1. Diari Pelajar Indonesia
Oleh : Atiek Hafifah
SMKN 1 SUMBAWA BESAR, NTB
Dari Ratapan Hati Pelajar INDONESIA
Minggu, 14 April 2013
Ini terdengar sangat tidak adil. Hati kami dibuat teriris-iris.
Sebenarnya ini bukan soal kebijakan, tapi ini sebuah kesalahan yang disadari tetapi tak
dianggap ada. Mereka seolah menutup mata, mereka menutup telinga.
Bukan soal 20 paket, tapi ini mengenai sistem tatanan pendidikan. Dilema memang
ketika Ujian Nasional yang „katanya‟ dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa dalam menyerap
ilmu 3 tahun di sekolah tetapi nyatanya tidaklah efektif.
Ini tidak adil, setiap hari kami dihadapkan pada ribuan kalimat yang menghasilkan
berlembar-lembar buku yang harus kami serap ilmunya. Setiap hari kami harus merekam dan
memahami ratusan kalimat penjelasan dari guru-guru kami mengenai suatu materi. Dan itu
hanya untuk satu mata pelajaran. Lalu bayangkan jika satu hari dari hari Senin sampai Kamis,
kami harus melewatinya 9 jam matapelajaran, Jum‟at 7 jam matapelajaran dan Sabtu 8 jam mata
pelajaran. Itu semua dianggap sebanding dengan 4 mata ujian yang tiap mata pelajarannya hanya
dilaksanakan 2 jam saja dan itu ditentukan oleh lembar soal tipis bukan lagi ribuan kalimat yang
berlembar-lembar yang biasanya dihadapkan kepada kami.
Memang ujian tahun ini kelulusan tidaklah ditentukan 100% dari Ujian Nasional semata.
Tetapi tetap saja image yang dibangun dari sistem ini serta paradigma masyarakat masih
menganggap Ujian Nasional adalah momok yang menakutkan.
Hari Minggu tepat jam 9 pagi kami yang saat itu sedang mempersiapkan diri untuk
melaksanakan Ujian Nasional hari pertama sesuai jadwal yang telah ditentukan, yaitu Bahasa
Indonesia harus terkuras semangatnya ketika mendengar kabar bahwa Ujian Nasional ditunda.
2. Sebenarnya kami bisa saja loncat-loncatan jingkrak jingkrak mendengar kabar ini,
setidaknya kami bisa memiliki waktu lebih untuk mempersiapkan diri. Tapi tidak, ibarat kami
telah lapar tapi laparnya harus ditunda untuk kenyang karena nasi yang ditanak belum matang.
Rasanya sangatlah kecewa dan ini mampu membuat atmusfir hati kami menjadi down.
Terlintas dalam benak kami apakah pemerintah benar-benar siap dengan 20 paket?
Ini adalah pelanggaran terhadap hak anak. Pemerintah tidak membuat hati kami tenang.
Sama sekali tidak. Belum lagi bicara mengenai atribut UN, mulai dari LJUN sampai ATK UN.
Bagaimana cara merobek barcode LJUN yang baik, LJUN tidak boleh terkena keringat meski itu
keringat dari tangan, LJUN tidak boleh terlipat, cara membulatkan jawaban yang sangat sensitif.
Salah sedikit saja maka tidak akan terbaca oleh sistem pemeriksaan komputerisasi. Dan banyak
hal lainnya yang menjadi atribut yang menjadikan beban bagi sebagian pelajar.
Apakah benar UN mampu dijadian tolak ukur keberhasilan siswa dalam menyerap ilmu 3
tahun?. Apakah hasil UN bisa akurat jika UN sebenarnya tidak 100% hasil dari pengetahuan
siswa tetapi faktor keberuntungan semata. Tidak jarang siswa yang dalam kesehariannya
bukanlah siswa berprestasi bahkan merupakan siswa yang selalu membuat ulah di kelas justru
merupakan siswa peraih nilai UN tertinggi dibanding siswa yang berprestasi.
Kodrat manusia adalah memiliki tingkat keberuntungan yang berbeda-beda. Dan faktor
keberuntungan ini tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya. Tidak masuk akal jika
kita mengadu faktor keberuntungan itu yang jelas-jelas berbeda.
