SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
20 Pedoman Umum
Bab
III
Bab
III
Komponen Proyek dan
Bantuan Teknis
Untuk dapat mendukung kegiatan proyek agar tercapai
tujuan P2KP seperti tersebut di atas, maka P2KP dibagi
menjadi 3 komponen proyek sbb:
A. Pengembangan Masyarakat dan Mengedepankan
Peran Pemerintah Daerah;
B. Penyediaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM); dan
C. Penyediaan Dana Penanggulangan Kemiskinan
Terpadu (PAKET);
3.1. KOMPONEN PROYEK
3.1.1. Pengembangan Masyarakat dan
Mengedepankan Peran Pemerintah
Daerah
1) Uraian
Komponen proyek ini menyediakan
dukungan untuk mendanai kegiatan
pengembangan atau pemberdayaan
masyarakat serta penguatan kapasitas
dalam rangka mengedepankan peran
pemerintah daerah, termasuk diantaranya
adalah penguatan peran dan fungsi Komite
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(KPK-D), mengembangkan Komunitas
Belajar Perkotaan (KBP), dan menumbuh-
kembangkan kemitraan sinergis dengan
masyarakat, agar mampu bekerja sama
secara lebih efektif dalam penanggulangan
kemiskinan di wilayah setempat sesuai
prinsip dan nilai universal di P2KP.
Pada dasarnya, dukungan pembiayaan
melalui komponen ini mencakup biaya
operasional konsultan dan fasilitator untuk
melaksanakan pendampingan masyarakat
dan pemerintah kota/kabupaten, biaya
sosialisasi dan pelatihan, termasuk penyia-
pan materi-materi sosialisasi dan pelatihan
yang berkaitan dengan pelaksanaan P2KP,
serta biaya-biaya lain yang berkaitan
dengan upaya memperkuat kapasitas dan
mengedepankan peran pemerintah daerah.
a) Pengembangan Masyarakat melalui
Proses Pembelajaran
Komponen pengembangan atau pem-
berdayaan masyarakat dalam P2KP
dilakukan melalui proses pembelajaran
masyarakat untuk memulihkan dan
melembagakan kembali kapital sosial
(social capital) yang telah ada di
masyarakat, yakni nilai-nilai dan prinsip-
prinsip universal, sebagai landasan
kokoh untuk membangun tatanan
masyarakat yang mampu mandiri dan
berkelanjutan menangani kegiatan pe-
nanggulangan kemiskinan serta pemba-
ngunan lingkungan perumahan permu-
kiman di wilayahnya secara terpadu.
Tahapan pembelajaran masyarakat
terdiri dari serangkaian kegiatan, mulai
dari belajar membangun kebersamaan
pada saat rembug kesiapan masyara-
kat, belajar mengevaluasi penyebab
kemiskinan yang bertumpu pada
perilaku dan sikap, belajar merumuskan
keinginan secara riil sesuai dengan
kondisi obyektif masalah yang ada dan
potensi yang dimilikinya, belajar
21Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
bersinergi dan mengorganisir dalam
lembaga yang mengakar dan represen-
tatif, belajar membuat program kemiski-
nan dan pembangunan di wilayahnya,
belajar melakukan kegiatan bersama
yang dilandasi perubahan perilaku dan
sikap, serta proses belajar lainnya.
Seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan P2KP di
tingkat masyarakat pada dasarnya dititikberatkan
pada nuansa proses pembelajaran masyarakat.
Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan P2KP tidak hanya
berorientasi pada output/produk atau dilandasi
prinsip sekedar terlaksana semata, namun justru
harus benar-benar memperhatikan dinamika
proses, kesadaran kritis dan pelembagaan nilai-
nilai universal serta proses perubahan perilaku/
sikap masyarakat itu sendiri.
Beberapa kegiatan yang termasuk
dalam komponen pengembangan
masyarakat, antara lain mencakup:
a.1.Rembug atau Musyawarah Kesepa-
katan Masyarakat
Kegiatan Rembug/Musyawarah Ke-
sepakatan Masyarakat (RKM) me-
rupakan serangkaian musyawarah di
tingkat kelurahan/desa yang dise-
lenggarakanolehLurah/KepalaDesa
dengan mengundang para ketua RT,
ketua RW, warga miskin (Pra KS
dan KS1) dan tokoh masyarakat
serta kelompok peduli setempat
untuk memutuskan apakah berminat
mengikuti P2KP dengan segala
konsekuensinya atau tidak.
RKM didahului serangkaian kegiatan
silaturahmi sosial dan pemasyara-
katan gambaran umum P2KP ke
berbagai pihak, baik perangkat
pemerintah maupun masyarakat,
melalui berbagai media, arisan,
pertemuan PKK, pengajian, siskam-
ling, dsb, yang difasilitasi fasilitator.
RKM ini dilanjutkan dengan pen-
daftaran relawan-relawan yang akan
berperan sebagai agen pembangun-
an masyarakat setempat. Untuk
tahap pertama yang dibutuhkan
adalah relawan untuk menyeleng-
garakan Refleksi Kemiskinan yang
akan dilakukan di tiap RT/RW,
minimum 1 orang per RW. Dalam
tiap tahapan kegiatan, jumlah
anggota tim relawan dapat ditambah
sesuai kebutuhan maupun terutama
sesuai kesediaan partisipasi dan
kerelaan warga untuk menjadi
relawan-relawan dalam proses
penanggulangan kemiskinan di
wilayahnya.
Para relawan-relawan tersebut
selanjutnya bersama fasilitator akan
mendorong peran aktif masyarakat
dalam berbagai proses kegiatan
P2KP khususnya, maupun upaya
pembangunan wilayah kelurahan
pada umumnya.
Relawan-relawan adalah orang-orang yang memiliki
niat ikhlas dan peduli untuk membantu masyarakat
miskin di wilayahnya. Tidak ada batasan jumlah
relawan dalam satu wilayah, karena siapapun yang
ikhlas dan peduli dapat terlibat dan memberi
kontribusi untuk membantu masyarakat dalam
proses pelaksanaan P2KP di wilayahnya.
a.2. Pengorganisasian Masyarakat
Kegiatan penyiapan dan peng-
organisasian masyarakat diawali
dengan proses membangun kesa-
daran kritis masyarakat, melalui
serangkaian kegiatan diskusi
kelompok terarah (focus group
discusión/FGD); dimulai dengan
refleksi kemiskinan sebagai upaya
membangun paradigma baru
masyarakat terhadap akar persoalan
kemiskinan yang dihadapi bersama
yang berkaitan dengan sikap/prilaku
dan cara pandang masyarakat
selama ini, dilanjutkan dengan
pemetaan swadaya (community self
survey/CSS) sebagai upaya belajar
bersama menemukenali realita
persoalan dan potensi di wilayahnya
serta berbagai kemungkinan
penanggulangannya dan apa yang
22 Pedoman Umum
dibutuhkan untuk menanggulangi
kemiskinan secara efektif dalam
bentuk antara lain; komitmen
(individu dan kelompok), keahlian,
sumberdaya, kelembagaan, organi-
sasi dan lain-lainnya, dilanjutkan
dengan FGD kelembagaan dan
kepemimpinan moral hingga pengu-
kuhan/pembentukan lembaga
pimpinan kolektif berbasis nilai-nilai
universal, yang secara jenerik dise-
but BKM, untuk akhirnya memimpin
gerakan penanggulangan kemiskin-
an dari, oleh untuk masyarakat
secara mandiri dan berkelanjutan.
a.3. Perencanaan Partisipatif Menyusun
PJM dan Renta Pronangkis
Kegiatan ini merupakan kegiatan
awalBKMbersamarelawan-relawan,
masyarakat serta pemerintah
kelurahan dan kelompok peduli
setempat, untuk bersama-sama
merencanakan langkah-langkah
penanggulangan kemiskinan dalam
bentuk PJM dan Renta Pronangkis.
Dalam hal ini, BKM diharapkan dapat
mendorong peran aktif masyarakat
kelurahan setempat untuk menyam-
paikan aspirasinya, memberikan
masukan, saran, usulan dan inisiatif-
inisiatifnya.
BKM bersama para relawan, yang
difasilitasi Tim fasilitator, akan
mengkoordinir dan memfasilitasi
proses pelaksanaan di masyarakat
untuk menjamin bahwa proses
penyusunan PJM Pronangkis
dilakukan secara partisipatif serta
benar-benar didasarkan pada
kebutuhan nyata (riil) masyarakat,
yang dalam penyusunannya perlu
mempertimbangkan: 1) hasil-hasil
pemetaan swadaya yang telah
dilakukan masyarakat sendiri
sebelumnya, 2) keterpaduan dengan
rencana dan program pemerintah
kelurahan, dan 3) kebijakan Pemda
setempat.
Ruang lingkup kegiatan dalam PJM
Pronangkis mencerminkan kegiatan
yang benar-benar merupakan kebu-
tuhan riil dan prioritas masyarakat,
baik itu pembangunan prasarana/
sarana perumahan dan permukiman,
penciptaan lapangan kerja baru, kre-
dit mikro untuk usaha kecil, hingga
santunan bagi masyarakat rentan/
lemah atau pelayanan sosial lain.
Program penanggulangan kemiskin-
an (pronangkis) yang akan disusun
masyarakat diharapkan dapat berisi;
(1)DokumenStrategiPenanggulang-
an Kemiskinan Kelurahan setempat,
yakni visi, misi dan strategi penang-
gulangan kemiskinan di kelurahan
setempat; (2) Rencana Jangka
Menengahpenanggulangankemiski-
nan, yakni dalam jangka waktu 3
tahun, serta (3) Rencana Tahunan
(Renta) yang berisi rencana detail
investasi tahunan pada tahun
pertama yang dapat diusulkan untuk
dibiayai sebagian dari swadaya
murni masyarakat, alokasi dana
Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) P2KP, maupun sumber dana
Pemda dan pihak terkait lainnya.
PJM dan Renta Pronangkis tidak
boleh semata-mata dipandang
sebagai prasyarat untuk mem-
peroleh dana bantuan P2KP, namun
harus diposisikan sebagai media
pembelajaran masyarakat untuk
menyusun program bersama.
Sehingga muatan PJM dan Renta
Pronangkis bukan hanya berisikan
daftar kegiatan yang didanai dengan
sumber dana BLM P2KP, melainkan
uraian program masyarakat secara
menyeluruh, termasuk dengan
sumber-sumber dana lainnya yang
dibutuhkan, apakah berasal dari
swadaya masyarakat, APBD,
ataupun channeling dengan sektor
perbankan, program, swasta,
stimulan P2KP, dan sebagainya;
23Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
PJM dan Renta Pronangkis secara prinsip
merupakan dokumen hasil proses pembelajaran
perencanaan partisipatif masyarakat bersama
perangkat kelurahan dan para pihak di kelurahan
setempat, yang mencerminkan prioritas-prioritas
program yang disepakati bersama. Tidak
dibenarkan sama sekali adanya ‘exclusivitas’
ataupun adanya rekayasa pihak luar dalam proses
penyusunan Pronangkis, baik fasilitator, KMW atau
pihak-pihak lainnya.
a.4. Komunitas Belajar Kelurahan
(KBK)
Sebagaimana telah dijelaskan di
awal, seluruh proses pelaksanaan
kegiatan P2KP di tkt masyarakat
pada dasarnya bernuansa proses
pembelajaran masyarakat untuk
memperbaiki kondisinya secara
bertahap menuju kondisi masyarakat
yang mandiri, dan akhirnya mampu
terwujud tatanan masyarakat
madani.
Oleh karena itu, selama masa pro-
yek P2KP, yang dimotori relawan-
relawan setempat, masyarakat
diharapkan mampu memahami
substansi, mekanisme, proses dan
dinamika pembelajarannya, sekali-
gus kemudian mampu menerapkan-
nya sesuai dengan nilai dan prinsip
universal.
Untuk lebih mendukung proses pem-
belajaran tersebut, BKM dapat men-
jadi motor penggerak dalam mem-
bangun forum pembelajaran dalam
bentuk Komunitas Belajar Kelurahan
(KBK), yang dipelopori para rela-
wan`setempat. Dimaksud relawan
dalam hal ini ialah anggota masyar-
akat, perangkat pemerintah kelura-
han dan orang-orang peduli yang
memiliki komitment, kepedulian dan
keikhlasan membantu masyarakat
miskin di sekitarnya.
KBK pada prinsipnya merupakan
forum dari para relawan, dikoordinir
BKM, yang bersifat cair (tidak
struktural) sebagai wadah melemba-
gakan dan menumbuhkembangkan
proses pembelajaran masyarakat,
melalui diskusi-diskusi, kajian-kajian
refleksi, best practice dan tukar
pikiran mengenai berbagai persoalan
kemiskinan yang ada di wilayahnya
serta bagaimana upaya penanggula-
ngannya agar lebih efektif dan
berbasis nilai-nilai universal.
Proses membangun Komunitas
Belajar Kelurahan (KBK), yang
dimotori BKM, dapat dimulai setelah
dana BLM P2KP tahap pertama
telah diterima masyarakat, dimana
pada saat itu relawan-relawan telah
selesai membantu masyarakat
sejak tahap awal hingga tahap pe-
nyusunan PJM Pronangkis.Agenda
pertama KBK dapat dimulai dengan
diskusi reflektif tentang efektivitas
kemanfaatan penggunaan dana,
transparansi dan akuntabilitas, serta
sosial kontrol status dan pemanfaat-
an dana BLM.
Selanjutnya. pelaksanaan kegiatan
KBK dilakukan misalnya dengan
FGD-FGD bersama warga miskin,
kunjungan lapang ke KSM-KSM dan
kegiatan para anggotanya atau ke
panitia-panitia dan hasil kegiatan-
nya, refleksi proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan tertentu, dll.
Hasil-hasil kajian dari KBK menjadi
masukan bagi BKM untuk mening-
katkan kinerjanya dan juga menjadi
masukan bagi pemerintah kelurahan
hingga pemerintah kota/kabupaten.
Diharapkan pada pasca pelaksa-
naan P2KP, mekanisme KBK dapat
terus dilembagakan warga sehingga
mampu menjadi motor penggerak
masyarakat untuk senantiasa mela-
kukan penyempurnaan proses pem-
belajaran dalam penerapan substan-
si konsep, sistem dan mekanisme
yang telah dikenalkan selama
pelaksanaan P2KP, dalam rangka
melembagakan kembali kapital
sosial yang dimiliki masyarakat.
24 Pedoman Umum
Melembaganya KBK, sekaligus
juga merupakan pondasi yang
kokoh bagi warga masyarakat untuk
senantiasa merefleksi, mendis-
kusikan dan memperbaiki serta
menata kualitas lingkungan
permukiman kelurahannya yang
lebih lestari, asri, sehat, aman dan
berkelanjutan secara terpadu
(Neighbourhood Development).
Fungsi KBK adalah sebagai forum para relawan
(masyarakat, perangkat pemerintah kelurahan dan
kelompok peduli setempat) untuk saling belajar,
sharing pemikiran dan pengalaman, kajian refleksi,
tempat berkomunikasi, yang dilandasi semangat
untuk menemukan model kegiatan dan kebijakan
yang lebih mampu meningkatkan perbaikan
masyarakat miskin di kelurahannya.
Sebagai sebuah forum, siapapun yang berminat
bisa bergabung dalam KBK dengan kedudukan yang
sejajar. Tidak perlu ada SK pengukuhan karena
sifat keanggotaannya adalah cair. Artinya, siapapun
bebas keluar masuk sesuai dengan minatnya.
UPS-BKM memfasilitasi dan terus menerus
menumbuhkembangkan KBK, agar proses kegiatan
dan kehidupan bermasyarakat senantiasa
bertumpu pada keadilan, keikhlasan dan kejujuran.
Ketentuan umum mengenai KBK dapat
dipelajari pada Pedoman Khusus mengenai
Komunitas Belajar Kelurahan dalam
pelaksanaan P2KP.
b) Mengedepankan Peran Pemerintah
Daerah
Kegiatan mengedepankan peran
pemerintah daerah, pada dasarnya
merupakan kegiatan yang berorientasi
pada upaya membangun kemandirian
pemerintah daerah dalam menang-
gulangi kemiskinan dan mewujudkan
pembangunan keberlanjutan yang
berbasis nilai-nilai serta prinsip-prinsip
universal.
Pemerintah Propinsi akan didorong pe-
ran aktifnya sebagai pelaksana dalam
penyelenggaraan lokakarya-lokakarya
dan kegiatan P2KP di tingkat propinsi
serta melakukan peran-peran koordina-
si, monitoring dan supervisi. Sedangkan
Pemerintah Kota/Kabupaten secara
prinsip merupakan pelaksana P2KP di
wilayahnya masing-masing, baik dalam
memfasilitasi proses kegiatan P2KP di
tingkat masyarakat maupun di tingkat
kota/kabupaten, dengan difasilitasi
KMW sesuai ketentuan P2KP.
b.1. Penguatan peran Pemerintah
Daerah dalam pelaksanaan siklus
P2KP
Penguatan peran pemerintah daerah
dalam pelaksanaan siklus P2KP
sebenarnya telah dimulai pada saat
tahap persiapan pelaksanaan P2KP,
yakni dalam proses verifikasi
penentuan lokasi sasaran, kese-
pakatan MOU pelaksanaan P2KP,
maupun lokakarya-lokakarya P2KP
di tingkat nasional dan propinsi.
Sedangkan dalam pelaksanaan
P2KP di tingkat kota/kabupaten,
kegiatan diawali dengan pelatihan
dasar bagi aparat pemerintah kota/
kabupaten, KPK-D dan kelompok
peduli setempat. Melalui pelatihan
dasar ini, perangkat pemerintah
kota/kabupaten, difasilitasi KMW,
selanjutnya diharapkan dapat
berperan sebagai nara sumber dan
fasilitator, baik pada lokakarya-
lokakarya P2KP di wilayahnya
maupun pada kegiatan-kegiatan
sosialisasi lainnya. Selain itu,
pemerintah daerah juga diharapkan
mampu mengikuti dinamika
perkembangan P2KP di wilayahnya,
termasuk dalam turut memfasilitasi
kegiatan P2KP serta merespon
berbagai permasalahan dan konflik
yang terjadi.
Peran Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
kegiatan P2KP tidak hanya terbatas pada peran
monitoring, supporting dan legitimator semata,
melainkan juga peran-peran fasilitasi, koordinasi,
supervisi dan turut implementasi dalam beberapa
kegiatan, yang difasilitasi KMW.
25Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
b.2. Penguatan peran KPK-D dalam
menyusun SPK-D dan Pronangkis
Kota/Kabupaten.
Salah satu kegiatan mengedepan-
kan peran pemda pada pelaksanaan
P2KP dilakukan melalui pendam-
pingan untuk memperkuat peran dan
fungsi Komite Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar
mampu menyusun dokumen strate-
gi penanggulangan kemiskinan
Daerah (SPK-D) dan Pronangkis
kota/kabupaten secara partisipatif,
berdasarkan masukan dan kebu-
tuhan masyarakat (Pronangkis
kelurahan) serta dukungan pihak
terkait lain, terutama bagi terwujud-
nya keselarasan dan keterpaduan
program penanggulangan kemiskin-
an di wilayahnya.
Ketentuan penguatan peran dan
fungsi KPK-D dalam menyusun
SPK-D dan Pronangkis Kota/kab
akan diatur lebih lanjut dalam Buku
Panduan Khusus mengenai hal ini.
b.3. Komunitas Belajar Perkotaan
(KBP).
Komunitas Belajar Perkotaan (KBP)
pada dasarnya suatu forum untuk
belajar, berbagi pemikiran dan
pengalaman, serta melakukan
kajian-kajian pembangunan partisi-
patif, terutama persoalan kemiskin-
an di kota/kabupaten, yang dilandasi
prinsip prinsip “good governance”.
Tujuan dari KBP adalah dikem-
bangkannya satu forum pembe-
lajaran untuk berbagi informasi
sekaligus mengkaji program-
program penanggulangan kemis-
kinan dan program pembangunan
wilayah dan terbangunnya komuni-
tas pembelajar yang merupakan
jaringan dari para relawan dan para
peduli (stakeholders) tingkat kota/
kabupaten, baik dari unsur
perangkat pemda maupun non-
pemerintah.
KBP merupakan titik awal mem-
bangun jaringan antar kelompok,
organisasi, atau lembaga yang
dimulai dengan memperkuat relasi-
relasi antar individunya, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi
kebijakan-kebijakan dan tindakan-
tindakan lembaga/organisasinya
masing-masing.
KBP tidak bersifat struktural,
melainkan suatu forum yang dimotori
dan digerakkan oleh KPK-D
setempat. Hal ini sekaligus menem-
patkan kedudukan KPK-D yang juga
didorong untuk berfungsi sebagai
“pusat pembelajaran (learning
center)”, yang terbuka untuk seluruh
pelaku setempat dalam rangka
membahas dan merumuskan perka-
ra strategis secara rutin serta siste-
matis, khususnya perkara yang ter-
kait dengan upaya-upaya penang-
gulangan kemiskinan di wilayah
masing-masing.
Hasil-hasil dan masukan dari KBP
menjadi bahan KPK Daerah untuk
memberi berbagai saran dan pertim-
bangan bagi perbaikan dan penyem-
purnaan kebijakan maupun program-
program penanggulangan kemiskin-
an di kota/kabupaten setempat.
KPK-D, staf pemerintah kota/kab,
dinas terkait dan para pelaku laín
yang peduli kemiskinan pada tahap
awal akan mengikuti terlebih dahulu
lokakarya serta pelatihan dasar
agar dapat memahami secara utuh
konsep dan pelaksanaan P2KP.
Alumnus dari pelatihan dasar P2KP
tersebut kemudian diharapkan bisa
menjadi relawan-relawan kemiskinan
tingkat kota/ kabupaten, yang salah
satunya akan berperan menjadi
tulang punggung proses penum-
buhkembangan KBP. Selanjutnya
melalui koordinasi dan berbagi
beban pendanaan, pemerintah kota/
kab. dan KPK-D juga akan memfa-
26 Pedoman Umum
silitasi aktivitas KBP, baik itu dalam
bentuk belajar dari lapangan
(thematic field study) yang terdiri
dari kunjungan lapangan dan diskusi
tematik, penyajian audio visual
(VCD), kunjungan dan FGD serta
dialog dengan Fasilitator, BKM,
Relawan Masyarakat, dan atau
pemanfaat P2KP, yang akan
diselenggarakan oleh KPK-D bekerja
sama dengan KMW bersangkutan
secara reguler maupun insedentil
sesuai kebutuhan.
Keterlibatan pemerintah kota/kab ini
akan dilakukan berkoordinasi
dengan KMW yang ditugasi oleh
Pimpro/PMU (Project Management
Unit) P2KP di wilayah setempat.
Fungsi KPK-D untuk menumbuhkembangkan
Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) sebagai Pusat
Pembelajaran (learning center) inilah yang
diharapkan mampu mendorong terwujudnya
“transformasi P2KP dari proyek menjadi kegiatan
program oleh masyarakat bersama pemerintah
daerah dan kelompok peduli setempat”.
b.4. Membangun Kemitraan Sinergis.
Pengembangan kapasitas ini juga
dimaksudkan untuk membangun
kepedulian dan menjalin kemitraan
dengan masyarakat, baik dengan
BKM-BKM, Forum BKM maupun
kelompok peduli setempat, terutama
pada pelaksanaan kegiatan PAKET.
Upaya membangun kemitraan
sinergis dapat dilakukan dalam
berbagai tahapan kegiatan, antara
lain; 1) perencanaan program,
misalnya mensinergikan PJM
Pronangkis dengan mekanisme
musbangkel hingga rakorbang dan
mensinergikan PJM Pronangkis
dengan SPK-D dan Pronangkis
kota/kabupaten, 2) pelaksanaan
program, misalnya channeling
program-programpemerintahdaerah
dan pihak ketiga dengan BKM, serta
3) monitoring dan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan, 4) dll.
Untuk kota/kabupaten yang terpilih
sebagai lokasi pelaksanaan PAKET,
proses pembelajaran kemitraan
sinergis dilakukan melalui serangkai-
an kegiatan yang difasilitasi KMW
sesuai dengan ketentuan Buku
Pedoman Pelaksanaan PAKET.
c) Jaringan Kerjasama & Forum BKM
Komponen Pengembangan Masya-
rakat, Pemerintah dan Pelaku lain
jugamemberikanpendampingandan
pelatihan untuk mendukung BKM
dalam membentuk asosiasi atau
forum antar BKM di tingkat keca-
matan dan kota/kabupaten sebagai
sarana kerja sama dan komunikasi
antar mereka.
Forum BKM akan berfungsi sebagai
jaringan tukar menukar pengalaman,
melaksanakan kegiatan bersama,
mengkombinasikan sumber daya
yang ada untuk membantu warga
miskin, serta menyuarakan aspirasi
masyarakat miskin dalam proses
pengambilan keputusan lokal yang
berkaitan dengan kebijakan publik
yang langsung menyangkut kaum
miskin. Kegiatan ini juga mendorong
jaringan kerja sama, baik antar KSM,
antar BKM maupun Forum BKM
dengan dengan pihak terkait lainnya,
untuk kepentingan dan kemanfaatan
masyarakat miskin, antara lain;
desain produk, perencanaan,
pemasaran, advokasi masyarakat
miskin, pusat informasi, jaringan
bisnis dan sebagainya.
2) Ketentuan Umum
a) Siapa yang dimaksud masyarakat
Pengertian masyarakat dalam P2KP
adalah seluruh penduduk warga
kelurahan/desa peserta P2KP - baik
yang kaya maupun yang miskin, kaum
minoritas, pendatang dan penduduk asli
setempat -, yang setelah melalui proses
pemberdayaan dapat menyadari dan
memahami kondisi kelurahan/desa
27Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Gambar 3.1. Kedudukan dan Posisi BKM
Pemerintah
Masyarakat
MadaniSwasta dan
Klpk.Peduli
Koperasi
LKMD/
LPMK,dll
"BKM"
Dari gambaran di atas, kedudukan BKM
jelas merupakan lembaga masyarakat
warga (Civil Society Organization), yang
pada hakekatnya mengandung
pengertian sebagai wadah masyarakat
untuk bersinergi dan menjadi lembaga
kepercayaan milik masyarakat, yang
diakui baik oleh masyarakat sendiri
maupun pihak luar, dalam upaya
masyarakat membangun kemandirian
menuju tatanan masyarakat madani
(civil socitey), yang dibangun dan
dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai
universal (value based).
Sebagai wadah masyarakat bersinergi,
BKM berbentuk pimpinan kolektif,
dimana keputusan dilakukan secara
kolektif melalui mekanisme rapat
anggota BKM, dengan musyawarah
mufakat menjadi norma utama dalam
seluruh proses pengambilan keputusan.
Sedangkan sebagai lembaga keper-
cayaan (‘board of trusty’), anggota-
anggota BKM terdiri dari orang-orang
yang dipercaya warga, berdasarkan
kriteria kemanusiaan yang disepakati
bersama dan dapat mewakili masya-
rakat dalam berbagai kepentingan,
mereka serta persoalan kemiskinan
yang masih dihadapi dan sepakat
perlunya mengorganisasi diri untuk
menanggulangi persoalan kemiskinan
tersebut secara bersama, mandiri,
terpadu, dan sistematik.
b) Lembaga masyarakat yang harus
dibangun dalam P2KP
Warga yang sadar akan potensi dan
persoalan yang masih harus disele-
saikan tersebut, dapat mengorganisasi
diri sebagai masyarakat warga dan
membangun lembaga pimpinan kolektif
sebagai representasi dari masyarakat
warga kelurahan yang bersangkutan,
yang secara jenerik disebut Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM).
Pengertian masyarakat warga (civil
society), dapat dirumuskan sbb :
“Civil Society ialah himpunan masya-
rakat warga yang diprakarsai dan
dikelola secara mandiri oleh warga,
yang secara damai berupaya meme-
nuhi kebutuhan atau memperjuang-
kan kepentingan, memecahkan
persoalan atau menyatakan kepedu-
lian bersama dengan tetap menghar-
gai hak orang lain untuk berbuat
yang sama dan tetap mempertahan-
kan sifat independen dan otonom
terhadap institusi pemerintah, politik,
militer, keluarga, agama dan usaha”.
Dengan demikian, masyarakat warga
yang dibangun dalam P2KP adalah
himpunan masyarakat yang didasarkan
pada ciri-ciri sukarela, kesetaraan,
kemitraan, inklusif, demokratik,
mandiri, otonom, proaktif, bersemangat
saling membantu, menghargai kesatu-
an dalam keragaman dan kedamaian.
Gambaran umum mengenai kedudukan
dan posisi BKM dapat dilihat pada
gambar 3.1. di bawah ini.
28 Pedoman Umum
Dengan demikian, kedudukan dan posisi BKM
adalah sebagai lembaga masyarakat yang benar-
benar dibangun dari, oleh dan untuk masyarakat
sebagai representasi upaya-upaya untuk
membangun sinergi segenap potensi masyarakat
menuju tatanan masyarakat madani, yang
senantiasa berbasis keikhlasan dan kerelawanan,
keadilan serta kejujuran.
Jadi jelas dan tegas bahwa BKM pada dasarnya
merupakan lembaga kepercayaan masyarakat atau
“Board of Trusty”. Pengertian board of trusty pada
satu sisi merujuk pada keberadaan BKM yang harus
mengakar, representatif, dan aspiratif, serta
beranggotakan kumpulan warga yang ikhlas, adil,
jujur, dan tidak dibayar untuk pengabdiannya,
sehingga menjadi tumpuan kepercayaan
masyarakat. Sedangkan pada sisi lain, BKM
sebagai lembaga kepercayaan milik masyarakat
juga harus mampu diakui dan dipercaya oleh pihak-
pihak lainnya.
b.1. Proses membangun lembaga
masyarakat berbasis nlai (BKM)
Sebagaimana dijelaskan di atas, Istilah
BKM (Badan Keswadayaan Masyara-
kat) pada dasarnya merujuk baik pada
pemampuan lembaga yang ada, yang
telah melalui proses konfirmasi ulang
oleh masyarakat setempat dan
direvitalisasi sesuai ketentuan P2KP,
ataupun lembaga yang dibentuk baru
oleh masyarakat.
Tahapan proses yang harus dilakukan
masyarakat untuk memutuskan me-
mampukan dan merevitalisasi lembaga
yangadaataumembentuklembagabaru
sebagai BKM, adalah:
b.1.1.FGD refleksi kelembagaan
masyarakat berbasis nilai
Hal penting yang pertama kali perlu
dilakukan ialah proses penyadaran
kritis mengenai substansi tatanan
masyarakat madani, yang salah satu
indikatornya tercermin pada keber-
adaan lembaga masyarakat yang
benar-benar aspiratif, mengakar,
diakui kemanfaatannya, representa-
tif, dan berbasis pada keikhlasan/
kerelawanan, keadilan serta
kejujuran.
FGD-FGD refleksi lembaga masya-
rakat berbasis nilai dilakukan di
seluruh tataran masyarakat, baik
masyarakat pada umumnya maupun
masyarakat miskin pada khusus-
nya. Proses FGD refleksi lembaga
masyarakat berbasis nilai dige-
rakkan dan difasilitasi oleh relawan-
relawan, dengan pendampingan dari
Fasilitator dan perangkat kelurahan.
b.1.2. Identifikasi Profil Lembaga-
lembaga yang ada
Selanjutnya relawan-relawan dibantu
perangkat kelurahan melakukan
identifikasi profil dari berbagai
lembaga masyarakat yang ada di
wilayahnya, yang menyangkut hal-
hal mengenai landasan keberadaan,
mekanisme pembentukan, visi dan
misi, tujuan, organisasi, kepengu-
rusan, mekanisme pemilihan
anggota/pengurus, jenis kegiatan
yang dilakukan, dll.
Hasil-hasil identifikasi profil
lembaga-lembaga tersebut menjadi
bahan pembahasan pada proses
rembug warga untuk mengevaluasi
dan merefleksi kebutuhan lembaga
masyarakat.
b.1.3. Rembug-rembug warga untuk
merefleksi dan mengavaluasi
lembaga-lembaga yang ada
Atas dasar kesadaran kritis
masyarakat terhadap pemahaman
substansi lembaga masyarakat
berbasis nilai serta hasil identifikasi
berbagai profil lembaga-lembaga
masyarakat yang ada, relawan-
relawan dibantu perangkat kelurahan
setempat selanjutnya memfasilitasi
rembug-rembug warga evaluasi
lembaga yang ada, mulai dari tingkat
RT/RW atau dusun hingga tingkat
kelurahan.
Agenda rembug-rembug warga
terfokus pada menggali aspirasi dan
apresiasi masyarakat terhadap
kinerja dan kredibilitas berbagai
lembaga-lembaga masyarakat yang
ada di wilayah setempat. Refleksi
29Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Beberapa lembaga masyarakat lokal yang sudah
mentradisi dan hingga kini tetap mengakar,
representatif, akuntabel serta diakui kemanfaatan-
nya oleh masyarakat, dapat ditetapkan sebagai
“bkm”, melalui mekanisme persetujuan masyarakat.
• Membentuk lembaga baru
sebagai BKM, fasilitator akan
memfasilitasi proses pemilihan
anggota-anggota lembaga
tersebut (BKM) agar terlaksana
secara organik, demokratis,
partisipatif, transparan, akuntabel
dan inklusif berdasarkan kriteria
nilai-nilai universal kemanusiaan.
b.2. Anggota BKM
Untuk memimpin masyarakat warga ini,
dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari
pribadi-pribadi yang dipercaya warga
berdasarkan kriteria kemanusiaan yang
disepakati bersama dan dapat mewakili
warga dalam berbagai kepentingan.
Anggota pimpinan kolektif masyarakat
warga ini yang kemudian disebut
anggota BKM.
Anggota-anggota BKM tidak digaji atau
menerima imbalan secara rutin. Dengan
menjadi anggota BKM, mereka diberi
kesempatan dan kepercayaan dari
masyarakat untuk memberi, kontribusi
peduli, berkorban, dan ikhlas berbuat
nyata bagi warga miskin yang ada di
wilayahnya. Adanya kesempatan dan
kepercayaan itulah yang bagi mereka
merupakan imbalan yang tak ternilai
harganya, apalagi dibandingkan materi
atau status, karena mereka dapat ber-
buat baik terhadap sesama, khususnya
kaum miskin dan tertinggal/marjinal.
dan evaluasi dititikberatkan pada
tingkat pengakaran di masyarakat,
tingkat kemanfaatannya bagi
masyarakat, tingkat aspiratif-nya,
tingkat representatif dan tingkat
kepercayaan masyarakat.
Aspirasi dan apresiasi warga harus
benar-benar berasal dari pendapat
dan aspirasi masyarakat, tanpa
rekayasa dari siapapun.
b.1.4. Rembug warga tingkat kelurahan
untuk memutuskan merevitalisasi
lembaga yang ada atau membentuk
lembaga baru.
Hasil refleksi dan evaluasi terhadap
profil lembaga-lembaga masyarakat
di atas menjadi masukan utama
dalam rembug warga tingkat
kelurahan yang akan memutuskan
apakah akan merevitalisasi dan
memampukan lembaga yang ada
ataukah membentuk lembaga
masyarakat baru, sebagai BKM.
Rembug warga dihadiri oleh repre-
sentasi seluruh warga kelurahan,
perangkat kelurahan, kelompok
peduli, dan relawan-relawan.
Apabila rembug warga masyarakat
kelurahan memutuskan untuk:
• Merevitalisasi dan memam-
pukan lembaga masyarakat
yang telah ada sebagai BKM,
maka fasilitator akan memfasili-
tasi masyarakat untuk merevitali-
sasi (peran dan fungsi, AD/ART
dan aturan dasar lainnya), mere-
strukturisasi (struktur organisasi,
kepemimpinan kolektif, board of
trusty dan unit-unit pelaksana),
serta melaksanakan pemilihan
ulang anggota-anggota lembaga
ter-sebut dengan proses yang
demokratis, partisipatif, akunta-
bel, inklusif dan berlandaskan
keikhlasan/kerelawanan,
kejujuran dan keadilan (nilai-nilai
universal kemanusiaan).
Hal ini dimaksudkan agar
lembaga masyarakat yang dipilih
masyarakat sebagai BKM
tersebut dapat ditingkatkan peran
dan fungsinya serta memenuhi
kriteria dan sifat lembaga
pimpinan kolektif masyarakat
warga yang berbasis nilai, sesuai
koridor P2KP.
30 Pedoman Umum
Anggota BKM secara prinsip merupakan
representasi dari warga masyarakat kelurahan yang
paling dipercaya, ikhlas, jujur, adil, peduli dan tanpa
pamrih, sehingga bukan sebagai wakil
kewilayahan, golongan atau perwakilan kelompok
masyarakat.
Tidak ada satu pun anggota BKM yang
memiliki hak istimewa (privilege) dan
semua hasil keputusan ‘BKM’
ditetapkan secara kolektif melalui
mekanisme Rapat Anggota BKM.
Anggota-anggota BKM dipilih oleh
seluruh utusan-utusan warga setempat
dengan kriteria kualitas sifat ke-
manusiaan atau track record perbuatan
baik dan mekanisme pemilihan tanpa
kampanye, tanpa pencalonan serta
secara tertulis dan rahasia.
Utusan-utusan warga adalah warga
pilihan masyarakat RT yang dipilih
dengan mekanisme dan kriteria yang
sama. Dalam hal ini, masyarakat warga
RT mengadakan rembug dan FGD Ke-
pemimpinan moral untuk memilih 2-3
