SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
MAKALAH PRAKTIKUM
“ANALISIS KONSEP PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas ujian praktikum mata kuliah Epidemiologi
Dosen Pembimbing: Rika Resmana, SKM.,M.Kes.
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Gebriel Metondia Gurning (P17336121458)
Lusiani Nurmadina (P17336121463)
Muhammad Ridwan Al Mufid (P17336121466)
Qonita Nur Tsania (P17336121471)
RD. Rangga Fazrian Nitinagara (P17336121472)
PROGRAM STUDI D-IV PROMOSI KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Jl. Babakan Loa, Pasirkaliki, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat 40514
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yag berjudul
“Analisis Konsep Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)” dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian praktikum mata kuliah
Epidemiologi. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca mengenai penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu RikaResmana,SKM.,M.Kes. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Epidemiologi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Adapun penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk
ini kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami agar dikemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi.
Bandung, 09 Juni 2022
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................................3
2.1 Konsep penyebab penyakit ...................................................................................3
2.2 Konsep penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD)...................................5
BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................................10
3.1 Manifestasi penyakit demam berdarah dengue (DBD) ...........................................10
3.2 Peristiwa Penyebab Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ............11
3.3 Konsep Triad Epidemiologi Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)...12
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................................18
Daftar Pustaka .........................................................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep penyebab penyakit erat hubungannya dengan segitiga epidemiologi, karena
model ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit. Segitiga
epidemiologi atau yang umumnya dikenal dengan istilah trias epidemiologi ini merupakan
konsep dasar yang memberikan gambaran penjelasan mengenai hubungan 3 faktor
utama yang berkontribusi dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya, 3
faktor utama tersebut terdiri dari host (tuan rumah/pejamu), agent (faktor
penyebab), dan environment (lingkungan). Dan Penyakit timbul karena ketidakseimbang
an antara agent (penyebab) dan manusia (host).
Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Insidensi DBD cenderung menunjukkan peningkatan dalam
jumlah penderita maupun daerah persebaran. Hal ini dikarenakan penyakit ini dapat
menimbulkan wabah yang apabila penanganannya tidak tepat dapat mengakibatkan
kematian.
Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Virus Dengue masuk ke aliran darah manusia melalui
gigitan nyamuk tersebut. Biasanya, nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari. Penularan
virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus
dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi orang lain
yang digigitnya. Meski begitu, virus Dengue hanya menular melalui nyamuk dan tidak dari
orang ke orang.
Berdasarkan uraian diatas, demam berdarah merupakan penyakit yang perlu
mendapatkan perhatian khusus, maka dari itu kelompok kami melakukan analisis
terhadap penyakit demam berdarah guna untuk memprediksi pola penyakit dan sebab
akibat terjadinya penyakit demam berdarah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagaimana manifestasi penyakit demam berdarah dengue ?
2. Bagaimana peristiwa peyakit demam berdarah dengue ?
3. Bagaimana konsep triad epidemilogi terhadap penyakit demam berdarah dengue ?
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui manifestasi penyakit demam berdarah dengue.
2. Untuk mengetahui peristiwa penyakit demam berdarah dengue.
3. Untuk mengetahui konsep triad epidemiologi penyakit demam berdarah dengue.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Sehat dan Sakit
2.1.1 Konsep sehat
Sehat adalah keadaan tubuh yang normal baik jasmani, rohani, dan
sosial, tidak terbatas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau
kecacatan. Menurut UU No.36 tahun 2009, yang dimaksud kesehatan
dimana kondisi baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial dimana
setiap orang mampu hidup produktif baik sosial maupun ekonominya.
Menurut John Wayne (dalam Yuliandari, 2018: 24) bahwa ada 6
parameter kesehatan, yaitu : 1) fungsi fisik, orang sehat tidak mengalami
gangguan fisik, 2) kesehatan mental, dimana perasaan nyaman, mampu
mengontrol emosi diri, perilaku positif, 3) sosial well-being, hubungan
interpersonal aktif, 4) fungsi peran, tidak mengalami gangguan hubungan
dengan sesama, 5) persepsi umum, pandangan diri tentang kesehatan
pribadi, 6) symtom-symtom, tidak ada gangguan fisiologi maupun psikologi.
Sehingga dari keenam parameter tersebut saling berkaitan. Difinisi sehat
yang di kemukakan oleh WHO:
a. Merekflesikan perhatian pada manusia.
b. Sehat dari sudut pandang lingkungan dari dalam dan luar.
c. Pemaknaan sehat sebagai pola hidup aktif berkarya dan berproduksi.
Dapat disimpulkan, konsep sehat adalah suatu keadaan/kondisi fisik
yang lengkap dan normal, dan kondisi mental serta sosial yang baik tanpa
gangguan yang berarti sehingga akan menimbulkan kebahagian bagi diri
orang tersebut. orang sehat akan mampu menjalani aktivitas kehidupan
dengan baik.
2.1.2 Konsep sakit
Kata penyakit dan sakit adalah dua kondisi yang berbeda, namun
penggunaannya sering tertukar. Kata sakit identik dengan sesuatu yang tidak
beres atau abnormal. Penyakit merupakan istilah medis yang di gambarkan
sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya
kapasitas. Penyakit terjadi saat tubuh tidak seimbang serta keadaan yang
tidak normal.
Menurut Hidayah (2014) sakit adalah suatu keadaan dimana
emosional, fisik, sosial, intelektual, perkembangan, atau seseorang
terganggu atau berkurang, bukan hanya kondisi terjadinya proses penyakit.
Secara umumnya dinyatakan terkena suatu penyakit apabila sudah
4
menimbulkan perubahan fungsi tubuh yang tidak semestinya dan keluhan
lain yang menyebabkan munculnya tanda atau gejala. Perwujudan penyakit
dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti
peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti
kejang). Ada dua jeins penyakit, yaitu kronis dan tidak kronis. Dikatakan
kronis bila gangguan kesehatan berlangsung lama, kebanyakan disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat. Apabila sudah terlanjur parah, bisa
berujung kematian.
Dapat disimpulkan, bahwa sakit adalah suatu kondisi tidak nyaman,
adanya ketidaknormalan atau gangguan pada sistem metabolisme tubuh,
gangguan pada pola pikir atau perasaan yang tidak nyaman atau yang
berkaitan dengan psikologi seseorang, sehingga akan berpengaruh pada
terganggunya proses menjalani kehidupannya.
2.1.3 Peristiwa terjadinya penyakit
Manifestasi penyakit dapat berupa :
1. gejala-gejala (symptom) : merupakan gejala-gejala yang dirasakan oleh
pasien
2. tanda-tanda (sign) : merupakan tanda-tanda yang terdapat pada pasien
(hasil pemeriksaan yang didapat pada pasien)
3. abnormalitas dari hasil tes laboratorium yang diambil dari jaringan tubuh
Salah satu tujuan epidemiologi adalah membantu pencegahan dan
pengendalian penyakit dengan cara menemukan penyebab (kausa). Bila
didefinisikan penyebab penyakit adalah berupa kejadian; kondisi; karakter;
atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang berperan dalam terjadinya
penyakit. Secara logika, sebab mendahului akibat
Gambar 1.
5
Jenis-jenis hubungan sebab-akibat :
1. Tidak berhubungan secara statistik
2. Berhubungan secara statistic
3. kausal langsung
4. kausal tidak langsung
Pedoman untuk menunjukkan hubungan sebab akibat
1. Hubungan temporal : sebab mendahului akibat
2. Plausibilitas : apakah hubungan yang ada konsisten dengan ilmu
pengetahuan yang ada
3. Konsistensi : apakah terdapat hasil yang sama ditemukan pada
penelitian yang lain
