SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
1 | P a g e
TUGAS MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN
KEMOTERAPI
KELOMPOK 2
NAMA LENGKAP NIM
1. EKA LATUCONSINA : 11182092
2. FITRIA OKTARINA : 11182095
3. RESMINAR SITOMPUL : 11182110
4. RISA MUSTIKAWATI : 11182112
5. MARIA ANTONIA DA GOMEZ : 11182100
TAHUN 2018
2 | P a g e
KEMOTERAPI
I. BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker merupakan penyebab kematian ke dua di dunia. Menurut laporan Badan
Kesehatan dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita
baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus
penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%.
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hamper
20 juta penderita, 84 juta orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan.
Diperkirakan setiap 11 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena kanker dan setiap
3 menit ada satu penderita kanker baru (Jauhari, 2009).
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara
sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local
maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena
bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui
infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker
stadium lanjut local (Desen, 2008).
Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang
diperlukan (Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari
beberapa obat yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan
.Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang
normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan mukosa
usus dan sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi, gangguan
mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar (Yusuf, 2007).
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah
setelah kemoterapi diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat anti
mual dan muntah sebelum dan sesudah kemoterapi (premedikasi) dan non farmakologik
yaitu berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan nyaman, pengaturan pemberian
nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).
3 | P a g e
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari kemoterapi;
2. Mengetahui manfaat dari kemoterapi;
3. Mengetahui macam-macam obat kemoterapi;
4. Mengetahui dosis dan cara pemberian obat kemoterapi;
5. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi kemoterapi;
6. Mengetahui efek samping yang dapat timbul dari pengobatan kemoterapi dan cara
mengatasinya.
II. BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan
untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat yang
digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker
dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker
dengan jalan memberikan zat /obat yang mempunyai khasiat membunuh sel
kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak
semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker
darah.
Stiller C. WHO ENHIS: incindence of childhood leukemis. Desember 2009.
Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.
(Tramer MR, Carroll D, Campbell FA, Reynolds DJ, Moore RA, McQuay HJ.
''Cannabinoids for control of chemotherapy induced nausea and vomiting: quantitative
systematic review.'')
Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan
modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan
untuk merawat kaker (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kemoterapi , 2014).
Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh
semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah atau
berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput
4 | P a g e
lendir mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping
kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry,dkk
2007).
Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal) harus
dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek samping
yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau diobati. Agar sel tubuh
normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi
biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian
kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk 2007).
B. MANFAAT KEMOTERAPI
Adapun manfaat kemoterapi adalah sebagai berikut:
1. Pengobatan.
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi
atau beberapa jenis Kemoterapi.
2. Kontrol.
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak
bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
3. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa
sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah
yang diserang.
Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara
pengobatan lain untuk mengambil masing-masing manfaat, yaitu: Kemoterapi adjuvant,
5 | P a g e
ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan
local dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.
C. KLASIFIKASI KEMOTERAPI
1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker,
contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada
keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan
penyelamatan.
2. Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi.
Kemoterapi adjuvant: Setelah menjalani operasi untuk mengangkat organ atau bagian
tubuh yang terdapat sel kanker, mungkin masih ada beberapa sisa sel kanker yang
tertinggal yang tidak terlihat. Ketika obat-obatan kemoterapi digunakan untuk
membunuh sisa sel-sel kanker yang tak terlihat, hal ini disebut sebagai pengobatan
kemoterapi adjuvant. Pengobatan adjuvant juga dapat diberikan setelah menjalani
radiasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang
akan timbul.
3. Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum operasi.Kemoterapi
dapat diberikan sebelum pengobatan utama dilakukan, seperti operasi atau radiasi.
Pemberian kemoterapi pertama ditujukan untuk mengecilkan besarnya ukuran tumor dari
sel-sel kanker, sehingga lebih mudah untuk diangkat ketika menjalani operasi.
Menyusutnya ukuran tumor juga memungkinkan untuk dilakukan sebelum radiasi.
Kemoterapi neoadjuvant juga dapat membunuh deposit kecil dari sel-sel kanker yang
tidak dapat dilihat saat dilakukan scan. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor
sehingga mudah dioperasi.
4. Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal
ini karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.Simon,
Sumanto, dr. Sp.PK (2003). Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia. Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
6 | P a g e
D. Cara pemberian obat kemoterapi (Munir, 2005)
1. Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan
sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip
sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.
2. Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan
otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk
memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil,
Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®,
Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
5. Subkutan dan intramuscular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase,
hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah
jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6. Topikal
7. Intra arterial
8. Intracavity
9. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker
ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan
kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau
untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya
Bleocin.
E. Prosedur Tindakan Kemoterapi Pada Pasien
1. Persiapan Pasien
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
7 | P a g e
a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum creatinin
meningkat.
d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
2. Syarat pasien yang layak mendapat tindakan kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut :
a. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan <= 2. Status Penampilan Penderita Ca (Performance Status) ini
mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyakit kanker semakin berat
pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik
dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai
status penampilannya. Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern
Cooperative Oncology Group) adalah sebagai berikut:
1) Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari.
2) Grade 1: hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
3) Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran
dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan
pekerjaan lain.
4) Grade 3: Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50%
waktunya untuk tiduran.
5) Grade 4: Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
b. Jumlah lekosit >=3000/ml
8 | P a g e
c. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10 gram %
e. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) (Tes Faal Ginjal)
f. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
g. Elektrolit dalam batas normal.
h. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas
70 tahun.
i. Keadaan umum cukup baik.
j. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
k. Faal ginjal dan hati baik.
l. Diagnosis patologik
m. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
n. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
3. Prosedur Pemberian Kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran,
kitril secara intra vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
9 | P a g e
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta
diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible
masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke
incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi
adanya tanda-tanda ekstravasasi.
F. EFEK SAMPING KEMOTERAPI
Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membelah
secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro intestinal. Akibat
yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya
infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran
cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut.
Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang, folikel rambut,
mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel kanker
menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh
sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel kanker.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung, yang
dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada paru.
Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar
dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah satu efek samping pemberian
kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah sakit
sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh (m2) atau
kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor yang perlu
diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan keadaan biologik yang
perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik,
10 | P a g e
koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status
hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada poor
risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat harus
dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ tersebut lebih minimal.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian,
maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda
walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai
pengaruh bermakna. Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama
pemberian, misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa
bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak
hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang
membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian
11 | P a g e
tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang
dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi
sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual,
muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya
timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24
jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum
tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi
sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada
hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar
laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar
leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke
empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati
normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia
dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada
traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan. efek
samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung,
sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis,
gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian
besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya iireversibel,
kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak
diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran
kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Kemoterapi dapat mempengaruhi sel normal di lambung, sel lambung ini
kemudian mengirim sinyal ke ” pusat muntah” di otak, karena sinyal ini direspon berbeda
12 | P a g e
sehingga memicu mual dan muntah. Ada kala kemoterapi akan langsung bekerja di “pusat
muntah” di otak. Mekanisme ini juga akan memicu mual dan muntah.
G. INDIKASI PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI
Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus dengan hati-
hati dan atas indikasi. Menurut Brule, (WHO,1973), ada 7 indikasi
pemberian kemoterapi, yaitu:
1. Untuk menyembuhkan kanker
2. Memperpanjang hidup dan remisi
3. Memperpanjang interval bebas kanker
4. Menghentikan progesi sel kanker
5. Paliasi symptom
6. Mengecilkan volume kanker
7. Menghilangkan gejala para neoplasma
Katsung, B.G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6 ECG. Jakarta 2001
H. KONTRAINDIKASI
Bagi kebanyakan pasien, kemoterapi merupakan bagian penting dari pengobatan kanker
dan telah meningkatkan angka kelangsungan hidup dari
sejumlah besar kanker. Karena obat kemoterapi memiliki beberapa efek samping
jangka pendek dan panjang, maka dokter harus memastikan bahwa kondisi pasien tidak
membuat kemoterapi menjadi berbahaya atau bahkan mengancam jiwa. Adapun
kontraindikasi pemberian kemoterapi terdiri dari kontraindikasi absolute dan relatif.
1. Kontraindikasi pemberian kemoterapi absolute yaitu:
a. Trimester pertama kehamilan
Karena adanya potensi tinggi terhadap bayi lahir cacat, dan efek samping
lainnya. Secara umum, trimester pertama kehamilan merupakan kontraindikasi
terhadap obat-obat kemoterapi. Namun, terdapat beberapa jenis obat kemoterapi
yang aman diberikan pada trimester kedua dan
13 | P a g e
ketiga kehamilan. Sehingga jika pasien tidak ingin mengakhiri
kehamilan, pada umumnya, dokter akan menunggu sampai trimester kedua
kehamilan untuk memulai kemoterapi.
b. Septikemia (infeksi)
Infeksi yang sedang berlangsung juga merupakan salah satu
kontraindikasi pemberian kemoterapi karena kemoterapi dapat
menurunkan jumlah sel darah sehingga pertahanan tubuh lemah dan tubuh akan
sulit melawan infeksi. Setelah infeksi ditangani, pemberian kemoterapi dapat
dimulai.
c. Penyakit stadium akhir
Koma
2. Kontraindikasi pemberian kemoterapi relatif yaitu:
a. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya rendah
b. Keadaan umum yang buruk
c. Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati , ginjal dan jantung
b. Penderita yang tidak kooperatif
a. Dimensia
b. Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi
c. Pasca pembedahan atau operasi
d. Tumor yang resisten terhadap obat
e. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
I. EFEK SAMPING KEMOTERAPI
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak
langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir
pengobatan.
2. Mual dan Muntah
14 | P a g e
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah
dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan
Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama. (Pazdur, 2001).
3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai
dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi
makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila susah BAB, maka sebaiknya perbanyak makanan berserat, olahraga ringan
bila memungkinkan. (Pazdur, 2001).
4. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi.
Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.
5. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat
terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi
selesai.
6. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau
kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
7. Efek Pada Darah
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang
merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling
sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada
setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk
memastikan jumlah sel darah telah kembali normal (Pazdur, 2001). Penurunan jumlah
sel darah dapat mengakibatkan:
8. Mudah terkena infeksi
15 | P a g e
Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah
yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa
meningkatkan jumlah leokosit.
9. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah
trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
10. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah
seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
11. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih
melintang.
12. Produksi Hormon
Menurunkan nafsu seks dan kesuburan. Setiap obat memiliki efek samping yang
berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap siklus juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut.
Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya dokter memberikan juga obat-obat untuk
menekan efek sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula semua efek samping itu
bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi pasien akan pulih seperti
semula.
16 | P a g e
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN POST KEMOTERAPI
Pengkajian
a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
(monozigot)
c. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia,
muntah, sesak, nafas cepat
d. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas,
infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
e. Kaji adanya tanda – tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa,
pembentukan hematoma, kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla; limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali.
f. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rektal
dan nyeri.
2. Analisa Data Keperawatan
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
 Lelah
 Letargi
 Pusing
 Sesak
 Nyeri dada
 Napas sesak
 Priapismus
 Hilangnya nafsu makan
 Demam
17 | P a g e
 Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
 Pembengkakan Kelenjar Lympa
 Anemia
 Perdarahan
 Gusi berdarah
 Adanya benjolan tiap lipatan
 Ditemukan sel – sel muda
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan / Keletihan (00093)
b. Risiko cidera (00086)
c. Risiko infeksi (00004)
d. Nyeri (00132)
18 | P a g e
I. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan criteria hasil intervensi
1 Kelemahan/keletihan
(00093)
NOC:
- Endurance
- Concentrasion
- Energy conservation
- Nutritional status: energy
Criteria hasil :
- Memverbalisasikan
peningkatan energy untuk
merasa lebih baik
- Menjelaskan penggunaan
energy untuk mengatasi
kelelahan
- Kecemasan menurun
- Glukosa darah adekuat
- Kualitas hidup meningkat
- Istirahat cukup
- Mempertahankan kemampuan
untuk berkonsentrasi
NIC:
Energy management
- Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
- Dorong anak untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
- Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
- Monitor nutrisi dan sumber
energy yang adekuat
- Monitor klien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
- Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
- Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat klien
- Dukung klien dan keluarga
untuk mengungkapkan
perasaan berhubungan
dengan perubahan hidup
yang disebabkan keletihan
- Bantu aktivitas sehari-hari
sesuai dengan kebutuhan
19 | P a g e
- Tingkatkan tirah baring dan
pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode
istirahat)
- Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi
tinggi
Behavior Management
Activity Terapy
Energy Management
Nutrition Management
2 Risiko cidera NOC:
- Risk Control
Criteria hasil
- Klien terbebas dari cidera
- Klien mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah
injury/cedera
- Klien mampu menjelaskan
factor resiko dari
lingkungan/perilaku personal
- Mempunyai gaya hidup untuk
mencegah injury
- Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
- Mampu mengamati perubahan
status kesehatan
NIC:
Environment management
(manajemen lingkungan)
- Sediakan lingkungan yang
aman untuk klien
- Identifikasi kebutuhan
keamanan klien, sesuai
kondisi fisik dan fungsi
kognitifn klien dan riwayat
penyakit terdahulu klien
- Menghindarkan lingkungan
yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
- Memasang side rail tempat
tidur
- Menyediakan tempat tidur
nyaman dan bersih
20 | P a g e
- Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah
dijangkau klien
- Membatasi pengunjung
- Menganjurkan keluarga
untuk menemani klien
- Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada
klien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
3 Resiko infeksi NOC:
- Immune status
- Knowledge : infection control
- Risk control
Keiteria hasil:
- Klien bebas daru tanda dan
gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya
- Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
NIC:
Infection control (control infeksi)
- Bersihkan lingkungan
setelah dipakai klien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila
perlu
- Instruksikan kepada
pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum berkunjung
dan setelah meninggalkan
klien.
- Gunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan
21 | P a g e
- Jumlah leukosit dalam batas
normal
- Menunjukkan perilaku hidup
sehat.
- Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptic selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer dan
line control dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotic
bila perlu
4 Nyeri akut NOC:
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Criteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan management
nyeri
NIC:
Pain management
- Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri klien
22 | P a g e
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
- Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
- Evaluasi bersama klien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control
nyeri masa lampau
- Bantu klien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebingungan
- Kurangi factor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologis
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
23 | P a g e
- Evaluasi keefektifan control
nyeri
24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.
Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika .
Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar Swadaya
25 | P a g e
ANALISA JURNAL
A. JURNAL UTAMA
a. Judul Jurnal : The effect of supportive nursing intervention on burden and coping strategies of
cargivers of children with cancer
b. Peneliti
Ghada Ahmed Hassa ; Hanady Shaaban Ibrahim ( Faculty of nursing ,menoufia
university )
c. Populasi = pengasuh anak dan pasien anak dengan cancer
d. Intervensi = pemberian dukungan perawat dalam strategi bertanggung jawab terhadap
beban dan koping pada pengasuh
e. Comperasi =
1) terbagi dalam 2 group; group 1; 30 pengasuh yang tergabung dalam intervensi
dukungan perawat
2) group 2; 30 caregaver anak dengan kanker yang menerima asuhan dari pengasuh
seperti biasanya
f. Outcome = intervensi dukungan perawat dapat menurunkan beban pengasuh pada
anak dengan dengan kanker dan secara konsekuen dapat meningkatkan metode koping
g. sample = 60 orang
tehnik sampling = ANOVA ( two ways anova )
Instrument penelitian = Quasi study pre immediately
h. RESULTS
Data were entered and analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) statistical
package version 22. Graphics were done using Excel program. Quantitative data as total score
of burden of care as well as the total score of its components: physical, social & psychological
were presented by mean (X¯) and standard deviation (SD). It was analyzed using student t-test
for comparison between two means, and Two-Way Repeated Measures ANOVA (mixed
design) for comparison of mean and SD of each type of, as well as total score of, burden
between the three levels of intervention (before intervention, immediately after intervention,
and 1 month after intervention) in both the study group, and control. Qualitative data were
26 | P a g e
presented in the form of frequency distribution tables, number and percentage. It was analyzed
by chi-square (χ2) test. However, if an expected value of any cell in the table was less than 5,
Fisher Exact test was used (if the table was 4 cells), or Likelihood Ratio (LR) test (if the table
was more than 4 cells). Level of significance was set as p value < .05 for all significant tests.
Table 1. Demographic characteristics of children with cancer in the study and control groups
Demographic
characteristics
Group Total
χ2 & p valueCases Control
N. %
N % N %
A-
Children
Age
< 4 years
4 to < 8 years
10
12
47.6
52.2
11
11
52.4
47.8 21
23
35
38.3 LR* = 0.35, p =
.93NS
8 to < 12 years 5 55.6 4 44.4 9 15
12 to ≤ 15 years 3 42.9 4 57.1 7 11.7
Sex
Male 19 63.3 20 66.7 39 65 χ2 = 0.07, p =
.78NS
Female 11 36.7 10 33.6 21 35
School
stage
Nursery
Primary
22
5
73.3
16.7
22
4
73.3
13.3
44
9
73.3
15
LR* = 0.26, p =
.88NS
Preparatory 3 10 4 13.3 7 11.7
Place of
residence
Rural
Urban
20
10
66.7
33.3
9
21
30
70
29
31
48.3
51.7
χ2 = 8.1, p =
.004Sig.
27 | P a g e
1 LR = likelihoodRatio
Rank of the
child
Only
First
Middle
3
8
9
10
26.7
30
3
7
10
10
23.3
33.3
6
15
19
10
25
31.7
LR* = 0.12, p =
.98NS
Last 10 33.3 10 33.3 20 33.3
Medical
diagnosis
Leukemia
Lymphoma
Willim’s
tumor
0
10
10
0
33.3
33.3
18
4
3
60
13.3
10
18
14
13
30
23.3
21.7 χ2 = 26.0, p =
.000HS
Others1 10 33.3 5 16.7 15 25
Period of < 4 years 12 40 13 43.3 25 41.7 χ2 = 0.1, p = .79NS disease 4 to < 8 years 18 60 17 56.7
35 58.3
ease, reveals that more than ninety percent of main caregivershigh education represented thirty five
percent. Ninety per-were mothers in both groups and 65% of the total caregivers cent of mothers of
studied cancer children of both group their age ranged from 30 to > 35 years. More than one third
don’t work, more than two third (66.7%) of both groups have (38.3%) of studied caregivers were
technical education and enough incom.
Table 2. Demographic characteristics of caregivers of children with cancer with cancer in the study
and control groups
28 | P a g e
Demographic
characteristics
Group Total
χ2 & p value
Cases Control
N %
N % N %
B-Caregivers
Main
caregivers
Father
Mother
2
28
6.7
93.3
2
28
6.7
93.3
4
56
6.7
93.3 Fisher exact test =
1.0NS
Total 30 100 30 100 60 100
Age of
caregiver
20 to < 25 Y
25 to < 30 Y
5
9
16.7
30
2
5
6.7
16.7
7
14
11.7
23.3 LR* = 3.8, p = .15NS
30 to > 35 Y 16 53.3 23 76.7 39 65
Occupation of Working 4 13.3 2 6.7 6 10 NS
Fisher exact test = 0.67
caregiver Not working 26 86.7 28 93.3 54 90
Income Not enough 10 33.3 10 33.3 20 33.3 Fisher exact = 1.0NS
Enough 20 66.7 20 66.7 40 66.7
Level of Illiterate 1 3.3 15 50 16 26.7
education of Technical education 8 26.7 15 50 23 38.3 χ2 = 35.4, p
= .000HS
caregiver High education 21 70 0 0 21 35
Present
medical
history
No
Yes
18 60
12 40
10
20
33.3
66.7
28
32
46.7
53.3 χ2 = 4.8, p = 0.4Sig.
29 | P a g e
study group, F(2, 57) = 79.1, p = .000, and partial Eta squared (η2) = 0.74 which denoted a high effect
size of the supportive nursing intervention on decreasing the burden of care among caregivers. Follow
up comparisons indicated that each pairwise difference was significant (p = .000). There was a significant
decrease in scores over time, suggesting that participation in the study group decreased caregivers’
If Yes N = 12 N =
20
N =
32
Diabetes 3 25 15 75 18 56.3
Hypertension
4 33.3 4 20 8 25 χ2 = 7.6, p = .005Sig.
Cancer 5 41.7 1 5 6 18.7
Total 30 100 30 100 60 100
As shown in Table 1, the distribution of the children regarding sociodemographic and medical history
of disease reveals that the majority of age on both group betwean 4 to 8 years and more than half of
studied cancer children were residence in urban areas (51%) of both groups and majority of them were
leukemia (30%), lymphoma (23.3%) of both group. There was no statsitically significant difference
between the control group and study groups in terms of gender, educational level of children and the
duration of illness (p > .05 Table 2 shows the distribution of the studied caregivers regarding
sociodemographic and their medical history of dis- Effect of supportive nursing intervention on burden
of care
As shown in Table 3 and Figures 1, 2, a mixed design twoway repeated measures ANOVA was
conducted to evaluate the null hypothesis that there is no change in participants’ burden of care (its
components: physical, social, & psychological, and total scores) when measured before, immediately
post, and one month after supportive nursing intervention, in both study (N = 30) and control groups
(N = 30). The results of the ANOVA indicated a statistically significant effect on decreasing burden
of care among
30 | P a g e
physical, social, and psychological burden of care for cancer children. Thus there is a significant evidence
to reject the null hypothesis.
Figure 1 represents that the majority of caregivers in both group have high burden (42.2% and 44.2%
in study and control group) pre supportive nursing intervention which decresed to 33.7% and 25.6%
immediately and after one month after intervention compaired to control group the burden was
incresed to 46.1% and 48.5% immediately and after one month after intervention. This mean that the
total burden of care among study group have decreased immediately and one month after the
intervention while in the control group the burden have increased immediately and one month after
the intervention.
Table 3. The effect of supportive nursing intervention on the burden of care in caregivers of children
with cancer
Types of
burden
Before Intervention Immediately after intervention 1 month after
intervention
p4
ANOVA
test, p
Study group
control
t test,
p1
Study group
Control
t test,
p2
Study group
Control
t
test,
p3
M ± SD M ±
SD
M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD
Physical 6.5 1.7 5.6 1.3 t =
2.2,
p =
.03
4.6 1.3 6.0 0.91 t =
4.9,
p =
.000
2.7 0.74 6.8 0.72 t =
21.3,
p =
.000
F =
39.9, p
= .000
Social 14.9 3.0 16.5 2.6 t =
2.1,
p =
.03
2.5 2.9 17.2 2.1 t =
7.1,
p =
.000
9.2 2.7 17.6 1.75 t =
14.2,
p =
.000
F =
69.1, p
= .000
Psycholo-
gical
20.9 4.4 21.8 2.7 t =
0.98,
p =
.32
18 3.9 22.9 2.9 t =
5.4,
p =
.000
13.9 3.4 23.9 2.9 t =
12.0,
p =
.000
F = 31,
p =
.000
31 | P a g e
Total
score
42.2 8.1 44.2 4.8 t =
1.2,
p =
.24
33.7 7.2 46.1 4.9 t =
7.7,
p =
.000
25.6 6.1 48.5 4.3 t =
16.7,
p =
.000
F =
79.1, p
= .000
Note. p1 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden before
intervention in the study and control groups. p2 = Comparison of mean and SD of each type of, as
well as total score, of burden immediately after intervention in the study and control groups. p3 =
Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden 1 month after
intervention in the study and control groups. p4 = Two-Way Repeated Measures ANOVA (mixed
design) for comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden between the
three levels of intervention in both the study group, and control.
Figure 1. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the
intervention on the level of burden among study and control group
Figure 2 represents that, the majority of studied caregivers vention, which decreased to 33.3%
immediately after interhave severe burden in the study group 70% pre nursing inter- vention and to
20% at one month after the intervention.
32 | P a g e
Figure 2. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the
intervention on the grade of burden among study group
Figure 3 shows that, the majority of studied caregivers have vention, which increased to 80%
immediately after intervensevere burden in the control group 76.7% pre nursing inter- tion and to
90% at one month after the intervention.
Figure 3. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention
on the grade of burden among control group
33 | P a g e
3.2 Effect of supportive nursing intervention on
coping pattern among caregivers of children
with cancer
As shown in Table 4, and Figures 3 and 4 a two-
way repeated measures ANOVA (mixed design)
was conducted to evaluate the null hypothesis that
there is no change in participants’ coping pattern
of care (its components: maintaining family
integration, maintaining social support & self-
esteem, understanding the medical situation, and
total scores) when measured before, immediately
post, and one month after supportive nursing
intervention in both study (N = 30) and control
groups (N = 30). The results of the ANOVA
indicated a statistically significant effect on
increasing the coping pat-
tern of care among study group, F(2, 57) = 23.9, p
= .000, and partial Eta squared (η2) = .46 which
denoted a high effect size of the supportive
nursing intervention on increasing the family
cooperation of care among caregivers. Follow up
comparisons indicated that each pairwise
difference was significant (p = .000). There was a
significant increase in scores over time,
suggesting that participation in the study group
increased caregivers’ maintaining family
integration, maintaining social support & self-
esteem, and understanding the medical situation
of care for cancer children. Thus there is a
significant evidence to reject the null hypothesis.
Table 4. The effect of supportive nursing intervention on the coping pattern among caregivers of children
with cancer
Coping
pattern
Before Intervention Immediately after intervention 1 month after
intervention
ANOVA
test, P4
Study group
Control t test,
p1
Study group
Control t test,
p2
Study group
Control t test,
p3M ± SD M ±
SD
M ± SD M ±
SD
M ± SD M ±
SD
Maintaining
Family
Integration
12.0 2.8 13.1 3.1
t =
1.4,
p =
.2NS
17.9 4.5 11.6 2.8
t =
6.5,
p =
.000
20.1 4.4 9.4 2.1
t =
11.9,
p =
.000
F =
39.9, p
= .000
Maintaining
14.7 4.3 14.5 2.9
t =
0.21, 19.5 4.6 12.3 2.7
t =
7.2, 21.3 4.2 10.4 2.2
t =
12.4,
F =
69.1, p
= .000
34 | P a g e
Social
support &
Self-esteem
p =
.83NS
p =
.000
p =
.000
Understanding
the Medical
Situation
6.4 2.4 7.5 3.1
t =
1.5,
p =
.13NS
10.0 2.3 6.8 3.3
t =
4.4,
p =
.000
12.1 2.2 6.3 2.7
t =
9.1,
p =
.000
F = 31,
p =
.000
Total score 32.8 7.9 34.7 7.5 t =
0.94,
p =
.3NS
47.5 9.9 30.7 7.3 t =
7.4,
p =
.000
53.6 10.1 26.2 6.3 t =
12.6,
p =
.000
F =
79.1, p
= .000
Note. p1= Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of coping pattern
before intervention in the study and control groups. p2 = Comparison of mean and SD of each type
of, as well as total score, of coping pattern immediately after intervention in the study and control
groups. p3 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of coping pattern
1 month after intervention in the study and control groups. p4 = Two-Way Repeated Measures
ANOVA (mixed design) for comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of
coping pattern between the three levels of intervention in both the study group, and control.
Figure 4 represents that the coping pattern of caregivers in and 53.6% immediately and after one month
after intervenboth group was 32.8% and 34.7% in study and control group tion in study group
compaired to decreased to 30.7% and pre supportive nursing intervention which increased to 47.5%
26.2% immediately and after one month after intervention.
This mean that the total coping pattern among study group Figure 5 demonstrates that, the half of studied
caregivers have improved immediately and one month after the inter- 50% have mild coping pre
supportative nursing intervention, vention while in the control group the coping pattern have which
increased to 32.3% high coping pattern immediately decreased immediately and one month after the
