SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
278
PENGARUH GENDER DAN TIPE KEPRIBADIAN
TERHADAP KOMPETENSI BERBICARA BAHASA INGGRIS
Ni Made Ratminingsih
Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana No. 11 Singaraja
e-mail: made-ratminingsih@yahoo.com.au
Abstract: The Effect of Gender and Types of Personality on Speaking English Competency.
The objective of this research was to investigate the effect of gender and types of personality on the
students’ speaking competency of English Education Department who programmed Speaking III
Course. This study was conducted by involving the third semester students in the academic year
2011/2012. An expost facto with an application of 2X2 factorial design was utilized. The obtained
data were analyzed by using two-way ANOVA. The findings indicated that (1) there was a signi-
ficant difference in speaking compentency between female and male students. The female students
had higher speaking competency than male students, (2) there was a significant difference of speak-
ing compentency between extrovert and introvert students. The extrovert students had higher spea-
king competency than the introvert ones, and (3) there was no interaction effect between gender and
types of personality in the students’ speaking competency.
Keywords: gender, types of personality, speaking competency
Abstrak: Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi Berbicara Bahasa
Inggris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh gender dan tipe
kepribadian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang
mengambil mata kuliah Speaking III. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester 3 pada tahun
akademik 2011/2012. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian ex post facto de-
ngan desain faktorial 2 x 2 dan analisis data dilakukan dengan menggunakan ANAVA dua jalur.
Hasil Penelitian membuktikan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi
berbicara antara mahasiswa perempuan dengan mahasiswa laki-laki, mahasiswa perempuan memi-
liki kompetensi berbicara yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki, (2) terdapat perbedaan
yang signifikan pada kompetensi berbicara antara mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi
dengan introversi, mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi memiliki kompetensi berbicara yang
lebih tinggi daripada mahasiswa yang berkepribadian introversi, dan (3) tidak terdapat pengaruh
interaksi antara gender dan tipe kepribadian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa.
Kata-kata Kunci: gender, tipe kepribadian, kompetensi berbicara
Kompetensi bahasa Inggris sangat mutlak diper-
lukan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Baha-
sa Inggris. Berbicara sebagai salah satu dari
empat keterampilan dasar berbahasa memegang
peran sangat sentral, tanpa kompetensi yang
maksimal dalam berbicara, niscaya mahasiswa
yang disiapkan untuk menjadi calon guru yang
profesional dapat melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran dengan baik dan berkualitas.
Cameron (2001) menyatakan bahwa berbi-
cara adalah sebuah proses aktif menggunakan
bahasa untuk mengekspresikan makna, sehingga
orang yang diajak berbicara dapat memahami
apa yang dikatakan. Untuk dapat mencapai eks-
pekstasi tersebut, dalam kurikulum bahasa Ing-
gris terdapat 3 mata kuliah terkait dengan pem-
belajaran berbicara, yaitu Speaking I, Speaking
II, dan Speaking III. Sesuai dengan esensi mata
kuliahnya, maka tugas dosen adalah membuat
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288279
mahasiswa memaksimalkan dirinya berlatih
menggunakan bahasa target berbicara secara
transaksional dan interaksional dalam berbagai
tema dan genre, yang dikembangkan dalam sila-
bus. Usaha memaksimalkan mahasiswa merupa-
kan pengejawantahan paradigma pembelajaran
terbaru, yang bergeser dari teacher-centered
menjadi learner-centered. Paradigma pembela-
jaran terbaru ini telah banyak diterapkan dalam
berbagai mata kuliah, seperti pengajaran skill:
listening, speaking, reading, dan writing, dan
mata-mata kuliah lainnya.
Namun demikian, fenomena yang terlihat
saat ini di Jurusan Bahasa Inggris adalah bahwa
dari lima kelas yang mengambil mata kuliah
Speaking III, berdasarkan observasi peneliti
selama mengampu mata kuliah tersebut, masih
banyak terdapat mahasiswa yang memiliki
kompetensi bahasa Inggris yang kurang memadai
sebagai calon guru. Hal ini dapat dibuktikan dari
kemampuan mereka berbicara yang masih ber-
masalah dilihat dari ketepatan pelafalan (pronun-
ciation), kelancaran (fluency), ketepatan aturan
gramatika (grammar), kosakata yang digunakan
(vocabulary), keterbatasan kalimat-kalimat yang
diujarkan yang disebabkan oleh pemahaman ter-
hadap tema tertentu yang masih kurang (com-
prehension). Terkait dengan hal ini, Bailey dan
Savage (dalam Lazaraton, 2001:103) menegas-
kan bahwa berbicara dalam bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua (L2) atau sebagai bahasa
asing (FL) adalah keterampilan berbahasa yang
paling sulit di antara keempat keterampilan
berbahasa, oleh karena berbagai subsistem ter-
integrasi dalam kegiatan berbicara. efektif. Apa
yang diungkapkan Bailey dan Savage (dalam
Lazaraton, 2001) lebih dipertegas lagi oleh Pin
(2010), yang menyatakan bahwa target pem-
belajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing
adalah untuk mengembangkan berbagai kete-
rampilan komprehensif, seperti mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dam menerjemah-
kan. Bagi mahasiswa Cina, mereka bermasalah
dalam hal ketepatan (accuracy) dan kelancaran
(fluency) berbicara. Mereka mendapatkan ke-
sempatan berlatih lebih banyak hanya di dalam
konteks sekolah, hanya sebagian kecil saja mau
berlatih di luar. Apa yang diuraikan oleh Pin
(2010) di atas, tidak jauh dengan kondisi pembe-
lajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing (FL)
di Indonesia, bahasa tulisan bahasa Inggris
berbeda dengan bahasa lisan, sehingga pebelajar
di Indonesia juga memiliki masalah yang sama
dalam berbicara bahasa Inggris, yaitu ketepatan
dan kelancaran.
Ada berbagai faktor yang dapat berpe-
ngaruh terhadap kesuksesan seseorang belajar.
Faktor-faktor tersbut dapat berasal dari pebelajar
sendiri (internal factor) dan dari luar pebelajar
(external factor). Dari dalam diri pebelajar, fak-
tor-faktor internal tersebut dapat berupa gender,
motivasi, minat, sikap, kepribadian, cara atau
gaya belajar, dan lain-lain, sedangkan faktor luar
dapat berupa tuntutan dari orangtua, faktor
sekolah dan guru, dan lingkungan sekitar.
Di antara beberapa faktor tersebut di atas,
peneliti memfokuskan penelitian ini pada faktor
internal, khususnya gender dan kepribadian. El-
liott, dkk. (2000:30) menyebutkan bahwa terda-
pat beberapa faktor yang mempengaruhi perkem-
bangan setiap individu, yang berinteraksi satu
dengan yang lain, yang dinamakan bio-psycho-
social. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa kelahiran
(birth) adalah salah satu karakteristik biologis
dari teori biopsycosocial, yang dalam hal ini da-
pat dikaitkan dengan dilahirkan sebagai laki-laki
atau pun perempuan, yang kemudian mengarah-
kan kepada konsep gender. Sesungguhnya, kon-
sep kelahiran sebagai laki-laki ataupun sebagai
perempuan (sex) berbeda dengan konsep gender,
namun konsep gender sering digunakan secara
tumpang tindih. Elliott, dkk. (2000:146) meng-
klarifikasi: “gender refers to psychosocial as-
pects of maleness and femaleness, whereas sex
refers to biological maleness and femaleness”.
Jadi, jelas bahwa gender merupakan aspek psiko-
sosial dari kelaki-lakian (kejantanan) dan kepe-
rempuanan (kewanitaan), sedangkan seks adalah
laki-laki dan perempuan secara biologis.
Perbedaan gender dianggap sebagai salah
satu determinan yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Elliott, dkk. (2000) menegaskan
terdapat beberapa perbedaan gender yang ditun-
jukkan dari beberapa karakteristik. Dari segi ke-
mampuan verbal, dijelaskan bahwa perempuan
lebih baik dalam berbagai tugas-tugas verbal se-
jak awal perkembangannya, dan menjadi su-
perioritasnya yang terpelihara, sedangkan laki-
laki memiliki lebih banyak masalah berbahasa
daripada perempuan. Namun, demikian laki-laki
lebih baik dalam tugas-tugas visual spasial, dan
kemampuan Matematika dan Sain.
Selain faktor gender, faktor psikologis,
yaitu kepribadian (personality), juga berpenga-
ruh terhadap perkembangan bahasa. Kumarava-
divelu (2006:31) menegaskan ada beberapa fak-
tor individual yang berpengaruh terhadap per-
Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 280
kembangan bahasa kedua (L2) yaitu umur,
kecemasan, empati, ekstroversi, introversi, dan
pengambilan resiko. Di antara faktor-faktor
kepribadian yang disebutkan di atas, peneliti
memfokuskan pada ekstroversi dan introversi
dalam penelitian ini.
Eysenck (dalam Keith Johnson, 2001:139)
mendeskripsikan bahwa orang ekstroversi suka
bersosialisasi, suka pesta, mempunyai banyak
teman, butuh orang yang diajak berbicara, dan
tidak suka belajar sendiri. Dia senang kegembi-
raan, mengambil kesempatan, penuh keyakinan,
dan beraksi segera, umumnya merupakan
individu yang penuh dorongan dan spontan. Dia
selalu siap dengan jawaban dan suka dengan
perubahan. Sedangkan, orang introversi adalah
orang yang pendiam, pemalu, introspektif, lebih
gemar buku-buku daripada orang lain; dia
menjauh dan menjaga jarak, kecuali hanya
dengan teman akrab. Dia cenderung merencana-
kan segala sesuatu, dan tidak suka beraksi
segera. Dia tidak suka kegembiraan, dan memi-
kirkan masalah kehidupan sehari-hari dengan
keseriusan. Dia lebih suka dengan kehidupan
yang teratur. Johnson (2001) juga menegaskan
bahwa orang ekstroversi lebih sukses belajar
bahasa dibandingkan dengan orang introversi.
Oleh karena itu dikatakan bahwa terdapat
koneksi an-tara ekstroversi dengan penampilan
oral.
Penelitian terkait dengan perbedaan gen-
der dilakukan oleh Maccoby dan Jacob (dikutip
oleh Elliott, 2000: 138) yang menyimpulkan
bahwa laki-laki lebih superior dalam keteram-
pilan Matematika dan keterampilan visual-spa-
sial, sedangkan perempuan lebih baik dalam
keterampilan verbal.
Selanjutnya temuan penelitian Teh, dkk.
(2009) membuktikan bahwa ada hubungan an-
tara faktor gender dengan penggunaan strategi
belajar. Penelitian ini juga mendukung temuan-
temuan sebelumnya (seperti Ehrman & Oxford,
1989; Green & Oxford, 1995; Mohamed Amin,
2000; Mohd Nazali, 1999; Punithavalli, 2003,
dalam Teh, dkk. 2009) bahwa pebelajar perem-
puan lebih sering menggunakan semua strategi
belajar, bahkan pada penelitian Green dan
Oxford (1995, dalam Teh, dkk. 2009) lebih di-
tegaskan bahwa efek penggunaan strategi belajar
yang dihubungkan dengan gender mengacu pada
penyebab bilogis dan sosialisasi. Temuan pene-
litian Oxford tahun 1989 (dalam Teh, 2009)
menyatakan bahwa perbedaan gender diasosia-
sikan dengan orientasi sosial perempuan yang
lebih besar, keterampilan berbicara yang lebih
kuat atau unggul, dan lebih banyak kecocokan
dari segi norma-norma baik linguistik dan akade-
mik. Bukti dari penelitian Teh (2009) juga
mendukung hasil penelitian sebelumnya (Larsen-
Freeman & Long 1991; Maccoby & Jacklin,
1974; Slavin, 1988 dalam Teh, dkk. 2009), bah-
wa perempuan lebih baik daripada laki-laki
dalam pemerolehan bahasa kedua atau pun
bahasa pertama.
Namun demikian, Radwan (2011) mela-
porkan hasil penelitiannya terhadap maha-siswa
Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Sultan
Qaboos di Oman yang berbeda dari penelitian-
penelitian terdahulu, bahwa laki-laki lebih ba-
nyak menggunakan strategi sosial yang berko-
relasi dengan profisiensi oral. Temuan penelitian
ini terkait dengan latar belakang budaya dari ma-
hasiswa. Masyarakat Oman diorganisasi berda-
sarkan suku bangsa yang tetap eksis sampai
sekarang. Laki-laki harus mengembangkan kete-
rampilan sosial yang baik agar dapat beroperasi
dalam konteks interaksi sosial. Di samping itu,
budaya, adat istiadat, dan kebiasaan konservatif
di negara-negara Arab menghalangi perempuan
bersosialisasi dan berhubungan dengan dunia
luar, yang menjadi prasyarat untuk unggul dalam
pemerolehan bahasa asing dalam pendekatan
pembelajaran bahasa yang berorientasi komuni-
katif.
Penelitian yang terkait dengan kepribadian
ekstroversi-introversi awalnya dilakukan oleh
Pritchard pada tahun 1952 (dalam Johnson,
2001) dan menemukan adanya korelasi antara
faktor sosiabilitas dari kepribadian ekstroversi
dengan kelancaran dalam berbicara bahasa
Perancis, namun dalam penelitian Naiman dkk.
pada tahun 1978 (dalam Johnson, 2001) ditemu-
kan tidak ada korelasi antara kepribadian ekstro-
versi dengan kesuksesan belajar bahasa. Dari dua
penelitian ini ditunjukkan adanya kontradiksi
temuan. Namun, penelitian berikutnya menegas-
kan kembali perbedaan tersebut. Penelitian oleh
Rahmat (1991) menemukan bahwa siswa yang
berkepribadian ekstroversi memiliki kemampuan
berbicara bahasa Arab yang lebih tinggi daripada
siswa yang berkepribadian introversi, selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Eviyanti (1998)
dalam bahasa Perancis menemukan bahwa maha-
siswa dengan kepribadian ekstroversi memper-
oleh rerata hasil belajar berbicara bahasa Peran-
cis lebih tinggi daripada mahasiswa yang berke-
pribadian introversi. Penelitian di Mesir, yang
dilakukan oleh Badran (2001) kepada mahasiswa
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288281
di Fakultas Pendidikan, Mansoura University,
membuktikan bahwa kepribadian ekstroversi/
introversi berkorelasi positif dengan akurasi pe-
lafalan bahasa Inggris mahasiswa yang berbaha-
sa asli bahasa Arab. Mahasiswa ekstroversi lebih
tepat dalam pelafalan daripada mereka yang in-
troversi. Penelitian terkini terkait ekstroversi/ in-
troversi dilakukan oleh Ratminingsih (2010)
yang dijadikan salah satu variabel moderator
dalam penelitian eksperimen. Hasil penelitian
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada keterampilan mendengarkan sis-
wa sekolah dasar antara yang berkepribadian
ektroversi dengan introversi.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian
terdahulu, peneliti terinspirasi untuk meneliti
kembali aspek kepribadian ekstroversi-introversi
pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif dengan metode kausal kom-
paratif (Ex Post Facto). Menurut Kerlinger (da-
lam Emzir, 2008:119), penelitian kausal kompa-
ratif, yang juga disebut ex post facto adalah pe-
nyelidikan emperis yang sistematis di mana il-
muwan tidak mengendalikan variabel bebas
secara langsung, karena eksistensi dari variabel
tersebut telah terjadi atau variabel tidak dapat
dimanipulasi. Dantes (2008) menam-bahkan bah-
wa desain ex post facto dapat berupa corelatio-
nal study dan criterion group design. Gay, dkk.
(2009:218) menjelaskan bahwa kata ex post facto
sendiri berasal dari bahasa Latin yang bermakna
‘after the fact’, oleh karena baik efek (effect)
maupun penyebab yang diduga (alleged cause)
telah terjadi dan diteliti sebagai retrospektif.
Berdasarkan landasan teoretis metodis di atas,
penelitian ini menggunakan desain criterion
group yang menggunakan analisis faktorial
(Dantes, 2008), yaitu faktorial 2 x 2.
Tabel 1. Model Konstelasi Masalah
Gender (A)
Tipe
Kepribadian (B)
Laki-Laki
(A1)
Perempuan
(A2)
Ekstroversi (B1) (A1 B1) (A2 B1)
Introversi (B2) (A1 B2) (A2 B2)
Sesuai dengan jumlah variabel bebas, yaitu: (1)
Gender, yang terdiri atas laki-laki (A1) dan
perempuan (A2), dan Tipe Kepribadian (B), yang
terdiri atas Kepribadian Ekstroversi (B1) dan
Kepribadian Introversi (B2), maka model kon-
stelasi masalahnya dapat dilihat dalam Tabel 1 di
atas.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan teknik sam-
pling random (random sampling). Oleh karena
persyaratan penghitungan secara statistik jumlah
mahasiswa (n) tidak boleh kurang dari 30, maka
dalam penelitian ini akan menggunakan masing-
masing 34 sampel untuk setiap variabel bebas,
sehingga total jumlah mahasiswa yang dibu-
tuhkan untuk penelitian ini adalah 68 orang
setelah dilakukan sampling. Sebaran sampel
dalam konstelasi penelitian di sajikan dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran Sampel Penelitian
Gender (A)
Tipe
Kepribadian (B)
Laki-
Laki
(A1)
Perempuan
(A2)
Total
Ekstroversi (B1) 17 17 34
Introversi (B2) 17 17 34
Total 34 34 68
Dalam menentukan klasifikasi tipe kepri-
badian yang dimiliki, semua mahasiswa baik
laki-laki dan perempuan (populasi) diberikan
angket untuk mengetahui apakah mereka ber-
kepribadian ekstroversi atau introversi. Skor
yang terkumpul dari penyebaran angket akan
diranking dari yang tertinggi sampai dengan
yang terendah. Selanjutnya, dengan mengguna-
kan kriteria persentase yang diperkenalkan oleh
Nitko (1996), maka dalam penelitian ini akan
ditentukan 33% kelompok atas, dan 33% kelom-
pok bawah.
Instrumen yang digunakan untuk mengu-
kur kompetensi berbicara adalah berupa perfor-
mance test, yaitu mahasiswa diberikan tes kom-
petensi berbicara yang difokuskan pada genre
expository, yaitu mahasiswa diberikan topik “an
ideal place for holidaying”. Kompetensi mereka
berbicara kemudian diukur dengan rubrik yang
diperkenalkan oleh Thompson yang dilihat dari 5
dimensi, yaitu (1) pemahaman wacana, (2) kelan-
caran dalam berbicara, (3) ketepatan penggunaan
kosakata dan ekspresi idiomatik, (4) ketepatan
dalam pelafalan dan intonasi, dan (5) ketepatan
penggunaan gramatika dan susunan kata. Di ba-
wah ini adalah rubrik penilaian yang digunakan
Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 282
untuk menilai kompetensi berbicara yang diadap-
tasi dari Thompson (dalam McKay, 2007: 291).
Instrumen yang digunakan untuk meng-
ukur tipe kepribadian mahasiswa adalah angket
yang disusun peneliti sesuai dengan lan-dasan
konseptual (Norman, dalam Lanyon dan Good-
stein, 1982) Tipe kepribadian yang menjadi fo-
kus adalah ekstroversi dan introversi yang dilihat
dalam 4 dimensi kontradiktif. Ekstroversi adalah
kepribadian yang suka berbicara (talkative), terus
terang dan terbuka (frank/open), suka petuala-
ngan atau tantangan (adventurous), dan mudah
bersosialisasi (sociable), sedangkan introversi
adalah kepribadian yang cenderung pendiam/
pemalu (silent), tertutup (secretive), berhati-hati/
waspada (cautious), dan lebih menjaga jarak atau
menyendiri (reclusive).
Baik tes kompetensi berbicara dan angket
kepribadian, divalidasi oleh pakar untuk mencari
validitas isi (content validity). Formula yang di-
gunakan adalah formula Gregory. Selanjutnya,
tingkat reliabilitas tes kompetensi berbicara diuji
dengan menggunakan inter-rater reliability sete-
lah ujicoba lapangan (Dantes, 2008). Untuk
menganalisis validitas isi Formula Gregory yang
digunakan adalah sebagai berikut:
CV =
DCBA
D