4. Kekuatan hubungan : apakah hubungan sebab akibat berhubungan
secara statistik yang kuat
5. Dose-respons relationship : apakah ada peningkatan dampak dengan
peningkatan eksposure
6. Reversibilitas : apakah eliminasi exposure akan menurunkan resiko
dampak
7. Disain studi : apakah hasil dari studi sebab-akibat, berasal dari studi
dengan disain yang kuat
2.2 Konsep Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.2.1 Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik (Suhendro, Leonard & Melani, 2009).
Demam Berdarah Dengue (DBD), disebut juga dengan istilah Dengue
Hemorraghic Fever (DHF), pertama kali di laporkan di Indonesia pada tahun
1968. Hingga kini DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan d
Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan penyebarannya yang
semakin meluas. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terjadi hampir setiap tahun
di beberapa Provinsi, bahkan pernah terjadi KLB besar tahun 1998 dan 2004
dimana jumlah kasus mencapai 79.480 kasus dengan angka kematian 800
jiwa. (Kawiani, 2013).
2.2.2 Patogenesis
6
Terdapat tiga faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit DBD yaitu
pejamu, vektor dan lingkungan.
1. Penjamu
Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata.
Manusia merupakan reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan.
Beberapa variabel yang berkaitan dengan karakteristik pejamu adalah
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, imunitas, status gizi, ras dan
perilaku (Widodo, 2012).
2. Vektor
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau Arthropoda
yang dapat memindahkan atau menularkan agen infeksi dari sumber
infeksi kepada pejamu yang rentan. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penularan DBD terjadi
melalui gigitan nyamuk Aedes sp. betina yang sebelumnya telah
membawa virus dalam tubuhnya dari penderita baru. Nyamuk Aedes
aegypti sering menggigit manusia pada pagi dan siang hari (Komariah
& Malaka, 2012).
3. Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan
dengan terjadinya infeksi dengue. Lingkungan pemukiman sangat besar
peranannya dalam penyebaran penyakit menular. Kondisi perumahan
yang tidak memenuhi syarat rumah sehat apabila dilihat dari kondisi
kesehatan lingkungan akan berdampak pada masyarakat itu sendiri.
Dampaknya dilihat dari terjadinya suatu penyakit yang berbasis
lingkungan yang dapat menular seperti DBD. (Ita Maria, Hasanuddin
Ishak, 2013).
2.2.3 Gejala
Menurut (Kemenkes, 2012) tanda dan gejala penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) antara lain sebagai berikut :
1. Demam
Penyakit DBD didahului dengan terjadinya demam tinggi mendadak
secara terus menerus yang berlangsung selama 2-7 hari. Panas akan
turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau
ke-7 panas mendadak turun.
2. Manifestasi pendarahan
Perdarahan pada penderita DBD dapat terjadi pada semua organ tubuh
dan umumnya terjadi pada 2-3 hari setelah demam. Bentuk perdarahan
yang terjadi dapat berupa :
7
a. ptechiae (bintik – bintik darah pada permukaan kulit)
b. purpura
c. ecchymosis (bintik – bintik darah di bawah kulit)
d. pendarahan konjungtiva
e. pendarahan dari hidung ( mimisan atau epitaksis )
f. perdarahan pada gusi
g. hematenesis (muntah darah)
h. meiena (buang air besar berdarah)
i. hematuna (buang air kecil berdarah)
3. Hepatomegaly atau pembesaran hati
Sifat pembesaran hati yang dialami oleh para penderita DBD, yaitu
dialami pada permulaan penularan penyakit dan terasa nyeri saat
ditekan
4. Shock atau Renjatan
Shock dapat terjadi pada saat penderita mengalami demam tinggi, yaitu
antara hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah terjadinya demam. Shock
terjadi karena adanya perdarahan atau kebocoran plasma darah ke
daerah ekstravaskuler melalui pembuluh kapiler yang rusak. Tanda –
tanda terjadinya shock, yaitu kulit tersa dingin pada ujung hidung, jari
dan kaki, perasaan gelisah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang).
5. Komplikasi
Menurut (Sembel, 2009) penyakit DBD dapat mengakibatkan komplikasi
pada kesehatan, komplikasi tersbut dapat berupa kerusakan atau
perubahan struktur otak (enchepalopathy), kerusakan hati atau bahkan
kematian.
6. Penyebab
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan fipe DEN. I, DEN-
2, DEN -3 dan DEN- 4. Keempat type virus tersebut telah diftemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di
masyarakat adalah virus dengue dengan tipe 1 dan fipe. 3. Virus
tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses).
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe (yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4).
7. Penularan
Penularan DBD teriadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes
albopictus dewasa betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam
8
tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti
sering menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit) dan
siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang beresiko
terkena demam berdarah adalah anakanak yang berusia dibawah 15
tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah
pinggiran kumuh.
8. Pengobatan
Pengobatan penderita Demam Berdarah dilakukan untuk penggantian
cairan tubuh dengan cara penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter -2
lier dalam 24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu) atau bisa juga
menggunakan Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaifu garam
elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.
9. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup yang tepat,
yaitu dari sisi :
1) Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi: a.
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu. b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum
burung seminggu sekali. c. Menutup dengan rapat tempat
penampungan air. d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, dan ban
bekas di sekitar ru-mah dan lainlain.
2) Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3) Kimiawi
Pengendalian nyamuk secara kimiawi dapat dilakukan dengan : a.
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu. b. Memberikan bubuk abate
(temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong
air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan "3M Plus".
9
Konsep 3M yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga
melakukan strategi "plus" seperti memelihara ikan pemakan ientik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan lotion
anti nyamuk, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala sesuai
dengan kondisi setempat.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Manifestasi PenyakitDBD
1. Tanda dan Gejala penyakit DBD
Tanda maupun gejala penderita DBD sifatnya tidak khas, artinya bahwa tanda
dan gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada penderita berdasarkan
derajat yang dialaminya. Pada umumnya tanda – tanda atau gejala yang ditimbulkan oleh
penderita DBD adalah sebagai berikut (Dini, dikutip oleh Sintawati, 2016) :
a. Mengalami demam tinggi
b. Mengalami perdarahan atau bintik merah pada kulit
c. Mengalami keluhan pada saluran pernafasan
d. Mengalami keluhan pada saluran pencernaan
e. Biasanya merasakan sakit saat menelan
f. Mengalami keluhan pada bagian tubuh yang lain, seperti nyeri otot, tulang, sendi, dan ulu
hati, serta pegal – pegal di seluruh tubuh.
g. Mengalami pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal
pada masa penyembuhan.
Pada kondisi parah, penderita akan mengalami keadaan renjatan (shock), yang
dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS), dengan tanda – tanda sebagai berikut:
a. Kulit terasa lembab dan dingin.
b. Tekanan darah menurun.
c. Denyut nadi cepat dan lemah.
d. Mengalami nyeri perut yang hebat.
e. Mengalami pendarahan, baik dari mulut, hidung, maupun anus. f. Lemah dan mengalami
penurunan tingkat kesadaran.
f. Mengalami kegelisahan.
g. Mulut, hidung, dan ujung jari penderita tampak kebiru – biruan.
h. Tidak buang air kecil selama 4-6 jam.
2. Abnormalitas dari Hasil Tes Laboratorium
Hasil laboratorium umumnya dilakukan untuk mempertegas diagnosa dokter
untuk penyakit DBD atau Typhoid. Untuk membedakan pasien terdiagnosa DBD atau
typhoid dapat dilihat dari pola demam yang di derita pasien serta hasil laboratorium. Selain
itu untuk kriteria cek darah di laboratorium dengan status darah normal dapat dilihat dari
