1. I. TUJUAN
Memilih indikator yang tepat untuk reaksi netralisasi antara HCl dan NaOH
II. DASAR TEORI
Titik ekuivalen pada reaksi netralisasi antara HCL dan NaOH terletak
pada pH 7, kecepatan reaksi pada pH 7 sangat sulit dipakai. Hal ini disebabkan
karena untuk merubah pH yang besar pada sekitar titik ekuivalen hanya
dibutuhkan perubahan volume peniter yang sangat kecil, hal ini dikatakan
perubahan pH berlangsung cepat.
Besar kecilnya jarak ( range ) pH pada perubahan pH berlangsung cepat
tergantung pada kepekatan reaktannya. Semakin besar kepekatannya semakin
besar pula jarak ekuivalennya.
Bila HCl maupun NaOH yang digunakan pada netralisasi 0,01 M maka
perubahan pH dibawah 5,5 berlangsung lambat kemudian setelah pH di atas 5,5
berlangsung cepat hingga mencapai pH 8,5. Setelah pH 8,5 maka perubahan ini
berlangsung lambat sekali. Untuk reaktan 0,1 M perubahan pH berlangsung cepat
pada pH 4,5 – 9,5. Akibatnya perubahan warna pada indikator bervariasi, tingkat
keasaman atau jarak pH nya, maka pemilihan indikator dilakukan sedemikianrupa
sehingga perubahan warna indikator berada pada jarak pH ekivalen.
ASAM
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu
zat yang dapat memberi proton ( ion H+ ) kepada zat lain ( yang disebut basa ),
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam
bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam.
Contoh asam adalah asam asetat secara umum, asam memiliki sifat sebagai
berikut :
1. Masam ketika dilarutkan dalam air.
2. Asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit.
3. Asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif
terhadap logam.
4. Walaupun tidak selalu ionik merupakan cairan elektrolit.
2. BASA
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan
basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam
menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa
mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka
akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai
berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH)
mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.
Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut:
1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun
4. Nilai pH lebih dari air suling
5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6. Dapat menghantarkan arus listrik
INDIKATOR
Indikator adalah suatu senyawa yang dapat memberikan warna berbeda
dalam suasana yang berbeda, misalnya lakmus yang dalam suasana asam
berwarna merah sedangkan dalam suasana basa berwarna biru. Di sekitar kita,
terdapat beberapa zat warna alami yang dapat digunakan sebagai indikator, seperti
kunyit, ekstrak daun mahkota bunga berwarna, dengan syarat dapat mengalami
perubahan warna dalam suasana yang berbeda.
Dengan indikator, kita dapat menentukan suatu larutan bersifat asam, basa,
atau netral. Dengan indikator universal kita dapat menentukan pH suatu larutan.
Indikator universal adalah campuran dari beberapa macam indikator yang telah
distandarisasi warnanya pada pH 0-14. Oleh karena itu, dengan mencocokkan
warna indikator universal dalam suatu larutan dengan warna standart, kita dapat
memperkirakan pH larutan tersebut. Senyawa asam mempunyai rasa yang masam
sedangkan senyawa basa mempunyai rasa yang pahit. Akan tetapi kita tidak boleh
mencicipi rasa dari suatu zat kimia. Karena ada beberapa zat yang mengandung
racun.
3. INDIKATOR PP
Fenolftalein ((Inggris) phenolphtalein) adalah pewarna yang berperan
sebagai indikator pH. Fenolftalein adalah senyawa kimiadengan rumus molekul
C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau "pp" dalam notasi singkat.
Fenolftalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam–basa. Untuk
aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi
merah muda dalam larutan basa.
Wikipedia/Fenolftalein
Fenolftalein sedikit larut dalam air dan biasanya dilarutkan dalam alkohol
untuk digunakan dalam berbagai percobaan. Senyawa ini bersifat asam lemah
yang dapat membebaskan ion H+ dalam larutan. Molekul fenolftalein tidak
berwarna, dan ion fenolftalein berwarna merah muda. Jika basa ditambahkan ke
dalam fenolftalein, kesetimbangan molekul ⇌ ion bergeser ke kanan,
menyebabkan ionisasi lebih banyak karena pembebasan ion H+. Hal ini diprediksi
menurut prinsip Le Chatelier.fenolftalein bewarna merah jika di teteskan ke
dalam NaOH.
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat yang
bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip perubahan warna ini digunakan dalam
metode titrasi. Fenolftalein cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses
titrasi HCl dan NaOH. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan
zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat
yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna,
namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin
kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan
semakin merah
4. METIL JINGGA
Metil jingga adalah indikator pH yang sering digunakan
dalam titrasi karena perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia
berubah warna pada pH sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam.
Tidak seperti indikator universal, metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan
warna yang lengkap, tetapi memiliki titik akhir yang lebih tajam.