Koefisien validitas isi adalah 0 – 1. Instrumen
dinyatakan valid bila Vc > 0,70. Adapun hasil
analisis validitas isi dari tes kompetensi berbi-
cara oleh dua ahli adalah 1, yang berarti tinggi
dan setelah ujicoba lapangan terhadap 40 orang
mahasiswa, kompetensi berbicara mereka dinilai
oleh 2 orang rater dan hasil perhitungan reliabili-
tas rkk adalah sebagai berikut.
rkk=
Vb
vsVb  =
58,217
95,358,217  =0,98 (very high).
Jadi, tingkat reliabilitas tes kompetensi berbicara
sangat tinggi.
Untuk instrumen angket, validitas isi dari
dua ahli adalah 0,98 yang berarti memiliki validi-
tas tinggi, dan setelah ujicoba lapangan terhadap
57 mahasiswa semester 5, hasil perhitungan vali-
ditas butir menggunakan rumus koefisien Pro-
duct Moment dan reliabilitas menggunakan ru-
mus Alpha Cronbach.
Untuk analisis validitas butir soal, perhitu-
ngan dengan menggunakan bantuan program
Excel dengan fungsi = correl (array 1, array 2)
mendapatkan hasil koefisien Product Moment
( yang kemudian dibandingkan dengan .
Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan butir,
terdapat beberapa butir yang tidak valid (drop),
yaitu butir nomor 2, 7, 11, 20, 22, 25,
33,37,40,48 yang memiliki nilai ( < .
Butir-butir soal tersebut kemudian dibuang dan
tidak digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
semua butir yang valid dihitung tingkat reliabi-
litasnya dengan rumus Alpha Cronbach. Dari
hasil perhitungan di atas yaitu rii= 0,91, maka
dapat dikatakan bahwa tingkat reliabilitas dari
angket tipe kepribadian adalah sangat tinggi.
Berdasarkan analisis validitas dan reliabilitas di
atas, angket kepribadian kemudian direvisi, yaitu
dengan menghilangkan butir-butir yang tidak
valid, dan jumlah butir yang kemudian diguna-
kan dalam penelitian adalah sebanyak 40 butir.
Data yang terkumpul dianalisis dengan
dua cara, yaitu analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial. Dalam penelitian ini,
secara statistik deskriptif, data dideskripsikan
dengan menentukan nilai (1) Mode, (2) Median,
(3) Range, (4) Mean, dan (5) Standard Devi-
ation (S) atau simpangan baku. Selanjutnya, un-
tuk menjawab permasalahan penelitian, data
dianalisis dengan statistik inferensial, yaitu
dengan analisis variansi dua jalur (ANAVA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dalam penelitian ini dideskripsikan
pada Tabel 3. Tabel ini memperlihatkan ke-
mampuan berbicara mahasiswa laki-lakai dan
perempuan, kemampuan berbicara mahasiswa
berkepribadian ekstrovert dan introvert, serta
kombinasi keduanya.
Pengujian persyaratan analisis dalam rang-
ka uji hipotesis mencakup uji normalitas dan
homogenitas. Uji normalitas data dengan meng-
gunakan Chi-Square dalam penelitian ini dilaku-
kan terhadap semua kelompok data. Rangkuman
hasil uji normalitas disajikan dalam Tabel 4.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288283
Keterangan:
A1 = kompetensi berbicara mahasiswa laki-laki
A2 = kompetensi berbicara mahasiswa perempuan
B1 = kompetensi berbicara mahasiswa yang berkepribadian
ekstroversi
B2 = kompetensi berbicara mahasiswa yang berkepribadian
introversi
A1B1 = kompetensi berbicara mahasiswa laki-laki yang
berkepribadian ekstroversi
A1B2 = kompetensi berbicara mahasiswa laki-laki yang
berkepribadian introversi
A2B1 = kompetensi berbicara mahasiswa perempuan yang
berkepribadian ekstroversi
A2B2 = kompetensi berbicara mahasiswa perempuan yang
berkepribadian introversi
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Sampel N χ²hitung χ²tabel Simpulan
A1 34 2,16026408 11,07 Normal
A2 34 2,90466234 11,07 Normal
B1 34 5,7137914 11,07 Normal
B2 34 1,831031389 11,07 Normal
A1B1 17 5,7137914 11,07 Normal
A1B2 17 1,26495304 11,07 Normal
A2B1 17 1,11665843 11,07 Normal
A2B2 17 3,43994068 11,07 Normal
Berdasarkkan Tabel 4, dapat dilihat bah-
wa semua kelompok data yang diuji normalitas-
nya dengan uji Chi-Square memiliki nilai hitung
(χ² hitung) yang lebih kecil daripada nilai tabel
(χ²tabel) dengan tingkat singnifikansi  = 0,05.
Ini berarti bahwa semua kelompok data dalam
penelitian ini berasal dari sampel yang berdis-
tribusi normal. Jadi, dapat dikatakan bahwa per-
syaratan normalitas data dapat dipenuhi.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas
variansi pada keempat kelompok data dengan
menggunakan Uji Bartlett. Keempat kelompok
data harus memenuhi asumsi bahwa variansinya
homogen, sehingga dapat dilakukan pengujian
terhadap nilai rata-rata antara kelompok perla-
kuan. Hasil pengujian dengan uji Bartlett pada
taraf signifikansi  = 0,05 dan derajat kebeba-
san = 3 dapat ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Sampel dk 1/dk SD SD² log SD² dk x log SD² dk x SD²
A1B1 16 0,06 10,08 101,69 2,01 32,12 1627,06
A1B2 16 0,06 6,86 47,12 1,67 26,77 753,88
A2B1 16 0,06 6,54 42,76 1,63 26,10 684,12
A2B2 16 0,06 9,94 98,82 1,99 31,92 1581,06
Total 64 0,25 33,43 290,38 7,31 116,90 4646,12
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Berbicara
A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
N Valid 34 34 34 34 17 17 17 17
Missing 0 0 0 0 17 17 17 17
Mean 70.9412 78.6765 78.9118 70.7059 75.2353 66.6471 82.5882 74.7647
Median 70.0000 78.5000 80.0000 70.0000 75.0000 69.0000 84.0000 75.0000
Mode 60.00a
78.00a
75.00a
70.00 60.00a
70.00 92.00 52.00a
Std. Deviation 9.54714 9.18735 9.16306 9.36638 1.00842 6.86423 6.53891 9.94063
Variance 91.148 84.407 83.962 87.729 101.691 47.118 42.757 98.816
Range 43.00 44.00 38.00 44.00 38.00 22.00 22.00 44.00
Minimum 55.00 52.00 60.00 52.00 60.00 55.00 70.00 52.00
Maximum 98.00 96.00 98.00 96.00 98.00 77.00 92.00 96.00
Sum 2412.00 2675.00 2683.00 2404.00 1279.00 1133.00 1404.00 1271.00
Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 284
Varians gabungan:
∑(dk x SDt²) 4646,12
S ² = = = 72,59558973
∑ dk 64
Log S² = log (72,59558973) = 1,860910238
B = (∑dk) log S² = 64 x 1,860910238 = 119,0982552
χ² = (ln 10) x {B – (∑dk) x log S²}
= 2,302 x {119,0982552 – 116,90}
= 5,058329619
Berdasarkan Tabel 5 di atas, diperoleh
nilai χ²hitung sebesar 5,0583 dan nilai χ²tabel pada
dera-jat kebebasan (dk) = (jumlah klasifikasi –
1) = 4 – 1= 3 dan taraf signifisikasinya 5 % se-
besar 7,815. Untuk menentukan data homogen
atau tidak, maka nilai χ²hitung tersebut harus
dibandingkan dengan nilai χ²tabel. Oleh karena
nilai χ²hitung < χ²tabel (5,0583 < 7,815) berarti data
homogen. Jadi, persyaratan homogenitas data
dapat dipenuhi.
Untuk dapat melakukan pengujian hipote-
sis, terlebih dahulu dilakukan analisis varian dua
jalur (Two-way ANOVA). Analisis variansi dila-
kukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
ada pengaruh perbedaan gender dan tipe kepri-
badian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Rangkuman
hasil analisis varian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Penghitungan ANAVA Dua Jalur untuk Menginvestigasi Pengaruh Gender
dan Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi Berbicara Mahasiswa
JK df MS Fob Fcv(α=0,05)
A 1017,191 1 1017,191 14,01175 3,99
B 1144,721 1 1144,721 15,76846 3,99
AB 2,485294 1 2,485294 0,034235 3,99
D 4646,118 64 72,59559
TOTAL 67
Berdasarkan hasil analisis varian (ANA-
VA) dua jalur, dapat disimpulkan temuan-temu-
an sebagai berikut.
Terdapat Perbedaan Kompetensi Berbicara
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Ing-
gris yang Mengambil Mata Kuliah Speaking
III antara Kelompok Laki-laki dengan Ke-
lompok Perempuan
Hasil perhitungan dengan analisis varians
(ANAVA) dua-jalur diperoleh nilai FA(hitung)
sebesar 14,01175, sedangkan nilai Ftabel pada
dbA= 1, dbdal = 64, α = 0,05 sebesar 3,99. Ini
berarti FA(hitung) > Ftabel. Dengan demikian, hipote-
sis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbe-
daan kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil ma-
ta kuliah Speaking III antara kelompok laki-laki
dengan kelompok perempuan ditolak. Sebalik-
nya, hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
ada perbedaan kompetensi berbicara mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me-
ngambil mata kuliah Speaking III antara kelom-
pok laki-laki dengan kelompok perempuan dite-
rima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bah-
wa ada perbedaan kompetensi berbicara mahasis-
wa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me-
ngambil mata kuliah Speaking III antara kelom-
pok laki-laki dengan kelompok perempuan. Hal
ini dapat ditunjukkan dari skor rerata yang dipe-
roleh oleh kelompok mahasiswa perempuan
(78,6765) lebih tinggi daripada skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa laki-laki (70,9412).
Temuan ini mendukung teori-teori terkait
dengan konsep gender maupun hasil penelitian
terdahulu. Seperti ditegaskan oleh Elliot, dkk.
(2000) ada beberapa perbedaan gender yang di-
lihat dari beberapa karakteristik. Dari segi ke-
mampuan verbal, dijelaskan bahwa perempuan
lebih baik dalam berbagai tugas-tugas verbal se-
jak awal perkembangannya, dan menjadi su-
perioritasnya yang terpelihara, sedangkan laki-
laki memiliki lebih banyak masalah berbahasa
daripada perempuan. Namun, demikian laki-laki
lebih baik dalam tugas-tugas spasial, dan ke-
mampuan Matematika dan Sain. Penelitian ter-
kait dengan perbedaan gender dilakukan oleh
Maccoby dan Jacob (dikutip oleh Elliott, 2000:
138) yang menyimpulkan bahwa laki-laki lebih
superior dalam keterampilan Matematika dan
keterampilan visual-spasial, sedangkan perem-
puan lebih baik dalam keterampilan verbal. Begi-
tu pula Eckert dan McConnell-Ginet (2003) me-
nyatakan bahwa perempuan dinilai lebih dapat
berdamai dan kooperatif, sedangkan laki-laki
dianggap lebih agresif dan kompetitif. Laki-laki
lebih banyak menginterupsi dalam pembicaraan
dengan lawan bicara daripada perempuan. Hal
ini disebabkan karena laki-laki memiliki lebih
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288285
banyak power dalam masyarakat. Dengan sifat-
nya yang lebih kooperatif tersebut, maka perem-
puan memiliki kemampuan verbal yang lebih
baik daripada laki-laki.
Temuan Teh, dkk. (2009) juga membuk-
tikan bahwa ada hubungan antara faktor gender
dengan penggunaan strategi belajar. Penelitian
ini juga mendukung temuan-temuan sebelumnya
(seperti Ehrman & Oxford, 1989; Green &
Oxford, 1995; Mohamed Amin, 2000; Mohd
Nazali, 1999; Punithavalli, 2003, dalam Teh,
dkk. 2009) bahwa pebelajar perempuan lebih
sering menggunakan semua strategi belajar, bah-
kan pada penelitian Green dan Oxford (1995,
dalam Teh, dkk. 2009) lebih ditegaskan bahwa
efek penggunaan strategi belajar yang dihubung-
kan dengan gender mengacu pada penyebab
biologis dan sosialisasi. Temuan penelitian Ox-
ford tahun 1989 (dalam Teh, 2009) menyatakan
bahwa perbedaan gender diasosiasikan dengan
orientasi sosial perempuan yang lebih besar,
keterampilan berbicara yang lebih kuat atau
unggul, dan lebih banyak kecocokan dari segi
norma-norma baik linguistik dan akademik. Buk-
ti dari penelitian Teh (2009) juga mendukung ha-
sil penelitian sebelumnya (Larsen-Freeman &
Long 1991; Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin,
1988 dalam Teh, dkk. 2009), bahwa perempuan
lebih baik daripada laki-laki dalam pemerolehan
bahasa kedua atau pun bahasa pertama. Sama
halnya dengan temuan Teh (2009), temuan dari
penelitian ini menegaskan bahwa memang benar
perempuan lebih baik dalam pemerolehan bahasa
kedua (dalam penelitian ini, bahasa Inggris
sebagai bahasa asing).
Berdasarkan beberapa kajian teoretis dan
empiris di atas, dapat disimpulkan bahwa per-
bedaan gender memang berpengaruh terhadap
pemerolehan bahasa. Dalam penelitian yang dila-
kukan terdahulu (Maccoby dan Jacob dalam
Elliott, 2000; Larsen-Freeman & Long, 1991;
Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin, 1988 dalam
Teh, dkk., 2009; dan Teh, 2009), perempuan
lebih unggul dalam keterampilan berbicara, ka-
rena orientasi sosial mereka lebih besar. Demi-
kian pula, dalam penelitian ini ditemukan bahwa
kompetensi berbicara mahasiswa perempuan le-
bih baik dibandingkan dengan mahasiswa laki-
laki. Mahasiswa perempuan menunjukkan su-
perioritasnya dalam berbicara dibandingkan de-
ngan mahasiswa laki-laki.
Terdapat Perbedaan Kompetensi Berbicara
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Ing-
gris yang Mengambil Mata Kuliah Speaking
III antara Kelompok Mahasiswa yang Berke-
pribadian Ekstrovert dengan yang Berkepri-
badian Introvert
Hasil perhitungan dengan analisis varians
(ANAVA) dua jalur diperoleh nilai FB(hitung)
sebesar 15,76846, sedangkan nilai Ftabel pada
dbB= 1, dbdal = 64, α = 0,05 sebesar 3,99. Ini
berarti FB(hitung) > Ftabel. Dengan demikian, hipo-
tesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbe-
daan kompetensi berbicara mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil ma-
ta kuliah Speaking III antara kelompok maha-
siswa yang berkepribadian extrovert dengan
