SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
PENGEMBANGAN SKEMA
AUDIT SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT
DALAM PNPM - MP
DI PROVINSI NTB
KONSEPSI NTB – TIFA
FOUNDATION
I. LATAR BELAKANG
• PNPM Mandiri Perdesaan merupakan kebijakan
strategis pemerintah dalam harmonisasi prinsip, kriteria
dan prosedur program penanggulangan kemiskinan
berbasis masyarakat.
• Dengan mengacu pola PNPM Mandiri Perdesaan,
program – program penanggulangan kemiskinan yang
sebelumnya masih dilaksanakan secara sektoral dan
parsial dengan pendekatan dan prosedur yang beragam,
diharapkan akan lebih efisien dan efektiv
(Kesra, 2008).
• Pemerintah maupun lembaga donor menilai PNPM
Mandiri Perdesaan telah sukses mengentaskan
kemiskinan di perdesaan.
• Penilaian tersebut didasarkan atas klaim bahwa
PNPM Mandiri Perdesaan telah menunjukkan hasil
yang signifikan dalam mempelopori sejumlah
investasi pembangunan di tingkat lokal
(Kecamatan), misalnya : model kelembagaan
pembangunan partisipatif (social capital), aset
sumberdaya manusia selaku pengelola kegiatan
pembangunan (human capital), modal bergulir
(financial capital), infrastruktur (physical capital)
dsb-nya.
• Klaim tersebut di dukung oleh laporan tahunan
konsultan program; sampai dengan tahun 2008 PNPM
telah menjangkau 42.319 desa atau lebih dari 58 persen
desa di Indonesia. Dengan alokasi dana sebesar Rp. 3
Miliar per kecamatan, PNPM diperkirakan mampu
menciptakan lapangan kerja bagi 13 juta orang dan
memberi manfaat bagi sembilan juta orang miskin.
• Yakin akan keberhasilan tersebut, maka jumlah alokasi
dana PNPM selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2008 misalnya, dana PNPM dialokasikan sebesar
Rp 13 triliun dan meningkat hingga Rp 16,1 triliun pada
tahun 2009. Jumlah ini akan terus berlanjut hingga tahun
2015 nanti.
• Akan tetapi, oleh beberapa kalangan terutama
kalangan masyarakat sipil justru masih sangat
meragukan keberhasilan pelakasanaan PNPM
sebagai genre pengentasan kemiskinan masa kini.
• Alasannya; pembiayaan program ini sebagian
besar bersumber dari hutang luar negeri (World
Bank) yang selama ini dicap sebagai salah satu
sumber pemiskinan rakyat Indonesia.
• Selain itu, model pendekatan partisipasi yang melibatkan
‘dana besar’ dikhawatirkan menimbulkan polemik dan
distorsi di kalangan masyarakat bawah yang selama ini
masih asing dengan nilai dan angka miliaran rupiah.
• Disinyalir, praktek PNPM di lapangan justru lebih
didominasi oleh kepentingan para elit desa pada proses
penentuan keputusan substansial.
• Sementara, partisipasi kaum marjinal (kelompok miskin dan
perempuan) hanya terlihat ketika pengerjaan proyek yang
menekankan spirit keswadayaan (gotong royong).
• Sejatinya ukuran keberhasilan program semisal
PNPM seharusnya memperhatikan suara dan
pandangan kaum marjinal yang menjadi target utama
PNPM MP.
• Sebab, sumber informasi penting terkait
implementasi PNPM di tingkat lapangan justru ada
pada struktur sosial masyarakat itu sendiri.
• Dengan demikian, keabsahan akan klaim kesuksesan
program bisa dilacak dari sasaran program itu sendiri.
• Upaya pelibatan masyarakat miskin dalam
memberikan penilaian, pendapat maupun
pandangan terhadap implementasi PNPM Mandiri
Perdesaan di lapangan, dapat dilakukan melalui
pengembangan skema audit sosial berbasis
masyarakat dalam PNPM MP.
• Audit sosial, merupakan suatu proses untuk
memeriksa akuntabilitas sebuah organisasi
ataupun sebuah intervensi khusus dari organisasi
tersebut (kebijakan, program, proyek).
• Dengan pengembangan audit sosial dalam suatu
program, maka akan dapat dilakukan evaluasi dampak
yang ditimbulkan oleh intervensi program tersebut
terhadap para penerima manfaat (beneficiaries) dan
pemangku kepentingan (stakeholders).
• Adapun pengembangan audit sosial berbasis
masyarakat, adalah dalam pelaksanaan audit sosial di
lakukan oleh masyarakat dengan memperhatikan
keterwakilan berbagai unsur di masyarakat, termasuk
keterwakilan perempuan dan masyarakat miskin.
• Memperhatikan kondisi di atas, KONSEPSI
(Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan
Partisipasi) dengan di dukung oleh Yayasan TIFA,
sejak bulan November 2010 hingga November 2011
melaksanakan Program Pengembangan Skema
Audit Sosial terhadap PNPM Mandiri Perdesaan
yang lebih dikenal sebagai kegiatan Audit Sosia
PNPM MP Berbasis Masyarakat di Provinsi NTB.
II. TUJUAN
Program ini bertujuan untuk :
- Meningkatkan kapasitas masyarakat, baik individu
maupun kelembagaan dalam melakukan kajian kritis
terhadap PNPM – MP.
- Mengembangkan dan mempomosikan skema audit
sosial berbasis masyarakat fokus PNPM-MP.
- Menyediakan data dan informasi secara berkala
terkait dinamika dan dampak implementasi PNPM-
MP.
III. HASIL YANG DIHARAPKAN
(OUTCOMES)
• Terjadi peningkatan kapasitas (pengetahuan dan keterampilan)
masyarakat baik individu maupun kelembagaan dalam
melakukan pengawasan prgram pengentasan kemiskinan
khususnya dan porses pembangunan perdesaan pada umumnya;
• Berfungsinya skhema audit sosial berbasis masyarakat sebagai
bentuk kontrol sosial publik dalam pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesan; serta
• Mendorong adanya perbaikan implementasi PNPM-MP (review
kebijakan dan alokasi sumberdaya PNPM) melalui advokasi
kebijakan; pengembangan hubungan dengan pihak pemerintah
dan manajemen proyek; pengembangan nilai-nilai demokratisasi
(pro gender, pro poor dan kelompok rentan lainnya).
IV. INDIKATOR (OUTPUT)
Outcomes 1
a. 20 % individu di masing-masing desa lokasi memahami
tentang keberadaan PNPM di desa dan melakukan tindakan
untuk ikut terlibat dalam proses pengawasannya;
b. kemampuan teknis masyarakat di 6 (enam) desa lokasi untuk
merencanakan dan mengimplementasikan pola audit sosial
PNPM;
c. terbangun dan berfungsinya mekanisme pembelajaran tentang
audit sosial antar lokasi program;
d. minimal 2 (dua) rencana aksi periodik disepakati dan dapat
dilaksanakan serta berkontribusi bagi peningkatan kualitas
pengawasan warga terhadap PNPM.
Outcomes 2
a) terbentuknya 1 (satu) kelompok kerja audit sosial
berbasis masyarakat (community based social audit)
di masing-masing desa lokasi dan mampu
menjalankan fungsi-fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan PNPM;
b) fungsi dan peran CBSA diketahui serta hasil kerjanya
diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat,
manajemen proyek (PNPM) dan pemerintah (desa dan
daerah) dalam kerangka implementasi kegiatan
PNPM.
Outcomes 3
a) model CBSA dalam PNPM diadaptasi oleh pihak lain baik
pemerintah daerah maupun organisasi masyarakat sipil
lainnya sebagai salah satu pola kontrol sosial dalam
pembangunan;
b) hasil audit sosial tim CBSA dibahas, disebarkan dan
digunakan oleh pemerintah, pelaku PNPM dan pihak-pihak
relevan lainnya pada berbagai level pengambil keputusan;
perspektif gender dan kemiskinan serta penguatan
kapasitas kaum marjinal, perempuan dan kelompok rentan
lainnya terintegrasi dalam semua kegiatan program.
V. RANCANGAN KEGIATAN
BERDASARKAN TUJUAN
PROGRAM
Meningkatkan kapasitas masyarakat
• Penyusunan modul dan kurikulum pembelajaran
pelatihan audit sosial;
• Diskusi terfokus tentang Mekanisme Audit Sosial
• Identifikasi partisipan pelatihan (Calon Auditor Sosial)
• Pelatihan Metode Audit Sosial (Teknik dan Analisa);
• Pelatihan Teknik Penyusunan dan Penyediaan
