2. PENGERTIAN PATOLOGI
Patologi berasal dari
kata Pathos
yang berarti
disease/penderitaan/penyakit
dan Logos yang berarti berbicara
tentang ilmu.
Patologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang penyakit atau
ilmu tentang penyakit.
Maksud dari pengertian diatas bahwa
3. PENGERTIAN PATOLOGI
Konsep ini bermula dari
pengertian penyakit di bidang
ilmu kedokteran dan biologi
yang kemudian diberlakukan
pula untuk masyarakat, karena
masyarakat itu tidak ada
bedanya dengan organisme
sehingga dalam masyarakat
pun dikenal dengan konsep
penyakit.
4. PENGERTIAN SOSIAL
Kata sosial adalah tempat atau wadah
pergaulan hidup antar manusia yang
perwujudannya berupa kelompok manusia
atau organisasi yakni individu atau
manusia yang
berinteraksi/berhubungan secara
timbal balik.
Tetapi, dalam arti yang lebih luas yaitu
community atau masyarakat.
5. PENGERTIAN PATOLOGI
SOSIAL
Maka pengertian dari patologi
sosial adalah ilmu tentang
gejala-gejala sosial yang
dianggap “sakit” disebabkan
oleh faktor-faktor sosial atau Ilmu
tentang asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit
yang berhubungan dengan hakekat adanya
mnusia dalam hidup masyarakat.
6. PENGERTIAN PATOLOGI SOSIAL
Menurut Kartini Kartono:
Patologi Sosial adalah
semua tingkah laku yang
bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik,
solidaritas kekeluargaan, hidup
rukun bertetangga, disiplin,
kebaikan dan hukum formal.
7. PENGERTIAN PATOLOGI
SOSIAL
Menurut St. Vembriarto:
Patologi Sosial mempunyai 2 (dua) arti:
1. Patologi sosial berarti suatu penyelidikan, disiplin, atau
ilmu pengetahuan tentang disorganisasi, sosial dan social
maladjustment. yang di dalamnya dibahas tentang arti,
ekstensi, sebab-sebab, hasil-hasil dan tindakan perbaikan
(treatment) terhadap faktor-faktor yang mengganggu atau
mengurangi penyesuaian sosial (social adjusment)
2. Patologi sosial berarti keadaan sosial yang “sakit” atau
“abnormal” pada suatu masyarakat.
Jadi dalam arti yang pertama patologi sosial berarti suatu
ilmu pengetahuan, sedangkan dalam arti yang kedua
patologi sosial berarti kondisi sosial yang “sakit” atau
“abnormal.”
8. PENDAPAT TERSEBUT SESUAI DENGAN
PENDAPAT YANG DIKEMUKAKAN OLEH
GILLIN AND GILLIN.
Menurut kedua sarjana itu, patologi sosial
berarti:
1.Maladjustment yang serius di antara berbagai
unsur dan keseluruhan konfigurasi
kebudayaan sedemikian rupa sehingga
membahayakan kelangsungan hidup suatu
kelompok sosial.
Dalam arti pertama ini patologi sosial berarti
disorganisasi sosial atau social maladjustment.
2.Patologi sosial berarti disiplin yang
membicarakan tentang disintegrasi sosial,
disorganisasi sosial, atau social maladjusment
itu.
9. LATAR BELAKANG PATOLOGI
SOSIAL
Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan
teknologi yang berkembang sangat pesat sehingga
melahirkan masyarakat modern yang serba kompleks,
sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi,
industrialisasi, dan urbanisasi, dll.
Hal ini disamping mampu memberikan berbagai alternative
kemudahan bagi kehidupan manusia juga dapat
menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada
manusia dan kemanusiaan itu sendiri yang biasa disebut
masalah sosial.
10. PENGERTIAN MASALAH
SOSIAL
Menurut St. Vembriarto:
Masalah sosial adalah suatu kondisi atau proses dalam
masyarakat, yang dilihat dari suatu sudut tidak diinginkan.
Dasar pikiran yang terkandung dalam pandangan itu, ialah:
Bahwa ada atau mungkin adanya keadaan masyarakat yang
memuaskan; masalah sosial merupakan penyimpangan dari
keadaan masyarakat yang memuaskan itu.
Bahwa pemecahan terhadap masalah sosial itu mungkin
dilakukan.
Dari dasar pikiran kedua itu terkandung pula pengertian
tentang adanya perubahan sosial.
Bahwa dalam perubahan sosial itu ada stabilitas sosial yang
kontinu.
Bahwa perubahan sosial itu dapat diarahkan pada tujuan-
tujuan tertentu, yaitu keadaan masyarakat yang memuaskan.
11. MENURUT KARTINI KARTONO:
Masalah sosial ialah:
1.Semua bentuk tingkah laku yang melanggar
atau memperkosa adat istiadat masyarakat
(dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk
menjamin kesejahteraan hidup bersama).