yang berkepribadian introvert ditolak. Sebalik-
nya, hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
ada perbedaan kompetensi berbicara mahasiswa
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me-
ngambil mata kuliah Speaking III antara kelom-
pok mahasiswa yang berkepribadian extrovert
dengan yang berkepribadian introvert diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bah-
wa ada perbedaan kompetensi berbicara mahasis-
wa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me-
ngambil mata kuliah Speaking III antara ke-
lompok mahasiswa yang berkepribadian ekstro-
vert dengan yang berkepribadian introvert. Hal
ini dapat ditunjukkan dari skor rerata yang
diperoleh oleh kelompok mahasiswa perempuan
(78,6765) lebih tinggi daripada skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa laki-laki (70,9412).
Mengacu pada kajian teoretis terdahulu,
Cloninger (1993), Schultz (1981), dengan tegas
menyatakan bahwa sikap ekstroversi berorientasi
pada realitas eksternal, yang memiliki karakte-
ristik seperti terbuka, mudah bersosialisasi, dan
agresif secara sosial, sedangkan sikap introversi
yang berorientasi pada dunia internal memiliki
karakteristik seperti pendiam, suka menyendiri,
pemalu, dan fokus pada diri sendiri. Norman
(dalam Lanyon dan Goodstein, 1982) meng-
elaborasi empat karakteristik yang dinyatakan
dalam 2 kutub yang berlawanan, yaitu kutub A
dan B. Kutub A adalah kepribadian ekstroversi
yang suka berbicara, terus-terang dan terbuka,
suka petualangan/tantangan, dan mudah ber-
sosialisasi, sedangkan kutub B adalah kepriba-
dian introversi yang lebih banyak diam, tertutup,
berhati-hati, dan menjauh atau menjaga jarak
dengan orang lain. Jika dibandingkan, karakte-
ristik ekstroversi lebih menguntungkan dalam
Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 286
kaitannya dengan pembelajaran berbicara (Spea-
king III). Dengan sifatnya yang lebih suka ber-
bicara dan terbuka, mereka adalah orang-orang
yang tidak malu mengekspresikan pendapat atau
perasaannya di depan orang banyak. Didukung
oleh sifatnya yang mudah bersosialisasi, maka
orang ekstroversi merasa bahwa apa pun yang
dibicarakan akan mudah diterima oleh lawan
bicaranya. Apalagi dengan karakteristik yang
lebih agresif, maka kompetensi berbicara lebih
cepat dikuasai. Berbeda dengan karakteristik
mereka yang introversi, yang pendiam dan pe-
malu, mereka akan lebih sulit mengekspresikan
pendapat atau perasaannya. Apalagi dengan
sifatnya yang menjauh dari orang lain dan lebih
senang menyimpan perasaan itu untuk diri
sendiri, kompetensi berbicara yang menuntut
komunikasi oral dengan orang lain sebagai lawan
bicara lebih sulit untuk dikuasai. Begitu pula
dengan sifat yang terlalu hati-hati dan takut
salah, lebih merugikan orang introversi, karena
belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing
menuntut keberanian dalam berlatih berbicara.
Kesalahan yang terjadi merupakan proses belajar
yang natural, karena belajar dari kesalahan bisa
membuat kita sempurna, seperti kata pepatah,
“practice makes perfect”.
Dilihat dari koneksi faktor kepribadian
dengan pembelajaran bahasa kedua, Kumarava-
divelu (2006) menegaskan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
kedua (L2). Di antara faktor-faktor tersebut ter-
masuk umur, kecemasan, empati, ekstroversi,
introversi, dan pengambilan resiko. Brown
(2000) menegaskan bahwa ekstroversi dan intro-
versi merupakan dua pasangan yang secara
potensial memegang peranan penting dalam
pemerolehan bahasa kedua. Berdasarkan temuan
yang didapatkan dalam penelitian ini, maka apa
yang ditegaskan oleh Kumaravadivelu (2006)
dan Brown (2000) dapat dibuktikan bahwa
memang benar kepribadian ekstroversi dan intro-
versi berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa
kedua, yaitu mahasiswa yang berkepribadian
ekstroversi memiliki skor rerata kompetensi
berbicara yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang berkepribadian introversi. Hasil
penelitian ini juga mendukung hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Rahmat (1991),
Eviyanti (1998), Badran (2001), dan Ratmining-
sih (2010) yang melihat pengaruh tipe kepriba-
dian ekstroversi dan introversi terhadap kemam-
puan berbicara bahasa Arab pada penelitian
Rahmat (1991) dan terhadap bahasa Perancis
pada penelitian Eviyanti (1998), penelitian Ba-
dran (2001) melihat pengaruhnya terhadap aku-
rasi pelafalan bahasa Inggris (terkait keteram-
pilan berbicara), sementara pada penelitian Rat-
miningsih (2010) melihat pengaruhnya terhadap
keterampilan mendengarkan. Pada penelitian
Ratminingsih (2012) ini, terbukti bahwa tipe
kepribadian ekstroversi dan introversi berpe-
ngaruh terhadap kompetensi berbicara maha-
siswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Tidak Terdapat Pengaruh Interaksi antar
Gender dengan Tipe Kepribadian terhadap
Kompetensi Berbicara Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris yang Mengambil
Mata Kuliah Speaking III
Hasil perhitungan dengan analisis varian
(ANAVA) dua jalur diperoleh nilai FBA(hitung)
sebesar 0,034235, sedangkan nilai Ftabel pada
dbBA= 1, dbdal = 64, α = 0,05 sebesar 3,99. Ini
berarti FBA(hitung) < Ftabel. Dengan demikian, hipo-
tesis alternatif (Ha) yang menyatakan, terdapat
pengaruh interaksi antara gender dengan tipe
kepribadian terhadap kompetensi berbicara ma-
hasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang
mengambil mata kuliah Speaking III ditolak atau
dengan kata lain peneliti gagal menolak hipotesis
non (Ho). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh interaksi antar gender
dengan tipe kepribadian terhadap kompetensi
berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris yang mengambil mata kuliah Speaking
III. Oleh karena tidak ada pengaruh interaksi
antar gender dengan tipe kepribadian terhadap
kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil
mata kuliah Speaking III, maka uji hipotesis 4
dan 5 tidak dapat dilanjutkan.
Temuan ini didukung oleh bukti yang
telah diuraikan terdahulu bahwa mahasiswa laki-
laki memiliki kompetensi berbicara yang lebih
rendah dibandingkan dengan mahasiswa perem-
puan, yang ditunjukkan oleh skor rerata yaitu
mahasiswa laki-laki mendapatkan skor rerata
70,94 sedangkan mahasiswa perempuan menda-
patkan skor rerata 78,68. Temuan ini juga di-
dukung oleh Elliot, dkk. (2000) bahwa perem-
puan lebih baik dalam berbagai tugas-tugas
verbal, Eckert dan McConnell-Ginet (2003) bah-
wa dengan sifatnya yang lebih kooperatif, pe-
rempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih
baik daripada laki-laki, dan kajian emperis oleh
Maccoby dan Jacob (dikutip oleh Elliott, 2000)
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288287
membuktikan perempuan lebih baik dalam kete-
rampilan verbal, Larsen-Freeman & Long 1991;
Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin, 1988 (dalam
Teh, dkk. 2009) membuktikan bahwa perempuan
lebih unggul dalam keterampilan berbicara,
karena orientasi sosial mereka lebih besar. De-
ngan demikian, penelitian ini mendukung hasil
penelitian terdahulu bahwa memang benar pe-
rempuan lebih baik dalam kompetensi berbicara.
Selanjutnya dilihat dari tipe kerpibadian,
hasil penelitian membuktikan bahwa mahasiswa
yang berkepribadian ekstroversi mendapatkan
skor rerata kompetensi berbicara 78,91, se-
dangkan mahasiswa yang berkepribadian instro-
versi mencapai skor rerata 70,71. Data ini mem-
buktikan bahwa memang benar tipe kepribadian
berpengaruh terhadap perbedaan kompetensi
berbicara. Temuan ini juga didukung oleh kajian
teoretis bahwa dengan karakteristiknya yang
suka berbicara, terbuka, suka berpetualang, mu-
dah bergaul atau bersosialisasi (Cloninger, 1993;
Schultz, 1981; Norman dalam Lanyon dan
Goodstein, 1982), mahasiswa ekstroversi diun-
tungkan dalam kegiatan berbicara, yang ditun-
jukkan oleh kompetensi berbicara yang lebih
baik daripada mereka yang berkepribadian in-
troversi. Demikian pula dalam penelitian terda-
hulu baik oleh Pritchard (1952), Rahmat (1991),
Eviyanti (1998), Badran (2001), dan Ratmi-
ningsih (2010) dapat dibuktikan bahwa tipe ke-
pribadian ekstroversi lebih baik daripada intro-
versi pada keterampilan berbicara, pelafalan, dan
keterampilan mendengarkan. Selanjutnya, pene-
litian ini (Ratminingsih, 2012) mendukung temu-
an penelitian tersebut di atas.
Oleh karena kedua variabel, yaitu gender
(laki-laki dan perempuan) dan tipe kepribadian
(ekstroversi dan introversi) membuktikan bahwa
mahasiswa perempuan memiliki kompetensi ber-
bicara lebih baik daripada mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa ekstroversi memiliki kompe-tensi
berbicara lebih baik daripada mahasiswa ins-
troversi, maka hasil penelitian tidak menun-
jukkan adanya pengaruh interaksi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan di atas, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan yang
signifikan pada kompetensi berbicara mahasiswa
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris antara maha-
siswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang
mengambil mata kuliah Speaking III. (2) Terda-
pat perbedaan yang signifikan pada kompetensi
berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris antara yang memiliki kepribadian ekstro-
versi dan introversi yang mengambil Mata Ku-
liah Speaking III. (3) Tidak terdapat pengaruh
interaksi antara gender dan tipe kepribadian ter-
hadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris yang Mengambil Ma-
ta Kuliah Speaking III.
DAFTAR RUJUKAN
Badran, A. Hassan. 2001. Extraversion/ Intro-
version and Gender in Relation to the
English Pronunciation Accuracy of Ara-
bic Speaking College Students. A Re-
search Report. Egypt: College of Edu-
cation, Mansoura University.
Brown, H. D. 2000. Principles of Language
Learning and Teaching. New York: Ad-
dison Wesley Longman, Inc.
Cameron, L. 2001. Teaching English to Young
Learners. Cambridge: Cambridge Uni-
versity Press.
Cloninger, S. C. 1993. Theories of Personality.
New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Dantes, N. 2008. Metodologi Penelitian. Singa-
raja: Undiksha.
Eckert, P. dan McConnell-Ginet, S. 2003. La-
nguage and Gender. Cambridge: Cam-
bridge University Press.
Elliott, S. N., dkk. 2000. Educational Psychology
Effective Teaching Effective Learning.
USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.,
Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan:
Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Eviyanti, E.1998. Pengaruh Teknik Pengajaran
dan Tipe Kepribadian terhadap Hasil
Belajar Berbicara Bahasa Perancis. Tesis
(tidak diterbitkan). PPS IKIP Jakarta.
Gay, L.R., Geoffrey E. Mills, dan Peter Airasian.
2009. Educational Research: Compe-
tencies for Analysis and Application.
Pearson Education, Inc.
Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 288
Johnson, Keith. 2001. An Introduction to
Foreign Language Learning and Teach-
ing. England: Pearson Education Limi-ted.
Kumaravadivelu, B. 2006. Understanding La-
nguage Teaching: From Method to
Postmethod. New Jersey: Lawrence Erl-
baum Associates, Inc.
Lanyon, R. I. dan Goodstein, L. D.1982.
Personality Assessment. New York: John
Wiley and Sons, Inc.
Lazaraton, A. 2001. Teaching Oral Skills Dalam
Marianne Celce-Murcia (Ed.). Teaching
English as a Second or Foreign La-
nguage. (hlm. 103-115). Boston, MA:
Heinle & Heinle, a Division of Thomson
Learning, Inc.
Nitko, A. 1996. Educational Assessment of
Student. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., A
Simon & Schuster Company.
Pin, L. 2010. A Study on Public Speaking in
Korean Education for Chinese Students.
Journal of Language Teaching and
Research, Volume 1, Nomor 6 (hlm. 922-
925).
Radwan, A. A. 2011. Effects of L2 Proficiency
and Gender on Choice of Language
Learning Strategies by University Stu-
dents Majoring in English. Asian EFL
Journal, Volume 13 Issue 1 (hlm. 114-
162).
Rahmat, A. 1991. Pengaruh Pendekatan Penga-
jaran dan Kepribadian terhadap Kemam-
puan Berbicara Bahasa Arab. Tesis (tidak
diterbitkan). PPS IKIP Jakarta.
Ratminingsih, N. M. 2010. Pengaruh Teknik
Pembelajaran dan Tipe Kepribadian ter-
hadap Keterampilan Mendengarkan Ba-
hasa Inggris: Studi Eksperimen pada Siswa
SD LAB Undiskha Singaraja. Disertasi
Doktor (tidak diterbitkan). PPS Universitas
Negeri Jakarta.
Ratminingsih, N.M. 2012. Pengaruh Gender dan
Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi
Berbicara Mahasiswa Pendidikan Bahasa
Inggris Dalam Mata Kuliah Speaking III.
Laporan Penelitian. Singaraja: Undik-sha.
Teh, K. S. M., dkk. 2009. A Closer Look at
Gender and Arabic Language Learning
Strategies Use. European Journal of Social
Sciences, Volume 9, Nomor 3 (hlm 399-
407).
Schultz, Duane. 1981. Theories of Personality.
California: Wadsworth, Inc.

