SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
TUTURAN ANAK-ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: KAJIAN
SINTAKTIKOPRAGMATIK
Oleh: Dr. Astuty, M.pd.
Universitas Tidar
Email: astuty64@gmail.com
ABSTRAK
Astuty. 2019. Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan: Kajian sintaktikopragmatik
Penelitian tuturan anak-anak tunagrahita ringan dari aspek sitaksis dan
pragmatik belum banyak dilakukan. Penelitian tuturan anak-anak tunagrahita
ringan lebih banyak dilakukan dari aspek fonologi. Hal tersebut mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian ini. Anak-anak tunagrahita ringan meskipun
mengalami berbagai keterbatasan, masih dikaterorikan sebagai anak mampu didik
yang dapat dididik menjadi tenaga semi-skilled. Untuk menjadi tenaga semi-
skilled tersebut, dibutuhkan keterampilan berbahasa yang baik dan santun. Tujuan
penelitian ini secara sintaktis untuk menemukan struktur kalimat, jenis kalimat,
dan rerata panjang ujaran serta secara pragmatis untuk menemukan jenis tuturan
dan kesantunan tuturan yang dapat dimaksimalkan dalam tuturan anak-anak
tunagrahita ringan. Penelitian ini merupakan penelitiaan kualitatif dengan metode
cross-section. Subjek penelitian sejumlah 13 anak-anak tunagrahita ringan. Data
penelitian berupa penggalan cerita dan penggalan percakapan yang diambil
dengan teknik rekam, catat, simak bebas libat cakap, dan simak libat cakap
selama kurang lebih tiga bulan. Teknik analisis data menggunakan teknik agih
dan padan pragmatik. Temuan penelitian ini, secara sintaktik ditemukan tuturan
dengan struktur kalimat S-P, S-P-Ket, Ket-S-P-Ket, Ket-S-P, Ket-S-Ket-P, S-Ket-
P, Ket-S-P-Pel; S-P-Pel; jenis kalimat yang ditemukan adalah kalimat tunggal;
dan RPU 6,94. Secara pragmatis ditemukan jenis tuturan (1) konstatif, (2)
lokusioner, (3) representatif, direktif, ekspresif, (4) langsung, dan (5) harfiah;
pematuhan kesantunan bidal ketimbangrasaan, kesetujuan, dan kemurahhatian
serta pelanggaran kesantunan bidal ketimbangrasaan, keperkenanan,
kerendahhatian, dan kesimpatian. Untuk meminimalisasi pelanggaran
kesantunan disarankan penelitian dengan subjek penelitian yang lebih sedikit
dengan kurun waktu yang lebih lama.
Kata kunci: tuturan, tunagrahita, sintaktikopragmatik
A. PENDAHULUAN
Humaera (2012) mengatakan bahwa di Indonesia jumlah penduduk yang
mengalami tunagrahita sekitar 1-3%. Persentase tersebut terdiri atas 85%
menderita tunagrahita ringan, 10% menderita tunagrahita sedang, 4% menderita
tunagrahita berat, dan 1-2% menderita tunagrahita sangat berat. Berdasarkan
2
laporan tersebut, diketahui bahwa anak-anak tunagrahita ringan paling banyak
jumlahnya.
Pada dasarnya anak-anak tunagrahita ringan memperoleh keterampilan
berbahasa melalui cara yang sama dengan anak-anak normal, hanya kecepatan
anak-anak tunagrahita ringan dalam memperoleh keterampilan berbahasa lebih
rendah. Pemerolehan bahasa pada anak-anak tunagrahita ringan biasanya berhenti
pada masa pubertas, yaitu kurang lebih usia 15 tahun. Kesulitan utama anak-anak
tunagrahita ringan dalam mengembangkan bahasanya adalah terkait dengan
pemerolehan kaidah tata bahasa dan kosakata, penggunaan dan pemahaman
sintaksis, serta ketidakmampuan menggunakan bahasa secara benar (Kartadinata,
1996:54).
Selain memiliki kemampuan linguistis, dalam berkomunikasi anak-anak
tunagrahita ringan sebagaimana anak-anak normal tanpa disadari juga memiliki
kemampuan pragmatis. Sebagaimana dinyatakan Searle (1969:16) bahwa unit
komunikasi bahasa bukan hanya simbol, kata atau kalimat, atau bahkan tanda,
tetapi lebih merupakan pengeluaran simbol, kata, atau kalimat dalam performasi
tindak tutur. Menurut Mey (1993) secara pragmatik, anak-anak belajar
menggunakan bahasa secara efektif sesuai dengan konteks sosialnya. Dalam
percakapan normal, partisipan harus saling berbagi giliran, berada dalam topik
pembicaraan yang sama.
Meskipun mengalami berbagai keterbatasan, anak-anak tunagrahita ringan
masih dikategorikan sebagai anak-anak mampu didik yang dapat dididik menjadi
tenaga semi-skilled seperti pekerjaan laundri, pertanian, peternakan, pekerjaan
rumah tangga (Ricardson, 1989). Untuk menjadi tenaga semi-skilled tersebut,
anak-anak tunagrahita ringan membutuhkan keterampilan berbahasa yang baik
dan santun. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan bagi anak-anak
tunagrahita ringan, yaitu untuk mengembangkan potensi yang masih dimiliki
secara optimal agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat mereka berada (Depdiknas 2003:23).
Atas dasar hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan
aspek sintaktik dan pragmatik dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan yang
3
masih dapat dimaksimalkan perkembangannya. Secara sintaktis, tuturan anak-
anak tunagrahita ringan diteliti dari sudut struktur kalimatnya, jenis kalimatnya,
dan rerata panjang unjarannya (RPU). Sementara itu, secara pragmatis diteliti dari
sudut jenis tuturannya dan kesantunannya.
Struktur kalimat dasar, menurut pendapat Badudu (1975:32), Alwi et al
(2000:321), dan Sugiono (2009:112) terdiri atas delapan struktur. Kedelapan
struktur kalimat tersebut meliputi (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket,
(5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Ket, (7) Ket-S-P-O-Pel, dan (8) S-P-O-Pel-Ket.
Sementara itu, jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya. Menurut (Alwi et al
2000: 338) terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Untuk mengukur
perkembangan sintaksis anak-anak tunagrahita ringan, digunakan teori Brown
(dalam Dardjowidjoyo 2000:40) tentang Mean Length of Utterance (MLU). RPU
anak-anak normal dihitung dengan menjumlahkan banyaknya morfem dalam
ujaran dibagi dengan jumlah ujaran tersebut. Untuk menghitung RPU umumnya
dipakai sebanyak 100 ujaran. Untuk menghitung RPU anak-anak tunagrahita
ringan tidak menggunakan patokan 100 ujaran, namun dikonversi menjadi 10
ujaran dengan alasan jumlah ujarannya sangat terbatas.
Jenis tuturan menurut Austin (1962) dalam bukunya How to Do Things
with Words membedakan tuturan deklaratif menjadi dua, yaitu tuturan konstatif
dan tuturan performatif. Gunarwan (1994:45) menyebutkan bahwa berkenaan
dengan tuturan ada tiga jenis tindakan yang hendaknya mendapatkan perhatian.
Ketiga jenis tindakan tersebut, yaitu (1) tindak lokusioner (locutionary act), (2)
tindak ilokusioner (ilocutionary act), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary
act). Searle (1969) mengelompokkan menjadi lima jenis tuturan, yaitu tuturan
representatitif/asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Sementara itu
Rustono (2000:71) merangkum berbagai pendapat para ahli berkait dengan jenis
tuturan menjadi lima kategori, yaitu tuturan (1) konstatif dan performatif, (2)
lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner, (3) representatif, direktif, ekspresif,
komisif, dan deklarasi, (4) langsung, tidak langsung, dan (5) harfiah, tidak
harfiah. Kelima kategori itulah yang digunakan untuk menemukan jenis tuturan
anak-anak tunagrahita ringan.
4
Berkait dengan penelitian kesantunan dalam tuturan anak-anak tunagrahita
ringan menggunakan teori Leech (1983:132). Menurutnya, salah satu tujuan
orang melakukan komunikasi (verbal) adalah mengembangkan, mempertahankan
atau membina, dan meningkatkan hubungan pribadi dan sosial yang baik dengan
orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut. Leech (1983:132) mengusulkan
serangkaian ’prinsip’ kesatuan (politeness principles) yang dirinci di dalam
