Pemikiran pendidikan Islam Ibnu Taimiyah menekankan pada tauhid sebagai landasan, tujuan membentuk kepribadian muslim yang lurus, dan kurikulum yang mencakup Al-Quran dan kekuasaan Allah atas alam semesta. Ibnu Taimiyah juga menyarankan penggunaan bahasa Arab dalam pendidikan.
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
Pemikiran ibnu taimiyah dalam pendidikan islam
1. PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
Anta Fadli Ma’ruf
Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Kendari
Email: antafadly4@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang pemikiran pendidikan islam oleh Ibnu
Taimiyah, pendidikan islam merupakan salah satu bidang studi islam yang
mendapat banyak perhatian dari para ilmuan. Hal ini karena disamping
peranannya yang amat strategis dalam rangka meningkatkan sumber
daya manusia, juga di dalam pendidikan islam terdapat berbagai masalah
yang kompleks.Salah satunya adalah Ibnu Taimiyah, beliau terkenal
sebagai seorang ulama pemikir yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis
terhadap pemecahan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat islam
yang menuntut pemacahan secara logis melalui jalur pendidikan. Falsafah
pendidikan menurutnya, harus dibangun di atas landasan tauhid,
keimanan terhadap keesaan Allah. Berdasarkan pandangan tauhid inilah
kemidian Ibnu Taimiyahmenjelaskan tentang tujuan pendidikan, pendidik,
peserta didik, kurikulum dan sebagainya.
Kata Kunci: Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer Ibnu Taimiyah
2. A. Biografi Ibnu Taimiyah(1263 M)
Ahmad Taqiyudin Abu Abbas bin Syihabuddin Abdul Mahasin Abdul
Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Abi Qasim Al Khadar bin
Muhammad bin Al Khadar bin Ali bin Abdillah, atau yang dikenal dengan
ibnu Taimiyah. Nama taimiyah dinisbatkan kepadanya karena nenek
moyangnya yang bernama Muhammad bin Al-Khadar melakukan
perjalanan haji taiam’. Sebaliknya dari haji, iya mendapati istrinya
melahirkan seorang anak wanita yang kemudian diberi nama taimiyah.
Sejak saat itu keturunannya dinamai ibnu Taimiyah sebagai peringatan
haji moyangnya itu.
Beliau lahir pada 10 Robi’ul Awwal 661 H bertepatan dengan 22
januari 1263 M. Wafat di Damaskus pada tanggal 20 Dzulhijjah 728 H
bertapatan dengan 26 September 1328 H. Ia dikenal sebagai seorang
muhaddits muffasir (ahli tafsir Al- Qur’an berdasarkan hadits).
B. Pemikiran Ibnu TaimiyahTentang Pendidikan Islam
Manusia sebagai mahluk edukandum (pendidikan) lahir dengan
membawa potensi. Potensi itu adalah rasionalitas yang berpadu dengan
spiritualitas, rasionisasi yanng menggerakan spiritulitas serta berjuta hal
yang mempengaruhi kehidupan, potensi tersebut dikembangkan melalui
proses pendidikan berkembang sesuai perubahan sosial- kultural dan
zaman.1 Pemikiran Ibnu Taimiyah di atas berkenaan dengan ilmu
pengetahuan yang terus berkembang seiring perkembangan zaman
berasal dari rasio yang mempengaruhi spiritualitas sehingga mahluk
edukandum (pendidikan) dapat berkembang berdasarkan syariat.
Ibnu Taimiyahtertarik dan mempelajari filsafat, tujuannya bukanlah
untuk mendalami dan memahami ilmu ini untuk kemudian mengambil
manfaatnya yang mungkin bisa diambil darinya, akan tetapi sebaliknya
untuk mencari sisi-sisi kesalahannya untuk kemudian merubuhkan
1 Aris Try Andreas Putra, Pemikiran Pendidikan Islam: Tokoh Pemikir Klasik Dan
Modern, (Yogyakarta: Diandra Creative, 2015), Hlm. 99-100.
3. bangunannya, karena dalam pandangnya filsafat telah menjadi semacam
penyakit yang menyerang pemikiran orang-orang islam, bahkan Taimiyah
menjelaskan bahwa sebelum seseorang mendalami akidah islam maka ia
harus membersihkan diri dari segala hal yang berbau filsafat yang
menurutnya berasal dari kebohongan angan-angan dan bayangan, sikap
Ibnu Taimiyahini meruakan dampak dari kondisi politik dan sosio-kultural
masyarakat muslim pada waktu itu.2 Pemikiran Ibnu Taimiyah di atas tidak
sesuai pada masa kini, ilmu-ilmu filsafat yang di pelajari pada masa kini
telah difilter berdasarkan suatu kenyataan dan banyak melahirkan suatu
sistem pada suatu pemerintahan contohnya di indonesia pancasila
sebagai sistem filsafat.