More Related Content

What's hot

Contrastive, Error, Performance and Discourse Analysis
Contrastive, Error, Performance and Discourse AnalysisContrastive, Error, Performance and Discourse Analysis
Contrastive, Error, Performance and Discourse AnalysisAlfiyah Rizzy Afdiquni
 
Astuty jurnal internasional ATMR
Astuty  jurnal internasional ATMRAstuty  jurnal internasional ATMR
Astuty jurnal internasional ATMRastutyutomo
 
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasaPerkembangan bahasa
Perkembangan bahasaNiakhairani
 
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa Hiza Fadila
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakkholid harras
 
Perkembangan bahasa ...
Perkembangan bahasa                                                          ...Perkembangan bahasa                                                          ...
Perkembangan bahasa ...Dedi Yulianto
 
Power point pkb 3104 ppg
Power point pkb 3104 ppgPower point pkb 3104 ppg
Power point pkb 3104 ppgAdow Blakow
 
pemerolehan bahasa pada anak
pemerolehan bahasa pada anakpemerolehan bahasa pada anak
pemerolehan bahasa pada anakHyda Nafa
 
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...Undergraduate Degree Alumnae
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Ibi E
 
Pengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa kedua
Pengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa keduaPengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa kedua
Pengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa kedualy infinitryx
 
Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa dan Sastra IndonesiaBahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa dan Sastra Indonesiainharipurwanto19
 

What's hot (15)

Contrastive, Error, Performance and Discourse Analysis
Contrastive, Error, Performance and Discourse AnalysisContrastive, Error, Performance and Discourse Analysis
Contrastive, Error, Performance and Discourse Analysis
 
Astuty jurnal internasional ATMR
Astuty  jurnal internasional ATMRAstuty  jurnal internasional ATMR
Astuty jurnal internasional ATMR
 
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasaPerkembangan bahasa
Perkembangan bahasa
 
Makalah pemerolehan bahasa
Makalah pemerolehan bahasaMakalah pemerolehan bahasa
Makalah pemerolehan bahasa
 
linguistik historis komparatif
linguistik historis komparatiflinguistik historis komparatif
linguistik historis komparatif
 
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
 
Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
 
Perkembangan bahasa ...
Perkembangan bahasa                                                          ...Perkembangan bahasa                                                          ...
Perkembangan bahasa ...
 