serangkaian bidal (maxims). Bidal-bidal dalam kesantunan tersebut meliputi (1)
bidal ketimbangrasaan, (2) bidal kemurahhatian, (3) bidal keperkenanan, (4) bidal
kerendahhatian, (5) bidal kesetujuan, dan (6) bidal kesimpatian.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode cross-
section selama kurang lebih tiga bulan, dengan tahapan pengumpulan data,
penyaringan, pemerian, dan penarikan simpulan. Subjek penelitian yang diambil
adalah beberapa anak yang memenuhi kriteria penelitian. Latar penelitian ini
yaitu SLB Negeri Ungaran dan SLB Negeri Semarang. Kedua SLB Negeri
tersebut memiliki siswa dengan jumlah ideal. Berdasarkan ketentuan dari BSNP,
jumlah ideal siswa ATMR dalam satu kelas adalah antara 5 sampai 7 siswa.
Data penelitian ini berupa penggalan cerita dan penggalan percakapan
yang dituturkan anak-anak tunagrahita ringan saat mengikuti proses belajar-
mengajar untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sumber data penelitian berupa
cerita dan percakapan anak-anak tunagrahita ringan di kelas 5 pada SLB Negeri
Ungaran sebanyak 6 orang dan SLB Negeri Semarang sebanyak 7 orang. Dalam
pengumpulan data digunakan metode simak dengan teknik rekam, catat, simak
bebas libat cakap (SBLC), dan simak libat cakap (SLC). Pada tahap penyaringan,
tuturan ditranskripsikan dengan memilih unsur yang relevan saja. Pada tahap
pemerian, data dipaparkan dengan mengelompokkannya sesuai variabel
penelitian, yaitu berdasarkan aspek sintaktik menggunakan teknik agih dan aspek
pragmatik menggunakan teknik padan pragmatik (Sudaryanto 2015: 203-205).
Pada tahap penarikan simpulan, dilakukan interpretasi data dikaitkan dengan
konteks dan teori.
5
C. HASIL PENELITIAN
1. Analisis Sintaktis
a. Struktur Kalimat Dasar
Struktur kalimat dasar dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
delapan struktur, yakni (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-
Pel, (6) S-P-O-Ket, (7) Ket-S-P-O-Pel, dan (8) S-P-O-Pel-Ket. Atas dasar data
penelitian, tidak semua struktur kalimat dasar ditemukan dalam tuturan anak-
anak tunagrahita ringan. Struktur kalimat lain di luar 8 struktur kalimat dasar
justu ditemukan. Kalimat tidak berstruktur banyak ditemukan dalam tuturannya.
Dari 231 tuturan yang menjadi data penelitian, ditemukan 189 tuturan yang tidak
berstruktur karena tidak bersubjek, susunan kata kacau sehingga maksud tuturan
tidak jelas, dan hanya berupa frasa. Tuturan yang berstruktur terdiri atas 42
kalimat dengan struktur kalimat dasar S-P, S-P-Ket, dan S-P-Pel. Selain struktur
kalimat dasar tersebut, juga ditemukan struktur lain, yaitu kalimat dengan
struktur Ket-S-P-Ket, Ket-S-P, S-Ket-P, dan Ket-S-P-Pel. Untuk
mempermudah mencermati hasil temuan disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Struktur Kalimat dalam Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan
Struktur Kalimat
Struktur Kalimat Dasar Struktur Lain
S-P Ket-S-P-Ket
S-P-Ket Ket-S-P
S-P-Pel S-Ket-P
Ket-S-P-Pel
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa struktur kalimat dalam
tuturan anak-anak tunagrahita ringan sangat terbatas. Selain itu, struktur kalimat
dalam tuturannya juga kurang bervariasi. Struktur kalimat yang ditemukan banyak
6
berpola S-P dengan letak Keterangan (Ket) bervariasi. Kondisi anak-anak
tunangrahita ringan tersebut dalam memproduksi kalimat berdasarkan struktur
kalimat dapat dikatakan banyak mengalami defisit. Fungsi Objek dalam kalimat
yang dituturkan tidak ditemukan. Apabila disandingkan dengan kemampuan Echa
dalam penelitian Dardjowidjojo (2010), Echa dapat memproduksi kalimat
berstruktur S-P-Pel ketika berusia 3;0 tahun. Kalimat tersebut antara lain Panelan
itu dikutuk sama nenek sihil maksudnya Pangeran itu dikutuk sama nenek sihir
(Dardjowidjojo 2010: 203). Demikian juga kalimat berstruktur S-P-O juga
ditemukan dalam tuturan Echa pada saat berusia 3;0 tahun.
b. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya
Menurut Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia (2000:337), berdasarkan
jumlah klausanya, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2)
kalimat majemuk. Kalimat majemuk terdiri atas (1) kalimat majemuk setara dan
(2) kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan data penelitian, dalam tuturan anak-
anak tunagrahita ringan hanya ditemukan “kalimat tunggal”. Kalimat majemuk
setara yang ditemukan dikategorikan sebagai data outlyer karena hanya ditemukan
pada satu subjek penelitian, sehingga tidak mewakili kompetensi anak-anak
tunagrahita ringan. Sementara itu, kalimat majemuk bertingkat tidak ditemukan
dalam tuturannya. Secara rinci temuan berkait dengan jenis kalimat disajikan
dalam Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Jenis Kalimat dalam Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan
Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Jumlah
1. Kalimat tunggal 40
2. Kalimat majemuk setara 2 (outlyer)
3. Kalimat majemuk bertingkat 0
4. Bukan kalimat 189
7
Atas dasar Tabel 2 dapat dikatakan bahwa kalimat yang ditemukan dalam
tuturannya berupa kalimat pendek dan sederhana. Berdasarkan kelengkapan
unsurnya, justru didominasi kalimat taklengkap. Tuturan anak-anak tunagrahita
ringan didominasi tuturan pendek-pendek yang mayoritas berupa frasa dan
deretan kata yang kacau susunannya sehingga tidak memenuhi kriteria sebagai
kalimat. Berdasarkan penelitian Dardjowidjojo (2000:204-218), Echa sudah dapat
memproduksi kalimat majemuk setara ketika berumur 3;0 tahun. Pada saat berusia
4;0 tahun, Echa sudah dapat memproduksi kalimat majemuk bertingkat (1) syarat,
(2) waktu, (3) penyebaban, (4) tujuan, (5) faktif, dan (6) atributif.
Apabila disandingkan dengan hasil penelitian Brown (1973), anak-anak
Inggris dapat memproduksi kalimat majemuk koordinatif dengan and ketika
berumur 3:0–3;5 tahun. Kalimat majemuk penyebaban dengan because diproduksi
ketika berumur 3;0–3;5 tahun. Kalimat majemuk syarat if, diproduksi ketika
berumur 4;5 tahun. Sementara itu, kalimat majemuk kompon-komplek dengan
because dan when/but/so diproduksi ketika berumur 5;0 tahun.
C. Rerata Panjang Ujaran (RPU)
Untuk mengukur rerata panjang ujaran (RPU) dalam penelitian ini
mengacu pada pendapat Dardjowidjoyo (2000:40) bahwa RPU dihitung
berdasarkan jumlah morfem dalam ujaran, kemudian dibagi dengan jumlah ujaran
tersebut. Umumnya dipakai sebanyak 100 ujaran. Dari jumlah tersebut dihitung
jumlah morfemnya. Hasilnya dibagi dengan 100. Ada beberapa rambu untuk
menghitung morfem dalam ujaran tersebut, yaitu komponen seperti “ketera api”,
nama diri seperti “Abdul Majid” dihitung satu morfem karena satu makna. Selain
hal tersebut, afiks dihitung satu morfem.
Penghitungan RPU anak-anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini tidak
menggunakan patokan 100 ujaran, tetapi menggunakan patokan 10 ujaran.
Konversi itu dilakukan karena keterbatasan jumlah ujaran yang diproduksi anak-
anak tunagrahita ringan. Penghitungan RPU dari 13 sumber data penelitian hanya
11 sumber data penelitian yang dapat dihitung RPU-nya. Dua diantaranya tidak
dapat dihitung karena kurang dari 10 ujaran. Ada pun rata-rata RPU anak-anak
8
tunagrahita ringan adalah 6,94. Secara rinci RPU anak-anak tunagrahita ringan
yang menjadi subjek penelitian disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Rerata Panjang Ujaran Anak-Anak Tunagrahita Ringan
Kode Subjek
Penelitian
Jumlah Ujaran Jumlah morfem RPU
1 10 99 9,9
2 10 86 8,6
3 10 90 9,0
4 10 78 7,8
5 10 63 6,3
6 10 61 6,1
7 10 86 8,6
8 10 75 7,5
9 10 43 4,3
10 4 - -