intervention. and 33.3% one month after the intervention.
35 | P a g e
Figure 4. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the
intervention on the level of coping pattern among study and control group
Figure 5. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the
intervention on the grade of coping pattern among study group
Figure 6 demonstrates that the minorities of caregivers in which increased to 40% immediately and
60% one month the control group 16.7% have mild coping pre intervention, after the intervention.
36 | P a g e
Figure 6. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention
on the grade of coping pattern among control group
37 | P a g e
B. JURNAL PENDUKUNG
i. Judul Jurnal : terapi bermain puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak
usia prasekolah ( 3-6 tahun ) yang menjalani kemoterapi di ruang hematologi onkologi
anak
j. Peneliti
 Winda fitriani
 Eka santi
 Devi Rahmayanti
k. Populasi = populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu semua penderita
kanker usia pra sekolah ( 3-6 tahun ) yang aakan melakukan kemoterpai di ruang
hematologi onkologi anak yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak usia prasekolah
yang mengalami kecemasan ringan, sedang atau berat dan sedang menjalani kemoterapi
pada fase konsolidasi. jumlah sampel sebanyak 28 responden . sampel terdiri dari 14
group kontrol dan 14 group intervensi.
l. sample = 28 orang
tehnik sampling = consecutive sampling
Instrument penelitian = Pra eksperimental dengan one group pre -post test design
m. RESULTS
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden.
Karakterisitik
Responden
Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
8
6
57,1%
42,9%
Total 14 100%
Usia (Tahun)
3
4
5
4
4
5
28,6%
28,6%
35,7%
38 | P a g e
6 1 7,1%
Total 14 100%
2. Kecemasan Sebelum Terapi Bermain
Puzzle
Tabel 2. Kecemasan Sebelum Terapi Bermain Puzzle
Kategori Frekuensi Persentase
Tidak Ada
Kecemasan
0 0%
Kecemasan
Ringan
1 7,1%
Kecemasan
Sedang
8 57,1%
Kecemasan
Berat
5 35,7%
Total 14 100%
Berdasarkan tabel 2 memperlihatkan bahwa mayoritas kecemasan yang dialami oleh responden
sebelum diberikan terapi bermain puzzle adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 8 anak (57,1%).
Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner bahwa kecemasan anak yang paling menonjol yaitu
pada pernyataan anak tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 9 anak (64,2%), anak lebih
banyak diam ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%) dan anak terlihat
tegang ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%). Hal ini dapat terjadi
karena anak masih belum terbiasa dengan transisi dari rumah ke lingkungan rumah sakit, selain itu
pada anak usia prasekolah kecemasan yang dapat mereka rasakan yaitu cemas akibat perpisahan
dan takut diabaikan. Pernyataan ini sesuai dengan teori Ball et. al. (2012) bahwa pada anak usia
prasekolah stress hospitalisasi yang mereka rasakan dapat berupa cemas akibat perpisahan dan
takut diabaikan (17). Ketegangan yang mereka rasakan merupakan respon fisik yang dapat
dirasakan oleh anak. Hal ini sesuai dengan teori Keltner et. al (2011) dimana saat cemas
ketegangan akan meningkat
39 | P a g e
(20).
National Cancer Institute (2011) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan salah satu efek
samping yang akan dirasakan oleh seseorang yang melakukan kemoterapi (21). Menurut Sarah
(2010) kecemasan merupakan suatu reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan pengobatan
kanker itu sendiri. Proses pengobatan yang lama serta waktu perawatan di rumah sakit yang tidak
pasti menjadi suatu kondisi yang menekan bagi penderita kanker. Pada anak penderita kanker
kecemasan tersebut akan terlihat pada respon perilaku. Beberapa perilaku yang menonjol yaitu
berupa perubahan perilaku yang menjadi pasif, menarik diri, tergantung kepada orang tua terutama
kepada ibu, selain itu juga terjadi perubahan emosi yaitu anak menjadi lebih cepat marah (22).
Apabila kecemasan anak tidak ditangani hal tersebut dapat berpengaruh pada perkembangan
psikososial pada anak. Penelitian oleh Faozi (2009) menyatakan bahwa anak dengan Leukemia
Limfositik Akut (LLA) akan mengalami regresi, sering berdiam diri dan memiliki kecurigaan yang
sangat tinggi terhadap orang asing (23).
Penelitian oleh Sherief et. al. (2015) juga menyatakan bahwa kemoterapi memiliki dampak pada
psikologis anak terutama pada tingkat kepercayaan diri (24). Selain itu American Cancer Society
(2016) juga menyatakan bahwa kecemasan pada klien dengan usia muda dapat berpengaruh pada
hubungan anak dengan orang lain (25). Beberapa penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan
hasil penelitian ini dimana pada anak usia prasekolah terdapat beberapa anak yang tampak berdiam
diri di ruangan, bergantung kepada orang tuanya terutama ibu dan anak pasif ketika diajak
berinteraksi oleh peneliti.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan pada anak usia prasekolah yang
menjalani kemoterapi tidak dapat dianggap remeh sehingga harus diberi suatu perlakuan agar
cemas anak teratasi. Apabila kecemasan tersebut teratasi diharapkan tahap perkembangan anak
akan berjalan sesuai usia walau pun anak sedang menjalani perawatan kemoterapi. Terdapat
beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan, salah satunya yaitu dengan
bermain.
Bermain adalah unsur penting untuk perkembangan anak baik perkembangan fisik, mental, emosi,
intelektual, kreativitas, dan sosial (26). Hubungan sosial pada anak-anak dimulai dari ibu namun
melalui bermainlah anak belajar untuk membangun hubungan sosial dengan anak lain. Emosi yang
40 | P a g e
dimunculkan melalui bermain dapat melepaskan stress, ketegangan dan menurunkan kecemasan
(27). Stress pada anak akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak, misalnya anak
menarik diri dari lingkungan, rendah diri dan gagap (26).
Milestone perkembangan personalsosial oleh Augusty (2009) dalam Soetjiningsih (2014)
menyatakan bahwa tahap prasekolah merupakan tahap dimana anak mulai membentuk hubungan
sosial dan bermain dengan anak-anak lain. Personal merupakan aspek yang berhubungan dengan
kebiasaan, kepribadian, watak dan emosi. Pada perkembangan sosial mencakup pada aspek
perkembangan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (26).
Pada usia ini anak lebih menyukai permainan yang bersifat asosiatif dimana mereka senang
memainkan permainan yang sama namun tanpa peraturan tertentu (29). Menurut Parten (1932)
dalam Yawkey (1984) bermain asosiatif dapat didefinisikan bermain bersama dengan anak lainnya
dalam suatu aktifitas yang sama. Anak lain mungkin akan mencoba untuk mengontrol anak lainnya
namun tiap anak dapat bermain sesuka hatinya. Pada permainan asosiaf ketika anak saling
berbicara menunjukkan bahwa anak lebih tertarik pada hubungan dengan anak lainnya daripada
permainan yang sedang dilakukan (29). Hurlock (2013) mengatakan bahwa umumnya dalam
kelompok bermain anak usia prasekolah perilaku yang ditunjukkan yaitu anak akan saling
mengamati, bercakap-cakap dan memberikan saran secara lisan (9).
Puzzle merupakan salah satu alat bermain yang dapat membantu perkembangan psikososial pada
anak usia prasekolah. Puzzle merupakan alat permainan asosiatif sederhana (18). Penelitian
mengenai terapi bermain menggunakan puzzle untuk mengatasi kecemasan sendiri telah
dilakukan dengan hasil terapi bermain puzzle dapat mengatasi kecemasan pada anak yang
dihospitalisasi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan terapi bermain puzzle
sebagai permainan yang dipilih untuk dimainkan bersama anak usia prasekolah yang menjalani
kemoterapi.
3. Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle
Tabel 3. Kecemasan Sesudah Terapi Bermain Puzzle.
Kategori Frekuensi Persentase
Tidak Ada 0 0%
41 | P a g e
Kecemasan
Kecemasan
Ringan
4 28,6%
Kecemasan
Sedang
10 71,4%
Kecemasan
Berat
0 0%
Total 14 100%
Berdasarkan tabel 3 bermain puzzle, terjadi penurunan pada tingkat kecemasan yang
dialami oleh anak usia prasekolah (3-6 tahun) dimana sudah tidak terdapat anak dengan kecemasan
berat. Mayoritas kecemasan yang dirasakan oleh anak yaitu kecemasan sedang sebanyak 10 anak
(71,4%). Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi bahwa pada poin pernyataan
tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 1 anak (7,1%) yang masih ragu-ragu mau ditinggal
oleh orang tuanya sedangkan 13 anak (92,9%) lainnya sudah mau ditinggal sendiri oleh orang
tuanya, pada pernyataan anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak
5 anak (35,7%) yang masih ragu-ragu untuk berinisiatif berinteraksi dengan anak lain sedangkan
9 anak (64,2%) lainnya sudah terlihat berinteraksi dengan anak lainnya dan kebanyakan anak sudah
tidak terlihat tegang lagi ketika berada di ruang perawatan. Hal ini dapat disebabkan karena anak
merasa senang setelah melakukan terapi bermain puzzle sehingga anak merasa nyaman berada di
lingkungan rumah sakit. Pelaksanaan terapi bermain puzzle dilaksanakan secara bersama-sama
dengan anak lain agar ketika anak mulai tidak tertarik untuk melanjutkan bermain puzzle, anak
akan merasa tertantang ketika melihat anak di sebelahnya hampir selesai menyusun puzzle. Hal
tersebut dibuktikan ketika anak lain tersebut hampir selesai menyusun potongan puzzle, anak akan
kembali bersemangat untuk melanjutkan menyusun puzzle miliknya. Beberapa anak yang pada
mulanya tidak saling bertegur sapa pada akhirnya akan berinteraksi ketika salah seorang dari
mereka lebih dulu menyelesaikan permainan puzzle. Anak yang merasa kalah akan menantang
temannya kembali untuk menyusun puzzle ulang. Seiring dengan hal tersebut tanpa disadari anak
akan saling berinteraksi dengan teman seusianya. Berdasarkan hal tersebut diharapkan anak tidak
akan hanya berdiam diri lagi di ruangan namun dapat mengajak anak lainnya untuk berbicara
42 | P a g e
ketika mulai bosan sehingga tahap perkembangan psikososial anak dapat berjalan walau anak
sedang dalam perawatan.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Ningsih et. al (2015) dimana anak mengalami
rata-rata penurunan kecemasan menjadi 10,35 setelah dilakukan terapi bermain (10). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Supartini (2004) bahwa dengan bermain memberikan efek distraksi dan
relaksasi pada anak sehingga anak akan merasa nyaman saat berada di rumah sakit (15).
Penelitian oleh Kaluas et. al (2015) juga menyatakan bahwa bermain puzzle dapat menurunkan
kecemasan pada anak. Hal ini diakibatkan saat bermain puzzle anak dituntut untuk sabar dan tekun
dalam merangkainya. Lambat laun hal ini akan berakibat pada mental anak sehingga anak terbiasa
bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menghadapi sesuatu (16). Dalam hal ini bermain puzzle
memiliki manfaat lebih yaitu tidak hanya untuk mengatasi kecemasan namun juga membantu
untuk perkembangan mental anak.
4. Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Menjalani Kemoterapi
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji wilcoxon didapatkan pvalue 0,005 < 0,05
yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi
bermain puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
menjalani kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil
observasi dan kuesioner yang telah diisi memperlihatkan bahwa kecemasan anak sesudah
diberikan terapi bermain ditandai oleh sikap anak yang mulai mau berinteraksi dengan anak lain
saat berada di ruang perawatan, anak mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya dan anak sudah tidak
terlihat tegang lagi.
Kecemasan pada anak dengan usia muda dapat memberikan dampak pada aspek perkembangan
personal-sosial anak. Hal ini sesuai dengan pendapat American Cancer Society (2016) dimana pada
klien dengan usia muda, kecemasan ini akan berpengaruh pada hubungan anak dengan orang lain
(25). Terdapat beberapa cara untuk mengatasi kecemasan salah satunya yaitu dengan bermain.
Pada anak bermain adalah kegiatan sehari-hari yang selalu mereka lakukan sehingga bermain
merupakan sarana yang cocok sebagai terapi untuk menurunkan kecemasan pada anak. Salah satu
43 | P a g e
permainan yang dapat dilakukan pada anak usia prasekolah adalah dengan bermain puzzle.
Menurut Ball et. al (2012) puzzle merupakan salah satu alat bermain yang dapat membantu
perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah (18). Menurut Wong (2004) puzzle juga
membantu perkembangan mental dan kreativitas pada anak (4).
Permainan puzzle memberikan efek distraksi pada anak sehingga anak akan lebih fokus kepada
permainan puzzle daripada kecemasan yang dirasakannya. Manfaat bermain puzzle dalam
menurunkan kecemasan ini telah dibuktikan dari beberapa penelitian. Salah satu contohnya adalah
penelitian oleh Ramdaniati et. al (2016) dimana setelah diberikan terapi bermain puzzle kecemasan
pada anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi mengalami penurunan (30). Hal ini sejalan
dengan penelitian ini dimana terdapat penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah
setelah diberikan terapi bermain puzzle. Anak yang pada mulanya rewel lambat laun mulai tenang
dan akhirnya berhenti menangis saat diajak bermain puzzle. Anak mau ditinggal sendiri oleh orang
tuanya dan mulai mengajak berbicara setiap orang yang lewat dihadapannya. Sikap ini sangat
berbeda dengan sikap sebelum anak diajak bermain puzzle yaitu anak rewel walaupun sudah diajak
ibunya berjalan ke sana kemari. Anak yang saling berdampingan tempat tidur tampak sibuk sendiri
dengan kegiatannya, anak tidak saling bertegur sapa namun setelah anak diajak terapi bermain
puzzle bersama anak mulai saling berbicara walau pada awalnya sikap ini didasari karena sikap
tidak ingin kalah satu sama lain namun pada akhirnya anak mulai asyik berbicara satu sama lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ningsih et. al (2015) dimana setelah diberikan terapi
bermain terjadi penurunan kecemasan pada anak yang menjalani kemoterapi (10). Menurut
Artilheiro et. al (2011) pemberian terapi bermain kepada anak akan membuat anak lebih nyaman
dan rileks ketika berada di rumah sakit (27). Hal ini sesuai dengan teori Wong (2004) bahwa
bermain memiliki nilai terapeutik yaitu dapat memberikan pelepasan dari stress dan ketegangan
yang sedang dirasakan oleh anak, selain itu Wong (2004) juga berpendapat bahwa bermain di
rumah sakit bermanfaat sebagai peralihan (distraksi) dan relaksasi sehingga anak merasa lebih
aman ketika berada di lingkungan yang asing (4). Keuntungan lain dari bermain di rumah sakit
yang dikemukakan oleh Wong (2004) yaitu dengan bermain anak akan merasa senang dan anak
dapat mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakannya seperti cemas, takut, tegang dan sedih.
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain bersama anak sehingga anak
44 | P a g e
akan berkompetisi secara sehat akan memberikan dampat yaitu penurunan ketegangan yang
dirasakan oleh anak (4)
Beberapa penjelasan di atas membuktikan bahwa terapi bermain puzzle dapat digunakan sebagai
pilihan bermain untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani
kemoterapi. Selain memiliki manfaat dapat menurunkan tingkat kecemasan, puzzle juga dapat
membantu perkembangan psikososial anak, dan perkembangan mental dan kreativitas anak.
Bermain puzzle juga tidak memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak akan capek
pada saat bermain.
45 | P a g e
C. JURNAL PEMBANDING
n. Judul Jurnal : hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak
leukimia akibat kemoterapi di rsud arifin achmad propinsi riau
o. Peneliti
 Iis zohari Chandra negara
 Ganis indriati
 Fathra annis nauli
p. Populasi = populasi dalam penelitian ini adalah anak dengan leukimia yang
menjalai kemoterapi berjumlah 55 orang.pengambilan sample dengan tehnik insidental
sampling dengan kriteria inklusi yaitu sebanyak 30 responder
q. sample = 30 orang
tehnik sampling = insidental sampling
Instrument penelitian = Deskriptif korelasi dengan jenis pendekatan cross
sectional
r. RESULTS
Distribusi berdasarkan karakteristik responden dijelaskan pada tabel 1 dibawah ini.
Distribusi Karakteristik Responden
No Karakteristik
Responden
Jumlah Persentase
(n) (%)
1 Usia
Balita
(3,5-6)
Usia Sekolah
(6,5-12)
Remaja Awal
(12,5- 18)
5
21
4
16,7
70,0
13,3
2 Pendidikan
- Tidak
Sekolah
- SD
- SMP
- SMA
4
22
3
1
13,3
73,3
10,0
3,3
46 | P a g e
3 Anggota
Keluarga Yang
Menemani
- Ayah
- Ibu
- Keluarga
8
21
1
26,7
70,0
3,3
4 Fase
Kemoterapi
- Induksi
- Konsolidasi
- Maintanance
9
15
6
30,0
50,0
20,0
Total 30 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar berusia (6,5-12 tahun)
yaitu sebanyak 21 responden (70,0%). Pendidikan terakhir responden sebagian besar yaitu
SD sebanyak 22 responden (73,3%). Aggota keluarga yang menemani sebagian responden
ibu yaitu sebanyak 21 responden (70,0%) dan fase kemoterapi responden sebagian besar
konsolidasi sebanyak 15 responden (50,0%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga
Dukungan
Keluarga
Jumlah Persentase
(n) (%)
Negatif
Positif
16
14
53,3
46,7
Total 30 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki dukungan keluarga positif
yaitu sebanyak 16 responden (53,3%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Tingakat
Kecemasan
Jumlah Persentase
(n) (%)
Ringan
Berat
12
14
40,0
60,0
Total 30 100
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan berat yaitu
14 responden (60,0%).
47 | P a g e
2. Analisa Bivariat
Tabel 4
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Leukemia
Akibat Kemoterapi
Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada anak leukemia akibat kemoterapi diperoleh data bahwa 9 dari 14
responden yang memiliki dukungan keluarga negatif memiliki tingkat kecemasan berat
(64,3%) dan sebanyak 5 responden mengalami cemas ringan (35,7%).
Responden yang memiliki dukungan keluarga positif didapatkan bahwa 9 dari 16 orang
responden mengalami cemas berat (56,2%) dan 7 dari 16 orang responden mengalami
cemas ringan (43,8%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan
ρ value 0,654 dengan alpha 0,05, dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara dukungan
keluarga tingkat kecemasan pada anak leukemia akibat kemoterapi.
Dukungan
Keluarga
Tingkat Kecemasan
Total
P
valueBerat Ringan
N % N % N %
0,654
Negatif 9 ,64 3 5 3,7 14 100
Positif 9 56 2, 7 ,43 8 16 100
Total 18 60 12 40 30 100