orang terbaik sebagai utusan warga
pada pemilihan di tingkat kelurahan.
Apabila dalam satu kelurahan terdapat
lebih dari 50 RT, masyarakat warga
setempat dapat melakukan pemilihan
utusan warga di tingkat RW, dengan
tetap memperhitungkan bahwa jumlah
utusan warga untuk pemilihan anggota
BKM di tingkat kelurahan minimal 30%
dari jumlah penduduk kelurahan.
Masa pengabdian anggota BKM adalah
2 tahun dengan kemungkinan dapat
dievaluasi pada setiap tahunnya
berdasarkan indikator perbuatan baik
serta kualitas sifat-sifat kemanusiaan.
Pada bulan ke-23 atau satu bulan
sebelum masa pengabdian anggota
BKM berakhir, masyarakat melakukan
proses pemilihan ulang dengan meka-
nisme yang sama. Anggota BKM yang
tengah mengabdi dan akan berakhir
masa tugasnya, secara otomatis
berhak menjadi peserta pemilihan
anggota BKM baru di tingkat kelurahan.
Sehingga dalam hal ini masyarakat
hanya memilih 2 utusan warga yang
bukan menjadi anggota BKM saat itu.
Utusan-utusan warga pilihan masya-
rakat ditambah dengan anggota BKM
yang ada itulah yang akan menjadi
peserta sekaligus memiliki hak memilih
dan dipilih pada rapat pemilihan anggota
BKM yang baru.
Dalam hal terdapat penduduk asli atau minoritas
pada satu kelurahan/desa yang membutuhkan
pendekatan dan dukungan proses pengorgani-
sasian masyarakat yang berbeda, maka harus
dijamin keterlibatan mereka dalam lembaga
masyarakat warga tersebut, sebagaimana diatur
dalam lampiran 1 Buku Pedoman Umum mengenai
ketentuan perlakuan terhadap penduduk asli.
b.3. Struktur BKM
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang
disepakati seluruh masyarakat
setempat, baik dari sumber dana P2KP
maupun sumber dana lain (channeling),
BKM membentuk unit-unit pengelola
sesuai kebutuhan, yang setidaknya
terdiri dari Unit Pengelola Keuangan
(UPK), Unit Pengelola Lingkungan
(UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS).
Unit Pengelola Keuangan (UPK) akan
bertanggungjawab pada pengelolaan
pinjaman bergulir, akses channeling
ekonomi, dan akses kegiatan yang
berkaitan dengan pemupukan dana atau
akses modal masyarakat. Unit
Pengelola Lingkungan (UPL) bertang-
gungjawab pada penanganan Rencana
Perbaikan Kampung, Penataan dan
Pemeliharaan Prasarana Lingkungan
Perumahan dan Permukiman, Good
Governance di bidang Permukiman, dan
lain-lain.Sedangkan Unit Pengelola
Sosial (UPS) didorong untuk mengelola
relawan-relawan dan hal-hal yang
berkaitan dengan kerelawanan,
mengelola pusat Informasi dan
pengaduan masyarakat (termasuk
31Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Masing-masing Unit Pengelola-BKM berkedudukan
mandiri dalam melaksanakan kegiatan dan
pengelolaan dana sesuai dengan cakupan
bidangnya masing-masing, sebagaimana
diputuskan dalam PJM Pronangkis serta langsung
bertanggung-jawab kepada BKM.
Oleh karena itu, Unit-Unit Pelaksana
tersebut berkewajiban memberikan
informasi dan laporan perkembangan
dari masing-masing kegiatan yang
menjadi tugas pokoknya, mengusulkan
draft konsep pengembangan, serta
memberikan pertanggungjawaban
berkala maupun akhir kepada BKM.
Termasuk juga memberikan saran-saran
dan masukan-masukan secara
profesional kepada BKM untuk menjadi
dasar pertimbangan BKM dalam
mengambil kebijakan maupun
keputusan yang diperlukan.
Gambar 3.2. Struktur BKM
Anggota-anggota BKM tidak diperke-
nankan merangkap menjadi pengelola
dari unit-unit tersebut.
Unit-Unit Pelaksana akan dipimpin
seorang manajer, atau istilah lain, dan
beberapa staf sesuai kebutuhan yang
dipilih melalui Rapat Anggota BKM,
berdasarkan kriteria kemampuan di
bidangnya masing-masing.
BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan
yang dilaksanakan oleh unit-unit
pelaksana sesuai bidang kegiatannya,
yakni UPL, UPS, dan UPK.
Gambaran struktur BKM dapat dilihat
pada gambar 3.2. di bawah ini:
media warga untuk sarana kontrol
social), penanganan kegiatan Good
Governance, Penanganan Kegiatan
Sosial, dan lain-lain sesuai
kesepakatan warga masyarakat
setempat.
Masyarakat Kelurahan
BKM
Unit Pengelola
Sosial
Unit Pengelola
Lingkungan
Unit Pengelola
Keuangan
Relawan-relawan
kelurahan, media
infokom warga,
santunan sosial,
beasiswa, KBK dll
Perbaikan sarana
dan prasarana,
permukiman,
Neighbourhood
development, dll
Pinjaman ber-
gulir, usaha
produktif, modal
ventura, channel-
ing ekonomi, dll
Lurah/Kades, BPD,
LPMK/D, dll
Unit-Unit Pengelola
Koperasi PT/UPE
32 Pedoman Umum
Sesuai dengan landasan keberadaan-
nya, BKM dan Unit-unit pelaksana
(UPL, UPS dan UPK) harus senantiasa
berorientasi pada upaya-upaya untuk
melayani masyarakat miskin dan
meningkatkan kesejahteraannya. Oleh
karena itu, dalam kebijakan dan
keputusanmengenaipelayananunit-unit
pelaksana didasarkan pada pertim-
bangan kemampuan warga miskin dan
warga termiskin di wilayahnya.
Meskipun demikian, dalam rangka me-
ningkatkan kapasitas pelayanan kepa-
da warga miskin dan termiskin di
wilayahnya, maka BKM sesuai dengan
kapasitas dan kebutuhannya, diperke-
nankan pula untuk mengembangkan
berbagai jenis pelayanan yang bersifat
usaha produktif dan pemupukan dana.
Kegiatan pengembangan usaha BKM
tersebut tidak boleh dilakukan secara
langsung oleh BKM, melainkan dengan
mendorong terbentuknya koperasi oleh
KSM-KSM maupun anggota-anggota-
nya yang dinilai telah berkembang atau
dengan membentuk Unit Pelayanan
Ekonomi (UPE) atau Perusahaan untuk
melayani kegiatan usaha produktif
ataupun kegiatan ekonomi yang bersifat
menguntungkan.
Pembentukan UPE, PT atau badan
usaha lainnya tidak boleh diputuskan
sepihak oleh anggota BKM saja, namun
harus ditetapkan melalui mekanisme
rembug warga masyarakat setempat di
tingkat kelurahan. Ketentuan mengenai
hal ini akan diatur dalam Pedoman
Khusus P2KP. Demikian pula dalam hal
pembentukan koperasi tidak dilakukan
BKM secara institusi, namun oleh kum-
pulan warga non miskin atau KSM-KSM
atau anggota-anggota KSM dengan me-
ngacu pada UU Koperasi yang berlaku.
BKM serta UPL, UPS dan UPK tetap harus
senantiasa berorientasi pada pelayanan kepada
masyarakat miskin dan termiskin di wilayahnya.
Sedangkan Keberadaan Koperasi dan Unit
Pengelola Ekonomi atau PT atau badan usaha
lainnya di BKM pada dasarnya dimaksudkan untuk
memperkuat kapasitas pelayanan BKM terhadap
warga miskin dengan cara mengembangkan
kegiatan-kegiatan yang produktif dan profitable,
melalui cara-cara antara lain sbb; a) pelayanan
kepada warga tidak miskin, b) pelayanan kepada
warga miskin yang telah meningkat kesejahte-
raannya setelah mendapat beberapa kali pelayanan
dan pembinaan dari BKM beserta UP-UP-nya, dan
c) pelayanan kegiatan ekonomi lainnya.
c) Peran apa yang harus dilakukan
oleh BKM
• Bertindak sebagai motor penggerak
untuk senantiasa menggali dan me-
lembagakan nilai-nilai luhur kemanu-
siaan yang bersifat universal, prinsip-
prinsip universal kemasyarakatan,
serta Tridaya;
• Menumbuhkan solidaritas serta
kesatuan sosial untuk menggalang
kepedulian dan kebersamaan
gerakan masyarakat warga dalam
menanggulangi masalah kemiskinan
secara mandiri dan berkelanjutan;
• BKM mengorganisasi warga untuk
merumuskan program jangka
menengah(3tahun)penanggulangan
kemiskinan dan rencana tahunan
(PJM dan Renta Pronangkis) secara
partisipatif;
• Bertindak sebagai forum peng-
ambilan keputusan dan kebijakan
untuk hal-hal yang menyangkut
pelaksanaan P2KP pada khususnya
dan penanggulangan kemiskinan
pada umumnya;
• Menumbuhkan berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat miskin
agar mampu meningkatkan
kesejahteraan mereka;
• Menumbuhkembangkan Komunitas
Belajar Kelurahan (KBK) dan
mengoptimalkan peran relawan-
relawan setempat;
33Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
• Mengembangkan jaringan BKM di
tingkat kota/kabupaten sebagai
mitra kerja Pemda serta kelompok
peduli setempat dan sebagai sarana
untuk menyuarakan aspirasi
masyarakat warga yang diwakili,
maupun dalam rangka mengakses
berbagai potensi sumber daya yang
ada di luar untuk melengkapi sumber
daya yang dimiliki masyarakat
(partnership dan channeling
programme);
• Menetapkan kebijakan serta
mengawasi pemanfaatan dana
bantuan P2KP (BLM dan PAKET)
dan dana-dana sumber lainnya, yang
sehari-hari dikelola unit-unit
pelaksana yang dibentuk BKM
sesuai kebutuhan.
d) Siapa yang melakukan pendam-
pingan kepada masyarakat
• Proses pendampingan masyarakat
dalam proyek P2KP ini utamanya
dilakukan oleh Tim Fasilitator
bersama para relawan yang
didukung oleh KMW dgn berbagai
tenaga ahlinya.
• Tim Fasilitator, sebagai masukan
(input) proyek secara intensif
melakukan pendampingan kepada
para Relawan, BKM, unit pelaksana
(UP-UP), Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) serta masya-
rakat kelurahan/desa pada umum-
nya dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Tim Fasilitator
merupakan bagian dari Konsultan
Manajemen Wilayah (KMW).
• Para Relawan, dibantu Tim
Fasilitator melakukan pendamping-
an langsung ke masyarakat
kelurahan pada umumnya dan
masyarakat miskin khususnya.
• Para Relawan adalah pribadi-pribadi
dari warga masyarakat setempat
yang bersedia secara ikhlas
mengorbankan sebagian waktu,
tenaga, pikiran, serta mungkin
materi, dan lainnya untuk mengabdi
bagi perjuangan memperbaiki taraf
hidup dan harkat serta martabat
masyarakat miskin serta kelompok
masyarakat rentan (anak yatim
piatu, jompo, korban musibah dll)
yang tinggal di sekitarnya.
Para relawan tidak memandang
P2KP sebagai sarana untuk
mengejar materi, kedudukan, status
dan jabatan atau sesuatu yang
bersifat simbol-simbol bagi dirinya
dan kelompoknya. Para relawan
adalah orang-orang yang akan
menempatkan P2KP sebagai
sarana mereka untuk ’beribadah’ dan
memberi kontribusi nyata kepada
sesama manusia yang masih miskin
dan terpuruk di sekitarnya.
Kebahagiaan para relawan adalah
keyakinan akan pilihannya untuk
’mengorbankan’ sebagian apa yang
dia miliki (waktu, pikiran, tenaga, dll)
telah sesuai dengan fitrah dirinya
sebagai manusia hakiki.
Profil dan karakteristik para relawan
masyarakat miskin seperti demikian
biasanya muncul secara organik
atas kesadaran diri sebagai hasil dari
tumbuhnya kesadaran kritis dan
tidak muncul karena melalui proses
penunjukan atau mungkin pemilihan.
Para Relawan tetap merupakan
bagian integral dari masyarakat di
kelurahan/desa peserta P2KP dan
‘diharapkan’ setidaknya terdapat 1
orang Relawan dari tiap RW di
kelurahan/desa setempat.
Para relawan akan mendapatkan
pendampingan serta penguatan
kapasitas, melalui berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh Tim
Fasilitator, agar mampu menjiwai
substansi konsep P2KP dan
menggerakkan masyarakat untuk
senantiasa menggali dan menum-
buhkembangkan nilai-nilai universal
34 Pedoman Umum
kemanusiaan, prinsip-prinsip
kemasyarakatan, dan tridaya dalam
melaksanakan kegiatan P2KP
maupun penanggulangan kemiskin-
an di wilayahnya.
e) Peran yang diharapkan dilakukan
oleh Pemerintah Daerah
• Bertindak sebagai fasilitator,
dinamisator dan pendukung dalam
pelaksanaan P2KP khususnya dan
upaya-upaya penanggulangan ke-
miskinan pada umumnya;
• Memfasilitasi upaya-upaya yang
berkaitandenganpembangunanatau
pengokohan lembaga KPK Daerah
dan Pokja PAKET agar lebih
demokratis, organik, partisipatif,
transparan dan akuntabel;
• Memfasilitasi penguatan peran dan
fungsi KPK Daerah sebagai motor
penggerak penyusunan Dokumen
Strategi Penanggulangan Kemis-
kinan (SPK) dan Pronangkis Kota/
kabupaten serta sebagai pusat
pembelajaran (learning center)
penanggulangan kemiskinan,
dengan melibatkan berbagai pihak
di wilayahnya. (Kinerja pemerintah
kota/kabupaten dalam penguatan
peran dan fungsi KPK Daerah serta
kualitas dokumen SPK dan Pronang-
kis kota/kabupaten akan menjadi
indikator utama untuk penentuan se-
leksi peserta pelaksanaan PAKET);
• Memfasilitasi proses membangun
dan melembagakan Komunitas
Belajar Perkotaan (KBP) yang
dimotori KPK-D
• Mengorganisasi dinas-dinas terkait
untuk dapat bekerja sama dengan
BKM/masyarakat dan kelompok
peduli yang antara lain dalam
membangun “Pokja PAKET” dan
memadukan berbagai kegiatan
pembangunan untuk kepentingan
penanggulangan kemiskinan.
• Menumbuhkan berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat serta
mengedepankan peran pemerintah
daerah, Komite Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (KPKD), Pokja
PAKET dan kelompok peduli
setempat agar mampu meningkat-
kan kesejahteraan warga miskin;
• Bertindak sebagai dinamisator
proses pembangunan partisipatif
yang dilakukan melalui pelaksanaan
P2KP pada umumnya, maupun
pelaksanaan komponen PAKET
P2KP secara khusus;
• Kontribusi dana melalui sumber dana
APBD, baik untuk keperluan BOP
(Biaya Operasional Pelaksanaan)
pemerintah kota/kab, pengembang-
an kapasitas, pengawasan dan
pengembangan sistem informasi
manajemen, dana pendamping
(matching fund) pelaksanaan proyek
sesuai ketetapan PMU/Pimpro
P2KP pusat, dan lain-lain.
• Berkoordinasi dengan KMW
memfasilitasi penyelesaian masalah
dan penanganan pengaduan serta
konflik yang timbul dalam
pelaksanaan P2KP dengan
menyiapkan pranata dan sarana
yang dibutuhkan
• Memfasilitasi proses terminasi
proyek maupun pelaksanaan strategi
pelepasan (exit strategy), agar
masyarakat mampu mandiri dan
berkelanjutan dalam mengembang-
kan kelembagaan dan kegiatan
P2KP, termasuk pengelolaan dana
yang diperoleh, berlandaskan nilai-
nilai universal kemanusiaan serta
prinsip-prinsip kemasyarakatan (nilai
dan prinsip yang melandasi P2KP).
f) Pendampingan kepada Pemerintah
Daerah dan Pelaku lain
• Pendampingan kepada pemerintah
Daerah dan pelaku lain, utamanya
dilakukan oleh KMW, baik untuk
tingkat propinsi maupun kota/
35Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
3.1.2. Komponen Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM)
1) Uraian
Proses pembelajaran masyarakat untuk
menanggulangi masalah kemiskinan
dilakukan melalui praktek langsung di
lapangan oleh masyarakat sendiri dengan
melaksanakan apa yang sudah diren-
canakan (PJM dan Renta Pronangkis),
dengan dukungan dana Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM).
Harapannya adalah melalui praktek
langsung dengan stimulan BLM tersebut,
masyarakat secara bertahap mampu
menumbuhkembangkan keberdayaan
dalam tiga aspek, yaitu lingkungan, sosial,
dan ekonomi.
Substansi makna dana BLM P2KP
sesungguhnya merupakan media
pembelajaran masyarakat untuk terus
membangun kapital sosial dan
menumbuhkan nilai-nilai universal
kemanusiaan maupun prinsip-prinsip
kemasyarakatan sehingga pada gilirannya
akan mampu menyelesaikan persoalan
sosial, ekonomi dan lingkungan/
permukiman mereka. Lebih dari itu,
Komponen Dana BLM diadakan juga
dengan tujuan membuka akses bagi
masyarakat miskin ke sumber dana yang
dapat langsung digunakan oleh
masyarakat miskin untuk upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan.
kabupaten, yang secara intensif
melakukan berbagai fasilitasi,
mediasi dan advokasi kepada
pemerintah daerah, KPK-D dan KBP,
Forum BKM serta pelaku lain yang
terkait (LSM, perguruan tinggi,
pengusaha, dsb);
• Team Leader KMW akan melakukan
pendampingan secara intensif pada
proses pengembangan kapasitas
dan peran pemerintah propinsi serta
penguatan KPK-propinsi;
• Koordinator Kota KMW akan
melakukan pendampingan secara
intensif pada proses mengedapan-
kan peran pemerintah daerah,
Komunitas Belajar Perkotaan dan
penguatan KPK-D dalam menyusun
SPK-D dan Pronangkis Kota/kab,
serta Pokja PAKET bila terpilih
sebagai lokasi pelaksanaan PAKET;
• Bagi kota/kabupaten yang terpilih
sebagai lokasi pelaksanaan PAKET,
tenaga ahli PAKET KMW, juga akan
memfasilitasi pelaksanaan PAKET,
termasuk fasilitasi Pokja PAKET;
• Relawan-Relawan Kemiskinan
tingkat kota/kabupaten yang akan
mengabdi secara sukarela sebagai
agen perubahan perilaku ke arah
nilai-nilai universal kemanusiaan,
prinsip-prinsip kemasyarakatan dan
pembangunan berkelanjutan di
wilayahnya masing-masing.
Dengan demikian, relawan-relawan
kemiskinan tingkat kota/kabupaten
merupakan bagian integral dari
masyarakat daerah setempat.
Forum-forum diskusi atau rembug-
rembug para-pihak (stakeholders)
tingkat kota/kabupaten (KBP) akan
mendorong seluasnya peluang bagi
relawan-relawan masyarakat tingkat
kelurahan untuk tampil dan
mengabdi di wilayah yang lebih luas,
yakni di tingkat kota/kabupaten.
Pemerintah kota/kabupaten diharap-
kan dapat memberikan akses
kemudahan, kontribusi perhatian
dan dukungan moral bagi relawan-
relawan kemiskinan setempat. Di
samping itu, relawan-relawan tingkat
kota/kabupaten juga akan difasilitasi
koordinator kota KMW setempat.
Makna Dana BLM P2KP harus disikapi sebagai
pelengkap sarana proses pembelajaran untuk
perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan
berbasis nilai-nilai universal. Sehingga tolok ukur dari
pembelajaran BLM dapat dilihat pada sejauhmana BLM
dimanfaatkan oleh masyarakat secara bertanggung-
jawab dan proporsional.
36 Pedoman Umum
Dana BLM juga merupakan dukungan
stimulan P2KP yang dapat digunakan
secara luwes (flexible) oleh masyarakat
untuk berbagai upaya pembelajaran
penanggulangan kemiskinan, sesuai
dengan PJM dan Renta Pronangkis
(Program Penanggulangan Kemiskinan)
yang telah disepakati oleh seluruh
masyarakat kelurahan/desa setempat.
Jenis-jenis kegiatan dapat ditentukan
sendiri oleh masyarakat melalui rembug
warga, dengan tetap memperhatikan
keselarasan dan keberlanjutan
pembangunan (aspek tridaya) sesuai
kebutuhan masyarakat sebagaimana
layaknya pembelajaran pada kontek
realita (bukan laboratorium).
Pemanfaatan dana BLM P2KP oleh masyarakat
diharapkan dapat dilakukan dengan arif/bijak, yakni
senantiasa mempertimbangkan keseimbangan
aspek Tridaya, antara kepentingan untuk kegiatan
lingkungan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Dimaksud keseimbangan dalam hal ini adalah
adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat
untuk belajar bersama dalam melakukan kegiatan
di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi sesuai
kebutuhan wilayah masing-masing. Hal ini sejalan
dengan esensi BLM P2KP baik sebagai stimulan
kemandirian dan keswadayaan masyarakat maupun
sebagai sarana pembelajaran aspek tridaya menuju
pembangunan berkelanjutan.
Dana BLM merupakan dana publik yang
diberikan sebagai “dana waqaf” dari
pemerintah ke masyarakat kelurahan/
desa penerima yang penyalurannya
dipercayakan ke lembaga pimpinan
kolektif masyarakat warga (secara
jenerik disebut BKM), yang bertindak
sebagai representasi warga kelurahan
yang memenuhi sifat-sifat kemanusiaan.
Pengelolaan operasional dana BLM
dilakukan oleh unit-unit pelaksana teknis
yang dibentuk oleh BKM untuk maksud
tersebut, yang sekurang-kurangnya
terdiri dari UPL, UPK dan UPS.
Dana BLM harus dimanfaatkan bagi
kepentingan perbaikan kesejahteraan
masyarakat miskin setempat.
2) Ketentuan Umum
a) Alokasi Dana BLM
Besarnya dana BLM ditentukan ber-
dasarkan jumlah penduduk dan jumlah
keluarga miskin (Pra KS dan KS1) di
kelurahan/desa penerima proyek
(sesuai hasil data PODES 2000),
sebagaimana tampak pada Tabel 3.1.
37Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Tabel 3.1. Distribusi Alokasi Dana BLM
Jumlah alokasi dana BLM untuk
masing-masing kelurahan sasaran
diinformasikan secara terbuka,
sehingga dapat diketahui oleh seluruh
lapisan masyarakat secara transparan.
Jumlah dana BLM yang telah
dialokasikan untuk masing-masing
kelurahan/desa sasaran tersebut
merupakan jumlah maksimum yang
dapat dimanfaatkan. Sedangkan jumlah
pencairan yang sesungguhnya akan
didasarkan pada kemampuan
pengelolaan dan kesiapan masyarakat
melaksanakan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip P2KP, sesuai dengan tujuan dan
ketentuan P2KP.
Apabila dalam waktu yang telah
ditentukan masyarakat di suatu
kelurahan/desa sasaran dinilai tidak
dapat menunjukan kemampuan dan
kesiapan melaksanakan P2KP, maka
alokasi dana yang ada - sebagian atau
seluruhnya - dapat ditangguhkan atau
dibatalkan. Demikian pula halnya,
apabila masyarakat tidak mampu
mencairkan seluruh alokasi dana BLM
hingga masa proyek P2KP berakhir,
maka sisa alokasi dana BLM harus
dikembalikan ke kas negara.
Dana BLM adalah dana publik yang
diberikan sebagai waqaf (titipan) dari
pemerintah kepada masyarakat yang
bermakna bahwa penggunaan dana
BLM oleh masyarakat hanya dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan
penanggulangan kemiskinan, dan
bukan hadiah atau dana tak bertuan
yang dapat digunakan sekehendak hati.
Harus disadari pula bahwa sumber dana
P2KP adalah hutang luar negeri yang
harus dibayar kembali di kemudian hari.
Diharapkan masyarakat mampu
memanfaatkan dana tersebut secara
tepat, benar, efesien, efektif, dan dapat
menanggulangi persoalan kemiskinan
di wilayahnya, yang pada gilirannya
akan meningkatkan produktifitas
mereka, sehingga dapat menjadi bagian
dari sumber pendapatan untuk dapat
membayar kembali hutang luar
negerinya.
Kategori
Ukuran Kelurahan/Desa *)
Kecil Sedang Besar
Jumlah penduduk Kelurahan Tahun 2000
Jumlah KK Miskin (Pra KS dan KS1)
Jumlah Alokasi Dana BLM
Jumlah Alokasi Dana BLM Maluku & Papua
Pagu maksimal untuk tiap usulan pinjaman
bergulir per KSM
Minimal jumlah anggota per KSM
Pagu maksimal pinjaman per anggota KSM
3.000 s.d.
10.000 jiwa
< 1.000 KK
Rp 300 juta
Rp 500 juta
> 10.000 jiwa
> 1.000 KK
Rp 500 juta
Rp 500 juta
< 3.000 jiwa
< 300 KK
Rp 200 juta
Rp 300 juta
> 300 KK
Rp 300 juta
Rp 300 juta
Rp. 30 juta
5 orang
Pinjaman pertama sebesar Rp 500 ribu dan pinjaman
berikutnya sebesar Rp 2 juta.
Selanjutnya diharapkan KSM dan &/atau anggota
KSM dapat mengakses (channeling) lembaga
keuangan formal yang ada di wilayah sekitarnya
38 Pedoman Umum
Sebagai dana yang berasal dari pinjaman hutang
luar negeri dan harus dibayar kembali oleh seluruh
rakyat Indonesia tanpa terkecuali, maka dana BLM
P2KP merupakan “Dana Publik” yang diberikan
sebagai waqaf (titipan) dari pemerintah kepada
masyarakat kelurahan! Pada satu sisi hal ini berarti
bahwa seluruh pihak berhak memperoleh informasi
tentang status keberadaan dan pemanfaatan dana
tersebut, dan pada sisi lain masyarakat yang
dipercaya mengelola dana tersebut juga harus
menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas,
terutama kepada pemerintah, termasuk pemerintah
kota/kabupaten, baik selama masa proyek ataupun
pada masa pasca proyek P2KP.
b) Penyaluran dan pencairan dana BLM
ke BKM
Pencairan Dana BLM ke BKM/
masyarakat dilakukan secara bertahap,
yakni Tahap I sebesar 20%, Tahap II
sebesar 50% danTahap III sebesar 30%
dari total alokasi dana BLM untuk
kelurahan/desa sasaran, melalui
rekening Bank yang ditunjuk oleh BKM
Pencairan dana BLM tahap I merupakan
insentif terhadap proses pembelajaran
masyarakat dalam menyusun PJM dan
rencana tahunan Pronangkis.
Pencairan dana BLM tahap II adalah
insentif untuk proses pembelajaran
masyarakat dalam menyusun usulan-
usulan kegiatan sesuai Pronangkis
yang telah disepakati bersama,
sedangkan pencairan dana BLM tahap
III merupakan insentif untuk proses
pembelajaran masyarakat dalam
memperkuat potensi keberlanjutan
kegiatan, kelembagaan, dana serta
penerapan prinsip dan nilai yang
dijunjung P2KP, khususnya pada
penyiapan phase terminasi.
Catatan:
• Pencairan dana tahap 1 sebesar
20% dari total alokasi BLM ke
rekening BKM dapat dilakukan
apabila BKM telah terbentuk secara
sah sesuai ketentuan P2KP, serta
menyerahkan PJM dan Rencana
Tahunan Pronangkis (termasuk
rencana penyerapan BLM) yang
telah disepakati masyarakat dan
diverifikasi KMW kepada PJOK.
BKM kemudian menandatangani
Surat Perjanjian Penyaluran
Bantuan (SPPB) bersama dengan
pihak pemerintah, yang diwakili
PJOK. SPPB akan memuat dan
mengatur peran serta tanggung
jawab dari masing-masing pihak,
persyaratan dan ketentuan
pencairan dana BLM, sanksi serta
perjanjian-perjanjian lain yang harus
disepakati berkenaan dengan peng-
gunaan dana bantuan BLM P2KP.
Dana BLM tahap 1 hanya dapat
dimanfaatkan untuk membiayai
usulan kegiatan yang mencerminkan
kebersamaan masyarakat, yakni
kegiatan yang sifat kemanfaatannya
jelas-jelas bagi kepentingan umum
masyarakat miskin (kolektif) dan
pengelolaan kegiatannya pun
dilakukan secara kolektif/bersama.
Dengan demikian dana BLM P2KP
tahap I tidak diperkenankan untuk
kegiatan pinjaman bergulir, baik
untuk kepentingan kelompok
maupun individual.
Hal ini dimaksudkan bahwa aspek utama pada
tahap awal proses pembelajaran di masyarakat
adalah tumbuhnya kebersamaan (munculnya
kepedulian dan solidaritas serta kesatuan sosial)
di masyarakat kelurahan/desa tersebut.
Termasuk kategori kegiatan kolektif
yang dapat dibiayai dana BLM P2KP
tahap 1 adalah; (1) Perbaikan dan
pembangunan prasarana umum, (2)
Peningkatan sumber daya manusia
(pelatihan penguatan kapasitas lem-
baga masyarakat) dan pelayanan
sosial bagi masyarakat termiskin,
jompo, anak yatim piatu, musibah,
penyandang cacat dan lainnya, serta
(3) Kegiatan ekonomi yang tidak
bersifat pinjaman bergulir, yakni
khusus untuk kegiatan penciptaan
peluang usaha baru bagi kelompok
masyarakat miskin dan pengang-
guran yang diorganisir BKM, yakni
39Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
melalui Program Pelatihan
Ketrampilan usaha dan bantuan
peralatan untuk mempraktekkan
ketrampilan usaha mereka.
• Pencairan dana tahap 2 sebesar
50 % ke rekening BKM hanya dapat
dilaksanakan apabila: 1) berdasar-
kan verifikasi KMW terhadap kinerja,
transparansi, akuntabilitas dan
efesiensi pengelolaan dana BLM
tahap 1 menunjukkan hasil yang
memuaskan, 2) 95% dana tahap I
telah dimanfaatkan, 3) kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan dan
yang diusulkan untuk didanai BLM
Tahap 2 telah diverifikasi oleh
Fasilitator dan KMW, 4) proposal/
usulan KSM untuk penggunaan
dana tahap 2 telah disetujui BKM.
Apabila berdasarkan hasil evaluasi
kinerja KMW ternyata kinerja BKM
maupun masyarakat kelurahan/
desa dinilai tidak memuaskan, maka
KMW dapat “mengusulkan” penun-
daan pencairan BLM tahap 2 dalam
batas waktu yang ditetapkan KMW.
Dalam kurun waktu yang ditetapkan
tersebut, BKM dan masyarakat
harus dapat memperbaiki kinerjanya
sesuai dengan ketentuan P2KP.
Apabila setelah batas waktu yang
ditetapkan, BKM dan masyarakat
kelurahan/desa tidak dapat
memperbaiki kinerjanya dan dinilai
tidak mampu untuk melaksanakan
P2KP sesuai Buku Pedoman, maka
KMW dapat “mengajukan” adanya
pertemuan dengan Pemerintah
Kota/ Kabupaten untuk membahas
“rekomendasi” pembatalan seluruh
sisa dana BLM bagi kelurahan/desa
tersebut kepada PMU/Pimpro.
PMU/Pimpro P2KP berwenang
memutuskan bentuk rekomendasi
berdasarkan usulan dari salah satu
pihak atau keduanya (KMW dan
Pemerintah Kota/Kabupaten) untuk
membatalkan atau menunda
pencairan sisa dana BLM untuk
kelurahan/desa dimaksud.
Pencairan dana BLM tahap 2 dapat
dimanfaatkan untuk membiayai
usulan-usulan kegiatan yang bersifat
kolektif dan juga usulan-usulan
kegiatan yang sifat kemanfaatannya
bagi kepentingan individu warga
miskin, yang tergabung dalam
Kelompok Swadaya Masyarakat.
Kategori dari kegiatan kolektif adalah
sama dengan penjelasan pada
pemanfaatan dana BLM Tahap 1 di
atas. Sedangkan kategori usulan
kegiatan yang bersifat individual,
antara lain adalah; (1) Kegiatan
lingkungan permukiman, misalnya
perbaikan dan pembangunan prasa-
rana rumah tangga (renovasi rumah,
sarana pembuang limbah rumah
tangga, dll), (2) kegiatan sosial yang
berkaitan dengan peningkatan
sumber daya manusia (pelatihan
individu dengan minat khusus,
beasiswa, dll) serta (3) Kegiatan
ekonomi yang bersifat pinjaman
modal bergulir. Untuk efesiensi,
efektivitas, dan sesuai semangat
P2KP, pelaksanaan kegiatan yang
bersifat individual tersebut tetap
diorganisir dalam Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM).
Pencairan dana tahap 2 dilakukan
sekurang-kurangnya 4 (empat) bulan
setelah penandatanganan SPPB
atau pencairan dana BLM tahap 1.
Hal ini dimaksudkan agar masya-
rakat dalam melaksanakan proses
pembangunan KSM-KSM atau
panitia-panitia tidak hanya sekedar
asal bentuk atau dengan proses
yang instan dan serba cepat serta
formalitas belaka, melainkan dapat
benar-benar dilakukan secara
organik, partisipatif, mengakar,
transparan, akuntabel dan
demokratis
40 Pedoman Umum
• Pencairan dana tahap 3 sebesar
30 % ke rekening BKM hanya dapat
dilaksanakan apabila: 1) berdasar-
kan verifikasi KMW terhadap
indikator keberlanjutan (sustainabili-
ty) telah menunjukkan adanya
potensi kemandirian BKM dan
potensi keberlanjutan program,
kelembagaan, serta dana di desa/
kelurahan tersebut, 2) kinerja pe-
ngelolaan dana dan kegiatan tahap
sebelumnya cukup memuaskan, 3)
95% dana tahap sebelumnya telah
dimanfaatkan, 4) kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan dan yang diusul-
kan telah diverifikasi oleh Tim
Fasilitator KMW serta 5) proposal/
usulan kegiatan KSM untuk dana
tahap 3 telah disetujui Rapat BKM.
Pencairan dana BLM tahap 3 dapat
digunakan untuk membiayai usulan-
usulan kegiatan sebagaimana
ketentuan pemanfaatan dana BLM
tahap 2 di atas, yakni untuk kategori
kegiatan-kegiatan yang mencermin-
kan kebersamaan (kolektif) maupun
individual.
Apabila berdasarkan hasil evaluasi
kinerja KMW ternyata kinerja
potensi keberdayaan BKM dan
kinerja potensi keberlanjutan P2KP
di kelurahan/desa tersebut dinilai
tidak memuaskan, maka KMW
dapat mengusulkan penundaan
pencairan BLM tahap 3 dalam batas
waktu yang ditetapkan KMW. Dalam
kurun waktu yang ditetapkan
tersebut, BKM dan masyarakat
harus memperbaiki kinerja potensi
kemandirian dan potensi keber-
lanjutannya sesuai ketentuan P2KP.
Apabila setelah batas waktu yang
ditetapkan, BKM dan masyarakat
kelurahan/desa tidak dapat memper-
baiki kinerja potensi kemandirian dan
keberlanjutannya, maka KMW
dapat “mengajukan” pertemuan
dengan pemerintah Kota/Kab.
membahas “rekomendasi” pembata-
lan sisa alokasi dana BLM untuk
kelurahan/desa tersebut kepada
PMU/Pimpro P2KP.
PMU/Pimpro P2KP berwenang me-
mutuskan bentuk rekomendasi
berdasarkan usulan dari salah satu
pihak atau kedua belah pihak (KMW
dan Pemerintah Kota/Kabupaten)
untuk membatalkan atau menunda
pencairan sisa dana BLM untuk
kelurahan/desa dimaksud.
Pencairan dana tahap 3 dapat dila-
kukan setidaknya 6 (enam) bulan se-
telah pencairan dana BLM tahap 2,
dengan tujuan bahwa hanya BKM
dan masyarakat yang menunjukkan
kinerja pendayagunaan dana dan
kegiatan P2KP serta kinerja keman-
dirian dan potensi keberlanjutan,
berdasarkan hasil evaluasi KMW
dan pemkot/kab setempat pada
phase terminasi (sekurangnya 6
bulan sebelum berakhir masa
proyek), yang bisa mengakses dana
BLM tahap 3.
• Pembatalan Penyaluran Dana
BLM. Selain berkaitan dengan
persyaratan pencairan Dana BLM
pada setiap tahapnya, KMW beserta
Pemerintah Kota/Kabupaten juga
dimungkinkan mengajukan reko-
mendasi pembatalan penyaluran
dana BLM, sebagian atau
seluruhnya, kepada PMU/Pimpro
P2KP, apabila terdapat salah satu
atau lebih indikator sebagai berikut:
Tidakterdapatrelawan-relawandi
kelurahan/desa setelah 6 bulan
pelaksanaan P2KP di kelurahan/
desa tersebut.
BKM tidak terbentuk dan/atau
kinerjanya tidak efektif setelah
satu tahun pelaksanaan P2KP di
kelurahan/desa tersebut.
Ditemukan indikasi penyalah-
gunaan dana bantuan.
41Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Tidak terdapat indikasi potensi
kemandirian BKM dan/atau
potensi keberlanjutan
(sustainability) program, dana
dan kelembagaan.
Terdapat indikasi bahwa visi,
misi, tujuan, prinsip dan nilai-nilai
yang dijunjung P2KP tidak
diterapkan secara konsisten.
Dalam hal tidak terjadi kesepakatan
antara KMW dengan Pemerintah
Kota/Kabupaten mengenai rekomen-
dasi pembatalan penyaluran dana
BLM pada kelurahan/desa tertentu,
maka PMU/Pimpro P2KP berwewe-
nang untuk mengambil keputusan
mengenai hal tersebut, setelah
memperoleh pertimbangan dari
kedua belah pihak maupun dari
salah satu pihak.
• Pembekuan Kegiatan Pinjaman
Bergulir.
Apabila masyarakat di kelurahan/