data berikut :
a. Trombosit : 150.000 – 400.000 /cmm
b. Hemoglobin : L: 14,0-18,0 P: 12,0-18,0 gr/dl c. Hematokrit : L: 42-52 P: 37-47 %
11
c. Leukosit : 4.800-10.800 uL
3.2 Peristiwa Peenyebab Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah
diantaranya: lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggian
tempat dan iklim), lingkungan biologi, dan lingkungan sosial.7 Jarak antara rumah
mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak
antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar kerumah sebelah menyebelah. Bahan-
bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang
dalam rumah menyebabkan rumah tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk.
Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang
berdesak-desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,
yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
nyamuk Aedes Aegypti. Aedes albopictus, Aedes polynesiensis. Aedes mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus
yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan
dapat menularkan virus selama hidupnya.
Poin sebab akibatnya adalah Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang
dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus Dengue masuk ke aliran
darah manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Biasanya, nyamuk ini menggigit di pagi
dan sore hari.
Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk
perantara. Virus dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh nyamuk dan
menginfeksi orang lain yang digigitnya. Meski begitu, virus Dengue hanya menular
melalui nyamuk dan tidak dari orang ke orang.
Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan
DENV-4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih,
maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut.
Akan tetapi, kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan
terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah
terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi lagi dengan gejala yang lebih berat.
Selain pernah mengalami infeksi virus Dengue, faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal atau bepergian
ke daerah tropis. Demam berdarah juga lebih berisiko dialami oleh bayi, anak-anak, orang
lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah.
12
3.3 Konsep Triad Epidemiologi Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
A. Konsep Triad Epidimiologi
1. Agent (Penyebab)
Agent atau penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk
kelompok B arthropoda Borne Virus (Arbovirus). Anggota dari genus Flavivirus, familia
Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk Aedes
albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD (Roose 23 2008) . Dikenal ada empat
serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 (Wati, 2009 : 14-15). Nyamuk
dengue menggigit manusia pada pagi sampai sore hari, biasanya pukul 08.00-12.00 dan
15.00-17.00. Nyamuk mendapatkan virus dengue setelah menggigit orang yang terinfeksi
virus dengue. Virus ini dapat tetap hidup di alam lewat 2 mekanisme:
 Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Virus dapat ditularkan oleh
nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus ini dapat
ditularkan dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual.
 Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh mekhluk vertebrata dan
sebaliknya. Yang dimaksud dengan makhluk vertebrata disini adalah manusia dan
kelompok kera tertentu.
Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami replikasi
(memecah diri atau berkembang biak), kemudian akan berimigrasi dan akhirnya sampai
ke kelenjar ludah. Empat hari kemudian virus akan mereplikasi dirinya secara cepat.
Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah dan saat itulah
manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas (Suharmiati &Handayani, 2007 : 3).
2. Host (Faktor Penjamu)
Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata.
Manusia reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan (Widodo, 2012 : 11). Beberapa
faktor yang mempengaruhi host dijelaskan sebagai berikut :
a. Usia
Menurut Noor (2008 : 98, dalam Kurniawati, 2015 : 13-14) salah satu karakteristik
individu yang mempunyai peranan penting 24 pada perkembangan penyakit adalah usia.
Peranan tersebut menjadi penting dikarenakan usia dapat memberikan gambaran tentang
faktor penyebab penyakit tersebut, selain itu dapat digunakan untuk mengamati
perbedaan frekuensi penyakit. usia juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko
dan resistensi penyakit.
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus
dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur
beberapa hari setelah lahir (Wati, 2009 : 15). Karakteristik setiap individu secara tidak
langsung memberikan perbedaan pada keadaan maupun reaksi terhadap keterpaparan
13
suatu penyakit. Adapun perbedaan tersebut dapat di lihat berdasarkan golongan umur
(Kurniawati 2015 : 38). Di Negara Asia Tenggara penyakit DBD menyerang terutama pada
anak-anak, sedangkan di Negara tropis Amerika DBD menyerang semua umur (Guzzman,
2008 : 522).
b. Jenis kelamin
Noor (2008 : 98, dalam Kurniawati, 2015 : 14) menjelaskan faktor jenis kelamin
merupakan salah satu variabel deskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka/rate
kejadian pria dan wanita. Perbedaan jenis kelamin harus dipertimbangkan dalam hal
kejadian penyakit, hal tersebut dikarenakan timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan
sistem hormonal yang berbeda. Wati (2009 : 15-16) mengemukakan sejauh ini tidak
ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan
jenis kelamin.
c. Pekerjaan
Mobilitas seseorang berpengaruh terhadap resiko kejadian DBD. Hal ini identik
dengan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dan berkaitan dengan pendapatan dan daya
beli seseorang. Semakin tinggi mobilitas seseorang, semakin besar resiko untuk
menderita penyakit DBD. Semakin baik tingkat penghasilan seseorang, semakin mampu
ia untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam hal pencegahan dan pengobatan
suatu penyakit (Widodo, 2013 : 12).
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni penglihatan, pendengaran, penghirup, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam mebantu tindakan seseorang (overt
behaviour). Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), dalam Sunaryo
(2004 : 5), dalam Hasmi (2015) mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal
ini sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikap terhadap stimulus.
14
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap diatas. Apabila penerima perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long distance).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama.
e. Sikap
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan
terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung dan juga tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana
pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku
bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang
bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa
perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya peribahan perilaku (Marini, 2010).
Tingkat sikap di dalam domain afektif menurut Notoatmodjo (2003, dalam Efendi &
Makhfudli 2009 : 103) yaitu :
1) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Contohnya, sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang
gizi.
2) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
3) Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. Contohnya, seorang ibu mengajak yang
lain (tetangga atau saudaranya) untuk pergi menimbangkan anaknya di posyandu atau
mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Contohnya, seorang
ibu mau menjadi akseptop KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri.
f. Perilaku
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat
15
mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik/keturunan dan faktor lingkungan. Faktor
keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal perkembangan perilaku makhluk hidup
itu untuk selanjutnya. Faktor lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut (Marini, 2010 : 10).
Notoatmojo (2012, dalam Lontoh, et al, 2016 : 384) menyatakan bahwa perilaku
masyarakat sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran
