Dokumen tersebut memberikan panduan tentang teknik fasilitasi proses pembelajaran. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu (1) definisi fasilitator dan peranannya dalam memfasilitasi proses pembelajaran, (2) cara mempersiapkan proses pembelajaran yang efektif dengan melibatkan peserta secara aktif, dan (3) berbagai teknik untuk menarik perhatian peserta, meningkatkan pemahaman, melibatkan peserta, dan mem
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Teknik fasilitasi
1.
2. Teknik Fasilitasi KRR
█ PANDUAN FASILITASI
1. Apa yang Dimaksud dengan Fasilitator?
2. Bagaimana Mempersiapkan Proses Belajar yang Efektif?
3. Lima Cara untuk Menarik Perhatian Peserta
4. Lima Cara Meningkatkan Pemahaman Peserta secara Optimal
5. Lima Cara Melibatkan Peserta dalam Proses Belajar
6. Lima Cara Memastikan Peserta Memahami Topik-topik Bahasan
7. Beberapa Cara Efektif Lain untuk Menyampaikan Topik Bahasan
8. Apa Saja yang Harus Dipenuhi untuk Menjadi Fasilitator yang Efektif?
9. Hal-hal Lain yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Fasilitator
10. Fasilitator yang Baik Adalah
11. Sikap Mental Seperti apa Yang Diperlukan dalam Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi
12. Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja
13. Sumber
Definisi Fasilitator
Fasilitator adalah orang yang membantu berjalannya proses belajar di dalam suatu
kelompok. Ia memiliki dua fungsi sekaligus :
pemimpin utama, memberikan instruksi kepada para peserta mengenai apa yang
harus mereka lakukan
pembantu kelompok, selalu bersedia untuk mendengarkan serta memberikan
rasa nyaman pada para peserta untuk dapat menjalani proses belajar dengan
optimal
Bagaimana Mempersiapkan Proses Belajar yang
Efektif?
Fasilitasi adalah sebuah proses sadar untuk membantu atau memudahkan kelompok
memenuhi tugasnya (belajar, berlatih, dll) dalam kelompok. Agar dapat
memfasilitasi kelompok dengan baik maka orang yang melakukan proses fasilitator
perlu memahami terlebih dahulu apa yang difasilitasi, yaitu :
1. proses pembelajaran
2. proses keterlibatan (partisipasi), diskusi atau berbagi pengalaman, dan
dinamika kelompok.
Belajar bukanlah sebuah proses memasukan informasi dari satu pihak ke pihak yang
lain. Belajar membutuhkan keaktifan dari orang yang bersangkutan (siswa, peserta
diskusi, dll). Agar sebuah proses belajar efektif, maka yang terpenting adalah
melibatkan peserta ajar dalam proses pembelajaran tersebut. Ceramah seringkali
tidak efektif sebagai proses belajar karena menempatkan peserta ajar sebagai pihak
Multimedia Materi KRR
1
3. Teknik Fasilitasi KRR
yang pasif sehingga peserta ajar cenderung akan bosan dan kehilangan perhatian.
Untuk menjadikan ceramah sebagai cara efektif, maka dalam proses belajar peserta
perlu dilibatkan secara aktif melalui teknik-teknik partisipatif seperti diskusi, Tanya-
jawab, simulasi, permainan, dll. Untuk itulah diperlukan pengetahuan dan
ketrampilan memfasilitasi proses belajar dengan baik.
Lima Cara untuk Menarik Perhatian Peserta
Untuk menyampaikan pesan atau informasi secara efektif, pastikan adanya minat
dan perhatian peserta atau kelompok diskusi. Untuk itu jangan langsung masuk
dalam topik bahasan tetapi pancing dahulu perhatian dan minat dengan berbagai
cara secara bervariasi.
Permainan atau kegiatan pengantar
Mulailah dengan sebuah permainan atau kegiatan kecil yang menarik untuk
membangkitkan minat peserta ajar. Misalnya : permainan mengenai komunikasi
satu arah dan dua arah untuk menunjukkan bahwa komunikasi satu arah biasanya
tidak efektif.
Anekdot
Mulai dengan sebuah kisah fiksi, cerita nyata, kutipan berita, atau gambar yang bisa
mengantar topik yang akan dibahas. Misalnya : cerita tentang anak pengguna
NAPZA yang tertidur sehingga terkunci di kelas; poster tentang NAPZA, dll.