Power point pkb 3104 ppg
Power point pkb 3104 ppgPower point pkb 3104 ppg
Power point pkb 3104 ppg
 
pemerolehan bahasa pada anak
pemerolehan bahasa pada anakpemerolehan bahasa pada anak
pemerolehan bahasa pada anak
 
Makalah seminar nas
Makalah seminar nasMakalah seminar nas
Makalah seminar nas
 
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
 
Pengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa kedua
Pengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa keduaPengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa kedua
Pengajaran bahasa melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa kedua
 
Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa dan Sastra IndonesiaBahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa dan Sastra Indonesia
 

Similar to peranan tipe kepribadian

5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASAainun badariah
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Activian Grapiter
 
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiLaporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiNurdiana Wahyuni
 
Ggge6533 pengajaran strategi pembelajaran bahasa
Ggge6533  pengajaran strategi pembelajaran bahasaGgge6533  pengajaran strategi pembelajaran bahasa
Ggge6533 pengajaran strategi pembelajaran bahasaFatin1208
 
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptxProposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptxAdhiezRahmat
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...
Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...
Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...P79167
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaVince Here
 
Faktor Mempengaruhi SPB
Faktor Mempengaruhi SPBFaktor Mempengaruhi SPB
Faktor Mempengaruhi SPBNik Nuha
 
GE6533 Strategi Pembelajaran Bahasa
GE6533 Strategi Pembelajaran BahasaGE6533 Strategi Pembelajaran Bahasa
GE6533 Strategi Pembelajaran BahasaNKFateha
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piagetuniku
 
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxLINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxRidwanRamdhan
 
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...Irma Nurmayanti
 
Spb faktor yang mempengaruhi
Spb   faktor yang mempengaruhiSpb   faktor yang mempengaruhi
Spb faktor yang mempengaruhiAb Halid Zakaria
 
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Rina Fadhali
 
Ggge6533 prof amin
Ggge6533 prof aminGgge6533 prof amin
Ggge6533 prof aminsiti salwah
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPoetra Chebhungsu
 
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASANadhiah aris
 

Similar to peranan tipe kepribadian (20)

5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
 
5. hepy siap
5. hepy siap5. hepy siap
5. hepy siap
 
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiLaporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
 
Ggge6533 pengajaran strategi pembelajaran bahasa
Ggge6533  pengajaran strategi pembelajaran bahasaGgge6533  pengajaran strategi pembelajaran bahasa
Ggge6533 pengajaran strategi pembelajaran bahasa
 
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptxProposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
Proposal Skripsi Kemampuan Berbicara Anak AUD 3-4 Tahun.pptx
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...
Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...
Faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi pembelajaran bahasa (Aais...
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi Bahasa
 
Faktor Mempengaruhi SPB
Faktor Mempengaruhi SPBFaktor Mempengaruhi SPB
Faktor Mempengaruhi SPB
 
GE6533 Strategi Pembelajaran Bahasa
GE6533 Strategi Pembelajaran BahasaGE6533 Strategi Pembelajaran Bahasa
GE6533 Strategi Pembelajaran Bahasa
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
 
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxLINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
 
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
Meningkatkan kemampuan vocabulary dengan menggunakan media word wall siswa ke...
 
18668 54838-1-pb
18668 54838-1-pb18668 54838-1-pb
18668 54838-1-pb
 
Article13
Article13Article13
Article13
 
Spb faktor yang mempengaruhi
Spb   faktor yang mempengaruhiSpb   faktor yang mempengaruhi
Spb faktor yang mempengaruhi
 
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
 
Ggge6533 prof amin
Ggge6533 prof aminGgge6533 prof amin
Ggge6533 prof amin
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didik
 