terhadap bahaya DBD. Purnama, et al. (2013 : 24) mengemukakan perilaku
membersihkan lingkungan dan secara rutin melakukan kegiatan 3M, yakni menguras
tempat penampungan air, mengubur barang bekas dan menutup tempat penampungan
air akan efektif mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk, sehingga dapat
mengurangi kejadian DBD di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan
(2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di desa Gonilan
kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo yakni ada hubungan yang signifikan antara
kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (TPA) terhadap kejadian DBD.
Green, (1980, dalam Notoatmodjo, 2012) membagi 3 faktor yang mempengaruhi
perilaku, yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor ini mencangkup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang -
undang,peraturanperaturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadangkadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas,
lebihlebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
3. Environment (lingkungan)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah :
16
a. Keberadaan kontainer/Tempat Penampungan Air (TPA)
Menurut penelitian Gama & Betty (2010 : 5) keberadaan kontainer >3 memiliki resiko
untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai
container. Widjaja (2011 : 87) mengemukakan bahwa keadaan kontainer yang tertutup
secara statistik tidak menunjukan hubungan dengan kejadian DBD karena memungkinkan
Aedes aegypti tidak dapat meletakkan telur di kontainer tersebut. Penggunaan penutup
kontainer yang baik, dapat mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti,
sedangkan banyaknya jenis kontainer ditemukan sebagai tempat berkembangbiaknya
nyamuk Aedes aegypti tergantung pada kebiasaan masyarakat menggunakan wadah
sebagai tempat penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian adalah perbandingan jumlah penghuni dengan luas rumah dan
merupakan salah satu persyaratan rumah sehat. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan no.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, disebutkan bahwa
kepadatan hunian ≥ 8 m2 per orang dikategorikan sebagai tidak padat. Adapun cara
menghitung kepadatan hunian, sebagai berikut (RISKESDAS, 2013)
Kepadatan hunian =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ
Pertambahan penduduk baik baik di perkotaan maupun pedesaan berdampak negatif
terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan
berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi
terhadap status kesehatan penduduk (Efendi & Makhfudli, 2009).
Pengaruh Faktor Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Teori segitiga epidemiologi
menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu
(host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) yang digambarkan segitiga.
Perubahan lingkungan akan mempengaruhi host, sehngga akan timbul penyakit secara
individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian
juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemologi
menggambarkan hubungan tiga komponen tersebut. Untuk memprediksi pola penyakit,
model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen.
Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya, dengan
akibat menaikan atau menurunkan kejadian penyakit (Roose, 2008).
17
B. Pengaruh Faktor Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan
oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan
(environment) yang digambarkan segitiga. Perubahan lingkungan akan mempengaruhi
host, sehngga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang
mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang
berhubungan dengan lingkungan. Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan
sebagai segitiga epidemologi menggambarkan hubungan tiga komponen tersebut. Untuk
memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman
masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga
komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan kejadian penyakit (Roose,
2008).
Menurut Kristina, dkk (2004 dalam, Utomo, Ningsih & Febri, 2013 : 83) komponen
untuk terjadinya penyakit DBD yaitu agent (penyebab), host (penjamu) dan environment
(lingkungan). Agent penyebab penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) adalah virus
dengue yang termasuk vektor infeksi DBD. Host atau penjamu adalah manusia atau
organisme yang rentan oleh pengaruh agent. Faktor penjamu meliputi umur, jenis kelamin,
pekerjaan, perilaku, pengetahuan dan sikap. Environment (lingkungan) adalah kondisi
atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent maupun host, tetapi mampu
menginteraksikan agent dan host. Faktor lingkungan ini meliputi kepadatan hunian dan
tempat penampungan air (TPA).
18
BAB IV
KESIMPULAN
1. Manifestasi penyakit DBD yaitu, pertama, tanda dan gejala DBD. Tanda maupun
gejala penderita DBD sifatnya tidak khas, artinya bahwa tanda dan gejala yang
ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada penderita berdasarkan derajat yang
dialaminya. Kedua, Abnormalitas dari Hasil Tes Laboratorium untuk membedakan
pasien terdiagnosa DBD atau typhoid dapat dilihat dari pola demam yang di derita
pasien serta hasil laboratorium.
2. Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu mausia, virus Dengue dan vektor perantara. Penularan virus
Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus
dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi
orang lain yang digigitnya. Namun, virus Dengue hanya menular melalui nyamuk
dan tidak dari orang ke orang. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus
Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur
hidup terhadap tipe virus tersebut. Kekebalan terhadap salah satu virus tidak
menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan,
seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi lagi
dengan gejala yang lebih berat. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal atau bepergian ke daerah
tropis.
3. Konsep Triad Epidemiologi Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu
agent (penyebab), host (penjamu), dan environment (lingkungan). Agent atau
penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue dapat menginfeksi
manusia dan beberapa spesies primata. Lingkungan yang mempengaruhi
timbulnya penyakit dengue adalah Keberadaan kontainer/Tempat Penampungan
Air (TPA) dan Kepadatan hunian. Pada prinsipnya Teori segitiga epidemiologi
digambarkan sebagai segitiga epidemologi yang menggambarkan hubungan tiga
komponen tersebut untuk memprediksi pola penyakit.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular.
https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/1782/Irwan-Buku-
Epidemiologi-Penyakit-Menular.pdf. Diakses Pada 09 Juni 2022.
Gustinerz. (2021). Konsep Penyebab & Proses Terjadinya Penyakit Melalui Segitiga
Epidemiologi. https://gustinerz.com/konsep-penyebab-proses-terjadinya-
penyakit-melalui-segitiga-epidemiologi/. Diakses Pada 09 Juni 2022.
M. Tabanal, RRA. 2017. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH ENDEMIS LANDUNGSARI
KABUPATEN MALANG. Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang.
https://eprints.umm.ac.id/42197/3/jiptummpp-gdl-riarezkiok-51711-3-
babii.pdf Diakses Pada 12 Juni 2022.
Nareza,d.M. (2021, September21). Penyebab DemamBerdarah.Diambil kembali dari
Alodokter:https://www.alodokter.com/demam-
berdarah/penyebab#:~:text=Demam%20berdarah%20disebabkan%20o
leh%20virus,di%20pagi%20dan%20sore%20hari. DiaksesPada12 Juni
2022.
peraturan.bpk.id. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38778/uu-no-36-tahun-2009.
Diakses pada Kamis 09 Juni 2022.
Prasetyani,R.D.(2015). Faktor-FaktoryangBerhubungandenganKejadianDemam
BerdarahDengue . Mayority,61-66. DiaksesPada12 Juni 2022.
Sidiek. A. DKK. (2012). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENGENAI
PENYAKIT DBD TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA ANAK.
https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/1782/Irwan-Buku-
Epidemiologi-Penyakit-Menular.pdf. Diakses Pada 09 Juni 2022.
Tawakal,Firman dan Ahmedika Azkiya.(2020).Diagnosa Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) menggunakan Metode Learning Vector Quantization
(LVQ). http://ejournal.uin-suka.ac.id/saintek/JISKA/article/download/43-
07/1634. Diakses pada 9 Juni 2022.