Kasus Nyata
Sampaikan kasus menyangkut topik yang akan dibahas, misalnya : kasus
ditemukannya pabrik exctacy di Tanggerang yang memproduksi jutaan pil exctacy
Pertanyaan atau Test
Ajukan beberapa pertanyaan awal yang berhubungan dengan topik yang akan
dibahas walaupun peserta tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai
topik tersebut – agar peserta termotivasi untuk mendengarkan dan dengan demikian
memperoleh jawabannya atas pertanyaan yang diajukan. Sebagai contoh, Fasilitator
dapat menanyakan : “mengapa seseorang tidak bisa berhenti merokok walaupun ia
ingin sekali berhenti?”. Biarkan beberapa peserta menjawab walaupun sekedar
menduga-duga. Kemudian fasilitator dapat mengatakan “jawabannya akan muncul
dalam pembahasan dan topik yang akan saya sampaikan”! Contoh lain : Lakukan
test kecil di awal pertemuan, misalnya Test Benar – Salah. Fasilitator
mempersiapkan beberapa pernyataan dan peserta diminta memperkirakan apakah
pernyataan pernyataan tersebut benar atau salah. Biarkan peserta menjawab sejauh
yang mereka tahu. Katakan bahwa mana pernyataan yang benar dan mana yang
salah akan muncul dalam pembahasan atau diskusi selanjutnya.
Multimedia Materi KRR
2
4. Teknik Fasilitasi KRR
Ringkasan Isi
Sampaikan beberapa pokok-pokok penting dari topik yang akan dibahas secara
menarik dan bersemangat di awal pertemuan, agar peserta tertarik dan mau terlibat
untuk mengikutinya. Fasilitator dapat mengatakan : “dalam satu jam mendatang,
kita akan menemukan bagaimana kita bisa menyelamatkan anak-anak kita dari
kehancuran akibat NAPZA”
Lima Cara Meningkatkan Pemahaman Peserta secara
Optimal
Setelah memastikan adanya perhatian dan minat peserta terhadap topik yang akan
disampaikan, fasilitator harus berusaha membantu peserta untuk memahami topik
bahasan sesungguhnya. Peserta akan belajar lebih banyak bila dapat memusatkan
perhatian pada topik bahasan dan bila mereka bisa melihat relevansi atau kaitannya
dengan diri mereka sendiri (masalah mereka, kepentingan mereka, kebutuhan
mereka). Beberapa cara yang bisa dipakai untuk meningkatkan pemahaman
peserta:
Garis Besar (Pointers)
Di awal pembahasan, buatlah beberapa point penting yang akan dibahas dalam
bentuk ringkasan (lisan atau tulisan) agar peserta bisa mengetahui sebelumnya apa
saja yang akan dibahas dan karena itu mengikuti proses dengan lebih terarah
Kata-kata Kunci
Gunakan kata-kata kunci untuk menunjuk pada topik-topik bahasan penting agar
peserta mudah mengingat. Untuk itu fasilitator bisa membuat atau menggunakan
rumus-rumus yang mudah diingat seperti SMART (Specifik, Measurable, Achievable,
Reasonable, Timebound; dll)
Contoh-contoh
Sebanyak mungkin gunakan contoh-contoh konkrit dan nyata dari kehidupan sehari-
hari. Kasus-kasus nyata dari surat kabar yang relevan dengan topik mempermudah
peserta membayangkan dan memahami pokok bahasan yang disampaikan.
Analogi
Bila memungkinkan maka gunakan analogi/persamaan mengenai topik tertentu
dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki peserta. Misalnya :
tersumbatnya pembuluh darah oleh nikotin atau zat lain dibandingkan dengan
sedotan yang tersumbat oleh butiran makanan. Fasilitator perlu mencari analogi-
analogi yang bisa membantu peserta untuk memahami secara mudah (konkrit)
konsep-konsep yang abstrak, terutama bila peserta adalah anak-anak.
Multimedia Materi KRR
3
5. Teknik Fasilitasi KRR
Alat Bantu Visual
Gunakan alat-alat penunjang untuk memvisualisasi topik bahasan. Alat penunjang
seperti flip-chart, lembar transparan, gambar, dll. bisa sangat membantu peserta
untuk mendengar sekaligus melihat apa yang disampaikan
Lima Cara Melibatkan Peserta dalam Proses Belajar
Walaupun metode utama yang dipakai fasilitator adalah ceramah ketika
menyampaikan pokok bahasan tertentu, tetapi selalu harus diusahakan keterlibatan
peserta dalam proses. Keterlibatan peserta akan meningkatkan efektifitas belajar.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk melibatkan peserta:
Peran Pendengar
Di akhir ceramah / pembahasan topik-topik tertentu fasilitator meminta peserta
untuk memberikan umpan balik (feed-back) atau tanggapan. Beberapa cara : minta
peserta menyampaikan rangkuman atau poin-poin penting (intisari) dari pokok
bahasan secara tertulis atau lisan, peserta diminta mengajukan pertanyaan
mengenai hal-hal yang masih perlu penjelasan, atau peserta diminta menjawab
beberapa pertanyaan quis yang sudah disiapkan fasilitator
Mencatat
Fasilitator berhenti sejenak di tengah proses ceramah/pembahasan untuk memberi
kesempatan peserta mencatat ide-ide menyangkut topik bahasan yang terpikir oleh
peserta (tidak harus berupa rangkuman)
Jeda
Fasilitator berhenti pada tahap-tahap tertentu untuk memberi peluang pada peserta
memberikan contoh-contoh konkrit berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
peserta sendiri. Bisa juga fasilitator mengajukan satu atau dua pertanyaan yang
relevan dengan topik yang sedang dibahas, sebelum melanjutkan ceramah atau
pembahasan topik tersebut.
