2. DEFINISI
1. Pengertian secara bahasa :
a. (الزيادةbertambah) yaitu meminta tambahan dari
sesuatu yang dihutangkan
b. (النامberkembang/berbunga) yaitu membungakan
harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan
kepada orang lain
c. Berlebihan atau menggelembung
2. Pengertian secara istilah :
Riba adalah akad yang terjadi dengan penukaran
tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut
aturan syara’ atau terlambat salah satunya.
3. MACAM-MACAM RIBA
1. Riba al-fadhl adalah riba yang terjadi akibat
kelebihan dua pertukaran barang sejenis.
2. Riba nasi’ah adalah riba yang berlipat-lipat
ganda terjadi akibat pengunduran waktu
3. Riba qard adalah riba yang terjadi karena
hutang piutang dengan pembayaran yang
dilebihkan.
4. Riba jahiliyah adalah utang dibayar lebih dari
pokoknya karena sipeminjam tidak mampu
membayar utangnya pada waktu yang
ditetapkan.
4. HAL-HAL YANG MENIMBULKAN RIBA
1. Tidak sama nilainya
2. Tidak sama ukurannya menurut syara’, baik
timbangan, takaran maupun ukuran
3. Tidak tunai di majelis akad
5. SEBAB-SEBAB HARAMNYA RIBA
• Allah mengharamkan
• Mengambil harta orang lain dengan cara
bathil
• Menyebabkan kemalasan
• Menghilangkan perbuatan baik (tolong
menolong)
6. KOMIDITAS YANG MENIMBULKAN
RIBA
• Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Emas dengan emas, perak dengan
perak, burr dengan burr, sya’ir dengan sya’ir,
kurma dengan kurma dan garam dengan garam
harus sama (timbangannya), serah terima di
tempat (tangan dengan tangan). Barangsiapa
menambah atau minta tambah maka dia terjatuh
dalam riba, yang mengambil dan yang memberi
dalam hal ini adalah sama.” (HR. Muslim)
• Pendapat jumhur ulama, bahwa barang-barang
lain dapat diqiyaskan dengan enam barang di
atas, bila ‘illat (sebab hukumnya) sama.
7. CONTOH PRAKTEK RIBA
• Pertukaran uang yang tidak sama nilai intrinsiknya (Rp 100.000
dengan Rp receh 99.000)—maka Rp 1000 adalah riba karena tidak
ada imbangannya (tidak tamasul/sama nilainya)
• Pinjaman uang dengan lebih (pinjam Rp 1 juta, dikembalikan
ditambah 10% dari pokok pinjaman)—maka 10% dari pokok adalah
riba tidak ada imbangannya (tidak tamasul/sama nilainya)
• Pertukaran 1 liter beras ketan dengan 2 liter beras dolog maka
pertukaran tersebut adalah riba karena beras harus ditukar dengan
yang sejenis dan tidak dilebihkan.Maka solusinya adalah beras
ketannya dijual dulu kemudian uangnya dibelikan beras dolog atau
dikonversikan ke nilai uang hingga sama nilainya.
• Seseorang akan membangun rumah membeli bata, uangnya
diserahkan tanggal 5 Desember 1996, sedangkan batu-batanya
diambil nanti ketika pembangunan rumah dimulai maka perbuatan
ini adalah riba karena terlambat salah satunya dan berpisah
sebelum serah terima barang.
• Seseorang yang menukar 5 gram emas 22 karat dengan 5 gram
emas 12 karat termasuk riba walaupun sama ukurannya tetapi
berbeda nilai (harganya) atau menukarkan 5 gram emas 22 karat
dengan 10 gram emas 12 karat yang harganya sama, juga termasuk
riba sebab walaupun harganya sama, ukurannya berbeda.
8. Ayat Riba
• Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman
riba yang pada zhahirnya seolah-olah menolong
mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan
mendekati atau taqarrub kepada Allah .
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (Q.S.
Ar Rum: 39)
9. • Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang
buruk. Allah I mengancam memberi balasan yang keras
kepada orang Yahudi yang memakan riba.
“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi,
Kami haramkan atas mereka yang (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S. An Nisa: 160-161)
10. • Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan
kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.
Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan
bunga dengan tingkat yang cukup tinggi
merupakan fenomena yang banyak dipraktekkan
pada masa tersebut. Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat-ganda dan
bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130).
