Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Bab i proposal
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia selamanya tidak terlepas dari dunia pendidikan,
karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan merupakan suatu
sarana atau alat untuk membina manusia dalam mengarungi kehidupan dan
mengarahkan manusia serta mendorong manusia untuk berbuat hal-hal yang
positif dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri
Sejak manusia menuntut kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu
timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian, dan pengembangan
kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam pertumbuhan masyarakat,
pendidikan yang perhatian utama dalam rangka memajukan generasi demi
generasi sejalan dengan tuntutan kemauan masyarakatnya.
Saran utama yang dibutuhkan untuk mengembangkan kehidupan manusia
tidak lain adalah pendidikan, dalam dimensi yang setara dengan tingkat daya
cipta, daya rasa dan daya karsa masyarakat beserta anggotaanggotanya. Maka,
dalam hal ini pendidikan merupakan hal yang selalu dibutuhkan oleh setiap
manusia guna untuk membentuk pribadi yang beretika terhadap semua makhluk
ciptaan Allah.
Kementerian Pendidikan Nasional sebagai penanggung jawab pelaksanaan
pendidikan sekolah-sekolah dan Kementerian Agama sebagai penanggung jawab
pelaksanaan pendidikan di madrasah-madrasah harus mampu mengonsep dan
2. 2
mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan pendidikan. Indonesia terkenal dengan
budaya timurnya yang santun, konsisten dalam menjaga nilai-nilai moral, dan
etika yang tinggi. Namun, saat ini bisa dikatakan sudah sedikit memudar.
Jika memperhatikan para pelajar, sebenarnya mereka telah bersungguh-
sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapat manfaat
dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan mengamalkannya.
Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya
mereka tinggalkan. karena, barangsiapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat
mencapai tujuan. (Burhanuddin az-Zarnuji: Ta’lim Al-Muta’allim)
Etika adalah suatu hal yang penting untuk dijadikan pegangan hidup
manusia. Al-Qur’an surat Luqman ayat 13-19, misalnya, telah memberi contoh
bagaimana nasihat atau wasiat Luqman al-Hakim kepada putranya. Lebih rinci
ayat-ayat tersebut berisikan, pertama masalah tauhid, kedua menjunjung tinggi
(syari’at Agama) Allah, ketiga kaidahkaidah akhlak budi pekerti dan etika,
keempat himbauan menuju akhlak yang tinggi dan terpuji, dan yang terakhir
adalah beberapa jalan yang harus ditempuh dalam menghasilkan kebajikan.
Apabila dicermati pada tiap-tiap butir wasiat Luqman kepada anaknya di atas,
maka akan tampak bahwa betapa penting kedudukan akhlak. Bukankah disitu
dijumpai dua wasiat yang sama-sama menyinggung tentang akhlak, yaitu yang
tersebut dalam butir ketiga dan keempat.
Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman moral untuk
membentengi diri dari pengaruh negatif globalisasi. Akan tetapi lebih penting
adalah bagaimana nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut
3. 3
benar-benar mewarnai setiap tingkah laku peserta didik dan seluruh pihak yang
terkait dengan proses pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, apabila dalam dunia pendidikan, akhlak menjadi
masalah yang mendapat perhatian lebih dan banyak disoroti adalah hal yang
semestinya, karena akhlak ini sebagai cermin manusia. Apabila khlaknya baik
tentu saja akan melahirkan perbuatan manusia yang baik, baik terhadap Allah,
terhadap diri sendiri, ataupun terhadap makhluk lainnya sesuai dengan anjuran
dan larangan serta petunjuk Al-Qur’an dan al-Hadits.
Masalah etika merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Adapun dalam UU RI juga dijelaskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional itu sebagaimana termaktub dalam
pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah “Berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (pasal 3 dan penjelasan atas UU RI No. 20 tahun
2003).8
Latar belakang tulisan Al-Zarnuji didasarkan atas keprihatinan terhadap
banyak peserta didik yang telah berupaya belajar tapi tidak mendapatkan hasil
yang maksimal seperti yang diharapkan.Mereka tidak mendapatkan ilmu, manfaat
dari ilmu, mengamalkan dan merasakan kelezatan ilmu.
Hal tersebut dikarenakan kekeliruan mereka dalam memahami etika atau
tatacara peserta didik menuntut ilmu. Oleh karena itu, dalam hal ini konsep-
konsep yang terdapat dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim, perlu ditengok dan
4. 4
diaktulisasikan kembali, walaupun ada juga beberapa konsep yang perlu dikritisi.