More Related Content

What's hot

Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalTri Kusniati
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratHenriantoKarolusSire
 
Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinKurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinDonna Potter
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Kampus-Sakinah
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajalpjj_kemenkes
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaVerar Oka
 
Transkultural nursing
Transkultural nursingTranskultural nursing
Transkultural nursingCahya
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienzulindarisma
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOWawan Akibu
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanSukistinah
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
Makalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiMakalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiWarnet Raha
 

What's hot (20)

Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Askep menjelang kematian
Askep menjelang kematianAskep menjelang kematian
Askep menjelang kematian
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
 
Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinKurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein
 
Konsepsehat sakit
Konsepsehat sakitKonsepsehat sakit
Konsepsehat sakit
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
 
Transkultural nursing
Transkultural nursingTranskultural nursing
Transkultural nursing
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Makalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiMakalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologi
 

Similar to Tugas fix kep.anak intervensi kemotherapi

Kemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapi
Kemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapiKemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapi
Kemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapilenovo12iau7pidy
 
Pengobatan kanker payudara
Pengobatan kanker payudara Pengobatan kanker payudara
Pengobatan kanker payudara Ade Firmansyah
 
Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapirakkas
 
LEAFLET KEMOTERAPI.docx
LEAFLET KEMOTERAPI.docxLEAFLET KEMOTERAPI.docx
LEAFLET KEMOTERAPI.docxuciramadhani3
 
TUMOR HATI PADA ANAK pdt.docx
TUMOR HATI PADA ANAK pdt.docxTUMOR HATI PADA ANAK pdt.docx
TUMOR HATI PADA ANAK pdt.docxprimadita
 
Kimia obat sintetik mitaxantrone
Kimia obat sintetik mitaxantroneKimia obat sintetik mitaxantrone
Kimia obat sintetik mitaxantronenoviana anjar
 