3. Lalu apakah masih dikatakan UN itu adalah tolak ukur keberhasilan
siswa menyerap ilmu?
Pelaksanaan UN tahun ini memang terkesan tidak siap. Bayangkan saja, kami pelajar saat
itu telah jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk melaksanaan Ujian Nasional. Sudah sangat
siap mental tetapi apa yang terjadi, ketika kondisi kami telah sangat siap dan bersemangat tetapi
kam harus menerima kenyataan bahwa UN di Provinsi kami ditunda, ada 11 provinsi yang UN
nya harus tertunda. Rasanya seperti terhempas dan jatuh dari ketinggian beribu kaki.
Pemerintah seolah tidak memperdulikan mental kami. Lucunya negeri ini, ketika
kesembrautan UN terjadi mereka yang seharusnya bertanggung jawab malah seakan bermain
bola. Melempar kesalahan, mereka tidak mau disalahkan. Padahal sudah sangat jelas bahwa
indikasi-indikasi kesembrautan pelaksanaan UN
Kami tidak meminta Mentri Pendidikan untuk mundur, tetapi bertanggung jawab.
Mundur dari jabatan untuk saat ini bukanlah jawaban. Lucu sekali ketika saya menonton berita,
ketika itu Bapak Mentri kita terhormat diminta mundur oleh rakyat, tetapi beliau malah
berguyon. „Hellow‟ pak, ini bukan saatnya untuk bercanda.
Dari beberapa statement pemerintah, tergambar sikap enteng seolah penundaan UN di 11
Provinsi adalah sebuah kewajaran. Sungguh ironi. Seandainya mereka hidup dizaman yang
mereka pimpin dimana pelaksanaan UN dilaksanakan seperti sekarang ini, saya yakin merekalah
orang pertama yang melakukan perlawanan terhadap sistem yang mereka buat sekarang ini.
Mereka tidak merasakan apa yang kami rasakan. Mereka tidak merasakan apa yang hati orangtua
kami rasakan.
Dengan begitu entengnya mereka melempar kesalahan entah dari pihak percetakan,
KEMENDIKBUD, panitia pelaksanaan UN, semuanya saling meyalahkan. Lantah kemana kami
meminta pertanggung jawaban?. Seenteng itukah permasalahan ini?
4. Coba kalian posisikan diri menjadi kami yang sudah jelas-jelas menjadi korban dari
kesembrautan sistem yang kalian buat. Ini adalah sebuah DISKRIMINASI. Terlebih terhadap
hadap mental kami. Bagaimana kalian bisa merasakan jika kalian masih menganggap diri
sebagai orang yang tidak pantas dipersalahkan.
Lucunya Negeriku. Sistem pendidikan yang didewakan oleh pemerintah nyatanya malah
menimbulkan permasalahan pelik terhadap nasib generasi penerus bangsa. Cita-cita Undang
Undang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa justru dipertaruhkan.
Bukannya mencerdaskan, tetapi membebani mental pelajar. Pasalnya masih banyak
anggapan dikalangan masyarakat bahkan Universitas mengenai pelaksanaan UN, jika siswa tidak
lulus UN maka siswa itu dianggap bodoh. Padahal fakta dilapangan menyatakan kelulusan UN
tidak dipengaruhi oleh pengetahuan siswa semata tetapi 95% adalah faktor keberuntungan
semata.
Bayangkan efek yang ditimbulkan dari UN, terkucilnya peserta UN yang mendapatkan
hasil “TIDAK LULUS” dari semua elemen masyarakat. Belum lagi mengenai kesembrautan
masal daripelaksanaan UN 2013 yang penuh aroma KORUPSI. Nasib kami dianggap main-main
oelh pemerintah. LJUN yang sifatnya sensitif malah dibuat sangat tipis yang jika dihapus, maka
berpotensi LJUN akan rusak dan tidak terbaca oleh sistem komputerisasi. Rasanya tak ada
gunanya 3 tahun kami menuntut ilmu.