11 10 35 3,5
12 10 48 4,8
13 8 - -
Rata-rata 6,94
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa rata-rata RPU anak-anak tunagrahita
ringan adalah 6,94. Bila disandingkan dengan PRU Echa ketika berumur 4,3
tahun, yaitu 7,8 (Dardjowidjojo 2000:239). Atas hasil temuan tersebut dapat
dikatakan bahwa RPU anak-anak tunagrahita ringan mengalami defisit.
Rendahnya RPU anak-anak tunagrahita ringan kelas 5 dibandingkan dengan RPU
9
Echa ketika berumur 5 tahun karena dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan
tidak ditemukan kalimat majemuk setara maupun bertingkat. Sementara itu, Echa
sejak berumur 4;3 sudah produktif dalam memproduksi kalimat majemuk
bertingkat.
2. ANALISIS PRAGMATIK
a. Jenis Tuturan
Berkait dengan jenis tuturan, hasil temuan atas data penelitian adalah
tuturan (1) konstantif, (2) lokusioner, (3) representatif, direktif, dan ekspresi,
(4) langsung, dan (5) harfiah. Jenis tuturan yang ditemukan semuanya bermakna
sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan anak-anak tunagrahita ringan mengalami
kesulitan untuk dapat berfikir abstrak. Belajar apapun harus terkait dengan objek
yang konkrit. Kondisi seperti itu ada hubungannya dengan kelemahan ingatan
jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan sukar sekali dalam
mengembangkan ide. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Jenis Tuturan dalam Tuturan ATMR Berdasarkan
Kemampuan Aktual dan Potensial
Kategori Jenis Tuturan
1 konstatif
2 lokusi
3 representatif, direktif, ekspresif
4 langsung
5 harfiah
Berkait dengan kemampuan berpikir abstrak, Brandone et al (2000)
menyatakan bahwa anak-anak normal mulai memproduksi bahasa bermakna
simbolik ketika berumur 7 tahun. Sementara itu kata-kata abstrak dikuasai anak-
anak normal sejak berumur 9 tahun. Kondisi yang dialami anak-anak tunagrahita
ringan berkait kemampuan berpikir abstrak yang mengalami defisit oleh
Winnepenninckx et al (2003) dikatakan sebagai karakteristik umum anak
tunagrahita ringan akibat rendahnya intelegensi. Kapasitas belajar anak-anak
10
tunagrahita ringan yang bersifat abstrak sangat terbatas. Kemampuan belajarnya
cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
Kondisi yang dialami anak-anak terbelakang mental ringan tersebut,
Apriyanto (2012:50) mengemukakan bahwa dalam memberikan pembelajaran
kepada anak-anak tunagrahita ringan perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1)
bahan yang diajarkan perlu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil dan ditata
secara berurutan, (2) setiap bagian dari bahan ajar diajarkan satu demi satu dan
dilakukan secara berulang-ulang, (3) kegiatan belajar hendaknya dilakukan dalam
situsi yang kongkrit, (4) diberikan dorongan atau motivasi untuk melakukan apa
yang sedang ia pelajari, (5) menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
dengan menghindari kegiatan belajar yang terlalu formal, dan (6) menggunakan
alat peraga dalam mengkongkritkan konsep yang bersifat abstrak.
2. Kesantunan
Berdasarkan data penelitian, dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan
ditemukan tuturan yang mematuhi prinsip-prinsip kesantunan dan tuturan yang
melanggar prinsip-prinsip kesantunan. Pematuhan kesantunan yang ditemukan
adalah pematuhan kesantunan bidal ketimbangrasaan, kesetujuan, dan
kesimpatian. Sementara itu, pelanggaran kesantunan yang ditemukan adalah
pelanggaran kesantunan bidal ketimbangrasaan, keperkenanan,
kerendahhatian, dan kesimpatian. Secara rinci disajikan dalam tabel 5 berikut
ini.
Tabel 5
Kesantunan Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan
Pematuhan/Pelanggaran
Kesantunan
Bidal Kesantunan
Pematuhan Ketimbangrasaan, kesetujuan, kemurahhatian
Pelanggaran Ketimbangrasaan, keperkenanan, kerendahhatian,
kesimpatian
Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa dalam tuturan anank-anak tunagrahita
ringan banyak ditemukan tuturan yang melanggar kesantunan. Berkait dengan
11
pelanggaran skala kesantunan, Somantri (2007: 105) mengatakan bahwa
rendahnya IQ anak-anak tunagrahita ringan berdampak pada kurang mampunya
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, serta
membedakan yang benar dan yang salah. Winnepenninckx et al (2003)
menyatakan kalau anak-anak tunagrahita ringan mudah dipengaruhi dan
cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Hal itulah yang
menyebabkan kesantunan anak-anak tunagrahita ringan mengalami defisit.
Berkait dengan pelanggaran kesantunan dalam tuturan Anak-Anak tunagrahita
ringan, peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan teknik probing question
dengan jangka waktu yang lebih lama karena menyangkut perubahan perilaku.
D. SIMPULAN
Sejalan temuan penelitian serta pembahasannya, dapatlah disimpulkan
sebagai berikut. (1) Secara sintaktis dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan
ditemukan struktur kalimat dasar S-P, S-P-Ket, dan S-P-Pel serta struktur
kalimat lain Ket-S-P-Ket, Ket-S-P, S-Ket-P, dan Ket-S-P-Pel; jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausanya hanya ditemukan “kalimat tunggal”. Kalimat
majemuk setara yang ditemukan dikategorikan sebagai data outlyer, kalimat
majemuk bertingkat tidak ditemukan; RPU anak-anak tunagrahita ringan adalah
6,94. (2) Jenis tuturan yang ditemukan adalah tuturan (1) konstatif, (2)
lokusioner, (3) representatif, direktif, ekspresif, (4) langsung, dan (5)
harfiah; pematuhan kesantunan yang ditemukan adalah kesantunan bidal
ketimbangrasaan, kesetujuan, dan kesimpatian, pelanggaran kesantunan
yang ditemukan adalah pelanggaran kesantunan bidal ketimbangrasaan,
keperkenanan, kerendahhatian, kesimpatian.
E. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Soenjono, Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliona.
2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Apriyanto, N. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya
Yogyakarta: Javalitera.
12
Austin, J. L. 1962. How To Do Thing with Word. Oxford New York: Oxford
University Press.
Badudu, J.S. 1975. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: TB Bandung.
Chapman, R. 2003. “Language and Communication in Individuals with Down
Syndrome”. International Journal of Early Childhood Special Education
(INT-JECSE). Volume 157:1-34.
Dardjowidjojo, S. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
Jakarta: Gransindo
Depdiknas. 2003. Pedoman Guru Pendidikan Merawat Diri untuk Anak
Retardasi Mental. Jakarta : CV Karya Sejahtera.
Gunarwan, A. 1994. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan
Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik”. Makalah. Pelba VII.
Jakarta 26-27 Oktober.
Humaera, Desni. 2012. “Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Anak
Tunagrahita Ringan Kelas III di SLB Sabiluna Pariaman”. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Khusus. Nomor 3.
http:/ejournal.unp.ac.id/index/jupek hu.
Leech. G. 1983. Principle of Pragmatiks. Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia
Dilakukan oleh M.D.D. Oka. 1991. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta:
UI Press.
Levinson, S. C. 1995. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
Mey, J. I. 1994. Pragmatik: An Introduction. Oxford UK & Cambridge USA:
Blackwell.
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.
Searle, J.R. 1969. “Indirect Speech Act” dalam Cole, Peter, & J.Morgan (Ed.),
Syntax and Semantics: Speech Acts. New York: Academic Press. Hlm.
49-82.
Somantri, S. 2007b. Anak Tunagrahita. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.