Pelaporan;
• Diskusi berkala antar kelompok audit sosial
Mengembangkan dan mempomosikan skema
audit sosial berbasis masyarakat
• Pembentukan CBSA (Community Based Social
Auditor);
• Workshop desa sosialisasi keberadaan CSA kepada
pihak lainnya;
• Diseminasi CBSA melalui penerbitan media
• Publikasi melalui media lokal
• Seminar hasil kegiatan program audit sosial
Menyediakan data dan informasi
• Workshop penyusunan SOP dan Indikator Audit
Sosial;
• Pelaksanaan Audit Sosial berbasis Partisipasi
Masyarakat melalui CBSA;
• Pertemuan pembahasan hasil audit sosial bulanan
• Diseminasi laporan audit kepada para pihak
VI. TAHAPAN KEGIATAN
1. Rekruitmen Fasilitator Kabupaten
Melalui proses rekrutmen, telah direkrut sebanyak 3 orang
fasulitator program di tingkat kabupaten.
2. Lokamini Penyusunan Rencana Kerja Program di Tingkat
Manajemen Program
Kegiatan ini menghasilkan dokumen rencana kerja program
Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat
Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan Di Nusa Tenggara Barat, yang meliputi :
waktu, alokasi budget dan organizer kegiatan.
3. Identifikasi Desa Calon Lokasi Program Audit Sosial
PNPM-MP.
Melalui proses ini ditetapkan 6 desa lokasi program.
4. Workshop Sosialisasi program kepada pihak terkait;
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai ruang interaksi para
pihak dalam mendiskusikan pola pelibatan masyarakat
dalam pengawasan implementasi PNPM Mandiri
Perdesaan melalui skema audit sosial.
5. Penyusunan Modul dan Kurikulum Pelatihan Audit
Sosial;
Modul dan kurikulum pelatihan dan pelaporan audit social
disusun dengan tujuan sebagai panduan dalam kegiatan
pelatihan metode audit social, pelaporan audit social serta
pelaksanaan audit social di lapangan.
6. Diskusi Terfokus ’Mekanisme Audit Sosial;
Kegiatan ini dimaksudkan untuk sosialisasi program audit
social terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dan
menggali informasi tentang praktek-praktek audit sosial
yang ada di desa.
7. Identifikasi Calon Auditor Sosial dan Pembentukan CBSA;
Melalui proses ini telah terbentuk Tim CBSA yang
beranggotakan 10 orang di setiap desa lokasi program.
8. Pelatihan Metode Audit Sosial (Teknik dan Analisa);
Kegiatan ini bertujuan untuk ; a) memberikan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan kepada peserta pelatihan tentang Audit
Sosial (Konsep Dasar, Prinsip, Tahapan dan Teknik) b) meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan dalam melakukan
kajian kritis terhadap PNPM-MP; c) meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta pelatihan dalam menggali data dan informasi
terkait dinamika dan dampak implementasi PNPM-MP.
9. Workshop SOP Audit Sosial Berbasis Masyarakat;
Output dari kegiatan ini adalah; a. Anggota Tim Audit
Sosial memahami peran dan fungsinya sesuai peran dan
posisinya di dalam Tim CBSA; b. Anggota Tim Audit
Sosial memahami alur tugas, wewenang dan tanggung
jawab Tim Auditor Sosial; c.Tersusunnya Standard
Operational Procedure (SOP) Tim Auditor Sosial PNPM
MP sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
audit sosial di lapangan; d. Tersusunnya indikator audit
sosial berbasis masyarakat.
10. Sosialisasi CBSA tingkat desa;
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan
keberadaan, tugas dan fungsi Tim CBSA pada
masyarakat desa, diharapkan melalui Tim CBSA di
desa masyarakat dapat memberikan masukan dan
refleksi kritis terhadap skema audit sosial.
11. Kegiatan Audit Sosial ;
Kegiatan audit sosial terhadap peaksanaan PNPM MP
dilakukan oleh tim CSBA yang sudah terbentuk di setiap
desa. Metode yang digunakan dalam melakukan aktivitas ini
antara lain; analisa dokumen (dokumen
perencanaan/proposal kegiatan PNPM MP, Laporan
pelaksanaan, laporan keuanga, wawancara,
observasi/pengamatan, FGD dan diskusi hasil temuan audit
sosial.
12. Pertemuan Bulanan Pembahasan Hasil Audit Sosial;
Kegitan pertemuan bulanan merupakan agenda bulanan tim
CBSA guna pembahasan dan kompilasi hasil / temuan
masing-masing anggota tim.
13. Diskusi Panel Laporan Hasil Audit Sosial;
Kegiatan ini dimasudkan untuk memberikan ruang bagi tim
audit (tim CBSA) menyampaikan hasil / temuan tim audit,
yang selanjutnya diharapkan mendapakan tanggapan dan
masukan dari seluruh peserta diskusi.
14. Diskusi Berkala Antar Auditor;
Kegiatan dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi tim auditor
untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran di dalam
melaksanakan kegiatan audit sosial di desanya masing-masing.
15. Penyusunan Buletin;
Penyusunan buletin merupakan salah satu kegiatan yang
direncanakan dengan tujuan untuk mengembangkan dan
mempromosikan skema audit sosial berbasis masyarakat fokus
PNPM-MP. 
16. Seminar Hasil;
Output dari pelaksanaan Seminar Hasil Kegiatan Communitty
Based Social Audit adalah :
a. Tersosialisasinya hasil – hasil kegiatan audit sosial berbasis
masyarakat terhadap pelaksanaan program PNPM MP pada
enam desa di NTB.
b. Adanya rekomendasi dari berbagai pihak terkait untuk
pengembangan kegiatan audit sosial berbasis masyarakat
kedepan
c. Adanya sharing pengalaman dan pembelajaran terkait
dengan pelaksanaan kegiatan audit sosial berbasis
masyarakat terhadap pelaksanaan PNPM MP.
17. Penyusunan policy brief Audit Sosial berbasis
masyarakat;
Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan
dan mempromosikan skhema audit sosial bebasis
masyarakat terhadap implementasi PNPM MP.
18. Publikasi Aktivitas Program Pengembangan
Audit Sosial Melalui Media;
Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebarluasan
konsep dan hasil pelaksanaan audit sosial dalam
PNPM MP kepada publik. Dengan demikian
diharapkan adanya respon masyarakat terhadap
konsep audit sosial tersebut maupun hasilnya.
VII. Outcome dan Output
•
Outcomes
Output (Keluaran)
Indikator Pencapaian
Outcome 1 :
Terjadi peningkatan kapasitas
(pengetahuan dan keterampilan)
masyarakat baik individu
maupun kelembagaan dalam
melakukan pengawasan prgram
pengentasan kemiskinan
khususnya dan porses
pembangunan perdesaan pada
umumnya
1.1.20 % individu di masing-
masing desa lokasi
memahami tentang
keberadaan PNPM di desa
dan melakukan tindakan
untuk ikut terlibat dalam
proses pengawasannya;
− Lebih dari 75 % masyarakat
di masing-masing desa lokasi
telah mengetahui dan
memahami PNPM mengingat
program ini sendiri telah ada
di NTB sejak dicanangkan
pertama kali tahun 2007;
− Pentingnya pengawasan
PNPM melalui aktifitas audit
sosial telah diketahui dan
dipahami oleh hampir 10 %
individu dari total jumlah
penduduk (rata-rata
penduduk di desa lokasi =
3.000 – 5.000 jiwa). Adapun
rinciannya masing-masing :
 Tempos = 280 orang
 Sesaot = 237 orang
 Ubung = 254 orang;
1.2.Kemampuan teknis
masyarakat di 6 (enam) desa
lokasi untuk merencanakan
dan mengimplementasikan
pola audit sosial PNPM;
1.3. Terbangun dan
berfungsinya mekanisme
pembelajaran tentang audit
sosial antar lokasi program.
1.4. Minimal 2 (dua) rencana
aksi periodik disepakati dan
dapat dilaksanakan serta
berkontribusi bagi
peningkatan kualitas
pengawasan warga terhadap
PNPM.
Tim Audit Sosial di masing-
masing desa lokasi telah
menyusun Rencana Kegiatan
Audit Sosial PNPM secara
periodik (setiap bulan; sejak
bulan Mei 2011);
Telah dilaksanakan 6 kali
pertemuan bulanan
pembahasan hasil audit sosial
di masing-masing desa lokasi