Hanya satu harapan besarkami saat ini adalah semoga saya tertundanya UN ini tidak
membuat mental yang telah kecewa mengakibatkan kekecewaan yang kedua terhadap hasil UN.
Meski Pemerintah bilang tidak perlu khawatir, karena kelulusan akan dikalkulasika dengan nilai
UAS dan Raport atau dengan kata lain kelulusn ditentukan oleh sekolah juga. Logikanya
adalah tidak ada satu sekolahpun yang mau muridnya tidak
lulus, lantas masih perlukah UN dilaksanakan?
Masih perlukan jika hanya merupakan sebuah formalitas belaka.
Menguras dana yang tidak lain adalah uang rakyat.
5. Sudah saatnya pemerintah memperhatikan hal ini.
Tiadakan UN atau perbaiki kinerja.
Rabu, 17 April 2013
Pagi ini kami harus menelan kekecewaan lagi setelah kekecewaan kedua yang kami
terima dalam pelaksanaan Ujian Nasional yang untuk kedua kalinya harus tertunda.
Yang kami tahu saat itu adalah setelah penundaan pelaksanaan UN yang pertama, UN
akan dilaksanakan tepat hari ini. Pagi-pagi sekali kami datang ke sekolah. Tetapi kekecewaan
pahit harus kami terima ketika guru-guru kami mengumumkan untuk kedua kalinya bahwa UN
harus tertunda lagi.
Sungguh kami merasa dipermainkan. Mental kami rasanya down lagi UNTUK KEDUA
KALINYA.
Kamis, 18 April 2013
Akhirnya hari itu tiba setelah pelaksanaan UN tertunda. Meski kami akui tidaklah
seantusias menyambutnya setelah dua kali harus menelan rasa kecewa.
Seperti kesepakatan sekolah, kami harus tiba disekolah minimal jam 7 tepat untuk
mendapatkan pengarahan dan mengatur ATK UN. Terlihat jelas bahwa tidak ada lagi semangat
sebelumnya.
Jam 08.00 kami memasuki ruangan UN dengan pelaksanaan Matapelajaran Produktif
atau kejuruan, dan ini adalah awal pelaksanaan UN kami. Dua jam kami diberikan kesempatan
menyelsaikan soal dan megisi biodata.
Konsentrasi saya sendiri sempat terpecah ketika melkukan kesalahan dalam membulatkan
LJUN disalah satu soal. Saya berusaha menghapusnya dengan eraser tetapi kualitas LJUN yang
dapat dikatakan rendah membuat salah satu opsi dinomor itu terkikis.
Sesampai dirumah saya sempat nangis membayangkan LJUN yang telah saya isikan.
Sungguh tidak adil, anggaran segitu besarnya hanya mampu menyediakan lembar jawaban yang
sangat sangat tipis.
6. Jum‟at, 19 April 2013
Hari ini adalah UN matapelajaran Matematika. Lagi-lagi ribetnnya pelaksanaan UN
masih saja terjadi. Masih soal LJUN. Entah mengapa pikiran saya rasanya masih terpecah untuk
selembar LJUN tipis.
Bahkan sedikit mengganggu konsentrasi saat menyakar (mencari) hasil dari soal-soal
yang telah dihadapkan kepada saya dengan nomor peserta 08-008-002-7
Hingga keluar dari ruanganpun rasanya masih lemes.
Ah rasanya tidak salah bahwa sistem pendidikan ini adalah tindakan diskriminasi
pemerintah terhadap kami para pelajar. Ujian Nasional dengan 20 paket soal yang merupakan
pelaksanaan pertama, menjadikan kami kelinci percobaan pemerintah. Ditambah kesembrautan
pelaksanaan UN yang terjadi, rasanya ita-cita UUD untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dipertaruhkan.
Benarkan sistem ini membuat bangsa cerdas? Jawabannya adalah sama sekali TIDAK!
Senin, 22 April 2013
Hari ini sebenarnya adalah materi matapelajaran UN pertama sebelum UN di 11 Provinsi
termaksud Provinsi kami di NTB mengalami penundaan yang disebabkan oleh kelalaian orang-
orang yang tidak mau dipersalahkan atas kekacauan pelaksanaan UN.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasioanal bangsa Indonesia. Harapan yang kami
genggam jauh sebelum pelaksanaan UN berlangsung adalah mampu mencuri nilai
dimatapelajaran bahasa kami.