More Related Content

Similar to 1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx

Konsep Epidemiologi.docx
Konsep Epidemiologi.docxKonsep Epidemiologi.docx
Konsep Epidemiologi.docxSintia144218
 
MINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptx
MINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptxMINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptx
MINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptxsrisulastri74
 
Diktat dasar epid
Diktat dasar epidDiktat dasar epid
Diktat dasar epidAdenurlina2
 
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakatMenerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakatDewi Fitriani
 
Faktor resiko dan upaya pencegahan
Faktor resiko dan upaya pencegahan Faktor resiko dan upaya pencegahan
Faktor resiko dan upaya pencegahan iradatul aini
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)NajMah Usman
 
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...LisdaDamayanti1
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfAsepSaefunnajat
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanFirdika Arini
 
Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...
Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...
Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...sofian.alfarisi
 
Makalah sehat sakit
Makalah sehat sakitMakalah sehat sakit
Makalah sehat sakitRoni Anasoka
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiSariana Csg
 

Similar to 1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx (20)

Gangguan jiwa
Gangguan jiwaGangguan jiwa
Gangguan jiwa
 
Konsep Epidemiologi.docx
Konsep Epidemiologi.docxKonsep Epidemiologi.docx
Konsep Epidemiologi.docx
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
[1] konsep penyakit kronis
[1] konsep penyakit kronis[1] konsep penyakit kronis
[1] konsep penyakit kronis
 
MINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptx
MINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptxMINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptx
MINGGU 1-2 EPIDEMIOLOGI.pptx
 
Diktat dasar epid
Diktat dasar epidDiktat dasar epid
Diktat dasar epid
 
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakatMenerapkan ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat
 
Faktor resiko dan upaya pencegahan
Faktor resiko dan upaya pencegahan Faktor resiko dan upaya pencegahan
Faktor resiko dan upaya pencegahan
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
 
25057228 gangguan-somatisasi
25057228 gangguan-somatisasi25057228 gangguan-somatisasi
25057228 gangguan-somatisasi
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplika...
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
 
Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...
Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...
Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton M...
 
Makalah sehat sakit
Makalah sehat sakitMakalah sehat sakit
Makalah sehat sakit
 
Epidemiologi klp1
Epidemiologi klp1Epidemiologi klp1
Epidemiologi klp1
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakDianPermana63
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...Kanaidi ken
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfAndiCoc
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAgusSuarno2
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8RiniWulandari49
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Fathan Emran
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanaji guru
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bSisiliaFil
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuKhiyaroh1
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 