desa sasaran memutuskan seba-
gian dana BLM dimanfaatkan untuk
kegiatan pinjaman bergulir, maka
BKM sebagai pengemban amanat
harus mendorong UPK agar mampu
mengelola pinjaman bergulir sesuai
dengan prinsip-prinsip standard
lembaga keuangan mikro.
Dalam hal pencapaian kinerja
kegiatan pinjaman bergulir yang
dikelola oleh UPK tidak memuaskan
(misalnya: tingkat pengembalian
pinjaman yang sangat rendah dan
menyebabkan akumulasi dana BLM
P2KP di masyarakat semakin ber-
kurang tajam, dll), KMW bersama
dengan Pemerintah Kota/Kabupaten
dapat mengambil keputusan
Pembekuan Kegiatan Pinjaman
Bergulir. Melalui ketentuan ini,
maka alokasi dana BLM yang belum
dicairkan untuk kelurahan/desa
tersebut, hanya dapat dicairkan
kembali apabila saldo dana BLM
untuk kegiatan pinjaman bergulir
yang ada di BKM ditambah dengan
saldo dana BLM yang belum
dicairkan, digunakan untuk usulan
kegiatan pembangunan prasarana/
sarana lingkungan.
Usulan kegiatan prasarana/sarana
tersebut harus sesuai dengan PJM
Pronangkis dan disepakati
masyarakat melalui serangkaian
rembug warga, serta telah diverifikasi
dan direkomendasi oleh KMW,
berdasarkan ketentuan P2KP.
3) Penggunaan Dana BLM
• Apa yang boleh dibiayai oleh BLM
Pada dasarnya dana BLM dapat
digunakan secara cukup luwes dengan
berpedoman kepada PJM Pronangkis,
pembelajaran aspek Tridaya dan
kesepakatan serta kearifan warga
sehingga hasilnya dapat benar-benar
memberikan manfaat berkurangnya
kemiskinan di kelurahan/desa tersebut.
Stimulan Keswadayaan
Masyarakat (Insentif Hibah) :
o Kegiatan santunan sosial untuk
fakir miskin, orang jompo, anak
yatim piatu dan lain-lainnya, yang
bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka yang
termiskin dari masyarakat miskin
(termasuk dimungkinkan peng-
gunaan untuk bea siswa, per-
baikan rumah kumuh, pelayanan
kesehatan dan lainnya).
Mengingat masyarakat termiskin
dari kelompok masyarakat miskin
adalah kelompok sasaran utama
P2KP, maka sebagian dana BLM
harus dialokasikan untuk
memberikan santunan dan
sekaligus membangkitkan ke-
pedulian dan kegiatan amal dari
lapisan masyarakat yang lebih
beruntung untuk terlibat dalam
gerakan amal ini. Besarnya
alokasi BLM sesuai kesepakatan
masyarakat setempat.
42 Pedoman Umum
o Kegiatan pembangunan prasa-
rana/sarana lingkungan yang
manfaatnya langsung dinikmati
sebagian besar warga kelurahan/
desa bersangkutan, seperti
jembatan, jalan, perbaikan
sekolah, fasilitas kesehatan,
sanitasi dan lainnya yang telah
diidentifikasi melalui Pronangkis
berbasis pemetaan swadaya.
Usulan kegiatan pendidikan dan
kesehatan harus sesuai dengan
Rencana Induk (Master Plan)
Pendidikan dan Kesehatan di
kota/kabupaten bersangkutan,
bila Master Plan itu telah ada.
Kegiatan yang sifatnya mem-
bangun kapasitas dan daya
saing kelompok-kelompok
masyarakat (pelatihan, study
banding, dsb)
Pelayanan prasarana dan sarana yang didanai
sumber dana hibah BLM pada prinsipnya adalah
prasarana dan sarana lingkungan skala kecil. Akan
tetapi apabila masyarakat memutuskan untuk
membangun pelayanan prasarana dan sarana
bekerjasama dengan pihak lainnya yang mungkin
akan menimbulkan dampak yang cukup berarti
terhadap lingkungan, misalnya: pompa sumur
dalam, pompa irigasi dan lainnya, maka lampiran 2
tentang pedoman lingkungan harus diterapkan
secara konsisten.
Pinjaman Bergulir :
o Pinjaman untuk kegiatan
prasarana yang bersifat indivi-
dual, misalnya perbaikan rumah
maupun sarana rumah tangga
yang berkaitan dengan ling-
kungan permukiman dan ke-
giatan sosial yang bersifat indivi-
dual, misalnya beasiswa dan
pelatihan untuk warga tidak
miskin.
Apabila kegiatan lingkungan permukiman dan
kegiatan sosial tersebut diperuntukkan bagi warga
termiskin, maka termasuk kategori kegiatan kolektif,
yakni santunan sosial yang bersifat stimulan hibah.
o Pinjaman untuk Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM)
yang membutuhkan dana untuk
kegiatan yang terkait usaha
produktif dari anggota-
anggotanya.
o Batas maksimal pinjaman
pertama kali bagi setiap anggota
KSM adalah Rp 500 ribu.
Sedangkan batas maksimal
pinjaman untuk tahap berikutnya
adalah Rp 2 juta. Hal ini dimak-
sudkan sebagai proses pem-
belajaran masyarakat sekaligus
memperkuat orientasi sasaran
P2KP, yakni masyarakat miskin.
Oleh karena itu, pada tahap
berikutnya diharapkan KSM-
KSM dan anggota-anggotanya
yang telah meningkat kesejah-
teraannya dimaksud dapat
dilayani oleh koperasi atau UPE
yang difasilitasi BKM dan juga
dapat mengakses lembaga
keluangan formal di sekitarnya.
Dalam hal masyarakat telah menyepakati dan
menetapkan sebagian dana BLM dialokasikan untuk
kegiatan pinjaman bergulir, maka pengelolaannya
harus dilakukan secara profesional sesuai dengan
kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman bergulir.
Pedoman yang khusus untuk hal ini harus dibuat
oleh KMP untuk menjamin bahwa dana digunakan
sesuai contoh terbaik, dan menerapkan prinsip-
prinsip sedemikian sehingga tidak terjadi distorsi
dengan pasar keuangan mikro. Lihat lebih lanjut
pada Pedoman Khusus Pengelolaan Pinjaman
Bergulir.
Secara singkat dapat diuraikan ketentuan sifat
penggunaan dana BLM seperti dijelaskan pada
tabel 3.2. sebagai berikut:
43Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Tabel 3.2. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM
Sifat kemanfaatan
Kegiatan
Status Pemanfaatan
Dana BLM
Contoh Jenis Kegiatan
yang dibiayai P2KP
Kegiatan yang secara langsung
memberikan manfaat pada
sebagian besar warga
masyarakat, terutama warga
miskin
Kegiatan yang bersifat
penyantunan. Hal ini harus sesuai
menurut kesepakatan warga dan
tertuang dlm kebijakan BKM
Kegiatan yang secara langsung
memberikan manfaat hanya
kepada perorangan atau
sekelompok orang saja
• Pembangunan sarana & prasarana
perumahan dan permukiman, baik
kepentingan masyarakat umum, dan/
atau ke-pentingan warga miskin
(rumah kumuh, dll).
• Pelatihan UP-BKM-KSM untuk
pengembangan kapasitas/
penguatan organisasi.
• Penciptaan peluang usaha melalui
pelatihan dan praktek ketrampilan
usaha bagi warga-warga miskin dan
penganggur
• Penyantunan kepada warga yg
sangat miskin, spt; jompo, anak yatim
piatu, korban bencana, anak putus
sekolah krn alasan ekonomi, dsb
• Beasiswa bagi warga miskin
• Usaha produktif
• Pengembangan modal ekonomi
keluarga, yang bermanfaat langsung
bagi perbaikan penda-patan keluarga
miskin,
• Perbaikan rumah/ sarana individu
• Pelatihan individu, dll
Sebagai dana stimulan/ hibah
yang harus gunakan secara arif
dan cermat. Diharapkan dana
ini dapat menggugah
keswadayaan masyarakat
untuk mampu memberi
kontribusi agar kegiatan ini
menjadi lebih besar
manfaatnya.
Sebagai dana stimulan/ hibah
dan diharapkan dapat
menggugah partisipasi warga
lainnya untuk ikut dlm gerakan
amal bagi kaum miskin
Sebagai pinjaman kepada
KSM dan harus dikembali-kan
kepada UP
• Apa yang tidak boleh dibiayai oleh BLM
P2KP tidak menghendaki bahwa dana
BLM akan dimanfaatkan untuk hal-hal
yang tidak berkaitan langsung dengan
upaya penanggulangan kemiskinan,
menimbulkan dampak keresahan sosial
dan kerusakan lingkungan, berorientasi
pada kepentingan individu atau
kelompok tertentu dan bertentangan
dengan norma-norma, hukum serta
peraturan yang berlaku. Oleh karena itu,
secara umum ditetapkan beberapa
kegiatan yang tidak boleh dibiayai
dengan dana BLM, yaitu:
Kegiatan yang berkaitan dengan
politik praktis (kampanye,
demonstrasi, dll)
Kegiatan militer atau semi-militer
(pembelian senjata dan sejenisnya);
Deposito atau yang berkaitan dengan
usaha memupuk bunga bank;
Kegiatan yang memanfaatkan BLM
sebagai jaminan atau agunan atau
garansi, baik yang berhubungan
dengan lembaga keuangan dan per-
bankan atau pihak ketiga lainnya;
Pembebasan lahan;
Pembangunan rumah ibadah;
Pembangunan gedung kantor
pemerintah atau kantor BKM;
Kegiatan-kegiatan yang berdampak
negatif terhadap lingkungan,
penduduk asli dan kelestarian
budaya lokal; dan.
Kegiatan yang bertentangan dengan
hukum, nilai agama, tata susila dan
kemanusiaan serta tidak sejalan
dengan visi, misi, tujuan dan nilai-
nilai P2KP.
4) Siapa yang berhak menggunakan
Pada dasarnya semua warga miskin di
kelurahan/desa yang bersangkutan berhak
memanfaatkan dana BLM ini melalui
mekanisme pinjaman bergulir atau
stimulan/hibah.
44 Pedoman Umum
Untuk lebih menjamin dana BLM dapat
menjangkau kelompok sasaran secara
tepat, maka kriteria miskin dan kelompok
sasaran sebaiknya disusun dan disepakati
bersama oleh warga melalui mekanisme
diskusi kelompok terarah dan pemetaan
swadaya. Sebagai langkah awal identifikasi
warga miskin, dapat digunakan data
BKKBN atau daftar penerima zakat fitrah
dari mesjid setempat atau daftar fakir dari
organisasi agama lain.
3.1.3. Komponen Penanggulangan
Kemiskinan Terpadu (PAKET)
1) Uraian
Komponen PAKET adalah salah satu
komponen proyek P2KP yang dimaksud-
kan sebagai suatu upaya proses pembela-
jaran untuk membangun dan melem-
bagakan “kemitraan” antara masyarakat
dengan pemerintah kota/kabupaten dan
kelompok peduli setempat (LSM,
perguruan tinggi, pihak swasta, perbankan
dan lain-lainnya) dalam rangka terwujudnya
sinergi upaya penanggulangan kemiskinan.
Melalui Komponen PAKET diharapkan juga
dapat terbangun dan melembaga proses
konsultatif antara ketiga pilar pembangunan
(pemerintah, masyarakat, swasta/
kelompok peduli) di tingkat kota/kabupaten
dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini
berarti bahwa PAKET hanya dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya apabila di antara
masing-masing pelaku pembangunan di
atas memiliki ‘kepentingan dan kebutuhan
yang sama’ untuk saling koordinasi,
kooperasi dan kolaborasi satu terhadap
yang lain sehingga terjadi kemitraan.
PAKET hanya sekedar stimulan untuk
membantu dan mempercepat proses
kemitraan yang mulai ditumbuhkan oleh
mereka sendiri.
Bagi masyarakat, terutama BKM,
Komponen PAKET juga dimaksudkan
sebagai proses pembelajaran untuk
mengakses dan menggalang berbagai
sumber daya maupun sumber dana yang
dimiliki oleh pemerintah kota/kabupaten
atau kelompok peduli (channeling),
sehingga diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan kemandirian dan
keberlanjutan upaya penanggulangan
kemiskinan. Agar BKM serta masyarakat
mampu bermitra dengan pemerintah kota/
kabupaten dan kelompok peduli setempat,
maka prasyarat utama adalah bahwa BKM-
BKM memiliki kredibilitas yang menjamin
kepercayaan dari berbagai pihak tersebut.
Hal ini berarti bahwa hanya BKM-BKM
yang telah menunjukkan kinerja sebagai
“BKM Berdaya” yang memiliki perluang
lebih besar untuk dapat berpartisipasi aktif
dalam proses channeling program-program
yang ada, khususnya melalui PAKET.
Program PAKET P2KP hanya merupakan ‘Stimulan’
sebagai pelengkap atas tumbuhnya keswadayaan,
kebutuhan dan kepentingan bersama di antara
masyarakat, pemerintah kota/kabupaten dan
kelompok peduli setempat untuk menjalin kemitraan
yang sinergis dalam mengefektifkan dan
mempercepat upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan di wilayah mereka!
Komponen PAKET P2KP akan mengalo-
kasikan dana stimulan yang dapat diguna-
kan untuk keperluan membiayai kegiatan
yang direncanakan secara partisipatif serta
diusulkan oleh BKM Berdaya bekerjasama
dengan dinas pemerintah kota/kabupaten
atau sebaliknya.
Dana PAKET bersifat “stimulan” sebesar
setengah pendanaan dari kegiatan yang
diusulkan dan dikelola oleh panitia
kemitraan. Panitia kemitraan dibentuk dari
gabungan BKM Berdaya dengan Dinas
terkait setempat. Kesepakatan pembentu-
kan panitia kemitraan harus dituangkan
dalam bentuk berita acara yang ditanda-
tangani oleh masing-masing pimpinan dari
unsur pembentuknya.
Komponen PAKET tidak dilaksanakan di
seluruh kota/kabupaten sasaran P2KP,
namun hanya di sebagian kota/kabupaten
saja yang akan dipilih dengan cara
kompetisi sehat yang dilakukan melalui
mekanisme evaluasi partisipatif dengan
melibatkan pemerintah pusat, pemerintah
propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.
45Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Hasil evaluasi partisipatif tersebut selanjut-
nya disampaikan untuk ditetapkan oleh
PMU/Pimpro P2KP Pusat sebagai lokasi
pelaksanaan PAKET P2KP. Proses seleksi
lokasi pelaksanaan PAKET melalui
mekanisme evaluasi partisipatif didasarkan
pada kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Kinerja pemerintah kota/kabupaten
dalam mendukung pelaksanaan P2KP
di wilayah kerjanya, baik dalam
memfasilitasi siklus kegiatan di tingkat
masyarakat maupun memfasilitasi
Komunitas Belajar Perkotaan (KBP);
b. Kinerja pemerintah kota/kabupaten
dalam penguatan peran dan fungsi
Komite Penanggulangan Kemiskinan
(KPK) di wilayahnya;
c. Kinerja Komite Penanggulangan Kemis-
kinan Daerah setempat serta Kualitas
Dokumen Strategi Penanggulangan
Kemiskinan (SPK) setempat;
Pada tahun pertama pelaksanaan P2KP,
ketika kegiatan pengembangan masya-
rakat di tingkat kelurahan/desa sedang
berlangsung, maka pada saat yang
bersamaan pemerintah kota/kabupaten
melakukan serangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan penguatan peran dan
fungsi KPK-D agar mampu menyusun
dokumen SPK-D dan Pronangkis kota/
kab.secara partisipatif, demokratis, trans-
paran dan akuntabel, serta kegiatan mem-
bangun kepedulian berbagai pihak terkait
Komponen Program PAKET pada dasarnya harus
ditempatkan sebagai sarana pembelajaran
kemitaran antara masyarakat dengan pemerintah
daerah setempat. Dengan demikian, Indikator
pelaksanaan dan capaian PAKET dapat dilihat pada
tumbuhnya kebutuhan rasa kebersamaan dan
kemitraan antara masyarakat dan pemerintah
daerah, baik dalam tahapan perencanaan,
pelaksanaan maupun sumber dana terhadap
kegiatan pembangunan di wilayahnya
2) Ketentuan Umum
a) Alokasi Dana PAKET
Untuk kota-kota terpilih, akan
dialokasikan dana PAKET setiap tahun
selama tiga tahun berturutan yang
dibagi dalam tiga tahap (Tabel 3.3.)
Alokasi dana PAKET P2KP kepada
pemerintah kota/kabupaten terseleksi
akan dilakukan melalui mekanisme
penganggaran yang biasa dilakukan
pemerintah pusat kepada pemerintah
kota/kabupaten. Dalam hal ini, pemerin-
tah kota/kabupaten akan menunjuk
PJOK (Penanggung jawab Operasional
Kegiatan) di tingkat kota/ kabupaten
yang bertanggungjawab dalam mengad-
ministrasi alokasi dana PAKET itu.
terhadap persoalan kemiskinan melalui
Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).
Berbagai pihak terkait yang telah terbangun
kepeduliannya selama terlibat intensif da-
lam KBP inilah yang menjadi embrio Pokja
PAKET pada saatnya, bila kota/kabupaten
tersebut terpilih sebagai lokasi PAKET.
Tabel 3.3. : Alokasi Dana PAKET per Kota/Kabupaten per tahun
Ketentuan Kota/Kab.Kecil Kota/Kab.Sedang
< 25 BKM
1 milyar
1,5 milyar
2 milyar
4,5 milyar
> 25 BKM
1,5 milyar
2 milyar
2,5 milyar
6 milyar
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Total
Alokasi PAKET per
Kota/Kab. (milyar Rp)
Plafon Usulan PAKET per sub
proyek/Panitia kemitraan
Minimal Rp 30 juta dan Maksimal Rp 200 juta. Kurang daripada
Rp 30 juta diharapkan dapat dipenuhi dengan swadaya
masyarakat atau stimulan dana BLM, sedangkan lebih dari Rp
200 juta dapat didukung oleh APBD setempat maupun channel-
ing program dengan pihak terkait lainnya
46 Pedoman Umum
Jumlah alokasi dana PAKET untuk
masing-masing kota/kabupaten sasaran
diinformasikan secara terbuka,
sehingga dapat diketahui oleh seluruh
lapisan masyarakat secara transparan.
Jumlah dana PAKET yang telah
dialokasikan untuk masing-masing
kota/kabupaten sasaran tersebut
merupakan jumlah maksimum yang
dapat dimanfaatkan. Sedangkan jumlah
pencairan yang sesungguhnya akan
didasarkan pada kemampuan pengelo-
laan dan kesiapan masyarakat, peme-
rintah kota/kabupaten serta kelompok
peduli setempat dalam melaksanakan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP
serta ketentuan PAKET P2KP.
Apabila dalam waktu yang telah
ditentukan ternyata masyarakat,
pemerintah daerah dan kelompok peduli
di suatu kota/kabupaten sasaran dinilai
tidak dapat menunjukan kemampuan
dan kesungguhan melaksanakan
PAKET, maka alokasi dana yang ada -
sebagian atau seluruhnya- dapat
ditangguhkan atau dibatalkan.
Demikian pula halnya, apabila mereka
tidak mampu mencairkan seluruh
alokasi dana PAKET hingga masa
pelaksanaan PAKET berakhir, maka
sisa alokasi dana PAKET harus
dikembalikan ke kas negara.
b) Pembentukan Pokja PAKET
Masing-masing kota/kabupaten yang
terpilih sebagai lokasi pelaksanaan
PAKET harus membentuk Pokja
PAKET. Pokja PAKET di bawah
koordinasi KPK Daerah sekaligus
sebagai ’Pusat Pembelajaran (learning
center)’, yang menjadi sarana forum
diskusi, pembahasan serta pembelajar-
an mengenai perkara dan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan di
wilayahnya masing-masing.
Pokja PAKET pada intinya bersifat ad-
hoc, yang anggota-anggotanya dipilih
dari relawan-relawan kemiskinan tingkat
kota yang terlibat intensif dalam KBP.
Proses pemilihan anggota Pokja
PAKET diawali dengan serangkaian
FGD refleksi kepemimpinan moral
melalui serangkaian pertemuan KBP
yang difasilitasi KPK-D tingkat kota/
kabupaten setempat secara demo-
kratis, partisipatif, transparan dan akun-
tabel, dengan melibatkan seluruh para
pihak terkait (stakeholders).
Prinsip kerja Pokja PAKET adalah
sebagai dewan sehingga tidak ada satu
pun anggota yang memiliki hak istimewa
(privilege). Jumlah anggota Pokja
PAKET adalah 11 orang atau lebih
dengan catatan jumlah total tetap ganjil.
Hal ini dimaksudkan untuk memudah-
kan proses pengambilan keputusan
dalam mekanisme kerja Pokja PAKET.
Anggota-anggota Pokja PAKET adalah
relawan-relawan kota yang terbukti telah
menunjukkan keikhlasan, kepedulian,
komitmen tinggi serta berperan aktif
dalam proses Komunitas Belajar
Perkotaan (KBP) di wilayah setempat.
Relawan-relawan tersebut dapat berasal
dari masyarakat (BKM-BKM dan
relawan-relawan lainnya), perangkat
pemerintah kota/kabupaten ataupun
kelompok peduli (LSM, lembaga
pendidikan, pihak swasta, asosiasi
profesi/usaha sejenis, dsb) yang peduli
terhadap masalah penanggulangan
kemiskinan.
Anggota Pokja PAKET merupakan representasi dari
relawan-relawan kemiskinan kota/kabupaten yang
paling dipercaya, ikhlas, jujur, peduli, adil dan
lainnya, yang mencerminkan sifat-sifat universal
kemanusiaan. Anggota Pokja PAKET bukan
merupakan representasi dari kewilayahan,
kelompok atau golongan tertentu.
Anggota-anggota Pokja PAKET bekerja
atas dasar sukarela, sehingga tidak
diperkenankan menerima imbalan
secara tetap dan rutin, namun biaya
operasional kegiatan Pokja PAKET
akan dipenuhi dari kontribusi pemerintah
kota/kabupaten dalam pelaksanaan
proyek P2KP. Pemerintah kota/
47Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
kabupaten akan membantu KPK-D yang
bertugas memfasilitasi kegiatan dan
pekerjaan Pokja PAKET secara opera-
sional, dengan sumber pendanaan dari
APBD masing-masing kota/kabupaten.
Peran-peran yang akan dilaksanakan
oleh Pokja PAKET adalah:
• Sosialisasi dan diseminasi PAKET;
• Merumuskan dan menyepakati
kriteria seleksi proposal kegiatan
PAKET;
• Mengevaluasi dan menyeleksi
proposal; dan
• Menetapkan prioritas usulan-usulan
kegiatan panitia kemitraan yang
dinilai layak untuk menerima dana
PAKET;
• Monitoring pelaksanaan kegiatan
oleh panitia kemitraan serta
menetapkan kegiatan-kegiatan
terbaik (best practice) untuk dapat
dipertimbangkan memperoleh
penghargaan (rewards) maupun
menerapkan sanksi terhadap panitia
kemitraan yang melaksanakan
kegiatan PAKET tidak sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam Buku Pedoman PAKET;
• Memfasilitasi serangkaian forum
diskusi antar pelaku (stakeholders)
di tingkat kota/kabupaten untuk
membahas perkara kemiskinan
serta upaya-upaya penanggulangan-
nya sebagai bahan masukan untuk
kebijakan dan strategi penang-
gulangan kemiskinan yang
dirumuskan oleh KPK setempat.
Pokja PAKET tidak boleh terlibat sebagai pengusul
atau pelaksana usulan/proposal kegiatan PAKET.
c) Penyaluran dan pencairan dana
PAKET
Bagi proposal yang telah terseleksi
oleh Pokja PAKET dan diverifikasi
KMW, maka dibuat Surat Perjanjian
Penyaluran Bantuan PAKET (SPPB
PAKET) yang ditandatangani antara
PJOK dengan wakil pengusul
kegiatan, yakni Panitia Kemitraan.
Panitia Kemitraan selanjutnya
membuka rekening yang ditanda-
tangani bersama.
Penyaluran dana PAKET dari
rekening khusus proyek ke rekening
panitia kemitraan akan dibuat
berdasarkan permintaan PJOK dan
dicairkan dalam dua tahap yang
sama (50% dan 50%).
Pencairan alokasi dana PAKET
untuk kota/kabupaten lokasi
sasaran pada tahun-tahun berikut-
nya mengikuti prosedur pencairan
dana PAKET tahun sebelumnya,
dengan ditambah keharusan audit
independen (BPKP dan auditor
lainnya) serta telah diverifikasi kinerja
pelaksanaan kegiatan tahun
sebelumnya oleh KMW.
KMW beserta pemerintah propinsi
dimungkinkan untuk mengajukan
pembatalan dana PAKET kepada
PMU/Pimpro P2KP pusat, apabila:
(1) Dalam waktu satu tahun
pelaksanaan PAKET P2KP di
kota/ kabupaten tersebut dinilai
gagal membentuk atau meng-
efektifkan Pokja PAKET; atau
(2) Adanya indikasi penyalahgunaan
dana PAKETtahun sebelum-nya;
(3) Tidak dilakukan audit oleh auditor
independen; atau
(4) Terdapat indikasi visi, misi,
tujuan, prinsip dan nilai P2KP
tidak dapat dilaksanakan secara
konsisten.
3) Penggunaan Dana PAKET
a. Kriteria Kegiatan yang boleh dibiayai
oleh PAKET
PAKET merupakan stimulan untuk
memperkuat upaya-upaya kemitraan
antara lembaga masyarakat warga
(BKM Berdaya) dan dinas pemerintah
kota/kabupaten. Oleh karena itu, pada
48 Pedoman Umum
dasarnya dana PAKETdapat digunakan
secara cukup luwes dengan
berpedoman kepada keterpaduan
Program Masyarakat (PJM Pronangkis)
yang disusun BKM bersama
masyarakat dengan Rencana Program
dinas-dinas terkait, sehingga hasilnya
dapat benar-benar memberi manfaat
langsung upaya penanggulangan
kemiskinan di wilayah setempat.
Usulan kegiatan/subproyek dapat
berkaitan dengan pembangunan atau
rehabilitasi infrastruktur, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan anak,
perbaikan lingkungan, kegiatan sosial
dan lain-lainnya, yang merupakan
keterpaduan rencana masyarakat
dengan program dinas/instansi kota/
kabupaten.
Usulan kegiatan/sub proyek yang
berkaitan dengan sektor pendidikan dan
kesehatan yang diajukan untuk PAKET
P2KP, harus sesuai dan selaras dengan
rencana induk (master plan) pendidikan
dan kesehatan di kota/ kabupaten
bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan yang akan diusulkan
melalui mekanisme PAKET harus
memenuhi kriteria yang ditetapkan
sesuai tujuan PAKET P2KP, yakni:
Kontribusi keswadayaan kegiatan
dari pihak pengusul (BKM Berdaya
bersama dinas terkait) minimal 50%
(natura dan tunai) dari jumlah total
kebutuhan dana.
Melibatkan masyarakat miskin,
perempuan dan kelompok masyara-
kat rentan lainnya, baik dalam peng-
elolaan atau pemanfaatan kegiatan
Jangkauan wilayah atau penerima
manfaat kegiatan diutamakan me-
liputi lebih dari satu kelurahan/desa.
Dalam hal hanya meliputi wilayah
satu kelurahan/desa, maka kegiatan
diprioritaskan pada skala kegiatan
yang tidak dimungkinkan dibiayai
melalui sumber dana BLM
Menjamin kebersamaan dan
kesetaraan yang sinergi sejak tahap
gagasan, perencanaan, pengusulan,
pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi, pemeliharaan dan
pelestarian kegiatan, dll
Kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh
Pokja PAKET secara partisipatif,
demokratis, transparan dan
akuntabel.
Apabila masyarakat yang bekerjasama dengan
dinas pemerintah daerah setempat memutuskan
untuk memilih kegiatan yang mungkin menimbulkan
dampak lingkungan atau memerlukan pembebasan
lahan, maka harus melaksanakan ketentuan
sebagaimana tercantum pada Lampiran 2: Pedoman
Lingkungan dan Lampiran 3: Kerangka kebijakan
pembebasan lahan serta permukiman kembali/
penampungan.
Usulan-usulan kegiatan diseleksi Pokja
PAKET berdasarkan 4 (empat) kriteria
utama, sbb:
i. Kinerja BKM pengusul, sebagai
salah satu unsur utama panitia
kemitraan, lebih diprioritaskan bagi
yang kualifikasi ’berdaya.
ii. Tingkat kemitraan yang diukur dari
proses kebersamaan dan kerjasama
antara BKM dengan dinas
pemerintah kota/kabupaten dan/atau
kelompok peduli yang tercermin
dalam proses pengajuan usulan
tersebut (mulai tahap gagasan,
perencanaan, pelaksanaan dan
pelestarian serta pengembangan
kegiatan, dll)
iii. Tingkat kontribusi keswadayaan
pihak pengusul dalam usulan
kegiatan yang diajukan (diharapkan
minimal 50% dari jumlah dana yang
diusulkan). Artinya sumber dana
PAKET hanya dialokasikan sebesar
50% dari total kebutuhan biaya yang
diusulkan Panitia Kemitraan.
iv. Kemanfaatan dari usulan kegiatan
tersebut berkaitan langsung dengan
penanggulangan kemiskinan
49Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
b. Kriteria Kegiatan yang tidak boleh
dibiayai oleh PAKET
Beberapa kegiatan yang tidak boleh
dibiayai dengan dana PAKET, yaitu:
Pengadaan senjata api dan
sejenisnya;
Pembiayaan kegiatan yang ber-
kaitan dengan politik (kampanye dll);
Pembelian atau usaha narkoba;
Depositoatauyangberkaitandengan
upaya memupuk bunga bank;
Kegiatan yang memanfaatkan dana
PAKET sebagai jaminan atau
agunan atau garansi, baik yang
berhubungan dengan lembaga
keuangan dan perbankan maupun
pihak ketiga lainnya;
Pembebasan lahan dan/atau
Pemukiman kembali secara paksa;
Pembangunan rumah ibadah;
Pembangunan gedung kantor
pemerintah atau gaji pegawai ;
Produk-produk yang merugikan
lingkungan;
Usaha perjudian dan usaha yang
bertentangan dengan susila serta
moral dan nilai-nilai agama;
Kegiatan-kegiatan yang berdampak
negatif terhadap lingkungan,
penduduk asli dan kelestarian
budaya lokal;
Kegiatan yang bertentangan dengan
hukum dan kemanusiaan serta tidak
sejalan dengan visi, misi, tujuan dan
sasaran P2KP;
Kegiatan bukan merupakan kegiatan
pokok dari dinas pengusul;
Kegiatan perkreditan atau dana
bergulir oleh pengusul; dan
Kegiatan yang jangka waktu
pelaksanaannya diperkirakan lebih
dari satu tahun.
4) Siapa yang berhak mengusulkan dan
memanfaatkan dana PAKET
1) Penyusunan Usulan Kegiatan
Proposal kegiatan yang diusulkan
terdiri dari satu jenis kegiatan
spesifik.
BKM mengajukan usulan kegiatan
berdasarkan PJM Pronangkis
berkolaborasi dengan dinas terkait ,
dan dapat juga sebaliknya.
BKM diperkenankan berkolaborasi
dengan beberapa dinas terkait yang
berbeda untuk mengusulkan
beberapa proposal sub proyek yang
berbeda dan sebaliknya.
Kolaborasi antara BKM dengan
dinas/instansi terkait harus
berlandaskan kemitraan dan
kesetaraan yang tercermin pada
seluruh proses kegiatan, sesuai
dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
universal yang melandasi P2KP
BKM-BKM yang diprioritaskan dapat mengajukan
usulan kegiatan untuk mengakses dana bantuan
PAKET P2KP adalah BKM-BKM yang memenuhi
kualifikasi “Berdaya” !
2) Pihak Penilai dan Pemutus
Persetujuan Usulan Kegiatan PAKET
KMW memverifikasi tingkat kemi-
traan dan kesesuaian dengan prinsip
serta nilai P2KP dari proposal-
proposal yang diajukan oleh pihak
pengusul (panitia kemitraan). Hasil
verifikasi KMW disampaikan kepada
Pokja PAKET untuk ditindaklanjuti.
Seleksi prioritas/rangking usulan
kegiatan ditetapkan melalui Rapat
Anggota Pokja PAKET dan hasilnya
diverifikasi KPK Kota/Kabupaten
didasarkan kesesuaian usulan
dengan Dokumen SPK setempat.
Keputusan final pendanaan proposal
kegiatan ditetapkan Rapat Anggota
Pokja PAKET berdasarkan verifikasi
KMW & KPK-nya.
3) Pelaksanaan Usulan Kegiatan PAKET
BKM-BKM dan dinas pemerintah kota/
kabupaten yang usulan kegiatannya
dipilih oleh Pokja PAKET harus
membuka rekening bersama dan
menyepakati perjanjian bahwa dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut akan
didasarkan pada prinsip kemitraan
50 Pedoman Umum
dalam kesetaraan antara kedua belah
pihak berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip di P2KP, sebagai aktivitas yang
dikelola secara partisipatif dan mandiri.
3.2. DUKUNGAN PELAKSANAAN
PROYEK
Untuk melaksanakan proyek P2KP tersebut
dan mencapai tujuan yang diharapkan, PMU/
Pimpro akan mengontrak seperangkat
konsultan dan fasilitator untuk mengelola
pelaksanaan proyek, terutama dikarenakan
P2KP membutuhkan kehadiran dan
pendampingan lapangan yang aktif dan
intensif di tingkat masyarakat kelurahan/desa
hingga tingkat kota/kabupaten. Pemerintah
kota/kabupaten juga turut berperan aktif
sebagai mitra PMU/Pimpro dalam
pelaksanaan P2KP.
Pada dasarnya dukungan pelaksanaan proyek
mencakup pembiayaan seluruh manajemen
proyek yang dapat memampukan PMU/
Pimpro untuk mempunyai (i) Kualitas kinerja
proyek yang lebih baik; (ii) Dukungan teknis
di lapangan bagi masyarakat dan pemerintah
kota/kabupaten; serta (iii) Evaluasi dan
monitoring dampak proyek yang lebih baik.
Dengan demikian, dukungan pelaksanaan pro-
yek mencakup hal-hal berkenaan dengan:
i. Bantuan Teknis bagi Pendampingan dan
Monitoring, yang akan meliputi:
1. Pengadaan konsultan di tingkat pusat,
propinsi dan/atau satuan wilayah kerja
untuk beberapa kota/kabupaten serta
tim fasilitator pada tingkat masyarakat,
termasuk pengembangan kapasitas
bagi mereka dan masyarakat dalam
subyek yang bervariasi.
2. Pelatihan dan Sosialisasi tingkat
nasional, lokal serta tingkat
masyarakat, termasuk didalamnya
pembuatan web-site, pusat
pembelajaran (learning center) di KPK
kota/kabupaten maupun BKM,
komunikasi media (audio dan audio
visual), publikasi, lokakarya, diskusi
kelompok terarah (FGD), on the job
training, coaching, dll.
3. Pengembangan kapasitas bagi
pemerintah kota/kabupaten dalam
mendorong pengokohan peran dan
fungsi KPK kota/kabupaten untuk
merumuskan Dokumen Strategi
Penanggulangan Kemiskinan di
wilayahnya, menumbuhkembangkan
Komunitas Belajar Perkotaan maupun
dalam rangka membangun kemitraan
sinergi para pelaku dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.
ii. Bantuan Teknis untuk Evaluasi
Pengadaan konsultan evaluasi untuk
melakukan baseline survey (survey dasar),
survey tindak lanjut, studi evaluasi dan
studi khusus sesuai kebutuhan.
Untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan
proyek, pelaksanaan proyek di lapangan akan
dipercayakan kepada tim konsultan yang akan
bekerja di bawah manajemen PMU/Pimpro.
Konsultan-konsultan tersebut adalah
Konsultan Advisory sebagai bagian integral
dari struktur PMU/Pimpro, Konsultan
Manajemen Pusat (KMP), Konsultan
Manajemen Wilayah (KMW), dan Konsultan
Evaluasi (KE).
Pada tingkat kecamatan terdapat Tim
Fasilitator P2KP, yang sekurangnya akan
terdiri dari 4 fasilitator, yakni satu koordinator
fasilitator dan 3 fasilitator. Tim fasilitator
tersebut bertanggung jawab dalam pelak-
sanaan kegiatan P2KP dan pendampingan
masyarakat di sekitar 10 kelurahan/desa
sasaran serta akan melakukan pendampingan
dan pembinaan intensif kepada masyarakat.
Jumlah tim fasilitator tersebut mungkin akan
bertambah besar disesuaikan dengan
besarnya jumlah kelurahan/desa yang
didampingi dan faktor keterpencilan wilayah
sasaran, berdasarkan kesepakatan antara
PMU/Pimpro dengan pemerintah daerah
setempat, atas masukan dari KMW.
Pada tingkat satuan wilayah kerja (SWK),
terdapat satu orang tenaga ahli kemiskinan
perkotaan yang secara khusus akan
mendampingi pemerintah kota/kabupaten
dalam memfasilitasi penguatan peran dan
fungsi KPK-Kota/Kabupaten agar mampu
51Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan
Kemiskinan (SPK) di wilayahnya dan juga
memfasilitasi pelaksanaan kegiatan PAKET
bagi kota/kabupaten yang terpilih menjadi
lokasi PAKET P2KP.
Pemerintah kota/kabupaten juga akan menjadi
mitra PMU dalam hal pengadaan fasilitator-
fasilitator di wilayah masing-masing kota/
kabupaten dengan kriteria memiliki komitment
dan kepedulian kepada masyarakat miskin,
berpengalaman dalam bidang pemberdayaan
masyarakat sejenis, terutama pelaksanaan
P2KP, serta diutamakan mampu memahami
budaya dan bahasa setempat.