2.Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian
besar dari warga masyarakat sebagai
pengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya
dan merugikan orang banyak.
12. DISORGANISASI SOSIAL
Formulasi alternatif untuk
melengkapi arti “masalah sosial”
ialah istilah “disorganisasi sosial”.
Disorganisasi sosial disebut juga
dengan disintegrasi sosial, selalu
diawali dengan analisa mengenai
perubahan-perubahan dan
proses-proses organik.
13. TEORI CULTURAL LAG
Teori cultural lag (kelambanan
budaya atau kelambanan kultural)
menyatakan sebagai berikut:
Apabila bermacam-macam bagian dari
kebudayaan berkembang secara tidak
imbang, tidak sesuai dengan
perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan, maka kebudayaan tadi
akan mengalami proses kelambatan
kultural (cultural lag, kelambanan
budaya).
14. KAPAN KITA BERHAK MENYEBUTKAN
PERISTIWA ITU SEBAGAI GEJALA
PATOLOGIS ATAU MASALAH SOSIAL?
Menurut kartini dalam bukunya “patologi sosial”
menyatakan bahwa orang yang dianggap
kompeten dalam menilai tingkah laku orang lain
adalah pejabat, politisi, pengacara, hakim, polisi,
dokter, rohaniawan, dan kaum ilmuan dibidang
sosial.
Sekalipun adakalanya mereka membuat
kekeliruan dalam membuat analisis dan penilaian
tehadap gejala sosial, tetapi pada umumnya
mereka dianggap mempunyai peranan
menentukan dalam memastikan baik buruknya
pola tingkah laku masyarakat.
Mereka juga berhak menunjuk aspek-aspek
kehidupan sosial yang harus atau perlu diubah
dan diperbaiki.
15. PERTIMBANGAN NILAI DALAM
ILMU
Ada orang yang berpendapat bahwa
pertmbangan nilai (value, judgement, mengenai
baik dan buruk) sebenarnya bertentangan
dengan ilmu pengetahuan yang objektif sebab
penilaian itu sifatnya sangat subjektif.
Karena itu, ilmu pengetahuan murni harus
meninggalkan generalisasi-generalisasi etis
dan penilaian etis (susila, baik dan buruk).
Sebaliknya kelompok lain berpendapat bahwa
dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan
kaum ilmuan tidak mungkin tidak
menggunakan pertimbangan nilai, sebab opini
mereka selalu saja merupakan keputusan yang
dimuati dengan penilaian-penilaian tertentu.
16. ILMU PENGETAHUAN DAN
NILAI
Dalam padangan Kartini Kartono dijelaskan, bahwa:
• Ilmu pongetahuan itu selalu mengandung nilai-nilai
tertentu. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan
menyangkut masalah mempertanyakan dan memecahkan
lesulitan hidup secara sistematis selalu dengan jalan
menggunakan metode dan teknik-teknik yang berguna
dan bernilai. Disebut bernilai karena dapat memenuhi
kebutuhan manusiawi yang universal ini, baik yang
individual maupun sosial sifatnya, selalu diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang bernilai.
• Ada keyakinan etis pada diri manusia bahwa penggunaan
teknologi dan ilmu pengetahuan modern untuk menguasai
alam (kosmos, jagad) sangatlah diperlukan demi
kesejahteraan dan pemuasan kebutuhan hidup pada
umumnya. Jadi ilmu pengetahuan dengan sendirinya
memiliki sistem nilai.
• Falsafah yang demokratis sebagaimana tercantum dalam
pancasila menyatakan bahwa baik individu maupun
kelompok dalam masyarakat Indonesia, pasti mampu
memformulasikan serta menentukan sistem nilai masing-
masing dan sanggup menentukan tujuan serta sasaran
yang bernilai bagi hidupnya.
17. ILMU PENGETAHUAN DAN
MORALITAS ETIS
George Lundberg salah seorang tokoh sosiolog yang
dianggap dominan terhadap aliran neo-positivisme dalam
sosiologi menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu bersifat
otoriter, karena itu ilmu pengetahuan mengandung dan
harus memilki moralitas ilmiah atau hukum moral yang
conform dan seimbang dengan hukum alam.
Dan diperkuat oleh C.C. North, seorang sosiolog lain dalam
bukunya Soial Problems and Sosial Planning, menyatakan
bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran hidup
yang bernilai bagi satu kebudayaan atau satu masyarakat,
harus disertakan etik sosial guna menentukan cara
pencapaian sasaran tadi.
Jadi, cara atau metode pencapaian itu secara etis-susila
harus bisa dipertanggungjawabkan sebab manusia normal
dibekali alam dengan budi daya dan hati nurani sehingga ia
dianggap mampu menilai baik dan buruknya setiap
peristiwa.
18. PENDEKATAN TENTANG PERILAKU
SOSIOPATIK
Pendekatan biologis tentang tingkahlaku sosiopatik
dalam biologi biasanya terfokus pada bagian genetik.