Sinergi Diskusi
Membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberi mereka informasi yang
berbeda-beda (dalam bentuk kasus, hand-out, ringkasan, pertanyaan, atau bentuk
lainnya) untuk didiskusikan dalam kelompok masing-masing. Setelah diskusi setiap
kelompok menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Fasilitator
kemudian memfasilitasi diskusi dan tanya jawab di antara kelompok-kelompok
tersebut.
Simulasi
Melakukan kegiatan-kegiatan atau permaianan untuk memperjelas ide-ide tertentu.
Misalnya ketika membahas soal pengaruh/tekanan kelompok sebaya terhadap
Multimedia Materi KRR
4
6. Teknik Fasilitasi KRR
penggunaan NAPZA, fasilitator bisa meminta peserta melakukan role-play atau main
peran mengenai topik tersebut. Peserta diminta berpasangan, satu orang
berperansebagai anak yang memaksa temannya menggunakan NAPZA, dan satu lagi
sebagai anak yang dipaksa. Lihatlah proses permainan tersebut dan bahaslah proses
permainan tersebut dengan mengacu pada topik yang sedang dibahas (tekanan
sebaya, konseling, dll).
Lima Cara Memastikan Peserta Memahami Topik-topik
Bahasan
Biasanya fasilitator mengakhiri pembahasan/proses belajar dengan membuat
kesimpulan ringkas atau melakukan sesi tanya jawab. Kedua cara tersebut sangat
bermanfaat untuk memastikan bahwa peserta cukup memahami topik-topik
bahasan. Tetapi ada cara-cara efektif lain yang lebih menarik untuk dilakukan.
Conference
Undang peserta untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
fasilitator. Bisa juga fasilitator yang menyediakan beberapa pertanyaan di akhir
pembahasan dan pesertalah yang memilih pertanyaan mana yang harus dijawab
oleh fasilitator. Cara lain adalah membagi peserta dalam kelompok yang terdiri atas
4 atau 5 orang dan minta setiap kelompok membuat satu atau dua pertanyaan yang
relevan dengan topik bahasan untuk diajukan pada fasilitator. Pertanyaan dapat
bersifat dugaan, kasus, atau apapun.
Diskusi Kelompok
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil di akhir proses belajar
dan setiap kelompok diminta mendiskusikan hubungan antara beberapa pokok
bahasan dengan situasi nyata peserta sendiri. Topik atau pertanyaan diskusi sudah
disiapkan sebelumnya, misalnya:
• Hal-hal apa saja dalam pembahasan yang baru bagi anda dan mana yang
tidak baru?
• Hal apa saja dalam pokok bahasan yang sesuai dengan situasi nyata kamu
sehari-hari?
• Apa yang bisa kamu lakukan kalau salah satu saudara / teman akrab kamu
mengalami ketergantungan pada NAPZA
• Apa saja yang akan kamu sampaikan pada teman-teman sebaya kamu bila
kamu diminta menerangkan mengenai NAPZA ?
• dst.
Pembahasan Kasus
Bagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil dan minta setiap kelompok
mendiskusikan kasus-kasus yang berkaitan dengan masalah NAPZA (kasus-kasus
harus dipikirkan dan disiapkan sebelumnya). Biarkan kelompok berdiskusi sampai
Multimedia Materi KRR
5
7. Teknik Fasilitasi KRR
tuntas dan membagikan hasil diskusinya kepada kelompok-kelompok lain secara
bergantian. Biarkan kelompok berdebat seperlunya asal masih dalam situasi yang
sehat. Fasilitator cukup mengkoreksi bila terjadi kekeliruan.
Ulasan oleh Peserta
Memberikan test-test atau pertanyaan-pertanyaan umum mengenai topik bahasan
dan membiarkan peserta berpasangan atau dalam kelompok mencocokkan jawaban-
jawaban mereka serta membahasnya bersama.