More Related Content

What's hot

Peran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaan
Peran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaanPeran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaan
Peran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaanayi sugandhi
 
Presentasi launching pkkpm
Presentasi launching pkkpmPresentasi launching pkkpm
Presentasi launching pkkpmTubagus Enoy
 
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Joy Irman
 
Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609
Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609
Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609TsaniyaRafaMazaya
 
Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1
Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1
Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1Amanda Hurin
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Operator Warnet Vast Raha
 
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)Andy Safa
 
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...konsepsintb
 
PNPM-MP dari perspektif Akademisi
PNPM-MP dari perspektif AkademisiPNPM-MP dari perspektif Akademisi
PNPM-MP dari perspektif AkademisiArdi Novra
 
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)nikenpraw
 
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaMakalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Operator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (17)

Peran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaan
Peran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaanPeran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaan
Peran, tugas dan fungsi ta.infra dalam pemberdayaan
 
Presentasi launching pkkpm
Presentasi launching pkkpmPresentasi launching pkkpm
Presentasi launching pkkpm
 
Modul kpmd lanjutan
Modul kpmd lanjutanModul kpmd lanjutan
Modul kpmd lanjutan
 
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
 
Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609
Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609
Paparan pejuang muda kemensos ke dikbud 20210609
 
Good Governance
Good GovernanceGood Governance
Good Governance
 
Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1
Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1
Jurnal Perencanaan Desa Terpadu1
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
 
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
 
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provin...
 
Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
PNPM-MP dari perspektif Akademisi
PNPM-MP dari perspektif AkademisiPNPM-MP dari perspektif Akademisi
PNPM-MP dari perspektif Akademisi
 
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
 
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaMakalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 

Viewers also liked

演示文稿_上海道融
演示文稿_上海道融演示文稿_上海道融
演示文稿_上海道融guestce466983
 
Setting Up a New Company
Setting Up a New CompanySetting Up a New Company
Setting Up a New CompanyThiago Ribeiro
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab vi transparansi dan akuntabilitas
Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitasPedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas
Pedoman umum urban poverty project 2 bab vi transparansi dan akuntabilitasAdvisory Specialist for P2KP
 
ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores
ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores
ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores Thiago Ribeiro
 
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagriAdvisory Specialist for P2KP
 
20150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-2019
20150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-201920150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-2019
20150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-2019Advisory Specialist for P2KP
 
20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev
20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev
20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-revAdvisory Specialist for P2KP
 
Penataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakarta
Penataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakartaPenataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakarta
Penataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakartaAdvisory Specialist for P2KP
 
Pp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanPp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanAdvisory Specialist for P2KP
 
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku revAdvisory Specialist for P2KP
 
20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside yogjakarta
20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside   yogjakarta20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside   yogjakarta
20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside yogjakartaAdvisory Specialist for P2KP
 
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPRProgram KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPRAdvisory Specialist for P2KP
 

Viewers also liked (18)

演示文稿_上海道融
演示文稿_上海道融演示文稿_上海道融
演示文稿_上海道融
 
Setting Up a New Company
Setting Up a New CompanySetting Up a New Company
Setting Up a New Company
 
Pedoman umum urban poverty project 2 daftar isi
Pedoman umum urban poverty project 2   daftar isiPedoman umum urban poverty project 2   daftar isi
Pedoman umum urban poverty project 2 daftar isi
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab vi transparansi dan akuntabilitas
Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitasPedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas
Pedoman umum urban poverty project 2 bab vi transparansi dan akuntabilitas
 
ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores
ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores
ECO 095 - Modelagem de Negócios Inovadores
 
20150626 gambaran umum p2 kp 100 0-100
20150626 gambaran umum p2 kp 100 0-10020150626 gambaran umum p2 kp 100 0-100
20150626 gambaran umum p2 kp 100 0-100
 
20150626 Apa dan Mengapa P2KP 100-0-100
20150626 Apa dan Mengapa P2KP 100-0-10020150626 Apa dan Mengapa P2KP 100-0-100
20150626 Apa dan Mengapa P2KP 100-0-100
 
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
 
20150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-2019
20150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-201920150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-2019
20150308 draft pedoman pelaksanaan p2 kp kota 100 0-100 tahun 2015-2019
 
Berbagi Pengalaman Ibadah Haji 2014
Berbagi Pengalaman Ibadah Haji 2014Berbagi Pengalaman Ibadah Haji 2014
Berbagi Pengalaman Ibadah Haji 2014
 
20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev
20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev
20161007 paradigma dan target kotaku 2016 2020-rev
 
07. paparan audit_dan_sinergi_itda
07. paparan audit_dan_sinergi_itda07. paparan audit_dan_sinergi_itda
07. paparan audit_dan_sinergi_itda
 
Penataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakarta
Penataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakartaPenataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakarta
Penataan permukiman kelurahan gowongan, yogjakarta
 
Pp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanPp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no.14 thn 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
 
20160610 perubahan paradigma program KOTAKU rev
20160610  perubahan paradigma program KOTAKU rev20160610  perubahan paradigma program KOTAKU rev
20160610 perubahan paradigma program KOTAKU rev
 
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
 
20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside yogjakarta
20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside   yogjakarta20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside   yogjakarta
20161020 kolaborasi penataan permukiman karangwaru riverside yogjakarta
 
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPRProgram KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
 

Similar to Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan teknis

Pedoman umum urban poverty project 2 kata pengantar
Pedoman umum urban poverty project 2   kata pengantarPedoman umum urban poverty project 2   kata pengantar
Pedoman umum urban poverty project 2 kata pengantarAdvisory Specialist for P2KP
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyekPedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyekAdvisory Specialist for P2KP
 
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianPanduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianAbdul Kohar
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Fardyansjah Hasan
 
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...khoiril anwar
 
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan PucangsawitSosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan PucangsawitBagus ardian
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaAgus hariyanto
 
Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6AbdulAzizm5
 
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111Stiunus Esap
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Salma Van Licht
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss wPpt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss wSalma Van Licht
 
Perencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plpPerencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plppycnat
 
Workshop rpjm-desa-timbul
Workshop rpjm-desa-timbulWorkshop rpjm-desa-timbul
Workshop rpjm-desa-timbulSyakranil Arfa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan teknis (20)

Pedoman umum urban poverty project 2 kata pengantar
Pedoman umum urban poverty project 2   kata pengantarPedoman umum urban poverty project 2   kata pengantar
Pedoman umum urban poverty project 2 kata pengantar
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyekPedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
 
LOKAKARYA PEMBANGUNAN
LOKAKARYA PEMBANGUNANLOKAKARYA PEMBANGUNAN
LOKAKARYA PEMBANGUNAN
 
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianPanduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
 
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
 
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan PucangsawitSosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
 
Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6
 
pengemas
pengemaspengemas
pengemas
 
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss wPpt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w
 
40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa
40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa
40824278 langkah2-penyusunan-rpjm-desa
 
Perencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plpPerencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plp
 
Tugas mira
Tugas miraTugas mira
Tugas mira
 
ppty.pptx
ppty.pptxppty.pptx
ppty.pptx
 
Workshop rpjm-desa-timbul
Workshop rpjm-desa-timbulWorkshop rpjm-desa-timbul
Workshop rpjm-desa-timbul
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 

More from Advisory Specialist for P2KP

Penataan permukiman karangwaru riverside yogjakarta
Penataan permukiman karangwaru riverside   yogjakartaPenataan permukiman karangwaru riverside   yogjakarta
Penataan permukiman karangwaru riverside yogjakartaAdvisory Specialist for P2KP
 
UU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
UU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanUU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
UU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanAdvisory Specialist for P2KP
 
Nol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of funds
Nol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of fundsNol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of funds
Nol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of fundsAdvisory Specialist for P2KP
 
Cerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riau
Cerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riauCerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riau
Cerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riauAdvisory Specialist for P2KP
 
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabarAdvisory Specialist for P2KP
 
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKU
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKUSurat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKU
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKUAdvisory Specialist for P2KP
 
20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final
20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final
20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-finalAdvisory Specialist for P2KP
 
Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015
Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015
Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015Advisory Specialist for P2KP
 
Pedoman umum urban poverty project 2 cover pedoman-umum_upp2_bar
Pedoman umum urban poverty project 2   cover pedoman-umum_upp2_barPedoman umum urban poverty project 2   cover pedoman-umum_upp2_bar
Pedoman umum urban poverty project 2 cover pedoman-umum_upp2_barAdvisory Specialist for P2KP
 

More from Advisory Specialist for P2KP (16)

Penataan permukiman karangwaru riverside yogjakarta
Penataan permukiman karangwaru riverside   yogjakartaPenataan permukiman karangwaru riverside   yogjakarta
Penataan permukiman karangwaru riverside yogjakarta
 
20161007 Membangun Permukiman yang membahagiakan
20161007 Membangun Permukiman yang membahagiakan20161007 Membangun Permukiman yang membahagiakan
20161007 Membangun Permukiman yang membahagiakan
 
UU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
UU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanUU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
UU no.1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
 
Nol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of funds
Nol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of fundsNol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of funds
Nol for extension of closing date to 31 dec 2017 and reallocation of funds
 
Cerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riau
Cerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riauCerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riau
Cerita masyarakat kelurahan kampung bandar kota pakanbaru riau
 
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabar
 
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKU
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKUSurat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKU
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya no.40 Tahun 2016 Pedoman Umum Program KOTAKU
 
09. audit kinerja_ciptakarya
09. audit kinerja_ciptakarya09. audit kinerja_ciptakarya
09. audit kinerja_ciptakarya
 
08. pengawasan internal_itjen
08. pengawasan internal_itjen08. pengawasan internal_itjen
08. pengawasan internal_itjen
 
06. pmk 168_bantuan_pemerintah
06. pmk 168_bantuan_pemerintah06. pmk 168_bantuan_pemerintah
06. pmk 168_bantuan_pemerintah
 
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_201605. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
 
20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final
20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final
20160426 keynote speech Dirjen DJCK_PUPR sosnas KOTAKU 2016-final
 
02. pkp sosnas nsup - Kota Tanpa Kumuh - KOTAKU
02. pkp sosnas nsup - Kota Tanpa Kumuh - KOTAKU02. pkp sosnas nsup - Kota Tanpa Kumuh - KOTAKU
02. pkp sosnas nsup - Kota Tanpa Kumuh - KOTAKU
 
Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015
Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015
Kebijakan pelaks. program -Rakor pd tl - 2015 29042015
 
20150505 PEDOMAN P2KP 2015-2019
20150505 PEDOMAN P2KP 2015-201920150505 PEDOMAN P2KP 2015-2019
20150505 PEDOMAN P2KP 2015-2019
 
Pedoman umum urban poverty project 2 cover pedoman-umum_upp2_bar
Pedoman umum urban poverty project 2   cover pedoman-umum_upp2_barPedoman umum urban poverty project 2   cover pedoman-umum_upp2_bar
Pedoman umum urban poverty project 2 cover pedoman-umum_upp2_bar
 

Recently uploaded

PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxssuser8905b3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 

Recently uploaded (14)

PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 

Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan teknis

  • 1. 20 Pedoman Umum Bab III Bab III Komponen Proyek dan Bantuan Teknis Untuk dapat mendukung kegiatan proyek agar tercapai tujuan P2KP seperti tersebut di atas, maka P2KP dibagi menjadi 3 komponen proyek sbb: A. Pengembangan Masyarakat dan Mengedepankan Peran Pemerintah Daerah; B. Penyediaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); dan C. Penyediaan Dana Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET); 3.1. KOMPONEN PROYEK 3.1.1. Pengembangan Masyarakat dan Mengedepankan Peran Pemerintah Daerah 1) Uraian Komponen proyek ini menyediakan dukungan untuk mendanai kegiatan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat serta penguatan kapasitas dalam rangka mengedepankan peran pemerintah daerah, termasuk diantaranya adalah penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D), mengembangkan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), dan menumbuh- kembangkan kemitraan sinergis dengan masyarakat, agar mampu bekerja sama secara lebih efektif dalam penanggulangan kemiskinan di wilayah setempat sesuai prinsip dan nilai universal di P2KP. Pada dasarnya, dukungan pembiayaan melalui komponen ini mencakup biaya operasional konsultan dan fasilitator untuk melaksanakan pendampingan masyarakat dan pemerintah kota/kabupaten, biaya sosialisasi dan pelatihan, termasuk penyia- pan materi-materi sosialisasi dan pelatihan yang berkaitan dengan pelaksanaan P2KP, serta biaya-biaya lain yang berkaitan dengan upaya memperkuat kapasitas dan mengedepankan peran pemerintah daerah. a) Pengembangan Masyarakat melalui Proses Pembelajaran Komponen pengembangan atau pem- berdayaan masyarakat dalam P2KP dilakukan melalui proses pembelajaran masyarakat untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada di masyarakat, yakni nilai-nilai dan prinsip- prinsip universal, sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan pe- nanggulangan kemiskinan serta pemba- ngunan lingkungan perumahan permu- kiman di wilayahnya secara terpadu. Tahapan pembelajaran masyarakat terdiri dari serangkaian kegiatan, mulai dari belajar membangun kebersamaan pada saat rembug kesiapan masyara- kat, belajar mengevaluasi penyebab kemiskinan yang bertumpu pada perilaku dan sikap, belajar merumuskan keinginan secara riil sesuai dengan kondisi obyektif masalah yang ada dan potensi yang dimilikinya, belajar
  • 2. 21Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan bersinergi dan mengorganisir dalam lembaga yang mengakar dan represen- tatif, belajar membuat program kemiski- nan dan pembangunan di wilayahnya, belajar melakukan kegiatan bersama yang dilandasi perubahan perilaku dan sikap, serta proses belajar lainnya. Seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan P2KP di tingkat masyarakat pada dasarnya dititikberatkan pada nuansa proses pembelajaran masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan P2KP tidak hanya berorientasi pada output/produk atau dilandasi prinsip sekedar terlaksana semata, namun justru harus benar-benar memperhatikan dinamika proses, kesadaran kritis dan pelembagaan nilai- nilai universal serta proses perubahan perilaku/ sikap masyarakat itu sendiri. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam komponen pengembangan masyarakat, antara lain mencakup: a.1.Rembug atau Musyawarah Kesepa- katan Masyarakat Kegiatan Rembug/Musyawarah Ke- sepakatan Masyarakat (RKM) me- rupakan serangkaian musyawarah di tingkat kelurahan/desa yang dise- lenggarakanolehLurah/KepalaDesa dengan mengundang para ketua RT, ketua RW, warga miskin (Pra KS dan KS1) dan tokoh masyarakat serta kelompok peduli setempat untuk memutuskan apakah berminat mengikuti P2KP dengan segala konsekuensinya atau tidak. RKM didahului serangkaian kegiatan silaturahmi sosial dan pemasyara- katan gambaran umum P2KP ke berbagai pihak, baik perangkat pemerintah maupun masyarakat, melalui berbagai media, arisan, pertemuan PKK, pengajian, siskam- ling, dsb, yang difasilitasi fasilitator. RKM ini dilanjutkan dengan pen- daftaran relawan-relawan yang akan berperan sebagai agen pembangun- an masyarakat setempat. Untuk tahap pertama yang dibutuhkan adalah relawan untuk menyeleng- garakan Refleksi Kemiskinan yang akan dilakukan di tiap RT/RW, minimum 1 orang per RW. Dalam tiap tahapan kegiatan, jumlah anggota tim relawan dapat ditambah sesuai kebutuhan maupun terutama sesuai kesediaan partisipasi dan kerelaan warga untuk menjadi relawan-relawan dalam proses penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Para relawan-relawan tersebut selanjutnya bersama fasilitator akan mendorong peran aktif masyarakat dalam berbagai proses kegiatan P2KP khususnya, maupun upaya pembangunan wilayah kelurahan pada umumnya. Relawan-relawan adalah orang-orang yang memiliki niat ikhlas dan peduli untuk membantu masyarakat miskin di wilayahnya. Tidak ada batasan jumlah relawan dalam satu wilayah, karena siapapun yang ikhlas dan peduli dapat terlibat dan memberi kontribusi untuk membantu masyarakat dalam proses pelaksanaan P2KP di wilayahnya. a.2. Pengorganisasian Masyarakat Kegiatan penyiapan dan peng- organisasian masyarakat diawali dengan proses membangun kesa- daran kritis masyarakat, melalui serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah (focus group discusión/FGD); dimulai dengan refleksi kemiskinan sebagai upaya membangun paradigma baru masyarakat terhadap akar persoalan kemiskinan yang dihadapi bersama yang berkaitan dengan sikap/prilaku dan cara pandang masyarakat selama ini, dilanjutkan dengan pemetaan swadaya (community self survey/CSS) sebagai upaya belajar bersama menemukenali realita persoalan dan potensi di wilayahnya serta berbagai kemungkinan penanggulangannya dan apa yang
  • 3. 22 Pedoman Umum dibutuhkan untuk menanggulangi kemiskinan secara efektif dalam bentuk antara lain; komitmen (individu dan kelompok), keahlian, sumberdaya, kelembagaan, organi- sasi dan lain-lainnya, dilanjutkan dengan FGD kelembagaan dan kepemimpinan moral hingga pengu- kuhan/pembentukan lembaga pimpinan kolektif berbasis nilai-nilai universal, yang secara jenerik dise- but BKM, untuk akhirnya memimpin gerakan penanggulangan kemiskin- an dari, oleh untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. a.3. Perencanaan Partisipatif Menyusun PJM dan Renta Pronangkis Kegiatan ini merupakan kegiatan awalBKMbersamarelawan-relawan, masyarakat serta pemerintah kelurahan dan kelompok peduli setempat, untuk bersama-sama merencanakan langkah-langkah penanggulangan kemiskinan dalam bentuk PJM dan Renta Pronangkis. Dalam hal ini, BKM diharapkan dapat mendorong peran aktif masyarakat kelurahan setempat untuk menyam- paikan aspirasinya, memberikan masukan, saran, usulan dan inisiatif- inisiatifnya. BKM bersama para relawan, yang difasilitasi Tim fasilitator, akan mengkoordinir dan memfasilitasi proses pelaksanaan di masyarakat untuk menjamin bahwa proses penyusunan PJM Pronangkis dilakukan secara partisipatif serta benar-benar didasarkan pada kebutuhan nyata (riil) masyarakat, yang dalam penyusunannya perlu mempertimbangkan: 1) hasil-hasil pemetaan swadaya yang telah dilakukan masyarakat sendiri sebelumnya, 2) keterpaduan dengan rencana dan program pemerintah kelurahan, dan 3) kebijakan Pemda setempat. Ruang lingkup kegiatan dalam PJM Pronangkis mencerminkan kegiatan yang benar-benar merupakan kebu- tuhan riil dan prioritas masyarakat, baik itu pembangunan prasarana/ sarana perumahan dan permukiman, penciptaan lapangan kerja baru, kre- dit mikro untuk usaha kecil, hingga santunan bagi masyarakat rentan/ lemah atau pelayanan sosial lain. Program penanggulangan kemiskin- an (pronangkis) yang akan disusun masyarakat diharapkan dapat berisi; (1)DokumenStrategiPenanggulang- an Kemiskinan Kelurahan setempat, yakni visi, misi dan strategi penang- gulangan kemiskinan di kelurahan setempat; (2) Rencana Jangka Menengahpenanggulangankemiski- nan, yakni dalam jangka waktu 3 tahun, serta (3) Rencana Tahunan (Renta) yang berisi rencana detail investasi tahunan pada tahun pertama yang dapat diusulkan untuk dibiayai sebagian dari swadaya murni masyarakat, alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) P2KP, maupun sumber dana Pemda dan pihak terkait lainnya. PJM dan Renta Pronangkis tidak boleh semata-mata dipandang sebagai prasyarat untuk mem- peroleh dana bantuan P2KP, namun harus diposisikan sebagai media pembelajaran masyarakat untuk menyusun program bersama. Sehingga muatan PJM dan Renta Pronangkis bukan hanya berisikan daftar kegiatan yang didanai dengan sumber dana BLM P2KP, melainkan uraian program masyarakat secara menyeluruh, termasuk dengan sumber-sumber dana lainnya yang dibutuhkan, apakah berasal dari swadaya masyarakat, APBD, ataupun channeling dengan sektor perbankan, program, swasta, stimulan P2KP, dan sebagainya;
  • 4. 23Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan PJM dan Renta Pronangkis secara prinsip merupakan dokumen hasil proses pembelajaran perencanaan partisipatif masyarakat bersama perangkat kelurahan dan para pihak di kelurahan setempat, yang mencerminkan prioritas-prioritas program yang disepakati bersama. Tidak dibenarkan sama sekali adanya ‘exclusivitas’ ataupun adanya rekayasa pihak luar dalam proses penyusunan Pronangkis, baik fasilitator, KMW atau pihak-pihak lainnya. a.4. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) Sebagaimana telah dijelaskan di awal, seluruh proses pelaksanaan kegiatan P2KP di tkt masyarakat pada dasarnya bernuansa proses pembelajaran masyarakat untuk memperbaiki kondisinya secara bertahap menuju kondisi masyarakat yang mandiri, dan akhirnya mampu terwujud tatanan masyarakat madani. Oleh karena itu, selama masa pro- yek P2KP, yang dimotori relawan- relawan setempat, masyarakat diharapkan mampu memahami substansi, mekanisme, proses dan dinamika pembelajarannya, sekali- gus kemudian mampu menerapkan- nya sesuai dengan nilai dan prinsip universal. Untuk lebih mendukung proses pem- belajaran tersebut, BKM dapat men- jadi motor penggerak dalam mem- bangun forum pembelajaran dalam bentuk Komunitas Belajar Kelurahan (KBK), yang dipelopori para rela- wan`setempat. Dimaksud relawan dalam hal ini ialah anggota masyar- akat, perangkat pemerintah kelura- han dan orang-orang peduli yang memiliki komitment, kepedulian dan keikhlasan membantu masyarakat miskin di sekitarnya. KBK pada prinsipnya merupakan forum dari para relawan, dikoordinir BKM, yang bersifat cair (tidak struktural) sebagai wadah melemba- gakan dan menumbuhkembangkan proses pembelajaran masyarakat, melalui diskusi-diskusi, kajian-kajian refleksi, best practice dan tukar pikiran mengenai berbagai persoalan kemiskinan yang ada di wilayahnya serta bagaimana upaya penanggula- ngannya agar lebih efektif dan berbasis nilai-nilai universal. Proses membangun Komunitas Belajar Kelurahan (KBK), yang dimotori BKM, dapat dimulai setelah dana BLM P2KP tahap pertama telah diterima masyarakat, dimana pada saat itu relawan-relawan telah selesai membantu masyarakat sejak tahap awal hingga tahap pe- nyusunan PJM Pronangkis.Agenda pertama KBK dapat dimulai dengan diskusi reflektif tentang efektivitas kemanfaatan penggunaan dana, transparansi dan akuntabilitas, serta sosial kontrol status dan pemanfaat- an dana BLM. Selanjutnya. pelaksanaan kegiatan KBK dilakukan misalnya dengan FGD-FGD bersama warga miskin, kunjungan lapang ke KSM-KSM dan kegiatan para anggotanya atau ke panitia-panitia dan hasil kegiatan- nya, refleksi proses dan hasil pelaksanaan kegiatan tertentu, dll. Hasil-hasil kajian dari KBK menjadi masukan bagi BKM untuk mening- katkan kinerjanya dan juga menjadi masukan bagi pemerintah kelurahan hingga pemerintah kota/kabupaten. Diharapkan pada pasca pelaksa- naan P2KP, mekanisme KBK dapat terus dilembagakan warga sehingga mampu menjadi motor penggerak masyarakat untuk senantiasa mela- kukan penyempurnaan proses pem- belajaran dalam penerapan substan- si konsep, sistem dan mekanisme yang telah dikenalkan selama pelaksanaan P2KP, dalam rangka melembagakan kembali kapital sosial yang dimiliki masyarakat.
  • 5. 24 Pedoman Umum Melembaganya KBK, sekaligus juga merupakan pondasi yang kokoh bagi warga masyarakat untuk senantiasa merefleksi, mendis- kusikan dan memperbaiki serta menata kualitas lingkungan permukiman kelurahannya yang lebih lestari, asri, sehat, aman dan berkelanjutan secara terpadu (Neighbourhood Development). Fungsi KBK adalah sebagai forum para relawan (masyarakat, perangkat pemerintah kelurahan dan kelompok peduli setempat) untuk saling belajar, sharing pemikiran dan pengalaman, kajian refleksi, tempat berkomunikasi, yang dilandasi semangat untuk menemukan model kegiatan dan kebijakan yang lebih mampu meningkatkan perbaikan masyarakat miskin di kelurahannya. Sebagai sebuah forum, siapapun yang berminat bisa bergabung dalam KBK dengan kedudukan yang sejajar. Tidak perlu ada SK pengukuhan karena sifat keanggotaannya adalah cair. Artinya, siapapun bebas keluar masuk sesuai dengan minatnya. UPS-BKM memfasilitasi dan terus menerus menumbuhkembangkan KBK, agar proses kegiatan dan kehidupan bermasyarakat senantiasa bertumpu pada keadilan, keikhlasan dan kejujuran. Ketentuan umum mengenai KBK dapat dipelajari pada Pedoman Khusus mengenai Komunitas Belajar Kelurahan dalam pelaksanaan P2KP. b) Mengedepankan Peran Pemerintah Daerah Kegiatan mengedepankan peran pemerintah daerah, pada dasarnya merupakan kegiatan yang berorientasi pada upaya membangun kemandirian pemerintah daerah dalam menang- gulangi kemiskinan dan mewujudkan pembangunan keberlanjutan yang berbasis nilai-nilai serta prinsip-prinsip universal. Pemerintah Propinsi akan didorong pe- ran aktifnya sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan lokakarya-lokakarya dan kegiatan P2KP di tingkat propinsi serta melakukan peran-peran koordina- si, monitoring dan supervisi. Sedangkan Pemerintah Kota/Kabupaten secara prinsip merupakan pelaksana P2KP di wilayahnya masing-masing, baik dalam memfasilitasi proses kegiatan P2KP di tingkat masyarakat maupun di tingkat kota/kabupaten, dengan difasilitasi KMW sesuai ketentuan P2KP. b.1. Penguatan peran Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan siklus P2KP Penguatan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan siklus P2KP sebenarnya telah dimulai pada saat tahap persiapan pelaksanaan P2KP, yakni dalam proses verifikasi penentuan lokasi sasaran, kese- pakatan MOU pelaksanaan P2KP, maupun lokakarya-lokakarya P2KP di tingkat nasional dan propinsi. Sedangkan dalam pelaksanaan P2KP di tingkat kota/kabupaten, kegiatan diawali dengan pelatihan dasar bagi aparat pemerintah kota/ kabupaten, KPK-D dan kelompok peduli setempat. Melalui pelatihan dasar ini, perangkat pemerintah kota/kabupaten, difasilitasi KMW, selanjutnya diharapkan dapat berperan sebagai nara sumber dan fasilitator, baik pada lokakarya- lokakarya P2KP di wilayahnya maupun pada kegiatan-kegiatan sosialisasi lainnya. Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan mampu mengikuti dinamika perkembangan P2KP di wilayahnya, termasuk dalam turut memfasilitasi kegiatan P2KP serta merespon berbagai permasalahan dan konflik yang terjadi. Peran Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan P2KP tidak hanya terbatas pada peran monitoring, supporting dan legitimator semata, melainkan juga peran-peran fasilitasi, koordinasi, supervisi dan turut implementasi dalam beberapa kegiatan, yang difasilitasi KMW.
  • 6. 25Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan b.2. Penguatan peran KPK-D dalam menyusun SPK-D dan Pronangkis Kota/Kabupaten. Salah satu kegiatan mengedepan- kan peran pemda pada pelaksanaan P2KP dilakukan melalui pendam- pingan untuk memperkuat peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun dokumen strate- gi penanggulangan kemiskinan Daerah (SPK-D) dan Pronangkis kota/kabupaten secara partisipatif, berdasarkan masukan dan kebu- tuhan masyarakat (Pronangkis kelurahan) serta dukungan pihak terkait lain, terutama bagi terwujud- nya keselarasan dan keterpaduan program penanggulangan kemiskin- an di wilayahnya. Ketentuan penguatan peran dan fungsi KPK-D dalam menyusun SPK-D dan Pronangkis Kota/kab akan diatur lebih lanjut dalam Buku Panduan Khusus mengenai hal ini. b.3. Komunitas Belajar Perkotaan (KBP). Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) pada dasarnya suatu forum untuk belajar, berbagi pemikiran dan pengalaman, serta melakukan kajian-kajian pembangunan partisi- patif, terutama persoalan kemiskin- an di kota/kabupaten, yang dilandasi prinsip prinsip “good governance”. Tujuan dari KBP adalah dikem- bangkannya satu forum pembe- lajaran untuk berbagi informasi sekaligus mengkaji program- program penanggulangan kemis- kinan dan program pembangunan wilayah dan terbangunnya komuni- tas pembelajar yang merupakan jaringan dari para relawan dan para peduli (stakeholders) tingkat kota/ kabupaten, baik dari unsur perangkat pemda maupun non- pemerintah. KBP merupakan titik awal mem- bangun jaringan antar kelompok, organisasi, atau lembaga yang dimulai dengan memperkuat relasi- relasi antar individunya, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan dan tindakan- tindakan lembaga/organisasinya masing-masing. KBP tidak bersifat struktural, melainkan suatu forum yang dimotori dan digerakkan oleh KPK-D setempat. Hal ini sekaligus menem- patkan kedudukan KPK-D yang juga didorong untuk berfungsi sebagai “pusat pembelajaran (learning center)”, yang terbuka untuk seluruh pelaku setempat dalam rangka membahas dan merumuskan perka- ra strategis secara rutin serta siste- matis, khususnya perkara yang ter- kait dengan upaya-upaya penang- gulangan kemiskinan di wilayah masing-masing. Hasil-hasil dan masukan dari KBP menjadi bahan KPK Daerah untuk memberi berbagai saran dan pertim- bangan bagi perbaikan dan penyem- purnaan kebijakan maupun program- program penanggulangan kemiskin- an di kota/kabupaten setempat. KPK-D, staf pemerintah kota/kab, dinas terkait dan para pelaku laín yang peduli kemiskinan pada tahap awal akan mengikuti terlebih dahulu lokakarya serta pelatihan dasar agar dapat memahami secara utuh konsep dan pelaksanaan P2KP. Alumnus dari pelatihan dasar P2KP tersebut kemudian diharapkan bisa menjadi relawan-relawan kemiskinan tingkat kota/ kabupaten, yang salah satunya akan berperan menjadi tulang punggung proses penum- buhkembangan KBP. Selanjutnya melalui koordinasi dan berbagi beban pendanaan, pemerintah kota/ kab. dan KPK-D juga akan memfa-
  • 7. 26 Pedoman Umum silitasi aktivitas KBP, baik itu dalam bentuk belajar dari lapangan (thematic field study) yang terdiri dari kunjungan lapangan dan diskusi tematik, penyajian audio visual (VCD), kunjungan dan FGD serta dialog dengan Fasilitator, BKM, Relawan Masyarakat, dan atau pemanfaat P2KP, yang akan diselenggarakan oleh KPK-D bekerja sama dengan KMW bersangkutan secara reguler maupun insedentil sesuai kebutuhan. Keterlibatan pemerintah kota/kab ini akan dilakukan berkoordinasi dengan KMW yang ditugasi oleh Pimpro/PMU (Project Management Unit) P2KP di wilayah setempat. Fungsi KPK-D untuk menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) sebagai Pusat Pembelajaran (learning center) inilah yang diharapkan mampu mendorong terwujudnya “transformasi P2KP dari proyek menjadi kegiatan program oleh masyarakat bersama pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat”. b.4. Membangun Kemitraan Sinergis. Pengembangan kapasitas ini juga dimaksudkan untuk membangun kepedulian dan menjalin kemitraan dengan masyarakat, baik dengan BKM-BKM, Forum BKM maupun kelompok peduli setempat, terutama pada pelaksanaan kegiatan PAKET. Upaya membangun kemitraan sinergis dapat dilakukan dalam berbagai tahapan kegiatan, antara lain; 1) perencanaan program, misalnya mensinergikan PJM Pronangkis dengan mekanisme musbangkel hingga rakorbang dan mensinergikan PJM Pronangkis dengan SPK-D dan Pronangkis kota/kabupaten, 2) pelaksanaan program, misalnya channeling program-programpemerintahdaerah dan pihak ketiga dengan BKM, serta 3) monitoring dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan, 4) dll. Untuk kota/kabupaten yang terpilih sebagai lokasi pelaksanaan PAKET, proses pembelajaran kemitraan sinergis dilakukan melalui serangkai- an kegiatan yang difasilitasi KMW sesuai dengan ketentuan Buku Pedoman Pelaksanaan PAKET. c) Jaringan Kerjasama & Forum BKM Komponen Pengembangan Masya- rakat, Pemerintah dan Pelaku lain jugamemberikanpendampingandan pelatihan untuk mendukung BKM dalam membentuk asosiasi atau forum antar BKM di tingkat keca- matan dan kota/kabupaten sebagai sarana kerja sama dan komunikasi antar mereka. Forum BKM akan berfungsi sebagai jaringan tukar menukar pengalaman, melaksanakan kegiatan bersama, mengkombinasikan sumber daya yang ada untuk membantu warga miskin, serta menyuarakan aspirasi masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal yang berkaitan dengan kebijakan publik yang langsung menyangkut kaum miskin. Kegiatan ini juga mendorong jaringan kerja sama, baik antar KSM, antar BKM maupun Forum BKM dengan dengan pihak terkait lainnya, untuk kepentingan dan kemanfaatan masyarakat miskin, antara lain; desain produk, perencanaan, pemasaran, advokasi masyarakat miskin, pusat informasi, jaringan bisnis dan sebagainya. 2) Ketentuan Umum a) Siapa yang dimaksud masyarakat Pengertian masyarakat dalam P2KP adalah seluruh penduduk warga kelurahan/desa peserta P2KP - baik yang kaya maupun yang miskin, kaum minoritas, pendatang dan penduduk asli setempat -, yang setelah melalui proses pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi kelurahan/desa
  • 8. 27Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Gambar 3.1. Kedudukan dan Posisi BKM Pemerintah Masyarakat MadaniSwasta dan Klpk.Peduli Koperasi LKMD/ LPMK,dll "BKM" Dari gambaran di atas, kedudukan BKM jelas merupakan lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani (civil socitey), yang dibangun dan dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai universal (value based). Sebagai wadah masyarakat bersinergi, BKM berbentuk pimpinan kolektif, dimana keputusan dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM, dengan musyawarah mufakat menjadi norma utama dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai lembaga keper- cayaan (‘board of trusty’), anggota- anggota BKM terdiri dari orang-orang yang dipercaya warga, berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili masya- rakat dalam berbagai kepentingan, mereka serta persoalan kemiskinan yang masih dihadapi dan sepakat perlunya mengorganisasi diri untuk menanggulangi persoalan kemiskinan tersebut secara bersama, mandiri, terpadu, dan sistematik. b) Lembaga masyarakat yang harus dibangun dalam P2KP Warga yang sadar akan potensi dan persoalan yang masih harus disele- saikan tersebut, dapat mengorganisasi diri sebagai masyarakat warga dan membangun lembaga pimpinan kolektif sebagai representasi dari masyarakat warga kelurahan yang bersangkutan, yang secara jenerik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Pengertian masyarakat warga (civil society), dapat dirumuskan sbb : “Civil Society ialah himpunan masya- rakat warga yang diprakarsai dan dikelola secara mandiri oleh warga, yang secara damai berupaya meme- nuhi kebutuhan atau memperjuang- kan kepentingan, memecahkan persoalan atau menyatakan kepedu- lian bersama dengan tetap menghar- gai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap mempertahan- kan sifat independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, keluarga, agama dan usaha”. Dengan demikian, masyarakat warga yang dibangun dalam P2KP adalah himpunan masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri sukarela, kesetaraan, kemitraan, inklusif, demokratik, mandiri, otonom, proaktif, bersemangat saling membantu, menghargai kesatu- an dalam keragaman dan kedamaian. Gambaran umum mengenai kedudukan dan posisi BKM dapat dilihat pada gambar 3.1. di bawah ini.
  • 9. 28 Pedoman Umum Dengan demikian, kedudukan dan posisi BKM adalah sebagai lembaga masyarakat yang benar- benar dibangun dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai representasi upaya-upaya untuk membangun sinergi segenap potensi masyarakat menuju tatanan masyarakat madani, yang senantiasa berbasis keikhlasan dan kerelawanan, keadilan serta kejujuran. Jadi jelas dan tegas bahwa BKM pada dasarnya merupakan lembaga kepercayaan masyarakat atau “Board of Trusty”. Pengertian board of trusty pada satu sisi merujuk pada keberadaan BKM yang harus mengakar, representatif, dan aspiratif, serta beranggotakan kumpulan warga yang ikhlas, adil, jujur, dan tidak dibayar untuk pengabdiannya, sehingga menjadi tumpuan kepercayaan masyarakat. Sedangkan pada sisi lain, BKM sebagai lembaga kepercayaan milik masyarakat juga harus mampu diakui dan dipercaya oleh pihak- pihak lainnya. b.1. Proses membangun lembaga masyarakat berbasis nlai (BKM) Sebagaimana dijelaskan di atas, Istilah BKM (Badan Keswadayaan Masyara- kat) pada dasarnya merujuk baik pada pemampuan lembaga yang ada, yang telah melalui proses konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan direvitalisasi sesuai ketentuan P2KP, ataupun lembaga yang dibentuk baru oleh masyarakat. Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan me- mampukan dan merevitalisasi lembaga yangadaataumembentuklembagabaru sebagai BKM, adalah: b.1.1.FGD refleksi kelembagaan masyarakat berbasis nilai Hal penting yang pertama kali perlu dilakukan ialah proses penyadaran kritis mengenai substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indikatornya tercermin pada keber- adaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspiratif, mengakar, diakui kemanfaatannya, representa- tif, dan berbasis pada keikhlasan/ kerelawanan, keadilan serta kejujuran. FGD-FGD refleksi lembaga masya- rakat berbasis nilai dilakukan di seluruh tataran masyarakat, baik masyarakat pada umumnya maupun masyarakat miskin pada khusus- nya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dige- rakkan dan difasilitasi oleh relawan- relawan, dengan pendampingan dari Fasilitator dan perangkat kelurahan. b.1.2. Identifikasi Profil Lembaga- lembaga yang ada Selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan melakukan identifikasi profil dari berbagai lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya, yang menyangkut hal- hal mengenai landasan keberadaan, mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengu- rusan, mekanisme pemilihan anggota/pengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll. Hasil-hasil identifikasi profil lembaga-lembaga tersebut menjadi bahan pembahasan pada proses rembug warga untuk mengevaluasi dan merefleksi kebutuhan lembaga masyarakat. b.1.3. Rembug-rembug warga untuk merefleksi dan mengavaluasi lembaga-lembaga yang ada Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi lembaga masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil lembaga-lembaga masyarakat yang ada, relawan- relawan dibantu perangkat kelurahan setempat selanjutnya memfasilitasi rembug-rembug warga evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat RT/RW atau dusun hingga tingkat kelurahan. Agenda rembug-rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga masyarakat yang ada di wilayah setempat. Refleksi
  • 10. 29Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Beberapa lembaga masyarakat lokal yang sudah mentradisi dan hingga kini tetap mengakar, representatif, akuntabel serta diakui kemanfaatan- nya oleh masyarakat, dapat ditetapkan sebagai “bkm”, melalui mekanisme persetujuan masyarakat. • Membentuk lembaga baru sebagai BKM, fasilitator akan memfasilitasi proses pemilihan anggota-anggota lembaga tersebut (BKM) agar terlaksana secara organik, demokratis, partisipatif, transparan, akuntabel dan inklusif berdasarkan kriteria nilai-nilai universal kemanusiaan. b.2. Anggota BKM Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagai kepentingan. Anggota pimpinan kolektif masyarakat warga ini yang kemudian disebut anggota BKM. Anggota-anggota BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin. Dengan menjadi anggota BKM, mereka diberi kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban, dan ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin yang ada di wilayahnya. Adanya kesempatan dan kepercayaan itulah yang bagi mereka merupakan imbalan yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status, karena mereka dapat ber- buat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan tertinggal/marjinal. dan evaluasi dititikberatkan pada tingkat pengakaran di masyarakat, tingkat kemanfaatannya bagi masyarakat, tingkat aspiratif-nya, tingkat representatif dan tingkat kepercayaan masyarakat. Aspirasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan aspirasi masyarakat, tanpa rekayasa dari siapapun. b.1.4. Rembug warga tingkat kelurahan untuk memutuskan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru. Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarakat di atas menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang akan memutuskan apakah akan merevitalisasi dan memampukan lembaga yang ada ataukah membentuk lembaga masyarakat baru, sebagai BKM. Rembug warga dihadiri oleh repre- sentasi seluruh warga kelurahan, perangkat kelurahan, kelompok peduli, dan relawan-relawan. Apabila rembug warga masyarakat kelurahan memutuskan untuk: • Merevitalisasi dan memam- pukan lembaga masyarakat yang telah ada sebagai BKM, maka fasilitator akan memfasili- tasi masyarakat untuk merevitali- sasi (peran dan fungsi, AD/ART dan aturan dasar lainnya), mere- strukturisasi (struktur organisasi, kepemimpinan kolektif, board of trusty dan unit-unit pelaksana), serta melaksanakan pemilihan ulang anggota-anggota lembaga ter-sebut dengan proses yang demokratis, partisipatif, akunta- bel, inklusif dan berlandaskan keikhlasan/kerelawanan, kejujuran dan keadilan (nilai-nilai universal kemanusiaan). Hal ini dimaksudkan agar lembaga masyarakat yang dipilih masyarakat sebagai BKM tersebut dapat ditingkatkan peran dan fungsinya serta memenuhi kriteria dan sifat lembaga pimpinan kolektif masyarakat warga yang berbasis nilai, sesuai koridor P2KP.
