Laporan ini memberikan ringkasan dua eksperimen kimia mengenai identifikasi asam basa menggunakan indikator lakmus dan menentukan konsentrasi larutan NaOH melalui titrasi dengan larutan HCl 0,1 M. Eksperimen pertama mengamati perubahan warna lakmus pada larutan asam dan basa, sedangkan eksperimen kedua menghitung konsentrasi NaOH dengan mereaksikan larutan NaOH dengan HCl sampai titik ekuivalen.
2. Laporan 1
Mengenali Asam Basa dengan Indikator Lakmus
I.
Tujuan
Mengamati perubahan warna lakmus dalam larutan asam dan basa.
II.
Kajian Teoritis
Secara umum, asam merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dapat didefinisikan
sebagai suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (basa) atau dapat
menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Menurut Arrhenius, asam adalah
suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam
air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam
dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Dalam hal ini, pembawa sifat asam
adalah ion H+ dan pembawa sifat basa adalah ion OH .
Seperti yang kita ketahui, asam mempunyai rasa masam dan basa mempunyai
rasa pahit. Namun tidak semua asam dan basa dapat dikenali dengan cara dicicipi.
Karena banyak diantara asam dan basa yang bersifat korosif (merusak kulit) ataupun
beracun. Untuk menentukan asam dan basa kita dapat menggunakan zat indikator. Zat
indikator adalah zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan
lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi
dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Zat indikator tersebut seperti lakmus.
Lakmus dibagi menjadi dua macam, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Lakmus
dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam maupun basa. Warna
yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus akan berwarna merah dalam
larutan asam dan akan berwarna biru dalam larutan basa. Selain lakmus, terdapat
indikator lain seperti fenoltalein, metil jingga, metil merah, bromtimol biru dan
indikator alami.
III. Alat dan Bahan
Alat
: Pipet tetes, plat tetes dan gelas kimia.
3. Bahan
: Larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, lakmus merah dan lakmus biru.
IV. Langkah Kerja
1. Menyiapkan plat tetes yang bersih 1 buah.
2. Menyiapkan larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M dengan gelas kimia masingmasing 20 mL.
3. Menyiapkan lakmus merah dan biru ukuran 1 cm x 3 cm.
4. Meneteskan HCl pada lekukan plat tetes (kira-kira 3 tetes), lalu mencelupkan
lakmus merah pada tetesan HCl tersebut dan mengamati perubahan warnanya.
Kemudian mencelupkan lakmus biru dan mengamati perubahan warnanya.
5. Meneteskan larutan NaOH pada lekukan plat tetes (kira-kira 3 tetes), lalu
mencelupkan kertas lakmus merah pada tetesan NaOH tersebut, mengamati
perubahan warnanya. Kemudian mencelupkan lakmus biru dan mengamati
perubahan warnanya.
V.
Data Hasil Pengamatan
Bromtimol Biru
(BTB)
Kuning
Trayek pH
A
Fenolftalein
(PP)
Tidak Berwarna
Indikator
Metil Merah
(MM)
Merah muda
B
Merah
Kuning
Biru
pH ≥ 10
C
Tidak Berwarna
Merah muda
Kuning
pH ≤ 4,2
D
Tidak Berwarna
Merah
Kuning
pH ≤ 6,0
E
Tidak Berwarna
Merah
Kuning
pH ≤ 4,2
Larutan
pH ≤ 4,2
VI. Analisis data dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat diketahui, jika larutan A yang ditetesi
Fenolftalein (PP) tidak berwarna, jika ditetesi Metil Merah (MM) berwarna merah
muda dan berwarna kuning bila ditetesi Bromtimol Biru (BTB),dengan trayek pH ≤ 4,2.
Larutan B yang ditetesi Fenolftalein (PP) akan berwarna merah, berwarna kuning jika
ditetesi Metil Merah (MM) dan berwarna biru jika ditetesi Bromtimol Biru (BTB),
dengan trayek pH ≥ 10. Larutan C yang ditetesi Fenolftalein (PP) tidak berwarna,
berwarna merah muda apabila ditetesi Metil Merah (MM) dan berwarna kuning bila
ditetesi Bromtimol Biru (BTB), dengan trayek pH ≤ 4,2. Larutan D yang ditetesi
4. Fenolftalein (PP) tidak berwarna, berwarna merah jika ditetesi Metil Merah (MM) dan
berwarna kuning bila ditetesi Bromtimol Biru (BTB), dengan trayek pH ≤ 6,0. Larutan
E tidak berwarna jika ditetesi Fenolftalein (PP), berwarna merah jika ditetesi Metil
Merah (MM) dan berwarna kuning bila ditetesi Bromtimol Biru (BTB), dengan trayek
pH ≤ 4,2.