Kimia dalam kesehatan versi 2016
Kimia dalam kesehatan versi 2016Kimia dalam kesehatan versi 2016
Kimia dalam kesehatan versi 2016aditya rakhmawan
 
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxprinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxThompsonCat1
 
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docxRahelNoriwari
 
tugas onko 4 joko.pptx
tugas onko 4 joko.pptxtugas onko 4 joko.pptx
tugas onko 4 joko.pptxJoko Joko
 
Transplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemia
Transplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemiaTransplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemia
Transplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemiaKyouta Natsuki
 
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.pptOdesyafar
 
Kemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptx
Kemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptxKemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptx
Kemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptxHeniSaintt
 

Similar to Tugas fix kep.anak intervensi kemotherapi (20)

Kemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapi
Kemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapiKemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapi
Kemoterapi kemoterapi kemoterapi kemoterapi
 
Pengobatan kanker payudara
Pengobatan kanker payudara Pengobatan kanker payudara
Pengobatan kanker payudara
 
Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapi
 
BAB1.pptx
BAB1.pptxBAB1.pptx
BAB1.pptx
 
LEAFLET KEMOTERAPI.docx
LEAFLET KEMOTERAPI.docxLEAFLET KEMOTERAPI.docx
LEAFLET KEMOTERAPI.docx
 
TUMOR HATI PADA ANAK pdt.docx
TUMOR HATI PADA ANAK pdt.docxTUMOR HATI PADA ANAK pdt.docx
TUMOR HATI PADA ANAK pdt.docx
 
Kemoterapi.pptx
Kemoterapi.pptxKemoterapi.pptx
Kemoterapi.pptx
 
Kimia obat sintetik mitaxantrone
Kimia obat sintetik mitaxantroneKimia obat sintetik mitaxantrone
Kimia obat sintetik mitaxantrone
 
Kimia dalam kesehatan versi 2016
Kimia dalam kesehatan versi 2016Kimia dalam kesehatan versi 2016
Kimia dalam kesehatan versi 2016
 
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxprinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
 
Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapi
 
L.pptx
L.pptxL.pptx
L.pptx
 
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
 
tugas onko 4 joko.pptx
tugas onko 4 joko.pptxtugas onko 4 joko.pptx
tugas onko 4 joko.pptx
 
Transplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemia
Transplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemiaTransplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemia
Transplantasi sum sum tulang untuk penderita leukemia
 
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
 
2026 4024-1-sm
2026 4024-1-sm2026 4024-1-sm
2026 4024-1-sm
 
Kemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptx
Kemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptxKemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptx
Kemoterapi Anak lengkap protokol pengobatan.pptx
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
Makalah terapi biologis
Makalah terapi biologisMakalah terapi biologis
Makalah terapi biologis
 

More from EkaMeliyanti

Panduan komunikasi efektif
Panduan komunikasi efektifPanduan komunikasi efektif
Panduan komunikasi efektifEkaMeliyanti
 
Panduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rsPanduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rsEkaMeliyanti
 
Kebijakan transfer pasien
Kebijakan transfer pasienKebijakan transfer pasien
Kebijakan transfer pasienEkaMeliyanti
 
Panduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rsPanduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rsEkaMeliyanti
 
Sk penetapan ketua umum 2015 2020
Sk penetapan ketua umum 2015 2020Sk penetapan ketua umum 2015 2020
Sk penetapan ketua umum 2015 2020EkaMeliyanti
 
Sk pemberlakuan ad art hasil munas
Sk pemberlakuan ad art hasil munasSk pemberlakuan ad art hasil munas
Sk pemberlakuan ad art hasil munasEkaMeliyanti
 
Persentasi sie bidang pelatihan
Persentasi sie bidang pelatihanPersentasi sie bidang pelatihan
Persentasi sie bidang pelatihanEkaMeliyanti
 
Garis besar program kerja bidang ppt
Garis besar program kerja bidang pptGaris besar program kerja bidang ppt
Garis besar program kerja bidang pptEkaMeliyanti
 

More from EkaMeliyanti (8)

Panduan komunikasi efektif
Panduan komunikasi efektifPanduan komunikasi efektif
Panduan komunikasi efektif
 
Panduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rsPanduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rs
 
Kebijakan transfer pasien
Kebijakan transfer pasienKebijakan transfer pasien
Kebijakan transfer pasien
 
Panduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rsPanduan akses ke pelayanan rs
Panduan akses ke pelayanan rs
 
Sk penetapan ketua umum 2015 2020
Sk penetapan ketua umum 2015 2020Sk penetapan ketua umum 2015 2020
Sk penetapan ketua umum 2015 2020
 
Sk pemberlakuan ad art hasil munas
Sk pemberlakuan ad art hasil munasSk pemberlakuan ad art hasil munas
Sk pemberlakuan ad art hasil munas
 
Persentasi sie bidang pelatihan
Persentasi sie bidang pelatihanPersentasi sie bidang pelatihan
Persentasi sie bidang pelatihan
 
Garis besar program kerja bidang ppt
Garis besar program kerja bidang pptGaris besar program kerja bidang ppt
Garis besar program kerja bidang ppt
 

Recently uploaded

ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 

Recently uploaded (13)

ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 

Tugas fix kep.anak intervensi kemotherapi

  • 1. 1 | P a g e TUGAS MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN KEMOTERAPI KELOMPOK 2 NAMA LENGKAP NIM 1. EKA LATUCONSINA : 11182092 2. FITRIA OKTARINA : 11182095 3. RESMINAR SITOMPUL : 11182110 4. RISA MUSTIKAWATI : 11182112 5. MARIA ANTONIA DA GOMEZ : 11182100 TAHUN 2018
  • 2. 2 | P a g e KEMOTERAPI I. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kanker merupakan penyebab kematian ke dua di dunia. Menurut laporan Badan Kesehatan dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hamper 20 juta penderita, 84 juta orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan. Diperkirakan setiap 11 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita kanker baru (Jauhari, 2009). Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut local (Desen, 2008). Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang diperlukan (Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari beberapa obat yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan .Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan mukosa usus dan sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi, gangguan mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar (Yusuf, 2007). Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah setelah kemoterapi diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat anti mual dan muntah sebelum dan sesudah kemoterapi (premedikasi) dan non farmakologik yaitu berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan nyaman, pengaturan pemberian nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).
  • 3. 3 | P a g e B. TUJUAN 1. Mengetahui pengertian dari kemoterapi; 2. Mengetahui manfaat dari kemoterapi; 3. Mengetahui macam-macam obat kemoterapi; 4. Mengetahui dosis dan cara pemberian obat kemoterapi; 5. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi kemoterapi; 6. Mengetahui efek samping yang dapat timbul dari pengobatan kemoterapi dan cara mengatasinya. II. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat /obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah. Stiller C. WHO ENHIS: incindence of childhood leukemis. Desember 2009. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. (Tramer MR, Carroll D, Campbell FA, Reynolds DJ, Moore RA, McQuay HJ. ''Cannabinoids for control of chemotherapy induced nausea and vomiting: quantitative systematic review.'') Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kaker (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kemoterapi , 2014). Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput
  • 4. 4 | P a g e lendir mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry,dkk 2007). Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau diobati. Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk 2007). B. MANFAAT KEMOTERAPI Adapun manfaat kemoterapi adalah sebagai berikut: 1. Pengobatan. Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi. 2. Kontrol. Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain. 3. Mengurangi Gejala Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang. Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk mengambil masing-masing manfaat, yaitu: Kemoterapi adjuvant,
  • 5. 5 | P a g e ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang akan timbul. C. KLASIFIKASI KEMOTERAPI 1. Kemoterapi Induksi Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan. 2. Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi. Kemoterapi adjuvant: Setelah menjalani operasi untuk mengangkat organ atau bagian tubuh yang terdapat sel kanker, mungkin masih ada beberapa sisa sel kanker yang tertinggal yang tidak terlihat. Ketika obat-obatan kemoterapi digunakan untuk membunuh sisa sel-sel kanker yang tak terlihat, hal ini disebut sebagai pengobatan kemoterapi adjuvant. Pengobatan adjuvant juga dapat diberikan setelah menjalani radiasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang akan timbul. 3. Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum operasi.Kemoterapi dapat diberikan sebelum pengobatan utama dilakukan, seperti operasi atau radiasi. Pemberian kemoterapi pertama ditujukan untuk mengecilkan besarnya ukuran tumor dari sel-sel kanker, sehingga lebih mudah untuk diangkat ketika menjalani operasi. Menyusutnya ukuran tumor juga memungkinkan untuk dilakukan sebelum radiasi. Kemoterapi neoadjuvant juga dapat membunuh deposit kecil dari sel-sel kanker yang tidak dapat dilihat saat dilakukan scan. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah dioperasi. 4. Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.Simon, Sumanto, dr. Sp.PK (2003). Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
  • 6. 6 | P a g e D. Cara pemberian obat kemoterapi (Munir, 2005) 1. Intra vena (IV) Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya. 2. Intra tekal (IT) Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C. 3. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea. 4. Oral Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®. 5. Subkutan dan intramuscular Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin. 6. Topikal 7. Intra arterial 8. Intracavity 9. Intraperitoneal/Intrapleural Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin. E. Prosedur Tindakan Kemoterapi Pada Pasien 1. Persiapan Pasien Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
  • 7. 7 | P a g e a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit. b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat. c. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum creatinin meningkat. d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum) e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin). 2. Syarat pasien yang layak mendapat tindakan kemoterapi : Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut : a. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan <= 2. Status Penampilan Penderita Ca (Performance Status) ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya. Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group) adalah sebagai berikut: 1) Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas kerja dan pekerjaan sehari-hari. 2) Grade 1: hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan. 3) Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain. 4) Grade 3: Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50% waktunya untuk tiduran. 5) Grade 4: Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di kursi atau tiduran terus b. Jumlah lekosit >=3000/ml
  • 8. 8 | P a g e c. Jumlah trombosit>=120.0000/ul d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10 gram % e. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) (Tes Faal Ginjal) f. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ). g. Elektrolit dalam batas normal. h. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun. i. Keadaan umum cukup baik. j. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent. k. Faal ginjal dan hati baik. l. Diagnosis patologik m. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi. n. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya. 3. Prosedur Pemberian Kemoterapi a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian. b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu. c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena) f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 % g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
  • 9. 9 | P a g e i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket. j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran. k. Catat semua prosedur l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi. F. EFEK SAMPING KEMOTERAPI Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut. Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang, folikel rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel kanker. Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi. Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik,
  • 10. 10 | P a g e koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya. Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ tersebut lebih minimal. Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna. Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh : 1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu. 2. Dosis. 3. Jadwal pemberian. 4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus). 5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ tertentu. Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas : 1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah. 2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis. 3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati. 4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder. Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian
  • 11. 11 | P a g e tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan. Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam. Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal. Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru. Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi. Kemoterapi dapat mempengaruhi sel normal di lambung, sel lambung ini kemudian mengirim sinyal ke ” pusat muntah” di otak, karena sinyal ini direspon berbeda
  • 12. 12 | P a g e sehingga memicu mual dan muntah. Ada kala kemoterapi akan langsung bekerja di “pusat muntah” di otak. Mekanisme ini juga akan memicu mual dan muntah. G. INDIKASI PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus dengan hati- hati dan atas indikasi. Menurut Brule, (WHO,1973), ada 7 indikasi pemberian kemoterapi, yaitu: 1. Untuk menyembuhkan kanker 2. Memperpanjang hidup dan remisi 3. Memperpanjang interval bebas kanker 4. Menghentikan progesi sel kanker 5. Paliasi symptom 6. Mengecilkan volume kanker 7. Menghilangkan gejala para neoplasma Katsung, B.G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6 ECG. Jakarta 2001 H. KONTRAINDIKASI Bagi kebanyakan pasien, kemoterapi merupakan bagian penting dari pengobatan kanker dan telah meningkatkan angka kelangsungan hidup dari sejumlah besar kanker. Karena obat kemoterapi memiliki beberapa efek samping jangka pendek dan panjang, maka dokter harus memastikan bahwa kondisi pasien tidak membuat kemoterapi menjadi berbahaya atau bahkan mengancam jiwa. Adapun kontraindikasi pemberian kemoterapi terdiri dari kontraindikasi absolute dan relatif. 1. Kontraindikasi pemberian kemoterapi absolute yaitu: a. Trimester pertama kehamilan Karena adanya potensi tinggi terhadap bayi lahir cacat, dan efek samping lainnya. Secara umum, trimester pertama kehamilan merupakan kontraindikasi terhadap obat-obat kemoterapi. Namun, terdapat beberapa jenis obat kemoterapi yang aman diberikan pada trimester kedua dan
  • 13. 13 | P a g e ketiga kehamilan. Sehingga jika pasien tidak ingin mengakhiri kehamilan, pada umumnya, dokter akan menunggu sampai trimester kedua kehamilan untuk memulai kemoterapi. b. Septikemia (infeksi) Infeksi yang sedang berlangsung juga merupakan salah satu kontraindikasi pemberian kemoterapi karena kemoterapi dapat menurunkan jumlah sel darah sehingga pertahanan tubuh lemah dan tubuh akan sulit melawan infeksi. Setelah infeksi ditangani, pemberian kemoterapi dapat dimulai. c. Penyakit stadium akhir Koma 2. Kontraindikasi pemberian kemoterapi relatif yaitu: a. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya rendah b. Keadaan umum yang buruk c. Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati , ginjal dan jantung b. Penderita yang tidak kooperatif a. Dimensia b. Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi c. Pasca pembedahan atau operasi d. Tumor yang resisten terhadap obat e. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai I. EFEK SAMPING KEMOTERAPI Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain: 1. Lemas Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir pengobatan. 2. Mual dan Muntah
  • 14. 14 | P a g e Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama. (Pazdur, 2001). 3. Gangguan Pencernaan Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB, maka sebaiknya perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan. (Pazdur, 2001). 4. Sariawan Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi. 5. Rambut Rontok Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai. 6. Otot dan Saraf Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot. 7. Efek Pada Darah Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal (Pazdur, 2001). Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan: 8. Mudah terkena infeksi
  • 15. 15 | P a g e Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit. 9. Perdarahan Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit. 10. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat. 11. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang. 12. Produksi Hormon Menurunkan nafsu seks dan kesuburan. Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap siklus juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi pasien akan pulih seperti semula.
  • 16. 16 | P a g e BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN POST KEMOTERAPI Pengkajian a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar (monozigot) c. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat d. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus e. Kaji adanya tanda – tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla; limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. f. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rektal dan nyeri. 2. Analisa Data Keperawatan a. Data Subjektif Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :  Lelah  Letargi  Pusing  Sesak  Nyeri dada  Napas sesak  Priapismus  Hilangnya nafsu makan  Demam
  • 17. 17 | P a g e  Nyeri Tulang dan Persendian. b. Data Objektif Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :  Pembengkakan Kelenjar Lympa  Anemia  Perdarahan  Gusi berdarah  Adanya benjolan tiap lipatan  Ditemukan sel – sel muda 3. Diagnosa Keperawatan a. Kelemahan / Keletihan (00093) b. Risiko cidera (00086) c. Risiko infeksi (00004) d. Nyeri (00132)
  • 18. 18 | P a g e I. Rencana Keperawatan No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria hasil intervensi 1 Kelemahan/keletihan (00093) NOC: - Endurance - Concentrasion - Energy conservation - Nutritional status: energy Criteria hasil : - Memverbalisasikan peningkatan energy untuk merasa lebih baik - Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan - Kecemasan menurun - Glukosa darah adekuat - Kualitas hidup meningkat - Istirahat cukup - Mempertahankan kemampuan untuk berkonsentrasi NIC: Energy management - Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas - Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan - Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan - Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat - Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan - Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien - Dukung klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan berhubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan keletihan - Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
  • 19. 19 | P a g e - Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode istirahat) - Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi Behavior Management Activity Terapy Energy Management Nutrition Management 2 Risiko cidera NOC: - Risk Control Criteria hasil - Klien terbebas dari cidera - Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera - Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal - Mempunyai gaya hidup untuk mencegah injury - Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada - Mampu mengamati perubahan status kesehatan NIC: Environment management (manajemen lingkungan) - Sediakan lingkungan yang aman untuk klien - Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai kondisi fisik dan fungsi kognitifn klien dan riwayat penyakit terdahulu klien - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) - Memasang side rail tempat tidur - Menyediakan tempat tidur nyaman dan bersih
  • 20. 20 | P a g e - Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau klien - Membatasi pengunjung - Menganjurkan keluarga untuk menemani klien - Mengontrol lingkungan dari kebisingan - Memindahkan barang- barang yang dapat membahayakan - Berikan penjelasan pada klien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit. 3 Resiko infeksi NOC: - Immune status - Knowledge : infection control - Risk control Keiteria hasil: - Klien bebas daru tanda dan gejala infeksi - Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya - Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi NIC: Infection control (control infeksi) - Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain - Pertahankan teknik isolasi - Batasi pengunjung bila perlu - Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sebelum berkunjung dan setelah meninggalkan klien. - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