11. • Tahap terakhir, Allah dengan jelas dan tegas
mengharamkan apa pun jenis tambahan yang diambil
dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan
menyangkut riba.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba
jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka
ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (Q.S. Al
Baqarah: 278-279)
13. 1. Dalam keadaan darurat, bunga halal
hukumnya
2. Hanya bunga yang berlipat ganda saja
dilarang. Sedangkan suku bunga yang wajar
dan tidak mendzalimi, diperkenankan
3. Bank sebagai lembaga tidak masuk dalam
kategori mukalaf. Dengan demikian tidak
terkena khitab ayat-ayat dan hadist riba
14. 4.Teori Abstinance
• Ketika kreditur menahan diri (abstinance), ia
menangguhkan keinginannya memanfaatkan uangnya
sendiri semata-mata untuk memenuhi keinginan orang
lain. Bunga merupakan imbalan karena menahan diri
untuk kepentingan orang lain.
• Bantahan: kreditur hanya akan meminjamkan uang
yang tidak ia gunakan sendiri atau uang yang lebih dari
keperluan. Maka, sebenarnya kreditur tidak menahan
diri atas apapun. Maka, ia tidak boleh menuntut
imbalan (bunga) atas pinjaman.
15. 5.Bunga Sebagai Imbalan Sewa
• Uang memiliki karakter yang berbeda dengan
barang dan komoditas. Sewa hanya dikenakan
terhadap barang-barang seperti rumah,
perabotan, alat transportasi, dll yang bila
digunakan akan habis, rusak, dan kehilangan
sebagian dari nilainya. Biaya sewa layak
dibayarkan terhadap barang yang susut, rusak,
dan memerlukan biaya perawatan.
• Uang tidak masuk dalam kategori di atas, karena
itu menuntut sewa uang tidak beralasan.
16. 6.Produktif Konsumtif
• Untuk pinjaman produktif terdapat dua kemungkinan:
untung atau rugi.
• Jika seandainya kreditur diminta untuk menjalankan
usahanya sendiri, apakah dijamin ia mendapatkan
keuntungan?
• Mengapa ia mewajibkan keuntungan kepada orang
lain, padahal ia sendiri tidak mampu
melaksanakannya?
• Maka tidak dibenarkan kreditur mengambil bunga,
karena ia tidak melakukan apa-apa, sedangkan
peminjam yang bekerja keras, meluangkan waktu,
tenaga, kemampuan, bahkan modalnya sendiri.
17. 7.Opportunity Cost
• Dengan meminjamkan uangnya berarti kreditur
menunggu atau menahan diri untuk tidak
menggunakan modal sendiri guna memenuhi keinginan
diri sendiri. Hal itu serupa dengan memberikan waktu
kepada peminjam. Dengan waktu itulah, peminjam
memiliki kesempatan untuk menggunakan modal
pinjamannya untuk memperoleh keuntungan. Maka,
waktu mempunyai harga yang meningkat seiring
dengan berjalan waktu.
• Bagaimana kreditur dapat memastikan bahwa
peminjam akan memperoleh keuntungan bukan
kerugian atas investasi modal pinjamannya?
18. 8.Teori Kemutlakan Produktivitas
Modal
• Modal adalah produktif dengan sendirinya.
Modal dipandang mempunyai daya untuk
menghasilkan nilai tambah.
• Apakah modal selalu produktif? Kenyataannya
modal menjadi produktif hanya apabila
digunakan seseorang untuk bisnis yang dapat
mendatangkan keuntungan.
19. 9.Time Value of Money
• Menjelaskan fenomena bunga dengan menurunnya
nilai barang di waktu mendatang dibanding dengan
nilai barang di waktu sekarang. Keuntungan masa kini
lebih diutamakan daripada keuntungan masa depan.
Maka modal yang dipinjamkan kepada seseorang pada
saat sekarang lebih bernilai dibanding uang yang akan
dikembalikan di masa depan. Bunga merupakan nilai
lebih yang ditambahkan pada modal yang dipinjamkan
agar nilai pembayarannya sama dengan nilai modal
pinjaman semula.
• Benarkah manusia menganggap kehendak masa
sekarang lebih penting dan berharga daripada
keinginan masa depan?
20. 10.INFLASI
• Inflasi adalah meningkatnya harga barang
secara keseluruhan yang menyebabkan
terjadinya penurunan daya beli uang. Maka,
mengambil bunga sangatlah logis sebagai
kompensasi penurunannya daya beli uang
selama dipinjamkan.
• Argumentasi tersebut memang sangat tepat
seandainya dalam dunia ekonomi yang terjadi
hanyalah inflasi saja tanpa deflasi atau stabil.