Dengan menggunakan indikator tunggal, seperti fenolftalein, metil merah dan
bromtimol biru, kita dapat mengenali asam dan basa tanpa menyicipinya.
VII. Simpulan
Berdadasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan warna
ketika suatu larutan ditetesi fenolftalein, metil merah dan bromtimol biru. Fenolftalein
dalam larutan asam tetap (tak berubah warnanya), sedangkan dalam larutan basa
berubah menjadi warna merah. Metil merah dalam larutan asam berwarna merah
sedangkan dalam larutan basa berwarna kuning. Bromtimol Biru dalam larutan asam
berwarna kuning, sedangkan dalam larutan basa berwarna biru. Seperti contoh larutan
D yang tidak berwarna ketika ditetesi fenolftalein, berwarna merah ketika ditetesi metil
merah dan berwarna kuning ketika ditetesi bromtimol biru.
5. Laporan 2
Titrasi Larutan NaOH dengan Larutan HCl 0,1 M
I.
Tujuan
Menentukan konsentrasi NaOH dengan titrasi.
II.
Kajian Teoritis
Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu prosedur
percobaan yang disebut titrasi asam-basa. Istilah titrasi berarti penetapan titer atau
kadar. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya
suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah
larutan
yang
dianalisis
atau
ingin
diketahui
kadarnya
atau
konsentrasinya.Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran”
dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan. Titrasi dilakukan dengan cara
mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.
Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara.
Dalam titrasi asam-basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga kita tidak tahu kapan titik stoikiometri tercapai. Untuk menandai bahwa titik
setara pada titrasi telah dicapai digunakan indikator atau penunjuk. Indikator asam-basa
harus berubah warna pada saat titik setara tercapai. Indikator asam basa adalah petunjuk
tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau basa. Indikator asam-basa yang
biasanya digunakan adalah indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup
akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah,
fenolftalein, alizarin kuning, danbromtimol biru.
Ada beberapa macam titrasi bergantung pada jenis reaksinya, seperti titrasi
asam basa,titrasi permanganometri, titrasi argentometridantitrasi iodometri.Dalam
titrasi, juga ada istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah pH
pada saat asam dan basa tetap ekuivalen. Sedangkan titik akhir titrasi adalah pH pada
saat indikator berubah warna. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi,
6. maka diusahakan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Oleh karena
itu, harus dipilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekuivalen.
Pada titrasi jumlah ekuivalen asam sama dengan jumlah ekuivalen basa, sehingga dapat
dirumuskan :
Ekuivalen asam = ekuivalen basa
VA x NA
=
VB x NB
Konsentrasi asam basa menggunakan kemolaran (M), sehingga dapat dirumuskan :
VA x MA x nA = VB x MB x nB
III. Rumusan Pertanyaan
Berapa konsentrasi NaOH hasil titrasi ?
IV. Alat dan Bahan
Alat
: Buret dengan statifnya, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur
dan pipet tetes.
Bahan
V.
: Larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH dan indikator PP.
Langkah Kerja
1. Memasang buret pada statif, kemudian bilas dengan aquades hingga bersih.
2. Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M.
3. Menyiapkan erlenmeyer yang bersih, kemudian mengisi dengan 10 mL larutan
NaOH (dapat diukur dengan gelas ukur namun bisa dipipet dengan pipet volumetrik
10 mL).
4. Kemudian menetesi larutan NaOH dengan indikator fenolftalein 2 tetes.
5. Meneteskan (titrasi) larutan HCl dari buret ke larutan NaOH sampai timbul biru
(hijau akan sangat baik), maka titrasi dihentikan. Mencatat volume awal buret dan
volume akhir.
6. Ulangi kegiatan seperti di atas minimal 3 kali.
7. VI. Hasil Pengamatan
DATA 1
Percobaan
Volume HCl (mL)
Volume HCl 0,1 M
1
10
17,5
2
10
18
3
10
16,4
Percobaan
Volume CH3COOH (mL)
Volume NaOH 0,1
1
10
2,1
2
10
4,8
3
10
4
DATA 2
VII. Analisis Data dan Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan titrasi yang dilakukan, dapat diperoleh data
sebagai berikut :
a. Rata-Rata Volume NaOH
b. Rata-Rata Volume HCl
c. Konsentrasi NaOH
VA x MA x nA = VB x MB x nB
10 . 0,1 . 1
1
MNaOH
= 3,63 . MNaOH . 1
= 3,63 MNaOH
= 0,27 M
VIII. Simpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi NaOH adalah 0,27 M. Hal ini
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus konsentrasi asam basa.
8. Daftar Pustaka
Haryanto, Untung. 2006. LKS Kimia Kelas SMA/MA Kelas XI Semester Genap. Jawa Tengah:
VIVA PAKARINDO.
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
http://Asam.html
http://IndikatorAsamBasa«Nasruli’sBlog.html