Kegiatan Experiensial
Menciptakan sebuah kegiatan yang intinya menceritakan kembali pokok-pokok
bahasan secara singkat dan padat. Untuk itu bisa digunakan drama, main peran,
permainan, simulasi, atau tugas. Fasilitator harus mempersiapkan sebuah atau
beberapa skenario umum dari kegiatan tersebut untuk dilakukan para peserta.
Melalui kegiatan tersebut peserta “dipaksa” untuk mengingat kembali (review) topik-
topik bahasan dan mengungkapkannya secara lisan, tulisan atau melalui aksi lain.
Beberapa Cara Efektif Lain untuk Menyampaikan Topik
Bahasan
Demonstrasi
Yaitu merancang topik bahasan untuk langsung diperagakan oleh peserta. Misalnya :
beberapa peserta diminta memerankan kelompok perokok yang berhadapan dengan
kelompok bukan perokok. Kedua kelompok diminta saling berargumentasi mengenai
kebiasaan dan kepentingannya masing-masing sambil memperagakannya dalam
gerak dan kata-kata. Dari demonstrasi tersebut, fasilitator bisa mengemukakan
konsep-konsep lain yang relevan.
Studi Kasus
Yaitu mencari atau merancang kasus yang harus didiskusikan dan dianalisis oleh
kelompok. Kasus harus berkaitan dengan topik bahasan. Misalnya : Kasus tentang
seorang remaja yang tidak merasa nyaman di rumahnya sehingga mencari hiburan
bersama teman-teman. Agar diterima oleh kelompok maka ia melakukan apa saja
yang dilakukan kelompok. Suatu hari kelompok mengajaknya ke sebuah tempat
hiburan dimana mereka ditawari NAPZA jenis putaw. Terjadi perdebatan antara
anggota kelompok yang mau mencoba dan yang tidak mau mencoba. Akhirnya
beberapa anggota mengunakan putaw dan mabuk berat sedangkan teman yang
tidak memakai terpaksa mengurusi yang mabuk, dst. (fasilitator bisa mencari kasus
atau membuat kasus sendiri sesuai dengan kenyataan)
Ceramah Terarah
Yaitu membahas topik-topik yang diajukan sendiri oleh peserta (tentu dengan
mengacu pada topik bahasan yang tersedia seperti isi buku ini). Salah satu cara
Multimedia Materi KRR
6
8. Teknik Fasilitasi KRR
adalah dengan pertama-tama mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta,
misalnya:
• tahukan anda singkatan dari NAPZA dan artinya?
• tahukan anda jenis-jenis NAPZA?
• mengapa orang menggunakan NAPZA?
• mengapa orang menyalahgunakan NAPZA?
• apa saja risiko penyalahgunaan NAPZA?
• Dst
Biarkan peserta menjawab sesuai dengan pengetahuannya. Dari jawaban-jawaban
peserta, fasilitator bisa memperoleh mengetahui apa yang sudah mereka ketahui
dan apa yang belum. Jawaban-jawaban pesertalah itulah yang menjadi dasar untuk
ceramah/diskusi lanjutan. Cara lain adalah (fasilitator) mengajukan pertanyaan
seperti: “dari apa yang kita baca di Koran-koran selama ini mengenai kasus-kasus
penyalahgunaan NAPZA, apa saja yang ingin kalian ketahui lebih banyak?” (topik-
topik yang mungkin muncul : jenis NAPZA, mengapa orang menyalahgunakan
NAPZA, akibat penyalahgunaan NAPZA, dll).
Diskusi Kelompok Terarah
Yaitu memberi peluang pada peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka
mengenai topik-topik NAPZA terlebih dahulu. Salah satu cara adalah membagi
peserta dalam kelompok dan membiarkan mereka membaca hand-out (ringkasan
yang dibuat fasilitator) serta mendiskusikannya dalam kelompok. Setelah diskusi,
kelompok bisa menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok lain, secara
bergantian. Di akhir proses diskusi, fasilitator bisa menambahkan informasi yang
kurang dan mengkoreksi pendapat yang salah dengan mengacu pada isi buku ini.
Cara lain adalah memberi setiap kelompok hand-out (ringkasan topik) yang
berbeda-beda sehingga terjadi diskusi yang lebih bervariasi.
Baca Dan Diskusi
Fasilitator membagi ringkasan (hand-out) mengenai topik-topik atau sub-topik yang
berbeda-beda kepada setiap anggota kelompok. Setelah membaca, setiap anggota
kelompok saling berbagi mengenai apa yang dibacanya dalam kelompok. Fasilitator
bisa meminta wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dalam kelompok
dan membahasnya secara umum.