sebagai bentuk dari
implementasi rencana
kegiatan yang telah disusun.
Telah dilaksanakan
dilaksanakan 6 kali panel
hasil audit sosial di masing-
masing kabupaten lokasi
sebagai media pembelajaran
di antara Tim Audit Sosial;
Adapun rencana aksi yang
dilaksanakan secara periodik
oleh Tim Audit Sosial di
masing-masing desa lokasi :
Kegiatan pengumpulan data
dan informasi (kuantitatif
maupun kualitatif);
Outcome 2 :
Berfungsinya skema audit
sosial berbasis masyarakat
sebagai bentuk kontrol sosial
publik dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesan.
2.1. Terbentuknya 1 (satu)
kelompok kerja audit sosial
berbasis masyarakat
(community based social
audit) di masing-masing desa
lokasi dan mampu
menjalankan fungsi-fungsi
pengawasan terhadap
pelaksanaan PNPM
2.2. Fungsi dan peran CBSA
diketahui serta hasil kerjanya
diakui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat, manajemen
proyek (PNPM) dan
pemerintah (desa dan daerah)
dalam kerangka implementasi
kegiatan PNPM.
Di masing-masing desa lokasi
program (6 desa), telah
terbentuk Kelompok CBSA
(Community Based Social
Audit) dengan anggota 10
orang.
Data dan informasi yang
dikumpulkan oleh Tim Audit
Sosial dibahas dalam Panel
Diskusi secara periodic yang
dihadiri oleh Manajemen
PNPM (Tingkat Kabupaten,
Kecamatan dan Desa).
Hasil audit sosial ternyata
dimanfaatkan oleh Manajemen
PNPM untuk memperbaiki
pelaksanaan kegiatan di
lapangan (Kasus Sesaot,
pemanfaatan anggaran
pembuatan polindes yang
tidak sesuai dengan RAB
berhasil diselesaikan setelah
panel diskusi audit sosial).
Outcome 3 :
Mendorong adanya perbaikan
implementasi PNPM-MP
(review kebijakan dan alokasi
sumberdaya PNPM) melalui
advokasi kebijakan;
pengembangan hubungan
dengan pihak pemerintah dan
manajemen proyek;
pengembangan nilai-nilai
demokratisasi (pro gender,
pro poor dan kelompok rentan
lainnya).
3.1. Model CBSA dalam PNPM
diadaptasi oleh pihak lain baik
pemerintah daerah maupun
organisasi masyarakat sipil
lainnya sebagai salah satu
pola kontrol sosial dalam
pembangunan.
3.2. Hasil audit sosial tim
CBSA dibahas, disebarkan
dan digunakan oleh
pemerintah, pelaku PNPM dan
pihak-pihak relevan lainnya
pada berbagai level
pengambil keputusan;
3.3. Perspektif gender dan
kemiskinan serta penguatan
kapasitas kaum marjinal,
perempuan dan kelompok
rentan lainnya terintegrasi
dalam semua kegiatan
program
Pada saat ini, model CBSA
belum diadopsi oleh pihak
lain. Tetapi, beberapa desa di
luar lokasi program
(Pringgarata, Buwun Sejati,
Pakuwan, Lebah Sempage)
berkeinginan agar model
CBSA dikembangkan terutama
dalam pengawasan kegiatan
pembangunan desa lainnya
(tidak terbatas pada PNPM
saja) .
Buletin partisipasi menjadi
media bagi penyebar luasan
ide dan hasil-hasil
pelaksanaan audit sosial.
Pada setiap kegiatan
(sosialisasi, pengumpulan
data, panel hasil, diskusi
bulanan), Tim Audit Sosial
telah memastikan
keterwakilan kaum perempuan
dan kelompok marginal
lainnya;
HASIL KEGIATAN LAINNYA
• Dua desa lokasi program yaitu; desa Tempos
Kabupaten Lombok Barat dan desa Sukarara
Kabupaten Lombok Timur, telah memberikan
legalitas terhadap tim CBSA dengan Keputusan
Kepala Desa.
Ditemukan beberapa permasalahan dalam
implementasi PNPM MP di lapangan antara lain;
• Masih lemahnya aktivitas pendampingan /
pembinaan oleh pelaku sehingga beberapa capaian
dari program tidak berjalan dengan baik. Contohnya
administrasi atau pembukuan keuangan TPK (Tim
Pengelola Kegiatan) tidak lengkap dan tertib,
terjadinya tunggakan atau kemacetan pengembalian
SPP (Simpan Pinjam Khusus Perempuan) dll.
Terjadinya penyimpangan prinsip dan prosedur yang
dilakukan oleh pelaksana program PNPM MP seperti ;
• Perubahan kegiatan setelah dana turun ke desa, tanpa ada
musyawarah dengan masyarakat terlebih dahulu;
• Kurangnya akses masyarakat untuk mengetahui kondisi
keuangan di UPK (Unit Pengelola Kegiatan);
• Penggunaan dana untuk kepentingan lain di luar
perencanaan;
• Intervensi yang cukup kuat dari aparat pemerintah desa;
• Di desa Ubung ditemukan adanya bangunan
PUSTU yang dibangun sejak tahun 2008, namun
sampai sekarang belum difungsikan. Bahkan
tanah lokasi bangunan belum jelas statusnya,
apakah merupakan hibah atau masih berstatus
tanah milik kepala desa lama.
PEMBELAJARAN
• Audit sosial merupakan hal yang baru bagi
masyarakat maupun pelaku PNPM di semua
lini, sehingga diperlukan proses sosialisasi
yang berkelanjutan dan berkesinambungan,
guna memberikan pemahaman yang utuh
tentang Audit Sosial Berbasis Masyarakat
terhadap Program PNPM-MP.
• Legalitas Tim auditor (CBSA) masih dipertanyakan oleh
beberapa kalangan, terutama oleh pelaku PNPM MP di
desa maupun di kecamatan.
• Istilah “Audit” relatif berpengaruh terhadap proses
pelaksanaan program, karena istilah audit dikonotasikan
dengan pemeriksaan keuangan yang menjadi domain
Inspektorat, BPK dan / atau PBPKP. Sehingga untuk
menghindari resistensi di lapangan, Tim CBSA dalam
melakukan kegiatan audit mensiasatinya dengan istilah
monitoring / pemantauan program pembangunan desa
khususnya PNPM.,
• Di sebagian besar desa lokasi program,
menunjukkan partispasi kaum perempuan dalam
kegiatan pembangunan, desa relatif masih kurang
baik, baik dilihat dari aspek kehadiran dalam
pertemuan, daya kritisnya terhadap masalah-
masalah pembangunan. Karena terkendala oleh
faktor tradisi, adat atau nilai-nilai lokal yang
memposisikan perempuan sebagai sub ordinat
dalam strukut masyarakat di desa.
• Di beberapa desa, pelaku PNPM MP kurang transparan
dalam pengelolaan program, baik menyangkut
pelaksanaan pembangunan fisik maupun penggunaan
dana program.
• Tim Monev desa yang dibentuk tidak memahami
tupoksinya dalam strukutr kelembagaan PNPM MP,
sehingga tidak tahu apa yang akan dilakukan dalam
pengawasan PNPM, bahkan sering kali tidak dilibatkan
oleh TPK.
• Masyarakat miskin dan kaum termarjinalkan seringkali
hanya dilibatkan pada saat pelaksanaan program pisik
(saat gotong royong).
• Masyarakat miskin dan kaum termarjinalkan
seringkali hanya dilibatkan pada saat pelaksanaan
program pisik (saat gotong royong).
• Sikap patuh kepada elit / pemerintah desa,
merupakan kendala utama bagi masyarakat miskin
dan kaum termarjinalkan untuk menyarakan
aspirasi dan “mengkritisi” kebijakan
pembangunan desa yang kurang berpihak kepada
kelompoknya.
REKOMENDASI
• Perlu adanya upaya mendorong
internalisasi program audit sosial kedalam
skema monitoring dan pengawasan
pembangunan di tingkat desa. Sehingga,
kegiatan audit sosial ini tidak hanya
dilaksanakan dalam pelaksanaan PNPM
MP semata, tetapi juga semua program
pembangunan desa.
• Diperlukan adanya komitmen politik pemerintah
terutama pemerintah kabupaten, berupa PERDA /
PERBUP / Surat Keputusan Bupati tentang
perlunya dilakukan audit sosial terhadap
pelaksanaan kebijakan publik semisal PNPM MP
di desa.
• Mendorong pihak-pihak terkait untuk melakukan
Penguatan kelembagaan dan kapasitas Tim Audit
Sosial PNPM MP yang sudah terbentuk melalui
program audit sosial ini.
• Guna perluasan pengembangan skema Audit
Sosial di NTB, diperlukan adanya upaya
sosialisasi dan promosi melalui sekema program
dengan sasaran yang lebih luas.
• Karenanya, dukungan dari pihak-pihak terkait
dalam melanjutkan pelaksanaan Program
Pengembangan Skema Audit Sosial di NTB untuk
tahap berikutnya masih sangat dibutuhkan.