1B_Kelompok 6_Ujian Praktikum Epidemiologi.docx

  • 1. MAKALAH PRAKTIKUM “ANALISIS KONSEP PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)” Disusun untuk memenuhi salah satu tugas ujian praktikum mata kuliah Epidemiologi Dosen Pembimbing: Rika Resmana, SKM.,M.Kes. Disusun Oleh: Kelompok 6 Gebriel Metondia Gurning (P17336121458) Lusiani Nurmadina (P17336121463) Muhammad Ridwan Al Mufid (P17336121466) Qonita Nur Tsania (P17336121471) RD. Rangga Fazrian Nitinagara (P17336121472) PROGRAM STUDI D-IV PROMOSI KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES BANDUNG Jl. Babakan Loa, Pasirkaliki, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat 40514 2022
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yag berjudul “Analisis Konsep Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian praktikum mata kuliah Epidemiologi. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca mengenai penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kami ucapkan terima kasih kepada ibu RikaResmana,SKM.,M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Epidemiologi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Adapun penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk ini kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar dikemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Bandung, 09 Juni 2022 Kelompok 6
  • 3. ii DAFTAR ISI Kata Pengantar...........................................................................................................i Daftar Isi....................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1 1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1 1.3 Tujuan .................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................................3 2.1 Konsep penyebab penyakit ...................................................................................3 2.2 Konsep penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD)...................................5 BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................................10 3.1 Manifestasi penyakit demam berdarah dengue (DBD) ...........................................10 3.2 Peristiwa Penyebab Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ............11 3.3 Konsep Triad Epidemiologi Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)...12 BAB IV KESIMPULAN .............................................................................................18 Daftar Pustaka .........................................................................................................19
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep penyebab penyakit erat hubungannya dengan segitiga epidemiologi, karena model ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit. Segitiga epidemiologi atau yang umumnya dikenal dengan istilah trias epidemiologi ini merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran penjelasan mengenai hubungan 3 faktor utama yang berkontribusi dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya, 3 faktor utama tersebut terdiri dari host (tuan rumah/pejamu), agent (faktor penyebab), dan environment (lingkungan). Dan Penyakit timbul karena ketidakseimbang an antara agent (penyebab) dan manusia (host). Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Insidensi DBD cenderung menunjukkan peningkatan dalam jumlah penderita maupun daerah persebaran. Hal ini dikarenakan penyakit ini dapat menimbulkan wabah yang apabila penanganannya tidak tepat dapat mengakibatkan kematian. Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus Dengue masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Biasanya, nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari. Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi orang lain yang digigitnya. Meski begitu, virus Dengue hanya menular melalui nyamuk dan tidak dari orang ke orang. Berdasarkan uraian diatas, demam berdarah merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian khusus, maka dari itu kelompok kami melakukan analisis terhadap penyakit demam berdarah guna untuk memprediksi pola penyakit dan sebab akibat terjadinya penyakit demam berdarah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan bagaimana manifestasi penyakit demam berdarah dengue ? 2. Bagaimana peristiwa peyakit demam berdarah dengue ? 3. Bagaimana konsep triad epidemilogi terhadap penyakit demam berdarah dengue ?
  • 5. 2 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui manifestasi penyakit demam berdarah dengue. 2. Untuk mengetahui peristiwa penyakit demam berdarah dengue. 3. Untuk mengetahui konsep triad epidemiologi penyakit demam berdarah dengue.
  • 6. 3 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Sehat dan Sakit 2.1.1 Konsep sehat Sehat adalah keadaan tubuh yang normal baik jasmani, rohani, dan sosial, tidak terbatas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan. Menurut UU No.36 tahun 2009, yang dimaksud kesehatan dimana kondisi baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial dimana setiap orang mampu hidup produktif baik sosial maupun ekonominya. Menurut John Wayne (dalam Yuliandari, 2018: 24) bahwa ada 6 parameter kesehatan, yaitu : 1) fungsi fisik, orang sehat tidak mengalami gangguan fisik, 2) kesehatan mental, dimana perasaan nyaman, mampu mengontrol emosi diri, perilaku positif, 3) sosial well-being, hubungan interpersonal aktif, 4) fungsi peran, tidak mengalami gangguan hubungan dengan sesama, 5) persepsi umum, pandangan diri tentang kesehatan pribadi, 6) symtom-symtom, tidak ada gangguan fisiologi maupun psikologi. Sehingga dari keenam parameter tersebut saling berkaitan. Difinisi sehat yang di kemukakan oleh WHO: a. Merekflesikan perhatian pada manusia. b. Sehat dari sudut pandang lingkungan dari dalam dan luar. c. Pemaknaan sehat sebagai pola hidup aktif berkarya dan berproduksi. Dapat disimpulkan, konsep sehat adalah suatu keadaan/kondisi fisik yang lengkap dan normal, dan kondisi mental serta sosial yang baik tanpa gangguan yang berarti sehingga akan menimbulkan kebahagian bagi diri orang tersebut. orang sehat akan mampu menjalani aktivitas kehidupan dengan baik. 2.1.2 Konsep sakit Kata penyakit dan sakit adalah dua kondisi yang berbeda, namun penggunaannya sering tertukar. Kata sakit identik dengan sesuatu yang tidak beres atau abnormal. Penyakit merupakan istilah medis yang di gambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi saat tubuh tidak seimbang serta keadaan yang tidak normal. Menurut Hidayah (2014) sakit adalah suatu keadaan dimana emosional, fisik, sosial, intelektual, perkembangan, atau seseorang terganggu atau berkurang, bukan hanya kondisi terjadinya proses penyakit. Secara umumnya dinyatakan terkena suatu penyakit apabila sudah
  • 7. 4 menimbulkan perubahan fungsi tubuh yang tidak semestinya dan keluhan lain yang menyebabkan munculnya tanda atau gejala. Perwujudan penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang). Ada dua jeins penyakit, yaitu kronis dan tidak kronis. Dikatakan kronis bila gangguan kesehatan berlangsung lama, kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Apabila sudah terlanjur parah, bisa berujung kematian. Dapat disimpulkan, bahwa sakit adalah suatu kondisi tidak nyaman, adanya ketidaknormalan atau gangguan pada sistem metabolisme tubuh, gangguan pada pola pikir atau perasaan yang tidak nyaman atau yang berkaitan dengan psikologi seseorang, sehingga akan berpengaruh pada terganggunya proses menjalani kehidupannya. 2.1.3 Peristiwa terjadinya penyakit Manifestasi penyakit dapat berupa : 1. gejala-gejala (symptom) : merupakan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien 2. tanda-tanda (sign) : merupakan tanda-tanda yang terdapat pada pasien (hasil pemeriksaan yang didapat pada pasien) 3. abnormalitas dari hasil tes laboratorium yang diambil dari jaringan tubuh Salah satu tujuan epidemiologi adalah membantu pencegahan dan pengendalian penyakit dengan cara menemukan penyebab (kausa). Bila didefinisikan penyebab penyakit adalah berupa kejadian; kondisi; karakter; atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang berperan dalam terjadinya penyakit. Secara logika, sebab mendahului akibat Gambar 1.
  • 8. 5 Jenis-jenis hubungan sebab-akibat : 1. Tidak berhubungan secara statistik 2. Berhubungan secara statistic 3. kausal langsung 4. kausal tidak langsung Pedoman untuk menunjukkan hubungan sebab akibat 1. Hubungan temporal : sebab mendahului akibat 2. Plausibilitas : apakah hubungan yang ada konsisten dengan ilmu pengetahuan yang ada 3. Konsistensi : apakah terdapat hasil yang sama ditemukan pada penelitian yang lain 4. Kekuatan hubungan : apakah hubungan sebab akibat berhubungan secara statistik yang kuat 5. Dose-respons relationship : apakah ada peningkatan dampak dengan peningkatan eksposure 6. Reversibilitas : apakah eliminasi exposure akan menurunkan resiko dampak 7. Disain studi : apakah hasil dari studi sebab-akibat, berasal dari studi dengan disain yang kuat 2.2 Konsep Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.2.1 Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik (Suhendro, Leonard & Melani, 2009). Demam Berdarah Dengue (DBD), disebut juga dengan istilah Dengue Hemorraghic Fever (DHF), pertama kali di laporkan di Indonesia pada tahun 1968. Hingga kini DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan d Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan penyebarannya yang semakin meluas. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terjadi hampir setiap tahun di beberapa Provinsi, bahkan pernah terjadi KLB besar tahun 1998 dan 2004 dimana jumlah kasus mencapai 79.480 kasus dengan angka kematian 800 jiwa. (Kawiani, 2013). 2.2.2 Patogenesis