Dapatlah diamati, bahwa konsep yang terdapat dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim
yang akan dikaji oleh penulis yang terkait dengan konsep etika peserta didik,
tampaknya tidak terlalu jauh dari konsep yang ada dalam kitab pendidikan Islam
secara umum. Memang fashal-fashal yang ada dalam kitab ini bukanlah kitab
hukum melainkan kitab adab, yaitu adab dalam menuntut ilmu, adab-adab yang
membawa kesuksesan bagi orang yang menuntut ilmu.
Pelajar selalu menjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela.
Karena akhlak buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: "Malaikat tidak
akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing". Padahal orang
belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap
takabur dan sombong. (Burhanuddin az-Zarnuji: Ta’lim Al-Muta’allim)
Latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka merupakan suatu
alasan yang mendasar mengapa penulis membahas permasalahan tersebut dalam
penelitian yang berjudul “Pandangan Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji
Tentang Etika Peserta Didik Dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’allim (Analsisi
Ilmu Pendidikan Islam)”
5. 5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memfokuskan pada perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa makna pendidikan Islam?
2. Bagaimana pandangan Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji Tentang Etika
Peserta didik?
3. Bagaimana analisis pandangan Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji
tentang etika peserta didik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian terhadap masalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui makna pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui Pandangan Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji Tentang
Etika Pendidikan.
3. Untuk menelaah secara kritis tentang pandangan Syekh Burhanuddin
Az-Zarnuji tentang etika peserta didik.
D. Kerangka pemikiran
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sunguh- sungguh tentang
hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu mengguakan ratio (pikiran),
tetapi tidak semua proses berpikirt disebut filsafat. ( Drs. H. Hamdani dan Drs. H.
A. Fuad Ihsan 1998 : 9).
6. 6
Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa :
Filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya
dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan
bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha
menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-
pengalaman manusia.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal
dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos
berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah
(wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut
failasuf (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/25/filsafat-pendidikan-
islam/).
Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat
adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat
adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Selanjutnya pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang
lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai
berbagai rumusan yang berbeda-beda.
Ahmad D. Marimba, mengatakan bahwa : Pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
7. 7
Menurut Omar Muhammad Al - Thoumy Al - Syaebani Pendidikan
agama Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah
laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses
kependidikan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna
dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah
diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari
akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di
akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur
cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur
masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk
mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para
peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan
pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui
memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi
Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long
life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-
ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan
revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an
ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia.
8. 8
Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan
menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al
Hadist Firman Allah :
Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan
perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu,
tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki
diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”
Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana
proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju
tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir
sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan
(struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut
kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber
ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi
manusia :
9. 9
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-
tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat,
serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya
untuk beribadah kepada Nya.
4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain
dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan
makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk
mengambil manfaatnya.
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat
Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al
Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof
Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan
adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan
yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas,
tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
Prof. Muhammad Athiyah Abrasyi dalam kajiannya tentang
pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan
Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “
yaitu :
10. 10
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan
Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan
tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian
kepada keduanya sekaligus.
3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk
mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar
sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra,
kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan
supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan
perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup
dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan
keagamaan.
5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau
akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-
segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya.
Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara
agama dan ilmu pengetahuan.
Sejalan dengan Prof. Muhammad Athiyah Abrasyi dalam kajiannya
tentang pendidikan Islam, Al-Ghazali mengatakan bahwa dalam sebuah
pelaksanaan pendidikan harus memiliki tujuan yang berlandaskan pada
pembentukan diri untuk mendekatkan peserta didik kepada Tuhan.
Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi
tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan
keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang
tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sebab jika tujuan pendidikan
diarahkan selaim untuk mendekatkan diri pada Allah, akan menyebabkan
kesesatan dan kemundaratan.
Rumusan tujuan pendidikan yang diungkapkan Al-Ghazaly didasarkan
pada firman Allah swt, tentang tujuan penciptaan manusia yaitu:
11. 11
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Tujuan pendidikan yang dirumuskan Al-Ghazali tersebut dipengaruhi oleh
ilmu tasawuf yang dikuasainya. Karena ajaran tasawuf memandang dunia ini
bukan merupakan hal utama yang harus didewakan, tidak abadi dan akan rusak,
sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatannya setiap saat. Dunia merupakan
tempat lewat sementara, tidak kekal. Sedangkan akhirat adalah desa yang kekal
dan maut senantiasa mengintai setiap manusia.