More Related Content

What's hot

Teori pemerolehan bahasa pertama
Teori pemerolehan bahasa pertamaTeori pemerolehan bahasa pertama
Teori pemerolehan bahasa pertamaPhyne Phain
 
Assigment ba 2013
Assigment ba 2013Assigment ba 2013
Assigment ba 2013Cik Lia
 
Psikolinguistik
Psikolinguistik Psikolinguistik
Psikolinguistik xue er tui
 
peranan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadianperanan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadianParlin Purba
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaYunita Siswanti
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaVince Here
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakkholid harras
 
Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)
Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)
Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)Rafiza Diy
 
Konsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistikKonsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistiksashiera armhie
 
Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduaPemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduakholid harras
 
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikKelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikRicky Subagya
 
Teori pemerolehan bahasa 2
Teori pemerolehan bahasa 2Teori pemerolehan bahasa 2
Teori pemerolehan bahasa 2Madzlina Muhamad
 

What's hot (18)

Teori pemerolehan bahasa pertama
Teori pemerolehan bahasa pertamaTeori pemerolehan bahasa pertama
Teori pemerolehan bahasa pertama
 
Assigment ba 2013
Assigment ba 2013Assigment ba 2013
Assigment ba 2013
 
Psikolinguistik
Psikolinguistik Psikolinguistik
Psikolinguistik
 
peranan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadianperanan tipe kepribadian
peranan tipe kepribadian
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi Bahasa
 
Pemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasaPemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasa
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
 
Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)
Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)
Peta minda 3 (teori pemerolehan bahasa)
 
Konsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistikKonsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistik
 
Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduaPemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua
 
BAHASA KANAK-KANAK AUTISME
BAHASA KANAK-KANAK AUTISMEBAHASA KANAK-KANAK AUTISME
BAHASA KANAK-KANAK AUTISME
 
Pemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasaPemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasa
 
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikKelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
 
Makalah pemerolehan bahasa
Makalah pemerolehan bahasaMakalah pemerolehan bahasa
Makalah pemerolehan bahasa
 
Teori bahasa
Teori bahasaTeori bahasa
Teori bahasa
 
teori-behaviour
teori-behaviourteori-behaviour
teori-behaviour
 
Teori pemerolehan bahasa 2
Teori pemerolehan bahasa 2Teori pemerolehan bahasa 2
Teori pemerolehan bahasa 2
 

Similar to Astuty jurnal internasional ATMR

Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptxProposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptxAdhiezRahmat
 
358 article text-802-1-10-20190603
358 article text-802-1-10-20190603358 article text-802-1-10-20190603
358 article text-802-1-10-20190603egi darmawan
 
Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8
Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8
Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8Rizal Abdullah
 
perkembangan bahasa anak
perkembangan bahasa anakperkembangan bahasa anak
perkembangan bahasa anakRah Raah
 
22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembangan22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembanganMasisuka Onara
 
22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembangan22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembanganMasisuka Onara
 
Perkembangan bahasa ...
Perkembangan bahasa                                                          ...Perkembangan bahasa                                                          ...
Perkembangan bahasa ...Dedi Yulianto
 
Proposal save
Proposal saveProposal save
Proposal saveetto kono
 
(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...
(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...
(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...Adi Sodikin
 
