1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana dalam proses pemerolehan bahasa pertama dan
pemerolehan bahasa kedua pun untuk mendapatkan kompontensi semantik,
kompetensi sintaksis, dan kompetensi fonologi. Pemerolehan bahasa pertama
berlangsung seolah-olah mengalir dengan sendirinya, pemerolehan tidak
menyadari bahwa dirinya sedang mendapatkan bahasa sasaran. Pembelajaran
pemerolehan bahasa kedua amat menyadari mengapa dirinya harus menguasai
bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa pertama berada masih dalam periode kritis,
sedangkan pemerolehan bahasa kedua sering sudah melewati masa kritis
tersebut. Ibrahim Malam “Lailatul Qadar” bagi orang yang berpuasa
Ramadhan, masa kritis merupakan “saat kesuksesan” bagi pembelajar bahasa
karena pada masa ini seluruh pranti (perangkat lunak) internal kebahasaan
manusia berada pada kondisi siap sempurna.
Pemerolehan bahasa pertama memberikan dukungan pada memori dan
kognisi pembelajar, media alami lebih baik dalam pemerolehan Bahasa
pertama cenderung tidak tertata secara rapi, berkembang sesuai kebutuhan.
Sebaliknya, pembelajaran bahasa kedua cenderung terencana dan tertata rapi,
pengorganisasian proses pembelajaran bahasa kedua adalah pengajar.
2. 2
BAB II
CIRI-CIRI PROSES PEMEROLAHAN BAHASA
Dalam proses pemerolehan bahasa pertama, pemerolehan bahasa kedua pun
untuk mendapatkan kompetensi semantik, kompetensi sistaksis, dan kompetensi
fonologis. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa ketiga kompetensi tersebut
merupakan substansi dari kompetensi linguistik. Untuk dapat berbahasa (bahasa
pertama dan bahasa kedua) dengan baik, seseorang harus menguasai tiga komponen
tersebut. Karena itu, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan substansi antara proses
yang terjadi pada pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua.
Perbedaan antara keduanya akan muncul pada suasana pemerolehan, suasana
ini ditandai beberapa macam, yaitu:
1. Kesadaran pembelajaran
2. Waktu
3. Tempat
4. Motivasi dan tujuan
5. Praktik dan penelitian
6. Umur pembelajar
7. Alat bantu pemerolehan
8. Pengorganisasian
Dalam pemerolehan bahasa pertama berlangsung seolah-olah mengalir dengan
sendirinya. Pemerolehan tidak menyadari bahwa dirinya sedang mendapatkan bahasa
sasara. Pada diri pemerolehan terdapat proses internal yang mengharuskan pemeroleh
merasa “selalu wajib” meningkatkan kompetensinya setiap saat pada pemerolehan
bahasa kedua. Kelebihan kesadaran dalam pemerolehan bahasa kedua akan
memperkuat motivasi. Sebaliknya kelebihan ketidaksadaran pada pemerolehan
bahasa pertama adalah bahwa anak selalu beruhasa meningkatkan kompetensinya.
Pemerolehan bahasa pertama berlangsung sejak lahir (dimulai dengan
reseptif), tetapi pemerolehan bahasa kedua, umumnya dimulai saat pembelajar masuk
bangku sekolah, kesempatan untuk mencoba berbahasa pada pemerolehan bahasa
3. 3
pertama waktunya amat luas, sedangkan pada bahasa kedua amat terbatas, waktunyas
berkaitan dengan tempat, dalam pemerolehan bahasa pertama dapat memperoleh
bahasa keduanya dimana saja dalam lingkungan rumah dan masyarakat yang akrab
dan dinamis. Sebaliknya, pemerolehan bahasa kedua memperoleh bahasa keduanya
dalam lingkungan sekolah, yang lebih sempit dalam pemerolehan bahasa pertama,
waktu dan tempat lebih mendukung dibandingkan dalam pemerolehan bahasa kedua.
Pada pemerolehan bahasa pertama (anak-anak) akan sangat menentukan
keberhasilan pemerolehan bahasa kedua, yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
motivasi. Pembelajar bahasa pertama memiliki kesempatan berpraktik dan berlatih
lebih banyak, hal ini tak terjadi pada pemerolehan bahasa kedua. Keadaan menjadi
lebih jarak jika para pengajar bahasa masih lebih banyak menyentuh ranah kognitif
dari pada aspek psikomotorik. Pembelajaran bahasa adalah pembelajaran
keterampilan berbahasa bukan pembelajaran pengetahuan tentang bahasa.
Disini juga perlu kita ketahui bahwa ciri-cirti proses permerolehan bahasa
kedua ada tiga macam yaitu:
a. Pembelajaran bahasa terjadi dalam interaksi sosial antar individu (guru, siswa)
yang didalamnya berlaku hukum-hukum sosial.
b. Belajar tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan berbahasa kedua sehingga
dalam proses ini pengajar diharapkan memberikan segala pengalamannya untuk
membantu pembelajar.
c. Proses pembelajaran merupakan kesempatan sebesar-besarnya pembelajar
melakukan respon, tidak hanya duduk dan diam.
Dalam bahasa kedua bahasa yang diperoleh pada urutan kedua oleh anak yang
menguasai dengan sempurna tiga bahasa atau lebih dan bahasa pertama adalah urutan
pertama yang dikuasai oleh anak secara relatif sempurna.
4. 4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemerolehan bahasa
kedua merupakan bahasa yang diperoleh anak setelah mereka memperoleh
bahasa lain. Akan tetapi, jika penguasaannya belum sempurna, bahasa yang
diperoleh anak tersebut maka disebut dengan bahasa pertama, dan bahasa kedua
dapat pula memegang peran yang kurang kuat dibandingkan dengan bahasa
pertama sebab tanpa kita mempunyai bahasa pertama tidak mungkin kita
mengetahui bahasa kedua tersebut.