Tepat jam 11.30 setelah 2 jam kami meninggalkan ruangan ujian. Sebuah pesan singkat
dihandphone, pesan singkat dari guru yang kami sayang. Kami tahu beliau mencemaskan kami
dengan matapelajaran yang beliau pegang. Beliau menanyakan bagaimana kondisi kami dengan
soal yang 2 jam tadi telah kami selsaikan.
Masih jelas terngiang motivasi-motivasi beliau kepada kami. Meski terkadang kenyataan
tidak selamanya berjalan sesuai harapan. Orang bilang, 2013 atau 13 adalah angka sial. Kami
berusaha mematahkan anggapan-anggapan paranoid tersebut, namun ternyata kekisruhan UN
2013 bisa jadi adalah sebuah kesialan.
7. Bersama beliau kami berusaha mematahkan anggapan itu. Dan kami yakin mampu
memutuskan matarantai kesialan 13 atau 2013 dengan nilai sempurna di Ujian Bahasa Indonesia.
Hari ini juga merupakan hari pertama pelaksanaan UN SMP/Sederajat, harapan berat
pelajar adalah tidak terulang lagi kekisruhan UN. Namun faktanya kekisruhan UN masih saja
terjadi. Kekisruhan UN SMA/Sederajat nyatanya tidak mampu dijadikan pelajaran bagi
pemerintah dan tim pelaksana UN.
Tapi anehnya, kekisruhan-kekisruhan yang terjadi justru dibilang wajar dan baik-baik
saja.
Selasa, 23 April 2013
Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan UN tingkat SMA/Sederajat. Perasaan itu datang
lagi, suhu tubuh meningkat, kantuk tak terkendali terlebih saat sesi listening berlangsunng. Entah
rasanya semua kemampuan bahasa Inggris yang saya miliki rasanya tak ada apa-apanya. Bel
peringatan 15 menit waktu tersisa menjadi bom waktu yang sebentar lagi akan meledak. Ini tidak
seperti yang saya harapkan, ini tidak seperti semangat awal kami. saya kecewa kepada diri saya
sendiri.
Tanpa mempersalahkan siapa-siapa, saya tahu ini adalah sebuah proses besar. Padahal
sebelum penundaan UN, saya dan teman-teman sudah sangat yakin dengan UN bahasa Inggris.
Mental kami rasanya tercabik-cabik.
Bimbel demi bimbel yang kami ikuti, sudah sangat banyak pengeluaran kedua orangtua
kami demi melewati Ujian Nasional ini. Semangat dan ketekunan beserta perjuangan kami
semoga saja tidak akan tersia-sia oleh sistem pendidikan yang mendiskriminasi mental kami.
Hingga pelaksanaan UN berakhir, masih terngiang pertanyaan di benak kami APAKAH
SISTEM PENDIDKAN SEKARANG INI MAMPU MENCERDASKAN ANAK BANGSA?
Sementara kami banyak mendengar pembodohan dan kebohongan publik mengenai pelaksanaan
UN, banyak pengakuan dari teman-teman kami lainnya bahwa banyak sekali kecurang yang
terjadi dalam UN. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi yang malah sering sekali mengajarkan
pelajar untuk hidup curang atas nama kemanusian.
8. Jadwal UN 2013 setelah penundaan for SMK (NTB):
Hari Tanggal Matauji
Waktu
08.00–10.00
Kamis 18/04/2013 Produktif
Jum’at 19/04/2013 Matematika
Senin 22/04/2013 Bahasa Indonesia
Selasa 23/04/2013 Bahasa Inggris
KAMI YAKIN MAMPU MEMATAHKAN STIGMA
MASYAKARAT YANG MENGANGGAP 2013
ADALAH ANGKA SIAL. DENGAN
KESEMBRAUTAN UN, KAMI MASIH YAKIN AKAN
MEMATAHKAN STIGMA TERSEBUT.
YAKIN 2013 LULUS 100%