Pengembangan Bahasa AUD.pdf
Pengembangan Bahasa AUD.pdfPengembangan Bahasa AUD.pdf
Pengembangan Bahasa AUD.pdfHILFAMILLATIAZKA
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakArby Nurul Trisnawati
 
5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa
5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa
5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasaOwhPipie90
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Activian Grapiter
 

Similar to Astuty jurnal internasional ATMR (20)

Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptxProposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
 
358 article text-802-1-10-20190603
358 article text-802-1-10-20190603358 article text-802-1-10-20190603
358 article text-802-1-10-20190603
 
18668 54838-1-pb
18668 54838-1-pb18668 54838-1-pb
18668 54838-1-pb
 
Tay06
Tay06Tay06
Tay06
 
Tay06
Tay06Tay06
Tay06
 
Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8
Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8
Pkp 3107 tajuk 1 hingga 8
 
perkembangan bahasa anak
perkembangan bahasa anakperkembangan bahasa anak
perkembangan bahasa anak
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembangan22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembangan
 
22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembangan22104651 tugas-perkembangan
22104651 tugas-perkembangan
 
Perkembangan bahasa ...
Perkembangan bahasa                                                          ...Perkembangan bahasa                                                          ...
Perkembangan bahasa ...
 
Proposal save
Proposal saveProposal save
Proposal save
 
(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...
(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...
(Pgpaud) efektivitas metode bercerita dengan buku cerita bergambar dalam meni...
 
Pengembangan Bahasa AUD.pdf
Pengembangan Bahasa AUD.pdfPengembangan Bahasa AUD.pdf
Pengembangan Bahasa AUD.pdf
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
 
Makalah 123
Makalah 123Makalah 123
Makalah 123
 
Makalah 123 copy
Makalah 123   copyMakalah 123   copy
Makalah 123 copy
 
5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa
5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa
5 Faktor mempengaruhi strategi pembelajaran bahasa
 
Pemerolehan bahasa anak
Pemerolehan bahasa anakPemerolehan bahasa anak
Pemerolehan bahasa anak
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
 

More from astutyutomo

Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)
Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)
Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)astutyutomo
 
Rps gangguan berbahasa siap unggah
Rps gangguan berbahasa  siap unggahRps gangguan berbahasa  siap unggah
Rps gangguan berbahasa siap unggahastutyutomo
 
Metode dan teknik
Metode dan teknikMetode dan teknik
Metode dan teknikastutyutomo
 
Materi s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaranMateri s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaranastutyutomo
 
Ulasan buku ASTUTY
Ulasan buku ASTUTYUlasan buku ASTUTY
Ulasan buku ASTUTYastutyutomo
 
Rps media pembelajaran
Rps media pembelajaranRps media pembelajaran
Rps media pembelajaranastutyutomo
 
Tugas individu telaah kurikulum s2
Tugas individu telaah kurikulum s2Tugas individu telaah kurikulum s2
Tugas individu telaah kurikulum s2astutyutomo
 
Penilaian s2 untidar, pembelajaran
Penilaian s2 untidar, pembelajaranPenilaian s2 untidar, pembelajaran
Penilaian s2 untidar, pembelajaranastutyutomo
 
Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3astutyutomo
 
Materi s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaranMateri s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaranastutyutomo
 

More from astutyutomo (13)

Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)
Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)
Rps manajemen dan supervisi (16 pert) (format 20191 versi 1)
 
Rps menulis
Rps   menulisRps   menulis
Rps menulis
 
Rps gangguan berbahasa siap unggah
Rps gangguan berbahasa  siap unggahRps gangguan berbahasa  siap unggah
Rps gangguan berbahasa siap unggah
 
Metode dan teknik
Metode dan teknikMetode dan teknik
Metode dan teknik
 
Materi s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaranMateri s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaran
 
A ulasan buku
A  ulasan bukuA  ulasan buku
A ulasan buku
 
Ulasan buku
Ulasan bukuUlasan buku
Ulasan buku
 
Ulasan buku ASTUTY
Ulasan buku ASTUTYUlasan buku ASTUTY
Ulasan buku ASTUTY
 
Rps media pembelajaran
Rps media pembelajaranRps media pembelajaran
Rps media pembelajaran
 
Tugas individu telaah kurikulum s2
Tugas individu telaah kurikulum s2Tugas individu telaah kurikulum s2
Tugas individu telaah kurikulum s2
 
Penilaian s2 untidar, pembelajaran
Penilaian s2 untidar, pembelajaranPenilaian s2 untidar, pembelajaran
Penilaian s2 untidar, pembelajaran
 
Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3
 
Materi s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaranMateri s2 untidar, pembelajaran
Materi s2 untidar, pembelajaran
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