More Related Content

What's hot

Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifBagus ardian
 
Peranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan Daerah
Peranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan DaerahPeranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan Daerah
Peranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Presentasi bappeda mamuju yasmib sulawesi wilayah timur
Presentasi bappeda mamuju   yasmib sulawesi wilayah timurPresentasi bappeda mamuju   yasmib sulawesi wilayah timur
Presentasi bappeda mamuju yasmib sulawesi wilayah timurGedhe Foundation
 
Implementasi stbm fix
Implementasi stbm fixImplementasi stbm fix
Implementasi stbm fixabby ati
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Dadang Solihin
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahOptimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan PucangsawitSosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan PucangsawitBagus ardian
 
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...Dadang Solihin
 
Inovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi InformasiDadang Solihin
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIFriyanto apri
 
Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...
Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...
Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...Dadang Solihin
 
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...Dadang Solihin
 
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan DaerahPokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201
Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201
Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201Dadang Solihin
 
Sistem Informasi Desa di Kebumen
Sistem Informasi Desa di KebumenSistem Informasi Desa di Kebumen
Sistem Informasi Desa di KebumenFormasi Org
 

What's hot (20)

Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
 
Peranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan Daerah
Peranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan DaerahPeranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan Daerah
Peranan DPRD dalam Percepatan Pembangunan Daerah
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Presentasi bappeda mamuju yasmib sulawesi wilayah timur
Presentasi bappeda mamuju   yasmib sulawesi wilayah timurPresentasi bappeda mamuju   yasmib sulawesi wilayah timur
Presentasi bappeda mamuju yasmib sulawesi wilayah timur
 
Implementasi stbm fix
Implementasi stbm fixImplementasi stbm fix
Implementasi stbm fix
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahOptimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Peran DPRD dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Daerah
 
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan PucangsawitSosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
Sosialisasi PLPBK TA. 2013 Kelurahan Pucangsawit
 
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
 
Inovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelayanan Publik berbasis Teknologi Informasi
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
 
Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...
Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...
Peningkatan Peran Komisi dan Badan pada Alat Kelengkapan DPRD dalam Perspekti...
 