  • 9. 6 Terdapat tiga faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit DBD yaitu pejamu, vektor dan lingkungan. 1. Penjamu Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata. Manusia merupakan reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan. Beberapa variabel yang berkaitan dengan karakteristik pejamu adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, imunitas, status gizi, ras dan perilaku (Widodo, 2012). 2. Vektor Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada pejamu yang rentan. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes sp. betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita baru. Nyamuk Aedes aegypti sering menggigit manusia pada pagi dan siang hari (Komariah & Malaka, 2012). 3. Lingkungan Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan terjadinya infeksi dengue. Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam penyebaran penyakit menular. Kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat apabila dilihat dari kondisi kesehatan lingkungan akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. Dampaknya dilihat dari terjadinya suatu penyakit yang berbasis lingkungan yang dapat menular seperti DBD. (Ita Maria, Hasanuddin Ishak, 2013). 2.2.3 Gejala Menurut (Kemenkes, 2012) tanda dan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain sebagai berikut : 1. Demam Penyakit DBD didahului dengan terjadinya demam tinggi mendadak secara terus menerus yang berlangsung selama 2-7 hari. Panas akan turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun. 2. Manifestasi pendarahan Perdarahan pada penderita DBD dapat terjadi pada semua organ tubuh dan umumnya terjadi pada 2-3 hari setelah demam. Bentuk perdarahan yang terjadi dapat berupa :
  • 10. 7 a. ptechiae (bintik – bintik darah pada permukaan kulit) b. purpura c. ecchymosis (bintik – bintik darah di bawah kulit) d. pendarahan konjungtiva e. pendarahan dari hidung ( mimisan atau epitaksis ) f. perdarahan pada gusi g. hematenesis (muntah darah) h. meiena (buang air besar berdarah) i. hematuna (buang air kecil berdarah) 3. Hepatomegaly atau pembesaran hati Sifat pembesaran hati yang dialami oleh para penderita DBD, yaitu dialami pada permulaan penularan penyakit dan terasa nyeri saat ditekan 4. Shock atau Renjatan Shock dapat terjadi pada saat penderita mengalami demam tinggi, yaitu antara hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah terjadinya demam. Shock terjadi karena adanya perdarahan atau kebocoran plasma darah ke daerah ekstravaskuler melalui pembuluh kapiler yang rusak. Tanda – tanda terjadinya shock, yaitu kulit tersa dingin pada ujung hidung, jari dan kaki, perasaan gelisah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang). 5. Komplikasi Menurut (Sembel, 2009) penyakit DBD dapat mengakibatkan komplikasi pada kesehatan, komplikasi tersbut dapat berupa kerusakan atau perubahan struktur otak (enchepalopathy), kerusakan hati atau bahkan kematian. 6. Penyebab Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan fipe DEN. I, DEN- 2, DEN -3 dan DEN- 4. Keempat type virus tersebut telah diftemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe 1 dan fipe. 3. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe (yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4). 7. Penularan Penularan DBD teriadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus dewasa betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam
  • 11. 8 tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit) dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anakanak yang berusia dibawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. 8. Pengobatan Pengobatan penderita Demam Berdarah dilakukan untuk penggantian cairan tubuh dengan cara penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter -2 lier dalam 24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu) atau bisa juga menggunakan Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaifu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. 9. Pencegahan Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup yang tepat, yaitu dari sisi : 1) Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi: a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, dan ban bekas di sekitar ru-mah dan lainlain. 2) Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). 3) Kimiawi Pengendalian nyamuk secara kimiawi dapat dilakukan dengan : a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan "3M Plus".
  • 12. 9 Konsep 3M yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan strategi "plus" seperti memelihara ikan pemakan ientik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan lotion anti nyamuk, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat.
  • 13. 10 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Manifestasi PenyakitDBD 1. Tanda dan Gejala penyakit DBD Tanda maupun gejala penderita DBD sifatnya tidak khas, artinya bahwa tanda dan gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada penderita berdasarkan derajat yang dialaminya. Pada umumnya tanda – tanda atau gejala yang ditimbulkan oleh penderita DBD adalah sebagai berikut (Dini, dikutip oleh Sintawati, 2016) : a. Mengalami demam tinggi b. Mengalami perdarahan atau bintik merah pada kulit c. Mengalami keluhan pada saluran pernafasan d. Mengalami keluhan pada saluran pencernaan e. Biasanya merasakan sakit saat menelan f. Mengalami keluhan pada bagian tubuh yang lain, seperti nyeri otot, tulang, sendi, dan ulu hati, serta pegal – pegal di seluruh tubuh. g. Mengalami pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada masa penyembuhan. Pada kondisi parah, penderita akan mengalami keadaan renjatan (shock), yang dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS), dengan tanda – tanda sebagai berikut: a. Kulit terasa lembab dan dingin. b. Tekanan darah menurun. c. Denyut nadi cepat dan lemah. d. Mengalami nyeri perut yang hebat. e. Mengalami pendarahan, baik dari mulut, hidung, maupun anus. f. Lemah dan mengalami penurunan tingkat kesadaran. f. Mengalami kegelisahan. g. Mulut, hidung, dan ujung jari penderita tampak kebiru – biruan. h. Tidak buang air kecil selama 4-6 jam. 2. Abnormalitas dari Hasil Tes Laboratorium Hasil laboratorium umumnya dilakukan untuk mempertegas diagnosa dokter untuk penyakit DBD atau Typhoid. Untuk membedakan pasien terdiagnosa DBD atau typhoid dapat dilihat dari pola demam yang di derita pasien serta hasil laboratorium. Selain itu untuk kriteria cek darah di laboratorium dengan status darah normal dapat dilihat dari data berikut : a. Trombosit : 150.000 – 400.000 /cmm b. Hemoglobin : L: 14,0-18,0 P: 12,0-18,0 gr/dl c. Hematokrit : L: 42-52 P: 37-47 %
  • 14. 11 c. Leukosit : 4.800-10.800 uL 3.2 Peristiwa Peenyebab Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah diantaranya: lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat dan iklim), lingkungan biologi, dan lingkungan sosial.7 Jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar kerumah sebelah menyebelah. Bahan- bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit. Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes albopictus, Aedes polynesiensis. Aedes mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Poin sebab akibatnya adalah Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus Dengue masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Biasanya, nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari. Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi orang lain yang digigitnya. Meski begitu, virus Dengue hanya menular melalui nyamuk dan tidak dari orang ke orang. Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut. Akan tetapi, kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi lagi dengan gejala yang lebih berat. Selain pernah mengalami infeksi virus Dengue, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal atau bepergian ke daerah tropis. Demam berdarah juga lebih berisiko dialami oleh bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah.
  • 15. 12 3.3 Konsep Triad Epidemiologi Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) A. Konsep Triad Epidimiologi 1. Agent (Penyebab) Agent atau penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk kelompok B arthropoda Borne Virus (Arbovirus). Anggota dari genus Flavivirus, familia Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD (Roose 23 2008) . Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 (Wati, 2009 : 14-15). Nyamuk dengue menggigit manusia pada pagi sampai sore hari, biasanya pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00. Nyamuk mendapatkan virus dengue setelah menggigit orang yang terinfeksi virus dengue. Virus ini dapat tetap hidup di alam lewat 2 mekanisme:  Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus ini dapat ditularkan dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual.  Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh mekhluk vertebrata dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan makhluk vertebrata disini adalah manusia dan kelompok kera tertentu. Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami replikasi (memecah diri atau berkembang biak), kemudian akan berimigrasi dan akhirnya sampai ke kelenjar ludah. Empat hari kemudian virus akan mereplikasi dirinya secara cepat. Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah dan saat itulah manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas (Suharmiati &Handayani, 2007 : 3). 2. Host (Faktor Penjamu) Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata. Manusia reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan (Widodo, 2012 : 11). Beberapa faktor yang mempengaruhi host dijelaskan sebagai berikut : a. Usia Menurut Noor (2008 : 98, dalam Kurniawati, 2015 : 13-14) salah satu karakteristik individu yang mempunyai peranan penting 24 pada perkembangan penyakit adalah usia. Peranan tersebut menjadi penting dikarenakan usia dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab penyakit tersebut, selain itu dapat digunakan untuk mengamati perbedaan frekuensi penyakit. usia juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko dan resistensi penyakit. Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir (Wati, 2009 : 15). Karakteristik setiap individu secara tidak langsung memberikan perbedaan pada keadaan maupun reaksi terhadap keterpaparan