Astuty jurnal internasional ATMR

  • 1. 1 TUTURAN ANAK-ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: KAJIAN SINTAKTIKOPRAGMATIK Oleh: Dr. Astuty, M.pd. Universitas Tidar Email: astuty64@gmail.com ABSTRAK Astuty. 2019. Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan: Kajian sintaktikopragmatik Penelitian tuturan anak-anak tunagrahita ringan dari aspek sitaksis dan pragmatik belum banyak dilakukan. Penelitian tuturan anak-anak tunagrahita ringan lebih banyak dilakukan dari aspek fonologi. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Anak-anak tunagrahita ringan meskipun mengalami berbagai keterbatasan, masih dikaterorikan sebagai anak mampu didik yang dapat dididik menjadi tenaga semi-skilled. Untuk menjadi tenaga semi- skilled tersebut, dibutuhkan keterampilan berbahasa yang baik dan santun. Tujuan penelitian ini secara sintaktis untuk menemukan struktur kalimat, jenis kalimat, dan rerata panjang ujaran serta secara pragmatis untuk menemukan jenis tuturan dan kesantunan tuturan yang dapat dimaksimalkan dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan. Penelitian ini merupakan penelitiaan kualitatif dengan metode cross-section. Subjek penelitian sejumlah 13 anak-anak tunagrahita ringan. Data penelitian berupa penggalan cerita dan penggalan percakapan yang diambil dengan teknik rekam, catat, simak bebas libat cakap, dan simak libat cakap selama kurang lebih tiga bulan. Teknik analisis data menggunakan teknik agih dan padan pragmatik. Temuan penelitian ini, secara sintaktik ditemukan tuturan dengan struktur kalimat S-P, S-P-Ket, Ket-S-P-Ket, Ket-S-P, Ket-S-Ket-P, S-Ket- P, Ket-S-P-Pel; S-P-Pel; jenis kalimat yang ditemukan adalah kalimat tunggal; dan RPU 6,94. Secara pragmatis ditemukan jenis tuturan (1) konstatif, (2) lokusioner, (3) representatif, direktif, ekspresif, (4) langsung, dan (5) harfiah; pematuhan kesantunan bidal ketimbangrasaan, kesetujuan, dan kemurahhatian serta pelanggaran kesantunan bidal ketimbangrasaan, keperkenanan, kerendahhatian, dan kesimpatian. Untuk meminimalisasi pelanggaran kesantunan disarankan penelitian dengan subjek penelitian yang lebih sedikit dengan kurun waktu yang lebih lama. Kata kunci: tuturan, tunagrahita, sintaktikopragmatik A. PENDAHULUAN Humaera (2012) mengatakan bahwa di Indonesia jumlah penduduk yang mengalami tunagrahita sekitar 1-3%. Persentase tersebut terdiri atas 85% menderita tunagrahita ringan, 10% menderita tunagrahita sedang, 4% menderita tunagrahita berat, dan 1-2% menderita tunagrahita sangat berat. Berdasarkan
  • 2. 2 laporan tersebut, diketahui bahwa anak-anak tunagrahita ringan paling banyak jumlahnya. Pada dasarnya anak-anak tunagrahita ringan memperoleh keterampilan berbahasa melalui cara yang sama dengan anak-anak normal, hanya kecepatan anak-anak tunagrahita ringan dalam memperoleh keterampilan berbahasa lebih rendah. Pemerolehan bahasa pada anak-anak tunagrahita ringan biasanya berhenti pada masa pubertas, yaitu kurang lebih usia 15 tahun. Kesulitan utama anak-anak tunagrahita ringan dalam mengembangkan bahasanya adalah terkait dengan pemerolehan kaidah tata bahasa dan kosakata, penggunaan dan pemahaman sintaksis, serta ketidakmampuan menggunakan bahasa secara benar (Kartadinata, 1996:54). Selain memiliki kemampuan linguistis, dalam berkomunikasi anak-anak tunagrahita ringan sebagaimana anak-anak normal tanpa disadari juga memiliki kemampuan pragmatis. Sebagaimana dinyatakan Searle (1969:16) bahwa unit komunikasi bahasa bukan hanya simbol, kata atau kalimat, atau bahkan tanda, tetapi lebih merupakan pengeluaran simbol, kata, atau kalimat dalam performasi tindak tutur. Menurut Mey (1993) secara pragmatik, anak-anak belajar menggunakan bahasa secara efektif sesuai dengan konteks sosialnya. Dalam percakapan normal, partisipan harus saling berbagi giliran, berada dalam topik pembicaraan yang sama. Meskipun mengalami berbagai keterbatasan, anak-anak tunagrahita ringan masih dikategorikan sebagai anak-anak mampu didik yang dapat dididik menjadi tenaga semi-skilled seperti pekerjaan laundri, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga (Ricardson, 1989). Untuk menjadi tenaga semi-skilled tersebut, anak-anak tunagrahita ringan membutuhkan keterampilan berbahasa yang baik dan santun. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan bagi anak-anak tunagrahita ringan, yaitu untuk mengembangkan potensi yang masih dimiliki secara optimal agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada (Depdiknas 2003:23). Atas dasar hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan aspek sintaktik dan pragmatik dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan yang
  • 3. 3 masih dapat dimaksimalkan perkembangannya. Secara sintaktis, tuturan anak- anak tunagrahita ringan diteliti dari sudut struktur kalimatnya, jenis kalimatnya, dan rerata panjang unjarannya (RPU). Sementara itu, secara pragmatis diteliti dari sudut jenis tuturannya dan kesantunannya. Struktur kalimat dasar, menurut pendapat Badudu (1975:32), Alwi et al (2000:321), dan Sugiono (2009:112) terdiri atas delapan struktur. Kedelapan struktur kalimat tersebut meliputi (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Ket, (7) Ket-S-P-O-Pel, dan (8) S-P-O-Pel-Ket. Sementara itu, jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya. Menurut (Alwi et al 2000: 338) terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Untuk mengukur perkembangan sintaksis anak-anak tunagrahita ringan, digunakan teori Brown (dalam Dardjowidjoyo 2000:40) tentang Mean Length of Utterance (MLU). RPU anak-anak normal dihitung dengan menjumlahkan banyaknya morfem dalam ujaran dibagi dengan jumlah ujaran tersebut. Untuk menghitung RPU umumnya dipakai sebanyak 100 ujaran. Untuk menghitung RPU anak-anak tunagrahita ringan tidak menggunakan patokan 100 ujaran, namun dikonversi menjadi 10 ujaran dengan alasan jumlah ujarannya sangat terbatas. Jenis tuturan menurut Austin (1962) dalam bukunya How to Do Things with Words membedakan tuturan deklaratif menjadi dua, yaitu tuturan konstatif dan tuturan performatif. Gunarwan (1994:45) menyebutkan bahwa berkenaan dengan tuturan ada tiga jenis tindakan yang hendaknya mendapatkan perhatian. Ketiga jenis tindakan tersebut, yaitu (1) tindak lokusioner (locutionary act), (2) tindak ilokusioner (ilocutionary act), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary act). Searle (1969) mengelompokkan menjadi lima jenis tuturan, yaitu tuturan representatitif/asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Sementara itu Rustono (2000:71) merangkum berbagai pendapat para ahli berkait dengan jenis tuturan menjadi lima kategori, yaitu tuturan (1) konstatif dan performatif, (2) lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner, (3) representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi, (4) langsung, tidak langsung, dan (5) harfiah, tidak harfiah. Kelima kategori itulah yang digunakan untuk menemukan jenis tuturan anak-anak tunagrahita ringan.