  • 21. 21 | P a g e - Jumlah leukosit dalam batas normal - Menunjukkan perilaku hidup sehat. - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung - Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat - Ganti letak IV perifer dan line control dan dressing sesuai dengan petunjuk umum - Tingkatkan intake nutrisi - Berikan terapi antibiotic bila perlu 4 Nyeri akut NOC: - Pain level - Pain control - Comfort level Criteria hasil : - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri NIC: Pain management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
  • 22. 22 | P a g e - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau - Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan - Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebingungan - Kurangi factor presipitasi nyeri - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi - Ajarkan tentang teknik non farmakologis - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
  • 23. 23 | P a g e - Evaluasi keefektifan control nyeri
  • 24. 24 | P a g e DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC. Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC. Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika . Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC. Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar Swadaya
  • 25. 25 | P a g e ANALISA JURNAL A. JURNAL UTAMA a. Judul Jurnal : The effect of supportive nursing intervention on burden and coping strategies of cargivers of children with cancer b. Peneliti Ghada Ahmed Hassa ; Hanady Shaaban Ibrahim ( Faculty of nursing ,menoufia university ) c. Populasi = pengasuh anak dan pasien anak dengan cancer d. Intervensi = pemberian dukungan perawat dalam strategi bertanggung jawab terhadap beban dan koping pada pengasuh e. Comperasi = 1) terbagi dalam 2 group; group 1; 30 pengasuh yang tergabung dalam intervensi dukungan perawat 2) group 2; 30 caregaver anak dengan kanker yang menerima asuhan dari pengasuh seperti biasanya f. Outcome = intervensi dukungan perawat dapat menurunkan beban pengasuh pada anak dengan dengan kanker dan secara konsekuen dapat meningkatkan metode koping g. sample = 60 orang tehnik sampling = ANOVA ( two ways anova ) Instrument penelitian = Quasi study pre immediately h. RESULTS Data were entered and analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) statistical package version 22. Graphics were done using Excel program. Quantitative data as total score of burden of care as well as the total score of its components: physical, social & psychological were presented by mean (X¯) and standard deviation (SD). It was analyzed using student t-test for comparison between two means, and Two-Way Repeated Measures ANOVA (mixed design) for comparison of mean and SD of each type of, as well as total score of, burden between the three levels of intervention (before intervention, immediately after intervention, and 1 month after intervention) in both the study group, and control. Qualitative data were
  • 26. 26 | P a g e presented in the form of frequency distribution tables, number and percentage. It was analyzed by chi-square (χ2) test. However, if an expected value of any cell in the table was less than 5, Fisher Exact test was used (if the table was 4 cells), or Likelihood Ratio (LR) test (if the table was more than 4 cells). Level of significance was set as p value < .05 for all significant tests. Table 1. Demographic characteristics of children with cancer in the study and control groups Demographic characteristics Group Total χ2 & p valueCases Control N. % N % N % A- Children Age < 4 years 4 to < 8 years 10 12 47.6 52.2 11 11 52.4 47.8 21 23 35 38.3 LR* = 0.35, p = .93NS 8 to < 12 years 5 55.6 4 44.4 9 15 12 to ≤ 15 years 3 42.9 4 57.1 7 11.7 Sex Male 19 63.3 20 66.7 39 65 χ2 = 0.07, p = .78NS Female 11 36.7 10 33.6 21 35 School stage Nursery Primary 22 5 73.3 16.7 22 4 73.3 13.3 44 9 73.3 15 LR* = 0.26, p = .88NS Preparatory 3 10 4 13.3 7 11.7 Place of residence Rural Urban 20 10 66.7 33.3 9 21 30 70 29 31 48.3 51.7 χ2 = 8.1, p = .004Sig.
  • 27. 27 | P a g e 1 LR = likelihoodRatio Rank of the child Only First Middle 3 8 9 10 26.7 30 3 7 10 10 23.3 33.3 6 15 19 10 25 31.7 LR* = 0.12, p = .98NS Last 10 33.3 10 33.3 20 33.3 Medical diagnosis Leukemia Lymphoma Willim’s tumor 0 10 10 0 33.3 33.3 18 4 3 60 13.3 10 18 14 13 30 23.3 21.7 χ2 = 26.0, p = .000HS Others1 10 33.3 5 16.7 15 25 Period of < 4 years 12 40 13 43.3 25 41.7 χ2 = 0.1, p = .79NS disease 4 to < 8 years 18 60 17 56.7 35 58.3 ease, reveals that more than ninety percent of main caregivershigh education represented thirty five percent. Ninety per-were mothers in both groups and 65% of the total caregivers cent of mothers of studied cancer children of both group their age ranged from 30 to > 35 years. More than one third don’t work, more than two third (66.7%) of both groups have (38.3%) of studied caregivers were technical education and enough incom. Table 2. Demographic characteristics of caregivers of children with cancer with cancer in the study and control groups
  • 28. 28 | P a g e Demographic characteristics Group Total χ2 & p value Cases Control N % N % N % B-Caregivers Main caregivers Father Mother 2 28 6.7 93.3 2 28 6.7 93.3 4 56 6.7 93.3 Fisher exact test = 1.0NS Total 30 100 30 100 60 100 Age of caregiver 20 to < 25 Y 25 to < 30 Y 5 9 16.7 30 2 5 6.7 16.7 7 14 11.7 23.3 LR* = 3.8, p = .15NS 30 to > 35 Y 16 53.3 23 76.7 39 65 Occupation of Working 4 13.3 2 6.7 6 10 NS Fisher exact test = 0.67 caregiver Not working 26 86.7 28 93.3 54 90 Income Not enough 10 33.3 10 33.3 20 33.3 Fisher exact = 1.0NS Enough 20 66.7 20 66.7 40 66.7 Level of Illiterate 1 3.3 15 50 16 26.7 education of Technical education 8 26.7 15 50 23 38.3 χ2 = 35.4, p = .000HS caregiver High education 21 70 0 0 21 35 Present medical history No Yes 18 60 12 40 10 20 33.3 66.7 28 32 46.7 53.3 χ2 = 4.8, p = 0.4Sig.
  • 29. 29 | P a g e study group, F(2, 57) = 79.1, p = .000, and partial Eta squared (η2) = 0.74 which denoted a high effect size of the supportive nursing intervention on decreasing the burden of care among caregivers. Follow up comparisons indicated that each pairwise difference was significant (p = .000). There was a significant decrease in scores over time, suggesting that participation in the study group decreased caregivers’ If Yes N = 12 N = 20 N = 32 Diabetes 3 25 15 75 18 56.3 Hypertension 4 33.3 4 20 8 25 χ2 = 7.6, p = .005Sig. Cancer 5 41.7 1 5 6 18.7 Total 30 100 30 100 60 100 As shown in Table 1, the distribution of the children regarding sociodemographic and medical history of disease reveals that the majority of age on both group betwean 4 to 8 years and more than half of studied cancer children were residence in urban areas (51%) of both groups and majority of them were leukemia (30%), lymphoma (23.3%) of both group. There was no statsitically significant difference between the control group and study groups in terms of gender, educational level of children and the duration of illness (p > .05 Table 2 shows the distribution of the studied caregivers regarding sociodemographic and their medical history of dis- Effect of supportive nursing intervention on burden of care As shown in Table 3 and Figures 1, 2, a mixed design twoway repeated measures ANOVA was conducted to evaluate the null hypothesis that there is no change in participants’ burden of care (its components: physical, social, & psychological, and total scores) when measured before, immediately post, and one month after supportive nursing intervention, in both study (N = 30) and control groups (N = 30). The results of the ANOVA indicated a statistically significant effect on decreasing burden of care among
  • 30. 30 | P a g e physical, social, and psychological burden of care for cancer children. Thus there is a significant evidence to reject the null hypothesis. Figure 1 represents that the majority of caregivers in both group have high burden (42.2% and 44.2% in study and control group) pre supportive nursing intervention which decresed to 33.7% and 25.6% immediately and after one month after intervention compaired to control group the burden was incresed to 46.1% and 48.5% immediately and after one month after intervention. This mean that the total burden of care among study group have decreased immediately and one month after the intervention while in the control group the burden have increased immediately and one month after the intervention. Table 3. The effect of supportive nursing intervention on the burden of care in caregivers of children with cancer Types of burden Before Intervention Immediately after intervention 1 month after intervention p4 ANOVA test, p Study group control t test, p1 Study group Control t test, p2 Study group Control t test, p3 M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD Physical 6.5 1.7 5.6 1.3 t = 2.2, p = .03 4.6 1.3 6.0 0.91 t = 4.9, p = .000 2.7 0.74 6.8 0.72 t = 21.3, p = .000 F = 39.9, p = .000 Social 14.9 3.0 16.5 2.6 t = 2.1, p = .03 2.5 2.9 17.2 2.1 t = 7.1, p = .000 9.2 2.7 17.6 1.75 t = 14.2, p = .000 F = 69.1, p = .000 Psycholo- gical 20.9 4.4 21.8 2.7 t = 0.98, p = .32 18 3.9 22.9 2.9 t = 5.4, p = .000 13.9 3.4 23.9 2.9 t = 12.0, p = .000 F = 31, p = .000
  • 31. 31 | P a g e Total score 42.2 8.1 44.2 4.8 t = 1.2, p = .24 33.7 7.2 46.1 4.9 t = 7.7, p = .000 25.6 6.1 48.5 4.3 t = 16.7, p = .000 F = 79.1, p = .000 Note. p1 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden before intervention in the study and control groups. p2 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden immediately after intervention in the study and control groups. p3 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden 1 month after intervention in the study and control groups. p4 = Two-Way Repeated Measures ANOVA (mixed design) for comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of burden between the three levels of intervention in both the study group, and control. Figure 1. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention on the level of burden among study and control group Figure 2 represents that, the majority of studied caregivers vention, which decreased to 33.3% immediately after interhave severe burden in the study group 70% pre nursing inter- vention and to 20% at one month after the intervention.
  • 32. 32 | P a g e Figure 2. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention on the grade of burden among study group Figure 3 shows that, the majority of studied caregivers have vention, which increased to 80% immediately after intervensevere burden in the control group 76.7% pre nursing inter- tion and to 90% at one month after the intervention. Figure 3. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention on the grade of burden among control group
  • 33. 33 | P a g e 3.2 Effect of supportive nursing intervention on coping pattern among caregivers of children with cancer As shown in Table 4, and Figures 3 and 4 a two- way repeated measures ANOVA (mixed design) was conducted to evaluate the null hypothesis that there is no change in participants’ coping pattern of care (its components: maintaining family integration, maintaining social support & self- esteem, understanding the medical situation, and total scores) when measured before, immediately post, and one month after supportive nursing intervention in both study (N = 30) and control groups (N = 30). The results of the ANOVA indicated a statistically significant effect on increasing the coping pat- tern of care among study group, F(2, 57) = 23.9, p = .000, and partial Eta squared (η2) = .46 which denoted a high effect size of the supportive nursing intervention on increasing the family cooperation of care among caregivers. Follow up comparisons indicated that each pairwise difference was significant (p = .000). There was a significant increase in scores over time, suggesting that participation in the study group increased caregivers’ maintaining family integration, maintaining social support & self- esteem, and understanding the medical situation of care for cancer children. Thus there is a significant evidence to reject the null hypothesis. Table 4. The effect of supportive nursing intervention on the coping pattern among caregivers of children with cancer Coping pattern Before Intervention Immediately after intervention 1 month after intervention ANOVA test, P4 Study group Control t test, p1 Study group Control t test, p2 Study group Control t test, p3M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD M ± SD Maintaining Family Integration 12.0 2.8 13.1 3.1 t = 1.4, p = .2NS 17.9 4.5 11.6 2.8 t = 6.5, p = .000 20.1 4.4 9.4 2.1 t = 11.9, p = .000 F = 39.9, p = .000 Maintaining 14.7 4.3 14.5 2.9 t = 0.21, 19.5 4.6 12.3 2.7 t = 7.2, 21.3 4.2 10.4 2.2 t = 12.4, F = 69.1, p = .000
  • 34. 34 | P a g e Social support & Self-esteem p = .83NS p = .000 p = .000 Understanding the Medical Situation 6.4 2.4 7.5 3.1 t = 1.5, p = .13NS 10.0 2.3 6.8 3.3 t = 4.4, p = .000 12.1 2.2 6.3 2.7 t = 9.1, p = .000 F = 31, p = .000 Total score 32.8 7.9 34.7 7.5 t = 0.94, p = .3NS 47.5 9.9 30.7 7.3 t = 7.4, p = .000 53.6 10.1 26.2 6.3 t = 12.6, p = .000 F = 79.1, p = .000 Note. p1= Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of coping pattern before intervention in the study and control groups. p2 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of coping pattern immediately after intervention in the study and control groups. p3 = Comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of coping pattern 1 month after intervention in the study and control groups. p4 = Two-Way Repeated Measures ANOVA (mixed design) for comparison of mean and SD of each type of, as well as total score, of coping pattern between the three levels of intervention in both the study group, and control. Figure 4 represents that the coping pattern of caregivers in and 53.6% immediately and after one month after intervenboth group was 32.8% and 34.7% in study and control group tion in study group compaired to decreased to 30.7% and pre supportive nursing intervention which increased to 47.5% 26.2% immediately and after one month after intervention. This mean that the total coping pattern among study group Figure 5 demonstrates that, the half of studied caregivers have improved immediately and one month after the inter- 50% have mild coping pre supportative nursing intervention, vention while in the control group the coping pattern have which increased to 32.3% high coping pattern immediately decreased immediately and one month after the intervention. and 33.3% one month after the intervention.
  • 35. 35 | P a g e Figure 4. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention on the level of coping pattern among study and control group Figure 5. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention on the grade of coping pattern among study group Figure 6 demonstrates that the minorities of caregivers in which increased to 40% immediately and 60% one month the control group 16.7% have mild coping pre intervention, after the intervention.
  • 36. 36 | P a g e Figure 6. Effect of supportive nursing intervention pre, immediately and one month after the intervention on the grade of coping pattern among control group
  • 37. 37 | P a g e B. JURNAL PENDUKUNG i. Judul Jurnal : terapi bermain puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah ( 3-6 tahun ) yang menjalani kemoterapi di ruang hematologi onkologi anak j. Peneliti  Winda fitriani  Eka santi  Devi Rahmayanti k. Populasi = populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu semua penderita kanker usia pra sekolah ( 3-6 tahun ) yang aakan melakukan kemoterpai di ruang hematologi onkologi anak yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak usia prasekolah yang mengalami kecemasan ringan, sedang atau berat dan sedang menjalani kemoterapi pada fase konsolidasi. jumlah sampel sebanyak 28 responden . sampel terdiri dari 14 group kontrol dan 14 group intervensi. l. sample = 28 orang tehnik sampling = consecutive sampling Instrument penelitian = Pra eksperimental dengan one group pre -post test design m. RESULTS Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden. Karakterisitik Responden Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 8 6 57,1% 42,9% Total 14 100% Usia (Tahun) 3 4 5 4 4 5 28,6% 28,6% 35,7%