  • 16. 13 suatu penyakit. Adapun perbedaan tersebut dapat di lihat berdasarkan golongan umur (Kurniawati 2015 : 38). Di Negara Asia Tenggara penyakit DBD menyerang terutama pada anak-anak, sedangkan di Negara tropis Amerika DBD menyerang semua umur (Guzzman, 2008 : 522). b. Jenis kelamin Noor (2008 : 98, dalam Kurniawati, 2015 : 14) menjelaskan faktor jenis kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian pria dan wanita. Perbedaan jenis kelamin harus dipertimbangkan dalam hal kejadian penyakit, hal tersebut dikarenakan timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan sistem hormonal yang berbeda. Wati (2009 : 15-16) mengemukakan sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin. c. Pekerjaan Mobilitas seseorang berpengaruh terhadap resiko kejadian DBD. Hal ini identik dengan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dan berkaitan dengan pendapatan dan daya beli seseorang. Semakin tinggi mobilitas seseorang, semakin besar resiko untuk menderita penyakit DBD. Semakin baik tingkat penghasilan seseorang, semakin mampu ia untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam hal pencegahan dan pengobatan suatu penyakit (Widodo, 2013 : 12). d. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penghirup, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam mebantu tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), dalam Sunaryo (2004 : 5), dalam Hasmi (2015) mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.
  • 17. 14 Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap diatas. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long distance). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. e. Sikap Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan juga tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya peribahan perilaku (Marini, 2010). Tingkat sikap di dalam domain afektif menurut Notoatmodjo (2003, dalam Efendi & Makhfudli 2009 : 103) yaitu : 1) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Contohnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang gizi. 2) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. Contohnya, seorang ibu mengajak yang lain (tetangga atau saudaranya) untuk pergi menimbangkan anaknya di posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Contohnya, seorang ibu mau menjadi akseptop KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. f. Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat
  • 18. 15 mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik/keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Faktor lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Marini, 2010 : 10). Notoatmojo (2012, dalam Lontoh, et al, 2016 : 384) menyatakan bahwa perilaku masyarakat sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran terhadap bahaya DBD. Purnama, et al. (2013 : 24) mengemukakan perilaku membersihkan lingkungan dan secara rutin melakukan kegiatan 3M, yakni menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas dan menutup tempat penampungan air akan efektif mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk, sehingga dapat mengurangi kejadian DBD di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di desa Gonilan kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo yakni ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (TPA) terhadap kejadian DBD. Green, (1980, dalam Notoatmodjo, 2012) membagi 3 faktor yang mempengaruhi perilaku, yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, dan sebagainya. 2. Faktor pemungkin (enabling factor) Faktor ini mencangkup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. 3. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang - undang,peraturanperaturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadangkadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebihlebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. 3. Environment (lingkungan) Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah :
  • 19. 16 a. Keberadaan kontainer/Tempat Penampungan Air (TPA) Menurut penelitian Gama & Betty (2010 : 5) keberadaan kontainer >3 memiliki resiko untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai container. Widjaja (2011 : 87) mengemukakan bahwa keadaan kontainer yang tertutup secara statistik tidak menunjukan hubungan dengan kejadian DBD karena memungkinkan Aedes aegypti tidak dapat meletakkan telur di kontainer tersebut. Penggunaan penutup kontainer yang baik, dapat mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti, sedangkan banyaknya jenis kontainer ditemukan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti tergantung pada kebiasaan masyarakat menggunakan wadah sebagai tempat penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari. b. Kepadatan hunian Kepadatan hunian adalah perbandingan jumlah penghuni dengan luas rumah dan merupakan salah satu persyaratan rumah sehat. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan no. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, disebutkan bahwa kepadatan hunian ≥ 8 m2 per orang dikategorikan sebagai tidak padat. Adapun cara menghitung kepadatan hunian, sebagai berikut (RISKESDAS, 2013) Kepadatan hunian = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ Pertambahan penduduk baik baik di perkotaan maupun pedesaan berdampak negatif terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi terhadap status kesehatan penduduk (Efendi & Makhfudli, 2009). Pengaruh Faktor Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) yang digambarkan segitiga. Perubahan lingkungan akan mempengaruhi host, sehngga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan. Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemologi menggambarkan hubungan tiga komponen tersebut. Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan kejadian penyakit (Roose, 2008).
  • 20. 17 B. Pengaruh Faktor Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) yang digambarkan segitiga. Perubahan lingkungan akan mempengaruhi host, sehngga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan. Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemologi menggambarkan hubungan tiga komponen tersebut. Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan kejadian penyakit (Roose, 2008). Menurut Kristina, dkk (2004 dalam, Utomo, Ningsih & Febri, 2013 : 83) komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu agent (penyebab), host (penjamu) dan environment (lingkungan). Agent penyebab penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) adalah virus dengue yang termasuk vektor infeksi DBD. Host atau penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent. Faktor penjamu meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, perilaku, pengetahuan dan sikap. Environment (lingkungan) adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent maupun host, tetapi mampu menginteraksikan agent dan host. Faktor lingkungan ini meliputi kepadatan hunian dan tempat penampungan air (TPA).
  • 21. 18 BAB IV KESIMPULAN 1. Manifestasi penyakit DBD yaitu, pertama, tanda dan gejala DBD. Tanda maupun gejala penderita DBD sifatnya tidak khas, artinya bahwa tanda dan gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada penderita berdasarkan derajat yang dialaminya. Kedua, Abnormalitas dari Hasil Tes Laboratorium untuk membedakan pasien terdiagnosa DBD atau typhoid dapat dilihat dari pola demam yang di derita pasien serta hasil laboratorium. 2. Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus Dengue dan vektor perantara. Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi orang lain yang digigitnya. Namun, virus Dengue hanya menular melalui nyamuk dan tidak dari orang ke orang. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut. Kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi lagi dengan gejala yang lebih berat. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal atau bepergian ke daerah tropis. 3. Konsep Triad Epidemiologi Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu agent (penyebab), host (penjamu), dan environment (lingkungan). Agent atau penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata. Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah Keberadaan kontainer/Tempat Penampungan Air (TPA) dan Kepadatan hunian. Pada prinsipnya Teori segitiga epidemiologi digambarkan sebagai segitiga epidemologi yang menggambarkan hubungan tiga komponen tersebut untuk memprediksi pola penyakit.
  • 22. 19 DAFTAR PUSTAKA Dr. Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/1782/Irwan-Buku- Epidemiologi-Penyakit-Menular.pdf. Diakses Pada 09 Juni 2022. Gustinerz. (2021). Konsep Penyebab & Proses Terjadinya Penyakit Melalui Segitiga Epidemiologi. https://gustinerz.com/konsep-penyebab-proses-terjadinya- penyakit-melalui-segitiga-epidemiologi/. Diakses Pada 09 Juni 2022. M. Tabanal, RRA. 2017. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH ENDEMIS LANDUNGSARI KABUPATEN MALANG. Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang. https://eprints.umm.ac.id/42197/3/jiptummpp-gdl-riarezkiok-51711-3- babii.pdf Diakses Pada 12 Juni 2022. Nareza,d.M. (2021, September21). Penyebab DemamBerdarah.Diambil kembali dari Alodokter:https://www.alodokter.com/demam- berdarah/penyebab#:~:text=Demam%20berdarah%20disebabkan%20o leh%20virus,di%20pagi%20dan%20sore%20hari. DiaksesPada12 Juni 2022. peraturan.bpk.id. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38778/uu-no-36-tahun-2009. Diakses pada Kamis 09 Juni 2022. Prasetyani,R.D.(2015). Faktor-FaktoryangBerhubungandenganKejadianDemam BerdarahDengue . Mayority,61-66. DiaksesPada12 Juni 2022. Sidiek. A. DKK. (2012). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENGENAI PENYAKIT DBD TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA ANAK. https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/1782/Irwan-Buku- Epidemiologi-Penyakit-Menular.pdf. Diakses Pada 09 Juni 2022. Tawakal,Firman dan Ahmedika Azkiya.(2020).Diagnosa Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menggunakan Metode Learning Vector Quantization (LVQ). http://ejournal.uin-suka.ac.id/saintek/JISKA/article/download/43- 07/1634. Diakses pada 9 Juni 2022.