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
 
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan DaerahPokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Pokok-pokok Pikiran Anggota DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201
Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201
Fungsi DPRD dalam Pengawasan Sesuai Kepmendagri 13/201
 
Sistem Informasi Desa di Kebumen
Sistem Informasi Desa di KebumenSistem Informasi Desa di Kebumen
Sistem Informasi Desa di Kebumen
 
Modul kpmd lanjutan
Modul kpmd lanjutanModul kpmd lanjutan
Modul kpmd lanjutan
 

Similar to Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provinsi NTB

Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Joy Irman
 
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriRoad Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriJoy Irman
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan te...
Pedoman umum urban poverty project 2   bab iii komponen proyek dan bantuan te...Pedoman umum urban poverty project 2   bab iii komponen proyek dan bantuan te...
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan te...Advisory Specialist for P2KP
 
Akuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publik
Akuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publikAkuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publik
Akuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publikKurniawan Saputra
 
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk SanitasiTahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk SanitasiJoy Irman
 
Dokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm finalDokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm finalRisqi Tomy
 
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111Stiunus Esap
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyekPedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyekAdvisory Specialist for P2KP
 
Rencana kerja-kwarcabkota-gorontalo
Rencana kerja-kwarcabkota-gorontaloRencana kerja-kwarcabkota-gorontalo
Rencana kerja-kwarcabkota-gorontalokwarcabkotagorontalo
 
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianPanduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianAbdul Kohar
 
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...khoiril anwar
 
7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene
7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene
7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higieneinfosanitasi
 
Skripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum validSkripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum validDhe Dhe Sulistio
 
Kajian program stbm ntb 1 upload
Kajian program  stbm   ntb 1 uploadKajian program  stbm   ntb 1 upload
Kajian program stbm ntb 1 uploadHerdianty Prajitno
 
Paparan standar asdep untuk fgd
Paparan standar asdep untuk fgdPaparan standar asdep untuk fgd
Paparan standar asdep untuk fgdNurliana Umar
 
Peran bkad mendorong pemberdayaan masyarakat
Peran bkad  mendorong pemberdayaan masyarakatPeran bkad  mendorong pemberdayaan masyarakat
Peran bkad mendorong pemberdayaan masyarakatSutardjo ( Mang Ojo )
 

Similar to Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provinsi NTB (20)

Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
 
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriRoad Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan te...
Pedoman umum urban poverty project 2   bab iii komponen proyek dan bantuan te...Pedoman umum urban poverty project 2   bab iii komponen proyek dan bantuan te...
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iii komponen proyek dan bantuan te...
 
Penyusunan program-kerja-kkn
Penyusunan program-kerja-kknPenyusunan program-kerja-kkn
Penyusunan program-kerja-kkn
 
Akuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publik
Akuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publikAkuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publik
Akuntabilitas sosial sebagai instrumen penilaian birokrasi pelayanan publik
 
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk SanitasiTahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
Tahapan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat untuk Sanitasi
 
Dokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm finalDokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm final
 
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
Konsep dasar penggerakan partisipasi masyarakat111
 
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyekPedoman umum urban poverty project 2   bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
Pedoman umum urban poverty project 2 bab iv langkah-langkah pelaksanaan proyek
 
Rencana kerja-kwarcabkota-gorontalo
Rencana kerja-kwarcabkota-gorontaloRencana kerja-kwarcabkota-gorontalo
Rencana kerja-kwarcabkota-gorontalo
 
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianPanduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
 
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
 
7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene
7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene
7 Pemberdayaan Masyarakat, Pelibatan Jender, Kemiskinan, dan Higiene
 
Skripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum validSkripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum valid
 
Kajian program stbm ntb 1 upload
Kajian program  stbm   ntb 1 uploadKajian program  stbm   ntb 1 upload
Kajian program stbm ntb 1 upload
 
pengemas
pengemaspengemas
pengemas
 
Alur dan Langkah Audit Sosial
Alur dan Langkah Audit SosialAlur dan Langkah Audit Sosial
Alur dan Langkah Audit Sosial
 
Paparan standar asdep untuk fgd
Paparan standar asdep untuk fgdPaparan standar asdep untuk fgd
Paparan standar asdep untuk fgd
 
Peran bkad mendorong pemberdayaan masyarakat
Peran bkad  mendorong pemberdayaan masyarakatPeran bkad  mendorong pemberdayaan masyarakat
Peran bkad mendorong pemberdayaan masyarakat
 
ppty.pptx
ppty.pptxppty.pptx
ppty.pptx
 

Recently uploaded

Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 

Recently uploaded (8)

Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 

Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam PNPM - MP di Provinsi NTB