Mencari informasi
Fasilitator menyiapkan beberapa pertanyaan tertulis. Selain itu fasilitator juga
menyiapkan sumber-sumber informasi tertulis berupa hand-out, kliping koran dan
majalah, buku, gambar, dsb yang relevan dengan topik (NAPZA). Kelompok peserta
kemudian mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan tertulis dari sumber-sumber
yang tersedia. Untuk lebih menghidupkan suasana, fasilitator dapat membuat
perlombaan yang menyenangkan : kelompok yang paling dahulu selesai (dengan
jawaban-jawaban yang benar) dianggap pemenang dan memperoleh
Multimedia Materi KRR
7
9. Teknik Fasilitasi KRR
penghargaan/hadiah (harus disiapkan). Masih banyak cara alternatif yang bisa
diterapkan fasilitator untuk menyampaikan topik-topik NAPZA secara efektif tetapi
menarik. Untuk itu fasilitator harus berani mengembangkan cara-cara baru secara
bervariasi seperti main peran, simulasi, drama kecil, permainan, observasi dan lain-
lain. Agar dapat menerapkan setiap cara dengan baik, fasilitator mau tidak mau
harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan (seluk beluk NAPZA), ketrampilan
(memfasilitasi kegiatan) dan bahan penunjang (hand-out, daftar pertanyaan, kasus,
artikel/berita dari koran/majalah, gambar, foto, flipchart, dll) yang memadai. Agar
tidak membosankan fasilitator sebaiknya menggunakan cara-cara seberagam
(variasi) mungkin.
Selalu ciptakan suasana yang nyaman bagi peserta. Suasana nyaman merupakan
kunci keberhasilan untuk memperoleh perhatian dan keterlibatan peserta.
Apa Saja yang Harus Dipenuhi untuk Menjadi
Fasilitator yang Efektif
Sikap yang Terbuka
Artinya, seorang fasilitator tidak hanya ingin didengarkan dan dihargai pendapatnya,
tetapi juga mau menerima masukan, kritik dan pendapat yang berbeda dari orang
lain.
Peka terhadap Situasi
Fasilitator yang efektif bisa dengan cepat membaca situasi yang terjadi dalam
kelompok sehingga dengan mudah dapat melakukan tindakan tertentu sesuai
dengan situasi yang tengah terjadi. Misalnya, ia bisa merasa apakah peserta
mengantuk, bosan, tidak puas dll – sehingga ia mampu mencari alternatif solusi
untuk mengatasi hal tersebut.
Fleksibel dan Kreatif
Artinya, ia tidak hanya melulu terpaku pada rencana dan rancangan yang sudah
dibuat sebelumnya tetapi mampu menyesuaikan diri dengan proses dan dinamika
yang dialami oleh para peserta. Untuk itu, fasilitator dituntut memiliki berbagai ide
untuk membuat proses belajar berjalan dengan lancar dan menarik sehingga para
peserta merasa senang dengan proses yang dijalaninya.
Komunikatif (mampu menyampaikan informasi secara jelas)
Agar informasi dapat disampaikan sesuai dengan yang diharapkan dalam proses
belajar, maka seorang fasilitator harus mampu mengkomunikasikan dengan runtut
dan sistematis berbagai informasi. Selain itu, penggunaan bahasa yang sederhana,
suara dan intonasi yang jelas, juga akan membantu peserta pelatihan untuk
semakin memahami informasi yang akan disampaikan.
Multimedia Materi KRR
8
10. Teknik Fasilitasi KRR
Mau Mendengarkan
Sebagai fasilitator, kemauan untuk mendengarkan menjadi salah satu hal yang
penting untuk memfasilitasi proses belajar. Keterampilan mendengarkan akan
membantu fasilitator untuk merangkum berbagai pendapat yang disampaikan oleh
peserta. Dengan mendengarkan, secara tidak langsung akan membuat para peserta
merasa bahwa dirinya diperhatikan dan dihargai.
Bersikap Positif dan Tidak Memihak
Sikap yang positif dari fasilitator akan menumbuhkan suasana belajar yang hangat
dan menyenangkan. Sikap itu dapat muncul melalui keramahan atau ’sense of
humour’. Hal ini secara tidak langsung akan mendorong peserta untuk merasa bebas
berekspresi dan berani menyampaikan berbagai gagasan atau pendapatnya. Selain
itu, sikap netral fasilitator untuk tidak berpihak pada siapa pun akan membuat
peserta merasa aman.
Empati
Ketika fasilitator mampu merasakan apa yang dirasakan oleh peserta, hal ini akan
membantunya untuk menangkap sudut pandang orang lain tanpa kehilangan akal
sehat. Dengan berusaha merasakan kesedihan, kekecewaan dan kegembiraan
peserta, maka fasilitator akan lebih terbantu untuk menangkap dinamika yang
terbangun di antara peserta dan mengenali berbagai karakter atau perbedaan
indivual yang muncul.