Google.com/metil-jingga
Dalam larutan yang agak asam, metil jingga berubah dari merah menjadi
jingga dan akhirnya menjadi kuning, dan sebaliknya jika keasaman larutan
bertambah. Seluruh perubahan warna terjadi dalam kondisi asam. Dalam kondisi
asam berwarna merah, dan dalam kondisi basa berwarna kuning. Metil jingga
memiliki pHa 3,47 dalam air pada 25 °C (77 °F). Metil jingga termodifikasi, suatu
indikator yang berisi larutan metil jingga dan xylena sianol, berubah warna dari
abu-abu menjadi hijau ketika larutan menjadi basa.
5. Kertas pH Meter
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat basa atau asam maupun netral
dapat menggunakan Ph Meter Penentuan pH larutan yang lebih akurat, dapat
dilakukan menggunakan alat pH meter. Alat ini bekerja berdasarkan elektrolit
larutan asam dan basa.
Google.com/kartu-ph-meter
Bagian utamanya adalah sebuah elektrode yang peka terhadap konsentrasi
ion H+ dalam larutan yang akan diukur pH nya. Jika elektrode tersebut di
celupkan ke dalam larutan yang akan di uji, pH meter menunjukkan angka yang
sesuai dengan harga pH larutan tersebut.
6. III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Corong
b. Buret
c. Erlenmeyer
d. Pipet gondok
e. Corong
Bahan :
a. 0,1 N HCl 10 ml
b. 0,1 N NaOH 10 ml
c. Indikator PP
d. Indikator Mo
e. Pertas PH Meter
IV. CARA KERJA
A. HCl dengan NaOH
1. Ambil NaOH dan letakkan / isi pada buret
2. Ambil 10 ml HCl hasil pengenceran yang telah disiapkan dengan
menggunakan pipet gondok
3. Masukkan ke dalam Erlenmeyer
4. Beri indikator PP / Mo 1 – 2 tetes
5. Titrasi dengan NaOH dengan membuka pipa buret secara perlahan
agar menetes saja sampai berubah warna
6. Cata volume NaOH yang keluar
7. Ambil PH meter dan tes hasilnya
8. Ulangi 3 kali percobaan untuk tiap indikator
B. NaOH dengan HCl
1. Ambil HCl dan letakkan / isi pada buret
2. Ambil 10 ml NaOH hasil pengenceran yang telah disiapkan dengan
menggunakan pipet gondok
3. Masukkan ke dalam Erlenmeyer
4. Beri indikator PP / Mo 1 – 2 tetes
5. Titrasi dengan NaOH dengan membuka pipa buret secara perlahan
agar menetes saja sampai berubah warna
6. Cata volume HCl yang keluar
7. Ambil PH meter dan tes hasilnya
8. Ulangi 3 kali percobaan untuk tiap indikator
7. V. TABEL PENGAMATAN
TABEL PENGAMATAN
a. HCl dengan NaOH
NO
HCl NaOH
INDIKATOR PH
N V(ml) N V (ml)
1 0,1 10 0,1 2,5 PP 10
2 0,1 10 0,1 2 PP 12
3 0,1 10 0,1 3,5 PP 13
4 0,1 10 0,1 4 Mo 13
5 0,1 10 0,1 4,5 Mo 13
6 0,1 10 0,1 4,8 Mo 14
b. NaOH dengan HCl
NO
NaOH HCl
INDIKATOR PH
N V(ml) N V (ml)
1 0,1 10 0,1 8,2 PP 10
2 0,1 10 0,1 9,5 PP 12
3 0,1 10 0,1 8,5 PP 11
4 0,1 10 0,1 7,4 Mo 13
5 0,1 10 0,1 7,2 Mo 14
6 0,1 10 0,1 8 Mo 12
8. VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini untuk menentukan indikator yang tepat untuk
reaksi netralisasi antara HCl dan NaOH. Indikator yang digunakan adalah
indikator PP dan Mo. Masing – masing indikator direaksikan dengan HCl dan
NaOH, begitu juga dengan sebaliknya. Namun hasil netralisasi yang telah
dilakukan setelah dicek menggunakan kartu pH Meter ternyata pH yang keluar
adalah rata – rata 12 – 14 yang artinya kedua indikator tersebut tidak dapat
menetralkannya.
Padahal secara teortis seharusnya kedua indikator tersebut dapat
menetralkan HCl dengan NaOH dan juga sebaliknya pada pH 7. Kesalahan ini
terjadi mungkin terlalu banyak Basa yang masuk dalam larutan ketika sedang
melakukan titrasi.
VII. KESIMPULAN
Dari 6 kali percobaan pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa kedua
indikator (PP dan Mo) tidak dapat untuk menetralisasikan antara HCl dengan Mo
dan begitu juga sebaliknya. Padahal secara teoritis, kedua indikator tersebut dapat
menetralkan pada PH 7, namun pada praktikum ini PH yang ditunjukkan berkisar
10 hingga 13.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Fenolftalein#Indikator_pH
http://putrafar.blogspot.com/2013/10/indikator-dan-larutan-praktikum-
kimia_12.html
http://auliachemical.blogspot.com/2015/11/laporan-indikator-asam-basa.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Metil_jingga
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisa Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
James, Bray E. 1989. Kimia Universitas. Edisi: 5. Jakarta: Erlangga.
W. Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Gramedia.
BPK Praktek Kimia Dasar I