  • 1. PENGEMBANGAN SKEMA AUDIT SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PNPM - MP DI PROVINSI NTB KONSEPSI NTB – TIFA FOUNDATION
  • 2. I. LATAR BELAKANG • PNPM Mandiri Perdesaan merupakan kebijakan strategis pemerintah dalam harmonisasi prinsip, kriteria dan prosedur program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat. • Dengan mengacu pola PNPM Mandiri Perdesaan, program – program penanggulangan kemiskinan yang sebelumnya masih dilaksanakan secara sektoral dan parsial dengan pendekatan dan prosedur yang beragam, diharapkan akan lebih efisien dan efektiv (Kesra, 2008).
  • 3. • Pemerintah maupun lembaga donor menilai PNPM Mandiri Perdesaan telah sukses mengentaskan kemiskinan di perdesaan. • Penilaian tersebut didasarkan atas klaim bahwa PNPM Mandiri Perdesaan telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam mempelopori sejumlah investasi pembangunan di tingkat lokal (Kecamatan), misalnya : model kelembagaan pembangunan partisipatif (social capital), aset sumberdaya manusia selaku pengelola kegiatan pembangunan (human capital), modal bergulir (financial capital), infrastruktur (physical capital) dsb-nya.
  • 4. • Klaim tersebut di dukung oleh laporan tahunan konsultan program; sampai dengan tahun 2008 PNPM telah menjangkau 42.319 desa atau lebih dari 58 persen desa di Indonesia. Dengan alokasi dana sebesar Rp. 3 Miliar per kecamatan, PNPM diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja bagi 13 juta orang dan memberi manfaat bagi sembilan juta orang miskin. • Yakin akan keberhasilan tersebut, maka jumlah alokasi dana PNPM selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 misalnya, dana PNPM dialokasikan sebesar Rp 13 triliun dan meningkat hingga Rp 16,1 triliun pada tahun 2009. Jumlah ini akan terus berlanjut hingga tahun 2015 nanti.
  • 5. • Akan tetapi, oleh beberapa kalangan terutama kalangan masyarakat sipil justru masih sangat meragukan keberhasilan pelakasanaan PNPM sebagai genre pengentasan kemiskinan masa kini. • Alasannya; pembiayaan program ini sebagian besar bersumber dari hutang luar negeri (World Bank) yang selama ini dicap sebagai salah satu sumber pemiskinan rakyat Indonesia.
  • 6. • Selain itu, model pendekatan partisipasi yang melibatkan ‘dana besar’ dikhawatirkan menimbulkan polemik dan distorsi di kalangan masyarakat bawah yang selama ini masih asing dengan nilai dan angka miliaran rupiah. • Disinyalir, praktek PNPM di lapangan justru lebih didominasi oleh kepentingan para elit desa pada proses penentuan keputusan substansial. • Sementara, partisipasi kaum marjinal (kelompok miskin dan perempuan) hanya terlihat ketika pengerjaan proyek yang menekankan spirit keswadayaan (gotong royong).
  • 7. • Sejatinya ukuran keberhasilan program semisal PNPM seharusnya memperhatikan suara dan pandangan kaum marjinal yang menjadi target utama PNPM MP. • Sebab, sumber informasi penting terkait implementasi PNPM di tingkat lapangan justru ada pada struktur sosial masyarakat itu sendiri. • Dengan demikian, keabsahan akan klaim kesuksesan program bisa dilacak dari sasaran program itu sendiri.
  • 8. • Upaya pelibatan masyarakat miskin dalam memberikan penilaian, pendapat maupun pandangan terhadap implementasi PNPM Mandiri Perdesaan di lapangan, dapat dilakukan melalui pengembangan skema audit sosial berbasis masyarakat dalam PNPM MP. • Audit sosial, merupakan suatu proses untuk memeriksa akuntabilitas sebuah organisasi ataupun sebuah intervensi khusus dari organisasi tersebut (kebijakan, program, proyek).
  • 9. • Dengan pengembangan audit sosial dalam suatu program, maka akan dapat dilakukan evaluasi dampak yang ditimbulkan oleh intervensi program tersebut terhadap para penerima manfaat (beneficiaries) dan pemangku kepentingan (stakeholders). • Adapun pengembangan audit sosial berbasis masyarakat, adalah dalam pelaksanaan audit sosial di lakukan oleh masyarakat dengan memperhatikan keterwakilan berbagai unsur di masyarakat, termasuk keterwakilan perempuan dan masyarakat miskin.
  • 10. • Memperhatikan kondisi di atas, KONSEPSI (Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi) dengan di dukung oleh Yayasan TIFA, sejak bulan November 2010 hingga November 2011 melaksanakan Program Pengembangan Skema Audit Sosial terhadap PNPM Mandiri Perdesaan yang lebih dikenal sebagai kegiatan Audit Sosia PNPM MP Berbasis Masyarakat di Provinsi NTB.
  • 11. II. TUJUAN Program ini bertujuan untuk : - Meningkatkan kapasitas masyarakat, baik individu maupun kelembagaan dalam melakukan kajian kritis terhadap PNPM – MP. - Mengembangkan dan mempomosikan skema audit sosial berbasis masyarakat fokus PNPM-MP. - Menyediakan data dan informasi secara berkala terkait dinamika dan dampak implementasi PNPM- MP.
  • 12. III. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOMES) • Terjadi peningkatan kapasitas (pengetahuan dan keterampilan) masyarakat baik individu maupun kelembagaan dalam melakukan pengawasan prgram pengentasan kemiskinan khususnya dan porses pembangunan perdesaan pada umumnya; • Berfungsinya skhema audit sosial berbasis masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial publik dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesan; serta • Mendorong adanya perbaikan implementasi PNPM-MP (review kebijakan dan alokasi sumberdaya PNPM) melalui advokasi kebijakan; pengembangan hubungan dengan pihak pemerintah dan manajemen proyek; pengembangan nilai-nilai demokratisasi (pro gender, pro poor dan kelompok rentan lainnya).
  • 13. IV. INDIKATOR (OUTPUT) Outcomes 1 a. 20 % individu di masing-masing desa lokasi memahami tentang keberadaan PNPM di desa dan melakukan tindakan untuk ikut terlibat dalam proses pengawasannya; b. kemampuan teknis masyarakat di 6 (enam) desa lokasi untuk merencanakan dan mengimplementasikan pola audit sosial PNPM; c. terbangun dan berfungsinya mekanisme pembelajaran tentang audit sosial antar lokasi program; d. minimal 2 (dua) rencana aksi periodik disepakati dan dapat dilaksanakan serta berkontribusi bagi peningkatan kualitas pengawasan warga terhadap PNPM.
  • 14. Outcomes 2 a) terbentuknya 1 (satu) kelompok kerja audit sosial berbasis masyarakat (community based social audit) di masing-masing desa lokasi dan mampu menjalankan fungsi-fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan PNPM; b) fungsi dan peran CBSA diketahui serta hasil kerjanya diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat, manajemen proyek (PNPM) dan pemerintah (desa dan daerah) dalam kerangka implementasi kegiatan PNPM.
  • 15. Outcomes 3 a) model CBSA dalam PNPM diadaptasi oleh pihak lain baik pemerintah daerah maupun organisasi masyarakat sipil lainnya sebagai salah satu pola kontrol sosial dalam pembangunan; b) hasil audit sosial tim CBSA dibahas, disebarkan dan digunakan oleh pemerintah, pelaku PNPM dan pihak-pihak relevan lainnya pada berbagai level pengambil keputusan; perspektif gender dan kemiskinan serta penguatan kapasitas kaum marjinal, perempuan dan kelompok rentan lainnya terintegrasi dalam semua kegiatan program.
  • 16. V. RANCANGAN KEGIATAN BERDASARKAN TUJUAN PROGRAM Meningkatkan kapasitas masyarakat • Penyusunan modul dan kurikulum pembelajaran pelatihan audit sosial; • Diskusi terfokus tentang Mekanisme Audit Sosial • Identifikasi partisipan pelatihan (Calon Auditor Sosial) • Pelatihan Metode Audit Sosial (Teknik dan Analisa); • Pelatihan Teknik Penyusunan dan Penyediaan Pelaporan; • Diskusi berkala antar kelompok audit sosial
