2. Pengertian Riba
1. Pengertian secara bahasa :
a. الزيادة (bertambah) yaitu meminta tambahan dari
sesuatu yang dihutangkan
b. النام (berkembang/berbunga) yaitu membungakan
harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan
kepada orang lain
c. Berlebihan atau menggelembung
2. Pengertian secara istilah :
Riba adalah akad yang terjadi dengan penukaran
tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut
aturan syara’ atau terlambat salah satunya.
3. 3
Tahap Pertama, Allah menunjukkan
bahwa riba itu bersifat negatif
Ar-Ruum (30): 39
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang
berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
4. 4
Tahap Kedua, Allah telah memberikan isyarat
akan keharaman riba melalui kecaman terhadap
praktik riba dikalangan masyarakat Yahudi,
An-Nisa’(4): 160-161
5. 5
Tahap II
An-Nisa’(4): 160-161
• Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan
atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan Karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah;
• Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya
mereka Telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka
memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. kami Telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih.
6. 6
Tahap Ketiga, Allah mengharamkan salah
satu bentuk riba, yaitu yang bersifat
berlipat ganda dengan larangan yang tegas
Ali Imran (3): 130
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda* dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.
7. 7
Tahap Terakhir, Allah mengharamkan riba
secara total dengan segala bentuknya
Al-Baqoroh: 278-279
8. 8
Tahap IV
Al-Baqoroh: 278-279
• Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-
orang yang beriman.
• Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu; dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya
9. 9
Hadis
Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima
riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian beliau bersabda: “Mereka semuanya sama“
(HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW berkata: “Pada malam
perjalananku Mi’raj, aku melihat orang-orang yang perutnya seperti
rumah, didalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari luar. Aku
bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab bahwa
mereka adalah orang-orang yang menerima riba.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: “Riba itu
memiliki tujuh puluh tingkatan, adapun tingkat yang paling rendah
(dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan ibunya
sendiri.”
10. JENIS RIBA
1. Riba Utang
Riba Dayn /Qard (Riba dalam pinjaman): tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan kepada yang berutang
Riba jahilliyah: adalah utang yang dibayar lebih dari pokok karena sipeminjam
tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan
2. Riba Bai’
Riba Fadl
Riba karena pertukaran barang yang sejenis, tapi jumlahnya tidak seimbang, dan
barang yang dipertukarkan adalah termasuk barang ribawi
Riba Nasiah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan barang. Atau riba karena
pertukaran yang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka
waktu
Barang ribawi: mata uang (emas, perak, lainnya) dan bahan makanan pokok
11. ATURAN PERMAINAN BARANG RIBAWI
1. Dalam jual beli barang sejenis, hendaknya sama jumlah dan kadarnya,
serta serahkan dalam jual beli
– Selembar uang Rp100.000,- dengan 100 lembar uang Rp.1.000,-
2. Jual beli barang yang berlainan jenis diperbolehkan untuk berbeda dalam
jumlah dan kadar, dengan syarat: barang diserahkan pada saat akad
– Rp.9.500,- dengan 1 US$
3. Jual beli barang ribawi dengan barang bukan ribawi tidak disyaratkan
persamaan dalam jumlah maupun penyerahan pada saat yang sama
– 1 buah lap top = Rp.10.000.000,-
4. Jual beli antara barang-barang yang bukan ribawi diperbolehkan tanpa
persamaan dan diserahkan pada waktu akad
– Baju + celana = sepatu
12. Para ulama sepakat bahwa
hukum Riba adalah haram
MASALAH:
Apakah bunga bank sama
dengan riba?
14. BUNGA BANK:
PANDANGAN DUNIA ISLAM
Dewan Studi Islam AlAzhar, Cairo
Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba yang
diharamkan.(Konferensi DSI AlAzhar, Muharram 1385 H/ Mei 1965 M)
Rabithah Alam Islamy
Bunga bank yang berlaku dalam perbankan konvensional adalah riba
yang diharamkan. (Keputusan No. 6 Sidang ke 9, Mekkah 12-19 Rajab
1406 H)
Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam
Seluruh tambahan dan bunga atas pinjaman yang jatuh tempo dan
nasabah tidak mampu membayarnya, demikian pula tambahan (atau
bunga) atas pinjaman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran
dari riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan No. 10 Majelis
Majma’ Fiqih Islamy, Koneferensi OKI ke II, 22-28 Desembeer 1985)
15. BUNGA BANK:
PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Nahdhatul Ulama
Sebagian ulama mengatakan bunga sama dengan riba, sebagian
lain mengatakan tidak sama dan sebagian lain mengatakan
syubhat.
Rekomendasi: Agar PB NU mendirikan bank Islam NU dengan
sistem tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar Lampung,
1992)
Muhammadiyah
Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada
nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk
perkara “mustasyabihat.”
Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga
perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam (Lajnah Tarjih
Sidoarjo, 1968)
16. BUNGA BANK:
PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Majelis Ulama Indonesia
1)Bunga bank sama dengan riba
2) tidak sama dengan riba
3) Syubhat. MUI harus mendirikan bank alternatif. (Lokakarya Alim Ulama,
Cisarua 1991)
Lajnah Ulama Komisi Fatwa se Indonesia,
Majelis Ulama Indonesia
1)Bunga bank sama dengan riba (Silaknas MUI, 16 Desember 2003)
17. Berbagai pandangan tentang Bunga:
• Boleh mengambil Bunga karena darurat
(membedakan keinginan dengan kebutuhan)
• Pada tingkat wajar, tidak mengapa bunga
dibebankan.
• Opportunity Lost yang ditanggung pemilik dana
disebabkan penggunaan uang oleh pihak lain.
• Bunga untuk konsumtif dilarang, tapi untuk
produktif dibolehkan.
• Riba haram pada yang berganda-ganda
• Memperbolehkan bunga deposito bank
konvensional
18. • Uang sebagai komoditi, karena itu ada
harganya. Dan harga uang itu adalah bunga.
(Boehm-Bowerk)
• Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi.
• Bunga sebagai upah menunggu (Abstinence
Concept, Senior, Irving Fisher).
• Nilai uang sekarang lebih besar daripada nilai
uang pada masa depan (Time Value of
Money).
• Di zaman Nabi tidak ada bank, dan bank
bukan Syakhsiyyah Mukallafah (yang terkena
kewajiban menjalankan hukum syariah).
19. BUNGA BAGI HASIL
a) Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu untung.
a) Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil
dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi
b) Besarnya persentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah keuntungan yang diperoleh.
c) Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
c) Bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi,
maka kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak.
d) Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang
‘’booming’’
d) pembagian laba meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
e) Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak
dikecam) oleh semua agama termasuk
islam.
e) Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
hasil
Bunga vs Bagi Hasil