Sabar
Belajar dengan mengikuti proses atau dinamika kelompok memang tidak mudah,
terutama jika pesertanya heterogen atau beragam. Oleh karena itu, fasilitator harus
sangat sabar dalam membantu para peserta mencapai tujuan belajar mereka.
Fasilitator juga harus menahan diri agar tidak terlalu jauh campur tangan dalam
dinamika yang dialami peserta sehingga yang terjadi adalah para peserta terlalu
diarahkan dan tergantung pada fasilitator.
Tidak Berhenti Belajar
Fasilitator yang tidak menambah pengetahuan dan keterampilannya akan dengan
segera dirasakan membosankan karena caranya itu-itu saja. Sebagai seorang
fasilitator, ia perlu selalu membaca materi pelatihan, mencari dan menemukan
sendiri berbagai permainan yang tepat serta berlatih dengan permainan-permainan
atau simulasi baru. Selain itu, fasilitator juga harus selalu mempelajari berbagai
persoalan yang sedang dibahas sehingga membantunya untuk memfasilitasi secara
optimal.
Transformatif
Fasilitator mampu memberdayakan peserta menuju aksi nyata yang menghasilkan
perubahan dan pembaruan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian peserta
Multimedia Materi KRR
9
11. Teknik Fasilitasi KRR
terangsang untuk melakukan proses pencarian, dan penemuan sendiri, serta
menghasilkan pemberdayaan dan aksi.
Hal-hal Lain yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang
Fasilitator
Mencairkan Suasana agar Tidak Kaku
Umumnya, ketika mengawali sesuatu yang baru, para peserta masih merasa kaku
satu sama lain. Situasi yang asing satu sama lain juga dapat menimbulkan rasa
tidak aman bagi para peserta. Tugas fasilitator adalah mengubah suasana yang kaku
ini menjadi cair. Hal ini dapat dilakukan dengan permainan atau berbagai kegiatan
yang melibatkan seluruh peserta tanpa kecuali.
Merangkum Pendapat Para Peserta dan Menarik Benang Merah dari
Seluruh Sesi
Fasilitator sebaiknya berusaha untuk memahami hubungan antar berbagai materi
belajar yang diberikan serta membuat suatu rangkuman tentang hal-hal yang terjadi
selama proses belajar berlangsung. Di akhir proses, diharapkan ia dapat menarik
suatu kesimpulan yang integratif tentang dinamika proses belajar yang terjadi
selama pelatihan.
Melakukan Elaborasi terhadap Pendapat dan Perasaan Para Peserta
Selama Menjalani Proses Belajar
Kadangkala peserta merasa ragu-ragu, enggan atau takut dalam mengutarakan
pendapat maupun perasaannya. Fasilitator perlu melakukan elaborasi terhadap hal
tersebut untuk membantu peserta lebih berani dalam mengekspresikan ide dan
perasaannya terhadap proses yang mereka jalani. Elaborasi ini juga berguna pula
bagi fasilitator untuk membantu dalam membuat rangkuman terhadap proses yang
dialami oleh peserta.
Mendorong Semua Peserta untuk Aktif Berpartisipasi Mengikuti
Seluruh Rangkaian Proses Belajar
Kadangkala, dalam suatu kelompok, ada peserta yang cenderung dominan dan
sebaliknya, ada yang pasif, ikut-ikutan atau lebih banyak diam. Tugas fasilitator
adalah memberikan dorongan pada peserta yang kurang partisipasinya dan
mengurangi dominasi dari sejumlah peserta atau kelompok lain.
Mendorong Peserta agar Melakukan yang Terbaik
Salah satu kesulitan dalam proses belajar berkelompok adalah bahwa akan ada satu
atau dua peserta yang dominan sehingga yang lain lalu hanya “ikut-ikutan” saja.
Untuk mengatasi persoalan ini, fasilitator harus selalu berada di sekitar peserta
sehingga dapat memberikan dorongan bagi peserta yang tingkat partisipasinya
cenderung rendah dan mengurangi dominasi dari segelintir anggota kelompok.
Multimedia Materi KRR
10
12. Teknik Fasilitasi KRR
Menstruktur proses belajar
Fasilitator harus memahami hubungan antara materi belajar dengan metode
belajarnya. Apakah membaca dan menjawab perorangan cukup efektif sebagai
metode belajar atau dibutuhkan diskusi kelompok kecil, debat, permainan, simulasi,
menggambar atau suatu bentuk penugasan lain ? Pertimbangan-pertimbangan ini
perlu dilakukan sebelum fasilitator memimpin sebuah proses kelompok.