  • 17. Mengembangkan dan mempomosikan skema audit sosial berbasis masyarakat • Pembentukan CBSA (Community Based Social Auditor); • Workshop desa sosialisasi keberadaan CSA kepada pihak lainnya; • Diseminasi CBSA melalui penerbitan media • Publikasi melalui media lokal • Seminar hasil kegiatan program audit sosial
  • 18. Menyediakan data dan informasi • Workshop penyusunan SOP dan Indikator Audit Sosial; • Pelaksanaan Audit Sosial berbasis Partisipasi Masyarakat melalui CBSA; • Pertemuan pembahasan hasil audit sosial bulanan • Diseminasi laporan audit kepada para pihak
  • 19. VI. TAHAPAN KEGIATAN 1. Rekruitmen Fasilitator Kabupaten Melalui proses rekrutmen, telah direkrut sebanyak 3 orang fasulitator program di tingkat kabupaten. 2. Lokamini Penyusunan Rencana Kerja Program di Tingkat Manajemen Program Kegiatan ini menghasilkan dokumen rencana kerja program Pengembangan Skema Audit Sosial Berbasis Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Nusa Tenggara Barat, yang meliputi : waktu, alokasi budget dan organizer kegiatan.
  • 20. 3. Identifikasi Desa Calon Lokasi Program Audit Sosial PNPM-MP. Melalui proses ini ditetapkan 6 desa lokasi program. 4. Workshop Sosialisasi program kepada pihak terkait; Kegiatan ini dimaksudkan sebagai ruang interaksi para pihak dalam mendiskusikan pola pelibatan masyarakat dalam pengawasan implementasi PNPM Mandiri Perdesaan melalui skema audit sosial.
  • 21. 5. Penyusunan Modul dan Kurikulum Pelatihan Audit Sosial; Modul dan kurikulum pelatihan dan pelaporan audit social disusun dengan tujuan sebagai panduan dalam kegiatan pelatihan metode audit social, pelaporan audit social serta pelaksanaan audit social di lapangan. 6. Diskusi Terfokus ’Mekanisme Audit Sosial; Kegiatan ini dimaksudkan untuk sosialisasi program audit social terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dan menggali informasi tentang praktek-praktek audit sosial yang ada di desa.
  • 22. 7. Identifikasi Calon Auditor Sosial dan Pembentukan CBSA; Melalui proses ini telah terbentuk Tim CBSA yang beranggotakan 10 orang di setiap desa lokasi program. 8. Pelatihan Metode Audit Sosial (Teknik dan Analisa); Kegiatan ini bertujuan untuk ; a) memberikan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kepada peserta pelatihan tentang Audit Sosial (Konsep Dasar, Prinsip, Tahapan dan Teknik) b) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan dalam melakukan kajian kritis terhadap PNPM-MP; c) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan dalam menggali data dan informasi terkait dinamika dan dampak implementasi PNPM-MP.
  • 23. 9. Workshop SOP Audit Sosial Berbasis Masyarakat; Output dari kegiatan ini adalah; a. Anggota Tim Audit Sosial memahami peran dan fungsinya sesuai peran dan posisinya di dalam Tim CBSA; b. Anggota Tim Audit Sosial memahami alur tugas, wewenang dan tanggung jawab Tim Auditor Sosial; c.Tersusunnya Standard Operational Procedure (SOP) Tim Auditor Sosial PNPM MP sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan audit sosial di lapangan; d. Tersusunnya indikator audit sosial berbasis masyarakat.
  • 24. 10. Sosialisasi CBSA tingkat desa; Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan keberadaan, tugas dan fungsi Tim CBSA pada masyarakat desa, diharapkan melalui Tim CBSA di desa masyarakat dapat memberikan masukan dan refleksi kritis terhadap skema audit sosial.
  • 25. 11. Kegiatan Audit Sosial ; Kegiatan audit sosial terhadap peaksanaan PNPM MP dilakukan oleh tim CSBA yang sudah terbentuk di setiap desa. Metode yang digunakan dalam melakukan aktivitas ini antara lain; analisa dokumen (dokumen perencanaan/proposal kegiatan PNPM MP, Laporan pelaksanaan, laporan keuanga, wawancara, observasi/pengamatan, FGD dan diskusi hasil temuan audit sosial. 12. Pertemuan Bulanan Pembahasan Hasil Audit Sosial; Kegitan pertemuan bulanan merupakan agenda bulanan tim CBSA guna pembahasan dan kompilasi hasil / temuan masing-masing anggota tim.
  • 26. 13. Diskusi Panel Laporan Hasil Audit Sosial; Kegiatan ini dimasudkan untuk memberikan ruang bagi tim audit (tim CBSA) menyampaikan hasil / temuan tim audit, yang selanjutnya diharapkan mendapakan tanggapan dan masukan dari seluruh peserta diskusi. 14. Diskusi Berkala Antar Auditor; Kegiatan dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi tim auditor untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran di dalam melaksanakan kegiatan audit sosial di desanya masing-masing.
  • 27. 15. Penyusunan Buletin; Penyusunan buletin merupakan salah satu kegiatan yang direncanakan dengan tujuan untuk mengembangkan dan mempromosikan skema audit sosial berbasis masyarakat fokus PNPM-MP.  16. Seminar Hasil; Output dari pelaksanaan Seminar Hasil Kegiatan Communitty Based Social Audit adalah : a. Tersosialisasinya hasil – hasil kegiatan audit sosial berbasis masyarakat terhadap pelaksanaan program PNPM MP pada enam desa di NTB.
  • 28. b. Adanya rekomendasi dari berbagai pihak terkait untuk pengembangan kegiatan audit sosial berbasis masyarakat kedepan c. Adanya sharing pengalaman dan pembelajaran terkait dengan pelaksanaan kegiatan audit sosial berbasis masyarakat terhadap pelaksanaan PNPM MP. 17. Penyusunan policy brief Audit Sosial berbasis masyarakat; Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan mempromosikan skhema audit sosial bebasis masyarakat terhadap implementasi PNPM MP.
  • 29. 18. Publikasi Aktivitas Program Pengembangan Audit Sosial Melalui Media; Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebarluasan konsep dan hasil pelaksanaan audit sosial dalam PNPM MP kepada publik. Dengan demikian diharapkan adanya respon masyarakat terhadap konsep audit sosial tersebut maupun hasilnya.
  • 30. VII. Outcome dan Output • Outcomes Output (Keluaran) Indikator Pencapaian Outcome 1 : Terjadi peningkatan kapasitas (pengetahuan dan keterampilan) masyarakat baik individu maupun kelembagaan dalam melakukan pengawasan prgram pengentasan kemiskinan khususnya dan porses pembangunan perdesaan pada umumnya 1.1.20 % individu di masing- masing desa lokasi memahami tentang keberadaan PNPM di desa dan melakukan tindakan untuk ikut terlibat dalam proses pengawasannya; − Lebih dari 75 % masyarakat di masing-masing desa lokasi telah mengetahui dan memahami PNPM mengingat program ini sendiri telah ada di NTB sejak dicanangkan pertama kali tahun 2007; − Pentingnya pengawasan PNPM melalui aktifitas audit sosial telah diketahui dan dipahami oleh hampir 10 % individu dari total jumlah penduduk (rata-rata penduduk di desa lokasi = 3.000 – 5.000 jiwa). Adapun rinciannya masing-masing :  Tempos = 280 orang  Sesaot = 237 orang  Ubung = 254 orang;
  • 31. 1.2.Kemampuan teknis masyarakat di 6 (enam) desa lokasi untuk merencanakan dan mengimplementasikan pola audit sosial PNPM; 1.3. Terbangun dan berfungsinya mekanisme pembelajaran tentang audit sosial antar lokasi program. 1.4. Minimal 2 (dua) rencana aksi periodik disepakati dan dapat dilaksanakan serta berkontribusi bagi peningkatan kualitas pengawasan warga terhadap PNPM. Tim Audit Sosial di masing- masing desa lokasi telah menyusun Rencana Kegiatan Audit Sosial PNPM secara periodik (setiap bulan; sejak bulan Mei 2011); Telah dilaksanakan 6 kali pertemuan bulanan pembahasan hasil audit sosial di masing-masing desa lokasi sebagai bentuk dari implementasi rencana kegiatan yang telah disusun. Telah dilaksanakan dilaksanakan 6 kali panel hasil audit sosial di masing- masing kabupaten lokasi sebagai media pembelajaran di antara Tim Audit Sosial; Adapun rencana aksi yang dilaksanakan secara periodik oleh Tim Audit Sosial di masing-masing desa lokasi : Kegiatan pengumpulan data dan informasi (kuantitatif maupun kualitatif);