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
 

peranan tipe kepribadian

  • 1. 278 PENGARUH GENDER DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP KOMPETENSI BERBICARA BAHASA INGGRIS Ni Made Ratminingsih Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana No. 11 Singaraja e-mail: made-ratminingsih@yahoo.com.au Abstract: The Effect of Gender and Types of Personality on Speaking English Competency. The objective of this research was to investigate the effect of gender and types of personality on the students’ speaking competency of English Education Department who programmed Speaking III Course. This study was conducted by involving the third semester students in the academic year 2011/2012. An expost facto with an application of 2X2 factorial design was utilized. The obtained data were analyzed by using two-way ANOVA. The findings indicated that (1) there was a signi- ficant difference in speaking compentency between female and male students. The female students had higher speaking competency than male students, (2) there was a significant difference of speak- ing compentency between extrovert and introvert students. The extrovert students had higher spea- king competency than the introvert ones, and (3) there was no interaction effect between gender and types of personality in the students’ speaking competency. Keywords: gender, types of personality, speaking competency Abstrak: Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi Berbicara Bahasa Inggris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh gender dan tipe kepribadian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil mata kuliah Speaking III. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester 3 pada tahun akademik 2011/2012. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian ex post facto de- ngan desain faktorial 2 x 2 dan analisis data dilakukan dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil Penelitian membuktikan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi berbicara antara mahasiswa perempuan dengan mahasiswa laki-laki, mahasiswa perempuan memi- liki kompetensi berbicara yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki, (2) terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi berbicara antara mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi dengan introversi, mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi memiliki kompetensi berbicara yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang berkepribadian introversi, dan (3) tidak terdapat pengaruh interaksi antara gender dan tipe kepribadian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa. Kata-kata Kunci: gender, tipe kepribadian, kompetensi berbicara Kompetensi bahasa Inggris sangat mutlak diper- lukan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Baha- sa Inggris. Berbicara sebagai salah satu dari empat keterampilan dasar berbahasa memegang peran sangat sentral, tanpa kompetensi yang maksimal dalam berbicara, niscaya mahasiswa yang disiapkan untuk menjadi calon guru yang profesional dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dengan baik dan berkualitas. Cameron (2001) menyatakan bahwa berbi- cara adalah sebuah proses aktif menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna, sehingga orang yang diajak berbicara dapat memahami apa yang dikatakan. Untuk dapat mencapai eks- pekstasi tersebut, dalam kurikulum bahasa Ing- gris terdapat 3 mata kuliah terkait dengan pem- belajaran berbicara, yaitu Speaking I, Speaking II, dan Speaking III. Sesuai dengan esensi mata kuliahnya, maka tugas dosen adalah membuat
  • 2. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288279 mahasiswa memaksimalkan dirinya berlatih menggunakan bahasa target berbicara secara transaksional dan interaksional dalam berbagai tema dan genre, yang dikembangkan dalam sila- bus. Usaha memaksimalkan mahasiswa merupa- kan pengejawantahan paradigma pembelajaran terbaru, yang bergeser dari teacher-centered menjadi learner-centered. Paradigma pembela- jaran terbaru ini telah banyak diterapkan dalam berbagai mata kuliah, seperti pengajaran skill: listening, speaking, reading, dan writing, dan mata-mata kuliah lainnya. Namun demikian, fenomena yang terlihat saat ini di Jurusan Bahasa Inggris adalah bahwa dari lima kelas yang mengambil mata kuliah Speaking III, berdasarkan observasi peneliti selama mengampu mata kuliah tersebut, masih banyak terdapat mahasiswa yang memiliki kompetensi bahasa Inggris yang kurang memadai sebagai calon guru. Hal ini dapat dibuktikan dari kemampuan mereka berbicara yang masih ber- masalah dilihat dari ketepatan pelafalan (pronun- ciation), kelancaran (fluency), ketepatan aturan gramatika (grammar), kosakata yang digunakan (vocabulary), keterbatasan kalimat-kalimat yang diujarkan yang disebabkan oleh pemahaman ter- hadap tema tertentu yang masih kurang (com- prehension). Terkait dengan hal ini, Bailey dan Savage (dalam Lazaraton, 2001:103) menegas- kan bahwa berbicara dalam bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (L2) atau sebagai bahasa asing (FL) adalah keterampilan berbahasa yang paling sulit di antara keempat keterampilan berbahasa, oleh karena berbagai subsistem ter- integrasi dalam kegiatan berbicara. efektif. Apa yang diungkapkan Bailey dan Savage (dalam Lazaraton, 2001) lebih dipertegas lagi oleh Pin (2010), yang menyatakan bahwa target pem- belajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing adalah untuk mengembangkan berbagai kete- rampilan komprehensif, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dam menerjemah- kan. Bagi mahasiswa Cina, mereka bermasalah dalam hal ketepatan (accuracy) dan kelancaran (fluency) berbicara. Mereka mendapatkan ke- sempatan berlatih lebih banyak hanya di dalam konteks sekolah, hanya sebagian kecil saja mau berlatih di luar. Apa yang diuraikan oleh Pin (2010) di atas, tidak jauh dengan kondisi pembe- lajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing (FL) di Indonesia, bahasa tulisan bahasa Inggris berbeda dengan bahasa lisan, sehingga pebelajar di Indonesia juga memiliki masalah yang sama dalam berbicara bahasa Inggris, yaitu ketepatan dan kelancaran. Ada berbagai faktor yang dapat berpe- ngaruh terhadap kesuksesan seseorang belajar. Faktor-faktor tersbut dapat berasal dari pebelajar sendiri (internal factor) dan dari luar pebelajar (external factor). Dari dalam diri pebelajar, fak- tor-faktor internal tersebut dapat berupa gender, motivasi, minat, sikap, kepribadian, cara atau gaya belajar, dan lain-lain, sedangkan faktor luar dapat berupa tuntutan dari orangtua, faktor sekolah dan guru, dan lingkungan sekitar. Di antara beberapa faktor tersebut di atas, peneliti memfokuskan penelitian ini pada faktor internal, khususnya gender dan kepribadian. El- liott, dkk. (2000:30) menyebutkan bahwa terda- pat beberapa faktor yang mempengaruhi perkem- bangan setiap individu, yang berinteraksi satu dengan yang lain, yang dinamakan bio-psycho- social. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa kelahiran (birth) adalah salah satu karakteristik biologis dari teori biopsycosocial, yang dalam hal ini da- pat dikaitkan dengan dilahirkan sebagai laki-laki atau pun perempuan, yang kemudian mengarah- kan kepada konsep gender. Sesungguhnya, kon- sep kelahiran sebagai laki-laki ataupun sebagai perempuan (sex) berbeda dengan konsep gender, namun konsep gender sering digunakan secara tumpang tindih. Elliott, dkk. (2000:146) meng- klarifikasi: “gender refers to psychosocial as- pects of maleness and femaleness, whereas sex refers to biological maleness and femaleness”. Jadi, jelas bahwa gender merupakan aspek psiko- sosial dari kelaki-lakian (kejantanan) dan kepe- rempuanan (kewanitaan), sedangkan seks adalah laki-laki dan perempuan secara biologis. Perbedaan gender dianggap sebagai salah satu determinan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Elliott, dkk. (2000) menegaskan terdapat beberapa perbedaan gender yang ditun- jukkan dari beberapa karakteristik. Dari segi ke- mampuan verbal, dijelaskan bahwa perempuan lebih baik dalam berbagai tugas-tugas verbal se- jak awal perkembangannya, dan menjadi su- perioritasnya yang terpelihara, sedangkan laki- laki memiliki lebih banyak masalah berbahasa daripada perempuan. Namun, demikian laki-laki lebih baik dalam tugas-tugas visual spasial, dan kemampuan Matematika dan Sain. Selain faktor gender, faktor psikologis, yaitu kepribadian (personality), juga berpenga- ruh terhadap perkembangan bahasa. Kumarava- divelu (2006:31) menegaskan ada beberapa fak- tor individual yang berpengaruh terhadap per-
  • 3. Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 280 kembangan bahasa kedua (L2) yaitu umur, kecemasan, empati, ekstroversi, introversi, dan pengambilan resiko. Di antara faktor-faktor kepribadian yang disebutkan di atas, peneliti memfokuskan pada ekstroversi dan introversi dalam penelitian ini. Eysenck (dalam Keith Johnson, 2001:139) mendeskripsikan bahwa orang ekstroversi suka bersosialisasi, suka pesta, mempunyai banyak teman, butuh orang yang diajak berbicara, dan tidak suka belajar sendiri. Dia senang kegembi- raan, mengambil kesempatan, penuh keyakinan, dan beraksi segera, umumnya merupakan individu yang penuh dorongan dan spontan. Dia selalu siap dengan jawaban dan suka dengan perubahan. Sedangkan, orang introversi adalah orang yang pendiam, pemalu, introspektif, lebih gemar buku-buku daripada orang lain; dia menjauh dan menjaga jarak, kecuali hanya dengan teman akrab. Dia cenderung merencana- kan segala sesuatu, dan tidak suka beraksi segera. Dia tidak suka kegembiraan, dan memi- kirkan masalah kehidupan sehari-hari dengan keseriusan. Dia lebih suka dengan kehidupan yang teratur. Johnson (2001) juga menegaskan bahwa orang ekstroversi lebih sukses belajar bahasa dibandingkan dengan orang introversi. Oleh karena itu dikatakan bahwa terdapat koneksi an-tara ekstroversi dengan penampilan oral. Penelitian terkait dengan perbedaan gen- der dilakukan oleh Maccoby dan Jacob (dikutip oleh Elliott, 2000: 138) yang menyimpulkan bahwa laki-laki lebih superior dalam keteram- pilan Matematika dan keterampilan visual-spa- sial, sedangkan perempuan lebih baik dalam keterampilan verbal. Selanjutnya temuan penelitian Teh, dkk. (2009) membuktikan bahwa ada hubungan an- tara faktor gender dengan penggunaan strategi belajar. Penelitian ini juga mendukung temuan- temuan sebelumnya (seperti Ehrman & Oxford, 1989; Green & Oxford, 1995; Mohamed Amin, 2000; Mohd Nazali, 1999; Punithavalli, 2003, dalam Teh, dkk. 2009) bahwa pebelajar perem- puan lebih sering menggunakan semua strategi belajar, bahkan pada penelitian Green dan Oxford (1995, dalam Teh, dkk. 2009) lebih di- tegaskan bahwa efek penggunaan strategi belajar yang dihubungkan dengan gender mengacu pada penyebab bilogis dan sosialisasi. Temuan pene- litian Oxford tahun 1989 (dalam Teh, 2009) menyatakan bahwa perbedaan gender diasosia- sikan dengan orientasi sosial perempuan yang lebih besar, keterampilan berbicara yang lebih kuat atau unggul, dan lebih banyak kecocokan dari segi norma-norma baik linguistik dan akade- mik. Bukti dari penelitian Teh (2009) juga mendukung hasil penelitian sebelumnya (Larsen- Freeman & Long 1991; Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin, 1988 dalam Teh, dkk. 2009), bah- wa perempuan lebih baik daripada laki-laki dalam pemerolehan bahasa kedua atau pun bahasa pertama. Namun demikian, Radwan (2011) mela- porkan hasil penelitiannya terhadap maha-siswa Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Sultan Qaboos di Oman yang berbeda dari penelitian- penelitian terdahulu, bahwa laki-laki lebih ba- nyak menggunakan strategi sosial yang berko- relasi dengan profisiensi oral. Temuan penelitian ini terkait dengan latar belakang budaya dari ma- hasiswa. Masyarakat Oman diorganisasi berda- sarkan suku bangsa yang tetap eksis sampai sekarang. Laki-laki harus mengembangkan kete- rampilan sosial yang baik agar dapat beroperasi dalam konteks interaksi sosial. Di samping itu, budaya, adat istiadat, dan kebiasaan konservatif di negara-negara Arab menghalangi perempuan bersosialisasi dan berhubungan dengan dunia luar, yang menjadi prasyarat untuk unggul dalam pemerolehan bahasa asing dalam pendekatan pembelajaran bahasa yang berorientasi komuni- katif. Penelitian yang terkait dengan kepribadian ekstroversi-introversi awalnya dilakukan oleh Pritchard pada tahun 1952 (dalam Johnson, 2001) dan menemukan adanya korelasi antara faktor sosiabilitas dari kepribadian ekstroversi dengan kelancaran dalam berbicara bahasa Perancis, namun dalam penelitian Naiman dkk. pada tahun 1978 (dalam Johnson, 2001) ditemu- kan tidak ada korelasi antara kepribadian ekstro- versi dengan kesuksesan belajar bahasa. Dari dua penelitian ini ditunjukkan adanya kontradiksi temuan. Namun, penelitian berikutnya menegas- kan kembali perbedaan tersebut. Penelitian oleh Rahmat (1991) menemukan bahwa siswa yang berkepribadian ekstroversi memiliki kemampuan berbicara bahasa Arab yang lebih tinggi daripada siswa yang berkepribadian introversi, selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Eviyanti (1998) dalam bahasa Perancis menemukan bahwa maha- siswa dengan kepribadian ekstroversi memper- oleh rerata hasil belajar berbicara bahasa Peran- cis lebih tinggi daripada mahasiswa yang berke- pribadian introversi. Penelitian di Mesir, yang dilakukan oleh Badran (2001) kepada mahasiswa