  • 4. 4 Berkait dengan penelitian kesantunan dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan menggunakan teori Leech (1983:132). Menurutnya, salah satu tujuan orang melakukan komunikasi (verbal) adalah mengembangkan, mempertahankan atau membina, dan meningkatkan hubungan pribadi dan sosial yang baik dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut. Leech (1983:132) mengusulkan serangkaian ’prinsip’ kesatuan (politeness principles) yang dirinci di dalam serangkaian bidal (maxims). Bidal-bidal dalam kesantunan tersebut meliputi (1) bidal ketimbangrasaan, (2) bidal kemurahhatian, (3) bidal keperkenanan, (4) bidal kerendahhatian, (5) bidal kesetujuan, dan (6) bidal kesimpatian. B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode cross- section selama kurang lebih tiga bulan, dengan tahapan pengumpulan data, penyaringan, pemerian, dan penarikan simpulan. Subjek penelitian yang diambil adalah beberapa anak yang memenuhi kriteria penelitian. Latar penelitian ini yaitu SLB Negeri Ungaran dan SLB Negeri Semarang. Kedua SLB Negeri tersebut memiliki siswa dengan jumlah ideal. Berdasarkan ketentuan dari BSNP, jumlah ideal siswa ATMR dalam satu kelas adalah antara 5 sampai 7 siswa. Data penelitian ini berupa penggalan cerita dan penggalan percakapan yang dituturkan anak-anak tunagrahita ringan saat mengikuti proses belajar- mengajar untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sumber data penelitian berupa cerita dan percakapan anak-anak tunagrahita ringan di kelas 5 pada SLB Negeri Ungaran sebanyak 6 orang dan SLB Negeri Semarang sebanyak 7 orang. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak dengan teknik rekam, catat, simak bebas libat cakap (SBLC), dan simak libat cakap (SLC). Pada tahap penyaringan, tuturan ditranskripsikan dengan memilih unsur yang relevan saja. Pada tahap pemerian, data dipaparkan dengan mengelompokkannya sesuai variabel penelitian, yaitu berdasarkan aspek sintaktik menggunakan teknik agih dan aspek pragmatik menggunakan teknik padan pragmatik (Sudaryanto 2015: 203-205). Pada tahap penarikan simpulan, dilakukan interpretasi data dikaitkan dengan konteks dan teori.
  • 5. 5 C. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Sintaktis a. Struktur Kalimat Dasar Struktur kalimat dasar dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan delapan struktur, yakni (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O- Pel, (6) S-P-O-Ket, (7) Ket-S-P-O-Pel, dan (8) S-P-O-Pel-Ket. Atas dasar data penelitian, tidak semua struktur kalimat dasar ditemukan dalam tuturan anak- anak tunagrahita ringan. Struktur kalimat lain di luar 8 struktur kalimat dasar justu ditemukan. Kalimat tidak berstruktur banyak ditemukan dalam tuturannya. Dari 231 tuturan yang menjadi data penelitian, ditemukan 189 tuturan yang tidak berstruktur karena tidak bersubjek, susunan kata kacau sehingga maksud tuturan tidak jelas, dan hanya berupa frasa. Tuturan yang berstruktur terdiri atas 42 kalimat dengan struktur kalimat dasar S-P, S-P-Ket, dan S-P-Pel. Selain struktur kalimat dasar tersebut, juga ditemukan struktur lain, yaitu kalimat dengan struktur Ket-S-P-Ket, Ket-S-P, S-Ket-P, dan Ket-S-P-Pel. Untuk mempermudah mencermati hasil temuan disajikan dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Struktur Kalimat dalam Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan Struktur Kalimat Struktur Kalimat Dasar Struktur Lain S-P Ket-S-P-Ket S-P-Ket Ket-S-P S-P-Pel S-Ket-P Ket-S-P-Pel Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa struktur kalimat dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan sangat terbatas. Selain itu, struktur kalimat dalam tuturannya juga kurang bervariasi. Struktur kalimat yang ditemukan banyak
  • 6. 6 berpola S-P dengan letak Keterangan (Ket) bervariasi. Kondisi anak-anak tunangrahita ringan tersebut dalam memproduksi kalimat berdasarkan struktur kalimat dapat dikatakan banyak mengalami defisit. Fungsi Objek dalam kalimat yang dituturkan tidak ditemukan. Apabila disandingkan dengan kemampuan Echa dalam penelitian Dardjowidjojo (2010), Echa dapat memproduksi kalimat berstruktur S-P-Pel ketika berusia 3;0 tahun. Kalimat tersebut antara lain Panelan itu dikutuk sama nenek sihil maksudnya Pangeran itu dikutuk sama nenek sihir (Dardjowidjojo 2010: 203). Demikian juga kalimat berstruktur S-P-O juga ditemukan dalam tuturan Echa pada saat berusia 3;0 tahun. b. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya Menurut Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia (2000:337), berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. Kalimat majemuk terdiri atas (1) kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan data penelitian, dalam tuturan anak- anak tunagrahita ringan hanya ditemukan “kalimat tunggal”. Kalimat majemuk setara yang ditemukan dikategorikan sebagai data outlyer karena hanya ditemukan pada satu subjek penelitian, sehingga tidak mewakili kompetensi anak-anak tunagrahita ringan. Sementara itu, kalimat majemuk bertingkat tidak ditemukan dalam tuturannya. Secara rinci temuan berkait dengan jenis kalimat disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Jenis Kalimat dalam Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Jumlah 1. Kalimat tunggal 40 2. Kalimat majemuk setara 2 (outlyer) 3. Kalimat majemuk bertingkat 0 4. Bukan kalimat 189
  • 7. 7 Atas dasar Tabel 2 dapat dikatakan bahwa kalimat yang ditemukan dalam tuturannya berupa kalimat pendek dan sederhana. Berdasarkan kelengkapan unsurnya, justru didominasi kalimat taklengkap. Tuturan anak-anak tunagrahita ringan didominasi tuturan pendek-pendek yang mayoritas berupa frasa dan deretan kata yang kacau susunannya sehingga tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat. Berdasarkan penelitian Dardjowidjojo (2000:204-218), Echa sudah dapat memproduksi kalimat majemuk setara ketika berumur 3;0 tahun. Pada saat berusia 4;0 tahun, Echa sudah dapat memproduksi kalimat majemuk bertingkat (1) syarat, (2) waktu, (3) penyebaban, (4) tujuan, (5) faktif, dan (6) atributif. Apabila disandingkan dengan hasil penelitian Brown (1973), anak-anak Inggris dapat memproduksi kalimat majemuk koordinatif dengan and ketika berumur 3:0–3;5 tahun. Kalimat majemuk penyebaban dengan because diproduksi ketika berumur 3;0–3;5 tahun. Kalimat majemuk syarat if, diproduksi ketika berumur 4;5 tahun. Sementara itu, kalimat majemuk kompon-komplek dengan because dan when/but/so diproduksi ketika berumur 5;0 tahun. C. Rerata Panjang Ujaran (RPU) Untuk mengukur rerata panjang ujaran (RPU) dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Dardjowidjoyo (2000:40) bahwa RPU dihitung berdasarkan jumlah morfem dalam ujaran, kemudian dibagi dengan jumlah ujaran tersebut. Umumnya dipakai sebanyak 100 ujaran. Dari jumlah tersebut dihitung jumlah morfemnya. Hasilnya dibagi dengan 100. Ada beberapa rambu untuk menghitung morfem dalam ujaran tersebut, yaitu komponen seperti “ketera api”, nama diri seperti “Abdul Majid” dihitung satu morfem karena satu makna. Selain hal tersebut, afiks dihitung satu morfem. Penghitungan RPU anak-anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini tidak menggunakan patokan 100 ujaran, tetapi menggunakan patokan 10 ujaran. Konversi itu dilakukan karena keterbatasan jumlah ujaran yang diproduksi anak- anak tunagrahita ringan. Penghitungan RPU dari 13 sumber data penelitian hanya 11 sumber data penelitian yang dapat dihitung RPU-nya. Dua diantaranya tidak dapat dihitung karena kurang dari 10 ujaran. Ada pun rata-rata RPU anak-anak