  • 38. 38 | P a g e 6 1 7,1% Total 14 100% 2. Kecemasan Sebelum Terapi Bermain Puzzle Tabel 2. Kecemasan Sebelum Terapi Bermain Puzzle Kategori Frekuensi Persentase Tidak Ada Kecemasan 0 0% Kecemasan Ringan 1 7,1% Kecemasan Sedang 8 57,1% Kecemasan Berat 5 35,7% Total 14 100% Berdasarkan tabel 2 memperlihatkan bahwa mayoritas kecemasan yang dialami oleh responden sebelum diberikan terapi bermain puzzle adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 8 anak (57,1%). Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner bahwa kecemasan anak yang paling menonjol yaitu pada pernyataan anak tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 9 anak (64,2%), anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%) dan anak terlihat tegang ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak 6 anak (42,8%). Hal ini dapat terjadi karena anak masih belum terbiasa dengan transisi dari rumah ke lingkungan rumah sakit, selain itu pada anak usia prasekolah kecemasan yang dapat mereka rasakan yaitu cemas akibat perpisahan dan takut diabaikan. Pernyataan ini sesuai dengan teori Ball et. al. (2012) bahwa pada anak usia prasekolah stress hospitalisasi yang mereka rasakan dapat berupa cemas akibat perpisahan dan takut diabaikan (17). Ketegangan yang mereka rasakan merupakan respon fisik yang dapat dirasakan oleh anak. Hal ini sesuai dengan teori Keltner et. al (2011) dimana saat cemas ketegangan akan meningkat
  • 39. 39 | P a g e (20). National Cancer Institute (2011) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan salah satu efek samping yang akan dirasakan oleh seseorang yang melakukan kemoterapi (21). Menurut Sarah (2010) kecemasan merupakan suatu reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan pengobatan kanker itu sendiri. Proses pengobatan yang lama serta waktu perawatan di rumah sakit yang tidak pasti menjadi suatu kondisi yang menekan bagi penderita kanker. Pada anak penderita kanker kecemasan tersebut akan terlihat pada respon perilaku. Beberapa perilaku yang menonjol yaitu berupa perubahan perilaku yang menjadi pasif, menarik diri, tergantung kepada orang tua terutama kepada ibu, selain itu juga terjadi perubahan emosi yaitu anak menjadi lebih cepat marah (22). Apabila kecemasan anak tidak ditangani hal tersebut dapat berpengaruh pada perkembangan psikososial pada anak. Penelitian oleh Faozi (2009) menyatakan bahwa anak dengan Leukemia Limfositik Akut (LLA) akan mengalami regresi, sering berdiam diri dan memiliki kecurigaan yang sangat tinggi terhadap orang asing (23). Penelitian oleh Sherief et. al. (2015) juga menyatakan bahwa kemoterapi memiliki dampak pada psikologis anak terutama pada tingkat kepercayaan diri (24). Selain itu American Cancer Society (2016) juga menyatakan bahwa kecemasan pada klien dengan usia muda dapat berpengaruh pada hubungan anak dengan orang lain (25). Beberapa penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan hasil penelitian ini dimana pada anak usia prasekolah terdapat beberapa anak yang tampak berdiam diri di ruangan, bergantung kepada orang tuanya terutama ibu dan anak pasif ketika diajak berinteraksi oleh peneliti. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani kemoterapi tidak dapat dianggap remeh sehingga harus diberi suatu perlakuan agar cemas anak teratasi. Apabila kecemasan tersebut teratasi diharapkan tahap perkembangan anak akan berjalan sesuai usia walau pun anak sedang menjalani perawatan kemoterapi. Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan, salah satunya yaitu dengan bermain. Bermain adalah unsur penting untuk perkembangan anak baik perkembangan fisik, mental, emosi, intelektual, kreativitas, dan sosial (26). Hubungan sosial pada anak-anak dimulai dari ibu namun melalui bermainlah anak belajar untuk membangun hubungan sosial dengan anak lain. Emosi yang
  • 40. 40 | P a g e dimunculkan melalui bermain dapat melepaskan stress, ketegangan dan menurunkan kecemasan (27). Stress pada anak akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak, misalnya anak menarik diri dari lingkungan, rendah diri dan gagap (26). Milestone perkembangan personalsosial oleh Augusty (2009) dalam Soetjiningsih (2014) menyatakan bahwa tahap prasekolah merupakan tahap dimana anak mulai membentuk hubungan sosial dan bermain dengan anak-anak lain. Personal merupakan aspek yang berhubungan dengan kebiasaan, kepribadian, watak dan emosi. Pada perkembangan sosial mencakup pada aspek perkembangan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (26). Pada usia ini anak lebih menyukai permainan yang bersifat asosiatif dimana mereka senang memainkan permainan yang sama namun tanpa peraturan tertentu (29). Menurut Parten (1932) dalam Yawkey (1984) bermain asosiatif dapat didefinisikan bermain bersama dengan anak lainnya dalam suatu aktifitas yang sama. Anak lain mungkin akan mencoba untuk mengontrol anak lainnya namun tiap anak dapat bermain sesuka hatinya. Pada permainan asosiaf ketika anak saling berbicara menunjukkan bahwa anak lebih tertarik pada hubungan dengan anak lainnya daripada permainan yang sedang dilakukan (29). Hurlock (2013) mengatakan bahwa umumnya dalam kelompok bermain anak usia prasekolah perilaku yang ditunjukkan yaitu anak akan saling mengamati, bercakap-cakap dan memberikan saran secara lisan (9). Puzzle merupakan salah satu alat bermain yang dapat membantu perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah. Puzzle merupakan alat permainan asosiatif sederhana (18). Penelitian mengenai terapi bermain menggunakan puzzle untuk mengatasi kecemasan sendiri telah dilakukan dengan hasil terapi bermain puzzle dapat mengatasi kecemasan pada anak yang dihospitalisasi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan terapi bermain puzzle sebagai permainan yang dipilih untuk dimainkan bersama anak usia prasekolah yang menjalani kemoterapi. 3. Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle Tabel 3. Kecemasan Sesudah Terapi Bermain Puzzle. Kategori Frekuensi Persentase Tidak Ada 0 0%
  • 41. 41 | P a g e Kecemasan Kecemasan Ringan 4 28,6% Kecemasan Sedang 10 71,4% Kecemasan Berat 0 0% Total 14 100% Berdasarkan tabel 3 bermain puzzle, terjadi penurunan pada tingkat kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah (3-6 tahun) dimana sudah tidak terdapat anak dengan kecemasan berat. Mayoritas kecemasan yang dirasakan oleh anak yaitu kecemasan sedang sebanyak 10 anak (71,4%). Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi bahwa pada poin pernyataan tidak mau ditinggal sendiri yaitu sebanyak 1 anak (7,1%) yang masih ragu-ragu mau ditinggal oleh orang tuanya sedangkan 13 anak (92,9%) lainnya sudah mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya, pada pernyataan anak lebih banyak diam ketika berada di ruang perawatan yaitu sebanyak 5 anak (35,7%) yang masih ragu-ragu untuk berinisiatif berinteraksi dengan anak lain sedangkan 9 anak (64,2%) lainnya sudah terlihat berinteraksi dengan anak lainnya dan kebanyakan anak sudah tidak terlihat tegang lagi ketika berada di ruang perawatan. Hal ini dapat disebabkan karena anak merasa senang setelah melakukan terapi bermain puzzle sehingga anak merasa nyaman berada di lingkungan rumah sakit. Pelaksanaan terapi bermain puzzle dilaksanakan secara bersama-sama dengan anak lain agar ketika anak mulai tidak tertarik untuk melanjutkan bermain puzzle, anak akan merasa tertantang ketika melihat anak di sebelahnya hampir selesai menyusun puzzle. Hal tersebut dibuktikan ketika anak lain tersebut hampir selesai menyusun potongan puzzle, anak akan kembali bersemangat untuk melanjutkan menyusun puzzle miliknya. Beberapa anak yang pada mulanya tidak saling bertegur sapa pada akhirnya akan berinteraksi ketika salah seorang dari mereka lebih dulu menyelesaikan permainan puzzle. Anak yang merasa kalah akan menantang temannya kembali untuk menyusun puzzle ulang. Seiring dengan hal tersebut tanpa disadari anak akan saling berinteraksi dengan teman seusianya. Berdasarkan hal tersebut diharapkan anak tidak akan hanya berdiam diri lagi di ruangan namun dapat mengajak anak lainnya untuk berbicara
  • 42. 42 | P a g e ketika mulai bosan sehingga tahap perkembangan psikososial anak dapat berjalan walau anak sedang dalam perawatan. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Ningsih et. al (2015) dimana anak mengalami rata-rata penurunan kecemasan menjadi 10,35 setelah dilakukan terapi bermain (10). Hal ini sesuai dengan pernyataan Supartini (2004) bahwa dengan bermain memberikan efek distraksi dan relaksasi pada anak sehingga anak akan merasa nyaman saat berada di rumah sakit (15). Penelitian oleh Kaluas et. al (2015) juga menyatakan bahwa bermain puzzle dapat menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini diakibatkan saat bermain puzzle anak dituntut untuk sabar dan tekun dalam merangkainya. Lambat laun hal ini akan berakibat pada mental anak sehingga anak terbiasa bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menghadapi sesuatu (16). Dalam hal ini bermain puzzle memiliki manfaat lebih yaitu tidak hanya untuk mengatasi kecemasan namun juga membantu untuk perkembangan mental anak. 4. Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Menjalani Kemoterapi Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji wilcoxon didapatkan pvalue 0,005 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi bermain puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil observasi dan kuesioner yang telah diisi memperlihatkan bahwa kecemasan anak sesudah diberikan terapi bermain ditandai oleh sikap anak yang mulai mau berinteraksi dengan anak lain saat berada di ruang perawatan, anak mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya dan anak sudah tidak terlihat tegang lagi. Kecemasan pada anak dengan usia muda dapat memberikan dampak pada aspek perkembangan personal-sosial anak. Hal ini sesuai dengan pendapat American Cancer Society (2016) dimana pada klien dengan usia muda, kecemasan ini akan berpengaruh pada hubungan anak dengan orang lain (25). Terdapat beberapa cara untuk mengatasi kecemasan salah satunya yaitu dengan bermain. Pada anak bermain adalah kegiatan sehari-hari yang selalu mereka lakukan sehingga bermain merupakan sarana yang cocok sebagai terapi untuk menurunkan kecemasan pada anak. Salah satu
  • 43. 43 | P a g e permainan yang dapat dilakukan pada anak usia prasekolah adalah dengan bermain puzzle. Menurut Ball et. al (2012) puzzle merupakan salah satu alat bermain yang dapat membantu perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah (18). Menurut Wong (2004) puzzle juga membantu perkembangan mental dan kreativitas pada anak (4). Permainan puzzle memberikan efek distraksi pada anak sehingga anak akan lebih fokus kepada permainan puzzle daripada kecemasan yang dirasakannya. Manfaat bermain puzzle dalam menurunkan kecemasan ini telah dibuktikan dari beberapa penelitian. Salah satu contohnya adalah penelitian oleh Ramdaniati et. al (2016) dimana setelah diberikan terapi bermain puzzle kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi mengalami penurunan (30). Hal ini sejalan dengan penelitian ini dimana terdapat penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah setelah diberikan terapi bermain puzzle. Anak yang pada mulanya rewel lambat laun mulai tenang dan akhirnya berhenti menangis saat diajak bermain puzzle. Anak mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya dan mulai mengajak berbicara setiap orang yang lewat dihadapannya. Sikap ini sangat berbeda dengan sikap sebelum anak diajak bermain puzzle yaitu anak rewel walaupun sudah diajak ibunya berjalan ke sana kemari. Anak yang saling berdampingan tempat tidur tampak sibuk sendiri dengan kegiatannya, anak tidak saling bertegur sapa namun setelah anak diajak terapi bermain puzzle bersama anak mulai saling berbicara walau pada awalnya sikap ini didasari karena sikap tidak ingin kalah satu sama lain namun pada akhirnya anak mulai asyik berbicara satu sama lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ningsih et. al (2015) dimana setelah diberikan terapi bermain terjadi penurunan kecemasan pada anak yang menjalani kemoterapi (10). Menurut Artilheiro et. al (2011) pemberian terapi bermain kepada anak akan membuat anak lebih nyaman dan rileks ketika berada di rumah sakit (27). Hal ini sesuai dengan teori Wong (2004) bahwa bermain memiliki nilai terapeutik yaitu dapat memberikan pelepasan dari stress dan ketegangan yang sedang dirasakan oleh anak, selain itu Wong (2004) juga berpendapat bahwa bermain di rumah sakit bermanfaat sebagai peralihan (distraksi) dan relaksasi sehingga anak merasa lebih aman ketika berada di lingkungan yang asing (4). Keuntungan lain dari bermain di rumah sakit yang dikemukakan oleh Wong (2004) yaitu dengan bermain anak akan merasa senang dan anak dapat mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakannya seperti cemas, takut, tegang dan sedih. Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain bersama anak sehingga anak
  • 44. 44 | P a g e akan berkompetisi secara sehat akan memberikan dampat yaitu penurunan ketegangan yang dirasakan oleh anak (4) Beberapa penjelasan di atas membuktikan bahwa terapi bermain puzzle dapat digunakan sebagai pilihan bermain untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani kemoterapi. Selain memiliki manfaat dapat menurunkan tingkat kecemasan, puzzle juga dapat membantu perkembangan psikososial anak, dan perkembangan mental dan kreativitas anak. Bermain puzzle juga tidak memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak akan capek pada saat bermain.
  • 45. 45 | P a g e C. JURNAL PEMBANDING n. Judul Jurnal : hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak leukimia akibat kemoterapi di rsud arifin achmad propinsi riau o. Peneliti  Iis zohari Chandra negara  Ganis indriati  Fathra annis nauli p. Populasi = populasi dalam penelitian ini adalah anak dengan leukimia yang menjalai kemoterapi berjumlah 55 orang.pengambilan sample dengan tehnik insidental sampling dengan kriteria inklusi yaitu sebanyak 30 responder q. sample = 30 orang tehnik sampling = insidental sampling Instrument penelitian = Deskriptif korelasi dengan jenis pendekatan cross sectional r. RESULTS Distribusi berdasarkan karakteristik responden dijelaskan pada tabel 1 dibawah ini. Distribusi Karakteristik Responden No Karakteristik Responden Jumlah Persentase (n) (%) 1 Usia Balita (3,5-6) Usia Sekolah (6,5-12) Remaja Awal (12,5- 18) 5 21 4 16,7 70,0 13,3 2 Pendidikan - Tidak Sekolah - SD - SMP - SMA 4 22 3 1 13,3 73,3 10,0 3,3
  • 46. 46 | P a g e 3 Anggota Keluarga Yang Menemani - Ayah - Ibu - Keluarga 8 21 1 26,7 70,0 3,3 4 Fase Kemoterapi - Induksi - Konsolidasi - Maintanance 9 15 6 30,0 50,0 20,0 Total 30 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar berusia (6,5-12 tahun) yaitu sebanyak 21 responden (70,0%). Pendidikan terakhir responden sebagian besar yaitu SD sebanyak 22 responden (73,3%). Aggota keluarga yang menemani sebagian responden ibu yaitu sebanyak 21 responden (70,0%) dan fase kemoterapi responden sebagian besar konsolidasi sebanyak 15 responden (50,0%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga Dukungan Keluarga Jumlah Persentase (n) (%) Negatif Positif 16 14 53,3 46,7 Total 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki dukungan keluarga positif yaitu sebanyak 16 responden (53,3%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Tingakat Kecemasan Jumlah Persentase (n) (%) Ringan Berat 12 14 40,0 60,0 Total 30 100 Tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan berat yaitu 14 responden (60,0%).
  • 47. 47 | P a g e 2. Analisa Bivariat Tabel 4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Leukemia Akibat Kemoterapi Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak leukemia akibat kemoterapi diperoleh data bahwa 9 dari 14 responden yang memiliki dukungan keluarga negatif memiliki tingkat kecemasan berat (64,3%) dan sebanyak 5 responden mengalami cemas ringan (35,7%). Responden yang memiliki dukungan keluarga positif didapatkan bahwa 9 dari 16 orang responden mengalami cemas berat (56,2%) dan 7 dari 16 orang responden mengalami cemas ringan (43,8%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan ρ value 0,654 dengan alpha 0,05, dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga tingkat kecemasan pada anak leukemia akibat kemoterapi. Dukungan Keluarga Tingkat Kecemasan Total P valueBerat Ringan N % N % N % 0,654 Negatif 9 ,64 3 5 3,7 14 100 Positif 9 56 2, 7 ,43 8 16 100 Total 18 60 12 40 30 100