  • 4. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288281 di Fakultas Pendidikan, Mansoura University, membuktikan bahwa kepribadian ekstroversi/ introversi berkorelasi positif dengan akurasi pe- lafalan bahasa Inggris mahasiswa yang berbaha- sa asli bahasa Arab. Mahasiswa ekstroversi lebih tepat dalam pelafalan daripada mereka yang in- troversi. Penelitian terkini terkait ekstroversi/ in- troversi dilakukan oleh Ratminingsih (2010) yang dijadikan salah satu variabel moderator dalam penelitian eksperimen. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan mendengarkan sis- wa sekolah dasar antara yang berkepribadian ektroversi dengan introversi. Berdasarkan temuan-temuan penelitian terdahulu, peneliti terinspirasi untuk meneliti kembali aspek kepribadian ekstroversi-introversi pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode kausal kom- paratif (Ex Post Facto). Menurut Kerlinger (da- lam Emzir, 2008:119), penelitian kausal kompa- ratif, yang juga disebut ex post facto adalah pe- nyelidikan emperis yang sistematis di mana il- muwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung, karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi atau variabel tidak dapat dimanipulasi. Dantes (2008) menam-bahkan bah- wa desain ex post facto dapat berupa corelatio- nal study dan criterion group design. Gay, dkk. (2009:218) menjelaskan bahwa kata ex post facto sendiri berasal dari bahasa Latin yang bermakna ‘after the fact’, oleh karena baik efek (effect) maupun penyebab yang diduga (alleged cause) telah terjadi dan diteliti sebagai retrospektif. Berdasarkan landasan teoretis metodis di atas, penelitian ini menggunakan desain criterion group yang menggunakan analisis faktorial (Dantes, 2008), yaitu faktorial 2 x 2. Tabel 1. Model Konstelasi Masalah Gender (A) Tipe Kepribadian (B) Laki-Laki (A1) Perempuan (A2) Ekstroversi (B1) (A1 B1) (A2 B1) Introversi (B2) (A1 B2) (A2 B2) Sesuai dengan jumlah variabel bebas, yaitu: (1) Gender, yang terdiri atas laki-laki (A1) dan perempuan (A2), dan Tipe Kepribadian (B), yang terdiri atas Kepribadian Ekstroversi (B1) dan Kepribadian Introversi (B2), maka model kon- stelasi masalahnya dapat dilihat dalam Tabel 1 di atas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik sam- pling random (random sampling). Oleh karena persyaratan penghitungan secara statistik jumlah mahasiswa (n) tidak boleh kurang dari 30, maka dalam penelitian ini akan menggunakan masing- masing 34 sampel untuk setiap variabel bebas, sehingga total jumlah mahasiswa yang dibu- tuhkan untuk penelitian ini adalah 68 orang setelah dilakukan sampling. Sebaran sampel dalam konstelasi penelitian di sajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Sebaran Sampel Penelitian Gender (A) Tipe Kepribadian (B) Laki- Laki (A1) Perempuan (A2) Total Ekstroversi (B1) 17 17 34 Introversi (B2) 17 17 34 Total 34 34 68 Dalam menentukan klasifikasi tipe kepri- badian yang dimiliki, semua mahasiswa baik laki-laki dan perempuan (populasi) diberikan angket untuk mengetahui apakah mereka ber- kepribadian ekstroversi atau introversi. Skor yang terkumpul dari penyebaran angket akan diranking dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah. Selanjutnya, dengan mengguna- kan kriteria persentase yang diperkenalkan oleh Nitko (1996), maka dalam penelitian ini akan ditentukan 33% kelompok atas, dan 33% kelom- pok bawah. Instrumen yang digunakan untuk mengu- kur kompetensi berbicara adalah berupa perfor- mance test, yaitu mahasiswa diberikan tes kom- petensi berbicara yang difokuskan pada genre expository, yaitu mahasiswa diberikan topik “an ideal place for holidaying”. Kompetensi mereka berbicara kemudian diukur dengan rubrik yang diperkenalkan oleh Thompson yang dilihat dari 5 dimensi, yaitu (1) pemahaman wacana, (2) kelan- caran dalam berbicara, (3) ketepatan penggunaan kosakata dan ekspresi idiomatik, (4) ketepatan dalam pelafalan dan intonasi, dan (5) ketepatan penggunaan gramatika dan susunan kata. Di ba- wah ini adalah rubrik penilaian yang digunakan
  • 5. Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 282 untuk menilai kompetensi berbicara yang diadap- tasi dari Thompson (dalam McKay, 2007: 291). Instrumen yang digunakan untuk meng- ukur tipe kepribadian mahasiswa adalah angket yang disusun peneliti sesuai dengan lan-dasan konseptual (Norman, dalam Lanyon dan Good- stein, 1982) Tipe kepribadian yang menjadi fo- kus adalah ekstroversi dan introversi yang dilihat dalam 4 dimensi kontradiktif. Ekstroversi adalah kepribadian yang suka berbicara (talkative), terus terang dan terbuka (frank/open), suka petuala- ngan atau tantangan (adventurous), dan mudah bersosialisasi (sociable), sedangkan introversi adalah kepribadian yang cenderung pendiam/ pemalu (silent), tertutup (secretive), berhati-hati/ waspada (cautious), dan lebih menjaga jarak atau menyendiri (reclusive). Baik tes kompetensi berbicara dan angket kepribadian, divalidasi oleh pakar untuk mencari validitas isi (content validity). Formula yang di- gunakan adalah formula Gregory. Selanjutnya, tingkat reliabilitas tes kompetensi berbicara diuji dengan menggunakan inter-rater reliability sete- lah ujicoba lapangan (Dantes, 2008). Untuk menganalisis validitas isi Formula Gregory yang digunakan adalah sebagai berikut: CV = DCBA D  Koefisien validitas isi adalah 0 – 1. Instrumen dinyatakan valid bila Vc > 0,70. Adapun hasil analisis validitas isi dari tes kompetensi berbi- cara oleh dua ahli adalah 1, yang berarti tinggi dan setelah ujicoba lapangan terhadap 40 orang mahasiswa, kompetensi berbicara mereka dinilai oleh 2 orang rater dan hasil perhitungan reliabili- tas rkk adalah sebagai berikut. rkk= Vb vsVb  = 58,217 95,358,217  =0,98 (very high). Jadi, tingkat reliabilitas tes kompetensi berbicara sangat tinggi. Untuk instrumen angket, validitas isi dari dua ahli adalah 0,98 yang berarti memiliki validi- tas tinggi, dan setelah ujicoba lapangan terhadap 57 mahasiswa semester 5, hasil perhitungan vali- ditas butir menggunakan rumus koefisien Pro- duct Moment dan reliabilitas menggunakan ru- mus Alpha Cronbach. Untuk analisis validitas butir soal, perhitu- ngan dengan menggunakan bantuan program Excel dengan fungsi = correl (array 1, array 2) mendapatkan hasil koefisien Product Moment ( yang kemudian dibandingkan dengan . Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan butir, terdapat beberapa butir yang tidak valid (drop), yaitu butir nomor 2, 7, 11, 20, 22, 25, 33,37,40,48 yang memiliki nilai ( < . Butir-butir soal tersebut kemudian dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian. Selanjutnya semua butir yang valid dihitung tingkat reliabi- litasnya dengan rumus Alpha Cronbach. Dari hasil perhitungan di atas yaitu rii= 0,91, maka dapat dikatakan bahwa tingkat reliabilitas dari angket tipe kepribadian adalah sangat tinggi. Berdasarkan analisis validitas dan reliabilitas di atas, angket kepribadian kemudian direvisi, yaitu dengan menghilangkan butir-butir yang tidak valid, dan jumlah butir yang kemudian diguna- kan dalam penelitian adalah sebanyak 40 butir. Data yang terkumpul dianalisis dengan dua cara, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Dalam penelitian ini, secara statistik deskriptif, data dideskripsikan dengan menentukan nilai (1) Mode, (2) Median, (3) Range, (4) Mean, dan (5) Standard Devi- ation (S) atau simpangan baku. Selanjutnya, un- tuk menjawab permasalahan penelitian, data dianalisis dengan statistik inferensial, yaitu dengan analisis variansi dua jalur (ANAVA). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dalam penelitian ini dideskripsikan pada Tabel 3. Tabel ini memperlihatkan ke- mampuan berbicara mahasiswa laki-lakai dan perempuan, kemampuan berbicara mahasiswa berkepribadian ekstrovert dan introvert, serta kombinasi keduanya. Pengujian persyaratan analisis dalam rang- ka uji hipotesis mencakup uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas data dengan meng- gunakan Chi-Square dalam penelitian ini dilaku- kan terhadap semua kelompok data. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan dalam Tabel 4.
  • 6. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288283 Keterangan: A1 = kompetensi berbicara mahasiswa laki-laki A2 = kompetensi berbicara mahasiswa perempuan B1 = kompetensi berbicara mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi B2 = kompetensi berbicara mahasiswa yang berkepribadian introversi A1B1 = kompetensi berbicara mahasiswa laki-laki yang berkepribadian ekstroversi A1B2 = kompetensi berbicara mahasiswa laki-laki yang berkepribadian introversi A2B1 = kompetensi berbicara mahasiswa perempuan yang berkepribadian ekstroversi A2B2 = kompetensi berbicara mahasiswa perempuan yang berkepribadian introversi Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sampel N χ²hitung χ²tabel Simpulan A1 34 2,16026408 11,07 Normal A2 34 2,90466234 11,07 Normal B1 34 5,7137914 11,07 Normal B2 34 1,831031389 11,07 Normal A1B1 17 5,7137914 11,07 Normal A1B2 17 1,26495304 11,07 Normal A2B1 17 1,11665843 11,07 Normal A2B2 17 3,43994068 11,07 Normal Berdasarkkan Tabel 4, dapat dilihat bah- wa semua kelompok data yang diuji normalitas- nya dengan uji Chi-Square memiliki nilai hitung (χ² hitung) yang lebih kecil daripada nilai tabel (χ²tabel) dengan tingkat singnifikansi  = 0,05. Ini berarti bahwa semua kelompok data dalam penelitian ini berasal dari sampel yang berdis- tribusi normal. Jadi, dapat dikatakan bahwa per- syaratan normalitas data dapat dipenuhi. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas variansi pada keempat kelompok data dengan menggunakan Uji Bartlett. Keempat kelompok data harus memenuhi asumsi bahwa variansinya homogen, sehingga dapat dilakukan pengujian terhadap nilai rata-rata antara kelompok perla- kuan. Hasil pengujian dengan uji Bartlett pada taraf signifikansi  = 0,05 dan derajat kebeba- san = 3 dapat ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Sampel dk 1/dk SD SD² log SD² dk x log SD² dk x SD² A1B1 16 0,06 10,08 101,69 2,01 32,12 1627,06 A1B2 16 0,06 6,86 47,12 1,67 26,77 753,88 A2B1 16 0,06 6,54 42,76 1,63 26,10 684,12 A2B2 16 0,06 9,94 98,82 1,99 31,92 1581,06 Total 64 0,25 33,43 290,38 7,31 116,90 4646,12 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Berbicara A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 N Valid 34 34 34 34 17 17 17 17 Missing 0 0 0 0 17 17 17 17 Mean 70.9412 78.6765 78.9118 70.7059 75.2353 66.6471 82.5882 74.7647 Median 70.0000 78.5000 80.0000 70.0000 75.0000 69.0000 84.0000 75.0000 Mode 60.00a 78.00a 75.00a 70.00 60.00a 70.00 92.00 52.00a Std. Deviation 9.54714 9.18735 9.16306 9.36638 1.00842 6.86423 6.53891 9.94063 Variance 91.148 84.407 83.962 87.729 101.691 47.118 42.757 98.816 Range 43.00 44.00 38.00 44.00 38.00 22.00 22.00 44.00 Minimum 55.00 52.00 60.00 52.00 60.00 55.00 70.00 52.00 Maximum 98.00 96.00 98.00 96.00 98.00 77.00 92.00 96.00 Sum 2412.00 2675.00 2683.00 2404.00 1279.00 1133.00 1404.00 1271.00
  • 7. Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 284 Varians gabungan: ∑(dk x SDt²) 4646,12 S ² = = = 72,59558973 ∑ dk 64 Log S² = log (72,59558973) = 1,860910238 B = (∑dk) log S² = 64 x 1,860910238 = 119,0982552 χ² = (ln 10) x {B – (∑dk) x log S²} = 2,302 x {119,0982552 – 116,90} = 5,058329619 Berdasarkan Tabel 5 di atas, diperoleh nilai χ²hitung sebesar 5,0583 dan nilai χ²tabel pada dera-jat kebebasan (dk) = (jumlah klasifikasi – 1) = 4 – 1= 3 dan taraf signifisikasinya 5 % se- besar 7,815. Untuk menentukan data homogen atau tidak, maka nilai χ²hitung tersebut harus dibandingkan dengan nilai χ²tabel. Oleh karena nilai χ²hitung < χ²tabel (5,0583 < 7,815) berarti data homogen. Jadi, persyaratan homogenitas data dapat dipenuhi. Untuk dapat melakukan pengujian hipote- sis, terlebih dahulu dilakukan analisis varian dua jalur (Two-way ANOVA). Analisis variansi dila- kukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh perbedaan gender dan tipe kepri- badian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Rangkuman hasil analisis varian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Penghitungan ANAVA Dua Jalur untuk Menginvestigasi Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi Berbicara Mahasiswa JK df MS Fob Fcv(α=0,05) A 1017,191 1 1017,191 14,01175 3,99 B 1144,721 1 1144,721 15,76846 3,99 AB 2,485294 1 2,485294 0,034235 3,99 D 4646,118 64 72,59559 TOTAL 67 Berdasarkan hasil analisis varian (ANA- VA) dua jalur, dapat disimpulkan temuan-temu- an sebagai berikut. Terdapat Perbedaan Kompetensi Berbicara Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Ing- gris yang Mengambil Mata Kuliah Speaking III antara Kelompok Laki-laki dengan Ke- lompok Perempuan Hasil perhitungan dengan analisis varians (ANAVA) dua-jalur diperoleh nilai FA(hitung) sebesar 14,01175, sedangkan nilai Ftabel pada dbA= 1, dbdal = 64, α = 0,05 sebesar 3,99. Ini berarti FA(hitung) > Ftabel. Dengan demikian, hipote- sis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbe- daan kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil ma- ta kuliah Speaking III antara kelompok laki-laki dengan kelompok perempuan ditolak. Sebalik- nya, hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada perbedaan kompetensi berbicara mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me- ngambil mata kuliah Speaking III antara kelom- pok laki-laki dengan kelompok perempuan dite- rima. Dengan demikian dapat disimpulkan bah- wa ada perbedaan kompetensi berbicara mahasis- wa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me- ngambil mata kuliah Speaking III antara kelom- pok laki-laki dengan kelompok perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan dari skor rerata yang dipe- roleh oleh kelompok mahasiswa perempuan (78,6765) lebih tinggi daripada skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki (70,9412). Temuan ini mendukung teori-teori terkait dengan konsep gender maupun hasil penelitian terdahulu. Seperti ditegaskan oleh Elliot, dkk. (2000) ada beberapa perbedaan gender yang di- lihat dari beberapa karakteristik. Dari segi ke- mampuan verbal, dijelaskan bahwa perempuan lebih baik dalam berbagai tugas-tugas verbal se- jak awal perkembangannya, dan menjadi su- perioritasnya yang terpelihara, sedangkan laki- laki memiliki lebih banyak masalah berbahasa daripada perempuan. Namun, demikian laki-laki lebih baik dalam tugas-tugas spasial, dan ke- mampuan Matematika dan Sain. Penelitian ter- kait dengan perbedaan gender dilakukan oleh Maccoby dan Jacob (dikutip oleh Elliott, 2000: 138) yang menyimpulkan bahwa laki-laki lebih superior dalam keterampilan Matematika dan keterampilan visual-spasial, sedangkan perem- puan lebih baik dalam keterampilan verbal. Begi- tu pula Eckert dan McConnell-Ginet (2003) me- nyatakan bahwa perempuan dinilai lebih dapat berdamai dan kooperatif, sedangkan laki-laki dianggap lebih agresif dan kompetitif. Laki-laki lebih banyak menginterupsi dalam pembicaraan dengan lawan bicara daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki lebih