Patologi itu menurun melalui gen/plasma pembawa
sifat di dalam keturunan, kombinasi dari gen-gen atau
tidak adanya gen-gen tersebut
Ada pewaris umum melalui keturunan yang
menunjukkan tendesi untuk berkembang kearah
pathologis (tipe kecenderungan yang luaar biasa
abnormal)
Melalui pewarisan dalam bentuk konstitusi yang
lemah, yang akan berkembang kearah tingkahlaku
sosiopatik.
Bentuk tingkahlaku yang menyimpang secara sosial
yang disebabkan oleh ketiga hal tersebut diatas dan
ditolak oleh umum seperti: homoseksualitas,
alkoholistik, gangguan mental, dll.
1) Pendekatan Biologis
19. PENDEKATAN TENTANG PERILAKU
SOSIOPATIK
Pendekatan Psikologis
Menerangkan tingkahlaku sosiopatik berdasarkan
teori intelegensi, sehingga individu melanggar
norma-norma sosial yang ada antara lain karena
faktor-faktor: intelegensi, sifat-sifat kepribadian,
proses berfikir, motivasi, sifat hidup yang keliru,
internalisasi yang salah.
Pendekatan Psikiatris
Berdasarkan teori konflik emosional dan
kecenderungan psikopatologi yang ada di balik
tingkahlaku menyimpang
2) Pendekatan Psikologis dan Psikiatris
20. PENDEKATAN TENTANG PERILAKU
SOSIOPATIK
Penyebab tingkahlaku sosiopatik adalah murni
sosiologis yaitu tingkahlaku yang berbeda dan
menyimpang dari kebiasaan suatu norma umum
yang pada suatu tempat dan waktu tertentu sangat
ditentang atau menimbulkan akibat reaksi sosial
“tidak setuju”.
Reaksi dari masyarakat antara lain: hukuman,
segregrasi (pengucilan/pengasingan), pengucilan,
Contoh: mafia (komunitas mafia dengan perilaku
pengedar narkoba)
3) Pendekatan Sosiologis
21. FASE-FASE PERKEMBANGAN
PATOLOGI SOSIAL
Menurut St. Yembiarto (1981) bahwa studi patologi
sosial memilki fase-fase tersendiri. Adapun
perkembangan patologi sosial ada melalui 3 (tiga) fase:
o FASE MASALAH SOSIAL. Pada fase ini menjadi
penyelidikan patisos action masalah-masalah sosial
seperti pengangguran, pelacuran, kejahatan, masalah
penduduk, dst
o FASE DISORGANISASI SOSIAL. Pada fase ini menjadi
objek penyelidikan Patsos adalah disorganisasi sosial,
fase ini merupakan koreksi dan perkembangan dan
fase masalah sosial
o FASE SISTEMATIK. Fase ini merupakan perkembangan
dari dua fase sebelumnya. Pada fase ini patsos
berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang
22. TEORI-TEORI PATOLOGI
SOSIAL
TEORI PERUBAHAN SOSIAL. Terkait dengan perubahan
struktur dan fungsi dalam masyarakat. Apabila suatu
aspek kehidupan pada masyarakat telah mengalami
perubahan, maka akan terjadi masalah sosial.
TEORI CULTURE LAG (ketertinggalan kebudayaan).
Satu budaya terdiri dari beberapa aspek. Jika ada slah
satu aspek dari budaya itu yang tertinggal, maka akan
terjadi Culture Lag (Ketertinggalan Kebudayaan).
Culture Lag ini dapat menimbulkan masalah sosial.
TEORI KONFLIK SOSIAL. Situasi yang menimbulkan
pertentangan sebagian besar penduduk bisa disebut
sebagai konflik sosial. Konflik sosial bisa
menimbulkan masalah sosial. Contohnya seperti
perang, pertentangan buruh dan majikan, dan lain-
lain.
23. TEORI-TEORI PATOLOGI
SOSIAL
TEORI DISORGANISASI SOSIAL. Disorganisasi sosial
terjadi ketika seseorang tidak melaksanakan fungsinya
dalam sebuah organisasi. Disorganisasi sosial dapat
menimbulkan keretakan organisasi sosial yang
berkelanjutan dan dapat menimbulkan masalah sosial.
Disorganisasi Sosial dapat terjadi karena adanya
perubahan sosial.
TEORI PATOLOGI. Masyarakat selalu dalam keadaan
sakit atau masyarakat yang tidak berfungsi secara
sebagian atau keseluruhan. Masyarakat bisa dikatakan
sehat jika seluruh anggota masyarakat berfungsi
dengan sempurna. Jika dipandang dari luar, masyarakat
memang terlihat menjalankan fungsinya dengan
sempurna. Namun jika dilihat dari dalam, pada
kenyataannya masyarakat tidak menjalankan fungsinya
dengan baik. Misalnya, masyarakat yang makmur.