  • 11. 30 Pedoman Umum Anggota BKM secara prinsip merupakan representasi dari warga masyarakat kelurahan yang paling dipercaya, ikhlas, jujur, adil, peduli dan tanpa pamrih, sehingga bukan sebagai wakil kewilayahan, golongan atau perwakilan kelompok masyarakat. Tidak ada satu pun anggota BKM yang memiliki hak istimewa (privilege) dan semua hasil keputusan ‘BKM’ ditetapkan secara kolektif melalui mekanisme Rapat Anggota BKM. Anggota-anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat ke- manusiaan atau track record perbuatan baik dan mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis dan rahasia. Utusan-utusan warga adalah warga pilihan masyarakat RT yang dipilih dengan mekanisme dan kriteria yang sama. Dalam hal ini, masyarakat warga RT mengadakan rembug dan FGD Ke- pemimpinan moral untuk memilih 2-3 orang terbaik sebagai utusan warga pada pemilihan di tingkat kelurahan. Apabila dalam satu kelurahan terdapat lebih dari 50 RT, masyarakat warga setempat dapat melakukan pemilihan utusan warga di tingkat RW, dengan tetap memperhitungkan bahwa jumlah utusan warga untuk pemilihan anggota BKM di tingkat kelurahan minimal 30% dari jumlah penduduk kelurahan. Masa pengabdian anggota BKM adalah 2 tahun dengan kemungkinan dapat dievaluasi pada setiap tahunnya berdasarkan indikator perbuatan baik serta kualitas sifat-sifat kemanusiaan. Pada bulan ke-23 atau satu bulan sebelum masa pengabdian anggota BKM berakhir, masyarakat melakukan proses pemilihan ulang dengan meka- nisme yang sama. Anggota BKM yang tengah mengabdi dan akan berakhir masa tugasnya, secara otomatis berhak menjadi peserta pemilihan anggota BKM baru di tingkat kelurahan. Sehingga dalam hal ini masyarakat hanya memilih 2 utusan warga yang bukan menjadi anggota BKM saat itu. Utusan-utusan warga pilihan masya- rakat ditambah dengan anggota BKM yang ada itulah yang akan menjadi peserta sekaligus memiliki hak memilih dan dipilih pada rapat pemilihan anggota BKM yang baru. Dalam hal terdapat penduduk asli atau minoritas pada satu kelurahan/desa yang membutuhkan pendekatan dan dukungan proses pengorgani- sasian masyarakat yang berbeda, maka harus dijamin keterlibatan mereka dalam lembaga masyarakat warga tersebut, sebagaimana diatur dalam lampiran 1 Buku Pedoman Umum mengenai ketentuan perlakuan terhadap penduduk asli. b.3. Struktur BKM Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dari sumber dana P2KP maupun sumber dana lain (channeling), BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang setidaknya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS). Unit Pengelola Keuangan (UPK) akan bertanggungjawab pada pengelolaan pinjaman bergulir, akses channeling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) bertang- gungjawab pada penanganan Rencana Perbaikan Kampung, Penataan dan Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman, Good Governance di bidang Permukiman, dan lain-lain.Sedangkan Unit Pengelola Sosial (UPS) didorong untuk mengelola relawan-relawan dan hal-hal yang berkaitan dengan kerelawanan, mengelola pusat Informasi dan pengaduan masyarakat (termasuk
  • 12. 31Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Masing-masing Unit Pengelola-BKM berkedudukan mandiri dalam melaksanakan kegiatan dan pengelolaan dana sesuai dengan cakupan bidangnya masing-masing, sebagaimana diputuskan dalam PJM Pronangkis serta langsung bertanggung-jawab kepada BKM. Oleh karena itu, Unit-Unit Pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi tugas pokoknya, mengusulkan draft konsep pengembangan, serta memberikan pertanggungjawaban berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga memberikan saran-saran dan masukan-masukan secara profesional kepada BKM untuk menjadi dasar pertimbangan BKM dalam mengambil kebijakan maupun keputusan yang diperlukan. Gambar 3.2. Struktur BKM Anggota-anggota BKM tidak diperke- nankan merangkap menjadi pengelola dari unit-unit tersebut. Unit-Unit Pelaksana akan dipimpin seorang manajer, atau istilah lain, dan beberapa staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui Rapat Anggota BKM, berdasarkan kriteria kemampuan di bidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang kegiatannya, yakni UPL, UPS, dan UPK. Gambaran struktur BKM dapat dilihat pada gambar 3.2. di bawah ini: media warga untuk sarana kontrol social), penanganan kegiatan Good Governance, Penanganan Kegiatan Sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga masyarakat setempat. Masyarakat Kelurahan BKM Unit Pengelola Sosial Unit Pengelola Lingkungan Unit Pengelola Keuangan Relawan-relawan kelurahan, media infokom warga, santunan sosial, beasiswa, KBK dll Perbaikan sarana dan prasarana, permukiman, Neighbourhood development, dll Pinjaman ber- gulir, usaha produktif, modal ventura, channel- ing ekonomi, dll Lurah/Kades, BPD, LPMK/D, dll Unit-Unit Pengelola Koperasi PT/UPE
  • 13. 32 Pedoman Umum Sesuai dengan landasan keberadaan- nya, BKM dan Unit-unit pelaksana (UPL, UPS dan UPK) harus senantiasa berorientasi pada upaya-upaya untuk melayani masyarakat miskin dan meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu, dalam kebijakan dan keputusanmengenaipelayananunit-unit pelaksana didasarkan pada pertim- bangan kemampuan warga miskin dan warga termiskin di wilayahnya. Meskipun demikian, dalam rangka me- ningkatkan kapasitas pelayanan kepa- da warga miskin dan termiskin di wilayahnya, maka BKM sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya, diperke- nankan pula untuk mengembangkan berbagai jenis pelayanan yang bersifat usaha produktif dan pemupukan dana. Kegiatan pengembangan usaha BKM tersebut tidak boleh dilakukan secara langsung oleh BKM, melainkan dengan mendorong terbentuknya koperasi oleh KSM-KSM maupun anggota-anggota- nya yang dinilai telah berkembang atau dengan membentuk Unit Pelayanan Ekonomi (UPE) atau Perusahaan untuk melayani kegiatan usaha produktif ataupun kegiatan ekonomi yang bersifat menguntungkan. Pembentukan UPE, PT atau badan usaha lainnya tidak boleh diputuskan sepihak oleh anggota BKM saja, namun harus ditetapkan melalui mekanisme rembug warga masyarakat setempat di tingkat kelurahan. Ketentuan mengenai hal ini akan diatur dalam Pedoman Khusus P2KP. Demikian pula dalam hal pembentukan koperasi tidak dilakukan BKM secara institusi, namun oleh kum- pulan warga non miskin atau KSM-KSM atau anggota-anggota KSM dengan me- ngacu pada UU Koperasi yang berlaku. BKM serta UPL, UPS dan UPK tetap harus senantiasa berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat miskin dan termiskin di wilayahnya. Sedangkan Keberadaan Koperasi dan Unit Pengelola Ekonomi atau PT atau badan usaha lainnya di BKM pada dasarnya dimaksudkan untuk memperkuat kapasitas pelayanan BKM terhadap warga miskin dengan cara mengembangkan kegiatan-kegiatan yang produktif dan profitable, melalui cara-cara antara lain sbb; a) pelayanan kepada warga tidak miskin, b) pelayanan kepada warga miskin yang telah meningkat kesejahte- raannya setelah mendapat beberapa kali pelayanan dan pembinaan dari BKM beserta UP-UP-nya, dan c) pelayanan kegiatan ekonomi lainnya. c) Peran apa yang harus dilakukan oleh BKM • Bertindak sebagai motor penggerak untuk senantiasa menggali dan me- lembagakan nilai-nilai luhur kemanu- siaan yang bersifat universal, prinsip- prinsip universal kemasyarakatan, serta Tridaya; • Menumbuhkan solidaritas serta kesatuan sosial untuk menggalang kepedulian dan kebersamaan gerakan masyarakat warga dalam menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan; • BKM mengorganisasi warga untuk merumuskan program jangka menengah(3tahun)penanggulangan kemiskinan dan rencana tahunan (PJM dan Renta Pronangkis) secara partisipatif; • Bertindak sebagai forum peng- ambilan keputusan dan kebijakan untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan P2KP pada khususnya dan penanggulangan kemiskinan pada umumnya; • Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan mereka; • Menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan mengoptimalkan peran relawan- relawan setempat;
  • 14. 33Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan • Mengembangkan jaringan BKM di tingkat kota/kabupaten sebagai mitra kerja Pemda serta kelompok peduli setempat dan sebagai sarana untuk menyuarakan aspirasi masyarakat warga yang diwakili, maupun dalam rangka mengakses berbagai potensi sumber daya yang ada di luar untuk melengkapi sumber daya yang dimiliki masyarakat (partnership dan channeling programme); • Menetapkan kebijakan serta mengawasi pemanfaatan dana bantuan P2KP (BLM dan PAKET) dan dana-dana sumber lainnya, yang sehari-hari dikelola unit-unit pelaksana yang dibentuk BKM sesuai kebutuhan. d) Siapa yang melakukan pendam- pingan kepada masyarakat • Proses pendampingan masyarakat dalam proyek P2KP ini utamanya dilakukan oleh Tim Fasilitator bersama para relawan yang didukung oleh KMW dgn berbagai tenaga ahlinya. • Tim Fasilitator, sebagai masukan (input) proyek secara intensif melakukan pendampingan kepada para Relawan, BKM, unit pelaksana (UP-UP), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) serta masya- rakat kelurahan/desa pada umum- nya dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Tim Fasilitator merupakan bagian dari Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). • Para Relawan, dibantu Tim Fasilitator melakukan pendamping- an langsung ke masyarakat kelurahan pada umumnya dan masyarakat miskin khususnya. • Para Relawan adalah pribadi-pribadi dari warga masyarakat setempat yang bersedia secara ikhlas mengorbankan sebagian waktu, tenaga, pikiran, serta mungkin materi, dan lainnya untuk mengabdi bagi perjuangan memperbaiki taraf hidup dan harkat serta martabat masyarakat miskin serta kelompok masyarakat rentan (anak yatim piatu, jompo, korban musibah dll) yang tinggal di sekitarnya. Para relawan tidak memandang P2KP sebagai sarana untuk mengejar materi, kedudukan, status dan jabatan atau sesuatu yang bersifat simbol-simbol bagi dirinya dan kelompoknya. Para relawan adalah orang-orang yang akan menempatkan P2KP sebagai sarana mereka untuk ’beribadah’ dan memberi kontribusi nyata kepada sesama manusia yang masih miskin dan terpuruk di sekitarnya. Kebahagiaan para relawan adalah keyakinan akan pilihannya untuk ’mengorbankan’ sebagian apa yang dia miliki (waktu, pikiran, tenaga, dll) telah sesuai dengan fitrah dirinya sebagai manusia hakiki. Profil dan karakteristik para relawan masyarakat miskin seperti demikian biasanya muncul secara organik atas kesadaran diri sebagai hasil dari tumbuhnya kesadaran kritis dan tidak muncul karena melalui proses penunjukan atau mungkin pemilihan. Para Relawan tetap merupakan bagian integral dari masyarakat di kelurahan/desa peserta P2KP dan ‘diharapkan’ setidaknya terdapat 1 orang Relawan dari tiap RW di kelurahan/desa setempat. Para relawan akan mendapatkan pendampingan serta penguatan kapasitas, melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Tim Fasilitator, agar mampu menjiwai substansi konsep P2KP dan menggerakkan masyarakat untuk senantiasa menggali dan menum- buhkembangkan nilai-nilai universal
  • 15. 34 Pedoman Umum kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan tridaya dalam melaksanakan kegiatan P2KP maupun penanggulangan kemiskin- an di wilayahnya. e) Peran yang diharapkan dilakukan oleh Pemerintah Daerah • Bertindak sebagai fasilitator, dinamisator dan pendukung dalam pelaksanaan P2KP khususnya dan upaya-upaya penanggulangan ke- miskinan pada umumnya; • Memfasilitasi upaya-upaya yang berkaitandenganpembangunanatau pengokohan lembaga KPK Daerah dan Pokja PAKET agar lebih demokratis, organik, partisipatif, transparan dan akuntabel; • Memfasilitasi penguatan peran dan fungsi KPK Daerah sebagai motor penggerak penyusunan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemis- kinan (SPK) dan Pronangkis Kota/ kabupaten serta sebagai pusat pembelajaran (learning center) penanggulangan kemiskinan, dengan melibatkan berbagai pihak di wilayahnya. (Kinerja pemerintah kota/kabupaten dalam penguatan peran dan fungsi KPK Daerah serta kualitas dokumen SPK dan Pronang- kis kota/kabupaten akan menjadi indikator utama untuk penentuan se- leksi peserta pelaksanaan PAKET); • Memfasilitasi proses membangun dan melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) yang dimotori KPK-D • Mengorganisasi dinas-dinas terkait untuk dapat bekerja sama dengan BKM/masyarakat dan kelompok peduli yang antara lain dalam membangun “Pokja PAKET” dan memadukan berbagai kegiatan pembangunan untuk kepentingan penanggulangan kemiskinan. • Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat serta mengedepankan peran pemerintah daerah, Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD), Pokja PAKET dan kelompok peduli setempat agar mampu meningkat- kan kesejahteraan warga miskin; • Bertindak sebagai dinamisator proses pembangunan partisipatif yang dilakukan melalui pelaksanaan P2KP pada umumnya, maupun pelaksanaan komponen PAKET P2KP secara khusus; • Kontribusi dana melalui sumber dana APBD, baik untuk keperluan BOP (Biaya Operasional Pelaksanaan) pemerintah kota/kab, pengembang- an kapasitas, pengawasan dan pengembangan sistem informasi manajemen, dana pendamping (matching fund) pelaksanaan proyek sesuai ketetapan PMU/Pimpro P2KP pusat, dan lain-lain. • Berkoordinasi dengan KMW memfasilitasi penyelesaian masalah dan penanganan pengaduan serta konflik yang timbul dalam pelaksanaan P2KP dengan menyiapkan pranata dan sarana yang dibutuhkan • Memfasilitasi proses terminasi proyek maupun pelaksanaan strategi pelepasan (exit strategy), agar masyarakat mampu mandiri dan berkelanjutan dalam mengembang- kan kelembagaan dan kegiatan P2KP, termasuk pengelolaan dana yang diperoleh, berlandaskan nilai- nilai universal kemanusiaan serta prinsip-prinsip kemasyarakatan (nilai dan prinsip yang melandasi P2KP). f) Pendampingan kepada Pemerintah Daerah dan Pelaku lain • Pendampingan kepada pemerintah Daerah dan pelaku lain, utamanya dilakukan oleh KMW, baik untuk tingkat propinsi maupun kota/
  • 16. 35Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 3.1.2. Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) 1) Uraian Proses pembelajaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan dilakukan melalui praktek langsung di lapangan oleh masyarakat sendiri dengan melaksanakan apa yang sudah diren- canakan (PJM dan Renta Pronangkis), dengan dukungan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Harapannya adalah melalui praktek langsung dengan stimulan BLM tersebut, masyarakat secara bertahap mampu menumbuhkembangkan keberdayaan dalam tiga aspek, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Substansi makna dana BLM P2KP sesungguhnya merupakan media pembelajaran masyarakat untuk terus membangun kapital sosial dan menumbuhkan nilai-nilai universal kemanusiaan maupun prinsip-prinsip kemasyarakatan sehingga pada gilirannya akan mampu menyelesaikan persoalan sosial, ekonomi dan lingkungan/ permukiman mereka. Lebih dari itu, Komponen Dana BLM diadakan juga dengan tujuan membuka akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat miskin untuk upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. kabupaten, yang secara intensif melakukan berbagai fasilitasi, mediasi dan advokasi kepada pemerintah daerah, KPK-D dan KBP, Forum BKM serta pelaku lain yang terkait (LSM, perguruan tinggi, pengusaha, dsb); • Team Leader KMW akan melakukan pendampingan secara intensif pada proses pengembangan kapasitas dan peran pemerintah propinsi serta penguatan KPK-propinsi; • Koordinator Kota KMW akan melakukan pendampingan secara intensif pada proses mengedapan- kan peran pemerintah daerah, Komunitas Belajar Perkotaan dan penguatan KPK-D dalam menyusun SPK-D dan Pronangkis Kota/kab, serta Pokja PAKET bila terpilih sebagai lokasi pelaksanaan PAKET; • Bagi kota/kabupaten yang terpilih sebagai lokasi pelaksanaan PAKET, tenaga ahli PAKET KMW, juga akan memfasilitasi pelaksanaan PAKET, termasuk fasilitasi Pokja PAKET; • Relawan-Relawan Kemiskinan tingkat kota/kabupaten yang akan mengabdi secara sukarela sebagai agen perubahan perilaku ke arah nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan di wilayahnya masing-masing. Dengan demikian, relawan-relawan kemiskinan tingkat kota/kabupaten merupakan bagian integral dari masyarakat daerah setempat. Forum-forum diskusi atau rembug- rembug para-pihak (stakeholders) tingkat kota/kabupaten (KBP) akan mendorong seluasnya peluang bagi relawan-relawan masyarakat tingkat kelurahan untuk tampil dan mengabdi di wilayah yang lebih luas, yakni di tingkat kota/kabupaten. Pemerintah kota/kabupaten diharap- kan dapat memberikan akses kemudahan, kontribusi perhatian dan dukungan moral bagi relawan- relawan kemiskinan setempat. Di samping itu, relawan-relawan tingkat kota/kabupaten juga akan difasilitasi koordinator kota KMW setempat. Makna Dana BLM P2KP harus disikapi sebagai pelengkap sarana proses pembelajaran untuk perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan berbasis nilai-nilai universal. Sehingga tolok ukur dari pembelajaran BLM dapat dilihat pada sejauhmana BLM dimanfaatkan oleh masyarakat secara bertanggung- jawab dan proporsional.
  • 17. 36 Pedoman Umum Dana BLM juga merupakan dukungan stimulan P2KP yang dapat digunakan secara luwes (flexible) oleh masyarakat untuk berbagai upaya pembelajaran penanggulangan kemiskinan, sesuai dengan PJM dan Renta Pronangkis (Program Penanggulangan Kemiskinan) yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat kelurahan/desa setempat. Jenis-jenis kegiatan dapat ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug warga, dengan tetap memperhatikan keselarasan dan keberlanjutan pembangunan (aspek tridaya) sesuai kebutuhan masyarakat sebagaimana layaknya pembelajaran pada kontek realita (bukan laboratorium). Pemanfaatan dana BLM P2KP oleh masyarakat diharapkan dapat dilakukan dengan arif/bijak, yakni senantiasa mempertimbangkan keseimbangan aspek Tridaya, antara kepentingan untuk kegiatan lingkungan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Dimaksud keseimbangan dalam hal ini adalah adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk belajar bersama dalam melakukan kegiatan di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi sesuai kebutuhan wilayah masing-masing. Hal ini sejalan dengan esensi BLM P2KP baik sebagai stimulan kemandirian dan keswadayaan masyarakat maupun sebagai sarana pembelajaran aspek tridaya menuju pembangunan berkelanjutan. Dana BLM merupakan dana publik yang diberikan sebagai “dana waqaf” dari pemerintah ke masyarakat kelurahan/ desa penerima yang penyalurannya dipercayakan ke lembaga pimpinan kolektif masyarakat warga (secara jenerik disebut BKM), yang bertindak sebagai representasi warga kelurahan yang memenuhi sifat-sifat kemanusiaan. Pengelolaan operasional dana BLM dilakukan oleh unit-unit pelaksana teknis yang dibentuk oleh BKM untuk maksud tersebut, yang sekurang-kurangnya terdiri dari UPL, UPK dan UPS. Dana BLM harus dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat. 2) Ketentuan Umum a) Alokasi Dana BLM Besarnya dana BLM ditentukan ber- dasarkan jumlah penduduk dan jumlah keluarga miskin (Pra KS dan KS1) di kelurahan/desa penerima proyek (sesuai hasil data PODES 2000), sebagaimana tampak pada Tabel 3.1.
  • 18. 37Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Tabel 3.1. Distribusi Alokasi Dana BLM Jumlah alokasi dana BLM untuk masing-masing kelurahan sasaran diinformasikan secara terbuka, sehingga dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat secara transparan. Jumlah dana BLM yang telah dialokasikan untuk masing-masing kelurahan/desa sasaran tersebut merupakan jumlah maksimum yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan jumlah pencairan yang sesungguhnya akan didasarkan pada kemampuan pengelolaan dan kesiapan masyarakat melaksanakan nilai-nilai dan prinsip- prinsip P2KP, sesuai dengan tujuan dan ketentuan P2KP. Apabila dalam waktu yang telah ditentukan masyarakat di suatu kelurahan/desa sasaran dinilai tidak dapat menunjukan kemampuan dan kesiapan melaksanakan P2KP, maka alokasi dana yang ada - sebagian atau seluruhnya - dapat ditangguhkan atau dibatalkan. Demikian pula halnya, apabila masyarakat tidak mampu mencairkan seluruh alokasi dana BLM hingga masa proyek P2KP berakhir, maka sisa alokasi dana BLM harus dikembalikan ke kas negara. Dana BLM adalah dana publik yang diberikan sebagai waqaf (titipan) dari pemerintah kepada masyarakat yang bermakna bahwa penggunaan dana BLM oleh masyarakat hanya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penanggulangan kemiskinan, dan bukan hadiah atau dana tak bertuan yang dapat digunakan sekehendak hati. Harus disadari pula bahwa sumber dana P2KP adalah hutang luar negeri yang harus dibayar kembali di kemudian hari. Diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan dana tersebut secara tepat, benar, efesien, efektif, dan dapat menanggulangi persoalan kemiskinan di wilayahnya, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas mereka, sehingga dapat menjadi bagian dari sumber pendapatan untuk dapat membayar kembali hutang luar negerinya. Kategori Ukuran Kelurahan/Desa *) Kecil Sedang Besar Jumlah penduduk Kelurahan Tahun 2000 Jumlah KK Miskin (Pra KS dan KS1) Jumlah Alokasi Dana BLM Jumlah Alokasi Dana BLM Maluku & Papua Pagu maksimal untuk tiap usulan pinjaman bergulir per KSM Minimal jumlah anggota per KSM Pagu maksimal pinjaman per anggota KSM 3.000 s.d. 10.000 jiwa < 1.000 KK Rp 300 juta Rp 500 juta > 10.000 jiwa > 1.000 KK Rp 500 juta Rp 500 juta < 3.000 jiwa < 300 KK Rp 200 juta Rp 300 juta > 300 KK Rp 300 juta Rp 300 juta Rp. 30 juta 5 orang Pinjaman pertama sebesar Rp 500 ribu dan pinjaman berikutnya sebesar Rp 2 juta. Selanjutnya diharapkan KSM dan &/atau anggota KSM dapat mengakses (channeling) lembaga keuangan formal yang ada di wilayah sekitarnya
  • 19. 38 Pedoman Umum Sebagai dana yang berasal dari pinjaman hutang luar negeri dan harus dibayar kembali oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, maka dana BLM P2KP merupakan “Dana Publik” yang diberikan sebagai waqaf (titipan) dari pemerintah kepada masyarakat kelurahan! Pada satu sisi hal ini berarti bahwa seluruh pihak berhak memperoleh informasi tentang status keberadaan dan pemanfaatan dana tersebut, dan pada sisi lain masyarakat yang dipercaya mengelola dana tersebut juga harus menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas, terutama kepada pemerintah, termasuk pemerintah kota/kabupaten, baik selama masa proyek ataupun pada masa pasca proyek P2KP. b) Penyaluran dan pencairan dana BLM ke BKM Pencairan Dana BLM ke BKM/ masyarakat dilakukan secara bertahap, yakni Tahap I sebesar 20%, Tahap II sebesar 50% danTahap III sebesar 30% dari total alokasi dana BLM untuk kelurahan/desa sasaran, melalui rekening Bank yang ditunjuk oleh BKM Pencairan dana BLM tahap I merupakan insentif terhadap proses pembelajaran masyarakat dalam menyusun PJM dan rencana tahunan Pronangkis. Pencairan dana BLM tahap II adalah insentif untuk proses pembelajaran masyarakat dalam menyusun usulan- usulan kegiatan sesuai Pronangkis yang telah disepakati bersama, sedangkan pencairan dana BLM tahap III merupakan insentif untuk proses pembelajaran masyarakat dalam memperkuat potensi keberlanjutan kegiatan, kelembagaan, dana serta penerapan prinsip dan nilai yang dijunjung P2KP, khususnya pada penyiapan phase terminasi. Catatan: • Pencairan dana tahap 1 sebesar 20% dari total alokasi BLM ke rekening BKM dapat dilakukan apabila BKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan P2KP, serta menyerahkan PJM dan Rencana Tahunan Pronangkis (termasuk rencana penyerapan BLM) yang telah disepakati masyarakat dan diverifikasi KMW kepada PJOK. BKM kemudian menandatangani Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan (SPPB) bersama dengan pihak pemerintah, yang diwakili PJOK. SPPB akan memuat dan mengatur peran serta tanggung jawab dari masing-masing pihak, persyaratan dan ketentuan pencairan dana BLM, sanksi serta perjanjian-perjanjian lain yang harus disepakati berkenaan dengan peng- gunaan dana bantuan BLM P2KP. Dana BLM tahap 1 hanya dapat dimanfaatkan untuk membiayai usulan kegiatan yang mencerminkan kebersamaan masyarakat, yakni kegiatan yang sifat kemanfaatannya jelas-jelas bagi kepentingan umum masyarakat miskin (kolektif) dan pengelolaan kegiatannya pun dilakukan secara kolektif/bersama. Dengan demikian dana BLM P2KP tahap I tidak diperkenankan untuk kegiatan pinjaman bergulir, baik untuk kepentingan kelompok maupun individual. Hal ini dimaksudkan bahwa aspek utama pada tahap awal proses pembelajaran di masyarakat adalah tumbuhnya kebersamaan (munculnya kepedulian dan solidaritas serta kesatuan sosial) di masyarakat kelurahan/desa tersebut. Termasuk kategori kegiatan kolektif yang dapat dibiayai dana BLM P2KP tahap 1 adalah; (1) Perbaikan dan pembangunan prasarana umum, (2) Peningkatan sumber daya manusia (pelatihan penguatan kapasitas lem- baga masyarakat) dan pelayanan sosial bagi masyarakat termiskin, jompo, anak yatim piatu, musibah, penyandang cacat dan lainnya, serta (3) Kegiatan ekonomi yang tidak bersifat pinjaman bergulir, yakni khusus untuk kegiatan penciptaan peluang usaha baru bagi kelompok masyarakat miskin dan pengang- guran yang diorganisir BKM, yakni
  • 20. 39Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan melalui Program Pelatihan Ketrampilan usaha dan bantuan peralatan untuk mempraktekkan ketrampilan usaha mereka. • Pencairan dana tahap 2 sebesar 50 % ke rekening BKM hanya dapat dilaksanakan apabila: 1) berdasar- kan verifikasi KMW terhadap kinerja, transparansi, akuntabilitas dan efesiensi pengelolaan dana BLM tahap 1 menunjukkan hasil yang memuaskan, 2) 95% dana tahap I telah dimanfaatkan, 3) kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM Tahap 2 telah diverifikasi oleh Fasilitator dan KMW, 4) proposal/ usulan KSM untuk penggunaan dana tahap 2 telah disetujui BKM. Apabila berdasarkan hasil evaluasi kinerja KMW ternyata kinerja BKM maupun masyarakat kelurahan/ desa dinilai tidak memuaskan, maka KMW dapat “mengusulkan” penun- daan pencairan BLM tahap 2 dalam batas waktu yang ditetapkan KMW. Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut, BKM dan masyarakat harus dapat memperbaiki kinerjanya sesuai dengan ketentuan P2KP. Apabila setelah batas waktu yang ditetapkan, BKM dan masyarakat kelurahan/desa tidak dapat memperbaiki kinerjanya dan dinilai tidak mampu untuk melaksanakan P2KP sesuai Buku Pedoman, maka KMW dapat “mengajukan” adanya pertemuan dengan Pemerintah Kota/ Kabupaten untuk membahas “rekomendasi” pembatalan seluruh sisa dana BLM bagi kelurahan/desa tersebut kepada PMU/Pimpro. PMU/Pimpro P2KP berwenang memutuskan bentuk rekomendasi berdasarkan usulan dari salah satu pihak atau keduanya (KMW dan Pemerintah Kota/Kabupaten) untuk membatalkan atau menunda pencairan sisa dana BLM untuk kelurahan/desa dimaksud. Pencairan dana BLM tahap 2 dapat dimanfaatkan untuk membiayai usulan-usulan kegiatan yang bersifat kolektif dan juga usulan-usulan kegiatan yang sifat kemanfaatannya bagi kepentingan individu warga miskin, yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat. Kategori dari kegiatan kolektif adalah sama dengan penjelasan pada pemanfaatan dana BLM Tahap 1 di atas. Sedangkan kategori usulan kegiatan yang bersifat individual, antara lain adalah; (1) Kegiatan lingkungan permukiman, misalnya perbaikan dan pembangunan prasa- rana rumah tangga (renovasi rumah, sarana pembuang limbah rumah tangga, dll), (2) kegiatan sosial yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia (pelatihan individu dengan minat khusus, beasiswa, dll) serta (3) Kegiatan ekonomi yang bersifat pinjaman modal bergulir. Untuk efesiensi, efektivitas, dan sesuai semangat P2KP, pelaksanaan kegiatan yang bersifat individual tersebut tetap diorganisir dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Pencairan dana tahap 2 dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) bulan setelah penandatanganan SPPB atau pencairan dana BLM tahap 1. Hal ini dimaksudkan agar masya- rakat dalam melaksanakan proses pembangunan KSM-KSM atau panitia-panitia tidak hanya sekedar asal bentuk atau dengan proses yang instan dan serba cepat serta formalitas belaka, melainkan dapat benar-benar dilakukan secara organik, partisipatif, mengakar, transparan, akuntabel dan demokratis
  • 21. 40 Pedoman Umum • Pencairan dana tahap 3 sebesar 30 % ke rekening BKM hanya dapat dilaksanakan apabila: 1) berdasar- kan verifikasi KMW terhadap indikator keberlanjutan (sustainabili- ty) telah menunjukkan adanya potensi kemandirian BKM dan potensi keberlanjutan program, kelembagaan, serta dana di desa/ kelurahan tersebut, 2) kinerja pe- ngelolaan dana dan kegiatan tahap sebelumnya cukup memuaskan, 3) 95% dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan, 4) kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusul- kan telah diverifikasi oleh Tim Fasilitator KMW serta 5) proposal/ usulan kegiatan KSM untuk dana tahap 3 telah disetujui Rapat BKM. Pencairan dana BLM tahap 3 dapat digunakan untuk membiayai usulan- usulan kegiatan sebagaimana ketentuan pemanfaatan dana BLM tahap 2 di atas, yakni untuk kategori kegiatan-kegiatan yang mencermin- kan kebersamaan (kolektif) maupun individual. Apabila berdasarkan hasil evaluasi kinerja KMW ternyata kinerja potensi keberdayaan BKM dan kinerja potensi keberlanjutan P2KP di kelurahan/desa tersebut dinilai tidak memuaskan, maka KMW dapat mengusulkan penundaan pencairan BLM tahap 3 dalam batas waktu yang ditetapkan KMW. Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut, BKM dan masyarakat harus memperbaiki kinerja potensi kemandirian dan potensi keber- lanjutannya sesuai ketentuan P2KP. Apabila setelah batas waktu yang ditetapkan, BKM dan masyarakat kelurahan/desa tidak dapat memper- baiki kinerja potensi kemandirian dan keberlanjutannya, maka KMW dapat “mengajukan” pertemuan dengan pemerintah Kota/Kab. membahas “rekomendasi” pembata- lan sisa alokasi dana BLM untuk kelurahan/desa tersebut kepada PMU/Pimpro P2KP. PMU/Pimpro P2KP berwenang me- mutuskan bentuk rekomendasi berdasarkan usulan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak (KMW dan Pemerintah Kota/Kabupaten) untuk membatalkan atau menunda pencairan sisa dana BLM untuk kelurahan/desa dimaksud. Pencairan dana tahap 3 dapat dila- kukan setidaknya 6 (enam) bulan se- telah pencairan dana BLM tahap 2, dengan tujuan bahwa hanya BKM dan masyarakat yang menunjukkan kinerja pendayagunaan dana dan kegiatan P2KP serta kinerja keman- dirian dan potensi keberlanjutan, berdasarkan hasil evaluasi KMW dan pemkot/kab setempat pada phase terminasi (sekurangnya 6 bulan sebelum berakhir masa proyek), yang bisa mengakses dana BLM tahap 3. • Pembatalan Penyaluran Dana BLM. Selain berkaitan dengan persyaratan pencairan Dana BLM pada setiap tahapnya, KMW beserta Pemerintah Kota/Kabupaten juga dimungkinkan mengajukan reko- mendasi pembatalan penyaluran dana BLM, sebagian atau seluruhnya, kepada PMU/Pimpro P2KP, apabila terdapat salah satu atau lebih indikator sebagai berikut: Tidakterdapatrelawan-relawandi kelurahan/desa setelah 6 bulan pelaksanaan P2KP di kelurahan/ desa tersebut. BKM tidak terbentuk dan/atau kinerjanya tidak efektif setelah satu tahun pelaksanaan P2KP di kelurahan/desa tersebut. Ditemukan indikasi penyalah- gunaan dana bantuan.