Secara rinci, Hasan Langgulung, 1979: 38 mengemukakan bahwa filsafat
pendidikan Islam dalam memecahkan problema pendidikan Islam (problema
pendidikan yang dihadapi umat Islam) dapat menggunakan metode –metode
antara lain :
a. Metode Spekulatif dan Komtemplatif
Menurut Runes yang dikutip oleh Moh. Noor Syam (1987:23),
“Contemplation atau perenungan dalam epistimology modern adalan
pengetahuan dari objek yang berlawanan dengan menikmati, melainkan sebagai
kesadaran jiwa kearah kesadaran sendiri.
Menurut Moh. Noor Syam sendiri, merenung adalah suatu cara yang sesuai
dengan watak filsafat, yaitu memikirkan segala sesuatunya sedalam-dalamnya,
tanpa keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya. Prosesnya berlangsung
lama, dalam keadaan tenang dan hening sungguh-sungguh, dalam kesendirian
atau kapan dan dimanapun. Objeknya bisa apa saja. Sedangkan spekulatif
12. 12
yang juga berarti perenungan atau merenung yaitu melakukan perenungan
terhadap segala objek filsafat yang tak terbatas, yang tujuannya untuk mengetahui
segala sesuatu secara lebih mendalam dengan pikiran kritis piker murni
(reflective thinking), cenderung menganalisa, menghubungkan antar masalah
berulang-ulang secara mantap.
Metode spekulatif dan kontemplatif dalam sistem filsafat Islam menurut
Zuhairini (1992 : 131) disebut tafakkur dan merupakan metode utama dalam
setiap cabang filsafat. Keduanya adalah berpikir secara mendalam dalam
situasi yang tenang, sunyi, untuk mendabatkan kebenaran tentang hakekat
sesuatu yang dipikirkan, yang berkaitan dengan masalah-masalah yang abstrak
seperti hakikat hidup menurut Islam, hakikat iman, dan sebagainya.
b. Metode atau Pendekatan Normatif
Norma artinya nilai juga berarti aturan atau hokum-hukum.Norma
menunjukkan keteraturan suatu sistem, baik buruk, berguna dan tidak bergunanya
sesuatu dan menunjukkan arah geraknya sesuatu aktivitas. Dalam filsafat Islam,
disebut pendekatan syar’iyah, diamksudkan adalah mencari dan menetapkan aturan
aturan dalam kehidupan nyata tentang apa yang boleh dan tidak boleh menurut
syari’at Islam. Obyeknya berkaitan dengan tingkah laku dan amal perbuatan
(Zuhairini, 1992 : 132).
c. Metode Analisa Konsep dan Analisa Bahasa
Konsep berarti ungkapan atau pengertian seseorang terhadap suatu obyek,
kata-kata, kalimat dan bahasa pada hakikatnya merupakan kumpulan pengertian
pengertian dari konsep-konsep. Pengertian seseorang terhadap suatu obyek yang
13. 13
dirumuskan dalam bentuk definisi yang selalu menggunakan bahasa atau
kalimat tertentu untuk mengungkapkan pengertian tersebut (Zuhairini,
1992:132). Oleh karena itu pendekatan ini dimaksudkan sebagai usaha memahami
konsep-konsep filosofis dalam ajaran Islam tentang hidup dan kehidupan
manusia, seperti iman, ihsan, dan seterusnya.
Kedua metode ini menurut Arifin (1994:23) dipandang oleh hamper
semua ahli filsafat sebagai fungsi pokok yang syah dari filsafat. Karena filsafat
itu sendiri dipandang sebagai analisa logis dari bahasa dan penjelasan tentang
arti kata dan konsep. Maka metode pengungkapan permasalahannya pun
menggunakan analisa bahasa dan analisa konsep. Kedua metode analisa ini tidak
dapat dipisahkan karena merupakan hakikat dari analisa filosofis. Analisa bahasa
digunakan untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu. Sedangkan analisa
konsep adalah analisa kata-kata yang dianggap kunci pokok yang mewakili
gagasan dan konsep.
d. Pendekatan Historis
Yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu. Dalam
sistem pemikiran filsafat, pengulangan sejarah (sistem sejarah) yang sesungguhnya
tidak mungkin terjadi, sedang dalam pandangan kesejarahan suatu kejadian
atau peristiwa yang terjadi karena hubungan sebab akibat dan terjadi dalam
setting, situasi dan waktunya sendiri- sendiri. Peristiwa sejarah berguna untuk
memberikan petunjuk dalam membina masa depan, termasuk memberikan
banyak manfaat untuk pendidikan. Banyak ayat-ayat al-Quran yang
14. 14
menganjurkan untuk mengambil pelajaran dari sejarah (Arifin, 1994 : 133).