Fasilitator yang Baik Adalah
• Senantiasa menciptakan suasana nyaman dan aman
• Tidak menggurui atau mendominasi, apalagi memaksanakan pendapatnya
sendiri
• Selalu berusaha mempermudah peserta untuk belajar
• Percaya pada kemampuan (pengetahuan, nilai-nilai, sikap) peserta
• Bersikap netral dan tidak menilai benar-salah
• Mau mendengarkan dengan aktif dan memberi kesempatan peserta pelatihan
mengemukakan aspirasinya secara bebas
• Bersikap empatik dan peka terhadap kekuatiran atau ketidaknyamanan peserta
Sikap Mental Seperti Apa yang Diperlukan dalam
Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi?
Seks, seksualitas dan masalah kesehatan reproduski masih merupakan isu “sensitif“.
Dalam proses belajar aktif ini akan banyak digunakan kata-kata dan istilah serta
kegiatan yang mungkin membuat fasilitator maupun peserta pelatihan pada awalnya
akan merasa malu, tidak nyaman, sungkan, dll. Istilah-istilah seperti seks, vagina,
penis, menstruasi, mimpi basah dan sebagainya perlu diungkapkan secara jelas,
tetapi pada awalnya akan sulit terucap.
Pertama-tama, Fasilitator sendiri sebaiknya sudah menyiapkan diri secara mental
untuk menggunakan kata-kata tersebut maupun bersikap wajar selama proses
berlangsung. Baru kemudian ia bisa mendorong peserta proses belajar untuk merasa
nyaman menggunakan kata dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang “sensitif” ini.
Mungkin kegiatan ini adalah kegiatan yang pertama kali dalam hidup dimana peserta
mendengar dan mengucapkan kata-kata “sensitif” tersebut. Karena itu Fasilitator
jangan terlalu memaksa peserta untuk aktif di awal kegiatan. Sikap mental fasilitator
yang wajar serta berbagai kegiatan selama proses berlangsung diharapkan dapat
membuat peserta dengan sendirinya merasa semakin nyaman dan terbiasa
mengikuti sesi-sesi dalam proses belajar ini. Selain itu biarkanlah peserta
menggunakan istilah-istilah setempat yang sudah mereka kenal. Dengan
menggunakan kata-kata yang lebih “akrab”, diharapkan peserta merasa lebih
nyaman. Pada awal proses belajar, Fasilitator tidak perlu memaksa peserta
menggunakan istilah-istilah umum atau ilmiah yang tidak pernah dikenalnya. Secara
Multimedia Materi KRR
11
13. Teknik Fasilitasi KRR
bertahap fasilitator bisa memperkenalkan istilah-istilah lain mengenai seksualitas
dan kesehatan reproduksi yang lebih tepat.
Fasilitator juga harus memikirkan sikap dan tindakan yang paling baik bila terjadi
penolakan dari peserta. Misalnya peserta menjadi emosional, marah, sangat malu,
“mogok“ ikut kegiatan. Keluwesan dan kesabaran fasilitator menanggapi hal ini
sangatlah penting.
Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja
Fasilitator harus terlebih dahulu mempersiapkan dirinya sendiri untuk :
1. menggunakan kata-kata sensitif mengenai seks dan seksualitas dengan baik
dan tepat,
2. bersikap wajar ketika mendengar kata dan pertanyaan peserta tentang seks,
3. mendorong peserta untuk merasa nyaman dalam menggunakan kata-kata
maupun mengikuti kegiatan-kegiatan “sensitif”
4. menghadapi “penolakan” dari peserta maupun orang lain karena isu-isu
“sensitif” yang dibahas selama pelatihan
Sumber
Irwanto et.al. (2002). Membangun Budaya Damai dan Penyelesaian Konflik tanpa
Kekerasan. Jakarta : Unesco, Unicef dan New Zealand Official Development
Assistance
Mansour Fakih et.al. (2001). Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis.
Yogyakarta : Pact, Insist, ReaD Books, Pustaka Pelajar
Moeliono, Laurike et.al. Sedia Payung Sebelum Hujan. Panduan Fasilitasi Proses
Belajar Mengenai NAPZA. (2003). Jakarta : BKKBN
Moeliono, Laurike et.al. Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja. Bahan
Pegangan Untuk Memfasilitasi Kegiatan Belajar Aktif Untuk Anak & Remaja Usia
10-14 Tahun (2003). Jakarta : UNFPA, BKKBN, PKBI
Moeliono, Laurike et.al. Modul Pelatihan Hak-hak Anak (2002) Kementrian Negara
Pemberdayaan Perempuan bekerjasama dengan Yayasan Arti, Jakarta
Silberman (1990). Active Training . Handbook Of Techniques, Design, Case
Examples, And Tips.
Multimedia Materi KRR
12
14. Teknik Fasilitasi KRR
█ PANDUAN PRESENTASI FASILITASI
1. Apakah isi materi ini
2. Bagaimana menggunakan materi ini
Apakah isi materi fasilitasi ini?