  • 22. 41Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Tidak terdapat indikasi potensi kemandirian BKM dan/atau potensi keberlanjutan (sustainability) program, dana dan kelembagaan. Terdapat indikasi bahwa visi, misi, tujuan, prinsip dan nilai-nilai yang dijunjung P2KP tidak diterapkan secara konsisten. Dalam hal tidak terjadi kesepakatan antara KMW dengan Pemerintah Kota/Kabupaten mengenai rekomen- dasi pembatalan penyaluran dana BLM pada kelurahan/desa tertentu, maka PMU/Pimpro P2KP berwewe- nang untuk mengambil keputusan mengenai hal tersebut, setelah memperoleh pertimbangan dari kedua belah pihak maupun dari salah satu pihak. • Pembekuan Kegiatan Pinjaman Bergulir. Apabila masyarakat di kelurahan/ desa sasaran memutuskan seba- gian dana BLM dimanfaatkan untuk kegiatan pinjaman bergulir, maka BKM sebagai pengemban amanat harus mendorong UPK agar mampu mengelola pinjaman bergulir sesuai dengan prinsip-prinsip standard lembaga keuangan mikro. Dalam hal pencapaian kinerja kegiatan pinjaman bergulir yang dikelola oleh UPK tidak memuaskan (misalnya: tingkat pengembalian pinjaman yang sangat rendah dan menyebabkan akumulasi dana BLM P2KP di masyarakat semakin ber- kurang tajam, dll), KMW bersama dengan Pemerintah Kota/Kabupaten dapat mengambil keputusan Pembekuan Kegiatan Pinjaman Bergulir. Melalui ketentuan ini, maka alokasi dana BLM yang belum dicairkan untuk kelurahan/desa tersebut, hanya dapat dicairkan kembali apabila saldo dana BLM untuk kegiatan pinjaman bergulir yang ada di BKM ditambah dengan saldo dana BLM yang belum dicairkan, digunakan untuk usulan kegiatan pembangunan prasarana/ sarana lingkungan. Usulan kegiatan prasarana/sarana tersebut harus sesuai dengan PJM Pronangkis dan disepakati masyarakat melalui serangkaian rembug warga, serta telah diverifikasi dan direkomendasi oleh KMW, berdasarkan ketentuan P2KP. 3) Penggunaan Dana BLM • Apa yang boleh dibiayai oleh BLM Pada dasarnya dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes dengan berpedoman kepada PJM Pronangkis, pembelajaran aspek Tridaya dan kesepakatan serta kearifan warga sehingga hasilnya dapat benar-benar memberikan manfaat berkurangnya kemiskinan di kelurahan/desa tersebut. Stimulan Keswadayaan Masyarakat (Insentif Hibah) : o Kegiatan santunan sosial untuk fakir miskin, orang jompo, anak yatim piatu dan lain-lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang termiskin dari masyarakat miskin (termasuk dimungkinkan peng- gunaan untuk bea siswa, per- baikan rumah kumuh, pelayanan kesehatan dan lainnya). Mengingat masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat miskin adalah kelompok sasaran utama P2KP, maka sebagian dana BLM harus dialokasikan untuk memberikan santunan dan sekaligus membangkitkan ke- pedulian dan kegiatan amal dari lapisan masyarakat yang lebih beruntung untuk terlibat dalam gerakan amal ini. Besarnya alokasi BLM sesuai kesepakatan masyarakat setempat.
  • 23. 42 Pedoman Umum o Kegiatan pembangunan prasa- rana/sarana lingkungan yang manfaatnya langsung dinikmati sebagian besar warga kelurahan/ desa bersangkutan, seperti jembatan, jalan, perbaikan sekolah, fasilitas kesehatan, sanitasi dan lainnya yang telah diidentifikasi melalui Pronangkis berbasis pemetaan swadaya. Usulan kegiatan pendidikan dan kesehatan harus sesuai dengan Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan dan Kesehatan di kota/kabupaten bersangkutan, bila Master Plan itu telah ada. Kegiatan yang sifatnya mem- bangun kapasitas dan daya saing kelompok-kelompok masyarakat (pelatihan, study banding, dsb) Pelayanan prasarana dan sarana yang didanai sumber dana hibah BLM pada prinsipnya adalah prasarana dan sarana lingkungan skala kecil. Akan tetapi apabila masyarakat memutuskan untuk membangun pelayanan prasarana dan sarana bekerjasama dengan pihak lainnya yang mungkin akan menimbulkan dampak yang cukup berarti terhadap lingkungan, misalnya: pompa sumur dalam, pompa irigasi dan lainnya, maka lampiran 2 tentang pedoman lingkungan harus diterapkan secara konsisten. Pinjaman Bergulir : o Pinjaman untuk kegiatan prasarana yang bersifat indivi- dual, misalnya perbaikan rumah maupun sarana rumah tangga yang berkaitan dengan ling- kungan permukiman dan ke- giatan sosial yang bersifat indivi- dual, misalnya beasiswa dan pelatihan untuk warga tidak miskin. Apabila kegiatan lingkungan permukiman dan kegiatan sosial tersebut diperuntukkan bagi warga termiskin, maka termasuk kategori kegiatan kolektif, yakni santunan sosial yang bersifat stimulan hibah. o Pinjaman untuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan yang terkait usaha produktif dari anggota- anggotanya. o Batas maksimal pinjaman pertama kali bagi setiap anggota KSM adalah Rp 500 ribu. Sedangkan batas maksimal pinjaman untuk tahap berikutnya adalah Rp 2 juta. Hal ini dimak- sudkan sebagai proses pem- belajaran masyarakat sekaligus memperkuat orientasi sasaran P2KP, yakni masyarakat miskin. Oleh karena itu, pada tahap berikutnya diharapkan KSM- KSM dan anggota-anggotanya yang telah meningkat kesejah- teraannya dimaksud dapat dilayani oleh koperasi atau UPE yang difasilitasi BKM dan juga dapat mengakses lembaga keluangan formal di sekitarnya. Dalam hal masyarakat telah menyepakati dan menetapkan sebagian dana BLM dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir, maka pengelolaannya harus dilakukan secara profesional sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman bergulir. Pedoman yang khusus untuk hal ini harus dibuat oleh KMP untuk menjamin bahwa dana digunakan sesuai contoh terbaik, dan menerapkan prinsip- prinsip sedemikian sehingga tidak terjadi distorsi dengan pasar keuangan mikro. Lihat lebih lanjut pada Pedoman Khusus Pengelolaan Pinjaman Bergulir. Secara singkat dapat diuraikan ketentuan sifat penggunaan dana BLM seperti dijelaskan pada tabel 3.2. sebagai berikut:
  • 24. 43Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Tabel 3.2. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM Sifat kemanfaatan Kegiatan Status Pemanfaatan Dana BLM Contoh Jenis Kegiatan yang dibiayai P2KP Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat pada sebagian besar warga masyarakat, terutama warga miskin Kegiatan yang bersifat penyantunan. Hal ini harus sesuai menurut kesepakatan warga dan tertuang dlm kebijakan BKM Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat hanya kepada perorangan atau sekelompok orang saja • Pembangunan sarana & prasarana perumahan dan permukiman, baik kepentingan masyarakat umum, dan/ atau ke-pentingan warga miskin (rumah kumuh, dll). • Pelatihan UP-BKM-KSM untuk pengembangan kapasitas/ penguatan organisasi. • Penciptaan peluang usaha melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga-warga miskin dan penganggur • Penyantunan kepada warga yg sangat miskin, spt; jompo, anak yatim piatu, korban bencana, anak putus sekolah krn alasan ekonomi, dsb • Beasiswa bagi warga miskin • Usaha produktif • Pengembangan modal ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi perbaikan penda-patan keluarga miskin, • Perbaikan rumah/ sarana individu • Pelatihan individu, dll Sebagai dana stimulan/ hibah yang harus gunakan secara arif dan cermat. Diharapkan dana ini dapat menggugah keswadayaan masyarakat untuk mampu memberi kontribusi agar kegiatan ini menjadi lebih besar manfaatnya. Sebagai dana stimulan/ hibah dan diharapkan dapat menggugah partisipasi warga lainnya untuk ikut dlm gerakan amal bagi kaum miskin Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus dikembali-kan kepada UP • Apa yang tidak boleh dibiayai oleh BLM P2KP tidak menghendaki bahwa dana BLM akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, secara umum ditetapkan beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana BLM, yaitu: Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll) Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya); Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank; Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan per- bankan atau pihak ketiga lainnya; Pembebasan lahan; Pembangunan rumah ibadah; Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM; Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal; dan. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai- nilai P2KP. 4) Siapa yang berhak menggunakan Pada dasarnya semua warga miskin di kelurahan/desa yang bersangkutan berhak memanfaatkan dana BLM ini melalui mekanisme pinjaman bergulir atau stimulan/hibah.
  • 25. 44 Pedoman Umum Untuk lebih menjamin dana BLM dapat menjangkau kelompok sasaran secara tepat, maka kriteria miskin dan kelompok sasaran sebaiknya disusun dan disepakati bersama oleh warga melalui mekanisme diskusi kelompok terarah dan pemetaan swadaya. Sebagai langkah awal identifikasi warga miskin, dapat digunakan data BKKBN atau daftar penerima zakat fitrah dari mesjid setempat atau daftar fakir dari organisasi agama lain. 3.1.3. Komponen Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) 1) Uraian Komponen PAKET adalah salah satu komponen proyek P2KP yang dimaksud- kan sebagai suatu upaya proses pembela- jaran untuk membangun dan melem- bagakan “kemitraan” antara masyarakat dengan pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat (LSM, perguruan tinggi, pihak swasta, perbankan dan lain-lainnya) dalam rangka terwujudnya sinergi upaya penanggulangan kemiskinan. Melalui Komponen PAKET diharapkan juga dapat terbangun dan melembaga proses konsultatif antara ketiga pilar pembangunan (pemerintah, masyarakat, swasta/ kelompok peduli) di tingkat kota/kabupaten dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini berarti bahwa PAKET hanya dapat berjalan sesuai dengan tujuannya apabila di antara masing-masing pelaku pembangunan di atas memiliki ‘kepentingan dan kebutuhan yang sama’ untuk saling koordinasi, kooperasi dan kolaborasi satu terhadap yang lain sehingga terjadi kemitraan. PAKET hanya sekedar stimulan untuk membantu dan mempercepat proses kemitraan yang mulai ditumbuhkan oleh mereka sendiri. Bagi masyarakat, terutama BKM, Komponen PAKET juga dimaksudkan sebagai proses pembelajaran untuk mengakses dan menggalang berbagai sumber daya maupun sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah kota/kabupaten atau kelompok peduli (channeling), sehingga diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kemandirian dan keberlanjutan upaya penanggulangan kemiskinan. Agar BKM serta masyarakat mampu bermitra dengan pemerintah kota/ kabupaten dan kelompok peduli setempat, maka prasyarat utama adalah bahwa BKM- BKM memiliki kredibilitas yang menjamin kepercayaan dari berbagai pihak tersebut. Hal ini berarti bahwa hanya BKM-BKM yang telah menunjukkan kinerja sebagai “BKM Berdaya” yang memiliki perluang lebih besar untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses channeling program-program yang ada, khususnya melalui PAKET. Program PAKET P2KP hanya merupakan ‘Stimulan’ sebagai pelengkap atas tumbuhnya keswadayaan, kebutuhan dan kepentingan bersama di antara masyarakat, pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat untuk menjalin kemitraan yang sinergis dalam mengefektifkan dan mempercepat upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah mereka! Komponen PAKET P2KP akan mengalo- kasikan dana stimulan yang dapat diguna- kan untuk keperluan membiayai kegiatan yang direncanakan secara partisipatif serta diusulkan oleh BKM Berdaya bekerjasama dengan dinas pemerintah kota/kabupaten atau sebaliknya. Dana PAKET bersifat “stimulan” sebesar setengah pendanaan dari kegiatan yang diusulkan dan dikelola oleh panitia kemitraan. Panitia kemitraan dibentuk dari gabungan BKM Berdaya dengan Dinas terkait setempat. Kesepakatan pembentu- kan panitia kemitraan harus dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditanda- tangani oleh masing-masing pimpinan dari unsur pembentuknya. Komponen PAKET tidak dilaksanakan di seluruh kota/kabupaten sasaran P2KP, namun hanya di sebagian kota/kabupaten saja yang akan dipilih dengan cara kompetisi sehat yang dilakukan melalui mekanisme evaluasi partisipatif dengan melibatkan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.
  • 26. 45Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Hasil evaluasi partisipatif tersebut selanjut- nya disampaikan untuk ditetapkan oleh PMU/Pimpro P2KP Pusat sebagai lokasi pelaksanaan PAKET P2KP. Proses seleksi lokasi pelaksanaan PAKET melalui mekanisme evaluasi partisipatif didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Kinerja pemerintah kota/kabupaten dalam mendukung pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya, baik dalam memfasilitasi siklus kegiatan di tingkat masyarakat maupun memfasilitasi Komunitas Belajar Perkotaan (KBP); b. Kinerja pemerintah kota/kabupaten dalam penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya; c. Kinerja Komite Penanggulangan Kemis- kinan Daerah setempat serta Kualitas Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) setempat; Pada tahun pertama pelaksanaan P2KP, ketika kegiatan pengembangan masya- rakat di tingkat kelurahan/desa sedang berlangsung, maka pada saat yang bersamaan pemerintah kota/kabupaten melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penguatan peran dan fungsi KPK-D agar mampu menyusun dokumen SPK-D dan Pronangkis kota/ kab.secara partisipatif, demokratis, trans- paran dan akuntabel, serta kegiatan mem- bangun kepedulian berbagai pihak terkait Komponen Program PAKET pada dasarnya harus ditempatkan sebagai sarana pembelajaran kemitaran antara masyarakat dengan pemerintah daerah setempat. Dengan demikian, Indikator pelaksanaan dan capaian PAKET dapat dilihat pada tumbuhnya kebutuhan rasa kebersamaan dan kemitraan antara masyarakat dan pemerintah daerah, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan maupun sumber dana terhadap kegiatan pembangunan di wilayahnya 2) Ketentuan Umum a) Alokasi Dana PAKET Untuk kota-kota terpilih, akan dialokasikan dana PAKET setiap tahun selama tiga tahun berturutan yang dibagi dalam tiga tahap (Tabel 3.3.) Alokasi dana PAKET P2KP kepada pemerintah kota/kabupaten terseleksi akan dilakukan melalui mekanisme penganggaran yang biasa dilakukan pemerintah pusat kepada pemerintah kota/kabupaten. Dalam hal ini, pemerin- tah kota/kabupaten akan menunjuk PJOK (Penanggung jawab Operasional Kegiatan) di tingkat kota/ kabupaten yang bertanggungjawab dalam mengad- ministrasi alokasi dana PAKET itu. terhadap persoalan kemiskinan melalui Komunitas Belajar Perkotaan (KBP). Berbagai pihak terkait yang telah terbangun kepeduliannya selama terlibat intensif da- lam KBP inilah yang menjadi embrio Pokja PAKET pada saatnya, bila kota/kabupaten tersebut terpilih sebagai lokasi PAKET. Tabel 3.3. : Alokasi Dana PAKET per Kota/Kabupaten per tahun Ketentuan Kota/Kab.Kecil Kota/Kab.Sedang < 25 BKM 1 milyar 1,5 milyar 2 milyar 4,5 milyar > 25 BKM 1,5 milyar 2 milyar 2,5 milyar 6 milyar Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Total Alokasi PAKET per Kota/Kab. (milyar Rp) Plafon Usulan PAKET per sub proyek/Panitia kemitraan Minimal Rp 30 juta dan Maksimal Rp 200 juta. Kurang daripada Rp 30 juta diharapkan dapat dipenuhi dengan swadaya masyarakat atau stimulan dana BLM, sedangkan lebih dari Rp 200 juta dapat didukung oleh APBD setempat maupun channel- ing program dengan pihak terkait lainnya
  • 27. 46 Pedoman Umum Jumlah alokasi dana PAKET untuk masing-masing kota/kabupaten sasaran diinformasikan secara terbuka, sehingga dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat secara transparan. Jumlah dana PAKET yang telah dialokasikan untuk masing-masing kota/kabupaten sasaran tersebut merupakan jumlah maksimum yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan jumlah pencairan yang sesungguhnya akan didasarkan pada kemampuan pengelo- laan dan kesiapan masyarakat, peme- rintah kota/kabupaten serta kelompok peduli setempat dalam melaksanakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP serta ketentuan PAKET P2KP. Apabila dalam waktu yang telah ditentukan ternyata masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli di suatu kota/kabupaten sasaran dinilai tidak dapat menunjukan kemampuan dan kesungguhan melaksanakan PAKET, maka alokasi dana yang ada - sebagian atau seluruhnya- dapat ditangguhkan atau dibatalkan. Demikian pula halnya, apabila mereka tidak mampu mencairkan seluruh alokasi dana PAKET hingga masa pelaksanaan PAKET berakhir, maka sisa alokasi dana PAKET harus dikembalikan ke kas negara. b) Pembentukan Pokja PAKET Masing-masing kota/kabupaten yang terpilih sebagai lokasi pelaksanaan PAKET harus membentuk Pokja PAKET. Pokja PAKET di bawah koordinasi KPK Daerah sekaligus sebagai ’Pusat Pembelajaran (learning center)’, yang menjadi sarana forum diskusi, pembahasan serta pembelajar- an mengenai perkara dan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di wilayahnya masing-masing. Pokja PAKET pada intinya bersifat ad- hoc, yang anggota-anggotanya dipilih dari relawan-relawan kemiskinan tingkat kota yang terlibat intensif dalam KBP. Proses pemilihan anggota Pokja PAKET diawali dengan serangkaian FGD refleksi kepemimpinan moral melalui serangkaian pertemuan KBP yang difasilitasi KPK-D tingkat kota/ kabupaten setempat secara demo- kratis, partisipatif, transparan dan akun- tabel, dengan melibatkan seluruh para pihak terkait (stakeholders). Prinsip kerja Pokja PAKET adalah sebagai dewan sehingga tidak ada satu pun anggota yang memiliki hak istimewa (privilege). Jumlah anggota Pokja PAKET adalah 11 orang atau lebih dengan catatan jumlah total tetap ganjil. Hal ini dimaksudkan untuk memudah- kan proses pengambilan keputusan dalam mekanisme kerja Pokja PAKET. Anggota-anggota Pokja PAKET adalah relawan-relawan kota yang terbukti telah menunjukkan keikhlasan, kepedulian, komitmen tinggi serta berperan aktif dalam proses Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) di wilayah setempat. Relawan-relawan tersebut dapat berasal dari masyarakat (BKM-BKM dan relawan-relawan lainnya), perangkat pemerintah kota/kabupaten ataupun kelompok peduli (LSM, lembaga pendidikan, pihak swasta, asosiasi profesi/usaha sejenis, dsb) yang peduli terhadap masalah penanggulangan kemiskinan. Anggota Pokja PAKET merupakan representasi dari relawan-relawan kemiskinan kota/kabupaten yang paling dipercaya, ikhlas, jujur, peduli, adil dan lainnya, yang mencerminkan sifat-sifat universal kemanusiaan. Anggota Pokja PAKET bukan merupakan representasi dari kewilayahan, kelompok atau golongan tertentu. Anggota-anggota Pokja PAKET bekerja atas dasar sukarela, sehingga tidak diperkenankan menerima imbalan secara tetap dan rutin, namun biaya operasional kegiatan Pokja PAKET akan dipenuhi dari kontribusi pemerintah kota/kabupaten dalam pelaksanaan proyek P2KP. Pemerintah kota/
  • 28. 47Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan kabupaten akan membantu KPK-D yang bertugas memfasilitasi kegiatan dan pekerjaan Pokja PAKET secara opera- sional, dengan sumber pendanaan dari APBD masing-masing kota/kabupaten. Peran-peran yang akan dilaksanakan oleh Pokja PAKET adalah: • Sosialisasi dan diseminasi PAKET; • Merumuskan dan menyepakati kriteria seleksi proposal kegiatan PAKET; • Mengevaluasi dan menyeleksi proposal; dan • Menetapkan prioritas usulan-usulan kegiatan panitia kemitraan yang dinilai layak untuk menerima dana PAKET; • Monitoring pelaksanaan kegiatan oleh panitia kemitraan serta menetapkan kegiatan-kegiatan terbaik (best practice) untuk dapat dipertimbangkan memperoleh penghargaan (rewards) maupun menerapkan sanksi terhadap panitia kemitraan yang melaksanakan kegiatan PAKET tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Buku Pedoman PAKET; • Memfasilitasi serangkaian forum diskusi antar pelaku (stakeholders) di tingkat kota/kabupaten untuk membahas perkara kemiskinan serta upaya-upaya penanggulangan- nya sebagai bahan masukan untuk kebijakan dan strategi penang- gulangan kemiskinan yang dirumuskan oleh KPK setempat. Pokja PAKET tidak boleh terlibat sebagai pengusul atau pelaksana usulan/proposal kegiatan PAKET. c) Penyaluran dan pencairan dana PAKET Bagi proposal yang telah terseleksi oleh Pokja PAKET dan diverifikasi KMW, maka dibuat Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan PAKET (SPPB PAKET) yang ditandatangani antara PJOK dengan wakil pengusul kegiatan, yakni Panitia Kemitraan. Panitia Kemitraan selanjutnya membuka rekening yang ditanda- tangani bersama. Penyaluran dana PAKET dari rekening khusus proyek ke rekening panitia kemitraan akan dibuat berdasarkan permintaan PJOK dan dicairkan dalam dua tahap yang sama (50% dan 50%). Pencairan alokasi dana PAKET untuk kota/kabupaten lokasi sasaran pada tahun-tahun berikut- nya mengikuti prosedur pencairan dana PAKET tahun sebelumnya, dengan ditambah keharusan audit independen (BPKP dan auditor lainnya) serta telah diverifikasi kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya oleh KMW. KMW beserta pemerintah propinsi dimungkinkan untuk mengajukan pembatalan dana PAKET kepada PMU/Pimpro P2KP pusat, apabila: (1) Dalam waktu satu tahun pelaksanaan PAKET P2KP di kota/ kabupaten tersebut dinilai gagal membentuk atau meng- efektifkan Pokja PAKET; atau (2) Adanya indikasi penyalahgunaan dana PAKETtahun sebelum-nya; (3) Tidak dilakukan audit oleh auditor independen; atau (4) Terdapat indikasi visi, misi, tujuan, prinsip dan nilai P2KP tidak dapat dilaksanakan secara konsisten. 3) Penggunaan Dana PAKET a. Kriteria Kegiatan yang boleh dibiayai oleh PAKET PAKET merupakan stimulan untuk memperkuat upaya-upaya kemitraan antara lembaga masyarakat warga (BKM Berdaya) dan dinas pemerintah kota/kabupaten. Oleh karena itu, pada
  • 29. 48 Pedoman Umum dasarnya dana PAKETdapat digunakan secara cukup luwes dengan berpedoman kepada keterpaduan Program Masyarakat (PJM Pronangkis) yang disusun BKM bersama masyarakat dengan Rencana Program dinas-dinas terkait, sehingga hasilnya dapat benar-benar memberi manfaat langsung upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah setempat. Usulan kegiatan/subproyek dapat berkaitan dengan pembangunan atau rehabilitasi infrastruktur, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan anak, perbaikan lingkungan, kegiatan sosial dan lain-lainnya, yang merupakan keterpaduan rencana masyarakat dengan program dinas/instansi kota/ kabupaten. Usulan kegiatan/sub proyek yang berkaitan dengan sektor pendidikan dan kesehatan yang diajukan untuk PAKET P2KP, harus sesuai dan selaras dengan rencana induk (master plan) pendidikan dan kesehatan di kota/ kabupaten bersangkutan. Kegiatan-kegiatan yang akan diusulkan melalui mekanisme PAKET harus memenuhi kriteria yang ditetapkan sesuai tujuan PAKET P2KP, yakni: Kontribusi keswadayaan kegiatan dari pihak pengusul (BKM Berdaya bersama dinas terkait) minimal 50% (natura dan tunai) dari jumlah total kebutuhan dana. Melibatkan masyarakat miskin, perempuan dan kelompok masyara- kat rentan lainnya, baik dalam peng- elolaan atau pemanfaatan kegiatan Jangkauan wilayah atau penerima manfaat kegiatan diutamakan me- liputi lebih dari satu kelurahan/desa. Dalam hal hanya meliputi wilayah satu kelurahan/desa, maka kegiatan diprioritaskan pada skala kegiatan yang tidak dimungkinkan dibiayai melalui sumber dana BLM Menjamin kebersamaan dan kesetaraan yang sinergi sejak tahap gagasan, perencanaan, pengusulan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan dan pelestarian kegiatan, dll Kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh Pokja PAKET secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel. Apabila masyarakat yang bekerjasama dengan dinas pemerintah daerah setempat memutuskan untuk memilih kegiatan yang mungkin menimbulkan dampak lingkungan atau memerlukan pembebasan lahan, maka harus melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran 2: Pedoman Lingkungan dan Lampiran 3: Kerangka kebijakan pembebasan lahan serta permukiman kembali/ penampungan. Usulan-usulan kegiatan diseleksi Pokja PAKET berdasarkan 4 (empat) kriteria utama, sbb: i. Kinerja BKM pengusul, sebagai salah satu unsur utama panitia kemitraan, lebih diprioritaskan bagi yang kualifikasi ’berdaya. ii. Tingkat kemitraan yang diukur dari proses kebersamaan dan kerjasama antara BKM dengan dinas pemerintah kota/kabupaten dan/atau kelompok peduli yang tercermin dalam proses pengajuan usulan tersebut (mulai tahap gagasan, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian serta pengembangan kegiatan, dll) iii. Tingkat kontribusi keswadayaan pihak pengusul dalam usulan kegiatan yang diajukan (diharapkan minimal 50% dari jumlah dana yang diusulkan). Artinya sumber dana PAKET hanya dialokasikan sebesar 50% dari total kebutuhan biaya yang diusulkan Panitia Kemitraan. iv. Kemanfaatan dari usulan kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan penanggulangan kemiskinan
  • 30. 49Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan b. Kriteria Kegiatan yang tidak boleh dibiayai oleh PAKET Beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana PAKET, yaitu: Pengadaan senjata api dan sejenisnya; Pembiayaan kegiatan yang ber- kaitan dengan politik (kampanye dll); Pembelian atau usaha narkoba; Depositoatauyangberkaitandengan upaya memupuk bunga bank; Kegiatan yang memanfaatkan dana PAKET sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya; Pembebasan lahan dan/atau Pemukiman kembali secara paksa; Pembangunan rumah ibadah; Pembangunan gedung kantor pemerintah atau gaji pegawai ; Produk-produk yang merugikan lingkungan; Usaha perjudian dan usaha yang bertentangan dengan susila serta moral dan nilai-nilai agama; Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal; Kegiatan yang bertentangan dengan hukum dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran P2KP; Kegiatan bukan merupakan kegiatan pokok dari dinas pengusul; Kegiatan perkreditan atau dana bergulir oleh pengusul; dan Kegiatan yang jangka waktu pelaksanaannya diperkirakan lebih dari satu tahun. 4) Siapa yang berhak mengusulkan dan memanfaatkan dana PAKET 1) Penyusunan Usulan Kegiatan Proposal kegiatan yang diusulkan terdiri dari satu jenis kegiatan spesifik. BKM mengajukan usulan kegiatan berdasarkan PJM Pronangkis berkolaborasi dengan dinas terkait , dan dapat juga sebaliknya. BKM diperkenankan berkolaborasi dengan beberapa dinas terkait yang berbeda untuk mengusulkan beberapa proposal sub proyek yang berbeda dan sebaliknya. Kolaborasi antara BKM dengan dinas/instansi terkait harus berlandaskan kemitraan dan kesetaraan yang tercermin pada seluruh proses kegiatan, sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal yang melandasi P2KP BKM-BKM yang diprioritaskan dapat mengajukan usulan kegiatan untuk mengakses dana bantuan PAKET P2KP adalah BKM-BKM yang memenuhi kualifikasi “Berdaya” ! 2) Pihak Penilai dan Pemutus Persetujuan Usulan Kegiatan PAKET KMW memverifikasi tingkat kemi- traan dan kesesuaian dengan prinsip serta nilai P2KP dari proposal- proposal yang diajukan oleh pihak pengusul (panitia kemitraan). Hasil verifikasi KMW disampaikan kepada Pokja PAKET untuk ditindaklanjuti. Seleksi prioritas/rangking usulan kegiatan ditetapkan melalui Rapat Anggota Pokja PAKET dan hasilnya diverifikasi KPK Kota/Kabupaten didasarkan kesesuaian usulan dengan Dokumen SPK setempat. Keputusan final pendanaan proposal kegiatan ditetapkan Rapat Anggota Pokja PAKET berdasarkan verifikasi KMW & KPK-nya. 3) Pelaksanaan Usulan Kegiatan PAKET BKM-BKM dan dinas pemerintah kota/ kabupaten yang usulan kegiatannya dipilih oleh Pokja PAKET harus membuka rekening bersama dan menyepakati perjanjian bahwa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut akan didasarkan pada prinsip kemitraan
  • 31. 50 Pedoman Umum dalam kesetaraan antara kedua belah pihak berdasarkan nilai-nilai dan prinsip- prinsip di P2KP, sebagai aktivitas yang dikelola secara partisipatif dan mandiri. 3.2. DUKUNGAN PELAKSANAAN PROYEK Untuk melaksanakan proyek P2KP tersebut dan mencapai tujuan yang diharapkan, PMU/ Pimpro akan mengontrak seperangkat konsultan dan fasilitator untuk mengelola pelaksanaan proyek, terutama dikarenakan P2KP membutuhkan kehadiran dan pendampingan lapangan yang aktif dan intensif di tingkat masyarakat kelurahan/desa hingga tingkat kota/kabupaten. Pemerintah kota/kabupaten juga turut berperan aktif sebagai mitra PMU/Pimpro dalam pelaksanaan P2KP. Pada dasarnya dukungan pelaksanaan proyek mencakup pembiayaan seluruh manajemen proyek yang dapat memampukan PMU/ Pimpro untuk mempunyai (i) Kualitas kinerja proyek yang lebih baik; (ii) Dukungan teknis di lapangan bagi masyarakat dan pemerintah kota/kabupaten; serta (iii) Evaluasi dan monitoring dampak proyek yang lebih baik. Dengan demikian, dukungan pelaksanaan pro- yek mencakup hal-hal berkenaan dengan: i. Bantuan Teknis bagi Pendampingan dan Monitoring, yang akan meliputi: 1. Pengadaan konsultan di tingkat pusat, propinsi dan/atau satuan wilayah kerja untuk beberapa kota/kabupaten serta tim fasilitator pada tingkat masyarakat, termasuk pengembangan kapasitas bagi mereka dan masyarakat dalam subyek yang bervariasi. 2. Pelatihan dan Sosialisasi tingkat nasional, lokal serta tingkat masyarakat, termasuk didalamnya pembuatan web-site, pusat pembelajaran (learning center) di KPK kota/kabupaten maupun BKM, komunikasi media (audio dan audio visual), publikasi, lokakarya, diskusi kelompok terarah (FGD), on the job training, coaching, dll. 3. Pengembangan kapasitas bagi pemerintah kota/kabupaten dalam mendorong pengokohan peran dan fungsi KPK kota/kabupaten untuk merumuskan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan di wilayahnya, menumbuhkembangkan Komunitas Belajar Perkotaan maupun dalam rangka membangun kemitraan sinergi para pelaku dalam upaya penanggulangan kemiskinan. ii. Bantuan Teknis untuk Evaluasi Pengadaan konsultan evaluasi untuk melakukan baseline survey (survey dasar), survey tindak lanjut, studi evaluasi dan studi khusus sesuai kebutuhan. Untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan proyek, pelaksanaan proyek di lapangan akan dipercayakan kepada tim konsultan yang akan bekerja di bawah manajemen PMU/Pimpro. Konsultan-konsultan tersebut adalah Konsultan Advisory sebagai bagian integral dari struktur PMU/Pimpro, Konsultan Manajemen Pusat (KMP), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), dan Konsultan Evaluasi (KE). Pada tingkat kecamatan terdapat Tim Fasilitator P2KP, yang sekurangnya akan terdiri dari 4 fasilitator, yakni satu koordinator fasilitator dan 3 fasilitator. Tim fasilitator tersebut bertanggung jawab dalam pelak- sanaan kegiatan P2KP dan pendampingan masyarakat di sekitar 10 kelurahan/desa sasaran serta akan melakukan pendampingan dan pembinaan intensif kepada masyarakat. Jumlah tim fasilitator tersebut mungkin akan bertambah besar disesuaikan dengan besarnya jumlah kelurahan/desa yang didampingi dan faktor keterpencilan wilayah sasaran, berdasarkan kesepakatan antara PMU/Pimpro dengan pemerintah daerah setempat, atas masukan dari KMW. Pada tingkat satuan wilayah kerja (SWK), terdapat satu orang tenaga ahli kemiskinan perkotaan yang secara khusus akan mendampingi pemerintah kota/kabupaten dalam memfasilitasi penguatan peran dan fungsi KPK-Kota/Kabupaten agar mampu
  • 32. 51Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) di wilayahnya dan juga memfasilitasi pelaksanaan kegiatan PAKET bagi kota/kabupaten yang terpilih menjadi lokasi PAKET P2KP. Pemerintah kota/kabupaten juga akan menjadi mitra PMU dalam hal pengadaan fasilitator- fasilitator di wilayah masing-masing kota/ kabupaten dengan kriteria memiliki komitment dan kepedulian kepada masyarakat miskin, berpengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat sejenis, terutama pelaksanaan P2KP, serta diutamakan mampu memahami budaya dan bahasa setempat.