Ibnu Taimiyah juga menitik beratkan masalah-masalah pendidikan
islam. Beliau menjelaskan tentang konsep pendidikan islam sebagai
berikut:
1. Tauhid, berdasarkan tauhid ini Ibnu Taimiyahmencoba
memberikan gambaran mengenai konsep orang yang berilmu,
tujuan pendidikan, kurikulum dan sebagainya. Dengan dasar
tauhid ini orang alim adalah orang yang menyatakan bersaksi
atas ketuhanan Allah lalu mengesakannya.
2. Tabi’at kemanusiaan, seseorang tidak dapat mencapai
pengembangan kecenderungan tauhidnya kecuali melalui
pengajaran dan pendidikan. Pemikiran ibnu taimiyah, sebagai
seorang pendidik harus berpegang teguh pada ketauhidan
(ketuhanan), hal ini sesuai dengan ajaran yang berada pada
sebuah perguruan tinggi islam.
Ibnu Taimiyah mengkonseptualisasikan tujuan pendidikan dapat di
golongkan menjadi 3 (tiga) sebagai berikut:
1. Tujuan individu, seseorang yang menuntut ilmu agar berupaya
memahami tujuan perintah dan larangan serta segala ucapan
yang datang dari rasul. Ibnu Taimiyahmengatakan bahwa pribadi
2 Aris Try Andreas Putra, Pemikiran Pendidikan Islam..., Hlm. 105.
4. muslim yang baik adalah orang yang sempurna kepribadiannya
yaitu yang lurus jalan pemikirannya serta jiwanya, bersih
keyakinannya, kuat jiwanya, sangggup melaksanakan segala
perintah agama dengan jelas dan sempurna.
2. Tujuan sosial, setia manusia memiliki dua sisi kehidupan, yaitu
sisi kehidupan individu yang berhubungan dengan beriman
kepada Allah, dan sisi kehidupan sosial yang berhubungan
dengan masyarakat tempat dimana manusia hidup.
3. Tujuan dakwah, mengarahkan umat manusia agar siap dan
mampu memiliki tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia. Untuk
mencapainya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama,
menyebarkan ilmu ma’rifat yang di datangkan dari Al-Qur’an dan
kedua, berjihad sungguh-sunguh sehingga kalimat Allah dapat
berdiri tegak.
Bekenaan dengan sifat pendidik dan peserta didik Ibnu Taimiyah
menjelaskan. Sifat pendidik terhadap peserta didik, seseorang pendidik
harus memiliki sifat sebagai berikut:
1. Seseorang alim merupakan khulafa yaitu orang yang
menggantikan misi perjuangan para nabi dalam bidang
pengajaran.
2. Seorang alim hendaknya menjadi panutan terhadap murid-
muridnya dalam hal kejujuran berpegang teguh pada akhlak
yang mulia, menegakkan syariat islam.
3. Seorang alim hendaknya membiasakan menghafal dan
menambah ilmunya serta tidak melupakannya.
Selanjutnya sifat peserta didik terhadap pendidik dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Seorang murid hendaknya memiliki niat yang baik dalam
menuntut ilmu yaitu mengharapkan ridho Allah.
2. Seorang murid hendaknya mengetahui tentang cara memuliakan
gurunya serta berterima kasih terhadapnya.
5. 3. Seorang murid hendaknya mau menerima setiap ilmu sepanjang
ia mengetahui sumbernya, jangan mengikatkan diri hanya pada
pada satu guru.
4. Seorang murid hendaknya tidak menilai atau menyalahkan
madzhab orang lain atau memandang madzhab orang lain
sabagai madzhab orang-orang yang bodoh.3
Cara yang benar adalah bahwa apa yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah adalah sesuatu kebenaran. Sesuatu yang sejalan dengan
kedua sumber tersebut dipandang benar, sedangkan sesuatu yang
bertentangan dengan itu adalah salah.4
Ibnu Taimiyah menjelaskan kurikulum dalam arti materi pelajaran
dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai yang secara
ringkas dapat dikemukakan melalui empat tahapan yaitu:
1. Kurikulum yang berhubungan dengan At-Tauhid, yaitu mata
pelajaran yang berkaitan dengan ayat-ayat Allah yang ada dalam
kitab suci Al-Qur’an dan ayat yang ada di jagat raya dan terapat
dalam diri manusia.
2. Kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui sacara
mendalam yang berkenaan dengan ayat-ayat Allah, yaitu mata
pelajaran yang berkaitan dengan upaya melakukan penyelidikan
secara mendalam terhadap semua mahluk hidup.
3. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya manusia
mengetahui sacara mendalam terhadap kekuasaan Allah yaitu
mata peajaran yang mengetahui pembangunan mahluk hidup
yang meliputi berbagai aspek.
4. Kurikulum yang mendorong untuk mengetahui perbuatan-
perbuatan Allah yaitu mata pelajaran yang berhubungan dengan
melakukan penyelidikan secara cermat terhadap berbagai ragam
3 Aris Try Andreas Putra, Pemikiran Pendidikan Islam..., Hlm. 110-111
4 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2003), Hlm. 156.