Materi ini adalah bahan presentasi untuk anda melakukan fasilitasi pengetahuan KRR
terhadap remaja. Materi terdiri dari:
• File presentasi (microsoft power point)
• File narasi (adobe acrobat-pdf)
Slide-slide yang kami sediakan adalah slide-slide yang kami sarankan, bukan kami
haruskan. Anda bisa:
• memilih
• merangkum, bahkan
• menambah
Tiap slide dilengkapi kata-kata/frase-frse kunci, bukan kalimat lengkap. Tiap
kata/frase kunci merujuk pada narasi tertentu. Anda perlu mempelajari narasi untuk
masing-masing kata/frase kunci tersebut. Kami telah menyediakan narasi untuk
anda baca.
Narasi yang terlampir juga adalah narasi yang kami sarankan, bukan kami
haruskan. Anda bisa:
• memilih
• merangkum, bahkan
• menambah
Narasi yang terlampir adalah kompilasi dari materi-materi yang pernah diterbitkan
oleh Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi (Ditrem). Akan jauh
lebih efektif bila anda juga membaca materi-materi tersebut. Materi bisa anda lihat
di CD-ROM (folder: arh_e-files substansi Remaja).
Bagaimana menggunakan presentasi fasilitasi?
Topik fasilitasi adalah:
1. Seksualitas
2. NAPZA
3. HIV / AIDS
Multimedia Materi KRR
13
15. Teknik Fasilitasi KRR
Di awal dan akhir masing-masing presentasi anda diharapkan menekankan
hubungan antara ketiga topik tersebut (baca narasi yang disarankan untuk
masing-masing topik).
Urutan presentasi secara umum adalah:
1. Tujuan
Tujuan fasilitasi yang anda lakukan adalah menyediakan informasi tentang topik
terkait. Diharapkan dengan pengetahuan yang cukup, mereka akan
memilih/mengembangkan sikap dan/atau tingkah laku yang positif.
2. Daftar isi
Dalam narasi, anda perlu tekankan jumlah sub bahasan (lihat contoh terlampir di
bawah). Dengan begitu, audiens anda akan sadar seberapa jauh presentasi sudah
berjalan. Ini akan membantu mereka mengatur konsentrasi mereka.
3. Isi
Tujuan presentasi anda memang memberikan pengetahuan, tapi harapan kita jauh
lebih dari itu, yaitu mereka mengembangkan sikap/tingkah laku positif tentang topik
yang anda presentasikan. Oleh karena itu, sikap positif anda dalam
mempresentasikan isi juga akan sangat berpengaruh.
Tampilan presentasi sudah didesain sebisa mungkin
mengoptimalkan pemahaman audiens. Perhatikan
contoh slide di samping kiri:
Keterangan:
1. topik
2. sub topik
3. fokus sub topik
4. isi fokus sub topik
Contoh Narasi:
Misalnya narasi anda adalah sebagai berikut:
“Ada empat tahap yang dilalui seseorang dari ia
terjangkit HIV sampai menderita AIDS. Empat tahap
tersebut adalah:
1. Tahap satu, yaitu…
2. Tahap dua, yaitu…
3. Tahap tiga, yaitu…
4. Tahap empat, yaitu…”
Multimedia Materi KRR
14
16. Teknik Fasilitasi KRR
Maka, urutan slide yang anda tampilkan dan
narasinya adalah sebagai berikut:
• Untuk narasi: “Ada empat tahap yang dilalui
seseorang dari ia terjangkit HIV sampai menderita
AIDS. Empat tahap tersebut adalah..”
Perlihatkanlah slide di sebelah kiri.
• Untuk narasi: “Tahap satu, yaitu…” Perlihatkanlah
slide di sebelah kiri.
Keterangan:
• ketika narasi ini, tulisan tahap 1 berwarna lebih
gelap, sedangkan tulisan tahap 2, tahap 3,
tahap 4 tetap ada, tapi berwarna lebih redup.
• Isi fokus bahasan berubah sesuai fokus sub topik
masing-masing
• Dengan begini, audiens bisa membayangkan:
o Sudah seberapa persen presentasi
berjalan?
o Masih berapa persen presentasi akan
berjalan?
o Apa yang sedang dibicarakan sekarang?
• Untuk narasi: “Tahap dua, yaitu…” Perlihatkanlah
slide di sebelah kiri.
Multimedia Materi KRR
15
17. Teknik Fasilitasi KRR
• Untuk narasi: “Tahap tiga, yaitu…” Perlihatkanlah
slide di sebelah kiri.
• Untuk narasi: “Tahap empat, yaitu…”
Perlihatkanlah slide di sebelah kiri.
Selamat menggunakan,
Multimedia Materi KRR
16