e. Metode Deduktif
Yaitu melakukan pemikiran yang dimulai dari realita yang bersifat umum,
guna mendapat kesimpulan tertentu yang khusus. Filsafat selalu men-chek dan
re-chek atas kesimpulan-kesimpulannya. Hal ini tidak berarti filsafat tidak
mempergunakan mempergunakan metode induktif. Dalam batas tertentu, filsafat
menggunakan metode ilmiah, termasuk induktif. Hal itu merupakan pelengkap
bagi kesimpulan-kesimpulan filsafat, untuk mendapatkan kebenaran yang valid,
melalui checking re- checking dan cross checgking (Moh. Noor Syam, 1987 : 26)
f. Pendekatan Ilmiah terhadap Masalah Aktual
Pada hakikatnya pendekatan ini merupakan pengembangan dan
penyempurnaan dari pola pikir rasional empiris dan eksperimental yang telah
berkembang pada masa jayanya filsafat dalam Islam. Problema pokok filsafat
pendidikan Islam masa sekarang adalah pendidikan, yang pada hakikatnya adalah
usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib (Zuhairini, 1992 : 133).
Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat dideskripsikan dan
kemudian dipahami permasalahan-permasalahan yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan pendidikan.
Untuk lebih memahami lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan di baeah ini
Tujuan Pendidikan Islam
Pemikiran Prof. Dr. M.
Athiyah Al-Abrasyi Tentang
Tujaun Pendidikan Islam
1. MencapaiAkhlak yang
Sempurna
Filsafat
Pendidikan Islam
1. Pengertian
2. Sumber
15. 15
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Melakukan Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui apakah judul
penelitian Pemikiran Prof. Dr. M. Athiyah al-Abrasyi Tentang Tujuan
Pendidikan Islam Dalam kitab al-Tarbiyah al-Islamiyyah Wa Falaasifatuha
(kajian Filsafat Pendidikan Islam) layak atau tidak untuk diteliti, disamping
mencari sumber lain sebagai pendukung judul demi tercapainya tujuan
penelitian, sehingga penelitian terarah dan terbuka untuk direvisi.
16. 16
2. Merumuskan Masalah Penelitian
Perumusan masalah merupakan langkah untuk membatasi permasalahan
yang akan diteliti agar pembahasan dalam penulisan ini sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai sekaligus untuk memudahkan memecahan permasalah
dalam penelitian ini. Adapun perumumusan masalah dalam penelitian ini
dituangkan dalam bentuk kalimat sebagai berikut :
a. Apa makna filsafat pendidikan Islam?
b. Bagaimana pemikiran Athiyah Al-Abrasyi tentang tujuan
pendidikan dalam kitab Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah Wa
Falaasifatuha?
c. Bagaimana relevansi pemikiran Athiyah Al-Abrasyi tentang
tujuan pendidikan dalam kitab Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah Wa
Falaasifatuha dengan filsafat pendidikan Islam?
3. Menentukan Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (librari research), yaitu bahan pustaka sebagai sumber utama atau
metode/teknik deduktif, induksi dan komparatif yaitu dengan jalan mempelajari
dan mengambil keteranan – keterangan atau data – data dari sumber literatur yang
ada kaitanya dengan masalah yang sedang diteliti.
4. Menentukan Sumber Data
17. 17
Sumber data yang digunakan atau dianalisis dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Data primer, yaitu karya Prof. Dr. M. Athiyah Al-Abrasyi kitab Al-
Tarbiyah Al-Islamiyyah Wa Falaasifatuh yang di alih bahasakan oleh
H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri, L. I. S
2. Data skunder, yaitu data yang menunjang penelitian berupa buku-
buku atau bentuk literatur pendukung lainnya yang relevan
dengan judul penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu Book Survey.
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur
yang berhubungan dengsan permasalahan penelitian.
6. Analisis Data
Data atau keterangan yang sudah disusun secara sistematis kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode :
a. Deduktif, yaitu upaya memperoleh kaidah – kaidah khusus dari
penelaahan terhadap kaidah - kaidah yang umum.
b. Induktif, yaitu upaya memperoleh kaidah -kaidah umum dari
penelaahan terhadapa kaidah - kaidah yang khusus.
c. Komparatif, yaitu membandingkan beberapa keterangan untuk
memperdalam pengetahuan tentang objek yang sedang diteliti.
7. Menarik Kesimpulan
18. 18
Langkah akhir yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menarik
kesimpulan dari judul Pemikiran Prof. Dr. M. Athiyah al-Abrasyi Tentang
Tujuan Pendidikan Islam Dalam Kitab al-Tarbiyah al-Islamiyyah Wa
Falaasifatuha (kajian Filsafat Pendidikan Islam) , Sehingga hal tersebut menjadi
jawaban dari permasalahan yang ada dalam penelitian ini.