  • 8. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288285 banyak power dalam masyarakat. Dengan sifat- nya yang lebih kooperatif tersebut, maka perem- puan memiliki kemampuan verbal yang lebih baik daripada laki-laki. Temuan Teh, dkk. (2009) juga membuk- tikan bahwa ada hubungan antara faktor gender dengan penggunaan strategi belajar. Penelitian ini juga mendukung temuan-temuan sebelumnya (seperti Ehrman & Oxford, 1989; Green & Oxford, 1995; Mohamed Amin, 2000; Mohd Nazali, 1999; Punithavalli, 2003, dalam Teh, dkk. 2009) bahwa pebelajar perempuan lebih sering menggunakan semua strategi belajar, bah- kan pada penelitian Green dan Oxford (1995, dalam Teh, dkk. 2009) lebih ditegaskan bahwa efek penggunaan strategi belajar yang dihubung- kan dengan gender mengacu pada penyebab biologis dan sosialisasi. Temuan penelitian Ox- ford tahun 1989 (dalam Teh, 2009) menyatakan bahwa perbedaan gender diasosiasikan dengan orientasi sosial perempuan yang lebih besar, keterampilan berbicara yang lebih kuat atau unggul, dan lebih banyak kecocokan dari segi norma-norma baik linguistik dan akademik. Buk- ti dari penelitian Teh (2009) juga mendukung ha- sil penelitian sebelumnya (Larsen-Freeman & Long 1991; Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin, 1988 dalam Teh, dkk. 2009), bahwa perempuan lebih baik daripada laki-laki dalam pemerolehan bahasa kedua atau pun bahasa pertama. Sama halnya dengan temuan Teh (2009), temuan dari penelitian ini menegaskan bahwa memang benar perempuan lebih baik dalam pemerolehan bahasa kedua (dalam penelitian ini, bahasa Inggris sebagai bahasa asing). Berdasarkan beberapa kajian teoretis dan empiris di atas, dapat disimpulkan bahwa per- bedaan gender memang berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa. Dalam penelitian yang dila- kukan terdahulu (Maccoby dan Jacob dalam Elliott, 2000; Larsen-Freeman & Long, 1991; Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin, 1988 dalam Teh, dkk., 2009; dan Teh, 2009), perempuan lebih unggul dalam keterampilan berbicara, ka- rena orientasi sosial mereka lebih besar. Demi- kian pula, dalam penelitian ini ditemukan bahwa kompetensi berbicara mahasiswa perempuan le- bih baik dibandingkan dengan mahasiswa laki- laki. Mahasiswa perempuan menunjukkan su- perioritasnya dalam berbicara dibandingkan de- ngan mahasiswa laki-laki. Terdapat Perbedaan Kompetensi Berbicara Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Ing- gris yang Mengambil Mata Kuliah Speaking III antara Kelompok Mahasiswa yang Berke- pribadian Ekstrovert dengan yang Berkepri- badian Introvert Hasil perhitungan dengan analisis varians (ANAVA) dua jalur diperoleh nilai FB(hitung) sebesar 15,76846, sedangkan nilai Ftabel pada dbB= 1, dbdal = 64, α = 0,05 sebesar 3,99. Ini berarti FB(hitung) > Ftabel. Dengan demikian, hipo- tesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbe- daan kompetensi berbicara mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil ma- ta kuliah Speaking III antara kelompok maha- siswa yang berkepribadian extrovert dengan yang berkepribadian introvert ditolak. Sebalik- nya, hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada perbedaan kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me- ngambil mata kuliah Speaking III antara kelom- pok mahasiswa yang berkepribadian extrovert dengan yang berkepribadian introvert diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bah- wa ada perbedaan kompetensi berbicara mahasis- wa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang me- ngambil mata kuliah Speaking III antara ke- lompok mahasiswa yang berkepribadian ekstro- vert dengan yang berkepribadian introvert. Hal ini dapat ditunjukkan dari skor rerata yang diperoleh oleh kelompok mahasiswa perempuan (78,6765) lebih tinggi daripada skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki (70,9412). Mengacu pada kajian teoretis terdahulu, Cloninger (1993), Schultz (1981), dengan tegas menyatakan bahwa sikap ekstroversi berorientasi pada realitas eksternal, yang memiliki karakte- ristik seperti terbuka, mudah bersosialisasi, dan agresif secara sosial, sedangkan sikap introversi yang berorientasi pada dunia internal memiliki karakteristik seperti pendiam, suka menyendiri, pemalu, dan fokus pada diri sendiri. Norman (dalam Lanyon dan Goodstein, 1982) meng- elaborasi empat karakteristik yang dinyatakan dalam 2 kutub yang berlawanan, yaitu kutub A dan B. Kutub A adalah kepribadian ekstroversi yang suka berbicara, terus-terang dan terbuka, suka petualangan/tantangan, dan mudah ber- sosialisasi, sedangkan kutub B adalah kepriba- dian introversi yang lebih banyak diam, tertutup, berhati-hati, dan menjauh atau menjaga jarak dengan orang lain. Jika dibandingkan, karakte- ristik ekstroversi lebih menguntungkan dalam
  • 9. Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 286 kaitannya dengan pembelajaran berbicara (Spea- king III). Dengan sifatnya yang lebih suka ber- bicara dan terbuka, mereka adalah orang-orang yang tidak malu mengekspresikan pendapat atau perasaannya di depan orang banyak. Didukung oleh sifatnya yang mudah bersosialisasi, maka orang ekstroversi merasa bahwa apa pun yang dibicarakan akan mudah diterima oleh lawan bicaranya. Apalagi dengan karakteristik yang lebih agresif, maka kompetensi berbicara lebih cepat dikuasai. Berbeda dengan karakteristik mereka yang introversi, yang pendiam dan pe- malu, mereka akan lebih sulit mengekspresikan pendapat atau perasaannya. Apalagi dengan sifatnya yang menjauh dari orang lain dan lebih senang menyimpan perasaan itu untuk diri sendiri, kompetensi berbicara yang menuntut komunikasi oral dengan orang lain sebagai lawan bicara lebih sulit untuk dikuasai. Begitu pula dengan sifat yang terlalu hati-hati dan takut salah, lebih merugikan orang introversi, karena belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing menuntut keberanian dalam berlatih berbicara. Kesalahan yang terjadi merupakan proses belajar yang natural, karena belajar dari kesalahan bisa membuat kita sempurna, seperti kata pepatah, “practice makes perfect”. Dilihat dari koneksi faktor kepribadian dengan pembelajaran bahasa kedua, Kumarava- divelu (2006) menegaskan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa kedua (L2). Di antara faktor-faktor tersebut ter- masuk umur, kecemasan, empati, ekstroversi, introversi, dan pengambilan resiko. Brown (2000) menegaskan bahwa ekstroversi dan intro- versi merupakan dua pasangan yang secara potensial memegang peranan penting dalam pemerolehan bahasa kedua. Berdasarkan temuan yang didapatkan dalam penelitian ini, maka apa yang ditegaskan oleh Kumaravadivelu (2006) dan Brown (2000) dapat dibuktikan bahwa memang benar kepribadian ekstroversi dan intro- versi berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa kedua, yaitu mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi memiliki skor rerata kompetensi berbicara yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang berkepribadian introversi. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmat (1991), Eviyanti (1998), Badran (2001), dan Ratmining- sih (2010) yang melihat pengaruh tipe kepriba- dian ekstroversi dan introversi terhadap kemam- puan berbicara bahasa Arab pada penelitian Rahmat (1991) dan terhadap bahasa Perancis pada penelitian Eviyanti (1998), penelitian Ba- dran (2001) melihat pengaruhnya terhadap aku- rasi pelafalan bahasa Inggris (terkait keteram- pilan berbicara), sementara pada penelitian Rat- miningsih (2010) melihat pengaruhnya terhadap keterampilan mendengarkan. Pada penelitian Ratminingsih (2012) ini, terbukti bahwa tipe kepribadian ekstroversi dan introversi berpe- ngaruh terhadap kompetensi berbicara maha- siswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Tidak Terdapat Pengaruh Interaksi antar Gender dengan Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi Berbicara Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang Mengambil Mata Kuliah Speaking III Hasil perhitungan dengan analisis varian (ANAVA) dua jalur diperoleh nilai FBA(hitung) sebesar 0,034235, sedangkan nilai Ftabel pada dbBA= 1, dbdal = 64, α = 0,05 sebesar 3,99. Ini berarti FBA(hitung) < Ftabel. Dengan demikian, hipo- tesis alternatif (Ha) yang menyatakan, terdapat pengaruh interaksi antara gender dengan tipe kepribadian terhadap kompetensi berbicara ma- hasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil mata kuliah Speaking III ditolak atau dengan kata lain peneliti gagal menolak hipotesis non (Ho). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antar gender dengan tipe kepribadian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil mata kuliah Speaking III. Oleh karena tidak ada pengaruh interaksi antar gender dengan tipe kepribadian terhadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil mata kuliah Speaking III, maka uji hipotesis 4 dan 5 tidak dapat dilanjutkan. Temuan ini didukung oleh bukti yang telah diuraikan terdahulu bahwa mahasiswa laki- laki memiliki kompetensi berbicara yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perem- puan, yang ditunjukkan oleh skor rerata yaitu mahasiswa laki-laki mendapatkan skor rerata 70,94 sedangkan mahasiswa perempuan menda- patkan skor rerata 78,68. Temuan ini juga di- dukung oleh Elliot, dkk. (2000) bahwa perem- puan lebih baik dalam berbagai tugas-tugas verbal, Eckert dan McConnell-Ginet (2003) bah- wa dengan sifatnya yang lebih kooperatif, pe- rempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih baik daripada laki-laki, dan kajian emperis oleh Maccoby dan Jacob (dikutip oleh Elliott, 2000)
  • 10. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.278-288287 membuktikan perempuan lebih baik dalam kete- rampilan verbal, Larsen-Freeman & Long 1991; Maccoby & Jacklin, 1974; Slavin, 1988 (dalam Teh, dkk. 2009) membuktikan bahwa perempuan lebih unggul dalam keterampilan berbicara, karena orientasi sosial mereka lebih besar. De- ngan demikian, penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu bahwa memang benar pe- rempuan lebih baik dalam kompetensi berbicara. Selanjutnya dilihat dari tipe kerpibadian, hasil penelitian membuktikan bahwa mahasiswa yang berkepribadian ekstroversi mendapatkan skor rerata kompetensi berbicara 78,91, se- dangkan mahasiswa yang berkepribadian instro- versi mencapai skor rerata 70,71. Data ini mem- buktikan bahwa memang benar tipe kepribadian berpengaruh terhadap perbedaan kompetensi berbicara. Temuan ini juga didukung oleh kajian teoretis bahwa dengan karakteristiknya yang suka berbicara, terbuka, suka berpetualang, mu- dah bergaul atau bersosialisasi (Cloninger, 1993; Schultz, 1981; Norman dalam Lanyon dan Goodstein, 1982), mahasiswa ekstroversi diun- tungkan dalam kegiatan berbicara, yang ditun- jukkan oleh kompetensi berbicara yang lebih baik daripada mereka yang berkepribadian in- troversi. Demikian pula dalam penelitian terda- hulu baik oleh Pritchard (1952), Rahmat (1991), Eviyanti (1998), Badran (2001), dan Ratmi- ningsih (2010) dapat dibuktikan bahwa tipe ke- pribadian ekstroversi lebih baik daripada intro- versi pada keterampilan berbicara, pelafalan, dan keterampilan mendengarkan. Selanjutnya, pene- litian ini (Ratminingsih, 2012) mendukung temu- an penelitian tersebut di atas. Oleh karena kedua variabel, yaitu gender (laki-laki dan perempuan) dan tipe kepribadian (ekstroversi dan introversi) membuktikan bahwa mahasiswa perempuan memiliki kompetensi ber- bicara lebih baik daripada mahasiswa laki-laki dan mahasiswa ekstroversi memiliki kompe-tensi berbicara lebih baik daripada mahasiswa ins- troversi, maka hasil penelitian tidak menun- jukkan adanya pengaruh interaksi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris antara maha- siswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang mengambil mata kuliah Speaking III. (2) Terda- pat perbedaan yang signifikan pada kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris antara yang memiliki kepribadian ekstro- versi dan introversi yang mengambil Mata Ku- liah Speaking III. (3) Tidak terdapat pengaruh interaksi antara gender dan tipe kepribadian ter- hadap kompetensi berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang Mengambil Ma- ta Kuliah Speaking III. DAFTAR RUJUKAN Badran, A. Hassan. 2001. Extraversion/ Intro- version and Gender in Relation to the English Pronunciation Accuracy of Ara- bic Speaking College Students. A Re- search Report. Egypt: College of Edu- cation, Mansoura University. Brown, H. D. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Ad- dison Wesley Longman, Inc. Cameron, L. 2001. Teaching English to Young Learners. Cambridge: Cambridge Uni- versity Press. Cloninger, S. C. 1993. Theories of Personality. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Dantes, N. 2008. Metodologi Penelitian. Singa- raja: Undiksha. Eckert, P. dan McConnell-Ginet, S. 2003. La- nguage and Gender. Cambridge: Cam- bridge University Press. Elliott, S. N., dkk. 2000. Educational Psychology Effective Teaching Effective Learning. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc., Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Eviyanti, E.1998. Pengaruh Teknik Pengajaran dan Tipe Kepribadian terhadap Hasil Belajar Berbicara Bahasa Perancis. Tesis (tidak diterbitkan). PPS IKIP Jakarta. Gay, L.R., Geoffrey E. Mills, dan Peter Airasian. 2009. Educational Research: Compe- tencies for Analysis and Application. Pearson Education, Inc.
  • 11. Ratminingsih, Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian.… 288 Johnson, Keith. 2001. An Introduction to Foreign Language Learning and Teach- ing. England: Pearson Education Limi-ted. Kumaravadivelu, B. 2006. Understanding La- nguage Teaching: From Method to Postmethod. New Jersey: Lawrence Erl- baum Associates, Inc. Lanyon, R. I. dan Goodstein, L. D.1982. Personality Assessment. New York: John Wiley and Sons, Inc. Lazaraton, A. 2001. Teaching Oral Skills Dalam Marianne Celce-Murcia (Ed.). Teaching English as a Second or Foreign La- nguage. (hlm. 103-115). Boston, MA: Heinle & Heinle, a Division of Thomson Learning, Inc. Nitko, A. 1996. Educational Assessment of Student. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., A Simon & Schuster Company. Pin, L. 2010. A Study on Public Speaking in Korean Education for Chinese Students. Journal of Language Teaching and Research, Volume 1, Nomor 6 (hlm. 922- 925). Radwan, A. A. 2011. Effects of L2 Proficiency and Gender on Choice of Language Learning Strategies by University Stu- dents Majoring in English. Asian EFL Journal, Volume 13 Issue 1 (hlm. 114- 162). Rahmat, A. 1991. Pengaruh Pendekatan Penga- jaran dan Kepribadian terhadap Kemam- puan Berbicara Bahasa Arab. Tesis (tidak diterbitkan). PPS IKIP Jakarta. Ratminingsih, N. M. 2010. Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Tipe Kepribadian ter- hadap Keterampilan Mendengarkan Ba- hasa Inggris: Studi Eksperimen pada Siswa SD LAB Undiskha Singaraja. Disertasi Doktor (tidak diterbitkan). PPS Universitas Negeri Jakarta. Ratminingsih, N.M. 2012. Pengaruh Gender dan Tipe Kepribadian terhadap Kompetensi Berbicara Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Dalam Mata Kuliah Speaking III. Laporan Penelitian. Singaraja: Undik-sha. Teh, K. S. M., dkk. 2009. A Closer Look at Gender and Arabic Language Learning Strategies Use. European Journal of Social Sciences, Volume 9, Nomor 3 (hlm 399- 407). Schultz, Duane. 1981. Theories of Personality. California: Wadsworth, Inc.