6. kejadian dan peristiwa yang tampak dalam wujud yang
beraneka ragam.5
Menurut Ibnu Taimiyah seluruh ilmu pengetahuan pada hakikatnya
adalah sutu apaya yang mewujudkan kalimat Allah sebagaimana
diisyaratkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berbagai bentuknya
yang bermacam-macam. Kalimat atau ajaran yang ada dalam Al-Qur’an
itu dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama ajaran (kalimat) yang
berkaitan dalam masalah agama, kadua ajaran atau (kalimat) yang
berkaitan dengan masalah alam semesta (kauniat).6
Berkenaan dengan metode pengajaran pendidikan islam, Ibnu
Taimiyahmenjelaskan secara umum metode pengajaran dapat dibagi
kepada dua bagian, yaitu metode ilmiah dan metode iradiyah. Menurut
Ibnu Taimiyah bahwa al-qalb (hati) tersebut memiliki dua daya, yaitu daya
ilmiyah atau berpikir, dan daya al-iradiyah yaitu kecenderungan untuk
mengamalkan yang dipikirkan. Pemikiran tersebut dimulai dalam hati dan
berkhir dalam hati, dan ketika iradah (kemauan) bemula di dalam hati dan
berakhir pada anggota badan, pada puncaknya penggunaan kedua daya
tersebut di dalam akal. Dengan demikian akal merupakan sifat yang
terapat pada hati, yaitu pemikiran dan kemauan.
Melalui daya ‘ilmiyah, hati seseorang akan menghasilkan ma’-rifah
(pengetahuan yang mendalam) dan ilmu (pengetahuan biasa).
Selanjutnya melalui iradiyah aan tergerak hati untuk menyesuaikan ilmu
ini untuk selanjutnya dipraktekan dalam amal. Dalam keadaan demikin
maka esensi belajar itu sesungguhnya terjadi etika seseorang belajar
berfikir mengenai yang baik (khair) dan benar (as-shawab), dan apa yang
di anggap salah dan buruk. Selain seorang pelajar itu menyesuaikan diri
dangan pengetahuan yang dimilikinya, juga dalam keadaan demikianlah ia
disebut sebagai seorang pelajar yang berakal.7
5 Aris Try Andeas Putra, Pemikiran Pendidikan Islam...,Hlm. 111-112
6 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Pt Raja
Grafindo Pustaka) Hlm. 146
7 Aris Try Andreas Putra, Pemikiran Pendidikan Islam..., Hlm. 113.
7. Ibnu Taimiyah menganjurkan agar mewajibkan penggunaan
bahasa arab dalam pengajaran dan percakapan. Hal ini didasarkan pada
pandangannya bahwa penguasaan secara mendalam dan teliti terhadap
bahasa arab merupakan tuntutan islam dan sesuatu yang fardu ‘ain
hukumnya dikalangan ulama salaf. Orang-orang salaf mewajidkan anak-
anaknya agar berbahsa arab dan memandang bahasa arab sebagai
bahasa yang paling mulia. Ketika Allah mewahyukan kitabNYA dengan
mnggunakan bahasa arab, maka Rasulullah SAW. Juga menyampaikan
(mengajarkan) wahyu tersebut kepada orang-orang mu’min dengan
menggunakan bahasa arab dan mengajak umat agar mengucapakan
wahyu dengan bahasa arab. Ibnu Taimiyah lebih lanjut mengatakan
bahwa pengusan terhadap ilmu dan pemantapan terhadap iman
mensyaratkan pemahaman yang baik terhadap bahasa arab, dan
karenanya pengusaan terhadap bahasa arab menjadi salah satu bagian
dari akidah. Dengan menguasai dan berbicara menggunakan bahasa
arab, seseorang akan memahami agama dengan mudah dan juga
memudahkan orang-orang mu’min pada setiap generasi dalam menguasai
syariat islam dan pendapat para sahabat Rasulullah SAW. Pada setiap
langkah dan bidang kehidupan.8
8 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam..., Hlm. 149-150.
8. C. Kesimpulan
Ibnu Taimiyah, beliau terkenal sebagai seorang ulama pemikir yang
berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis terhadap pemecahan berbagai
masalah yang dihadapi masyarakat islam yang menuntut pemacahan
secara logis melalui jalur pendidikan.
pemikiran ibnu taimiyah menyatakan bahwa pendidikan itu
merupakan respons terhadap berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat islam pada saat itu yang menuntut pemecahan secara
strategis melalui jalur pendidikan. Masalah dalam pendidikan adalah
masalah yang universal, dalam arti akan ada pada setiap bangsa dan
setiap zaman.
Pemikiran ibnu taimiyah dalam pendidikan dapat dibagi ke dalam
pemikirannya dalam bidang filsafat pendidikan, tujuan pendidikan,
kurikulum, konsep pendidikan, sifat penidik terhadap peserta didik, sifat
peserta didik terhadap pendidik, metode pengajaran pendidikan, bahasa.
Seluruh pemikirannya dalam bidang pendidikan itu ia bangun berdasarkan
keterangan yang jelas sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah melalui pemahaman yang mendalam.
9. DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, 2003, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Putra, Aris Try Andreas dan Aris Nurqi Ar-Razak,2015 , Pemikiran
Pendidikan Islam, Yogyakarta : Diandra Creative.