  • 32. Outcome 2 : Berfungsinya skema audit sosial berbasis masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial publik dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesan. 2.1. Terbentuknya 1 (satu) kelompok kerja audit sosial berbasis masyarakat (community based social audit) di masing-masing desa lokasi dan mampu menjalankan fungsi-fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan PNPM 2.2. Fungsi dan peran CBSA diketahui serta hasil kerjanya diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat, manajemen proyek (PNPM) dan pemerintah (desa dan daerah) dalam kerangka implementasi kegiatan PNPM. Di masing-masing desa lokasi program (6 desa), telah terbentuk Kelompok CBSA (Community Based Social Audit) dengan anggota 10 orang. Data dan informasi yang dikumpulkan oleh Tim Audit Sosial dibahas dalam Panel Diskusi secara periodic yang dihadiri oleh Manajemen PNPM (Tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa). Hasil audit sosial ternyata dimanfaatkan oleh Manajemen PNPM untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan di lapangan (Kasus Sesaot, pemanfaatan anggaran pembuatan polindes yang tidak sesuai dengan RAB berhasil diselesaikan setelah panel diskusi audit sosial).
  • 33. Outcome 3 : Mendorong adanya perbaikan implementasi PNPM-MP (review kebijakan dan alokasi sumberdaya PNPM) melalui advokasi kebijakan; pengembangan hubungan dengan pihak pemerintah dan manajemen proyek; pengembangan nilai-nilai demokratisasi (pro gender, pro poor dan kelompok rentan lainnya). 3.1. Model CBSA dalam PNPM diadaptasi oleh pihak lain baik pemerintah daerah maupun organisasi masyarakat sipil lainnya sebagai salah satu pola kontrol sosial dalam pembangunan. 3.2. Hasil audit sosial tim CBSA dibahas, disebarkan dan digunakan oleh pemerintah, pelaku PNPM dan pihak-pihak relevan lainnya pada berbagai level pengambil keputusan; 3.3. Perspektif gender dan kemiskinan serta penguatan kapasitas kaum marjinal, perempuan dan kelompok rentan lainnya terintegrasi dalam semua kegiatan program Pada saat ini, model CBSA belum diadopsi oleh pihak lain. Tetapi, beberapa desa di luar lokasi program (Pringgarata, Buwun Sejati, Pakuwan, Lebah Sempage) berkeinginan agar model CBSA dikembangkan terutama dalam pengawasan kegiatan pembangunan desa lainnya (tidak terbatas pada PNPM saja) . Buletin partisipasi menjadi media bagi penyebar luasan ide dan hasil-hasil pelaksanaan audit sosial. Pada setiap kegiatan (sosialisasi, pengumpulan data, panel hasil, diskusi bulanan), Tim Audit Sosial telah memastikan keterwakilan kaum perempuan dan kelompok marginal lainnya;
  • 34. HASIL KEGIATAN LAINNYA • Dua desa lokasi program yaitu; desa Tempos Kabupaten Lombok Barat dan desa Sukarara Kabupaten Lombok Timur, telah memberikan legalitas terhadap tim CBSA dengan Keputusan Kepala Desa.
  • 35. Ditemukan beberapa permasalahan dalam implementasi PNPM MP di lapangan antara lain; • Masih lemahnya aktivitas pendampingan / pembinaan oleh pelaku sehingga beberapa capaian dari program tidak berjalan dengan baik. Contohnya administrasi atau pembukuan keuangan TPK (Tim Pengelola Kegiatan) tidak lengkap dan tertib, terjadinya tunggakan atau kemacetan pengembalian SPP (Simpan Pinjam Khusus Perempuan) dll.
  • 36. Terjadinya penyimpangan prinsip dan prosedur yang dilakukan oleh pelaksana program PNPM MP seperti ; • Perubahan kegiatan setelah dana turun ke desa, tanpa ada musyawarah dengan masyarakat terlebih dahulu; • Kurangnya akses masyarakat untuk mengetahui kondisi keuangan di UPK (Unit Pengelola Kegiatan); • Penggunaan dana untuk kepentingan lain di luar perencanaan; • Intervensi yang cukup kuat dari aparat pemerintah desa;
  • 37. • Di desa Ubung ditemukan adanya bangunan PUSTU yang dibangun sejak tahun 2008, namun sampai sekarang belum difungsikan. Bahkan tanah lokasi bangunan belum jelas statusnya, apakah merupakan hibah atau masih berstatus tanah milik kepala desa lama.
  • 38. PEMBELAJARAN • Audit sosial merupakan hal yang baru bagi masyarakat maupun pelaku PNPM di semua lini, sehingga diperlukan proses sosialisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan, guna memberikan pemahaman yang utuh tentang Audit Sosial Berbasis Masyarakat terhadap Program PNPM-MP.
  • 39. • Legalitas Tim auditor (CBSA) masih dipertanyakan oleh beberapa kalangan, terutama oleh pelaku PNPM MP di desa maupun di kecamatan. • Istilah “Audit” relatif berpengaruh terhadap proses pelaksanaan program, karena istilah audit dikonotasikan dengan pemeriksaan keuangan yang menjadi domain Inspektorat, BPK dan / atau PBPKP. Sehingga untuk menghindari resistensi di lapangan, Tim CBSA dalam melakukan kegiatan audit mensiasatinya dengan istilah monitoring / pemantauan program pembangunan desa khususnya PNPM.,
  • 40. • Di sebagian besar desa lokasi program, menunjukkan partispasi kaum perempuan dalam kegiatan pembangunan, desa relatif masih kurang baik, baik dilihat dari aspek kehadiran dalam pertemuan, daya kritisnya terhadap masalah- masalah pembangunan. Karena terkendala oleh faktor tradisi, adat atau nilai-nilai lokal yang memposisikan perempuan sebagai sub ordinat dalam strukut masyarakat di desa.
  • 41. • Di beberapa desa, pelaku PNPM MP kurang transparan dalam pengelolaan program, baik menyangkut pelaksanaan pembangunan fisik maupun penggunaan dana program. • Tim Monev desa yang dibentuk tidak memahami tupoksinya dalam strukutr kelembagaan PNPM MP, sehingga tidak tahu apa yang akan dilakukan dalam pengawasan PNPM, bahkan sering kali tidak dilibatkan oleh TPK. • Masyarakat miskin dan kaum termarjinalkan seringkali hanya dilibatkan pada saat pelaksanaan program pisik (saat gotong royong).
  • 42. • Masyarakat miskin dan kaum termarjinalkan seringkali hanya dilibatkan pada saat pelaksanaan program pisik (saat gotong royong). • Sikap patuh kepada elit / pemerintah desa, merupakan kendala utama bagi masyarakat miskin dan kaum termarjinalkan untuk menyarakan aspirasi dan “mengkritisi” kebijakan pembangunan desa yang kurang berpihak kepada kelompoknya.
  • 43. REKOMENDASI • Perlu adanya upaya mendorong internalisasi program audit sosial kedalam skema monitoring dan pengawasan pembangunan di tingkat desa. Sehingga, kegiatan audit sosial ini tidak hanya dilaksanakan dalam pelaksanaan PNPM MP semata, tetapi juga semua program pembangunan desa.
  • 44. • Diperlukan adanya komitmen politik pemerintah terutama pemerintah kabupaten, berupa PERDA / PERBUP / Surat Keputusan Bupati tentang perlunya dilakukan audit sosial terhadap pelaksanaan kebijakan publik semisal PNPM MP di desa. • Mendorong pihak-pihak terkait untuk melakukan Penguatan kelembagaan dan kapasitas Tim Audit Sosial PNPM MP yang sudah terbentuk melalui program audit sosial ini.
  • 45. • Guna perluasan pengembangan skema Audit Sosial di NTB, diperlukan adanya upaya sosialisasi dan promosi melalui sekema program dengan sasaran yang lebih luas. • Karenanya, dukungan dari pihak-pihak terkait dalam melanjutkan pelaksanaan Program Pengembangan Skema Audit Sosial di NTB untuk tahap berikutnya masih sangat dibutuhkan.