1. Islam mengatur transaksi utang piutang dan angsuran dengan tujuan menghindari riba dan memperbolehkan tolong menolong antar uman secara etis.
2. Berhutang diperbolehkan asalkan memperhatikan etika, sedangkan jual beli kredit diperbolehkan asalkan tidak menambah harga barang.
3. Islam menetapkan persyaratan ketat untuk transaksi utang dan angsuran agar terhindar dari riba yang dilarang.
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Islam Mengatur Transaksi Utang Piutang dan Angsuran (Kredit
1. Islam dalam Mengatur Transaksi Utang Piutang dan Angsuran
(Kredit)
Agung Anggoro (1200053)
Aland Rahayu Sunardjo (1206559)
Rizki Pramasta (1205901)
2. Apa yang dimaksud utang piutang ?
• utang piutang dapat diartikan sebagai transaksi pinjam-meminjam
uang antara pihak peminjam dan pihak yang meminjamkan.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998)
• menurut ahli fikih, pengertian utang atau pinjaman adalah
transaksi antara dua pihak yang satu menyerahkan uangnya kepada
yang lain secara sukarela untuk dikembalikan lagi kepadanya oleh
pihak kedua dengan hal yang serupa.
3. Apa yang dimaksud dengan Angsuran?
• Kata ‘angsuran’ memiliki kata dasar ‘angsur’. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, angsur artinya menyerahkan sedikit demi sedikit,
tidak sekaligus.
• Jual Beli angsuran (kredit) dalam bahasa Arab disebut bai’ taqsith
yang pengertiannya menurut istilah syari’ah, ialah menjual sesuatu
dengan pembayaran yang diangsur dengan cicilan tertentu, pada
waktu tertentu, dan lebih mahal daripada pembayaran kontan/tunai.
4. Dalil - dalil tentang Utang-piutang
• Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (Q.S. Al-Baqarah
[2] : 282)
• “Tiada seorang mukmin mengutangkan kepada mukmin lain dengan dua kali
utangan kecuali seperti ia telah bersedekah satu kali” (H.R. Ibnu Majah)
• "Ya Rasulullah, (mengapa) betapa sering engkau berlindung dari utang yang
melilit dan memberatkan?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya seseorang bila telah
terlilit oleh utang yang memberatkan, bila berbicara maka ia berdusta dan bila
berjanji maka ia ingkar." (H.R. Muttafaq 'Alaih)
5. Peminjam / Pengutang
• “Jangan kalian berikan rasa takut ke dalam diri kalian setelah diri itu tenang!”
Para sahabat bertanya, "apa hal tersebut, wahai Rasulullah? Beliau bersabda,
"Utang“ (HR Ahmad)
• "Penundaan orang yang telah berkelapangan adalah tindak kezaliman yang
menjadikan pelakunya layak untuk dihukumi (fisiknya) dan dilanggar
kehormatannya." (H.R. Al-Bukhari)
Pemberi Utangan
• dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 280)
6. Dalil utama tentang Angsuran
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abdullah bin Amru bin Al
‘Ash untuk mempersiapkan suatu pasukan, sedangkan kita tidak memiliki unta
tunggangan, Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku untuk
membeli tunggangan dengan pembayaran ditunda (tidak tunai) hingga datang
saatnya penarikan zakat. Maka Abdullah bin Amru bin Al ‘Ash pun seperintah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli setiap ekor unta dengan harga
dua ekor unta yang akan dibayarkan ketika telah tiba saatnya penarikan zakat."
(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ad Daraquthni dan dihasankan oleh Al Albani), dan
"...maka aku beli seekor unta dengan dua/tiga ekor unta yang lebih muda yang
dibayar setelah unta zakat datang. Tatkala unta zakat datang maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam membayarnya"
(HR Ahmad, sanad hadits ini dinyatakan shahih oleh Ar Nauth)
7. Terdapat persyaratan - persyaratan untuk keabsahan aqad jual-beli kredit,
diantaranya :
1. Aqad ini tidak dimaksudkan untuk melegalkan riba.
2. Barang terlebih dahulu dimiliki Penjual sebelum aqad jual beli kredit
dilangsungkan.
3. Pihak Penjual Kredit tidak boleh menjual barang yang telah dibeli tapi belum
diterima dan belum berada di tangannya.
4. Barang yang dijual kredit bukan berbentuk emas, perak atau mata uang, karena
ini termasuk Riba Ba'i.
5. Barang yang dijual secara kredit harus diterima Pembeli tunai pada saat aqad
berlangsung. Maka tidak boleh transaksi jual beli kredit dilakukan hari ini dan
barang diterima pada keesokan harinya. Karena ini termasuk jual beli hutang
dengan hutang yang diharamkan.
6. Pada saat transaksi dibuat harga harus satu dan jelas serta besarnya angsuran dan
jangka waktunya juga harus jelas.
7. Potongan harga kredit disebabkan pembayaran pelunasan sebelum jatuh tempo
hukumnya boleh dengan syarat pemotongan harga tidak dicantumkan pada saat
aqad dilakukan.
8. Tidak boleh membuat persyaratan kewajiban membayar denda, atau harga barang
menjadi bertambah, jika pembeli terlambat membayar.
8. HIKMAH
1. Islam mengajarkan tolong menolong dan mengatur transaksi utang
piutang sedemikian sehingga menjadi sarana tolong menolong antar
umat.
2. Islam mengecam keras seseorang mengambil keuntungan dari kesulitan
orang lain, dengan demikian riba haram dan merupakan dosa besar.
3. Islam menganjurkan tidak berhutang untuk hal yang tidak terlalu
mendesak supaya keinginan material seseorang tidak menjadi beban
orang lain. Jual-beli Kredit menjadi alternatifnya.
4. Rambu-rambu Islam dalam transaksi utang dan angsuran sangat
lengkap dengan tujuan menghindari riba.
9. KESIMPULAN
1. Berhutang boleh dengan memperhatikan etika.
2. Membedakan harga barang jika dibayar tunai dan jika dibayar secara
angsuran diperbolehkan asalkan harga angsurannya ada satu harga, tidak
lebih dari satu harga yang misalnya disebabkan oleh jangka waktu.
3. Islam mengatur secara ketat transaksi utang dan angsuran dengan tujuan
menghindari riba.