  • 8. 8 tunagrahita ringan adalah 6,94. Secara rinci RPU anak-anak tunagrahita ringan yang menjadi subjek penelitian disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Rerata Panjang Ujaran Anak-Anak Tunagrahita Ringan Kode Subjek Penelitian Jumlah Ujaran Jumlah morfem RPU 1 10 99 9,9 2 10 86 8,6 3 10 90 9,0 4 10 78 7,8 5 10 63 6,3 6 10 61 6,1 7 10 86 8,6 8 10 75 7,5 9 10 43 4,3 10 4 - - 11 10 35 3,5 12 10 48 4,8 13 8 - - Rata-rata 6,94 Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa rata-rata RPU anak-anak tunagrahita ringan adalah 6,94. Bila disandingkan dengan PRU Echa ketika berumur 4,3 tahun, yaitu 7,8 (Dardjowidjojo 2000:239). Atas hasil temuan tersebut dapat dikatakan bahwa RPU anak-anak tunagrahita ringan mengalami defisit. Rendahnya RPU anak-anak tunagrahita ringan kelas 5 dibandingkan dengan RPU
  • 9. 9 Echa ketika berumur 5 tahun karena dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan tidak ditemukan kalimat majemuk setara maupun bertingkat. Sementara itu, Echa sejak berumur 4;3 sudah produktif dalam memproduksi kalimat majemuk bertingkat. 2. ANALISIS PRAGMATIK a. Jenis Tuturan Berkait dengan jenis tuturan, hasil temuan atas data penelitian adalah tuturan (1) konstantif, (2) lokusioner, (3) representatif, direktif, dan ekspresi, (4) langsung, dan (5) harfiah. Jenis tuturan yang ditemukan semuanya bermakna sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan anak-anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan untuk dapat berfikir abstrak. Belajar apapun harus terkait dengan objek yang konkrit. Kondisi seperti itu ada hubungannya dengan kelemahan ingatan jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan sukar sekali dalam mengembangkan ide. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Jenis Tuturan dalam Tuturan ATMR Berdasarkan Kemampuan Aktual dan Potensial Kategori Jenis Tuturan 1 konstatif 2 lokusi 3 representatif, direktif, ekspresif 4 langsung 5 harfiah Berkait dengan kemampuan berpikir abstrak, Brandone et al (2000) menyatakan bahwa anak-anak normal mulai memproduksi bahasa bermakna simbolik ketika berumur 7 tahun. Sementara itu kata-kata abstrak dikuasai anak- anak normal sejak berumur 9 tahun. Kondisi yang dialami anak-anak tunagrahita ringan berkait kemampuan berpikir abstrak yang mengalami defisit oleh Winnepenninckx et al (2003) dikatakan sebagai karakteristik umum anak tunagrahita ringan akibat rendahnya intelegensi. Kapasitas belajar anak-anak
  • 10. 10 tunagrahita ringan yang bersifat abstrak sangat terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. Kondisi yang dialami anak-anak terbelakang mental ringan tersebut, Apriyanto (2012:50) mengemukakan bahwa dalam memberikan pembelajaran kepada anak-anak tunagrahita ringan perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) bahan yang diajarkan perlu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil dan ditata secara berurutan, (2) setiap bagian dari bahan ajar diajarkan satu demi satu dan dilakukan secara berulang-ulang, (3) kegiatan belajar hendaknya dilakukan dalam situsi yang kongkrit, (4) diberikan dorongan atau motivasi untuk melakukan apa yang sedang ia pelajari, (5) menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan menghindari kegiatan belajar yang terlalu formal, dan (6) menggunakan alat peraga dalam mengkongkritkan konsep yang bersifat abstrak. 2. Kesantunan Berdasarkan data penelitian, dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan ditemukan tuturan yang mematuhi prinsip-prinsip kesantunan dan tuturan yang melanggar prinsip-prinsip kesantunan. Pematuhan kesantunan yang ditemukan adalah pematuhan kesantunan bidal ketimbangrasaan, kesetujuan, dan kesimpatian. Sementara itu, pelanggaran kesantunan yang ditemukan adalah pelanggaran kesantunan bidal ketimbangrasaan, keperkenanan, kerendahhatian, dan kesimpatian. Secara rinci disajikan dalam tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Kesantunan Tuturan Anak-Anak Tunagrahita Ringan Pematuhan/Pelanggaran Kesantunan Bidal Kesantunan Pematuhan Ketimbangrasaan, kesetujuan, kemurahhatian Pelanggaran Ketimbangrasaan, keperkenanan, kerendahhatian, kesimpatian Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa dalam tuturan anank-anak tunagrahita ringan banyak ditemukan tuturan yang melanggar kesantunan. Berkait dengan
  • 11. 11 pelanggaran skala kesantunan, Somantri (2007: 105) mengatakan bahwa rendahnya IQ anak-anak tunagrahita ringan berdampak pada kurang mampunya mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, serta membedakan yang benar dan yang salah. Winnepenninckx et al (2003) menyatakan kalau anak-anak tunagrahita ringan mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Hal itulah yang menyebabkan kesantunan anak-anak tunagrahita ringan mengalami defisit. Berkait dengan pelanggaran kesantunan dalam tuturan Anak-Anak tunagrahita ringan, peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan teknik probing question dengan jangka waktu yang lebih lama karena menyangkut perubahan perilaku. D. SIMPULAN Sejalan temuan penelitian serta pembahasannya, dapatlah disimpulkan sebagai berikut. (1) Secara sintaktis dalam tuturan anak-anak tunagrahita ringan ditemukan struktur kalimat dasar S-P, S-P-Ket, dan S-P-Pel serta struktur kalimat lain Ket-S-P-Ket, Ket-S-P, S-Ket-P, dan Ket-S-P-Pel; jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya hanya ditemukan “kalimat tunggal”. Kalimat majemuk setara yang ditemukan dikategorikan sebagai data outlyer, kalimat majemuk bertingkat tidak ditemukan; RPU anak-anak tunagrahita ringan adalah 6,94. (2) Jenis tuturan yang ditemukan adalah tuturan (1) konstatif, (2) lokusioner, (3) representatif, direktif, ekspresif, (4) langsung, dan (5) harfiah; pematuhan kesantunan yang ditemukan adalah kesantunan bidal ketimbangrasaan, kesetujuan, dan kesimpatian, pelanggaran kesantunan yang ditemukan adalah pelanggaran kesantunan bidal ketimbangrasaan, keperkenanan, kerendahhatian, kesimpatian. E. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, Soenjono, Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliona. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Apriyanto, N. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya Yogyakarta: Javalitera.
  • 12. 12 Austin, J. L. 1962. How To Do Thing with Word. Oxford New York: Oxford University Press. Badudu, J.S. 1975. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: TB Bandung. Chapman, R. 2003. “Language and Communication in Individuals with Down Syndrome”. International Journal of Early Childhood Special Education (INT-JECSE). Volume 157:1-34. Dardjowidjojo, S. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Gransindo Depdiknas. 2003. Pedoman Guru Pendidikan Merawat Diri untuk Anak Retardasi Mental. Jakarta : CV Karya Sejahtera. Gunarwan, A. 1994. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik”. Makalah. Pelba VII. Jakarta 26-27 Oktober. Humaera, Desni. 2012. “Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas III di SLB Sabiluna Pariaman”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Nomor 3. http:/ejournal.unp.ac.id/index/jupek hu. Leech. G. 1983. Principle of Pragmatiks. Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia Dilakukan oleh M.D.D. Oka. 1991. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press. Levinson, S. C. 1995. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Mey, J. I. 1994. Pragmatik: An Introduction. Oxford UK & Cambridge USA: Blackwell. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press. Searle, J.R. 1969. “Indirect Speech Act” dalam Cole, Peter, & J.Morgan (Ed.), Syntax and Semantics: Speech Acts. New York: Academic Press. Hlm. 49-82. Somantri, S. 2007b. Anak Tunagrahita. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.