsi. Yeremia menilai mereka
dengan mengatakan,”Matamu dan hatimu hanya tertuju kepada pengejaran untung, kepada
penumpahan darah orang yang tidak bersalah, kepada pemerasan dan kepada
penganiayaan.” (Yer 22:17). Tuhan bahkan menjatuhkan sanksinya,”Apabila kamu
menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun
kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh
dengan darah” (Yes 1:15). Aborsi telah menjadi penghancur kehidupan umat manusia
terbesar sepanjang sejarah dunia.
8. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
15 Dikutip dari : Janin dan Bayi dalam Firman Tuhan <http://www.aborsi.org/Aborsi-agama.htm>
III. C. 2. Tinjauan Teologis
(Komunikasi dua bayi dalam kandungan)
Menurut Alkitab usia kehamilan Elisabeth (bayi Yohanes Pembaptis) adalah 6 bulan (Luk
1:36) saat Malaikat Tuhan bertemu Maria,”Sesungguhnya engkau akan mengandung (jadi
saat itu belum hamil) dan akan memperanakkan seorang laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus” (Luk 1:31). Berapakah usia kehamilan Maria (bayi Yesus) saat itu ?.
dikatakan dalam Luk 1 : 39 : beberapa waktu kemudian (KJV ditulis “in those days” artinya
beberapa hari kemudian), Maria yang sedang bersukacita berkunjung kerumah Elisabeth
yang diperkirakan jauhnya perjalanan kira-kira beberapa hari saja. Setelah Maria tiba dan
memberi salam, mereka bersekutu begitu manis. “Dan ketika Elisabeth mendengar salam
Maria, melonjaklah anak yang ada di dalam rahimnya dan Elisabeth pun penuh dengan Roh
Kudus” (Luk 1:41). Diperkirakan usia kehamilan Maria saat itu tentu hanya 3- 4 hari saja.
Dengan adanya komunikasi diantara kedua bayi itu, menunjukkan bahwa Allah mengakui
kedua bayi itu manusia penuh dan telah ada persekutuan yang manis diantara mereka dengan
Roh Kudus15.
IV. KESIMPULAN
1. Ada keluarga pendeta yang sangat miskin, mempunyai 14 anak dan istri baru saja
mengandung anak ke 15, dengan mempertimbangkan factor kemelaratan mereka apakah
sebaiknya mereka melakukan Aborsi ? Bila demikian mereka telah membunuh John
Wesley, seorang pembawa Kebangunan Rohani terbesar di abad ke-19.
2. Sang ayah menderita sakit pernafasan, ibunya menderita TBC dengan 4 orang anak, yang
pertama buta, kedua meninggal, anak ketiga tuli dan anak keempat menderita TBC, dan
sang ibu hamil lagi. Apakah sebaiknya mereka melakukan Aborsi ? jika demikian
mereka telah membunuh Beethoven.
3. Seorang pria kulit putih memperkosa anak perempuan kulit hitam berumur 13 tahun,
anak itu hamil. Apakah sebaiknya mereka melakukan Aborsi ? jika demikian mereka
telah membunuh Ethel Waters, seorang penyanyi Gospel yang luar biasa.
9. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
4. Seorang remaja perempuan hamil. Dia belum menikah. Pasangannya bukanlah ayah dari
bayi yang dikandungnya, dan pria itu sangat kecewa. Apakah sebaiknya mereka
melakukan Aborsi ? jika demikian mereka telah membunuh Yesus Kristus dan
membatalkan karya penyelamatan umat manusia.
Jadi apapun alasan tindakan Aborsi dengan berbagai argumentasinya, jika ditinjau dari
etika Kristen dalam hal ini berdasarkan terang Firman Tuhan, adalah tidak dibenarkan.
Karena kehidupan adalah milik Allah sebagai pemberi kehidupan, dan Allah tetap memiliki
rancangan indah bagi seluruh kehidupan manusia apapun keadaannya (Yer 29:11) karena
untuk itulah Dia datang di dunia untuk memberi hidup kepada umat manusia yang percaya
kepadaNya.
Bila di tinjau lebih jauh, ada banyak firman Allah berbicara tentang kedaulatana Allah akan
kehidupan manusia :
1. Janin dalam kandungan memiliki Nyawa (Kej 16:11; 25:21-26, Hos 12:2-3, Rom
9:10-13, Yer 1:5, Yes 7:14; 44:2,24; 46:3; 49:1-2; 53:6, Ayub 10:8-12, Maz 139:13-
16, Mat 1:18-20, Hak 13:3-7)
2. Aborsi karena alasan Janin yang catat tidak dibenarkan Tuhan (Yoh 9:1-3, Kis
17:25-29,Maz 94:9, Rom 8:28, Im 19:14, Yes 45:9-12)
3. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan (Kej 19:36-38;
50:20, Rom 8:28)
4. Tuhan tidak pernah menghendaki anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya
(Yeh 16:20-21, Yer 32:35, Kel 1:15-17, Maz 106:37-42, II Raj 16:3;17:17; 21:6, Ul
12:31;18:10-13, Im 18:21,24,30)
5. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya ( Kej 30:1-2, Maz
127:3-5).
10. Ir. Daniel Saroengoe, MA – PESAT Ministry
DAFTAR PUSTAKA
Aborsi.http://www1.bpk.penabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/Aborsi.htm
Dorothy I. Marx; Itu kan Boleh. Yayasan Kalam Hidup, Bandung. 1993
Etika dan Moral Kristen <http://www.tftwindo.org/livingwords/SH132005/132005-6.htm>
Humas UKRIDA dan Majalah KAIROS; Bahan Seminar : Etika Kristen dan Aborsi.
Dies Natalis XXXI UKRIDA. Januari, Jakarta. 1998.
Janin dan Bayi dalam Firman Tuhan <http://www.aborsi.org/Aborsi-agama.htm>
J.Verkuyl. DR; Etika Kristen Jilid I Bagian Umum. PT. BPK. Gunung Mulia
Jakarta. 2002.
Kaleb Manurung M.Th; Bahan Matakuliah Etika : Etika Kristen. STII Medan. 2006
Penjelasan atas UU RI No. 39 tahun 1999 tentang : Hak Asasi Manusia. Pasal 9 ayat 1.
Tim Creative Suara Agape; Copy Right : Aborsi. Semarang, JATENG Indonesia. 2002
<http://suaraagape.org/pemuda/Aborsi.php>
Tim Pengajar FHUI-Depok ; Bahan Seminar :Legal Opinion Urgensi RUU Anti Pornografi
Dan Pornoaksi (RUU APP). Maret, Jakarta. 2006
Tim Redaksi : Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Pendidikan
Nasional, Balai Pustaka, Jakarta. 2001